laporan lengkap lapangan

58
LAPORAN KEGIATAN PENILAIAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH ENENGAH PERTAMA SMPN 30 MAKASSAR KELAS 3 OLEH : KELOMPOK VI HARNA K21109309 NIKMAH SARO K21109311 ANDI RESKI AMELIA K21109259 SRI HARDIYANTI K21109275 WAHYNU PRADIPTASARI K21109259 MUCHLISA K21109312 SIDRATULMUNTAHA J. K21109270 ANDI INDRAWATI O. K21111602 MUNZIA K21111604 BARRE ALLO K21109270

Transcript of laporan lengkap lapangan

Page 1: laporan lengkap lapangan

LAPORAN KEGIATAN

PENILAIAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH ENENGAH PERTAMA

SMPN 30 MAKASSAR

KELAS 3

OLEH :

KELOMPOK VI

PROGRAM STUDI ILMU GIZIFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2011

HARNA K21109309NIKMAH SARO K21109311ANDI RESKI AMELIA K21109259SRI HARDIYANTI K21109275WAHYNU PRADIPTASARI K21109259MUCHLISA K21109312SIDRATULMUNTAHA J. K21109270ANDI INDRAWATI O. K21111602MUNZIA K21111604BARRE ALLO K21109270

Page 2: laporan lengkap lapangan

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kegiatan Penilaian Status Gizi Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri

30 Makassar kelas 3 Yang Dilaksanakan Pada Tanggal 17 Desember 2011 Yang

diSusun Oleh Kelompok 6.

Setelah diperiksa dengan teliti oleh asisten dosen mata kuliah PSG (Penilaian

Status Gizi) maka laporan ini dinyatakan diterima.

Makassar, Desember 2011

Dosen Mata Kuliah PSG Asisten

Dr. Saifuddin Sirajuddin, MSc

NIP :19590824 198503 1 001

( Bohari)

Page 3: laporan lengkap lapangan

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan

yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, tumbuhan dan fungsi normal dari organ-

organ, serta meghasilkan energi (Supariasa, dkk., 2009).

Keaadaan gizi adalah akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan

penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan

fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.Status Gizi

(Nutrition Status), ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable

tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu

(Supariasa, dkk., 2009).

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam  pemenuhan nutrisi untuk

anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi

juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi

merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta

biokimia dan riwayat diet (Tirtawinata, 2006).

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan

asupan protein dan energy. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah

air dalam tubuh (Supariasa, dkk., 2009).

Pemakaian data antropometri mengusahakan semua alat disesuaikan

dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan dengan alat.

Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang

memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat

terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan disain (design-induced

error) (Nugroho, 2002).

Page 4: laporan lengkap lapangan

Dilihat dari penggunaan antropometri yang sangat luas, maka salah satu

keahlian yang harus dimiliki oleh seorang sarjana gizi adalah mampu

mengukur status gizi mengenai konsep pertumbuhan, ukuran antropometri,

control kualitas data antropometri dan evaluasi indeks antropometri,

kelemahan dan keunggulan penggunaan antropometri dalam penilaian status

gizi (Supariasa, dkk., 2009).

Dari definisi ters

|\ebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa antropometri gizi adalah

berhubungan dengan berbagai macam pengukura dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis

tingkat ukuran tubuh antara lain berat badan, tiggi badan, lingkar lengan atas,

dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, dkk., 2009).

Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari

berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energy. Gangguan ini

biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, dkk., 2009).

Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran

dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai

pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun

sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Dimensi yang diukur pada

antropometri statis diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada

permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif , maka pengukuran harus

dilakukan dengan metode tertentu terhadap individu (Gibson, 2005).

Indikator antropometri antara lain berat badan (BB), Tinggi Badan (TB),

Lingkar Lengan Atas (LILA), dan Lapisan Lemak Bawah Kulit (LLBK).

Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam

bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan

menurut umur (TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB),

lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi, 2008).

IMT berguna sebagai indikator untuk menentukan adanya indikasi kasus

KEK (Kurang Energi Kronik) dan kegemukan (obesitas). Namun untuk

Page 5: laporan lengkap lapangan

memperoleh pengukuran TB yang tepat pada usila cukup sulit karena masalah

postur tubuh, kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang menyebabkan harus

duduk di kursi roda atau di tempat tidur. Beberapa penelitian menunjukkan

perubahan TB usila sejalan dengan peningkatan usia dan efek beberapa

penyakit seperti osteoporosis. Oleh karena itu, pengukuran tinggi badan usila

tidak dapat diukur dengan tepat sehingga untuk mengetahui tinggi badan usila

dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut (knee height) (Barasi, 2008).

Tinggi badan adalah salah satu indikator klinik utama dalam menentukan

Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam menentukan status gizi individu/populasi.

Namun, pengukuran tinggi badan manusia usia lanjut (manula) cukup sulit

dilakukan dan reliabilitasnya diragukan. Persamaan estimasi tinggi badan dari

pengukuran tinggi lutut untuk memprediksi tinggi badan manula yaitu

persamaan Chumlea telah dikembangkan beberapa tahun lalu, tetapi belum

ada studi yang dilakukan di Indonesia untuk mengembangkan suatu

persamaan bagi pengukuran tinggi badan populasi usia lanjut menurut

bermacam-macam kelompok etnis. Oleh karena itu, suatu cross sectional studi

untuk mengembangkan persamaan tinggi badan manula berdasarkan

pengukuran dua parameter yaitu tinggi lutut dan panjang depa (knee height

dan arm span) telah dilakukan pada bulan Desember 2005 lalu. Total 217

manula (usia 60 - 92 tahun) dari 3 kelompok etnik yaitu: Jawa (56,7%), Cina

(31,3%), dan lain-lain (12,0%) berpartisipasi dalam studi ini (Fatmah, 2005).

Pengukuran antropometri termasuk berat badan, tinggi badan, panjang

depa, dan tinggi lutut dilakukan oleh ahli gizi terlatih. Kesalahan inter dan

intra observer dilakukan untuk pengukuran antropometri tinggi lutut dan

panjang depa manula. Temuan utama studi adalah rata-rata usia manula asal

Cina adalah tertinggi di antara suku lainnya; kebanyakan manula mengalami

gizi kurang (43%); distribusi rata-rata tinggi lutut dan panjang depa hampir

sama di tiap kelompok etnis (Fatmah, 2005).

IMT dihitung dengan pemberian berat badan (dalam kg) oleh tinggi

badan (dalam m) pangkat dua. Kini IMT banyak digunakan di rumah sakit

untuk mengukur status gizi pasien karena IMT dapat memperkirakan ukuran

Page 6: laporan lengkap lapangan

lemak tubuh yang sekalipun hanya estimasi tetapi lebih akurat daripada

pengukuran berat badan saja. Di samping itu, pengukuran IMT lebih banyak

dilakukan saat ini karena orang yang berlebihan berat badan atau yang gemuk

yang lebih beresiko untuk menderita penyakit diabetes, penyakit jantung,

stroke, hipertensi dannn beberapa bentuk penyakit kanker (Hartono, 2006).

Berat untuk rasio tinggi menunjukkan berat badan dalam kaitannya

dengan tinggi dan sangat berguna untuk menyediakan ukuran kelebihan berat

badan dan obesitas dalam populasi orang dewasa. Oleh karena itu jatah ini

kadang-kadang disebut sebagai indeks obesitas. Indeks massa tubuh

digunakan dalam preperences untuk lainnya berat/tinggi indeks, termasuk

rasio berat/tinggi, indeks Ponderal, dan indeks Benn. Hal ini sekarang

digunakan secara ekstensif secara internasional untuk mengklasifikasikan

kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa (Gibson, 2005).

Aplikasi antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam

kedokteran manjadi bermakna apabila disertai latar belakang teori yang

adekuat tentang pertumbuhan. Berdasarkan tujuan penelitian pengukuran

antropometri, setidak-tidaknya ada lima hal penting yang mewakili tujuan

pengukuran yaitu mengetahui kekern otot, kekekaran tualng, ukuran tubuh

secara umum, panjang tungkai dan lengan, serta kandungan lemak tubuh di

ekstremitas dan di torso. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi,

antropometri disajikan dalam bentuk indeks, misalnya berat badan menurut

umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) atau berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U) dan

sebagainya (Barasi, 2008).

Berat untuk rasio tinggi menunjukkan berat badan dalam kaitannya

dengan tinggi dan sangat berguna untuk menyediakan ukuran kelebihan berat

badan dan obesitas dalam populasi orang dewasa. Oleh karena itu jatah ini

kadang-kadang disebut sebagai indeks obesitas. Indeks massa tubuh

digunakan dalam preperences untuk lainnya berat/tinggi indeks, termasuk

rasio berat/tinggi, indeks Ponderal, dan indeks Benn. Hal ini sekarang

Page 7: laporan lengkap lapangan

digunakan secara ekstensif secara internasional untuk mengklasifikasikan

kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa (Gibson, 2005).

Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan anak akan

kurang dan kurus – mereka akan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai

dengan grafik pertumbuhan dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Gizi

kurang yang kronik lebih sulit diidentifikasi oleh suatu komunitas – anak akan

tumbuh lebih lambat daripada yang diharapkan – baik dari segi berat badan

maupun tinggi badan, dan tidak kelihatan terlalu kurus, namun pemeriksaan

berat dan tinggi badan akan menunjukan bahwa mereka memiliki berat yang

kurang pada grafik pertumbuhan anak – misalnya kerdil. Gizi kurang kronik

dapat mempengaruhi perkembangan otak dan psikologi anak dan

meningkatkan resiko terkena infeksi. Perempuan yang kurang makan (kurang

gizi) punya kecenderungan untuk melahirkan anak dengan berat badan rendah,

yang punya resiko lebih besar terkena infeksi (Gibson, 2005).

Jumlah lemak tubuh yang normal untuk pria dewasa berkisar 10-20%

dari berat badannya, dan untuk perempuan dewasa sekitar 25%. Untuk

mengetahui dengan cepat apakah Anda menyimpan lemak berlebih, cobalah

mencubit daging di perut Anda tepat di atas pusar. Bila jarak antara ibu jari

dengan telunjuk lebih dari 2,5 cm, maka Anda termasuk obesitas. Atau, untuk

menentukan apakah Anda mengalami besar di sekitar perut, ukur lingkar

pinggang dengan mencari titik tertinggi di tulang pinggang, lalu ukur

lebarnya. Seorang pria yang berlingkar pinggang lebih dari 102 cm (Indonesia

90 cm) dan perempuan lebih dari 88 cm (Indonesia 80 cm), menunjukkan

faktor risiko tinggi kena penyakit. Apalagi, bila IMT-nya (Indeks Masa

Tubuh) adalah 25 atau lebih (Asmayuni, 2007).

Kegemukan disebabkan oleh ketidak imbangan kalori yang masuk

dibanding yang keluar. Kalori diperoleh dari makanan sedangkan

pengeluarannya melalui aktivitas tubuh dan olah raga. Kalori terbanyak (60-

70%) dipakai oleh tubuh untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung

berdenyut dan fungsi dasar sel. Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan

Page 8: laporan lengkap lapangan

oleh genetik atau keturunan. Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat

meningkatkan jumlah penggunaan kalori keseluruhan (Asmayuni, 2007).

Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat dari kayu.

Subyek yang diukur dalam posisi duduk atau berbaring/tidur. Pengukuran

dilakukan pada kaki kiri subyek antara tulang tibia dengan tulang paha

membentuk sudut 90 derajat. Alat ditempatkan di antara tumit sampai bagian

proksimal dari tulang platela. Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur

dengan ketelitian 0,1 cm (Gibson, 2005).

Hasil penguluran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan

menggunakan rumus (Gibson, 2005):

TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dlm

cm)

TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dlm

cm)

Beberapa peneliti menyarankan untuk menerapkan tekanan lembut

dengan proses mastoid untuk meregangkan tulang belakang dan

meminimalkan efek yang dihasilkan oleh variasi diurnal. Pengukuran

ketinggian diambil di inspirasi maksimal, dengan tingkat mata pemeriksa

dengan kepala tempat tidur untuk menghindari kesalahan paralaks. Tinggi

tercatat milimeter terdekat, atau bahkan lebih tepat dengan peralatan modem

digital. Oleh karena itu, jika berdiri tinggi daripada data referensi berbaring

panjang digunakan. Dilaporkan sendiri tinggi cenderung menghasilkan

perkiraan sedikit lebih tinggi dari tinggi dan harus dihindari (Gibson, 2005).

Tanda-tanda klinis gizi kurang dapat merupakan indicator yang sangat

penting untuk enduga defesiensi gizi. hal ini mencakuo keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan yang dapat ditentukan dengan cara

membandingkan seorang individu atau kelempok tertentu terhadap kuran

normal pada umumnya (Supariasa, dkk., 2009).

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari

seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis

penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis

Page 9: laporan lengkap lapangan

dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan

perencanaan perawatan pasien.Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara

sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah

pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test

neurologi.Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan

fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah

daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes

akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.Sebuah pemeriksaan

yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan

sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan

suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali (Hartono,2006).

Tanda-tanda klinis malnutrition (gizi kurang) tidak spesifik, karena ada

beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama, tetapi penyebabnya

berbeda. Oleh karena itu peeriksaan klinis harus dipadukan dengan

pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey konsumsi

makanan, sehingga kesimpulan dalam penilaian status gizi dapat lebih tepat

dan lebih baik (Supariasa, dkk., 2009).

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai

status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat

dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata,

rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan

tubuh seperti kelenjar tiroid.Penggunaan metode ini umumnya untuk survei

klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk

mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu

atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status

gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan

gejala (symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa, dkk., 2009).

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan

Page 10: laporan lengkap lapangan

data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat

gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan

kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, dkk., 2009).

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara

tidak lang¬sung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang

kon¬sumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei

ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi (Gibson,

2005).

Survei diet atau penilaian tingkat konsumsi makanan adalah salah satu

metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau

kelompok secara tidak langsung. Survei konsumsi makanan dilakukan dengan

melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi, dimana survei ini dapat

mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. Secara umum, survei

konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan

gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi serta faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa, dkk.,

2009).

Metode Recall 24 Jam

Metode Food Recall 24 jam merupakan metode sederhana dan mudah

dilakukan. Responden diminta untuk mengingat kembali makanan atau

minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam sebelumnya. Untuk

mempermudah pewancara dan responden dalam memberikan jumlah makanan

yang dikonsumsi maka digunakan food model. Alat ini terdiri dari beberapa

bentuk makanan yang seringkali dikonsumsi dengan beberapa ukuran yang

sering digunakan (Supariasa, dkk., 2009).

Umumnya ukuran yang sering digunakan adalah ukuran sedang. Setiap

model telah dilengkapi dengan kandungan zat gizi yang sesuai sehingga

memudahkan dalam menilainya. Hal ini digunakan untuk mencegah adanya

flat slope syndrom di mana responden melakukan estimasi yang berlebihan

Page 11: laporan lengkap lapangan

pada makanan yang kurang dikonsumsi atau estimasi yang kurang pada

makanan yang banyak dikonsumsi.

Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam. Petugas atau pewawancara

menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang

dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tang selama kurung waktu 24 jam

yang lalu. Dalam memabantu responeden mengingat apa yang dimakan, perlu

diberi penjelasan waktu kegiatannya seperti waktu baru bangun, setelah

sembahyang, pulang dari sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya.

Selain dari makanan utama, makanan kecil atau jajan juda dicatat. Termasuk

makanan yang dimakan diluar rumah seperti direstoran, dikantor, di rumah

teman atau saudara. Untuk masyarakat perkotaan konsumsi tablet yang

mengandung vitamin dan mineral juga dicatat serta adanya pemberian tablet

besi atau kapsul vitamin. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi

dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan. Membandingkan

dengan Daftar Kecukupan Gizi yang dianjurkan (DKGA) atau Angka

Kecukupan Gizi (AKG) (Supariasa, dkk., 2009).

Metode 24 jam recall bertujuan untuk mengetahui konsumsi makanan

tingkat individu. Prinsip dari recall 24 jam, dilakukan dnegan mencatat jenis

dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.

Dalam metode ini, responden ibu, atau pengasuh disuruh menceritakan semua

yang dimakan dan dimunum selama 24 jam yang lalu (Supariasa, dkk., 2009).

I.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui status gizi siswa kelas 3 smp

b. Untuk mengetahui kondisi fisik

c. Untuk mengetahui asupan energy, zat gizi makro dan mikro

BAB II

Page 12: laporan lengkap lapangan

METODE

II.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Penilaian Status Gizi dilaksanakan di SMPN 30 Makassar pada

tanggal 17 Desember 2011.

II.2 Peserta

Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa Program Studi S-1 Gizi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar

II.3 Sasaran

Sasaran dari kegiatan penilaian status gizi adalah siswa sekolah Menengah

Pertama kelas 3.

II.4 Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan melakukan observasi ke sekolah

yang akan dijadikan sasaran kegiatan. Kemudian melakukan pengukuran

antropometri (berat badan, tinggi badan, dan umur) dan pengamatan secara

fisik/klinis kepada sasaran dengan berpedoman pada lembaran kuesioner.

Page 13: laporan lengkap lapangan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil

a. Karakteristik Siswa

Karakteristik Siswa N (orang) %

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

4

6

40 %

60 %

Umur < 15 tahun> 15 tahun

100

100 %0 %

Agama

Islam

Katolik

Protestan

8

1

1

80 %

10 %

10 %

Suku

Makassar

Bugis

Toraja

4

5

1

40 %

50 %

10 %

Pekerjaan Ayah

PNS

Pegawai swasta

Pedagang

3

5

2

30 %

50%

20%

Pekerjaan Ibu

IRT

PNS

Pedagang

5

4

1

50 %

40 %

10 %

Total 10 100 %

Tabel di atas menunjukkan presentase jenis kelamin yaitu untuk

laki-laki 40 % dan wanita 60%. Sedangkan, ada 100 % untuk anak yang

Page 14: laporan lengkap lapangan

usia <15 tahun. Agamanya berbeda-beda pula, namun yang paling

mendominasi yaitu agama islam dengan presentase 80 %, sedangkan untuk

katolik dan Kristen masing-masing 10 %. Rata-rata berasal dari suku

Makassar dan bugis. Presentase untuk suku Makassar yaitu 40 %, bugis 50

% dan Toraja 10 %. Presentase pekerjaan Ayahnya yaitu untuk PNS ada

30%, Pegawai swasta 50 % dan pedagang 20%. Sedangkan untuk

pekerjaan ibunya yaitu lebih dominan ibu rumah tangga dengan presentase

50 %, PNS 40 % dan pedagang ada 10 %.

b. Status Gizi (IMT) Siswa

Status Gizi N (Orang) %

Sangat Kurus - -

Kurus 2 20 %

Normal 4 40 %

Gizi lebih 4 40 %

Obesitas - -

Tabel di atas menunjukkan presentase yang memiliki status gizi

normal yaitu 40 %, gizi lebih 40 % dan kurus ada 20 %.

c. Status Lingkar Lengan Atas (LILA) Siswa

Status LILA N (Orang) %

< 23,5 cm 5 50%

23,5 cm 5 50%

Tabel di atas menunjukkan kesamaan antara presentase anak yang

beresiko KEK dan yang normal yaitu masing-masing 50 %.

d. Status Lingkar Perut Siswa

Lingkar Perut N (Orang) %

Obesitas Sentral 1 10 %

Page 15: laporan lengkap lapangan

Normal 9 90 %

Tabel di atas menunjukkan hanya ada 10 % yang beresiko obesitas

sentral dan sebagian besar normal dengan presentase 90 %.

e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Klinis N (Orang) %

Mata

Normal

Tidak Normal

8

2

80 %

20 %

Lidah

Normal

Tidak Normal

10

-

100 %

Wajah

Normal

Tidak Normal

10

-

100 %

-

Rambut

Normal

Tidak Normal

10

-

100 %

-

Gigi

Normal

Tidak Normal

10

-

100 %

-

Kulit

Normal

tidak normal

10

-

100 %

-

Bibir

Normal

Tidak normal

9

1

90 %

10 %

Kuku

Normal

Page 16: laporan lengkap lapangan

Tidak Normal 10

-

100 %

-

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada pemeriksaan klinik yang

leiputi beberapa indicator. Jika dilihat dari fisiki mata ada 20 % anak yang

matanya tidak normal sedangkan ada 80 % yang nora. Sedangakan, untuk

pemeriksaan lidah, rambut, kuku, kulit gigi dan wajah, hasil yang

diperoleh yaitu 100 % normal. Sedangkan pada pemeriksaan bibir,

terdapat 10 % anak yang tidak normal, 90 % yang normal. Kesimpulan

yaitu bahwa pada pemeriksaan fisik hanya ada beberapa item yang tidak

normal.

f. Asupan Energi

Asupan Energi N %

Lebih - -

Cukup 1 10 %

Kurang 9 90 %

Tabel di atas menunjukkan penilaian asupan energi, dimana

terdapat 90 % anak yang asupan energinya kurang dan hanya ada 10 %

anak yang asupan energinya cukup.

g. Asupan Zat Gizi Makro

Zat Gizi Makro N (Orang) %

Karbohidrat

Lebih

Cukup

Kurang

-

1

9

-

10 %

90 %

Lemak

Lebih

Cukup

Kurang

3

-

7

30 %

-

70 %

Page 17: laporan lengkap lapangan

Protein

Lebih

Cukup

Kurang

1

-

9

10 %

-

90 %

Tabel di atas menunjukkan asupan zat gizi makro meliputi

karbohidrat, lemak dan protein.Asupan karbohidrat, ada 90 % anak yang

asupannya kurang dan 10 % yang asupannya cukup. Sedangkan untuk

asupan leak, ada 70 % yang asupannya kurang dan ada 30 % yang

asupannya lebih. Untuk asupan protein, 90% anak yang asupannya kurang

sedangkan 10 % yang asupannya lebih. Berdasarkan, data diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa asupan zat gizi makro pada anak SMP 30

kurang.

h. Asupan Zat Gizi Mikro (Fe, Zn, Vit. A,)

Zat Gizi Mikro N (orang) %

Fe

Lebih

Cukup

Kurang

1

-

9

10 %

-

90 %

Zn

Lebih

Cukup

Kurang

-

1

9

10 %

90 %

Vitamin A

Lebih

Cukup

Kurang

1

1

8

10 %

10 %

80 %

Tabel di atas menunjukkan asupan zat gizi ikro yang meliputi Fe,

Zn dan Vit A. ada 90 % anak yang asupan Fe nya kurang dan 10 % asupan

lebih. Untuk Zn, hanya ada 10 % yang cukup dan 90 % kurang.

Page 18: laporan lengkap lapangan

Sedangkan, asupan vit A ada 10 % yang cukup, 10 % lebih dan 80 %

kurang. Jika, dilihat dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

asupan zat gizi mikro dari semua anak kurang.

i. Gambaran Sarapan Pagi Siswa

Sarapan Pagi N %

Ya 3 30 %

Tidak 7 70 %

Total 10 100%

Tabel di atas menunjukkan hanya ada 30 % yang sarapan dan ada

70 % yang tidak sarapan.

j. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Asupan Energi

Status Gizi Asupan energy N %

Lebih Cukup Kurang

n % n % N %

Sangat Kurus - - - - - - - -

Kurus - - - - 2 20

%

2 20 %

Normal - - 1 10 % 3 30

%

4 40 %

Gizi lebih - - - - 4 40

%

4 40 %

Obesitas - - - - - - - -

Total - - 1 10 % 9 90

%

10 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa anak yang memilki status gizi

kurang dan asupan energy kurang ada 20 %, anak yang memiliki status

gizi normal dan supan energy cukup ada 10 %, anak yang memiliki status

Page 19: laporan lengkap lapangan

gizi baik dan asupan energy yang kurang ada 30 %. Sedangkan anak yang

memilki status gizi lebih dan asupan energy kurang ada 40%.

k. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Asupan Karbohidrat

Status Gizi Asupan Karbohidrat N %

Lebih Cukup Kurang

N % n % n %

Sangat Kurus - - - - - - - -

Kurus - - 1 10% 1 10

%

- -

Normal - - - - 4 40

%

- -

Gizi lebih - - - - 4 40

%

- -

Obesitas - - - - - - - -

Total - - 1 10 % 9 90

%

10 100%

Tabel di atas menunjukkan anak yang memilki status gizi kurang

dan asupan karbohidratnya cukup ada 10 %, anak yang memilliki status

gizi kurang dan asupan karbohidratnya kurang ada 10 %. Sedangkan, anak

yang memilki status gizi normal dan asupan karbohidrat kurang ada 40 %.

Anak yang memilki status gizi lebih dan asupan karbohidrat kurang ada 40

%.

l. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Asupan Lemak

Status Gizi Asupan Lemak N %

Lebih Cukup Kurang

n % n % n %

Sangat Kurus - - - - - - - -

Kurus 1 10

%

- - 1 10

%

2 20%

Page 20: laporan lengkap lapangan

Normal 2 20

%

- - 2 20

%

4 40 %

Gizi lebih - - - - 4 40

%

- -

Obesitas - - - - - - - -

Total 3 30

%

7 70

%

10 100%

Tabel di atas menunjukkan anak yang memilki status gizi kurang

dan asupan lemak lebih ada 10 %, anak yang memilki status gizi kurang

dan asupan lemak kurang ada 10 %, anak yang memiliki status gizi baik

dan asupan leak lebih ada 20 %, status gizi baik dan asupan lemak kurang

yaitu 20 %, status gizi lebih dan asupan lemak kurang ada 40 %.

m. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Asupan Protein

Status Gizi Asupan Protein N %

Lebih Cukup Kurang

n % n % n %

Sangat Kurus - - - - - - -

Kurus - - - - 2 20

%

2 20 %

Normal 1 10

%

- - 3 30

%

4 40 %

Gizi lebih - - - - 4 40

%

4 40 %

Obesitas - - - - - - - -

Total 1 10

%

- - 9 90

%

10 100%

Tabel di atas menunjukkan anak yang memilki sttaus gizi kurang

dan asupan protein kurang ada 20 %, status gizi baik dan asupan lemak

lebih ada 10 %, status gizi baik dan asupan lemak kurang yaitu 30 %,

status gizi lebih dan asupan lemak kurang ada 40 %.

Page 21: laporan lengkap lapangan

n. Tabulasi Silang Status LILA dengan Asupan Energi

Status LILA Asupan energi N %

Lebih Cukup Kurang

n % n % n %

< 23, 5 cm - - 1 10 % 4 40

%

5 50 %

23,5 cm - - - - 5 50

%

5 50 %

Total - - 1 10 % 9 9 % 10 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa LiLA < 23, 5 cm dan asupan

energy cukup ada 10 %, LILA < 23, 5 cm dan asupan energy kurang ada

40 %. Sedangkan, anak yang memiliki LILA 23,5 cm dan asupan

energy kurang ada 50 %.

o. Tabulasi Silang Status Lingkar Perut dengan Asupan Lemak

Status Lingkar

Perut

Asupan Lemak N %

Lebih Cukup Kurang

n % n % n %

Obesitas Sentral - - - - 1 10

%

1 10 %

Normal 3 30

%

- - 6 60

%

9 90 %

Total 3 30

%

- - 7 70

%

10 100%

Tabel di atas menunjukkan anak yang beresiko obesitas sentral dan

asupan leak kurang yaitu ada 10 % sedangkan anak yang status lingkar

perutnya normal dan asupan lemak lebih ada 30 % dan anak yang status

lingkar perutnya normal dan asupan leak kurang ada 60 %.

III.2 Perhitungan IMT

Terlampir

Page 22: laporan lengkap lapangan

III.3 Pembahasan

A. Status Gizi dengan Asupan Energi

Pada penelitian pengukuran status gizi dengan melihat asupan

enrgi diperoleh hasil anak yang memilki status gizi kurang dan asupan

energy kurang ada 20 %, anak yang memiliki status gizi normal dan

supan energy cukup ada 10 %, anak yang memiliki status gizi baik dan

asupan energy yang kurang ada 30 %. Sedangkan anak yang memilki

status gizi lebih dan asupan energy kurang ada 40%.  Asupan energy

mepengaruhi nilai IMT atau status gizi seseorang.

 Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,

penunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Satuan energi

dinyatakan dalam unit panas atau kilokalori (kkal).

Tabel berikut ini memuat perkiraan kebutuhan berbagai zat gizi

pada usia remaja. Anjuran kecukupan gizi pada usia remaja (13-18

tahun)

Jenis

kelamin

Umur

(thn)

Berat

(kg)

Kebutuhan zat gizi

Energi

(kal)

Protein

(gr)Vit. A (RE) Fe (mg)

Laki-laki13 – 15

16 – 19

45

56

2400

2500

64

66

600

600

17

23

Wanita13 – 15

16 – 19

46

50

2100

2000

62

51

500

500

19

25

Kebutuhan gizi remaja dan eksekutif muda relatif besar, karena

mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya

melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga

diperlukan zat gizi yang lebih banyak.

Tubuh manusia memerlukan asupan gizi terutama energi dan

protein untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara

jaringan tubuh serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh. Asupan

Page 23: laporan lengkap lapangan

gizi adalah sejumlah zat gizi dari makanandan minuman yang

dikonsumsi seseorang setiap hari yang diukur denganmenggunakan

metode recall 24 jam

Asupan energi seseorang menurut FAO/WHO (2005) adalah

konsumsi energy berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi

pengeluaran energiseseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi

tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai kesehatan jangka panjang,

untuk memelihara aktivitas fisik yang dibutuhkan. Energi Basal

Metabolisme selalu dipengaruhi oleh beberapafaktor yaitu : ukuran

tubuh, jenis kelamin, umur, dan komposisi tubuh.

  Asupan gizi khususnya energi dan protein berpengaruh terhadap

status gizi seseorang, di mana status gizi yang optimal dan jenis yang

cukup sesuai denganasupan anjuran.

Zat gizi adalah satuan-satuan yang menyusun bahan makanan atau

bahandasar. Sedangkan bahan makanan adalah suatu zat yang dibeli,

dimasak dandisajikan sebagai hidangan untuk dikonsumsi. Zat-zat gizi

dapat diperoleh melalui asupan makanan yang dikonsumsi.

Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan

sumber lemak,seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-

bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-

padian, imbi-umbian, dan gula murni. Tidak semua energi yang tersedia

dalam bahan makanan dapatdimanfaatkan tubuh. Oleh karena itu, nilai

energi kasar makanan perlu dikoreksidengan nilai energi makanan yang

tidak dimanfaatkan tubuh. Nilai energi yangdikoreksi ini disebut energi

faali makanan. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui

makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami

keseimbangan energi negative. Akibatnya, berat badan kurang dari berat

badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan

menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa penurunan berat

badan dan kerusakan jaringan tubuh.

Page 24: laporan lengkap lapangan

Gejala yangditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah,

cengeng, kurang bersemangat, dan penurunan daya tahan terhadap

penyakit infeksi. Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui

makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan

diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya terjadi berat badan lebih atau

kegemukan. Kegemukan disebabkan oleh kebanyakan makan dalam hal

karbohidrat, lemak dan protein, serta kurangbergerak. Kegemukan dapat

menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh danmerupakan resiko untuk

menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus,hipertensi, jantung

koroner, kanker, dan dapat memperpendek harapan hidup.

B. Status Gizi dengan Asupan Karbohidrat

Pada penentuan status gizi dengan melihat asupan karbohidrat

diperoleh hasil anak yang memilki status gizi kurang dan asupan

karbohidratnya cukup ada 10 %, anak yang memilliki status gizi kurang

dan asupan karbohidratnya kurang ada 10 %. Sedangkan, anak yang

memilki status gizi normal dan asupan karbohidrat kurang ada 40 %.

Anak yang memilki status gizi lebih dan asupan karbohidrat kurang ada

40 %.

 Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul

karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi

utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram

karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal

dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian

akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-

fungsinya seperti materi fotosintesis tumbuhan, sebagai bahan energi,

dan lainnya.

Bagi manusia; sbg sumber energi. Bagi tumbuhan; amilum sebagai

cadangan makanan, sellulosa sbg pembentuk kerangka bagi tumbuhan.

Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa. Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi.

Selain perubahan fisik karena bertambahnya jaringan lemak dalam

Page 25: laporan lengkap lapangan

tubuh, juga terjadi perubahan hormonal. Perubahan-perubahan itu

mempengaruhi kebutuhan gizi dari makanan  mereka.

Karbohidrat dalam bentuknya yang lebih alami merupakan bagian

penting dari diet yang sehat.  Nutrisi ini menyediakan energi, serat,

vitamin, mineral, protein dan air. Karbohidrat terdapat pada biji sereal,

buah, sayur. dan susu. Diet sehat 2000 kalori seharusnya juga

mengandung karbohidrat di dalamnya dan menyediakan lebih dari 50%

total kalori. Sedangkan diet berkalori  rendah untuk menurunkan berat

badan seharusnya masih memiliki sekitar 40% total kalori dari

karbohidrat.

Penyakit yang disebabkan karena kelebihan karbohidrat adalah

obesitas yaitu suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh

yang berlebihan. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara

energy yang masuk dengan energy yang keluar.

Didalam tubuh manusia,glukosa merupakan jenis monosakarida

penghasil energi utama. Dalam keadaan normal,darah seseorang

mengandung 70-100 mg glukosa setiap 100 ml darah.Jika kadar glukosa

darah  lebih rendah dari kisaran normal disebut  hipoglikemia,sebaliknya

jika kadar glukosa  darah lebih tinggi  dari kisaran normal disebut

hiperglikemia.

Untuk itu ada beberapa tips membatasi asupan karbohidrat, antara

lain:

Kurangi penyedap rasa (rasa gurih dan asin) pada makanan,

sehingga kebutuhan karbohidrat akan dibantu dengan asupan

berupa nasi.

Kurangi kebiasaan meminum minuman dengan gula, terutama

minuman botol atau kotak. Hindari juga penambahan gula pasir di

teh dan kopi.

Kurangi memakan yang berbahan tepung, seperti kwetiaw, kulit

pangsit, mie, bihun, so-un, roti putih, biskuit, kerupuk, dan lain-

lain.

Page 26: laporan lengkap lapangan

C. Status Gizi dengan Asupan Lemak

Pada penentuan status gizi dengan melihat asupan lemak diperoleh

hasil menunjukkan anak yang memilki status gizi kurang dan asupan

lemak lebih ada 10 %, anak yang memilki status gizi kurang dan asupan

lemak kurang ada 10 %, anak yang memiliki status gizi baik dan asupan

leak lebih ada 20 %,  status gizi baik dan asupan lemak kurang yaitu 20

%, status gizi lebih dan asupan lemak kurang ada 40 %.

Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30 % atau lebih dari total

asupan kalori remaja setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung

tinggi lemak, gula dan natrium dan dapat meningkatkan resiko

kegemukan dan karies gigi. Oleh karena itu, remaja harus didorong

untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi remaja, makanan

merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan

perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh

terganggu.

Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan

sebagainya. Kelebihan lemak akan disimpan oleh tubuh sebagai lemak

tubuh yang sewaktu- waktu diperlukan. Departemen Kesehatan RI

menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 % dari total

energi per hari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng

untuk memasak makanan sehari. Asupan lemak yang terlalu rendah juga

mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram

lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat

mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah.

D. Status Gizi dengan Asupan Protein

Fungsi protein dalam tubuh yaitu sebagai zat pembangun bagi

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, sebagai pengatur

Page 27: laporan lengkap lapangan

kelangsungan proses di dalam tubuh, sebagai pemberi tenaga dalam

keadaan energi kurang tercukupi oleh kerbohidrat dan lemak.

Berdasarkan hasil survey diperoleh anak yang memilki sttaus gizi

kurang dan asupan protein kurang ada 20 %, status gizi baik dan asupan

lemak lebih ada 10 %, status gizi baik dan asupan lemak kurang yaitu 30

%, status gizi lebih dan asupan lemak kurang ada 40 %. Terdapat status

gizi kurang asupan protein kurang. Kekurangan protein dapat

meneybabkan kwashiorkor dan marasmus. Dimana kekurangan protein

dapat ditandai dengan pertumbuhan yang terhambat, otot berkurang dan

melemah, edema, muka bulat seperti bulan dan gangguan psikomotor.

Gejala edema dapat dilihat terutama pada perut, kaki, dan tangan

merupakan ciri khas dari kwashiorkor dan kehadirannya erat berkaitan

dengan albumin dan serum. Kulit menjadi depigmentasi, kering,

bersisik, pecah – pecah dan dermatosis. Luka sukar sembuh. Rambut

mengalami depigmentasi, menjadi lurus, kusam, halus, dan mudah

rontok (rambut jagung). Kwashiorkor pada orang dewasa jarang

ditemukan.

Status gizi dengan asupan protein lebih. Protein secara berlebihan

tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya

tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan asupan

protein dapat menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak

darah, kenaikan ureum darah, demam.

E. Status LILA dengan Asupan Energi

Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) adalah

konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menetupi

pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi

tubuh dengan tingkat aktivitas sesuai dengan kesehatan jangka panjang,

dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik.

Hasil dari tabulasi antara status LiLA dengan asupan energy yaitu

LiLA < 23,5 cm dan asupan energi cukup ada 10 %, LiLA < 23,5 cm

Page 28: laporan lengkap lapangan

dan asupan energi kurang ada 40 %. Sedangkan anak yang memiliki

LiLA >23,5 cm dan asupan energi kurang ada 50 %. Hal ini

menunjukkan bahwa, anak yang beresiko KEK namun asupan energinya

cukup ada 1 orang, begitu pula dengan anak yang energinya kurang ada

1 orang. Hanya ada 8 anak yang tiak beresiko KEK namun asupan

energinya kurang. Hal ini, membuktikan bahwa tidak ada keseimbangan

antara pengukura LiLA dengan asupan energy.

Kebutuhan energi cukup dan energi kurang. Kekurangan energi

terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi

yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif.

Akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal).

Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan

melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah

menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau

kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan,

dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang

bergerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi

tubuh, merupakan resiko untuk menderita penyakit kronis, seperti

diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker,

dan dapat memperpendek harapan hidup.

F. Status Lingkar Perut dengan Asupan Lemak

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan diperoleh anak yang

beresiko obesitas sentral dan asupan leak kurang yaitu ada 10 %

sedangkan anak yang status lingkar perutnya normal dan asupan lemak

lebih ada 30 % dan anak yang status lingkar perutnya normal dan asupan

lemak kurang ada 60 %. Terjadinya obesitas sentral dipengaruhi oleh

asupan lemak. berdasarkan data yang diperoleh bahwa ada 6 anak yang

normal dan asupan lemaknya kurang. Hal ini berjalan lurus karena

semakin banyak lemak dalam tubuh khususnya daerah perut maka akan

meningkatkan resiko obesitas sentral.

Page 29: laporan lengkap lapangan

Kegemukan di sekitar perut, dalam bahasa klinis disebut sebagai

obesitas sentral, merupakan akumulasi lemak di perut yang

mengakibatkan peningkatan ukuran pinggang. Kondisi ini disebabkan

oleh tingginya lemak visceral, atau lemak yang ada di antara organ-

organ dalam rongga perut. Lemak visceral berbeda dengan lemak

subkutan yang ditemukan di bawah kulit atapun lemak

intramuskularyang ditemukan dalam kerangka otot. Kelebihan lemak

visceral bisa dilihat dari perut yang tampak menonjol. Tipe tubuh seperti

ini juga dikenal sebagai “bentuk apel”.

Dibandingkan wanita, obesitas sentral lebih banyak dialami oleh

pria karena perbedaan hormon. Kaum lelaki lebih cenderung memiliki

lemak yang tersimpan dalam perut karena perbedaan hormon seks.

Hormon seks wanita menyebabkan lemak tersimpan di pantat, paha, dan

pinggul. Tetapi ketika perempuan mengalami menopause dan hormon

estrogen yang dihasilkan oleh ovarium menurun, lemak bermigrasi dari

pantat, pinggul dan paha ke pinggang, kemudian disimpan dalam perut.

Mengapa hal ini berbahaya? Ada kolerasi yang kuat antara obesitas

dan penyakit kardiovaskular, hipertensi, resistensi insulin dan diabetes

tipe 2.  Jika tubuh tidak dijaga dari penyebab obesitas sentral, dapat

dibayangkan resiko yang akan mengiringinya. Dapat dikatakan bahwa

alarm kesehatan berada di lingkar perut. Wanita dengan lingkar

pinggang > 80 cm atau pria dengan lingkar pinggang > 90 cm harus

waspada, karena ini berarti alarm anda telah menyala.

Obesitas sentral terjadi karena banyak faktor. Di antaranya yang

dapat kita kendalikan adalah makan berlebihan dan kurang gerak. Jika

kita dapat mengontrol pola makan dan menjalankan aktivitas fisik secara

teratur sejak dini, akan banyak manfaatnya bagi kesehatan jangka

panjang.

Page 30: laporan lengkap lapangan

BAB IV

PENUTUP

IV.I Kesimpulan

1. Status gizi siswa SMPN 30 Makassar yaitu status gizi normal 40 % (4

orang) , gizi lebih 40 % (4 orang) dan kurus ada 20 (20 orang) %.

2. Pemeriksaan klinik yang meliputi beberapa indikator. Jika dilihat dari fisiki

mata ada 20 % anak yang matanya tidak normal sedangkan ada 80 % yang

normal. Sedangakan, untuk pemeriksaan lidah, rambut, kuku, kulit gigi dan

wajah, hasil yang diperoleh yaitu 100 % normal. Sedangkan pada

pemeriksaan bibir, terdapat 10 % anak yang tidak normal, 90 % yang

normal.

3. Terdapat 90 % anak yang asupan energinya kurang dan hanya ada 10 %

anak yang asupan energinya cukup. Asupan zat gizi makro meliputi

karbohidrat, lemak dan protein. Asupan karbohidrat, ada 90 % anak yang

Page 31: laporan lengkap lapangan

asupannya kurang dan 10 % yang asupannya cukup. Sedangkan untuk

asupan leak, ada 70 % yang asupannya kurang dan ada 30 % yang

asupannya lebih. Untuk asupan protein, 90% anak yang asupannya kurang

sedangkan 10 % yang asupannya lebih. Berdasarkan, data diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa asupan zat gizi makro pada anak SMP 30 kurang.

Asupan zat gizi ikro yang meliputi Fe, Zn dan Vit A. ada 90 %

anak yang asupan Fe nya kurang dan 10 % asupan lebih. Untuk Zn, hanya

ada 10 % yang cukup dan 90 % kurang. Sedangkan, asupan vit A ada 10

% yang cukup, 10 % lebih dan 80 % kurang. Jika, dilihat dari paparan di

atas maka dapat disimpulkan bahwa asupan zat gizi mikro dari semua anak

kurang.

IV.2 Saran

1. Agar asisten menjelaskan secara detail materi yang dibahas dalam laporan.

2. Untuk siswa SMPN 30 Makassar, agar memperhatikan asupan zat gizinya

karena hasil data yang telah diolah diperoleh beberapa masalah gizi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Page 32: laporan lengkap lapangan

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 TUJUAN

BAB II METODE

I1.1 TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

I1.2 PESERTA

I1.3 SASARAN

I1.4 METODE PELAKSANAAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

II1.1 HASIL

II1.2 PERHITUNGAN IMT

III,3 PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP

IV KESIMPULAN

IV SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LEMBARAN KUESIONER

RECALL

PERHITUNGAN IMT

FOTO KEGIATAN

DAFTAR PUSTAKA

Asmayuni. 2007. Kegemukan (Overweight) pada perempuan umur 25-50 tahun (di kota Padang Panjang Tahun 2007). Kesehatan Masyarakat. II : 14-38

Barasi, Mary E. 2008. At A Glance Imu Gizi. Jakarta: Erlangga

Page 33: laporan lengkap lapangan

Fatmah. 2005. Persamaan (Equation) tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula) Berdasarkan Usia dan etnis pada 6 Panti terpilih di DKI Jakarta dan Tangerang tahun 2005. Jurnal UI. X :ISSN 1693-6728

Gibson, Rosalind S. 2005. Principles Nutritional Assesment. Oxford: University Press

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC

Nogroho, Adi. 2002. Pengaruh Faktor Usia, Status Gizi dan Pendidikan Terhadap International Prostat Symptom pada Penderita Hiperplasia. Cermin Dunia Kedokteran. XI : 678-745

Supariasa, dkk. 2009. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Tirtawinata, Tien Ch. 2006. Makanan Dalam Perspektif Al-Quran dan Ilmu Gizi. Jakarta: FK UI.

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita

kesehatan baik jasmani maupun rohani, karena atas segala rahmat dan hidayah-

Page 34: laporan lengkap lapangan

Nyalah sehingga laporan praktikum Penilaian Status Gizi ini bisa diselesaikan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tak lupaSsaya kirimkan salam dan

salawat kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini saya selaku penulis dan penyusun lapaoran ini ingin

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim dosen dosen

Penilaian Status Gizi dan juga semua asisten yang telah membimbing Saya dalam

menyusun lapaoran ini dan dalam mengkaji ilmu. Dalam proses penyelesaian

laporan ini Saya banyak dibantu oleh banyak referensi sehingga kita mampu

menyelesaikannya dengan baik.

Saya selaku penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu kepada para pembaca kami menghaturkan permohonan maaf

apabila menemukan kekurangan pada laporan ini dan Saya dengan berbesar hati

akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk

memperbaiki pada penulisan s

elanjutnya.

Atas perhatiannya Saya ucapkan terima kasih.

Wassalam,

Makassar, Desember 2011

Hormat Saya,

Penyusun

LAMPIRAN

FOTO KEGIATAN

Page 35: laporan lengkap lapangan

Pengukuran Tinggi Badan

Page 36: laporan lengkap lapangan

Pengukuran berat Badan

Pengukuran LILA

Page 37: laporan lengkap lapangan

Pengukuran Lingkar Perut

Page 38: laporan lengkap lapangan

PERHITUNGAN IMT

IMT = Berat Badan (kg)Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Page 39: laporan lengkap lapangan

Fiedy Zandjaya

IMT = 40,5 kg1,54 m x 1,54 m

= 40,5 kg2,37

= 17,0

A. Indra Cahyadi

IMT = 31,9 kg1.45 m x 1 . 45 m

= 31.9 kg2,10

= 15,1

Ria Amelia

IMT = 52,8

1,51 x 1.51❑

=52,8

2,2801

= 23,16

Akbar

IMT = 46,9 kg1,6 m x 1.6 m

= 46,92,56

= 18,3

Putri Andini

IMT = 55.9 kg1,54 m x 1.54 m

= 55.9 kg2,3716

= 23.5

Sevia yeni Asima

IMT = 53 kg1, 69 m x 1.69 m

= 53 kg2,87

= 18,4

Annisahikrimia

IMT = 45.6 kg1,5 m x 1.5 m

= 45.6 kg2,25

= 20.26

Nuzul Fadila Putri

IMT = 49,6 kg1,52 m x 1 . 52 m

= 49,6 kg2,31

= 21,4

Page 40: laporan lengkap lapangan

Khaerunnisa dwi tasya

IMT = 35,10 kg1,53 m x 1.53 m

= 35,10 kg2,34

= 15

Dwita Natalia

IMT = 57,4 kg1, 54 m x 1.54 m

= 57.4 kg2,37

= 24,21

Andi rezka Kurniawan Amri

IMT = 55,70 kg1, 56 m x 1.56 m

= 55,7 kg2,43

= 22.92