laporan praktikum lengkap

70
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Metrologi Industri. Tugas ini diselesaikan sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah Metrologi Industri. Penulis sangat menyadari bahwa tugas ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari subtansi isi materi maupun bahasa serta tata letaknya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, diharapkan kedepan tugas ini akan lebih mempunyai mutu yang lebih baik. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan tugas Metrologi Industri ini , baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan bahan masukan dan sebagai penyemangat selama penulis menulis tugas ini sehingga tugas ini dapat selesaikan. Semoga apa yang telah penulis susun ini dapat bermanfaat bagi Adik- adik tingkat Teknik Mesin maupun masyarakat luas dan mendapatkan ridho dari Allah S.W.T. Amin. Bengkulu, Oktober 2013 Penyusun

description

PRAKTIKUM

Transcript of laporan praktikum lengkap

BAB I

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.WbAlhamdulillah, segala puji kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Metrologi Industri.Tugas ini diselesaikan sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah Metrologi Industri. Penulis sangat menyadari bahwa tugas ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari subtansi isi materi maupun bahasa serta tata letaknya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, diharapkan kedepan tugas ini akan lebih mempunyai mutu yang lebih baik.Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan tugas Metrologi Industri ini , baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan bahan masukan dan sebagai penyemangat selama penulis menulis tugas ini sehingga tugas ini dapat selesaikan. Semoga apa yang telah penulis susun ini dapat bermanfaat bagi Adik- adik tingkat Teknik Mesin maupun masyarakat luas dan mendapatkan ridho dari Allah S.W.T. Amin.

Bengkulu, Oktober 2013

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Jangka sorong dan mikrometer skrup merupakan salah satu dari alat ukur linier. Jangka sorong memiliki ketelitian yang cukup tinggi, namun mikrometer skrup lebih teliti lagi dibandingkan dengan jangka sorong. Selain itu mikrometer skrup disamping memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan karena bentuknya yang kecil dan hanya digunakan untuk pengukuran dengan ketelitian yang tinggi 0,01 mm, oleh sebab itu didalam kehidupan sehari-hari kita harus dapat menentukan alat ukur apa yang sesuai dengan bidang atau kontruksi bidang suatu benda yang hendak diukur.

Dalam laporan ini akan di bahas cara kerja dan cara pembacaan dari alat ukur linier yaitu jangka sorong dan mikrometer, sehingga kita dapat mengamati secara jelas alat ukur apa yang lebih teliti serta apa kegunaan dan kelebihan dari masing-masing alat ukur tersebut sehingga kita dapat mengerti dalam penggunaan jangka sorong dan mikrometer skrup dalam kehidupan sehari-hari, seperti di industri-industri atau perusahaan yang kerap kali menggunakan alat ukur tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan pengukran menggunakan jangka sorong dan mikrometer skrup:

Kegunaan dan fungsi dari masing-masing alat ukur.

Cara pembacaan dari alat ukur yang digunakan.

Memilih metode pengukuran dan alat ukur yang tepat.

1.3 Manfaat

Adapun manfaatnya adalah :

Kita dapat menggunakan jangka sorong dan mikrometer dengan benar.

Kita dapat membaca hasil dan mengetahui cara kerja dari alat ukur tersebut.

Kita dapat mengetahui ketelitian dari masing-masing alat ukur.

BAB II

DASAR TEORIA. Klasifikasi Pengukuran

Untuk mendapatkan pengukuran dengan tepat, dituntut adanya pengetahuan dan kemampuan mengoperasikannya yang memadai dan kemampuan untuk membedakan berbagai sistem pengukuran sesuai dengan spesifikasi/geometris benda yang akan diukur.

Dengan kata lain setiap orang yang bekerja dalam bidang teknik harus mengetahui teknik pengukuran yang mempunyai ruang Iingkup tentang bagaimana cara menggunakan alat ukur dengan benar dan pengetahuan lain yang berkaitan erat dengan masalah pengukuran.

Hanya saja penggunaan alat ukur tersebut juga akan dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya :

Besar benda yang akan diukur,

kondisi (fisik) benda yang akan diukur,

posisi benda yang akan diukur,

Tingkat ketelitian yang direncanakan

efesien

dsb

Dalam praktiknya pengkuran dapat diklasifikasikan antara lain ;

Panjang

Berat

Temperatur

Sudut

Kerataan2.1 Jangka Sorong

Alat ukur ini dalam praktik sehari-hari mempunyai banyak sebutan antara lain: Jangka Sorong, Mistar Ingsut, Sketmat, sigmat atau Vernier Cliper Jangka Sorong.

Gambar 2.1 komponen-komponen jangka SorongUntuk melakukan pengukuran yang mempunyai ketelitian 0,1 mm diperlukan jangka sorong sebangai alat ukur. Jangka sorong mempunyai fungsi fungsi pengukuran sebagai berikut :

1. Pengukuran panjang bagian luar benda

2. Pengukuran panjang rongga bagian dalam benda

3. Pengukuran kedalaman lubang pada bendaAlat ini merupakan merupakan suatu alat ukur yang cepat dan relatif teliti untuk pengukuran diameter dalam, diameter luar dan kedalaman suatu benda.2.2 Mikrometer

Mikrometer merupakan alat ukur linier langsung dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi.Mikrometer luar digunakan untuk mengukur pengukuran yang teliti dari bagian luar. Alat ini dirancang dalam tiga ukuran seperti terlihat pada gambar 4. Skala pada Mikrometer dapat dalam satuam Metrik (Cm) atau Imperial (Inchi). Mikrometer dalam skala metrik lebih banyak digunakan, sedangkan mikrometer luar memiliki bentuk yang bermacam-macam yan disesuaikan dengan bentuk bidang yang akan diukur.

Gambar 2.2. Komponen-komponen Mikrometer

Ada enam macam mikrometer, yaitu micrometer dimeter dalam , mikrometer tiga kaki (triobor), micrometer lubang, mikrometer V-Anvil, mikrometer ulir dan mikrometer roda gigi.

Berikut ini adalah contoh-contoh mikrometer.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

Gambar 2.3. Jenis-jenis Mikrometer,(a) micrometer diameter dalam, (b) micrometer tiga kaki, (c) mikrometer lubang, (d) micrometer v-anvil, (e) micrometer ulir, (f) micrometer roda gigi.BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Jangka Sorong

3.1.1 Alat dan bahan

1.Alat

- Jangka sorong

Gambar 3.1 jangka sorong

2.Bahan

- Karburator

Gambar 3.2 karburator

- Poros bertingkat

Gambar 3.3 poros bertingkat

- Piston

Gambar 3.4 piston- Bering

Gamabar 3.5 bearing Plat

Gambar 3.6 plat3.1.2 Prosedur peraktikum

Menyiapkan spesimen yang akan diukur

Menyiapkan alat ukur yakni jangka sorong

Memeriksa alat ukur apakah dalam keadaan baik atau tidak

Melakukan pengukuran pada specimenJangka sorong.

Pengukuran diameter luar poros bertingkat Pengukuran diameter dalam piston, bearing, dan karburator

Pengukuran kedalaman piston dan karburator Pengukuran ketebalan plat, dilakukan pada sisi atas dan sisi bawah

Mikrometer

Pengukuran diameter luar poros bertingkat pengukuran ketebalan plat, pada sisi atas dan bawah Mengamati angka yang diperoleh alat ukur

Mencatat skala yang diperoleh alat ukur

Mengulangi pengukuran lima kali untuk mencapai ketelitian yang akurat.

3.1.3 Cara kerja alat

A. Mengukur diameter luar benda

Langkah Mengukur diameter luar benda adalah:

1. Putar pengunci ke kiri

2. Buka rahang

3. Masukkan benda kerahang bawah jangka soromg

4. Geser rahang agar tetap pada benda

5. Putar pengunci ke kanan

6. Baca skala yang ada pada jangka sorongB. Mengukur diameter dalam benda

Gambar 3.7 Cara mengukur diameter dalam benda

Langkah Mengukur diameter dalam benda adalah:

1. Putar pengunci ke kiri

2. Masukkan rahang atas kedalam benda

3. geser rahang tepat pada benda

4. Putar pengunci ke kanan

5. Baca skala yang ada pada jangka sorong

C. Mengukur kedalaman benda

Gambar 3.8 Cara mengukur kedalaman benda

Langkah Mengukur kedalaman benda adalah:

1. Putar pengunci kekiri

2. Buka rahang hingga lidah jangka sorong menyentuh dasar benda

3. Putar pengunci kekanan

4. baca skala yang ada pada jagka sorongD.Cara pembacan Skala

Gambar 3.9 Kaliper vernier

Vernier terdiri dari bilah utama dan bilah pembantu. Bilah Utama dibagi dalam milimeter. Bilah pembantu dibagi 100. 100 garis pada bilah pembantu sama dengan 49 milimeter pada bilah utama. Jadi panjang satu garis pada bilah pembantu adalah = 100/49 mm. Bila suatu garis bilah pembantu berhimpit dengan suatu tanda pada skala utama, maka harga ukurnya adalah jumlah skala dihitung dari angka 0 x 0,02 mm. Misal : Garis yang berhimpit pada bilah utama adalah garis keempat seperti gambar diatas.

Untuk pengukuran dalam :

Skala Utama = 70 + 8

= 78,00 mm

Vernier = 4 garis x 0,02 = 0,08 mm

ukuran dalam

= 78,08 mmUntuk pengukuran luar :

Skala Utama = 70 + 0

= 70,00 mm

Vernier= 4 garis x 0,02 = 0,08 mm

ukuran dalam

= 70,08 mm

3.1.4 Data hasil pengukuran

Pengukuran Diameter luar Poros

Tabel 3.1 pengukuran jangka sorong terhadap diameter luar poros

NoJANGKA SORONG

123

127.8 mm31.3 mm36 mm

227.7 mm31.3 mm35.8 mm

327.9 mm31.3 mm36 mm

427.8 mm31.4 mm36 mm

527.8 mm31.3 mm35.9 mm

rata

Tabel 3.2 pengukuran jangka sorong terhadap ketebalan plat

NoJANGKA SORONG

12

16 mm6 mm

26 mm6.1 mm

36 mm6.1 mm

45.9 mm6 mm

55.8 mm5.8 mm

rata

Tabel 3.3 Pengukuran jangka sorong terhadap diameter dalam piston, bearing, dan karburator

NOPISTONBEARINGKARBURATOR

141.1 mm40.0 mm15.65 mm

241.1 mm40.0 mm15.60 mm

341.0 mm39.8 mm15.62 mm

441.0 mm39.7 mm15.60 mm

541.0 mm39.6 mm15.50 mm

rata

Tabel 3.4 pengukuran jangka sorong terhadap kedalaman piston dan karburator

NOPISTONKARBURATOR

137.0 mm43.35 mm

236.8 mm43.30 mm

337.0 mm43.35 mm

436.7 mm43.40 mm

537.0 mm43.35 mm

rata

3.2 Mikrometer

3.2.1 Alat dan bahan

1. Alat

- Micrometer sekrup

Gambar 3.10 Mikrometer2. Bahan

- Plat

Gambar 3.11 Plat- Poros bertngkat

Gambar 3.12 poros bertingkat3.2.2 Prosedur praktikum

Menyiapkan spesimen yang akan diukur

Menyiapkan alat ukur yakni mikrometer

Memeriksa alat ukur apakah dalam keadaan baik atau tidak

Melakukan pengukuran pada specimen

Mengamati agka yang diperoleh alat ukur

Mencatat skala yang diperoleh alat ukur

Mengulangi pengukuran lima kali untuk mencapai ketelitian yang akurat3.2.3 Cara kerja alatA. Pegang Mikrometer dengan tanpa tekanan.

Memegang skala putar dengan hati-hati menggunakan jempol dengan jari tengah Melingkarkan jari tengah dan jari manis dengan kuat ke kerangka Mikrometer

Memutar skala putar berlawanan dengan arah jarum jam sampai jarak antara kedua ujung cukup lebar dan benda kerja dapat nasuk di antara kedua ujung spindle dan anvil

Gambar 3.13 Cara penggunaan MikrometerB. Pegang dengan kuat benda kerja yang akan di ukur dengan tangan kiri

1. Masukka benda kerja yang akan diukur kedalam kedua celah alat ukur, kemudian stel kedua ujung benda kerja.

Memutar skala putar searah putaran jarum jam dengan jempol dan jari telunjuk anda.

Putar skala sampai ada tekanan

Memutar sedikit sksla putar maju-mundur sampai terasa tekanan yang merata pada kedua ujung alat ukur.

2. Putar pengunci pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan terdengar bunyi KLIK

3. Mengunci spindle dengan perlengkapan pengunci, pastikan tidal dalam keadan terbuka.

C. Cara pembacaan pada skala mirometer

Gambar 3.15 cara pembacaan Mikrometer

Mikrometer mempunyai ketelitian 0,002 mm dan pengukuran bisa dilakukan

dengan cepat. Mikrometer terdiri dari sekrup yang berskala samapi 50 dimana setiap skala bernilai 0,01 mm. Disamping itu terdapat skala linier pada barrel yang

mempunyai skala 1 mm untuk bagian bawah dan 0,5 mm untuk bagian atas. Cara membaca skala pada mikrometer : Pertama-tama perhatikan bilangan bulat pada skala utama barrel, lalu perhatikan apakah terbaca skala setengah milimeter pada bagian atas skala utama (ada kalanya dibawah), dan akhirnya bacalah skala perseratusan pada lingkaran. Nilai ukuran dari gambar dibaca sbb :

- Skala utama

= 10 x 1,00 mm = 10,00 mm

- Skala minor

= 1 x 0,50 mm = 0,50 mm

- Skala pemutar = 16 x 0,01 mm = 0,16 mm

Nilai

= 10,66 mm3.2.4 Data hasil pengukuran

Pengukuran diameter luar PorosTable 3.1 hasil pengukuran micrometer terhadap poros bertingkat

NoMIKROMETER

123

127.72 mm31.26 mm35.82 mm

227.73 mm31.28 mm35.77 mm

327.73 mm31.29 mm35.78 mm

427.73 mm31.27 mm35.78 mm

527.74 mm31.27 mm35.76 mm

rata

Pengukuran ketebalan Plat

Tabel 3.2 hasil pengukuran mikrometer terhadap ketebalan plat

NoMIKROMETER

12

15.91 mm6.10 mm

26.09 mm6.44 mm

36.02 mm6.04 mm

46.08 mm6.10 mm

56.03 mm6.46 mm

rata

BAB IVANALISA DAN PEMBAHASAN4.1 Analisa Data hasil Pengukuran

Dari hasil pengukuran maka kami analisis sebagai berikut4.1.1 Jangka Sorong

Pengukuran diameter luar poros

Tabel 4.1 pengukuran jangka sorong terhadap diameter luar poros

NoJANGKA SORONG

123

127.8 mm31.3 mm36 mm

227.7 mm31.3 mm35.8 mm

327.9 mm31.3 mm36 mm

427.8 mm31.4 mm36 mm

527.8 mm31.3 mm35.9 mm

rata27.8 m m

31.32 mm35.94 mm

Nilai rata-rata didapat dari persamaan sebagai berikut rata pada titik 1 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 27.8 + 27.7 + 27.9 + 27.8 + 27.8

5

= 27.8 mm

rata pada titik 2 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 31.3 + 31.3 + 31.3 + 31.4 + 31.3 5

= 31.32 mm rata pada titik 3 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 36 + 35.8 + 36 + 36 + 35.9

5

= 35.94 mm

Pengukuran ketebalan plat

Tabel 4.2 pengukuran jangka sorong terhadap ketebalan plat

NoJANGKA SORONG

12

16 mm6 mm

26 mm6.1 mm

36 mm6.1 mm

45.9 mm6 mm

55.8 mm5.8 mm

rata5.94 mm6 mm

Nilai rata-rata diperoleh dari persamaan sebagai berikut :

rata pada posisi 1 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 6 + 6 +6 + 5.9 + 5.8 5

= 5.94 mm

rata pada posisi 2 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 6 + 6.1 +6.1 + 6 + 5.8

5

= 6 mm

Pengukuran diameter dalam

Tabel 4.3 hasil pegukuran jangka sorong terhadap diameter dalam piston, bearing, dan karburatorNOPISTONBEARINGKARBURATOR

141.1 mm40.0 mm15.65 mm

241.1 mm40.0 mm15.60 mm

341.0 mm39.8 mm15.62 mm

441.0 mm39.7 mm15.60 mm

541.0 mm39.6 mm15.50 mm

rata41.1 mm39.82 mm15.59 mm

Nilai rata-rata diperoleh dari persamaan sebagai berikut :

rata pada piston= jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 41.1+ 41.1 + 41 + 41 + 41

5

= 41.1 mm

rata pada bearing = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 40 + 40 + 38.8 + 39.7 + 39.6

5

= 39.82 mm

rata pada karburator= jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 15.65 + 15.6 + 15.62+ 15.6+ 15.5 5

= 15.59 mmPengukuran kedalaman

Tabel 4.4 hasil pengukuran jangka sorong terhadap kedalaman piston dan karburatorNOPISTONKARBURATOR

137.0 mm43.35 mm

236.8 mm43.30 mm

337.0 mm43.35 mm

436.7 mm43.40 mm

537.0 mm43.35 mm

rata36.90 mm44.15 mm

Nilai rata-rata diperoleh dari persamaan sebagai berikut :

rata pada piston= jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 37+ 36.8 + 37 +36.7 + 37

5

= 36.9 mm

rata pada karburator= jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 43.35 + 43.3 + 43.35 + 43.40+ 43.35 5

= 44.15 mm4.1.2 Mikrometer

Pengukuran Diameter luas Poros

Tabel 4.5 pengukuran micrometer terhadap diameter luar poros bertingkat

NoMIKROMETER

123

127.72 mm31.26 mm35.82 mm

227.73 mm31.28 mm35.77 mm

327.73 mm31.29 mm35.78 mm

427.73 mm31.27 mm35.78 mm

527.74 mm31.27 mm35.76 mm

rata27.57 mm31.27 mm35.78 mm

Nilai diperoleh dari persamaan :

rata pada titik 1 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 27.72 + 27.73 + 27.73 + 27.3 + 27.4 5

=27.57 mm

rata pada titik 2 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 31.26 + 31.28 + 31.29 + 31.27+ 31.27

5

= 31.27 mm rata pada titik 3 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 35.82 + 35.77 + 35.78 + 35.78 + 35.79

5

= 35.78 mm

Pengukuran ketebalan Plat

Tabel 4.6 pengukuran micrometer terhadap ketebalan plat

NoMIKROMETER

12

15.91 mm6.10 mm

26.09 mm6.44 mm

36.02 mm6.04 mm

46.08 mm6.10 mm

56.03 mm6.46 mm

rata6.03 mm6.23 mm

Nilai rata-rata diperoleh persamaan :

rata pada posisi 1 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 5.91 + 6.09 + 6.02 + 6.08 + 6.03

5

= 6.03 mm

rata pada posisi 2 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 6.1 + 6.44 +6.04 + 6.1 + 6.46 5

= 6.23 mm

4.2 Data & Grafik

Tabel 4.7 hasil pengukuran jangka sorong terhadap diameter luar poros bertingkat

NoJANGKA SORONG

123

127.8 mm31.3 mm36 mm

227.7 mm31.3 mm35.8 mm

327.9 mm31.3 mm36 mm

427.8 mm31.4 mm36 mm

527.8 mm31.3 mm35.9 mm

rata27.8 m m

31.32 mm35.94 mm

Grafik 4.1 hubungan banyaknya pengukuran dan hasil pengukuran pada pengukuan jangka sorong terhadap poros bertingkat

Tabel 4.8 hasil pengukuran jangka sorong terhadap ketebalan plat

NoJANGKA SORONG

12

16 mm6 mm

26 mm6.1 mm

36 mm6.1 mm

45.9 mm6 mm

55.8 mm5.8 mm

rata5.94 mm6 mm

Grafik 4.3 hubungan antara banyaknya pengukuran dan hasil pengukuran jangka sorong terhadap plat trapesium

Tabel 4.9 hasil pengukuran jangka sorong terhadap diameter dalam piston, bearing, dan karburatorNOPISTONBEARINGKARBURATOR

141.1 mm40.0 mm15.65 mm

241.1 mm40.0 mm15.60 mm

341.0 mm39.8 mm15.62 mm

441.0 mm39.7 mm15.60 mm

541.0 mm39.6 mm15.50 mm

rata41.1 mm39.82 mm15.59 mm

Grafik 4.4 hubungan antara banyaknya pengukuran dengan hasil pengukuran jangka sorong terhadap piston, bearing dan karburator

Tabel 4.10 hasil pengukuran jangka sorong terhadap kedalaman piston dan karburator

NOPISTONKARBURATOR

137.0 mm43.35 mm

236.8 mm43.30 mm

337.0 mm43.35 mm

436.7 mm43.40 mm

537.0 mm43.35 mm

rata36.90 mm44.15 mm

Grafik 4.5 hubungan antara banyaknya pengukuran dan hasil pengukuran jangka sorong terhadap piston dan karburator

Table 4.11 hasil pengukuran micrometer terhadap diameter luar poros bertingkat

NoMIKROMETER

123

127.72 mm31.26 mm35.82 mm

227.73 mm31.28 mm35.77 mm

327.73 mm31.29 mm35.78 mm

427.73 mm31.27 mm35.78 mm

527.74 mm31.27 mm35.76 mm

rata27.57 mm31.27 mm35.78 mm

Grafik 4.6 hubungan banyaknya pengukuran dan hasil pengukuran micrometer terhadap diameter luar poros bertingkatTabel 4.12 hasil pengukuran micrometer terhadap ketebalan plat trapesium

NoMIKROMETER

12

15.91 mm6.10 mm

26.09 mm6.44 mm

36.02 mm6.04 mm

46.08 mm6.10 mm

56.03 mm6.46 mm

rata6.03 mm6.23 mm

Grafik 4.7 hubungan antara banyaknya pengukuran dan hasil pengukuran terhadap plat trapezium

Pembahasan

pada pengukurauan linier, hasil pengukuran jangka sorong dengan mikrometer mengalami perbedaan karena kedua alat ukur linier ini memiliki ketelitian yang berbeda. Mikrometer memiliki ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan jangka sorong, jika jangka sorong dengan ketelitian 0.05 mm maka mikrometer dengan ketelitian 0.01 mm dan dapat mengungguli ketelitian dari jangka sorong.

Saat melakuan pengukuran linier akan diperoleh data pengukuran, baik dilakukan dengan jangka sorong maupun dengan mikrometer. Hal ini yang menyebabkan perlunya dilakukan pengukuran berkali-kali guna mudah mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan maksimal

Hasil pembacaan skala pada alat ukur linier, jangka sorong atau mikrometer mengalami perubahan data setiap kali melakukan pengukukuran disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : Faktor speciment, faktor bentuk dari spesimen itu sendiri yang artinya pada saat pengukuran posisi berubah dan ,mempengaruhi hasil pembacaan. Pengamatan yang dilakukan pada setiap kali pembacaan skala alat ukur berubah-ubah karena disebabkan oleh berubahnya posisi saat pembacaan atau kurang cermat melihat skala alat ukur. Jika dilihat dari data-data yang yang dihasilkan setelah melakukan pengukuran ternyata ketelitian dari jangka sorong lebih baik (lebih teliti/presisi)

dari pada mikrometer.

Faktor yang mempengaruhi ketelitian hasil ukuran bisa dari alat ukur misalnya rumitnya cara pembacaan skala suatu alat ukur, yang menyebabkan operator menjadi ragu, dan mengakibatkan hasil pengukuran yang tidak akurat.Faktor yang mempengaruhi ketelitian pembacaan skala ukur bukan hanya dari ketelitian alat ukur itu sendiri, tapi juga faktor operator atau orang yang mengoperasikan alat ukur tersebut. Bisa jadi faktor kesalahan terdapat pada operator, misalnya cara pengukuran yang salah, pembacaan skala ukuran yang kurang teliti, dan juga posisi pembacaan skala yang kurang tepat (mata tidak tegak lurus dengan skala ukur).BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengukuran praktikum Metrologi Industri ini dapat disimpulkan bahwa:

Pada pengukuran diameter poros bertingkat kita mendapat kan perbandingan antara pengukuran dengan menggunakan Jangka sorong pada tingkat 1 sampai dengan 5 kali pengukuran dan begitu juga dengan Mikrometer.

Setelah digunakan Mikrometer kita mendapatkan perbedaan yang jauh dibandingkan menggunakan jangka sorong untuk Poros Bertingkat.

Setelah mendapatkan data hasil pengukuran, kita dapat menganalisis data dan kita bisa mengetahui alat ukur manakah yang lebih teliti untuk melakukan pengukuran.

Setelah melakukan pengukuran dan menganalisis data dapat disimpulkan bahwa jangka sorong menunjukkan pengukuran yang lebih teliti dibandingkan dengan mikrometer.

Untuk mengukur diameter dalam dan dan kedalaman kita hanya bisa menggunakan jangka sorong karena mikrometer hanya dapat mengukur ketebalan dan diameter pada praktikan ini.

Saran

Pada saat pengukuran diameter dan tebal plat dengan menggunakan jangka sorong, sebaiknya bahan yang akan di ukur benar-benar tepat berada di tengah-tengah rahang

Untuk mengukur kedalaman posisi jangka sorong harus tegak lurus

Mengukur tebal palat, harus benar-benar tepat, pada ujung jangka sorong menjepit plat.

Untuk mendapatkan hasil yang akurat perlu dilakukan pengukuran berkali-kali lalu menentukan nilai supaya kita mengetahui mana pengukuran yang lebih akurat.

BAB I

PENDAHULAUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam laporan ini akan di bahas cara kerja dan cara pembacaan dari alat ukur sudut (bevel protaktor ), sehingga kita dapat mengamati secara jelas alat ukur apa yang lebih teliti serta apa kegunaan dan kelebihan dari alat ukur tersebut sehingga kita dapat mengerti dalam penggunaan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah aga kita lebih mengerti tentang :

Kegunaan dan fungsi dari bevel protaktor Cara pembacaan dari alat ukur yang digunakan.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum metrologi industri ini adalah :

Praktikan memahami apa fungsi alat ukur bevel protaktor.

Praktikan dapat menggunakan bevel protektor dengan benar.

Praktikan dapat membaca hasil dan mengetahui cara kerja dari alat ukur tersebut.

Praktikan dapat mengetahui ketelitian dari alat ukur.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Bevel Protactor

Bevel protaktor merupakan pengukur sudut universal digunakan untuk pengukuran sudut secara tepat. Hal tersebut memungkinkan ketelitian hingga 5 menit. Pengukuran sududapat distel pada sembarang tempat dengan daerah pengukuran dari nol sampai dengan 360.

Bevel protaktor merupakan alat ukur yang hasil pengukurannya langsung dapat dibaca pada skalaukur. Alat ini dibuat dari plat baja dan dibentuk setengah lingkaran dan diberi batang pemegang serta pengunci.pada plat setengal lingkaran itulah dicatat skala pengukuran sudutnya. Untuk memudahkan, plat berbentuk lingkaran yang berskala tersebut disebut dengan piringan skala utama. Antara piringan skala utama dan batang pemegang dihubungkan dengan pengunci yang mmempunyai fungsi untuk memetikan gerakan dari piringan sksls utama waktu mengukur. Busur baja hanya mempunyai ketelitian 1 derajat. Piringan sksla setengah lingkaran tersebut diberi ska sudu dari 0-180 derajat secara bolak-balik.

Gambar 2.1 Bevel Protactor

Skala terkecil besarnya sama dengan 1 derajat. Busur baca cocok digunakan untuk pengukuran sudut-sudut benda ukur terutama yang terbuat dari plat. Disamping itu untuk pengukuran cepat alat ukur ini dapat juga untuk mengukur sudut-sudut alat potong.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Bevel Protactor

3.1.1 Alat dan Bahan

1. Alat

- Bevel Protactor

Gambar 3.1 Bevel Protactor

2. Bahan

- Plat berbentuk Trapesium

Gambar 3.2 Plat Berbentuk Trapesium3.2.2 Prosedur percobaan

Menyiapkan spesimen yang akan diukur

Menyiapkan alat ukur yakni bevel protactor

Memeriksa alat ukur apakah dalam keadaan baik atau tidak

Melakukan pengukuran pada specimen

Mengamati agka yang diperoleh alat ukur

Mencatat skala yang diperoleh alat ukur

Mengulangi pengukuran tujuh kali untuk mencapai ketelitian yang akurat

3.2.3 Cara kerja alat

Gambar 3.3 cara kerja mistar bajaCara pengukuran dengan busur baja dapat dijelaskan sebagai berikut

Pemukaan benda yang diukur dan permukaan dari busur bilah harus bersih

3.2.4 data hasil pengukuran

Table 3.1 Data hasil pengukuran Plat A

No1234

11031027878

21031017878

31031017878

41031017977

51021017977

61021017877

71031017878

rata

Table 3.2 Data hasil pengukuran Plat B

No1234

11041027775

21031027676

31031027675

41031027775

51021027675

61021027676

71031027675

rata

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.3 Analisa Data hasil Pengukuran

4.1.1 Bevel Protaktor

Pada percobaan yang telah dilakukan benda kerja atau specimen yang akan diukur adalah sebuah plat trapesium dengan sisi yang berukuran 80 mm dan 150 mm. Pada plat tersebut kita beri tanda 1, 2, 3, dan 4.

Setelah dilakukaan pengukuran dapat kita lihat berapa sudut yang didapat dari hasil pengukuran.

Pada tabel hasil pengukuran plat dapat kita lihat bahwa besar antara sudut plat A dan B tidak sama. Ada biknya pada saat mengukur sudut, posisi busur baja dan posisi sudut plat harus benar-benar presisi, dengan begitu kita bisa mendapat hasil pengukuran yang diinginkan.

Pengukuran Plat A

Table 4.1 Pengukuran menggunakan Bevel Protector terhadap Plat A

No1234

11031027878

21031017878

31031017878

41031017977

51021017977

61021017877

71031017878

rata102.7101.178.377.6

Nilai rata-rata didapat dari persamaan sebagai berikut rata pada titik 1 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 103 + 103 + 103 + 103 + 102 +102 + 103

7

= 102.7 mm

rata pada titik 2 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 102 + 101 + 101 + 101 + 101 +101 + 101

7

rata pada titik 3 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 78 + 78 + 78 + 79 + 79 +78 + 78

7 = 78.3 mm rata pada titik 4 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 78 + 78 + 78 + 77 + 77 +77 + 78

7 = 77.6 mmTable 4.2 Pengukuran menggunakan Bevel Protector terhadap Plat BNo1234

11041027775

21031027676

31031027675

41031027775

51021027675

61021027676

71031027675

rata101.110276.275.5

Nilai rata-rata didapat dari persamaan sebagai berikut rata pada titik 1 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 104 + 103 + 103 + 103 + 102 +102 + 103

7 = 103.1 mm rata pada titik 2 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 102 + 102 + 102 + 102 + 102 +102 + 102

7 rata pada titik 3 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 77 + 76 + 76 + 77 + 76 +76 + 76

7 = 76.2 mm rata pada titik 4 = jumlah hasil pengukuran

Banyaknya pengukuran

= 75 + 76 + 75 + 75 + 75 +76 + 75

7 =75.5 mm4.4 Data & Grafik

Table 4.3 Pengukuran menggunakan Bevel Protector terhadap Plat A

No1234

11031027878

21031017878

31031017878

41031017977

51021017977

61021017877

71031017878

rata102.7101.178.377.6

Grafik 4.1 Pengukuran menggunakan Bevel Protector terhadap Plat A

Table4.4 Pengukuran menggunakan Bevel Protector terhadap Plat B

No1234

11041027775

21031027676

31031027675

41031027775

51021027675

61021027676

71031027675

rata103.110276.275.5

Grafik 4.2 Pengukuran menggunakan Bevel Protector terhadap Plat A

Pembahasan

pada pengukurauan sudut, hasil pengukuran Bevel Protactor mengalami perbedaan pada setiap pengukurannya, tetapi perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan.karena ketelitian dari Bevel Protactor tersebut hanya 1 derajat, maka selisih antara pengukuran ke 1 s/d 7 kali pengukuran perbandingannya hanya 1 derajat..

Saat melakuan pengukuran sudut akan diperoleh data pengukuran.. Hal ini yang menyebabkan perlunya dilakukan pengukuran berkali-kali guna mudah mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan maksimal

Hasil pembacaan skala pada alat ukur sudut.Bevel Protactor mengalami perubahan data setiap kali melakukan pengukukuran disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : Faktor speciment, faktor bentuk dari spesimen itu sendiri yang artinya pada saat pengukuran posisi berubah dan ,mempengaruhi hasil pembacaan. Pengamatan yang dilakukan pada setiap kali pembacaan skala alat ukur berubah-ubah karena disebabkan oleh berubahnya posisi saat pembacaan atau kurang cermat melihat skala alat ukur.

Jika dilihat dari data-data yang dihasilkan setelah melakukan pengukuran ternyata ketelitian dari Bevel Protektor adalah 1..Faktor yang mempengaruhi ketelitian hasil ukuran bisa dari alat ukur misalnya rumitnya cara pembacaan skala suatu alat ukur, yang menyebabkan operator menjadi ragu, dan mengakibatkan hasil pengukuran yang tidak akurat.

Faktor yang mempengaruhi ketelitian pembacaan skala ukur bukan hanya dari ketelitian alat ukur itu sendiri, tapi juga faktor operator atau orang yang mengoperasikan alat ukur tersebut. Bisa jadi faktor kesalahan terdapat pada operator, misalnya cara pengukuran yang salah, pembacaan skala ukuran yang kurang teliti, dan juga posisi pembacaan skala yang kurang tepat (mata tidak tegak lurus dengan skala ukur).

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengukuran praktikum Metrologi Industri ini dapat disimpulkan bahwa:

Pengukuran sudut kita mendapat kan perbandingan antara pengukuran pada specimen 1 dan 2, tetapi perbandingan tersebut tidak terlalu signifikan, kare masih dibawah batas toleransi.

Pembacaan hasil pada bevel protactor dapat dilihat langsung dari skala utamanya.

Ketelitan dan ketepatan pengukuran tergantung dari garis imaginasi mata pengukur terhadap pembacaan pada skala.

Pembacaan hasil pada bevel protactor dapat dapat dilihat langsung dari skala utamanya.

Setelah digunakan bevel protactor pada pengukura specimen 1 dan 2 kita mendapatkan ketelitian 1.

Setelah mendapatkan data hasil pengukuran, kita dapat menganalisis data dan kita bisa mengetahui alat ukur sudut teliti atau tidak.

5.2 Saran

Pada saat pengukuran pada specimen1 dan 2 dengan menggunakan bevel protactor, sebaiknya bahan yang akan di ukur benar-benar berimpit tepat di antara skala utama dengan tangkai dari bevel protactor. Untuk mendapatkan hasil yang akurat perlu dilakukan pengukuran berkali-kali lalu menentukan nilai supaya kita mengetahui mana pengukuran yang lebih akurat. Waktu bembacaan hasil pengukuran posisi mata harus tegak lurus dengan skala pada alat ukur.BAB I

PENDAHULAUAN1.1 Latar Belakang

Dalam laporan ini akan di bahas cara kerja dan cara pembacaan darialat ukur Kerataan ( Dial Indikator ), sehingga kita dapat mengamati secara jelas alat ukur apa yang lebih teliti serta apa kegunaan dan kelebihan dari alat ukur tersebut sehingga kita dapat mengerti dalam penggunaan.

Dial indicator memiliki penunjuk yang berupa jarum dihubungkan dengan peraba. Ketika peraba bergerak jarum berputar. Pembagian skala dial memiliki ketelitian 0,01 mm juga akan mengukur gerakan yang lembut dari peraba.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah aga kita lebih mengerti tentang :

Kegunaan dan fungsi dari dial indikator.

Bagian-bagian alat ukur kebulatan.

Cara pembacaan dari alat ukur yang digunakan.

1.3 Manfat

Adapun manfaat dari praktikum metrologi industri ini adalah :

Praktikan memahami apa fungsi alat ukur dial indikator.

Praktikan dapat menggunakan Dial Indikator dengan benar.

Praktikan dapat membaca hasil dan mengetahui cara kerja dari alat ukur tersebut.

Praktikan dapat mengetahui ketelitian dari alat ukur.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Dial Indikator

Dial Indikator terdiri dari:

- Rumah indicator berbentuk silinder yang tebal.

- Spindel.

- Ujung keras yang dapat dilepas.

- Seperangkat roda gigi (peguat).

- Jarum penunjuk.

- Pinggiran bergerigi (cincin luar).

- Pelat dudukan baja

Dial Indikator atau dial gage, digunakan untuk mengukur kebengkokan, run out, kekocakan, end play, back lash, kerataan dan sebagainya. Bidalam dial indicator terdapat mekanisme yang dapat memperbesar gerakan yang kecil. Pada saat spindle bergerak sepanjng permukaan yang diukur, gerakan tersebut diperbesar oleh mekanisme pembesar dan selanjutnya di tunjukan oleh jarum penunjuk.

Dial indicator mempunyai ketelitian satu per seratus millimeter (0,01 mm) dan dan 10,00 mm. tingkat ketelitian dial indikatir menunjukkan skala terkecil. Sedangkan kemampuan pengukuran adalah kemampuan maksimal alat ukur. Sebagai contoh apabila pada panel depan tertulis 0.01-40mm, berarti tingkat ketelitian dialindikator tersebut adalah 0,01 mm dan kemampuan mengukur maksimal mm.Alat ini merupakan merupakan suatu alat ukur yang cepat dan relatif teliti untuk pengukuran kerataan permukan suatu benda.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Dial Indikator3.3.1 Alat dan Bahan

1. Alat

- Dial IndicatorGambar 3.1 Dial Indikator

2. Bahan

- Poros bertngkat

Gambar 3.2 Poros Bertingkat3.1.2 Prosedur praktikum

Menyiapkan spesimen yang akan diukur

Menyiapkan alat ukur yakni dial Indicator

Memeriksa alat ukur apakah dalam keadaan baik atau tidak

Melakukan pengukuran pada specimen

Mengamati angka yang diperoleh alat ukur

Mencatat skala yang diperoleh alat ukur

Mengulangi pengukuran sesuai yang ditentukan.

3.1.3 Cara Kerja Alat

Gambar 3.3 Tingkat ketelitian Dial Indikator

Pada panel depan terdapat jarum panjang dan jarum pendek yang berfungsi sebagai penghitumg putara. Apabila jarum panjang berputar satu kali, maka jarum pendek bergerak satu strip, artinya kalau jarum pendek menunjuk angka satu berarti jarum panjang telah berputar satu kali.

Gambar 3.4 Dial Indikator lengkap dengan penyangga

Pada Dial Indicator juga terdapat outer ring yang dapat berputar. Apapbila outer ring diputar, maka skala pengukuran yang terdapat pada panel depan juga akan ikut berputar sehingga angka nol pada skala pengukuran dapat lurus dengan jarum panjang. Hal tersesbut diperlukan pada saat menset nol sebelum melakukan pengukuran. Dial indicator tidak dapat berdiri sendiri memerlukan batang penyangga atau block magnet, apabila tuas penyetel di ON kan, maka dasar magnet menempel pada komponen yang terbuat dari besi, tetapi jika di OFF kan kemagnetannya hilang.

Cara pembacaan skala pada Dial Indikator

Gambar 3.5 Cara Pembacaan Dial Indikator

Dial Indikator mempunyai ketelitian 0.01

Sebagai contoh

Jika jarum penunjuk menunjukkan pada posisi skala ke 5 jadi pembacaannya

0.01 x 5 = 0.05

sedangkan jarum penunjuk menunjukkan 3 berarti jarum penunjuk utama sudah berputar sebanyak 3 kali putaran.

Jadi hasil pembacaan 0.05 x 3 = 0.15

3+ 0.05 = 3.05 mm

3.1.4 Data hasil pengukuran

Tabel 3.1 hasil pengukuran pada titik 1

Posisi90180270360(P- L/4)D

error

LPLPLPLP

10.090.150.120

20.100.080.050

30.030.150.120

40.090.060.050

Tabel 3.2 hasil pengukuran pada titik 2Posisi90180270360(P- L/4)D

error

LPLPLPLP

10.030.130.130

20.100.100.020

30.020.140.120

40.110.090.020

Tabel 3.3 hasil pengukuran poros pada titik 3Posisi90180270360(P- L/4)D

error

LPLPLPLP

10.020.140.140

20.120.110.010

30.010.130.130

40.110.110.010

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN1.4 Analisa Data hasil Pengukuran

Pada percobaan yang telah dilakukan benda kerja atau specimen yang akan diukur adalah sebuah poros yang memiliki diameter 3.59 cm. Pada poros ini di beri tanda 1 titik yang akan diukur tingkat kerataannya dengan menggunakan dial indikator yang memiliki ketelitia ).01 mm. Pada pengukuran ini Dial Indikator di pasang pada penyangga dimana posisi spindle harus tegak lurus terhadap permukaan poros yang di ukur dan garis imajnasi dari mata si pengukur harus tegak lurus ke jarum penunjuk pada permukaan Dial Indikator pada saat sedang membaca hasil pengukuran kemudian lakukan penyetelan jarum penujuk pada posisi nol.

1.5 Data dan GrafikTabel 4.1 pengukuran dengan menggunakan dial indikator pada titik 1

Posisi90180270360(P- L/4)D

error

LPLPLPLP

10.090.150.1200.09

20.100.080.0500.0325

30.030.150.1200.01

40.090.060.0500.037

Grafik 4.1 pengukuran dengan menggunakan dial indikator pada titik 1

4.3 Tabel pengukuran dengan menggunakan dial indikator pada titik 2

Posisi90180270360(P- L/4)D

error

LPLPLPLP

10.030.130.130-0.047

20.100.100.020-0.005

30.020.140.120-0.07

40.110.090.020-0.045

Grafik 4.2 pengukuran dengan menggunakan dial indikator pada titik 2

Tabel 4.3 pengukuran dengan menggunakan dial indikator pada titik 3

Posisi90180270360(P- L/4)D

error

LPLPLPLP0.075

10.020.140.1400.055

20.120.110.010-0.0675

30.010.130.130-0.0675

40.110.110.010-0.0525

Grafik 4.3 pengukuran dengan menggunakan dial indikator pada titik 3

Pembahasan

Pada percobaan yang telah dilakukan benda kerja atau spesimen yang akan diukur adalah poros yang memiliki diameter 32,4 mm. Pada poros ini diberi tanda 3 titik yang akan diukur tingkat kerataannya dengan menggunakan dial indikator yang memiliki ketelitian 0,01 mm.pada pengukuran ini dial indikator dipasang pada pada batang penyangga dimana posisi spindel tegak lurus terhadap permukaan poros yang diukur dan digaris imajenasi dari mata sipengukur harus tegak lurus kejarum penunjuk pada permukaan dial indikator pada saat sedang membaca hasil pengukuran kemudian lakukan penyetelan jarum penunjuk ke posisi 0.

Untuk mengetahui setiap kerataan dalam 90 nya perlu dilakukan pencatatan , setiap penunjukaan yang dilakukan oleh jarum.jarum akan bergerak karena spindel pada dial indikator mengubah gerakan yng kecil menjadi gerakan yang besar.pada percobaan ini, jarum penunjuk berada dititik lembah permukaan benda kerja,dan apabila bergerak kekanan maka berarti jarum penunjuk berada dititik puncak permukaan.BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengukuran praktikum Metrologi Industri ini dapat disimpulkan bahwa :

Pengukuran keratan kita mendapatkan perbandingan antara pengukuran pada posisi 1, 2 dan 3, hal ini dapat dilihat dari tabel masing-masing pengukuran. Pembacaan hasil pada Dial Indikator dapat dapat dilihat langsung dari skala utamanya.

Ketelitan dan ketepatan pengukuran tergantung dari kepresisian Dial Indikator denga specimen.

Setelah mendapatkan data hasil pengukuran, kita dapat menganalisis data dan kita bisa mengetahui alat ukur tersebut bekerja dengan baik atau tidak.

5.2 Saran

Pada saat pengukuran kerataan, hendaknya posisi Indikator harus tegak lurus terhadap benda uji. Untuk proses pengukuran hendaknya posisi alat ukur harus tepat dan posisi jarum penunjuk sksla harus nol. Untuk mendapatkan hasil yang akurat perlu dilakukan pengukuran berkali-kali lalu menentukan nilai

supaya kita mengetahui mana pengukuran yang lebih akurat.

EMBED PBrush

_1294438351.unknown

_1294438973.unknown

_1294472408.xls

_1294475153.xls

_1294481205.unknown

_1294475309.unknown

_1294472565.xls

_1294467834.xls

_1294468060.xls

_1294444603.unknown

_1294438696.unknown

_1294438863.unknown

_1294438533.unknown

_1294434551.xls

_1294434657.xls

_1294434747.xls

_1294438223.unknown

_1294434722.xls

_1294434616.xls

_1294432452.xls