Laporan Lengkap Tulap

70
http://lvunderground.wordpress.com/ PROLOG Urgensi Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dari berbagai macam suku bangsa. Karakteristik kebudayaan yang beraneka ragam inilah yang mendukung perkembangan dan khasanah kebudayaan nasional. Bugis-Makassar sebagai salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki nilai-nilai utama yang masih dipegang teguh bahkan masih menjadi pegangan hidup sehari-hari. Nilai-nilai ini mempunyai makna masing-masing untuk dipakai menunjukkan tindakan sosial dan kultural atau dalam pola hubungan dengan masyarakat atau dalam interaksi sosial. Pertanian merupakan bagian penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dimana dalam pengelolaannya diperlukan suatu yang berkelanjutan. Pertanian dalam arti luas termasuk pembudidayaan ikan, ternak, pemberdayaan hasil-hasil hutan serta cara bercocok tanam itu sendiri. Pertanian diartikan sebagai kegiatan proses produksi biologis dengan unsur-unsur usahatani dan petani itu sendiri. Pertanian dalam usaha atau unit ekonomi adalah suatu kegiatan untuk memproduksi tanaman, dimana dalam kegiatan pertanian memerlukan modal, biaya, tenaga keraja dan lainnya. Pertanian mulai muncul pada saat manusia mulai mengendalikan pertumbuhan tanaman, dengan mengaturnya sedemikian rupa sehingga menguntungkan. Perbedaan antara pertanian

Transcript of Laporan Lengkap Tulap

http://lvunderground.wordpress.com/

PROLOG

Urgensi

Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau memiliki

kebudayaan yang berbeda-beda dari berbagai macam suku bangsa.

Karakteristik kebudayaan yang beraneka ragam inilah yang mendukung

perkembangan dan khasanah kebudayaan nasional.

Bugis-Makassar sebagai salah satu suku bangsa yang ada di

Indonesia memiliki nilai-nilai utama yang masih dipegang teguh bahkan

masih menjadi pegangan hidup sehari-hari. Nilai-nilai ini mempunyai

makna masing-masing untuk dipakai menunjukkan tindakan sosial dan

kultural atau dalam pola hubungan dengan masyarakat atau dalam

interaksi sosial.

Pertanian merupakan bagian penting dalam pemenuhan kebutuhan

masyarakat dimana dalam pengelolaannya diperlukan suatu yang

berkelanjutan. Pertanian dalam arti luas termasuk pembudidayaan ikan,

ternak, pemberdayaan hasil-hasil hutan serta cara bercocok tanam itu

sendiri. Pertanian diartikan sebagai kegiatan proses produksi biologis

dengan unsur-unsur usahatani dan petani itu sendiri. Pertanian dalam

usaha atau unit ekonomi adalah suatu kegiatan untuk memproduksi

tanaman, dimana dalam kegiatan pertanian memerlukan modal, biaya,

tenaga keraja dan lainnya. Pertanian mulai muncul pada saat manusia

mulai mengendalikan pertumbuhan tanaman, dengan mengaturnya

sedemikian rupa sehingga menguntungkan. Perbedaan antara pertanian

http://lvunderground.wordpress.com/

yang ilmiah dan primitif terletak pada taraf dimana penguasaan oleh

manusia yang telah terlaksana.

Kerja adalah suatu usaha yang terkait pada kegiatan dalam

kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang menjadi

masalah apa kegiatan itu sejalan dengan perintah Allah SWT, disinilah

letak kemampuan manusia untuk berpikir apa ia harus melakukan yang

sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya. Jadi untuk

mendalami makna kerja yang sejalan dengan keyakinan dan

kepercayaannya itu sebagai manusia muslim, maka ia menjawab bahwa

islam yang dipahami Rasulullah, sahabat dan para tabi’in adalah

islamnya jiwa secara utuh kepada Allah. Makna kerja diartikan

bagaimana perilaku seorang petani memaknai pekerjaan usahatani yang

mereka lakukan.

Pekerjaan bertani adalah pekerjaan yang bergerak di bidang bisnis

pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan

tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi,

bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari

tanaman tersebut untuk di gunakan sendiri ataupun menjualnya kepada

orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri,

sepertiserealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol atau

flax untuk penenunan dan pembuatan pakaian.

Secara umum, ada dua cara penggunaan tenaga di bidang

pertanian, yaitu tenaga untuk menarik beban, tenaga untuk memutar, dan

panas. Pekerjaan menarik beban misalnya pengolahan tanah dengan

http://lvunderground.wordpress.com/

menggunakan bajak biasa, menarik trailer, dan sebagainya. Sedangkan

pekerjaan memutar misalnya memompa air, perontokan padi, dan

sebagainya. Ada juga pekerjaan yang menggunakan tenaga tarik dan

putar sekaligus, seperti penanaman, pemanenan, dan pengolahan

tanahdengan menggunakan bajak yang memanfaatkan daya dari poros

PTO traktor. Penggunaan panas misalnya untuk mengeringkan,

mendinginkan, dan mengolah hasil pertanian.

Tujuan

Tujuan diadakannya Praktek lapang sosiologi pertanian di

Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga,

Kabupaten Gowa, yaitu :

1. Agar mahasiswa dapat mengkaji dan memahami nilai atau

makna yang terkandung dalam kerja petani, yang

mengutamakan petani atau penduduk pinggiran kota sebagai

objek penelaahannya.

2. Untuk mempelajari secara langsung mengenai makna kerja bagi

masyarakat Lingkungan Tattakkang.

Metode

Metode yang diterapkan dalam praktek lapang Tugas Lapang

Sosiologi Pertanian, tidak jauh berbeda dengan metode penelitian yang

biasa dilakukan. Yang pertama dilakukan adalah menentukan daerah

yang akan dijadikan tempat praktek lapang. Dan daerah yang ditentukan

http://lvunderground.wordpress.com/

itu adalah Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan

Pallangga, Kabupaten Gowa.

Langkah kedua yang dilakukan adalah penentuan responden.

Penentuan responden ini dilakukan secara acak namun dengan syarat

bahwa responden terpilih adalah yang bermata pencaharian sebagai

petani.

Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data dan informasi yang

dilakukan dengan cara :

Metode rapport (pendekatan), dilakukan dengan membangun

interaksi saling mempengaruhi dan mempercayai melalui

komunikasi interaktif dengan pihak keluarga responden.

Metode wawancara yaitu dengan bertanya secara langsung

kepada responden dengan menggunakan acuan kerangka daftar

pertanyaan yang telah disusun beberapa hari sebelumnya.

Metode observasi dan partisipatif yaitu dengan melakukan

pemusatan perhatian secara langsung keadaan hidup responden

sebagai bahan analisa pengamatan realita keseharian

hidup responden.

Metode tinjauan kepustakaan yakni dilakukan dengan

mengumpulkan bahan-bahan bacaan sebagai pedoman atau

perbandingan dalam mencapai sasaran yang diinginkan.

http://lvunderground.wordpress.com/

Sistemika

Berdasarkan uraian diatas maka tugas lapangan Sosiologi Pertanian

yang dilaksanakan sejak tanggal 23 Oktober 2011 sampai dengan 20

November 2011, dengan empat kali kunjungan. Maka, praktek lapang

ini dilaksanakan di Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa,

Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Selama 4 minggu ini kunjungan

dilakukan sebanyak 4 kali yaitu:

• Kunjungan pertama dilaksanakan pada hari Minggu, 23 Oktober 2011,

Kunjungan ini merupakan tahap pencarian responden dan keluarganya

serta berusaha untuk menciptakan rapport yang baik agar dalam

kunjungan berikutnya wawancara dapat berjalan lancar. Dan juga

mengamati ekologi kehidupan di Lingkungan Tattakkang tersebut.

• Kunjungan kedua, dilaksanakan pada hari Minggu, 30 Oktober 2011,

wawancara dilaksanakan dengan berpatokan pada kuisioner yang

dibagikan kali ini dilaksanakan untuk mengetahui kondisi rumah tangga

responden.

• Kunjungan ketiga, dilaksanakan pada hari Minggu, 13 November 2011.

Pada kunjungan ini digunakan untuk mengetahui perjalanan hidup

responden dan sejarah kehidupan responden mulai dari anak-anak

sampai menjadi seorang petani dan kepala keluarga.

• Kunjungan keempat dilaksanakan pada hari Minggu, 20 November

2011. Kunjungan ini merupakan kunjungan terakhir yang digunakan

untuk mencari informasi mengenai makna kerja bagi responden.

http://lvunderground.wordpress.com/

Interaksi kami dengan responden awalnya ada rasa was-was

terutama untuk penciptaan rapport. Tapi kemudian segala ragu dapat

dihilangkan sebab responden di Desa tersebut menerima kami semua

dengan sangat baik, ramah dan terbuka. Kami juga disuguhkan makanan,

minuman, buah-buahan yang dibawa pulang bahkan sebagian dari

teman-teman diminta untuk menginap dirumah responden masing-masing.

Selama melakukan kunjungan kepada responden penulis mendapat

banyak hal yang menyenangkan dengan responden yaitu dengan

terjadinya hubungan yang akrab dengan keluarganya, sehingga dalam

setiap kunjungan penulis selalu diperlakuakan dengan baik dan sudah

dianggap sebagai keluarga sendiri.

http://lvunderground.wordpress.com/

I. EKOLOGI KEHIDUPAN

1.1. Kondisi Geografis

Praktek lapang mata kuliah Sosiologi Pertanian ini dilaksanakan di

Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Luas

wilayah ini adalah ± 424,56 Ha yang terbagi atas empat lingkungan yaitu

Lingkungan Barua, Lingkungan Tattakkang, Lingkungan Palaraka dan

lingkungan Parangbanoa, terdiri dari 16 RW dengan jumlah penduduk

pada tahun 2011 sebanyak 2.641 jiwa dan mayoritas pencaharian di

sektor pertanian dan buruh bangunan. Jarak dari pusat Kota

Sungguminasa yaitu 7 km (waktu tempuh 30 menit) sedangkan dari pusat

Kota Makassar yaitu (waktu tempuh 45 menit).

Kelurahan Parangbanoa ini terletak antara 5º 14’ 56.65” LS dan 119º

29’ 05.54” BT dan secara administratif berbatasan dengan:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bontomarannu;

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kampili;

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Toddotoa; dan

Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tetebatu.

Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa

sudah empat kali mengalami pergantian kepala kelurahan yang dipilih

oleh kepala pusat serta tiga kepala lingkungan yang dipilih oleh lurah.

Nama-nama kepala lurah yang telah menjabat diantaranya:

http://lvunderground.wordpress.com/

Lurah pertama bernama Bapak Bella

Lurah kedua bernama Bapak Paharuddin

Lurah yang ketiga bernama Bapak Subair

Lurah yang sekarang menjabat bernama Bapak H. Darwis

Sedangkan untuk Kepala Lingkungan Parangbanoa bernama Bapak

Ahmad Hamid. Pada tahun 1960 sejak adanya Kelurahan Parangbanoa,

kepala kelurahan di setiap lingkungan telah ada, namun belum

mempunyai pola dan struktur tertentu. Masa jabatan tahun tersebut belum

terlalu formal sehingga tidak terbentuk struktur organisasi yang jelas.

Sekitar tahun 1996 barulah ada pemilihan lurah yang bersifat formal, yaitu:

1. Bapak Bella

Bapak Bella merupakan kepala Kelurahan yang pertama kali

memimpin Kelurahan Parangbanoa dengan masa jabatannya selama

satu periode pemerintahan, yaitu pada tahun 1996-2000.

2. Bapak Paharuddinun

Setelah masa kepemimpinan Bapak Bella berakhir, maka

kepemimpinan Kelurahan Parangbanoa dialihkan kepada

Bapak Paharuddin. Dalam kepemimpinannya, Kelurahan

Parangbanoa mulai mengalami peningkatan. Selain itu, Bapak

Paharuddin memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat

setempat. Masa kepemimpinannya berlangsung selama satu periode,

yaitu dari tahun 2000–2004.

http://lvunderground.wordpress.com/

3. Bapak Subair

Setelah masa kepemimpinan Bapak Paharuddin berakhir, maka

kepemimpinan Kelurahan Parangbanoa dialihkan kepada

Bapak Subair. Dalam masa kepemimpinannya, Kelurahan

Parangbanoa terus mengalami peningkatan. Masa kepemimpinannya

juga berlangsung selama satu periode, yaitu dari tahun 2004-2008.

4. Bapak H. Darwis

Setelah masa kepemimpinan Bapak Subair berakhir, maka

kepemimpinan Kelurahan Parangbanoa dialihkan kepada

Bapak H. Darwis yang menjabat dari tahun 2008-2012.

Penduduk di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga,

Kabupaten Gowa cenderung berasal dari suku Bugis-Makassar dan

bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Makassar. Meskipun

demikian terdapat beberapa orang yang bisa menggunakan Bahasa

Indonesia.

Keadaan iklim dan topografi di lingkungan Parangbanoa adalah

dataran rendah dengan ketinggian 0-20 meter diatas permukaan laut.

Adapun suhu udara antara 20-300C sehingga dalam suhu tersebut cocok

sekali untuk pengembangan tanaman palawija dan holtikultura. Tanah di

kelurahan Parangbanoa adalah jenis tanah alvial dan redteran dengan pH

tanah 5-7.

http://lvunderground.wordpress.com/

1.2. Pola Penggunaan Lahan

Kepemilikan lahan oleh masyarakat di Kelurahan Parangbanoa,

Kecamatan Pallangga, Kebupaten Gowa umumnya diperoleh secara turun

temurun dari orang tua ataupun keluarga mereka. Namun, ada juga yang

memiliki lahan karena pembelian dan perkawinan (warisan). Hal ini sesuai

dengan pendapat Cahyono (2000), bahwa usaha pemilikan tanah dapat

dilakukan dengan berbagai cara seperti mendapatkan bantuan/hadiah,

warisan, perkawinan dan pembelian. Untuk mendapatkan pemilikan itu

diadakan usaha pemupukan modal dan menabung, dengan menabung

terus menerus akan menambah modal yang digunakan untuk

pemilikan tanah.

Setiap petani memiliki kondisi lahan yang berbeda-beda. Ada yang

memiliki tanah atau lahan sendiri untuk digarapnya sendiri pula. Ada pula

yang memiliki lahan sendiri akan tetapi dalam penggarapannya dia

mempercayakan orang lain yang melakukannya dengan sistem bagi hasil.

Lahan atau yang lebih dikenal dengan tanah merupakan faktor utama

dalam usaha tani, hal ini dikarenakan tanaman maupun hewan

memanfaatkan tanah sebagai media tumbuh maupun tempat tinggalnya

(Soekartawi, 2003).

http://lvunderground.wordpress.com/

Secara umum pola penggunaan lahan masyarakat di Kelurahan

Parangbanoa digunakan sebagai lahan persawahan untuk memperoleh

pendapatan dan sebagai sumber bahan pangan untuk dikonsumsi

sehari-hari. Selain itu penggunaan lahannya digunakan sebagai lahan

perkebunan dan pemukiman.

1.3. Keadaan Penduduk

Penduduk adalah orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah

tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk

tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di

daerah lain. Kondisi umum kehidupan masyarakat tani masih tradisional.

Nilai kegotong-royongan masih nampak, kehidupan sosial masyarakat

penuh kekeluargaan. Secara fisik penduduk masyarakat tani lebih

didominasi oleh penduduk wanita dan anak-anak. Umur yang bervariasi

dengan tingkat pendidikan yang masih rendah (Salman, 2005).

Mayoritas penduduk di Kelurahan Prangbanoa merupakan penduduk

asli Makassar. Komposisi warga komunitas dilihat dari mata pencaharian

dominan bekerja sebagai petani. Petani merupakan pekerjaan yang paling

banyak digeluti oleh masyarakat Kelurahan Parangbanoa karena profesi

tersebut merupakan profesi turun temurun dari generasi sebelumnya.

Sebagian masyarakat Kelurahan Prangbanoa tidak dapat berbahasa

Indonesia dengan baik. Golongan ini terdapat pada usia 40 tahun ke atas.

Oleh karena itu, bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat

Kelurahan Prangbanoa sehari-hari dominannya adalah bahasa Makassar.

http://lvunderground.wordpress.com/

Berdasarkan data sekunder, penduduk Kelurahan Parangbanoa,

Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat di kelompokkan menurut

umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada uraian berikut.

1.3.1. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk

dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat

digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan

keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin dikaitkan pula dengan

aspek gender, karena terjadi diferensiasi peran sosial yang

dilekatkan pada masing-masing jenis kelamin. Pada masyarakat

yang mengenal "machoisme", umpamanya, seorang laki-laki

diharuskan berperan secara maskulin ("jantan" dalam bahasa sehari-

hari) dan perempuan berperan secara feminin. Sebagai contoh, tidak

ada tempat bagi seorang laki-laki yang sehari-harinya mencuci

piring/pakaian karena peran ini dianggap dalam masyarakat itu

sebagai peran yang harus dilakukan perempuan (peran feminin)

(Anonim a, 2011).

Berdasarkan data sekunder, penduduk Kelurahan

Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat di

kelompokkan menurut jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 1, berikut:

http://lvunderground.wordpress.com/

Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011.

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 1161 48,74 %

2. Perempuan 1221 51,26 %

Jumlah 2382 100

Sumber: Data Sekunder, 2011.

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa jumlah total penduduk

Lingkungan Parangbanoa adalah sebesar 2382 jiwa, yang terdiri dari

penduduk laki-laki sebesar 1161 jiwa (48,74%) dan jumlah penduduk

perempuan sebesar 1221 jiwa (51,26%).

Jumlah penduduk yang demikian itu dapat menjadi sebuah

potensi bagi daerah tersebut, utamanya dalam hal tersedianya

tenaga kerja. Namun yang merupakan hal biasa di masyarakat

bahwa tenaga kerja laki-laki adalah lebih besar penilaiannya

dibanding tenaga kerja perempuan. Akan tetapi meskipun

menghadapi kenyataan yang demikian, masing-masing mempunyai

spesialisasi dalam pekerjaannya. Hal ini dijelaskan oleh Soekartawi

(2003) yang menyatakan bahwa kualitas tenaga kerja juga

dipengaruhi oleh jenis kelamin apalagi dalam proses produksi

pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang

pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah dan tenaga kerja wanita

mengerjakan tanam.

http://lvunderground.wordpress.com/

1.3.2. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan

hidup suatu kelompok masyarakat biasanya dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Sumber perekonomian dapat menentukan tingkat

dari kemakmuran serta taraf hidup suatu masyarakat dan juga dapat

menentukan kedudukan/status dari penduduk itu sendiri

(Nainjolan, 2005).

Penilaian tentang penduduk suatu daerah atau wilayah dapat

dilakukan dengan menganalisis data penduduk dari segi mata

pencaharian. Menurut Nazarwin (2000) dinyatakan bahwa mata

pencaharian merupakan objek dari individu, kelompok ataupun

masyarakat dalam rangka mencari pendapatan untuk pemenuhan

biaya kebutuhannya. Berdasarkan pernyataan ini, maka disimpulkan

bahwa mata pencaharian yang beragam akan menunjukkan bahwa

individu dalam suatu kelompok masyarakat adalah beragam.

Berdasarkan data sekunder jumlah penduduk Kelurahan

Parangbanoa dapat dikelompokkan berdasarkan mata pencaharian,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2, berikut:

http://lvunderground.wordpress.com/

Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011.

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1. Petani 1.324 60,60

2. Peternak 524 11,81

3. PNS 41 1,96

4. Wiraswasta 66 4,11

5. Buruh bangunan 720 20,30

6. Pegawai Swasta 50 1,21

7. Pedagang 35 0,01

Jumlah 2.760 100

Sumber: Data Sekunder, 2011

Tabel 2 menunjukkan bahwa penduduk di Kelurahan

Parangbanoa yang bekerja sebagai petani sebanyak 1.324 jiwa

(60,60%), peternak sebanyak 524 jiwa (11,81%), PNS (Pegawai

Negeri Sipil) sebanyak 41 jiwa (1,96%), buruh bangunan sebanyak

720 jiwa (20,30%), pegawai swasta sebanyak 50 jiwa (1,21%) dan

terakhir pedagang yaitu 35 jiwa (0,01%). Mata pencaharian di

Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa

lebih dominan seorang petani dari pada buruh bangunan, hal ini

sesuai dengan pendapat Witrianto (2011) bahwa petani bertempat

tinggal di pedesaan dan sebagian besar di antaranya, terutama yang

tinggal di daerah-daerah yang padat penduduk di Asia Tenggara.

1.3.3. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan

kelakuan individu. Pendidikan bertalian dengan transmisi

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek

http://lvunderground.wordpress.com/

lainnya terhadap interaksi sosial. Umumnya tingkat pendidikan yang

dimiliki oleh para petani merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap pengelolaan usahataninya. Walaupun seseorang memiliki

kemampuan fisik yang memadai tetapi tidak ditunjang dengan

pengetahuan maka usaha yang dikelola tidak akan mengalami

peningkatan, dimana makin tinggi tingkat pendidikan petani maka

makin banyak pula informasi-informasi yang dapat dicerna

sehubungan dengan peningkatan produksi usahataninya. Hampir

segala sesuatu yang kita alami merupakan hasil hubungan kita di

rumah, sekolah, tempat pekerjaan dan sebagainya (Nasution, 2010).

Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan penduduk

Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa

dapat dilihat pada tabel 3, berikut:

http://lvunderground.wordpress.com/

Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) (%)

1. Sekolah Rakyat 1 0,0

2. S2 1 0,0

3. S1 11 0,5

4. D3 3 0,1

5. D2 9 0,4

6. D1 1 0,0

7. SMA 140 5,9

8. SMP 217 9,1

9. SD 567 23,8

10. Sementara Kuliah 72 3,0

11. Sementara SMA 57 1,9

12. Sementara SMP 119 5,0

13. Sementara SD 197 8,3

14. Sementara TK 17 0,7

15. Belum sekolah 154 7,0

16. Tidak Sekolah 816 34,3

Jumlah 2.382 100

Sumber: Data Sekunder, 2011.

Tabel 3 menunjukkan bahwa warga Kelurahan Parangbanoa

yang tingkat pendidikannya sampai pada sekolah rakyat berjumlah 1

orang atau 0,0% dari total populasi penduduk. Untuk warga yang

sampai jenjang pendidikan S2 berjumlah 1 orang atau 0,0% dari total

jumlah penduduk. Adapun warga yang sampai pada jenjang

pendidikan S1 berjumlah 11 orang atau 0,5% dari total populasi.

Untuk warga yang sampai pada jenjang pendidikan D3 berjumlah 3

orang atau 0,1% dari total populasi. Warga yang sampai pada

jenjang pendidikan D2 berjumlah 9 orang atau 0,4%. Warga yang

sampai pada jenjang pendidkan D1 berjumlah 1 orang atau 0,0%.

http://lvunderground.wordpress.com/

Warga yang sampai pada jenjang pendidikan SMA berjumlah 140

orang atau 5,9%. Warga yang sampai pada jenjang pendidkan SMP

berjumlah 217 orang atau 9,1%. Warga yang sampai pada jenjang

pendidikan SD berjumlah 567 orang atau 23,8%. Warga yang

sementara kuliah berjumlah 72 orang atau 3,0%. Warga yang

sementara SMA berjumlah 57 orang atau 1,9%. Warga yang

sementara SMP berjumlah 119 orang atau 5,0%. Warga yang

sementara SD berjumlah 197 orang atau 8,3%. Warga yang

sementara TK berjumlah 17 orang atau 0,7%. Warga yang belum

sekolah berjumlah 154 orang atau 7,0%. Sedangkan yang terakhir

yaitu warga yang tidak bersekolah atau tidak berpendidikan

berjumlah 816 orang atau 34,3% dari total populasi. Dilihat dari

banyaknya warga yang tingkat pendidkannya rendah yaitu hanya

rata-rata lulusan SD dan SMP bahkan sekitar 34,3% yang tidak

berpendidikan sama sekali sehingga tingkat pendidikan di Kelurahan

Parangbanoa ini tergolong sangat rendah. Hal ini disebabkan karena

kurangnya sarana pendidikan yang tersedia di kelurahan tersebut

serta sebagian besar warga Kelurahan Parangbanoa tergolong

dalam ekonomi lemah.

1.4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Suatu wilayah dapat dikatakan mengalami perkembangan jika

wilayah tersebut mempunyai sarana dan prasarana yang memadai,

sehingga penduduknya dapat menggunakannya sesuai dengan

http://lvunderground.wordpress.com/

kebutuhan mereka masing-masing. Sarana dan prasarana tersebut antara

lain sarana perhubungan, peribadatan, pemukiman dan pendidikan

(Anonim b, 2011).

Lancarnya perekonomian suatu daerah sangat dipengaruhi oleh

jumlah sarana dan prasarana yang terdapat pada daerah tersebut, baik

sarana bangunan maupun sarana perhubungan. Jika suatu daerah

mempunyai sarana yang memadai serta ditunjang oleh sumber daya alam

yang cukup, maka kegiatan pertanian atau perekonomian pada daerah

tersebut berjalan lancar (Anonim b, 2011).

Sarana perhubungan dan komunikasi dapat membantu

mempercepat informasi segala macam yang berhubungan dengan

pertanian. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan dan keagamaan

hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang berpendidikan

disertai dengan ketekunan dalam menjalankanibadah merupakan syarat

utama dalam pembangunan nasional. Sarana di bidang kesehatan sangat

diperlukan dalam mengelola usahatani agar dapat berjalan lancar

(Anonim b, 2011).

1.4.1. Sarana Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

http://lvunderground.wordpress.com/

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan

dirinya dan masyarakat (Anonim c, 2011).

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang

pengetahuan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan adanya sarana

pendidikan seperti sekolah baik itu TK, SD, SMP dan SMA, agar

masyarakat dapat memperoleh pengetahuan yang tidak hanya

didapatkan dari orang tua saja (turun menurun) tetapi didapatkan

dari sekolah formal dan juga masyarakat dapat mengetahui

perkembangan dunia khususnya dalam bidang pertanian

(Yusoff, 2008).

Untuk lebih jelasnya mengenai saran pendidikan di Kelurahan

Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat dilihat

pada tabel 4, berikut:

Tabel 4. Jumlah Sarana Pendidikan Yang Tersedia di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011.

No. Jenis Sarana Jumlah (Buah) Persentase

1. SD 2 100 %

2. SLTP - -

3. SMU - -

4. TPA - -

Jumlah 2 100 %

Sumber: Data Sekunder, 2011.

Tabel 4 menunjukkan bahwa sarana pendidikan khususnya

untuk Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2 buah, SLTP dan SMU serta

TPA tidak ada, walaupun fasilitas yang tersedia masih sangat minim

http://lvunderground.wordpress.com/

tetapi penduduk dianjurkan untuk menyelesaikan sekolahnya

hingga SMU. Bagi warga yang mau melanjutkan sekolahnya harus

keluar dari daerah tersebut ke daerah kota Gowa.

1.4.2. Sarana Peribadatan

Tempat ibadah merupakan tempat suci bagi seseorang yang

menganut suatu agama. Tempat ibadah juga sangat diperlukan untuk

menunjang pengetahuan keagamaan seluruh masyarakat.

Berdasarkan data sekunder (Soekartawi, 2003). Kelurahan

Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa memiliki

tempat ibadah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5,

berikut:

Tabel 5. Jumlah Sarana Peribadatan Yang Tersedia di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan pallangga, kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011.

No. Tempat Ibadah Jumlah (Buah)

1. Mesjid 4

2. Gereja -

Sumber: Data Sekunder, 2011.

Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa kurangnya

tempat-tempat ibadah yang tersedia di Kelurahan Parangbanoa.

Jumlah mesjid yang terdapat sebanyak 4 buah sedangkan untuk gereja

tidak terdapat di Kelurahan tersebut. Ini dapat membuktikan bahwa

penduduk di Kelurahan Parangbanoa rata-rata penduduknya beragama

Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat Soebono (2010) bahwa fungsi

mesjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah

http://lvunderground.wordpress.com/

shalat berjama’ah. Mesjid merupakan rumah tempat ibadah

umat Muslim. Selain tempat ibadah, masjid juga merupakan pusat

kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar,

diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering

dilaksanakan di Masjid.

http://lvunderground.wordpress.com/

II. KONDISI UMUM RUMAH TANGGA

2.1. Identitas Petani Responden

Dalam menjalankan kegiatan usahatani, petani mempunyai peranan

yaitu sebagai penggerak dan manajer. Petani inilah yang mengatur dan

memelihara pertumbuhan tanaman dalam usahanya mulai dari

pengeloolaan lahan sampai panen. Namun, petani mempunyai

kemampuan yang berbeda antara petani yang satu dengan petani yang

lain. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat umur, tingkat pendidikan,

pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan. Faktor-faktor

tersebut menjadi tolak ukur dalam mengidentifikasi petani dalam upaya

penyebaran informasi dan inovasi kepada petani. Dengan adanya

identitas petani responden maka akan memudahkan dalam menganalisis

usahataninya (Mosher, 2000).

Tabel 6. Identitas Petani Responden di Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011.

Responden Umur

(Tahun) Pendidikan

Pekerjaan Jumlah tanggungan

keluarga (orang)

Pendapatan Pertahun (Rp)

Utama Sampingan Utama Sampingan

Dg. Gassing 48 SD Petani Tukang

batu 3 1.039.000 12.000.000

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa identitas petani

responden di Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa,

Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa yaitu Dg. Gassing yang telah

berusia 48 tahun. Pendidikan terakhir beliau yaitu tamat Sekolah Dasar

http://lvunderground.wordpress.com/

(SD). Pekerjaan utama Dg. Gassing yaitu petani sedangkan pekerjaan

sampingannya yaitu tukang batu. Dari pekerjaan sebagai petani

Dg. Gassing memperoleh pendapatan dalam setahun sebanyak

Rp 1.039.000,- sedangkan pekerjaan sebagai buruh bangunan

sebanyak Rp. 12.000.000,-. Jadi, pendapatan total Dg. Gassing

setiap tahun yaitu Rp. 13.039.000,-. Jumlah tanggungan keluarga

Dg. Gassing sebanyak 3 orang yaitu istrinya dan dua orang anaknya yaitu

Kasminah dan Jumiati. Penghasilan yang diperoleh beliau boleh dikatakan

cukup banyak dan dapat memenuhi segala kebutuhan keluarganya. Hal

ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) bahwa pekerjaan atau mata

pencaharian suatu konsumen dapat mempengaruhi penghasilan,

kemampuan membeli dan kemampuan untuk mengkonsumsi suatu

produk.

2.2. Umur

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara

berfikir. Kondisi fisik yang dapat menurun, pemikirann yang biasanya

tertuju untuk memotivasi kerja maupun pengalaman sangatlah

dipengaruhi oleh umur. Pada umumnya petani yang berumur muda dan

sehat lebih cepat menerima hal-hal baru yang dianjurkan karena mereka

lebih berani menanggung resiko dan memiliki kemampuan fisik yang lebih

dibandingkan petani yang sudah tua. Petani yang berumur muda belum

http://lvunderground.wordpress.com/

memiliki banyak pengalaman karena itu mereka lebih dinamis untuk

mengimbangi kekurangan tersebut sedangkan kondisi umur yang sudah

tua jauh lebih memiliki pengalaman yang lebih (Soekartawi, 2006).

Data pada tabel 6 sebelumnya menunjukkan bahwa umur

responden yaitu 48 tahun tergolong tua dan memiliki ketahanan fisik yang

lemah, hal ini sesuai dengan pendapat Patong (2001) bahwa Umur akan

sangat mempengaruhi dalam kegiatan berusahatani. Hal tersebut

berhubungan dengan ketahanan fisik, pengalaman dan pola pikir

sehubungan dengan penerimaan setiap inovasi dalam usahataninya.

Pada umumnya petani yang berusia muda dan sehat mempunyai

ketahanan fisik yang lebih besar jika dibandingkan dengan petani yang

sudah tua, tetapi dari segi pengalaman petani yang lebih tua mempunyai

pengalaman yang lebih banyak dan hal ini berpengaruh terhadap pola

pikir. Petani yang masih muda lebih fleksibel dalam usahataninya dan juga

petani muda dengan tingkat pendidikan yang lebih baik akan berusaha

untuk meningkatkan usahanya sebaliknya patani yang sudah tua lebih

mempertahankan sistem pertanian yang turun temurun dan masih bersifat

tradisional dan menerapkan cara yang didapatkan dari orangtuanya

dan nenek moyangnya.

2.3. Pendidikan

Moenandir (2004) mengemukakan bahwa pendidikan dan

pengalaman pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani.

Pendidikan petani yang relatif tinggi menyebabkan petani akan lebih

http://lvunderground.wordpress.com/

dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Dengan adanya pendidikan

yang relatif tinggi yang dimiliki petani akan memudahkan petugas

penyuluhan untuk menyampaikan konsep yang akan dibawakan. Karena

petani akan lebih mudah mengerti dan memahami apa yang disampaikan

oleh para penyuluh. Pendidikan dapat diperoleh melalui bangku sekolah

yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal dapat

diperoleh melalui bangku sekolah, informal melalui kursus-kursus dan non

formal melalui pengalaman-pengalaman dari masyarakat.

Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidkian responden

hanya sampai pada tingkat tamat SD namun responden dapat membaca

dan berbahasa indonesia dengan baik dan benar hal ini sesuai dengan

pendapat Hernanto (2000) mengemukakan bahwa pendidikan dan

pengalaman pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani.

Pendidikan petani yang relatif tinggi menyebabkan petani akan lebih

dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Dengan adanya pendidikan

yang relatif tinggi yang dimiliki petani akan memudahkan petugas

penyuluhan untuk menyampaikan konsep yang akan dibawakan. Karena

petani akan lebih mudah mengerti dan memahami apa yang disampaikan

oleh para penyuluh. Pendidikan dapat diperoleh melalui bangku sekolah

yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal dapat

diperoleh melalui bangku sekolah, informal melalui kursus-kursus dan

nonformal melalui pengalaman-pengalaman dari masyarakat.

http://lvunderground.wordpress.com/

2.4. Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh

manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas

atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Pekerjaan juga

merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang dalam mencapai

sesuatu yang dicita-citakan. Disamping itu kerja merupakan suatu wadah

untuk mengaktualisasikan diri dengan jalan melampiaskan dalam bentuk

berbagai kegiatan yang dapat menghasilkan sesuatu dimana dapat

dijadikan sebagai sarana untuk memenuhi segala kebutuhan

(Anonim d, 2011).

Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa pekerjaan utama petani

responden sendiri yaitu sebagai petani sedangkan pekerjaan

sampingannya yaitu sebagai tukang batu, faktor-faktor yang

menyebabkan hal tersebut adalah tingkat pendidikan yang relatif rendah,

kurangnya keahlian yang dimiliki petani. Hal ini sejalan dengan pendapat

Soekartawi (2003), kerja dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang tidak

terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Manusia dalam menjalani

kehidupannya selalu dituntut untuk bekerja dan berusaha agar

kelangsungan hidupnya dapat berlanjut, kerja atau usaha ini adalah

semua aktivitas yang deilakukan oleh manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Pengertian kerja atau usaha tidak hanya sebatas

pada kerja fisik saja tapi juga berupa kerja otak berupa pikiran.

http://lvunderground.wordpress.com/

2.5. Jumlah Tanggung Keluarga

Kepala keluarga adalah orang yang bertanggung jawab atas segala

kejadian dalam rumah tangganya serta berusaha untuk selalu memenuhi

kebutuhan sehari-hari dari semua anggota keluarga yang menjadi

tanggungannya. Keluarga merupakan semua orang yang tinggal dalam

satu rumah tangga atau berada di luar rumah tetapi menjadi tanggungan

keluarga. Pada dasarnya tanggungan keluarga dapat mempengaruhi

besar kecilnya usahatani karena tanggungan keluarga petani dapat

membantu kelancaran usahataninya terutama dalam hal penggunaan

tenaga kerja (Anonim e, 2011).

Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga

yang ditanggung responden yaitu sebanyak 3 orang yaitu istri beliau yaitu

Dg. Lebang dan dua orang anaknya yaitu Kasminah dan Jumiati

sedangkan dua anaknya yang lain sudah tidak tinggal bersamanya,

karena anak pertama dan ketiga yang bernama Kasmawati dan Jumiati

sudah menikah dan ikut dengan suaminya.

Banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi kegiatan seorang

petani dalam berusahatani. Hal ini disebabkan makin banyaknya anggota

dalam keluarga tersebut maka tanggungan makin banyak pula sehingga

kebutuhan semakin bertambah. Tanggungan keluarga yang cukup banyak

mendorong petani untuk meningkatkan produksi usahataninya dan

kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak.

http://lvunderground.wordpress.com/

Sejalan dengan hal tersebut Mubyarto (2001), bahwa besar kecilnya

jumlah tanggungan keluarga akan menentukan perilaku petani dalam

usahataninya. Makin besar jumlah tanggungan keluarganya maka makin

dinamis pula dalam usahataninya, karena ia terdorong oleh tanggung

jawab terhadap keluarganya. Yaitu semua yang tinggal dalam satu atap

rumah, seperti istri, anak, nenek, kakek, cucu dan lain sebagainya.

Tanggungan keluarga ini sangatlah berpengaruh pada kondisi atau

kegiatan keseharian petani. Kondisi dimana petani harus bertanggung

jawab langsung pada kesejahteraan orang-orang yang tinggal dengannya.

Pemenuhan kebutuhan yang baik sandang, pangan maupun papan

sangatlah harus diperhatikan. Seorang kepala keluarga dalam hal ini

responden sangatlah memahami maksud dimana keluarga yang tinggal

dengannya harus dicukupi kebutuhannya.

2.6. Pendapatan

Pendapatan adalah keuntungan atau hasil bersih yang diperoleh

oleh petani dari hasil produksinya. Seorang petani dapat memperoleh

keuntungan atau profit yang maksimum asalkan petani melakukan

tindakan dengan cara meningkatkan hasilnya dengan menekan harga

faktor produksi dan menjual hasilnya dengan harga yang tinggi, maka

petani melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga yang bersamaan

(Daniel, 2004).

http://lvunderground.wordpress.com/

Pendapatan usahatani memerlukan keterangan pokok sebanyak

dua yaitu penerimaan dan keadaan pengeluaran dalam jangka waktu

yang ditetapkan. Analisa tingkat produksi pendapatan usahatani sangat

berguna bagi petani karena dengan menghitung pendapatan yang

diperoleh seorang petani responden dapat mengetahui dan menentukan

apakah cabang usahatani yang dilaksanakan itu layak atau tidak layak

diusahakan (Anonim f, 2011).

Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa pendapatan responden

dalam setahun yaitu Rp. 13.039.000,-. Pendapatan responden didapatkan

dari pekerjaan utama sebagai petani sebesar Rp. 1.039.000,- yaitu

Rp. 414.500 dari usahatani padi dan Rp. 624.500 dari usahatani kacang

panjang. Sedangkan dari pekerjaan sampingan sebagai tukang batu

beliau memperoleh sebesar Rp. 12.000.000. Selain itu, jumlah

tanggungan keluarga mempengaruhi pendapatan petani. Pendapatan

menurut Suratiyah (2006), adalah merupakan hasil yang diperoleh dari

suatu proses produksi. Tinggi rendahnya pendapatan suatu masyarakat

sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan di masyarakat tersebut.

2.7. Karakteristik Sumber Daya

Karakteristik dapat juga dikatakan ciri-ciri atau sifat dari seseorang

atau benda. Karakteristik ada bermacam-macam jenisnya tergantung

bagaimana manusia mempersepsikan macam-macam karakteristik

tersebut, karakteristik sumber daya rumah tangga adalah salah satunya.

Karakteristik sumber daya rumah tangga dapat memperlihatkan

http://lvunderground.wordpress.com/

kemampuan seseorang dalam rumah tangganya, dilihat dari sumber daya

rumah tangga itu sendiri khususnya, dan keadaan rumah tangga orag

tersebut umumnya. Karakteristik sumber daya rumah tangga yang di miliki

oleh petani tergantung dari besar kecilnya pendapatan yang mereka miliki,

Hal ini dapat di lihat dari kemampuan petani atau daya beli petani untuk

membeli peralatan kendaraan dan lain-lain (Anonim g, 2011).

Adapun sumberdaya yang dimiliki oleh responden adalah sebagai

berikut :

Tabel 7. Sumber Daya Rumah Tangga di Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011.

No

Nama Responden

Sumber Daya Rumah Tangga

Kendaraan (buah)

Peralatan Rumah Tangga (buah)

Peralatan Elektronik/

Teknologi (buah)

Lain-lain (buah)

Dg. Gassing -

- Kompor gas (1), - Sofa (1 set), - tempat tidur (4), - lemari pakaian (3), - lemari hias (1).

TV (1), DVD (1), speaker (2) HP (1)

- Sawah 10 are

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2011.

Pada tabel 7 menunjukkan bahwa untuk responden tersebut,

memiliki sumber daya rumah tangga yang telah cukup memadai seperti

kompor gas, sofa, tempat tidur, lemari pakaian dan lemari hias, TV, DVD,

speaker dan handphone. Barang-barang tersebut merupakan barang yang

sudah umum untuk masyarakat kota. Hal ini mengindikasikan bahwa

pengaruh kota cukup mempengaruhi Lingkungan Tattakkang ini sampai

merasuki karakteristik sumber daya masyarakat atau penduduk setempat.

Adapun luas sawah yang Dg. Gassing miliki adalah 10 are. Hal ini sesuai

dengan pendapat Rahim (2006), yang menyatakan bahwa usahatani

http://lvunderground.wordpress.com/

dipandang sebagai alat untuk memperoleh pendapatan dan keamanan,

seperti memberi manfaat yang memuaskan baginya dari segi produksi

usahatani dan sebagai wadah baginya untuk memperoleh pendapatan

yang akan digunakan baik untuk memenuhi kebutuhan primer maupun

sekundernya.

Karakteristik sumber daya rumah tangga dapat memperlihatkan

kemampuan dan keadaan rumah tangga seseorang dalam rumah

tangganya (Soekartawi, 2006). Oleh karena itu, petani responden tersebut

termasuk dalam kategori masyarakat berkecukupan.

http://lvunderground.wordpress.com/

III. RIWAYAT HIDUP RESPONDEN

3.1. Masa Dalam Asuhan Keluarga Pendidik

Ayah dari Dg. Gassing bernama Alm. Dg. Tindri sedangkan ibunya

bernama Dg. Putti. Dg. Gassing merupakan penduduk asli di Lingkungan

Tattakkang karena orang tuanya juga lahir dan besar di Lingkungan

Tattakkang. Kedua orang tua beliau tidak pernah mengenyam dunia

pendidikan karena faktor ekonomi keluarga.

Ayah beliau yaitu Alm. Dg. Tindri dulunya bekerja sebagai petani

dengan luas lahan 40 are. Namun semenjak ayah beliau meninggal,

pekerjaan itu dikerjakan oleh ibunya dan saudara-saudaranya termasuk

beliau sendiri, ibunya juga bekerja sebagai dukun beranak di Lingkungan

Tattakkang. Ayah beliau meninggal pada saat beliau berumur 20 tahun.

Beliau merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, anak pertama

bernama Dg. Rewa, anak kedua bernama Dg. Rateng, anak keempat

bernama Dg. Agi dan anak kelima bernama Dg. Mugi. Saat ini kakak

beliau yang pertama menetap di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Kakak

kedua belau menetap di Lingkungan Palaraka sedangkan Dg. Gassing,

Dg. Agi dan Dg. Mugi memilih menetap di Lingkungan Tattakkang

bersama keluarga.

Kedua orang tua Dg. Gassing merawat beliau dan saudara-

saudaranya dari kecil. Mereka tidak pernah diasuh oleh orang lain. Kedua

orang tua beliau selalu mengajarkan untuk berbuat baik kepada kedua

http://lvunderground.wordpress.com/

orang tua dan kepada orang lain serta mengajari mereka mengaji, shalat

dan selalu memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam

melakukan setiap tindakan yang sesuai dengan jalan Allah SWT. Beliau

sangat senang dengan pola-pola asuhan dari ayah dan ibunya.

Ayah Dg. Gassing bekerja sebagai petani. Beliau sangat senang bila

ayah beliau mengajaknya ke sawah. Terlebih lagi jika disana bisa bermain

dengan saudara-saudaranya. Karena beliau sering ikut saat ayah beliau

pergi bekerja ke sawah, beliau juga senang dengan pekerjaan itu dan

lambat laun beliau juga mulai mengerti dan terampil dalam bertani mulai

dari pengolahan lahan sampai dengan proses pemanenan. Tidak ada

hal-hal yang tidak beliau sukai dari pekerjaan ayahnya itu karena beliau

selalu menikmati setiap pekerjaan itu dan ikhlas dalam mengerjakannya.

3.2. Masa Pendidikan Di Luar Rumah

Pada umur 7 tahun Dg. Gassing mulai bersekolah di Sekolah Dasar.

Beliau tidak pernah merasakan bersekolah di Taman Kanak-kanak karena

pada saat itu di Lingkungan Tattakkang belum ada sekolah Taman Kanak-

kanak. Pada tahun 1969 beliau bersekolah di Sekolah Dasar satu-satunya

yang ada di Kelurahan Parangbanoa yaitu SD Parangbanoa yang

letaknya cukup jauh dari rumahnya di Tattakkang. Namun beliau tetap

semangat dan tidak putus asa walaupun jarak sekolahnya sangat jauh

dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki karena pada waktu itu

http://lvunderground.wordpress.com/

belum terdapat kendaraan umum di Lingkungan Tattakkang. Setiap hari

beliau harus berangkat pada pagi hari sekitar jam 05.00 WITA agar bisa

sampai di Sekolah tepat waktu yaitu sekitar jam 07.00 WITA.

Dg. Gassing biasanya ke sekolah bersama dengan teman-temannya

yang juga berjalan kaki. Beliau memiliki seorang sahabat yang selalu

bersama beliau bermain dan belajar yaitu Dg. Naba. Beliau dan Dg. Naba

melewati suka duka bersama bersekolah di SD Parangbanoa yang berada

di bawah kolong rumah dari salah satu warga yang namanya tidak beliau

ingat lagi. Namun saat ini beliau dan Dg. Naba tidak pernah berinteraksi

lagi semenjak Dg. Naba telah menikah dan menetap di Takalar.

Saat bersekolah, Dg. Gassing sangat senang dengan mata pelajaran

olahraga karena selain bisa belajar juga dapat bermain dengan

teman-temannya. Oleh karena itu, beliau sering mendapat nilai bagus

untuk mata pelajaran olahraga. Namun pada mata pelajaran matematika,

beliau mengalami sedikit kesulitan, sehingga nilai yang beliau peroleh

tidak sebagus nilai mata pelajaran olahraga. Hal ini disebabkan karena

beliau sulit untuk memahami perhitungan. Guru Matematika beliau

bernama Dg. Majja yang juga merupakan kepala sekolah di SD

Parangbanoa. Dg. Majja dalam mengajar apabila mereka tidak tahu

dan tidak mengerti maka Dg. Majja biasanya memberi hadiah baik

berupa cubitan maupun pukulan. Beliau kurang senang dengan cara

mengajar Dg. Majja ini yang menggunakan kekerasan dalam mengajar.

Hal itu beliau jadikan panutan sehingga dalam kelurga beliau tidak

http://lvunderground.wordpress.com/

mau menggunakan kekerasan dalam mengajar anak-anak beliau.

Dg. Gassing semakin tidak menyukai mata pelajaran matematika karena

hal ini walaupun sebenarnya juga dipengaruhi oleh kemampuan beliau

yang sulit memahami perhitungan.

Dg. Gassing menganggap bahwa jalan kekerasan tidak akan

menyelesaikan masalah. Walaupun begitu beliau tetap berterima kasih

pada guru beliau itu yang telah mengajarkan beliau menulis, membaca

dan terutama mengajarkan beliau memaknai hidup agar lebih baik dan

dalam menyelesaikan masalah tidak dengan jalan kekerasan tetapi

dengan bujukan dan ajakan agar apa yang diajarkan bisa dicerna dengan

baik dan diterapkan dikemudian hari.

Selama bersekolah Dg. Gassing termasuk anak yang nakal dan

sering mengganggu teman ceweknya namun tentunya beliau juga masih

dalam batas-batas yang wajar untuk itu. Beliau tidak hanya memperoleh

ilmu pengetahuan di lingkungan sekolah tetapi beliau juga dididik oleh

kedua orang tuanya. Ibu beliau yaitu Dg. Putti mengajarkan beliau mengaji

bersama dengan saudara-saudaranya. Namun kadang-kadang beliau juga

ikut kegiatan pengajian yang biasanya dilaksanakan di mesjid desa.

3.3. Masa Pengalaman Mencari Nafkah

Pada umur 13 tahun, Dg. Gassing turut bekerja sebagai petani

bersama ayahnya untuk membantu dan mengurangi beban pekerjaan

ayahnya yang harus menghidupi mereka sekeluarga. Hasil yang beliau

http://lvunderground.wordpress.com/

peroleh dari bertani bukan dalam bentuk materi tetapi berupa pengalaman

dalam bertani dan keterampilan yang dapat, diterapkan saat beliau

telah berkeluarga.

Setelah Dg. Gassing menikah dengan Dg. Lebang, beliau

menerapkan keterampilan bertani yang diperoleh dari pengalaman bekerja

dengan ayahnya di sawah dan hal itu beliau lakukan juga di tanah

pemberian/warisan dari orang tuanya yang luasnya 10 are. Ayah beliau

mengajarkan mulai dari proses pengolahan tanah seperti cara

menggemburan tanah sebelum bibitnya disebar, cara melindungi tanaman

dari hama da penyakit serta cara memanen.

Selain bekerja sebagai petani, Dg. Gassing juga mempunyai

pekerjaan sampingan sebagai tukang batu. Awalnya beliau hanya ikut

dengan tetangga-tetangga beliau yang sudah menjadi tukang batu di

Makassar. Beliau awalnya hanya sebagi buruh, namun lama kelamaan

naik jabatan sebagai tukang batu karena sudah cukup pengalaman. Dari

berbagai pekerjaan yang pernah beliau lakukan, pekerjaan sebagai

tukang batulah dapat memberikan kepuasan yang lebih banyak karena

pekerjaan tersebut dapat mengahasilkan materi yang banyak bagi

keluarganya. Meskipun pekerjaan tersebut tidak menentu karena hanya

ada apabila ada proyek pembangunan di Makassar. Sedangkan pekerjaan

sebagai petani juga memberikan kepuasan tersendiri berupa pengalaman

http://lvunderground.wordpress.com/

dan penerapan hobby serta keterampilan bagi beliau walaupun materi

yang dihasilkan tidak sebanyak materi yang didapatkan dari pekerjaan

sebagai tukang batu.

Selain melakukan rutinitas sebagai petani di Lingkungan Tattakkang,

Dg. Gassing juga melakukan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang lain

seperti kerja bakti membersihkan mesjid menjelang bulan ramadhan dan

sebagainya. Beliau dan keluarga sangat dekat dengan warga di

Lingkungan Tattakang meskipun beliau tidak memiliki jabatan dan

pengaruh apapun. Meskipun Dg. Gassing hanya masyarakat biasa,

namun hubungan silaturrahmi dengan tetangga-tetangga beliau

berlangsung dengan baik apalagi kami di Lingkungan Tattakkang ini

kebanyakan memiliki hubungan keluarga dan di Lingkungan Tattakkang

ini tidak ada yang namanya orang lain, semua adalah keluarga. Seringkali

beliau dan kaluarganya membantu tetangga beliau baik yang sedang

mengadakan acara seperti perkawinan, naik haji dan lain-lain. Dari

kegiatan tersebut beliau dan keluarganya dapat merasakan indahnya

kebersamaan dengan tetangga.

3.4. Masa Pembentukan Keluarga Prokreasi

Keluarga Dg. Gassing saat ini merupakan hasil perkawinan beliau

dengan Dg. Lebang. Pada saat menikah beliau masih berumur 18 tahun

sedangkan istrinya sudah 2 tahun lebih tua dari beliau yaitu 20 tahun.

Mereka menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua mereka yang

kebetulan juga memiliki hubungan kekerabatan walaupun cukup jauh.

http://lvunderground.wordpress.com/

Dg. Gassing dan istrinya memiliki 4 orang anak yang semuanya

adalah anak perempuan. Anak pertamanya bernama Kasmawati yang

saat ini telah menikah dan berumur 30 tahun dan telah menikah dan

sekarang ikut bersama suaminya tinggal di Lingkungan Barua. Anak

keduanya bernama Kasminah yang saat ini berumur 26 tahun yang

sekarang bekerja di salah satu perusahaan roti di Mallengkeri. Kasminah

belum menikah sedangkan anak ketiganya yang bernama Nurbiah yang

berumur 22 tahun saat ini telah menikah dan dikaruniai 2 orang anak

tetapi anak pertamanya meninggal dunia pada saat berumur 1 tahun

karena sakit muntaber. Nurbiah tinggal di samping kanan rumah beliau

dan anak Nurbiah yang bernama suci saat ini telah berumur 2 tahun.

Sedangkan anak keempatnya bernama Jumiati yang saat ini masih

berumur 18 tahun dan belum bekerja. Dia tinggal bersama beliau dan

istrinya serta Kasminah yang juga belum menikah.

Semua anak Dg. Gassing hanya bersekolah sampai jenjang Sekolah

Dasar karena jarak sekolah yang jauh dari rumahnya dan juga karena

faktor ekonomi sehingga beliau tidak mempu menyekolahkan anak beliau

sampai sarjana.

Pada tahun pertama pernikahan Dg. Gassing dan istrinya, beliau

tinggal di rumah mertuanya karena beliau belum memiliki banyak uang

untuk membangun rumah sendiri. Namun berkat kerja kerasnya dan

karena beliau juga memiliki keterampilan sebagai tukang batu akhirnya

pada tahun berikutnya beliau bisa membangun rumah batu di samping

http://lvunderground.wordpress.com/

rumah mertuanya. Beliau hanya menyediakan pasir, semen, batu bata

dan perlengkapan lain, sedangkan untuk pembangunannya beliau

mengerjakannya sendiri dan dibantu oleh tetangga-tetangga serta

mertuanya. Beliau sangat bersyukur memiliki sedikit keahlian sebagai

tukang batu sehingga mengurangi biaya yang harus beliau keluarkan

untuk membangun rumah. Rumah tersebut merupakan rumah yang

beliau bangun dengan jerih payah sendiri dan penuh dengan semangat

dan sampai sekarang rumah tersebut beliau tinggali bersama dengan istri

dan kedua anaknya yang belum menikah yaitu Kasminah dan Jumiati.

Awalnya Dg. Gassing sulit beradaptasi dengan pekerjaannya yang

harus menghidupi keluarga dan tanggung jawabnya kepada keluarganya.

Namun, beliau terus berusaha menjadi kepala keluarga yang baik dan

bertanggung jawab. Dg. Gassing dan istrinya sangat memperhatikan

segala kebutuhan anak-anaknya dan juga sangat menyayangi anak-

anaknya. Hal itu terlihat saat beliau mengajarkan anaknya membaca,

menulis dan berhitung. Namun, jika beliau tidak sempat karena ada

pekerjaan maka beliau digantikan oleh istrinya membimbing anak-anak

mereka. Selain itu, beliau dan istrinya juga mengajarkan anak-anaknya

tentang agama dan tata karma dalam berbuat dan bermasyarakat. Mereka

juga menjaga pola makan anak-anak mereka agar kesehatan mereka

tetap terjaga dan gizi makanan yang mereka konsumsi setiap harinya

dapat terpenuhi. Biasanya lauk pauknya adalah hasil dari bertani sendiri

seperti kacang panjang yang beliau tanam di lahan yang beliau kelola.

http://lvunderground.wordpress.com/

Walaupun kadang-kadang beliau juga membelinya dari pasar yang

jaraknya cukup jauh dari rumahnya dan harus ditempuh dengan

menggunakan ojek.

Pada hari minggu, biasanya Dg. Gassing memanfaatkannya dengan

berkumpul dengan keluarga dirumah dan sedikit melepaskan kepenatan

bekerja selama seminggu. Namun kadang-kadang waktu tersebut

digunakan untuk bekerja di Makassar sebagai tukang batu sehingga tidak

ada lagi waktu untuk berkumpul dengan keluarganya selain pada malam

hari tapi itupun hanya sebentar karena beliau harus beristirahat agar

stamina beliau pulih kembali dan bisa bekerja keesokan harinya.

Dg. Gassing memang tipe pekerja keras dan tidak pernah mengeluh

dan tetap semangat melakukan setiap pekerjaan yang beliau geluti demi

menghidupi keluarganya dan memenuhi kebutuhan istri dan anak-anak

beliau. Hal itu beliau pelajari dari orang tuanya terutama ayahnya yang

selalu mengajarkan beliau akan tanggung jawab, kerja keras dan tidak

gampang putus asa dalam menjalani kehidupan. Alm. Ayah Dg. Gassing

telah menjadi panutan bagi anak-anaknya terutama beliau sendiri yang

merupakan anak ketiga dari lima bersaudara yang semuanya telah

menikah dan tinggal bersama dengan keluargan mereka masing-masing.

http://lvunderground.wordpress.com/

Dg. Gassing dan keluarganya hidup dengan penuh kesederhanaan

dan itu juga beliau terapkan kepada anak-anak beliau. Hal itu terlihat dari

kehidupan sehari-sehari beliau mulai dari pola konsumsi, tempat tinggal,

pakaian dan perabotan rumah tangga. Walaupun begitu beliau tidak

menutup diri dengan perkembangan teknologi yang sedang berkembang.

Pada kondisi rumah tangga, Dg. Gassing sangat bahagia bisa

memiliki istri seperti Dg. Lebang yang sangat setia dan selalu

mendampingi beliau baik suka maupun duka, selalu mengerti beliau,

menerima beliau apa adanya dengan segala kekurangan yang beliau

miliki serta selalu membantu setiap pekerjaan beliau. Kebahagiaan itu

terasa lengkap dengan kehadiran anak-anak beliau yang lahir pada tahun

keempat pernikahannya yang merupakan suatu karunia dari Allah SWT.

Beliau sangat bersyukur karena dikarunia anak yang baik-baik dan shaleh

serta berbakti kepada kedua orang tua dan selalu membantu beliau dalam

menyelesaikan pekerjaan. Beliau juga bersyukur karena masih diberi umur

panjang dan kesehatan oleh Allah SWT sehingga masih bisa berkumpul

dengan keluarga beliau, makan bersama dan menikmati hangatnya

pelukan dari seorang cucu.

3.5. Masa Proyeksi Masa Depan

Dg. Gassing berharap dimasa yang akan datang keluarga beliau

semakin membaik sehubungan dengan status sosial, beliau juga berharap

bisa tetap mempertahankan hubungan sosial dengan masyarakat di

Lingkungan Tattakkang dan juga masyarakat-masyarakat lingkungan lain

http://lvunderground.wordpress.com/

di sekitarnya seperti Lingkungan Barua, Palaraka dan Parangbanoa.

Selain itu, beliau juga berharap agar pendapatan yang beliau peroleh bisa

bertambah, baik dari hasil bertani maupun sebagai tukang batu.

Dg. Gassing memiliki harapan besar pada pekerjaan beliau baik

sebagai petani maupun tukang batu yaitu agar kedepannya beliau dapat

memperoleh penghasilan lebih dari pada penghasilan sekarang Karena

penghasilan beliau yang sekarang masih kurang untuk membiayai segala

kebutuhan dan keperluan keluarganya sehingga beliau harus bekerja

keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Dg. Gassing berharap masa depan keluarga beliau dapat lebih cerah

dari pada sekarang utamanya bagi anak-anak beliau. Beliau berharap

anak-anaknya kelak bisa menjadi orang yang sukses, berkecukupan,

terkenal dan memilki status sosial dalam masyarakat. Beliau sebenarnya

sangat berharap agar anak-anaknya dapat menempuh pendidikan sampai

sarjana, namun karena keterbatasan ekonomi sehingga anak beliau

semuanya hanya bisa sekolah sampai Sekolah Dasar. Sehingga saat ini

beliau memiliki harapan besar agar cucu-cucu beliau bisa bersekolah

sampai jenjang perguruan tinggi supaya bisa memiliki pekerjaan bagus

dan memiliki status sosial yang lebih di masyarakat dan bisa lebih

berpendidikan dibandingkan beliau yang hanya bersekolah sampai

Sekolah Dasar. Beliau juga berharap supaya anak-anak beliau bisa

menjadi orang yang giat bekerja seperti dirinya.

http://lvunderground.wordpress.com/

Seandainya Dg. Gassing diberi kesempatan untuk memilih

pekerjaan, beliau akan memilih bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil

karena menurut beliau pekerjaan ini sangat enak dan tidak membutuhkan

tenaga yang banyak. Tidak seperti petani yang harus membanting tulang

dan penuh perjuangan serta kerja keras dalam mengerjakannya. Selain itu

beliau juga menganggap bahwa PNS itu memiliki penghasilan yang lebih

tinggi dibandingkan menjadi petani. Selain itu, status sosial Pegawai

Negeri Sipil di mata beliau lebih tinggi dibandingkan dengan petani.

http://lvunderground.wordpress.com/

IV. KONDISI PEKERJAAN

4.1. Kondisi Penguasaan Lahan

Sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan

barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Sumber daya

terkait dengan kegunaan, baik untuk masa kini maupun mendatang bagi

umat manusia. Sumber daya juga terkait pada dua aspek, yakni aspek

teknis yang memungkinkan sumber daya di manfaatkan dan aspek

kelembagaan yang menetukan siapa yang mengendalikan sumber daya

dan bagaimana teknologi digunakan (Fauzi, 2006).

Lahan adalah bagian dari bentang alam (landscape) yang

mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief,

tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation)

yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap

penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk

yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas fauna dan manusia baik di

masa lalu maupun saat sekarang, seperti tindakan konservasi tanah dan

reklamasi pada suatu lahan tertentu. Setiap aktivitas manusia baik

langsung maupun tidak langsung selalu terkait dengan lahan, seperti

untuk pertanian, pemukiman, transportasi, industri atau untuk rekreasi,

sehingga dapat dikatakan bahwa lahan merupakan sumber daya alam

yang sangat penting bagi kelangsungan dan ketentraman hidup

manusia (Anonim h, 2011).

http://lvunderground.wordpress.com/

Keadaan usaha tani dipengaruhi oleh status lahan. Status lahan dapat

diklasifikasikan menjadi lahan milik, lahan sakap dan lahan sewa.

Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang digunakan maka

semakin tinggi produksi dan pendapatan per satuan luasnya. Selain itu,

lokasi lahan usahatani menjamin kelancaran pemasaran. Lokasi yang jauh

dari sarana dan prasarana transportasi dapat memperburuk usahatani

tersebut dari aspek ekonomi (Anonim h, 2011).

Berdasarkan penguasaannya atas sebidang lahan, petani dibedakan

menjadi petani pemilik-penggarap, petani penyewa, petani penyakap, dan

buruh tani yang tidak mempunyai kewengangan sedikit pun atas sebidang

tanah. Berdasarkan luas lahan yang dimiliki, ada petani kaya pemilik lahan

luas, petani menengah pemilik lahan sedang dan petani pemilik lahan

sempit. Penggunaan lahan dalam bidang pertanian meliputi usaha tani

tanaman padi dan palawija, usaha tani tanaman hortikultura dan tanaman

perkebunan. Secara mikro, pengaruh tanah dalam pertanian dilihat dari

penguasaan lahan, luas lahan garapan dan nilai dari suatu lahan. Dg

gassing adalah petani pemilik lahan dengan luas 10 are yang merupakan

warisan dari orang tuanya.

4.1.1. Sumber Daya Lahan

Sumberdaya Lahan merupakan sumberdaya alam yang

sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena

diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian,

daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah

http://lvunderground.wordpress.com/

rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk

tujuan ilmiah. Sumberdaya lahan (land resources) merupakan

lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi

serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya

terhadap penggunaan lahan (Anonim h, 2011).

Suatu ekosistem alam, lahan pertanian mempunyai

komponen-komponen biotik dan abiotik yang saling

berinteraksi. Interaksi-interaksi yang berlangsung di dalam

ekosistem ini menimbulkan beberapa proses kunci, seperti proses

perkembangan tanah (tercermin dalam tingkat kesesuaian lahan),

proses erosi, proses produksi tanaman dan ternak serta proses-

proses sosial-ekonomi . Proses perkembangan tanah di alam terjadi

secara terus menerus dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang

saling berinteraksi satu sama lain (Anonim h, 2011).

Kondisi penguasaan lahan bapak Dg. Gassing Sebagai

seorang petani memiliki 1 unit lahan yang dikuasainya yakni seluas

10 are. Lahan tersebut merupakan sawah tadah hujan. Karena ia

mengandalkan air hujan untuk mengairi sawah tersebut. Letak lahan

persawahannya sekitar 10 meter dari rumahnya dan untuk ke sana

setiap harinya ia harus berjalan kaki.

Dg. Gassing memiliki tanah seluas 10 are yang diberikan

oleh orangtuanya sebagai warisan setelah menikah. Tanah tersebut

digarap sendiri yang kemudian dibantu oleh istrinya untuk

http://lvunderground.wordpress.com/

berusahatani guna kebutuhan anak-anaknya. Lahan yang di miliki

Dg. Gassing adalah lahan yang berskala sedang. Ia bukanlah petani

yang memiliki banyak lahan atau biasa warga di Desa menyebutnya

sebagai tuan tanah.

Dg. Gassing dapat memanen padi satu kali dalam setahun

yaitu sebanyak 200 kg. Biasanya Jika musim kemarau tiba, ia tidak

menanam padi karena sawahnya merupakan sawah tadah hujan

sehingga beliau hanya menanam kacang panjang karena tanaman

ini tidak membutuhkan banyak air. Kacang panjang yang biasa

beliau dapatkan yaitu sebanyak 400 ikat yang beliau jual dengan

harga Rp. 2000/ikat.

4.1.2. Sumber Daya Peralatan

Peralatan merupakan berbagai alat-alat yang biasa

digunakan dalam membantu aktivitas manusia, yang memiliki fungsi

tertentu. Sumber daya peralatan dikatakan sebagai modal tetap

dalam kegiatan usahatani. Alat-alat tersebut misalnya traktor,

cangkul, bajak dan lain-lain (Suratiyah, 2006).

alatxPemakaianLama

aAkhirHAwalaHNPA

argarg

http://lvunderground.wordpress.com/

Tabel 8. Sumber Daya Peralatan Petani Responden, Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kebupaten Gowa, Sulawesi selatan, 2011.

No Nama Alat Jumlah (unit)

Nilai Baru (Rp)

Nilai Lama (Rp)

Umur Alat

Nilai Penyusutan (Rp)

1. Cangkul 1 50.000 20.000 5 thn 6000

2. Sabit 1 35.000 15.000 4 thn 5000

3. Parang 1 45.000 25.000 5 thn 4000

4. Saking 1 7.000 3.000 2 thn 2000

Jumlah 4 137.000 63.000 16 thn 17000

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2011

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa Dg. Gassing memiliki

beberapa sumber daya peralatan yang berguna bagi proses

usahataninya. Jumlah peralatan yang dimiliki oleh Dg. Gassing yaitu

empat buah yang terdiri dari satu buah cangkul dengan nilai

penyusutan alat sebesar Rp 6.000,- dan satu buah parang dengan

nilai penyusutan Rp 4.000,- yang sama-sama memiliki umur alat atau

lamanya telah digunakan adalah lima tahun dan satu buah sabit

dengan nilai penyusutan alat sebesar Rp 5.000,- yang telah

digunakan selama 4 tahun serta satu buah saking yang biasa beliau

gunakan pada saat memanen padi dengan nilai penyusutan

Rp. 2000,- yang telah digunakan selama 2 tahun.

4.1.3. Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja)

Tenaga kerja sangat berkaitan dengan besar kecilnya suatu

usahatani, dan kualitas tanah berpengaruh pada barang atau jasa

yang dihasilkan serta menentukan kinerja suatu produk dalam pasar.

Selain itu juga diperlukan tenaga kerja yang dinyatakan dalam

http://lvunderground.wordpress.com/

besaran dari curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang

dipakai adalah besarnya yang efektif. Skala usaha akan

mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan

menentukan pula tenaga kerja yang bagaimana yang diperlukan.

Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi

usaha tani yang sangat tergantung pada musim. Kelangkaan tenaga

kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh

pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas

produk (Suratiyah, 2006).

Dalam kegiatan usahatani yang dijalankan oleh Dg. Gassing

dibantu oleh keluarga dan 2 orang tenaga kerja yang diambil

dari keluarga atau kerabat dekat. Mereka dibayar dalam bentuk

uang sebesar Rp. 35.000 atau membayarnya dengan memberinya

sebagian hasil pertanian yang diperolehnya atau dalam bentuk

beras sebanyak 10 liter/1 kali panen.

4.1.4. Sumber Daya Finansial

Sumber daya finansial merupakan syarat mutlak

berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dalam usaha tani.

Modal termasuk sumber daya financial yang merupakan subtitusi

faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Modal adalah barang

ekonomi yang dpat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau

modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk

mempertahankan atau meningkatkan pendapatan (Suratiyah, 2006).

http://lvunderground.wordpress.com/

Pada dasarnya dalam proses usahatani yang dilakukan oleh

petani pada umumnya berkaitan juga dengan proses pengelolaan

anggaran atau finansial untuk mengetahui banyaknya dana yang

telah digunakan atau hasil kerja berupa upah yang akan diperoleh

pada akhir produksi dan agar petani dapat mengetahui dan

mengetahui dalam jangka waktu tertentu, jumlah biaya dan rugi-laba

yang dialami oleh petani serta untuk proyeksi keuangan dari seorang

petani yang akan digunakan sebagai bahan evaluasi untuk produksi

tahun berikutnya, sehingga petani dapat memperhitungkan segala

kendala dan hambatan yang akan terjadi.

http://lvunderground.wordpress.com/

Tabel 9. Sumber Daya Finansial Petani Responden Lingkungan Tattakang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011.

No Uraian

(1)

Jumlah Satuan

(2)

Harga (Rp) (3)

Jumlah (Rp)

(2x3=4)

1. Penerimaan Usahatani Padi 200 kg 3.500 700.000

2. 3. 4.

- Biaya Variabel 1. Benih 2. Pupuk - Urea - ZA - Phonska

3. Pestisida - Gromoxone - Andamin 50 ml

Total Biaya Variabel - Biaya Tetap

1. Tenaga Kerja 2. Pajak 3. NPA

Total Biaya Tetap

8 kg 25 kg 20 kg 10 kg 1 liter 1 botol 2 orang 10 are

5.000

1.700 1.500 2.000

45.000 15.000

35.000

40.000

42.500 30.000 20.000

45.000 15.000

192.500

70.000 6.000

15.000 93.000

5. Total Biaya 285.500

6. Pendapatan Bersih Usahatani Padi Rp. 700.000 – 285.500 414.500

1. Penerimaan Usahatani Kacang Panjang 400 ikat 2000 800.000

2. 3. 4.

- Biaya Variabel 1. Benih 2. Pupuk - Urea

3. Pestisida - Klenset 50 ml - Petropika 50 ml

Total Biaya Variabel - Biaya Tetap

1. NPA 2. Pajak

Total Biaya Tetap

3 kg 25 kg 1 botol 1 botol

10.000

1.700

35.000 45.000

30.000

42.500

35.000 45.000

152.500

17.000 6.000

23.000

5. Total Biaya 175.500

6. Pendapatan Bersih Usahatani Kacang Panjang

Rp. 800.000 – 175.500 624.500

Total Pendapatan Bersih = Pendapatan Bersih Usahatani Padi +

Pendapatan Bersih Usahatani Kacang Panjang

= Rp. 414.500 + 624.500

1.039.000

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2011

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa pengeluaran

Dg. Gassing selama proses produksi tanaman padi dalam satu kali

panen yaitu Rp. 285.500,-. Dengan biaya yang dikeluarkan terdiri

dari biaya variabel sebesar Rp. 192.500,- dan biaya tetap sebesar

http://lvunderground.wordpress.com/

Rp. 93.000,-. Biaya variabel terdiri dari benih sebesar Rp. 40.000,-,

pupuk yang meliputi pupuk urea sebesar Rp. 42.500,-, ZA sebesar

Rp. 30.000,- dan Phonska sebesar Rp. 20.000,- serta pestisida untuk

membasmi rumput-rumputan menggunakan Gromoxone dengan

harga Rp. 45.000,- perliter dan untuk membasmi hama tanaman

menggunakan Andamin dengan harga Rp. 15.000,- untuk ukuran

50 ml. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Dg. Gassing sebesar

Rp. 93.000,- yang terdiri dari biaya tenaga kerja sebesar

Rp. 70.000,- dan biaya pajak sebesar Rp. 6.000,- serta NPA sebesar

Rp. 17.000,-. Penerimaan total yang diterima oleh Dg. Gassing

dalam satu kali panen dari tanaman padinya yaitu sebesar

Rp. 700.000,- yang dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan

sebesar Rp. 285.500,-. Jadi, pendapatan bersih yang diperoleh

Dg. Gassing dari usahatani padi sebesar Rp. 414.500,-.

Pengeluaran Dg. Gassing selama proses produksi kacang

panjang dalam satu kali panen yaitu Rp. 175.500,-. Dengan biaya

yang dikeluarkan terdiri dari biaya variabel sebesar Rp. 152.500 dan

biaya tetap sebesar Rp. 23.000. Biaya variabel terdiri dari benih

sebesar Rp. 30.000, pupuk sebesar Rp. 42.500 dan pestisida untuk

perangsang pertumbuhan tanamanan menggunakan Klenset dengan

harga Rp.35.000,-/botol untuk ukuran 50 ml dan pestisida untuk

perangsang munculnya buah tanaman menggnakan Petropita

dengan harga Rp. 45.000,- untuk ukuran 50 ml. Biaya tetap yang

http://lvunderground.wordpress.com/

dikeluarkan oleh Dg. Gassing sebesar Rp. 23.000,- yang terdiri dari

biaya pajak sebesar Rp. 6.000,- dan NPA sebesar Rp. 17.000,-.

Penerimaan total yang diterima oleh Dg. Gassing dalam satu kali

panen yaitu sebesar Rp. 800.000 yang dikurangi dengan total biaya

yang dikeluarkan sebesar Rp. 175.500,-. Jadi, pendapatan bersih

yang diperoleh Dg. Gassing untuk tanaman kacang panjang

sebesar Rp. 624.500,-. Jadi, total pendapatan bersih yang diperoleh

Dg. Gassing dari hasil usahatani padi dan kacang

panjang adalah Rp. 1.039.000,-.

4.2. Proses Produksi Usaha Tani (awal – akhir)

Produksi adalah suatu proses dimana dapat dihasilkan satu barang

yang siap pakai atau dikonsumsi. Jadi optimalisasi pengembangan

potensi sumber daya pertanian harus dilakukan secara

berkesinambungan dan berkelanjutan seiring dengan dinamika

perkembangan zaman dengan berbagai penerapan teknologi pertanian

modern. Dalam suasana dinamis itu tentunya segala sesuatu harus lebih

baik dari apa yang telah dilakukan dari pertanian tradisional yang bersifat

subsisten menuju pertanian modern yang bersifat komersial

(Ginanjar, dkk. 2007).

Proses produksi yang dilakukan oleh tiap petani sebagiannya

didukung oleh beberapa faktor produksi diantaranya, yaitu: modal, lahan,

tenaga kerja dan teknologi dalam usahataninya termasuk Dg Gassing.

Hal ini sesuai dengan pendapat Giampietro (2008) yang menyatakan

http://lvunderground.wordpress.com/

bahwa produksi pertanian berkenaan dengan kelangsungan di antarmuka

(interface) ekologi dengan ekonomi yang menggunakan masukan dari

lahan yang dipersyaratkan dan tenaga kerja manusia, ekologi berupa

model fisik, ekonomi berupa teknologi (pupuk, irigasi, pestisida, mesin,

listrik dan energi fosil).

Tabel 10. Kondisi Proses Usahatani Petani Responden Lingkungan Tattakang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011.

No Nama

Responden

Lahan

Penguasaan Lahan

Luas Lahan

Kondisi

Tanah

Jumlah (unit)

1 Dg. Gassing

Lahan Bangunan

Lahan Pertanian

21 x 13 m2

10 are

Subur Subur

1 1

Sumber: Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 10 diatas menunjukkan bahwa kondisi proses

usahatani yang dilakukan oleh Dg. Gassing berupa lahan bangunan

dengan luas 21 x 13 m2 dengan kondisi lahan yang subur. Dengan kondisi

lahan tersebut, maka pertumbuhan tanaman yang ada di pekarangan

rumah Dg. Gassing dapat tumbuh dengan baik, seperti yang telah dilihat

tanaman rambutan yang ditanam pada halaman rumahnya tumbuh

dengan subur dan menghasilkan buah yang banyak. Selain itu, lahan

pertanian Dg. Gassing 10 are dengan kondisi lahan yang juga subur dan

dapat ditanami tanaman padi pada musim hujan dan kacang panjang

pada musim kemarau.

http://lvunderground.wordpress.com/

V. MAKNA KERJA

Faktor yang mempengaruhi besarnya tenaga kerja dalam keluarga

usaha tani padi sawah yaitu : luas lahan, potensi tenaga kerja dalam

keluarga dan pendapatan keluarga. Tenaga kerja keluarga dalam

usahatani keluarga atau uasahatani merupakan tulang punggung dari

pengolahan tata rumah tangga keluarga dan tata rumah tangga usaha.

Karena penggunaan tenaga kerja keluarga petani harus diatursecara

rasional dan efisien. Harus diusahakan jangan sampai terjadi waktu-waktu

kosong yang berlebihan. Pembagian tenaga kerja secara efisien dan

rasional akan merupakan dasar untuk memperoleh imbalan jasa yang

tinggi bagi keluarga (Goode, 2006)

Secara terminologi, bekerja adalah aktivitas yang menjadi sarana

bagi manusia untuk menciptakan eksistensi dirinya menjadi lebih berarti.

Kerja adalah sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi,

sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Kerja merupakan

setiap kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia dan

untuk mempertahankannya. Pekerjaan memerlukan pemikiran dan

merupakan kegiatan insani (Kwi, 2008).

Salah satu pemenuhan kebutuhan hidup ini adalah kerja selain dari

pada itu manusia harus berpikir dan belajar, oleh karena itu apapun usaha

manusia sangat tergantung kepada pandangannya terhadap mengapa

Tuhan menciptakannya sebagai mahkluk yang paling mulia di muka bumi

ini (Effendi, 2009).

http://lvunderground.wordpress.com/

Ketika seseorang memilih untuk bekerja, dengan suatu keputusan

yang matang ataupun didorong oleh faktor tertentu dari dalam dirinya

sendiri maupun lingkungannya, maka ia telah masuk ke dalam hubungan

sosial yang baru aturan tidak menentu. Istilah buruh ataupun pekerja tidak

mungkin dipisahkan dari makna kerja itu sendiri (Effendi, 2009).

Kerja adalah suatu usaha yang terkait pada kegiatan dalam

kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang menjadi

masalah apa kegiatan itu sejalan dengan perintah Allah SWT, disinilah

letak kemampuan manusia untuk berpikir apa ia harus melakukan yang

sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya. Jadi untuk

mendalami makna kerja yang sejalan dengan keyakinan dan

kepercayaannya itu sebagai manusia muslim, maka ia menjawab bahwa

islam yang dipahami Rasulullah, sahabat dan para tabi’in adalah islamnya

jiwa secara utuh kepada Allah (Ubaydillah, 2006).

Makna kerja diartikan bagaimana perilaku seorang petani memaknai

pekerjaan usahatani yang mereka lakukan. Dalam hal ini, petani

responden memaknai pekerjaannya, secara instrumental, sosial, ekspresif

dan instrinsik.

Makna instrumental adalah makna yang muncul ketika seseorang

memahami/mengartikan pekerjaan yang ia lakukan sebagai alat,

instrumen di dalam memperoleh penghasilan baik dalam bentuk

upah maupun dalam bentuk harga. Dalam makna instrumental,

usahatani dipandang sebagai alat untuk memperoleh pendapatan

http://lvunderground.wordpress.com/

dan keamanan dalam rangka pemenuhan jasamani yang meliputi

mendapatkan pendapatan yang maksimal, mendapatkan

pendapatan yang memuaskan, mengamankan pendapatan untuk

masa depan, memperluas usaha, dan menciptakan kondisi kerja

yang serasi.

Dg. Gassing memiliki dua macam pekerjaan yaitu bertani dan

bekerja sebagai tukang batu, dimana pekerjaan sebagai petani

dilakoni pada saat musim tanam datang di antara bulan November

sampai bulan maret, kemudian setelah musim itu berlalu ia

mengalihkan pekerjaannya sebagai tukang batu yang dia lakukan

secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain sesuai

dengan order atau pesanan yang ia terima, baik dilakukan sendiri

maupun pekerjaan borongan /kontrak, hal ini dilakukan demi untuk

menghidupi anak, istri dan keluarga lainnya sehingga dengan

demikian dapat membantu kelangsungan hidupnya.

Dg Gassing menganggap pekerjaan yang beliau lakukan

adalah suatu kewajiban tersendiri dalam memenuhi segala

kebutuhan istri dan anak-anaknya, karena seorag suami atau

seorang ayah memiliki tanggung jawab yang penuh dalam keluarga.

Selain bertanggung jawab juga menjadi pemimpin bagi keluarga.

Beliau mendapat pelajaran ini dari kedua orang tuanya terutama

ayahnya yang telah mengajarkan beliau akan tanggung jawab

memenuhi kebutuhan keluarga dan menjalin hubungan sosial

http://lvunderground.wordpress.com/

dengan masyarakat sekitar. Beliau pertama kali bekerja pada umur

13 tahun sebagai petani mengikuti ayahnya. Dalam hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa Dg. Gassing memaknai pekerjaan bertani

sebagai makna instrumental karena beliau memaknai pekerjaan

sebagai alat di dalam memperoleh penghasilan.

Makna sosial adalah makna yang muncul bila seseorang petani

dalam melakukan tindakan usahataninya lebih dia tunjukkan untuk

memperbaiki status sosialnya dalam masyarakat memperluas

hubungan-hubungan sosialnya dan memeperoleh penghargaan

dalam masyarakat. Aspek makna sosial meliputi mendapat

pengakuan sebagai anggota masyarakat, meneruskan tradisi

keluarga, dan memelihara hubungan baik dengan pekerja. Dalam

makna yang berorientasi sosial, Dg. Gassing juga meneruskan

tradisi keluarganya yaitu bekerja sebagai seorang petani dan

merupakan pekerjaan turun-temurun dari kedua orang tuanya.

Dg Gassing bekerja sebagai petani tidak hanya untuk

pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya saja, akan tetapi juga

dimaksudkan untuk membangun hubungan silaturrahmi dengan

sesama petani lainnya. Di Lingkungan Tattakkang itu, Dg Gassing

tidak bisa bergabung dengan kelompok tani karena beliau

mengatakan bahwa orang yang bisa bergabung hanya orang-orang

yang memiliki lahan yang luas sedangkan beliau hanya memiliki

http://lvunderground.wordpress.com/

lahan seluas 10 are. Namun hal itu tidak mengurangi silaturrahmi

diantara mereka karena silaturrahmi itu bisa terjalin ketika mereka

sama-sama bekerja di sawah.

Pekerjaan yang dilakukan sangat menentukan seperti apa

hidup kita. Bekerja bukan semata-mata untuk mencari uang tetapi

untuk memenuhi kebutuhan sosial, untuk mendapatkan prestasi, dan

untuk kematangan pribadi. Kerja dapat membentuk kehidupan

individu dengan berbagai cara dan bentuknya. Melalui bekerja,

individu memiliki eksistensi diri, mampu meningkatkan sisi finansial,

mendapatkan tempat tinggal, waktu luang yang berharga,

persahabatan, dan juga sarana menyalurkan emosi (Santoso, 2010).

Manusia bekerja bukan semata-mata untuk menghasilkan

pendapatan saja tetapi juga untuk membangun hubungan dengan

warga sekitar maupun sesama petani. Manusia dalam bekerja harus

berkoordinasi dengan manusia lainnya dan bukan secara individual.

Ia harus bekerja di dalam suasana yang dinamis bersama dengan

manusia-manusia lainnya (Wattimena, 2011).

Setiap orang butuh untuk bekerja, karena ia memiliki kebutuhan

untuk menjadi bagian dari suatu kelompok, dan menjalin relasi yang

bermakna dengan orang-orang yang ada di sana. Aristoteles pernah

mengatakan bahwa manusia adalah mahluk yang berpolis. Artinya

manusia adalah mahluk yang membutuhkan kelompok untuk

menegaskan jati dirinya. Bekerja adalah cara terbaik untuk menjadi

http://lvunderground.wordpress.com/

bagian dari suatu kelompok. Ikatan pekerjaan muncul karena

orang sering bekerja sama, walaupun mungkin mereka tidak terlalu

suka satu sama lain. Di dalam komunitas semacam ini, keuntungan

bukan lagi sebuah tujuan, melainkan hanyalah akibat dari ikatan

antar pekerja yang kuat (Wattimena, 2011).

Tidak hanya sampai pada pemaknaan untuk membangun

hubungan dengan sesama petani. Beliau juga bekerja untuk

membangun harga dirinya, sebagaimana yang telah diajarkan dalam

budaya Bugis Makassar bahwa hanya orang yang bekerjalah yang

dipandang memiliki harga diri. Artinya orang yang tidak memiliki

harga diri karena tidak mau berusaha mencari pekerjaan. Hal

tersebut disebabkan karena dalam diri beliau telah tertanam bahwa

bekerja adalah suatu kewajiban terutama bagi para pria yang telah

memiliki tanggungan keluarga, baik yang telah menikah maupun

yang belum menikah. Oleh karena itu, dengan bekerja mereka telah

dianggap bertanggung jawab sehingga dikatakan memiliki harag diri,

sehingga Dg Gassing selalu beranggapan bahwa bekerja dapat

memenuhi kebutuhan keluarga dan mereka telah mampu

mambangun harga diri sendiri.

Berdasarkan makna sosial yang turut berpengaruh terhadap

makna kerja Dg. Gassing, Beliau sering berbagi dengan petani lain.

Dg. Gassing sering berbagi air untuk sawah dengan petani lain.

Sebagai seorang tukang kayu, Dg. Gassing sering melakukan

http://lvunderground.wordpress.com/

pekerjaan membuat lemari ataupun membuat rumah dengan upah

yang akan dibayar tiga bulan ke depan. Menurut Dg. Gassing, hal

semacam itu dilakukannya untuk menjaga hubungan baik dengan

warga sekitar.

Dalam hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Dg. Gassing

memaknai pekerja bertani sebagai makna sosial karena beliau

dalam melakukan tindakan usahataninya lebih menunjukkan untuk

membangun hubungan silaturrahmi dengan masyarakat dan petani

lainnya di Lingkungan Tattakkang.

Makna instrinsik adalah makna yang terkait dengan keadaan dimana

sebagai seorang petani melaksanakan kegiatan usahataninya

dengan apresiasi pada pada proses usahatani itu sendiri. Secara

umum, motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam

individu. Artinya, seseorang melakukan tindakan atau perilaku tidak

berasal dari motif-motif atau dorongan-dorongan yang berasal dari

luar diri. Dengan demikian, tingkah laku yang dilakukan seseorang

disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar.

Seseorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan sesuatu

karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai.

Daeng Gassing memiliki pekerjaan pokok sebagai petani.

Beliau mulai menjalankan pekerjaan bertani sejak usia 13 tahun

namun pada saat itu, Dg. Gassing hanya membantu pekerjaan

orang tuanya. Setelah menikah, barulah Dg. Gassing mulai

http://lvunderground.wordpress.com/

mengolah lahannya sendiri. Luas lahan yang dimilki oleh

Dg. Gassing adalah 10 are. Lahan tersebut digunakan untuk

bercocok tanam padi dan kacang panjang.

Dg. Gassing melaksanakan kegiatan usahataninya dengan

apresiasi pada proses usahatani itu sendiri. Dengan bekerja

kesehatannya akan semakin membaik karena beliau dapat

menggerakkan dan merefleksikan otot-otonya. Disamping itu,

kegiatan usahatani yang dilakukan merupakan pekerjaan yang dapat

memberikan kebebasan dan pengalaman tersendiri tanpa

mendapatkan tekanan dari atasannya seperti yang terjadi pada

karyawan perusahaan. Selain itu, pengaturan waktu untuk memulai

kegiatan perawatan dan pengembangan komoditas pertanian yang

sedang dibudidayakan juga tidak membutuhkan penekanan waktu

kerja. Beliau menganut makna intrinsik karena beliau menginginkan

kebebasan dalam bekerja dan dengan bekerja kesehatannya akan

semakin membaik karena beliau dapat menggerakkan dan

merefleksikan otot-otonya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa makna/nilai yang paling dominan

mempengaruhi petani responden dalam menekuni pekerjaannya selama

ini yaitu makna instrumental karena menganggap pekerjaannya sebagai

alat untuk memperoleh pendapatan dan makna sosial karena beliau

bekerja juga untuk membangun hubungan silaturrahmi dengan

masyarakat dan petani lainnya di Lingkungan Tattakkang tersebut serta

http://lvunderground.wordpress.com/

makna intrinsik karena dalam melaksanakan kegiatan usahataninya

dengan apresiasi pada proses usahatani itu sendiri.

http://lvunderground.wordpress.com/

EPILOG

Pelajaran Penting

Berdasarkan pengalaman selama melakukan praktek lapang Tugas

Lapang Sosiologi Pertanian di Lingkungan Tattakkang, Kelurahan

Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, maka beberapa

pelajaran penting yang penulis peroleh antara lain:

Nilai gotong-royong yang dapat mengakrabkan antar penduduk yang

satu dengan penduduk yang lain

Kegiatan gotong royong merupakan suatu kegiatan yang dapat

lebih mengakrabkan setiap orang. Kegiatan ini dapat mencerminkan

bagaimana seseorang dapat bekerjasama dengan lingkungan yang

ada disekitarnya. Dimana kita sadari bahwa manusia adalah makhluk

sosial, dimana yang dikatakan makhluk sosial adalah makhluk yang

membutuhkan orang lain dan tidak dapat hidup sendiri.

Nilai saling menghargai yang dapat membentuk kerukunan antar

warga

Saling menghargai mungkin merupakan suatu sikap yang dapat

mencerminkan kerukunan antar warga, dimana mereka akan saling

lebih dapat menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan

saling mendengarkan pendapat yang dikeluarkan oleh setiap warga.

http://lvunderground.wordpress.com/

Nilai kejujuran merupakan modal utama dalam setiap keberhasilan

seseorang

Dengan berlaku jujur orang lain akan selalu menghargai setiap

tingkah laku dan kegiatan kita karena kejujuran tersebut bisa

menimbulkan rasa kepercayaan. Apabila kita selalu berlaku jujur

kepada oaring lain maka orang itu akan mempercayai kita.

Kerja keras merupakan jalan menuju kesuksesan

Jika seseorang ingin mencapai suatu kesuksesan maka wajarlah

jika seseorang harus bekerja keras, tidak ada sesuatu yang datang

begitu saja tanpa ada usaha dan kerja keras.

Makna Kerja lebih terarah pada orientasi instrumental

Pendapatan merupakan semua bentuk penghasilan dari setiap

pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang baik berupa

uang maupun dalam bentuk barang. Dan untuk seorang petani

mereka lebih memaknai kerjanya sebagai alat instrumental yang

digunakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Pertimbangan Untuk Kebijakan

Dilihat dari kondisi penguasaan lahan di Lingkungan Tattakang maka

sebaiknya pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meminimalkan

jumlah lahan yang akan dialih fungsikan sebagai areal pemukiman karena

hal tersebut akan menghilangkan makna kerja yang merupakan sumber

kehidupan masyarakat di Lingkungan Tattakkang.

http://lvunderground.wordpress.com/

Teoritik

Menurut petani responden, kerja bukanlah masalah uang semata,

namun lebih mendalam mempunyai sesuatu arti bagi hidup kita. Bukan

masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi, namun yang

lebih penting adalah etos kerja, dalam arti penghargaan terhadap apa

yang kita kerjakan. Sekecil apapun yang kita kerjakan, sejauh itu

memberikan rasa bangga di dalam diri, maka itu akan memberikan

arti besar.

Metodologi

1. Penentuan lokasi dalam rangka praktek lapang mata kuliah Tugas

Lapang Sosiologi Pertanian dilakukan secara sengaja dengan

menentukan lokasi atau daerah yang sebagian besar penduduknya

adalah petani dan terdapat areal persawahan

2. Dari kegiatan praktek lapang yang dilakukan, data yang didapatkan

yaitu berupa data primer dan data sekunder.

3. Data primer diperoleh dari hasil wawancara responden secara

langsung, dengan penciptaan raport terlebih dahulu agar tercipta

keakraban dan dapat memperoleh informasi dengan mudah. Data

sekunder diperoleh secara langsung dari kantor Kelurahan

Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.

http://lvunderground.wordpress.com/

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 2011. Jenis Kelamin. Diakses dari http://wikipedia.org/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar.

Anonim b. 2011. Sarana dan Prasarana. Diakses dari http://ratihseptiayani.blogspot.com/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar.

Anonim c. 2011. Pendidikan. Diakses dari http://wikipedia.org/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar.

Anonim d. 2011. Pekerjaan. Diakses dari http://wikipedia.org/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar.

Anonim e. 2011. Keluarga. Diakses dari http://wikipedia.org/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar.

Anonim f. 2011. Tingkat Pendapatan Masyarakat. Diakses dari www.qyonglee.multiply.com/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar.

Anonim g. 2011. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Diakses dari www.docstoc.com/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar.

Anonim h. 2011. Penguasaan Sumber Daya Lahan. Diakses dari www.pusdatarawa.or.id pada tanggal 20 November 2011. Makassar.

Cahyono. T.B., 2000. Ekonomi Pertanahan. Liberty, Yogyakarta.

Daniel. 2004. Pentingnya Sebuah Pendapatan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Effendi. 2009. Petani dan Penguasa Dinamika Perjalanan Politik Agraria Indonesia. Pustaka Pelayar : Yogyakarta.

Fauzi. 2006. Petani dan Penguasa Dinamika Perjalanan Politik Agraria Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Giampietro. 2008. Assessment of Different Agricultural Production practices. AMBIO 21 (7): 451-459.

Ginanjar, dkk. 2007. Manajemen Produksi. Jakarta: Pustaka Jaya.

http://lvunderground.wordpress.com/

Goode, William J. 2006. Sosiologi keluarga. Jakarta, Bina Aksara.

Hanafie, Rita. 2010. Ekonomi Pertanian. C.V Andi Offset : Yogyakarta.

Hernanto, Fadholi. 2000. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kwi, Komkat. 2008. Pendidikan Agama Katolik. Kanisius. Yogyakarta.

Mosher, A. T. 2000. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna, Jakarta.

Moenandir Zody. 2004. Prinsip-Prinsip Utama Cara Menyelesaikan Produksi Pertanian. Bayu Media, Malang.

Mubyarto. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penelitian Pendidikan dan Penerapan Ekonomi Sosial. Jakarta.

Nasution. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nainjolan Kaman. 2005. Pertanian Indonesia Kini dan Esok. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Nazarwin. 2000. “Konstribusi Pendapatan Usahatani Lahan Milik dan Pekerjaan Lainnya Terhadap Total Pendapatan Petani Kecil ( Studi Kasus Petani Kecil di Desa Simbang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros )”. Skripsi. Makassar: UNHAS.

Patong, Dahlan. 2001. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Erlangga, Jakarta.

Rahim, Rahman. 2006. Nilai-Nilai Utama Bugis Makassar. LEPHAS, Makassar

Salman, Darmawan. 2005. Workshop Sehari Implikasi Praturan Presiden No.36 Tahun 2005 Terhadap Pembangunan, Tata Ruang dan Ketersediaan Lahan Untuk Kepentingan Umum. KPDH, Makassar.

Santoso, Eko Jalu. 2010. Life Balance Ways. Elex Media Komputindo. Jakarta

Soebono. 2011. Sarana dan Prasarana Penunjang. Jakarta: Dian Rakyat

Soekartawi. 2003. Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Rajawali Press, Jakarta.

http://lvunderground.wordpress.com/

Soekartawi. 2006. Analisis Ilmu Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta

Ubaydillah. 2006. Pengertian Kerja Cerdas. Diakses pada http://www.e-psikologi.com/. Pada tanggal 20 Desember 2011.

Yusoff,Muh. 2008. Pendidikan. Diakses dari http://images.soemarno.multiply.com/ pada tanggal 20 Desember 2011.

Wirianto. 2011. Inovasi Pertanian Proses Perubahan Ekologi di IndonesiaI. Bhratara karya aksara. Jakarta.

Wattimenna. 2011. Makna Kerja Dalam Hidup Manusia. Di akses dari http://filsafatwima.com/makna-kerja pada tanggal 20 Desember 2011. Makassar.