118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

95
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hama adalah pengganggu yang berwujud hewan yang mengganggu tanaman dan menyebabkan kerugian. Tidak semua hewan menjadi hama. Beberapa filum yang anggotanya berpotensi menjadi hama adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang) dan Arthropoda (serangga, tungau). Mereka disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Setiap jenis hama mempunyai ciri- ciri gejala serangan yang berbeda pada tumbuhan yang diserangnya. Dalam usaha pengendalian OPT tersebut terdapat berbagai tindakan yang dapat dilakukan petani, yang kesemuanya merupakan kesatuan tindakan yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Tindakan tersebut mulai dari cara mempelajari sifat morfologi hama, gejala serangan hama, cara pembiakan hama sampai bagaimana cara hama itu merusak tanaman semua dipelajari, diteliti, dan ditemukan bagaimana cara untuk mengendalikannya atau secara keseluruhan disebut identifikasi hama. Proses identifikasi tidak hanya dilakukan pada hama tetapi juda pada tanaman pengganggu dan juga pada penyakit. Setelah proses identifikasi tersebut dilanjutkan dengan upaya pencegahan baik secara alami ataupun buatan (kimiawi). Pada proses pencegahan ini dipilih berdasarkan hasil identifikasi pada tahap pertama. Sehingga apabila proses identifikasi tersebut maka upaya pencegahan hama tersebut akan gagal. Pemilihan cara pencegahan hama tersebut dipilih yang paling sedikit mengakibatkan pencemaran ataupun pemusnahan musuh alami yang lain atau yang paling penting tidak membahayakan konsumen akibat adanya residu yang terdapat pada tanaman. Dewasa ini muncul konsep Pengendalian Hama Terpadu atau yang kita kenal dengan PHT yaitu merupakan ramuan dari berbagai cara pengendalian hayati dengan pengendalian cara kimia sebagai alternatif terakhir dalam hal usaha pencegahan hama. Pada dasarnya pengendalian hama merupakan suatu tindakan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk mengendalikan dan menekan populasi hama agar tidak mencapai keadaan yang secara ekonomi merugikan petani. Usaha pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk memberantas hama sampai habis sehingga taktik pengendalian hama yang diterapkan harus tetap 1

description

perlintan

Transcript of 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

Page 1: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan

mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau

jamur). Hama adalah pengganggu yang berwujud hewan yang mengganggu

tanaman dan menyebabkan kerugian. Tidak semua hewan menjadi hama.

Beberapa filum yang anggotanya berpotensi menjadi hama adalah Aschelminthes

(nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang) dan

Arthropoda (serangga, tungau). Mereka disebut hama karena mereka

mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Setiap jenis hama mempunyai ciri-

ciri gejala serangan yang berbeda pada tumbuhan yang diserangnya.

Dalam usaha pengendalian OPT tersebut terdapat berbagai tindakan yang

dapat dilakukan petani, yang kesemuanya merupakan kesatuan tindakan yang

saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Tindakan tersebut mulai dari cara

mempelajari sifat morfologi hama, gejala serangan hama, cara pembiakan hama

sampai bagaimana cara hama itu merusak tanaman semua dipelajari, diteliti, dan

ditemukan bagaimana cara untuk mengendalikannya atau secara keseluruhan

disebut identifikasi hama. Proses identifikasi tidak hanya dilakukan pada hama

tetapi juda pada tanaman pengganggu dan juga pada penyakit. Setelah proses

identifikasi tersebut dilanjutkan dengan upaya pencegahan baik secara alami

ataupun buatan (kimiawi). Pada proses pencegahan ini dipilih berdasarkan hasil

identifikasi pada tahap pertama. Sehingga apabila proses identifikasi tersebut

maka upaya pencegahan hama tersebut akan gagal. Pemilihan cara pencegahan

hama tersebut dipilih yang paling sedikit mengakibatkan pencemaran ataupun

pemusnahan musuh alami yang lain atau yang paling penting tidak

membahayakan konsumen akibat adanya residu yang terdapat pada tanaman.

Dewasa ini muncul konsep Pengendalian Hama Terpadu atau yang kita kenal

dengan PHT yaitu merupakan ramuan dari berbagai cara pengendalian hayati

dengan pengendalian cara kimia sebagai alternatif terakhir dalam hal usaha

pencegahan hama.

Pada dasarnya pengendalian hama merupakan suatu tindakan manusia baik

secara langsung maupun tidak langsung, untuk mengendalikan dan menekan

populasi hama agar tidak mencapai keadaan yang secara ekonomi merugikan

petani. Usaha pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk memberantas hama

sampai habis sehingga taktik pengendalian hama yang diterapkan harus tetap

1

Page 2: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

2

dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi maupun ekologi. Oleh karena itu

kegiatan perlindungan tanaman harus mulai sejak awal dilakukan beriringan

dengan awal kegiatan budidaya tanaman sampai kepada langkah akhirnya atau

pascapanen agar segala kerugian yang disebabkan oleh beberapa gangguan dapat

diperkecil.

B. Tujuan Praktikum

1. Morfologi, Identifikasi Hama dan Gejala Kerusakan Hama

Tujuan dari praktikum Morfologi, Identifikasi Hama dan Gejala

Kerusakan Hama antara lain :

a. Praktikan mampu mengenali dan menjelaskan ciri-ciri morfologis

binantang hama

b. Praktikan mampu melakukan identifikasi beberapa kelompok binatang

hama berdasarkan ciri-ciri morfologisnya.

c. Praktikan mampu melakukan identifikasi beberapa kelompok serangga

hama sampai tingkat ordo berdasarkan ciri-ciri morfologisnya

d. Mengenal dan mempelajari tipe-tipe gejala serangga hama dari masing-

masing tipe alat mulut hama.

2. Identifikasi Patogen

Tujuan dari praktikum Identifikasi patogen adalah :

a. Mengenal tipe gejala, dan tanda penyakit tumbuhan yang umum

b. Mengembangkan kecakapan mahasiswa dalam mendiagnosis penyakit

secara cepat berdasarkan deskripsi gejala atau morfologi patogen yang

menyertai gejala.

c. Untuk mengenal prinsip dasar pembuatan medium biakan dan sterilisasi

medium dan alat.

d. Mahasiswa mempelajari beberapa cara isolasi dan inokulasi jamur dan

bakteri patogen tanaman

e. Mengenal bebrapa teknik isolasi

f. Mempelajari cara masuk patogen ke dalam tubuh tanaman inang

g. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan inokulasi

buatan.

3. Taktik Pengendalian OPT

Tujuan dari praktikum Taktik Pengendalian OPT adalah :

a. Mengenalkan pengaruh jasad antagonisme terhadap pertumbuhan atau

perkembangan patogen secara in vitro

Page 3: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

3

b. Memperkenalkan kepada mahasiswa salah satu cara atau alat perangkap

hama tanaman (lalat buah (Dacus spp))

4. Gulma

Tujuan dari praktikum Gulma adalah :

a. Mengetahui jenis gulma, famili, dan golongannya

b. Mengetahui dominasi penutupan (coverage) oleh gulma tertentu pada

lahan

c. Mengetahui pengaruh penyemprotan herbisida terhadap gulma.

Page 4: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

4

II. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Morfologi, Identifikasi Hama dan Gejala Kerusakan Tanaman

1. Pengenalan Hama dengan Ciri – ciri Morfologinya dan Tanda

Serangannya

a. Hasil Pengamatan

1) Nematoda (Meloidogyne sp)

Gambar 1.1 Nematoda Gambar 1.2 Gejala Serangan

Nematoda

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan Gambar :

1. Tubuh

2. Stilet

3. Mulut

4. Usus

5. Anus

Taksonomi Cacing:

Filum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Bangsa : Tylenchida

Famili : Heteroderidae

Genus : Meloidogyne

Spesies : Meloidogyne sp

Ciri-ciri morfologis :

a) Tipe alat mulut : Penusuk Penghisap (Haustelata)

b) Tubuhnya simetris bilateral

c) Tubuhnya tidak bersegmen

d) Pada stilet terdapat konus, silindris, dan knop.

Gejala serangan : Puru akar

(akar membengkak)

Perkiraan Spesies : Nematoda

4

Page 5: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

5

2) Bekicot (Achatina fulica Bowd)

Gambar 1.3 Bekicot

(Achatina fulica Bowd)

Gambar 1.4 Gejala Serangan

pada daun singkong

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan Gambar :

1. Ekskeleton

2. Tentakel dengan mata di ujung

3. Lubang pernapasan

4. Alat genetalia

5. Mulut

Taksonomi Bekicot:

Filum : Molusca

Kelas : Gastropoda

Bangsa : Pulmonasia

Famili : Archatinidae

Genus : Archatina

Spesies : Achatina fulica

Ciri-ciri morfologis

a) Tipe alat mulut menggigit mengunyah (Mandibulata)

b) Memiliki cangkang

c) Tidak mengalami metamorphosis

d) Terdapat Mata diujung tentakel

e) Tubuh berlendir

f) Kakinya berupa kaki palsu dan berlendir

Gejala serangan :

1. Daun sobek dan berlubang

2. Daun berlendir

3. Bercak Coklat

Perkiraan spesies : Bekicot

Page 6: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

6

3) Tikus Sawah (Rattuss-rattus argentiventer)

Gambar 1.5 Tikus

(Rattuss-rattus argentiventer)

Gambar 1.6 Gejala Serangan

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan Gambar :

1. Kepala

2. Kaki

3. Ekor

4. Tubuh

5. Telinga

6. Gigi

7. Mulut

8. Mata

Taksonomi Tikus:

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Bangsa : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Rattuss

Spesies : Rattuss-rattus argentiventer

Ciri-ciri morfologis :

a) Tidak mengalami metamorphosis

b) Memiliki telinga

c) Ekor lebih pendek dari pada panjang badan ke kepala

d) Bulu tubuh bagian atas lebih gelap dari pada bagian bawah.

e) Tipe mulut pengerat

Gejala serangan : Batang padi roboh

Perkiraan spesies : Tikus

Page 7: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

7

4) Burung Emprit (Munia sp)

Gambar 1.7 Emprit (Munia sp) Gambar 1.8 Gejala Serangan

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan Gambar :

1. Mata

2. Paruh

3. Kaki

4. Sayap

5. Ekor

Taksonomi Emprit:

Filum : Aves

Kelas : Passeriformes

Bangsa : Ploseidae

Famili : Estrildidae

Genus : Munia

Spesies : Munia sp

Ciri-ciri morfologis :

a) Bulu bagian atas berwarna gelap dan tubuh bagian bawah

berwarna putih.

b) Tidak mengalami metamorphosis

c) Paruh menunjukkan sebagai hewan pemakan biji – bijian

d) Memiliki sepasang sayap

e) Memiliki sepasang kaki

Gejala serangan : Bulir padi hilang

Page 8: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

8

5) Belalang (Valanga nigricornis)

Gambar 1.9 Belalang

Dewasa

Gambar 1.10 Belalang

Pra Dewasa

Gambar 1.11 Gejala

Serangan

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan Gambar :

1. Kepala 7. Sayap

2. Mata 8. Abdomen

3. Antena 9. Mulut

4. Toraks 10. Tungkai

5. Kaki 11. Ovipositor

6. Tekmina

Taksonomi Belalang:

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Bangsa : Orthoptera

Famili : Acrididae

Genus : Valanga

Spesies : Valanga nigricornis

Ciri-ciri morfologis :

a) Memiliki mata facet (mata majemuk)

b) Mengalami metamorphosis Paurometabola

c) Tipe alat mulut mandibulata

d) Dewasa dan pradewasa memiliki makanan yang sama

e) Pradewasa belalang belum memiliki sayap yang sempurna

f) Tubuh terbagi menjadi 3 bagian kepala, toraks dan abdomen

Gejala serangan : Daun berlubang

Page 9: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

9

6) Tungau (Tetranycus cinnabarinus)

Gambar 1.12 Tungau Gambar 1.13 Gejala Serangan

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan Gambar :

1. Tangkai kaki

2. Cephalothorax

3. Abdomen

4. Chelicerae

Taksonomi :

Filum : Arthropoda

Kelas : Arachnida

Bangsa : Acarina

Famili : Tetranychidae

Genus : Tetranycus

Spesies : Tetranycus cinnabarinus

Ciri-ciri morfologis :

a) Mempunyai 4 pasang tangkai kaki

b) Tubuh terbagi menjadi 2 bagian cephalothorax dan abdomen

c) Kepala dan dada bersatu

b. Pembahasan

1) Nematoda

Nematoda memiliki alat mulut bertipe menusuk-menghisap

(haustelata) dan menunjukkan adanya stilet. Tubuhnya berbentuk

simetris bilateral. Nematoda adalah sejenis cacing bulat yang terdapat

di tanah, air, jaringan hewan, manusia maupun jaringan tumbuhan.

Nematoda dapat menjadi penyebab masuknya organisme-organisme

mikro yang bersifat patogen melalui akar sewaktu nematoda itu

memakan jaringan akar.

Gejala serangan : terdapat

bercak kuning di sekitar tulang

daun

Page 10: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

10

Menurut Sastroutomo (1988) Nematoda adalah sejenis cacing

bulat yang hidup dalam tanah, air, hewan, manusia maupun jaringan

tumbuhan. Kebanyakan dari nematoda ini hidup bebas, hanya

sebagian kecil saja yang hidup sebagai parasit pada tumbuhan dan

hewan. Nematoda terdapat dalam larutan tanahnya dan senantiasa

berhubungan erat baik dengan bahan organik maupun anorganik.

Nematoda ini berbentuk memanjang, panjang 1,5-5mm. Bagian

kepalanya lurus atau berlekuk. Lubang amfidnya berupa celah yang

lebar dan kearah belakang berbentuk seperti ujung corong. Stiletnya

panjang yang bagian anterior berupa odontosil dan bagian stilet

posterior berupa odontofor. Esofagusnya terdiri atas prokarpus yang

panjang dan sempit serta mempunyai kelenjar bulbus yang pendek.

2) Gastropoda

Dari filum Mollusca ini yang anggotanya berperan sebagai

hama adalah Achatina fulica Kelompok gastropoda dikenal dengan

bekicot atau siput. Ada dua tipe gastropoda yang menyerang tanaman

budidaya yaitu siput bercangkang dan siput tanpa cangkang.

Kelompok Gastropoda disebut molas karena mempunyai tubuh yang

lunak, tidak beruas, mempunyai dua antena dan tubuhnya

mengeluarkan lendir. Pada waktu aktif sebagian tubuhnya menjulur

dari eksoskeleton atau concha, yaitu bagian kepala dan kaki yang

tampak terdiri dari again musculernya yang lebar yaitu tapak kaki,

sedang kepalanya dilengkapi dengan dua pasang tentakel yang tampak

di sebelah anterior (Sastrahidayat, 1987). Molusca banyak ditemukan

pada tempat-tempat yang mempunyai kelembaban tinggi misalnya

sampah. Karena mempunyai tipe alat mulut yang menggigit

mengunyah atau mandibulata maka daun yang termakan oleh bekicot

akan sobek dan terdapat lendir karena bekicot akan mengeluarkan

lendir jika ia berjalan (Winarno, 2003).

Contoh tanaman yang diserang siput pada praktikum ini

adalah daun singkong. Gastropoda mempunyai alat mulut bertipe

menggigit mengunyah, sehingga gejala kerusakan yang ditimbulkan

berlubangnya daun, patahnya batang dan bagian tanaman yang

terserang tampak berlendir. Hal ini terjadi karena siput mengeluarkan

lendir saat berjalan (Sudarmo, 1991). Bekicot atau siput bersifat

Page 11: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

11

hermaprodit, sehingga setiap individu dapat menghasilkan sejumlah

telur fertil. Bekicot aktif pada malam hari serta hidup baik pada

kelembaban tinggi. Pada siang hari biasanya bersembunyi pada

tempat-tempat terlindung atau pada dinding-dinding bangunan, pohon

atau tempat lain yang tersembunyi.

Bagian tubuh dari bekicot yang utama adalah cangkang,

mulut, tentakel, dan tubuhnya yang lunak. Pada ujung atas tentakel

terdapat mata sebanyak 2 pasang atau 4 buah mata. Bekicot berjalan

menggunakan bagian perutnya. Tipe alat mulut yang dimiliki bekicot

adalah penggigit-pengunyah (parut/radula), sehingga gejala yang

ditimbulkan berupa parutan pada bagian tanaman yang diserangnya.

Bekicot yang menyerang daun singkong akan menyebabkan

daun berlubang, daun berlendir, dan terdapat bekas gigitan bekicot

pada tepi daun. Achatina fulica termasuk filum Molusca. Pada waktu

aktif sebagian tubuhnya menjulur dari eksoskeleton atau concha, yaitu

bagian kepala dan kaki yang tampak terdiri dari again musculernya

yang lebar yaitu tapak kaki, sedang kepalanya dilengkapi dengan dua

pasang tentakel yang tampak di sebelah anterior

(Sastrahidayat, 1987).

3) Mammalia

Binatang dari kelas Mamalia, terutama dari ordo Rodentia

(binatang pengerat) yang memiliki peranan dalam merusak tanaman.

Dari ordo Rodentia ini yang termasuk hama tanaman antara lain

adalah tikus. Tikus banyak macamnya, antara lain tikus sawah, tikus

pohon, tikus rumah, dan lain-lain menurut Kopranek (1980).

Tikus sawah termasuk dalam fillum Chordata, kelas mamalia

dan termasuk dalam bangsa rodentia. Ordo ini termasuk binatang

pengerat dan paling banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman

pertanian. Adapun jenis-jenis tikus sawah antara lain Tetera indica

(pemakan biji-bijian, akar-akaran, daun, rumput dan serangga),

Nilarrdia meltoda (pemakan biji-bijian dan akar-akaran), Nilarrdia

glesdovi (pemakan biji-bijian) dan Brandicota bengetensis (perusak

tanaman dalam jumlah besar dan meninggalkan banyak sisa)

(Winarno, 2003).

Page 12: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

12

Ciri utama tikus sawah yaitu panjang ekornya lebih pendek

daripada panjang tubuhnya, mempunyai dua pasang daun telinga,

mempunyai kaki dua pasang, rambut punggung relatif kasar, warna

perut putih keabuan dan ekornya gelap keseluruhan, jumlah putting

susu 12 buah, warna bagian kepala dan tubuh sama, dan tipe mulut

menggigit mengunyah (mandibulata). Tanaman yang diserang oleh

tikus sawah yaitu padi yang ditandai dengan patahnya batang padi,

terdapat sisa padi yang termakan, biji padi berserakan.

Tikus sawah dapat menyerang berbagai jenis tanaman pada

berbagai fase pertumbuhan padi. Pada fase vegetatif tikus akan

memutuskan batang padi sehingga tampak berserakan. Kerusakan

akibat tikus bersifat khas yaitu di tengah-tengah sawah gundul. Pada

fase generatif tikus akan memakan bulir padi yang mulai menguning

sehingga dapat menghilangkan hasil secara langsung (Baehaki, 1993).

4) Passeriforms

Burung emprit (Munia sp.) termasuk ke dalam filum Aves,

kelas Passeriformes, bangsa Ploicedeai, family Estrildidae, dan genus

Munia. Bagian tubuh burung emprit terdiri dari kepala, paruh, mata,

sayap, ekor, kaki, dan kloaka. Burung emprit memiliki ciri-ciri umum

berupa warna bulu coklat, tipe paruh pemakan biji, dan memiliki

sepasang sayap.

Munia sp atau yang lebih dikenal dengan sebutan burung

Emprit. Termasuk jenis burung pemakan biji-bijian. Burung ini

merupakan hama bagi tanaman padi. Menurut Sudarmono (2002)

pada burung emprit tipe mulutnya adalah pemakan biji-bijian,

sehingga padi yang terkena serangan burung emprit pada bijinya akan

menjadi kopong.

Tanaman padi akan mengalami kerusakan batang yang

disebabkan oleh serangan burung emprit, walang sangit, Scirpophaga

incertulas, tikus sawah, dan wereng. Padi yang diserang burung

emprit akan menunjukkan gejala hilangnya bulir padi dari malainya

karena dimakan oleh burung emprit. Pada burung emprit tipe

mulutnya adalah pemakan biji-bijian, sehingga padi yang terkena

serangan burung emprit pada bijinya akan menjadi kopong

(Sudarmono, 2002).

Page 13: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

13

5) Insect

Belalang menyerang daun jeruk (Citrus sp). Pada daun jeruk

terdapat bekas gigitan belalang yang menyebabkan adanya gejala

daun sobek atau berlubang. Nama umum Valanga nigricornis adalah

walang kayu. Valanga nigricornis merupakan dari ordo orthoptera

yang sering disebut belalang kayu. Belalang kayu memiliki ciri-ciri

antara lain memiliki antena pendek, organ pendengaran terletak pada

ruas abdomen serta alat petelur yang pendek. Kebanyakan warnanya

kelabu atau kecoklatan dan beberapa mempunyai warnacemerlang

pada sayap belakang.

Nimfa dan dewasanya memakan daun sehingga daun tampak

berlubang, telurnya diletakkan dalam lubang tanah dengan kedalaman

antara 5-8 cm dari permukaan tanah. Telurnya berwarana cokelat dan

berkelompok, ditutupi oleh lapisan buih (Subiyakto,1991). Serangga

ini termasuk pemakan tumbuhan dan sering kali merusak tanaman.

Adapun alat mulutnya bertipe penggigit pengunyah menurut

Sudarmono (2002). Belalang melakukan metamorfosis sederhana/

peurometabola dengan perkembangan melalui tiga stadia, yaitu telur-

nimfa-dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan

pada bentuk dan ukuran sayap ukuran tubuhnya. Sebagian anggotanya

dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya

sebagai predator pada serangga lain. Ordo ini memiliki sayap dua

pasang, Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan

vena-vena menebal/mengeras yang disebut tegmina.

Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain dua buah

(sepasang) mata facet, sepasang antena, serta tga buah mata

sederhana. Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat para

thorax. Pada segmen /ruas pertama abdomen terdapat suatu membran

alat pendengar yang disebut tympanium. Spirakulum yang meruapkan

alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen/ thorax.

Anus dan alat genetalia terdapat pada ujung abdomen.

Daun jeruk yang terserang belalang akan menjadi robek atau

hilang sebagian karena tipe mulut belalang adalah penggigit

pengunyah. Bagian daun yang menghilang adalah dari tepi daun

menuju ke arah tengah daun. Menurut Borror (1991). Alat mulut

Page 14: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

14

bertipe penggigit pengunyah yang memiliki bagian labrum, sepasang

mandibula, dan sepasang maxilla.

6) Arachnida

Tungau (Tertanychus cinnabarius) termasuk ke dalam filum

Arthropoda, kelas Arachnida, bangsa Acarina, suku Tetranychidae,

dan marga Tetranychinus. Ciri-ciri umum tubuhnya pada bagian tubuh

berupa chepalothoraks dan abdomen, jumlah kaki 8 buah (4 pasang),

dan warna tubuh merah. Biasanya bagian tanaman yang diserang

adalah bagian daun. Daun yang diserang oleh tungau akan menjadi

berbintik-bintik dan terjadi gejala klorosis. Tungau adalah binatang

kecil berkulit lunak dengan kerangka kitin. Besarnya tidak lebih dari

0,5 mm, warnanya bermacam-macam, dari hijau sampai merah.

Tubuhnya tidak beruas dengan bentuk menyerupai kantong, bagian

mulut menonjol dan kepala menyatu dengan tubuhnya (chepalo

thorax). Bagian-bagian mulutnya dapat disesuaikan dengan menggigit

dan menggergaji, menghisap dan menusuk. Pada larvanya tungau

mempunyai perkembangbiakan dengan seksual baik ovipar maupun

vivivar (Pracaya, 1991).

Bagian tanaman yang diserang tungau adalah daun singkong

dengan gejala serangan antara lain daun berubah warna menjadi

coklat kekuning-kuningan dan cairan daun terhisap. Telur tungau

berwarna kuning, diameternya sekitar 0,25 cm biasanya diletakkan

dekat dengan urat daun dan mudah jatuh seandainya terkena tiupan

angin atau guyuran air hujan (Subiyakto, 1991).

Page 15: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

15

2. Kunci Determinasi Ordo Beberapa Serangga dan Tanda Serangannya

a. Hasil Pengamatan

1) Kupu-kupu

Gambar 1.14 Larva

Kupu-kupu

Gambar 1.15 Pupa

Kupu-kupu

Gambar 1.16 Kupu-kupu

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan gambar :

1. Antenna

2. Kepala

3. Toraks

4. Abdomen

5. Sayap

6. Kaki

Gambar 1.17 Gejala Kerusakan

Sumber : Laporan Sementara

Taksonomi : Fillum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Kunci Determinasi : 1a, 2a, 5a, Lepidoptera

1(b). Sayap depan dan belakang bersifat membran.

2(a). Alat mulut tipe penghisap dengan bentuk paruh panjang beruas

5(a). Kedua sayap tertutup oleh sisik

a) Jenis larva : Polipoda

b) Jenis Pupa : Obtekta

c) Tipe Metamorfosis : Holometabola

Gejala kerusakan : Daun

pisang menggulung

Hama : Erianata thrax

Page 16: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

16

d) Tipe Alat Mulut : larva : Penggigit

Imago : Penghisap

e) Stadium Merusak : Larva

2) Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros)

Gambar 1.18 Larva

Kumbang Badak

Gambar 1.19 Pupa

Kumbang Badak

Gambar 1.20 Kumbang

Badak

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan Gambar :

1. Kepala

2. Toraks

3. Abdomen

4. Tungkai

5. Tanduk

6. Sayap

7. Kaki

8. Mulut

Gambar 1.21 Gejala

Kerusakan Kumbang Badak

Sumber : Laporan Sementara

Taksonomi :

Fillum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Coleoptera

Kunci Determinasi : 1a, 2b, 4a Coleoptera

1(a). Mempunyai 2 pasang sayap, sayap dengan bertekstur seperti

mika/kulit, ter utama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat

membran

Gejala kerusakan :

a) Daun Kelapa membentuk

segitiga

b) Pucuk daun rusak

Page 17: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

17

2(a). Alat mulut tipe penghisap dengan bentuk paruh panjang yang

beruas-ruas

3(b). Sayap depan dengan tekstur yang seragam, ujung sayap sedikit

tumpang tindih.

a) Jenis larva : Oligopoda

b) Jenis Pupa : Eksorata

c) Tipe Metamorfosis : Holometabola

d) Tipe Alat Mulut : Mandibulata

e) Stadium Merusak : Larva dan Imago

3) Walang Sangit (Leptocorixa acuta)

Gambar 1.22 Nimfa

Walang Sangit

Gambar 1.23 Imago

Walang Sangit

Gambar 1.24 Gejala

Kerusakan

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan Gambar :

1. Sayap

2. Antena

3. Kaki

4. Mata

Taksonomi :

Fillum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Kunci Determinasi : 1a, 2a, 3a, Hemiptera

1(a). Mempunyai 2 pasang sayap. Sayap depan bertekstur seperti

mika/kulit terutama dipangkal sayap, sayap velakang bersifat

membran.

2(a). Alat mulut tipe penghisap dengan bentuk paruh panjang yang

beruas-ruas

Gejala Kerusakan :

a) Bulir Padi Hampa

b) Terdapat bercak-bercak hitam

pada bulir padi

Page 18: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

18

3(a). Tekstur pangkal sayap depan seperti mika, ujun sayap bersifat

membran (hemelytron), ujung sayap saling tumpang tindih bila

sedang hinggap.

a) Jenis larva : -

b) Jenis Pupa : -

c) Tipe Metamorfosis : Purometabola

d) Tipe Alat Mulut : Haustelata

e) Stadium Merusak : Imago

4) Lebah (Apis Melifera)

Gambar 1.25 Larva Lebah Gambar 1.26 Imago Lebah

Sumber : Lapoan Sementara

Keterangan Gambar :

1. Kepala

2. Toraks

3. Abdomen

4. Mulut

5. Kaki

6. Sayap

Gambar 1.27 Gejala Kerusakan

Daun Bawang

Gejala Kerusakan : Ada garis

putih pada daun

Hama : Liriomyza chirensis

Tipe Alat Mulut : Mandibulata

Sumber: Laporan Sementara

Taksonomi :

Fillum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Page 19: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

19

Ordo : Hymenoptera

Kunci Determinasi : 1b, 5b, 6b, 7b, 8a

1(b). Sayap depan dan belakang bersifat membran

5(b). Sayap tidak tertutup sisik

6(b). Sayap depan dan belakang tidak seperti di atas

7(b). Ukuran tubuh beragam,sayap tanpa rumbai

8(a). Tubuh agak padat,ada penggentingan antara toraks dan abdomen

sayap belakang lebih kecil dari sayap depan.

a) Jenis larva : Protopoda

b) Jenis Pupa : Eksarata

c) Tipe Metamorfosis : Holometabola

d) Tipe Alat Mulut : Menusuk-menghisap

e) Stadium Merusak : Serangga penyerbuk

5) Lalat Buah (Dacus sp)

Gambar 1.28 Larva

Lalat Buah

Gambar 1.29 Pupa Lalat

Buah

Gambar 1.30 Imago

Lalat Buah

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan Gambar :

1. Mulut

2. Toraks

3. Abdomen

4. Kepala

5. Tungkai

6. Sayap

7. Tanduk

Page 20: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

20

Gambar 1.31 Gejala

Kerusakan Lalat buah

Sumber : Laporan Sementara

Taksonomi

Fillum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Spesies : Dacus sp

Kunci Determinasi : 1b, 5b, 6b, 7b, 8b

1 (b). Sayap depan dan belakang bersifat membran.

5 (b). Sayap tidak tertutup sisik

6 (b). Sayap depan dan belakang tidak seperti di atas

7 (b). Ukuran tubuh beragam,sayap tanpa rumbai

8 (b). Sayap depan ada,sayap belakang tereduksi menjadi alat

keseimbangan (halter).

a) Jenis larva : Apoda

b) Jenis Pupa : Koartata

c) Tipe Metamorfosis : Holometabola

d) Tipe Alat Mulut : Penusuk penghisap

e) Stadium Merusak : Imago

6) Wereng Hijau

Gambar 1.32 Wereng

Sumber : Laporan Sementara

Keterangan Gambar :

1. Kepala

2. Korteks

3. Abdomen

4. Kaki

Gejala kerusakan :

a) Belimbing buah menjadi

busuk, bercak coklat

Page 21: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

21

Gambar 1.33 Gejala

kerusakan Sundep

Gejala : Daun dan batang

berwarna kekuningan dan

mengering

Hama : Scirpopaga interculas

Tipe Alat Mulut : Mandibulata

Fase : Vegetatif

Sumber: Laporan Sementara

Gambar 1.34 Gejala

kerusakan Beluk

Gejala : Bulir hampa dan ada lubang

Hama : Scirpopaga interculas

Tipe Alat Mulut : Mandibulata

Fase : Generatif

Sumber: Laporan Sementara

Taksonomi :

Fillum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Homoptera

Kunci Determinasi : 1a, 2a, 3b, Homoptera

1(a). Mempunyai 2 pasang sayap, sayap dengan bertekstur seperti

mika/kulit, ter utama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat

membran

2(a). Alat mulut tipe penghisap dengan bentuk paruh panjang yang

beruas-ruas

3(b). Sayap depan dengan tekstur yang seragam, ujung sayap sedikit

tumpang tindih.

a) Jenis larva : -

b) Jenis Pupa : -

c) Tipe Metamorfosis : Paurometabola

d) Tipe Alat Mulut : Menusuk menghisap

e) Stadium Merusak : Nimfa, Imago

Page 22: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

22

b. Pembahasan

Pengamatan yang dilakukan yaitu mengamati jenis larva, jenis

pupa, tipe metamorphosis, tipe alat mulut, stadium hama perusak, dan

kunci determinasi hama. Kumbang badak termasuk ordo coleoptera.

Kumbang ini mempunyai 4 sayap dengan sepasang syap depan yang

menebal sepert kulit,keras dan rapuh dan biasanya bertemu dlam satu

garis lurus di bawah tengah punggung dan menutupi sayap belakang.

Sayap belakang berselaput tipis dan biasanya lebih panjang daripada

sayap depan, kumbang disebut elytra. Kumbang dewasa berwarna merah

sawo, berukuran 3-5 cm (Borror et al, 1991).

Menurut Elzinga (1987) Kumbang badak termasuk ordo

Coleoptera Kumbang badak merupakan serangga dari ordo Coleoptera

dimana ada anggotanya yang bertindak sebagai hama tanaman dan

predator. Serangga ini bersayap 2 pasang dimana sayap depan mengeras

dan menebal serta tidak mempunyai vena yang disebut dengan elytra. Bila

istirahat elytra seolah-olah terbagi menjadi dua bagian pada bagian dorsal.

Sementara sayapnya yang belakang berupa membraneus yang terlipat

dibawah sayap belakang apabila istirahat.

Kumbang yang diamati mempunyai ukuran tubuh kurang lebih 2

cm x 4,5 cm. Hewan ini mempunyai sayap dua pasang dengan sayap

depannya seperti mika tetapi tanpa vena. Sayap depan ini menebal karena

berfungsi sebagai pelindung sayap belakangnya. Sayap belakang serangga

ini lebar dan mempunyai sedikit vena. Bila sedang istirahat, sayap ini

letaknya berdampingan. Mulut serangga ini termasuk tipe untuk

menggigit dan mengunyah. Dari semua ciri-ciri yang ada, diketahui

bahwa serangga ini digolongkan dalam ordo Coleoptera. .

Morfologi walang sangit sama dengan belalang dewasa, tetapi

walang sangit mengalami metamorfosis paurometabola dan tipe alat

mulutnya adalah menusuk menghisap sehingga tidak ada atau tidak

terbentuk stadium larva dan pupa pada perkembangannya. Walang sangit

(Leptocorisa oratorius) termasuk ke dalam filum Arthropoda, kelas

Insecta, dan ordo Hemiptera. Walang sangit menjadi hama pada stadium

nimfa dan imago (dewasa). Ciri-ciri yang dimiliki oleh walang sangit

berdasarkan kunci determinasi yaitu mempunyai dua pasang sayap, sayap

depan bertekstur seperti mika atau kulit, terutama di pangkal sayap, sayap

Page 23: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

23

belakang bersifat membran; alat mulut tipe penghisap dengan paruh

panjang yang beruas-ruas; tekstur pangkal sayap dengan depan seperti

mika, ujung sayap bersifat membran (hemelytron), ujung sayap saling

tumpang-tindih bila sedang hinggap.

Dacus dorsalis atau lebih dikenal dengan lalat buah termasuk

dalam filum Arthropoda kelas Insecta. Lalat merupakan anggota ordo

Diptera yang mempunyai sepasang sayap depan karena sayap

belakangnya mereduksi menjadi alat keseimbangan. Larvanya bertipe

apoda karena larva tidak mempunyai tungkai. Sedangkan pupanya

koartata, yang mirip dengan eksarata hanya eksuviaenya tidak

mengelupas. Lalat buah dewasa memakan cairan atau sekresi yang

dikeluarkan oleh berbagai kumbang atau serangga lain, madu pada buah

dan cairan buah lainnya. Saat tidak musim buah, lalat terbang atau berada

di semak-semak atau hutan kecil disekitarnya. Bila ingin bertelur, lalat

mencari buah yang menjelang masak. Alat peletak telur berada di ruas

belakang badan, ditusukkan menembus kulit buah masak ke dalam buah

dan membentuk rongga. Telur diiringi bakteri yang menyelinap masuk ke

dalam buah sehingga menimbulkan kontaminasi dan buah menjadi busuk

yang masak lunak. Bintik bekas tusukan alat peletak telur menjadi gelap

agak membusuk dan akhirnya menjadi busuk buah (Kalie,2002).

Lalat buah mengalami metamorfosis sempurna (holometabola),

dan jenis larva yang terbentuk adalah apoda atau vermiform serta

memiliki jenis pupa berupa koartacta (seperti eksarata namun eksuvie

tidak mengelupas dan tetap membungkus pupanya. Lalat buah memiliki

tipe alat mulut penghisap. Lalat buah menjadi hama pada stadium larva

dan imago. Berdasarkan kunci determinasi, ciri-ciri morfologi dari lalat

buah yaitu sayap depan dan belakang bersifat membran; sayap tidak

tertutup sisik; sayap depan dan belakang tidak sama dalam ukuran,

bentuk, dan susunan venanya; ukuran tubuh beragam, sayap tanpa

rumbai; sayap depan ada, sayap belakang tereduksi menjadi alat

keseimbangan (halter).

Wereng merupakan hama yang menyerang tanaman padi dengan

tipe mulut menusuk meenghisap. Wereng atau Nilaparvata lugens

termasuk filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Homoptera. Tipe

metamorfosis yang terjadi pada wereng adalah paurometabola

Page 24: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

24

(metamorfosis sederhana), sehingga wereng tidak mengalami stadium

larva dan pupa. Stadium hama yang merusak adalah nimfa dan imago.

Ciri-ciri morfologis wereng berdasarkan kunci determinasi adalah

mempunyai dua pasang sayap, sayap depan bertekstur seperti mika atau

kulit, terutama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat membran; alat

mulut tipe penghisap dengan paruh panjang yang beruas-ruas; sayap

depan dengan tekstur yang seragam, ujung sayap sedikit tumpang-tindih.

Apabila serangan terjadi pada vase vegetatif maka daun tengah

atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan. Pucuk yang mati

akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala ini biasa disebut sebagai

sundep. Apabila serangan terjadi pada fase generatif, maka malai akan

mati karena pangkalnya dikerat oleh larva. Malai yang mati akan tetap

tegak berwarna abu-abu putih dan bulirnya hampa. Malai ini mudah

dicabut dan pangkalnya terdapat bekas gigitan larva. Gejala serangan

pada tahap ini disebut beluk.

Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera yang mempunyai sayap

depan dan belakang dan bersifat membran. Kedua sayap tersebut tertutup

sisik. Alat mulutnya menusuk menghisap. Serangga ini memakan madu,

cairan buah-buahan. Karena itu, serangga memiliki mulut penghisap

berbentuk pipa panjang yang tergulung jika tidak dipakai. Larva

lepidoptera bertipe polipoda karena memiliki tungkai di bagian toraks dan

abdomen. Sedangkan pupanya obtekta dengan alat tambahan yang

melekat pada tubuh pupa dan kadang-kadang terbungkus kokon (Borror,

1992).

Lepidoptera termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Insecta.

Kupu-kupu mempunyai tipe metamorfosis sempurna (Paurometabola)

dengan perkembangan stadia telur – nimfa - Pupa (kepompong) – Imago

(dewasa). Sedangkan tipe larvanya polipoda, karena memiliki kaki torakal

dan kaki abdominal dan tipe pupanya obtekta. Alat mulut pada serangga

ini yang dewasa berupa penghisap berbentuk tabung yang disebut

proboscis, untuk menghisap madu (tabung seperti belalai). Pada bangsa

ini, pupanya terbungkus kokon, sehingga pada stadium dewasa serangga

ini akan keluar melalui kokon terseut (Soetiyono, 1998). Serangga dewasa

mmiliki sepasang sayap di depan, sedang syap belakang mereduksi

menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter.

Page 25: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

25

Lalat termasuk ordo Diptera, bertubuh lunak dan relatif kecil.

Diketahui hanya memiliki sepasang sayap, tepat di belakang sayap

terdapat helter yang merupakan alat keseimbangan berasal dari sayap

belakang yang mereduksi. Tubuh terdiri dari tiga bagian yaitu caput

kepala, thorax dan abdomen. Kupu-kupu merupakan ordo dari

Lepidoptera dan mempunyai arti serangga yang bersisik. Bagian mulut

biasanya cocok untuk menghisap, memiliki mata majemuk yang terdiri

dari sejumlah mata faset (Borror et al., 1992). Identifikasi gejala

kerusakan berdasarkan tipe mulut dilakukan pada daun pisang. Daun

pisang yang terkena serangan akibat tipe mulut mandibulata akibatnya

daun berlubang. Selain itu, daun pisang akan menggulung. Di samping

daun pisang, daun kelapa rusak karena serangga bertipe mulut

mandibulata. Daun kelapa yang terserang akan menyebabkan terjadinya

sobekan pada daun, bisa juga menjadi busuk. Pada batang akan terjadi

gerekan. Pada tipe mulut lain yaitu menusuk menghisap atau haustelata

seperti pada daun padi mengakibatkan daunnya mengering berwarna

coklat. Pada bulir padi terdapat bintik hitam karena biji padi telah kosong

dirusak oleh serangga.

Serangga berikutnya yang diamati adalah lebah atau tawon, yang

mempunyai ukuran lebih kecil daripada kumbang karena ukurannya

hanya 2.5 cm x 1 cm. Ciri-ciri yang dijumpai adalah mempunyai tiga

pasang kaki. Selain itu sayapnya berjumlah dua pasang. Tubuh serangga

ini agak padat dan juga ada penggentingan antara toraks dan abdomen.

Dari ciri-ciri di atas diketahui bahwa serangga ini dimasukkan dalam ordo

Hymenoptera. Hymenoptera berasal dari bahasa Yunani kuno uman atau

hymen yang artinya kulit tipis, membran ptera yang artinya sayap.

Disebut demikian karena sayap ordo seperti membran yang telanjang

tidak ada pelindungnya. Dalam ordo terdapat beberapa keluarga pemakan

tanaman, tetapi sebagian besar merupakan pemakan binatang lain

(Pracaya, 1991).

Lebah termasuk ordo Hymenopteera filum Arthropoda, kelas

Insecta, dan. Lebah tidak memiliki penonjolan klipeus, koksa-koksa

depan adalah tranversal dan ruas metasomayang terakhir tidak

mempunyai daerah seperti piringan ssegi tiga. Tipe alat mulutnya

Page 26: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

26

penggigit pengunyah baik pada larva maupun imago, tapi imago kadang

menjilat madu pada bunga tanaman. (Borror et al, 1991).

Lebah mengalami metamorfosis sempurna (holometabola). Tipe

alat mulut yang dimiliki oleh lebah adalah pencucuk-penghisap. Lebah

bersifat tidak berperan sebagai hama, tetapi lebah sangat membantu

dalam proses penyerbukan bunga, sehingga dapat dikatakan bahwa lebah

memiliki peran yang positif. Ciri-ciri morfologis lebah berdasarkan kunci

determinasi adalah sayap depan dan belakang bersifat membran; sayap

tidak tertutup sisik; sayap depan dan belakang tidak sama dalam ukuran,

bentuk, dan susunan venanya; ukuran tubuh beragam, sayap tanpa

rumbai; tubuh agak padat, ada penggentingan antara thoraks dan

abdomen, sayap belakang lebih kecil dari sayap depan.

Page 27: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

27

DAFTAR PUSTAKA

Baehaki. 1993. Berbagai Hama Serangga Tanaman Padi. Angkasa. Bandung.

Borror. 1991. Pengenalan Pelajaran Serangga. UGM Press. Yogyakarta.

Borror. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. UGM Press. Yogyakarta.

Elzinga, JR. 1987. Fundamental of Entimologi. Prentice Hall of India. New Delhi.

Kalie. 2002. Mengatasi Buah Rontok, Busuk dan Berkerut. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Kopranek, A.M. 1980. Cut Chrysanthemums Introduction to Floriulture. Academic

Press. New York.

Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta

Sastrohidayat. 1987. Gejala Penyakit Tanaman Sayuran. Usaha Nasional. Surabaya.

Sastroutomo, SS. 1988. Pestisida, Dasar-dasar dan Dampak penggunaannya.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Soetiyono. 1998. Pengendalian Hama Sayuran Palawija. Kanisius. Yogyakarta.

Subyakto. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Tiga Serangkai. Jakarta

Sudarmo. 1991. Pengenalan Serangga, Hama, Penyakit, dan Gulma Padi. Kanisius.

Yogyakarta.

Sudarmono. 2002. Pengenalan Serangga, Hama, Penyakit, dan Gulma Padi.

Kanisius. Yogyakarta.

Winarno, P.G. Bettysri. 2003. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara Pencegahannya.

Ghalia Indonesia. Jakarta.

Page 28: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

28

B. Identifikasi Patogen

1. Gejala, Tanda penyakit dan Morfologi Patogen

a. Hasil Pengamatan

1. Zoocecidia pada daun mangga

Gambar 2.1 Zoocecidia pada

Daun Mangga

Tipe gejala : Hyperplastis

Tanaman inang : Mangga

Keterangan gejala : Benjolan

kecil pada daun mangga

Tipe parasit : Obligat

Mekanisme : Biotropik

Kelas : Insecta

Spesies : Kutu daun

2. Penyakit sapu (Witches broom) pada Kacang Tanah

Gambar 2.2 Penyakit Sapu Pada

Kacang Tanah

Tipe Gejala : Hyperplastis

Tanaman Inang : Kacang Tanah

Keterangan Gejala : Timbul cabang

baru pada ketiak cabang dan

akar terangkat ke atas.

Tipe Parasit : Obligat

Mekanisme : Biotropik

Spesies : Mikroplasma

3. Papaya Mosaic

Gambar 2.3 Penyakit Mozaic

Pada Pepaya

Tipe Gejala : Nekrosis

Tanaman Inang : Pepaya

Keterangan Gejala : Bentuk daun

tidak beraturan, terjadi mozaic

pada daun

Tipe Parasit : Obligat

Mekanisme : Biotropik

Kelas : Virales

Spesies : Virus

Page 29: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

29

4. Busuk Buah (Gloeosporium sp) pada Apel

Gambar 2.4 Busuk Buah pada

apel

Tipe gejala : Nekrosis

Tanaman inang : Apel

Keterangan gejala : Busuk pada

buah

Tipe parasit : Fakultatif

Mekanisme : Nekrotropik

Kelas : Deuteromycetes

Spesies : Gloeosporium sp

5. Busuk Buah (Erwinia carotavora) pada Wortel

Gambar 2.5 Busuk Buah Pada

Wortel

Tipe gejala : Nekrosis

Tanaman inang : Wortel

Keterangan gejala : Busuk, berlendir

Tipe parasit : Fakultatif

Mekanisme : Nekrotropik

Kelas : Probacteria

Spesies : Erwinia carotavora

6. Bercak Daun (Cercospora arachudicala) pada Kacang Tanah

Gambar 2.6 Bercak Daun pada

Kacang Tanah

Tipe gejala : Nekrosis

Tanaman inang : Kacang tanah

Keterangan gejala : Bercak pada

daun

Tipe parasit : Fakultatif

Mekanisme : Nekrotropik

Kelas : Deuteromycetes

Spesies : Cercospora arachudicala

Page 30: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

30

7. Penyakit Diplodia (Diplodia natalensis) Pada Jeruk

Gambar 2.7 Penyakit Diplodia

pada Jeruk

Tipe gejala : Nekrosis

Tanaman inang : Batang jeruk

Keterangan gejala : Getah pada

batang keluar (gum)

Tipe parasit : Fakultatif

Mekanisme : Nekrotropik

Kelas : Deuteromycetes

Spesies : Diplodia natalensis

8. Spora Jamur Karat (Puccinia arachidis)

Gambar 2.8 Spora Jamur Karat

Keterangan / Ciri Morfologi:

Tanaman inang : Kacang tanah

Tipe parasit : Fakultatif

Mekanisme : Nekrotropik

Kelas : Basidiomycetes

Spesies : Puccinia arachidis

9. Cercospora arachidicola

Gambar 2.9 Cercospora

arachidicola

Keterangan / Ciri Morfologi:

Tanaman inang : Kacang tanah

Tipe parasit : Fakultatif

Mekanisme : Nekrotropik

Kelas : Deuteromycetes

Spesies : Cercospora arachidicola

Page 31: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

31

10. Sporangium phytophtora infestans

Gambar 2.10 Phytopthora

infestans

Keterangan / Ciri Morfologi:

Tanaman inang : Kentang

Tipe parasit : Obligat

Mekanisme : Biotropik

Kelas : Pycomicetes

Spesies : Phytophtora infestans

11. Xanthomonas compestris pv citri

Gambar 2.11 Xanthomonas

compestris

Keterangan / Ciri Morfologi:

Tanaman inang : Jeruk

Tipe parasit : Fakultatif

Mekanisme : Nekrotropik

Kelas : Schizomycetes

Spesies : Xanthomonas compestris pv citri

12. Partikel Virus TMV

Gambar 2.12 Partikel Virus TMV

Keterangan / Ciri Morfologi:

Page 32: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

32

Tanaman inang : Tembakau

Penyebab penyakit : TMV

Tipe parasit : Obligat

Mekanisme : Biotropik

Kelas : Rhodshaped ssRNA

Spesies :

13. Konidia Altermaria porrii

Gambar 2.13 Alternariaa porrii

Keterangan / Ciri Morfologi:

Tanaman inang : Bawang

Penyebab penyakit : Alternariaa porrii

Tipe parasit : Fakultatif

Mekanisme : Nekrotropik

Kelas : Deuterumycetes

Spesies : Alternariaa porrii

14. Konidia Fusarium sp.

Gambar 2.14 Fusarium sp.

Keterangan / Ciri Morfologi:

Tanaman inang : Bawang

Penyebab penyakit : Fusarium sp.

Tipe parasit : Fakultatif

Mekanisme : Nekrotropik

Kelas : Deuterumycetes

Spesies : Fusarium sp.

Page 33: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

33

b. Pembahasan

Zoosecidia merupakan penyakit yang disebabkan oleh

serangga vektor yaitu kutu daun atau tungau, dengan tipe parasit

obligat dan mekanisme serangan nekrotropik. Zoosecidia menyerang

daun mangga yang menimbulkan gejala hiperplasis, yaitu

menyebabkan daun mangga terdapat bercak-bercak dan bintik-bintik

menonjol (semacam bintil).

Witches broom atau biasa disebut penyakit sapu merupakan

salah satu penyakit yang menyerang kacang tanah. Pada tanaman sakit

terjadi pertumbuhan tunas‐tunas samping (proliferasi) dengan

daun‐daun kecil yang luar biasa banyak. Warna daun-daun kecil

tersebut tetap hijau.Tanaman terhambat pertumbuhannya dan tampak

seperti sapu. Pembungaan sangat berkurang, kalaupun tumbuh bunga

hanya pada tunas pertama yang tampak masih sehat, bunga mudah

menjadi layu.Ginofor bakal polong berubah menjadi ke atas (geotropi

negatif). Polong berukuran kecil, keriput dan hampa.Penyebab sapu

pada kacang tanah adalah Fitoplasma, dahulu dikenal sebagai

Mycoplasma like organism (MLO).Fitoplasma berbentuk jorong atau

bulat dengan ukuran diameter 100 ‐ 1100 nm, tidak memiliki dinding

sel (merupakan ciri pembeda yang mendasar dari bakteri yang

mempunyai diding sel kaku), hanya terdapat pada bagian

floem.Fitopalsma tidak ditularkan secara mekanik maupun melalui

benih, tetapi ditularkan secara grafting, tali putri dan serangga vektor

(wereng Orosius argentatus).

Gejala pada buah apel merupakan gejala nekrosis, nama

penyakit busuk basah, penyebabnya adalah Gloesporium sp. Pada

bagian yang busuk terdapat tanda atau warna kecoklatan yang di

tengah-tengahnya terdapat bintik-bintik hitam berubah menjadi

orange. Mekanismenya nekotropik, tipe parasit fakultatif yaitu

organisme yang bisa hidup pada jaringan mati atau hidup.

Erwinia carotovoraberasal dari kelas Protobacteria, yaitu

bakteri yang dapat membusukan sayur dan buah-buahan. Bakteri ini

bersifat aerob fakultatif. Serangga ini membuat luka dan dalam tubuh

serangga mengandung bakteri. Mekanisme yang terjadi yaitu parasit

nekrotrop. Ciri infeksi bakteri Erwinia carotovora yaitu pada daun

Page 34: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

34

batang atau umbi daun, terjadi busuk basah yang berwarna coklat atau

coklat kehitam-hitaman. Gejala dimulai dengan adanya bercak

kebasahan yang selanjutnya meluas dengan bentuk yang tidak teratur,

agak mengendap dengan warna coklat tua atau kehitam-hitaman.

Disekitar bagian yang sakit terbentuk pigmen coklat tua atau hitam.

Busuk mula-mula tidak berbau, kemudian menjadi berbau khas yang

sangat menyolok (kemungkinan akibat aktifitas bakteri atau mikroba

sekunder yang lain).

Bakteri Erwinia carotovora berbentuk batang (0.7 μm X 1.5

μm), memiliki 2 - 6 flagella peritrikus, tidak memiliki spora, tidak

berkapsul, gram negatif dan aerob fakultatif. Bakteri ini menghasilkan

enzim pektinase (enzim pengurai pektin). Infeksi pada wortel terjadi

melalui luka atau lentisel. Infeksi terjadi melalui luka karena gigitan

serangga atau karena alat-alat pertanian.

Penyakit yang berbahaya ini belum ditemukan cara

pengendaliannya yang tuntas. Pergiliran tanaman diharapkan dapat

memutus daur hidup penyakit. Begitu pula pemeliharaan lahan

sayuran agar tidak kotor atau terlalu lembab.

Salah satu gangguan penyakit yang cukup penting adalah karat

daun yang disebabkan oleh Puccinia arachidis. Gejala pada daun

terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat) dan

daun gugur sebelum waktunya. Penyebaran jamur karat ini terjadi

melaluiuredospora pada sisa brangkasan atau polong terkontaminasi

yang terbawa angin. Salim (1989) dalam Saleh dan Hadiningsih

(1996) melaporkan bahwa perkecambalian uredospora paling banyak

terjadi pada suhu 3S°C dengan kelembaban relatif 90%. Sudjono

(1996) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara intensitas

serangan dengan defoliasi daun dan korelasi negatif antara defoliasi

dan liasil.

Cercospora arachidicola merupakan jamur penyebab penyakit

bercak daun, salah satu tanaman inangnya adalah kacang tanah

(Arachis hypogaea). Penyakit ini biasanya mulai berkembang di

pertanaman ketika menjelang panen atau sekitar 40-70 Hari Setelah

Tanam (HST) (Semangun, 2001). Pengaruh dari adanya penyakit

bercak daun adalah adanya gangguan terhadap fungsi permukaan

Page 35: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

35

daun dalam melakukan fotosintesis (Donowidjojo, 1980). Serangan

oleh cendawan ini tidak hanya terjadi pada daun, akan tetapi juga

dapat terjadi pada tangkai daun, daun penumpu, batang dan tangkai

buah (ginofor).

Tanaman yang terserang oleh cendawan ini akan

memperlihatkan gejala-gejala seperti munculnya bercak-bercak

berwarna coklat muda pada permukaan daun dan coklat tua hingga

kehitaman pada bagian bawah daun (Rismunandar, 1986). Serangan

berat pada tanaman dapat menyebabkan terjadinya defoliasi yang

pada akhirnya berpengaruh terhadap rendahnya produktivitas

(Semangun, 2001). Hal ini diduga bahwa daun sebagai organ yang

berperan sebagai tempat terjadinya fotosintesis apabila mengalami

gangguan maka kegiatan produksi fotosintat juga akan terganggu,

pada akhirnya polong atau biji sebagai bahan panenan utama juga

akan rendah produksinya.

Bakteri Xanthomonas campestris berbentuk batang dengan

diameter 0.4-1.0 µm dan panjang 1.0-3.0 µm dan bergerak dengan

flagella. Xanthomonas campestris merupakan bakteri gram negatif

yang berasal dari kelas Protobacteria dengan tipe parasit fakultatif.

Mekanisme berupa gejala nekrotropik.

Pada jeruk, Xanthomonas campestrisdapat menyebabkan

penyakit kanker batang. Kanker yaitu terjadinya kematian jaringan

kulit tumbuhan yang berkayu, misal akar, batang, cabang.

Selanjutnya jaringan kulit yang mati terssebut mengering batas

mengendap pecah-pecah, dan akhirnya bagian itu runtuk sehingga

terlihat bagian jayunya. Di tepi luka tersebut jaringan kalusnya

mengembang (Semangun, 1999). Gejala serangan pada daun diawali

dengan munculnya bintik-bintik kuning berdiameter 1mm dibawah

permukaan daun. Selanjutnya bintik berubah bercak cembung dan

berwarna kecoklatan serta agak mengkilat. Gejala khas berupa kanker

yang muncul pada fase berikutnya saat permukaan bercak berubah

menjadi kasar dan retak-retak dan biasanya mengeluarkan eksudat

bakteri. (Mangunwardoyo, 1999).

Virus mosaik tembakau (Tobacco mozaic virus, TMV) adalah

virus yang menyebabkan penyakit pada tembakau dan tumbuhan

Page 36: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

36

anggota suku terung-terungan (Solanaceae) lain. Gejala yang

ditimbulkan adalah bercak-bercak kuning pada daun yang menyebar,

seperti mosaic. Gejala pada daun muda atau pucuk berupa pemucatan

tulang daun (vein clearing) dan jaringan sepanjang tulang daun

menjadi hijau muda. Mosaik berupa pola bercak bercak hijau tua dan

hijau muda, bagian hijau tua seperti melepuh, menonjol dan lebih

tebal. Tanaman muda yang terinfeksi menjadi kerdil disertai distorsi.

Virus mosaik tembakau mempunyai partikel berbentuk batang

panjang dengan ukuran panjang 300 nm (= 300 x 10‐9 m) dan

diameter 18 nm dan dapat ditularkan secara mekanik, serangga vektor

belum dapat diketahui. Kisaran tanaman inang TMV mencakup lebih

dari 150 genus tanaman.

Penyakit bercak ungu (trotol) adalah penyakit yang disebabkan

oleh jamur Alternaria porri. Alternaria porri berasal dari kelas

Deuteromycetes dengan tipe parasit fakultatif dan mekanisme

serangannya adalah nekrotropik. Konidium dan konidiofor berwarna

hitam atau coklat, konidium berbentuk gada yang bersekat-sekat. Pada

salah satu ujungnya membesar dantumpul, ujung lainnya menyempit

dan agak panjang. Konidium dapat disebarkan oleh angin dan

menginfeksi tanaman melalui stomata atau luka yang terjadi pada

tanaman. Patogen dapat bertahan dari musim ke musim pada sisa-sisa

tanaman (Direktorat Perlindungan Tanaman, 2006).

Gejala serangan Alternaria porri dapat dilihat jika pada daun

bercak melekuk, berwarna putih atau kelabu. Ukuran bervariasi

tergantung pada tingkat serangan. Pada serangan lanjut, bercak-bercak

menyerupai cincin warna agak keunguan yang dikelilingi oleh zona

berwarna kuning yang dapat meluas ke bagian atas atau bawah bercak

dan ujung daun mengering. Permukaan bercak bisa juga berwarna

coklat atau hitam terutama pada keadaan cuaca yang lembab.

Pada mulanya, cendawan terbawa angin atau air menempel

pada bagian tanaman, termasuk daun. Kemudian pada bagian yang

terinfeksi terjadi suatu perubahan warna berupa bercak kecil putih

sampai keabu-abuan. Pada bercak yang membesar, tampak lingkaran

membentuk cincin berwarna keunguan yang dikelilingi warna kuning.

Page 37: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

37

Keadaan cuaca yang lembab, mendung dan hujan mendorong

perkembangan penyakit. Pemupukan dengan dosis N yang tinggi atau

tak berimbang, keadaan drainase yang tidak baik dan suhu antara 30-

320C merupakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan

pathogen (Schwartz, 2006).

Jamur Fusarium termasuk jamur kelas Deuteromycetes / jamur

imperfecti sebab hanya melakukan perkembangbiakan secara aseksual

dengan alat reproduksi yang disebut konidia. Jamur ini mempunyai

tiga alat reproduksi aseksual, yaitu mikrokonidia (terdiri dari satu sel),

makrokonidia (dua sampai enam septa) dan klamidospora (merupakan

pembengkakan pada hifa). Konidia ini bercabang dan disebut

konidiosporum yang merupakan alat perkembangbiakan, tempat

penyimpanan massa sporokodium atau miselium. Konidia berwarna

coklat muda dan berdinding tebal, berukuran 8.2 -- 6.2 µ , letaknya

pada ujung atau di tengah hifa. Family dari jamur ini adalah

Tuberculariaceae yang dicirikan oleh adanya sporokodium.

Sporokodium ini membentuk makrokonidia dan mikrokonidia. Bentuk

makrokonidium melengkung panjang dengan ujung mengecil dan

mempunyai sekat antara 1­10 atau lebih, sedangkan mikrokonidium

bentuknya pendek, tidak bersekat atau bersekat satu.

Page 38: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

38

2. Medium Biakan

a. Hasil Pengamatan

1) Mengupas kentang, mencuci kemudian memotong-motong kecil dan

tipis, menimbang sebanyak 200g kemudian memasak dalam 500 ml

air pada gelas piala dengan kapasitas 1 lt.

Gambar 2.15 Pengupasan Kentang, Dipotong, dan Dimasak

2) Pada gelas piala lain dicairkan agar tepung sebanyak 20 g dengan air

destilata melalui pemanasan

Gambar 2.16 Pencairan Agar Tepung

3) Menyaring air rebusan kentang yang telah masak dengan kain kasa

kemudian menuang kedalam gelas piala tempat mencairkan agar,

kemudian dipanaskan dan diaduk-aduk.

Gambar 2.17 Penyaringan Air Rebusan Kentang

4) Mengembalikan Volume medium menjadi 1 lt dengan cara

menambahkan air destilata ke dalam larutan tersebut.

Gambar 2.18 Penambahan Air Destilasi sampai 1 liter

Page 39: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

39

5) Menaruh medium yang telah jadi kedalam tabung erlenmayer atau

tabung reaksi dan menutup dengan kapas, namun lebih baik lagi jika

ditutup lagi dengan alumunium foil.

Gambar 2.19 Penutupan Tabung Dengan Kapas

6) Tabung erlenmayer dan tabung reaksi yang telah diisi dengan medium

biakan dan ditutup disterilisasi dengan otoklaf pada suhu 120°C dan 1

atm selama 25 menit.

Gambar 2.20 Penyeterilan dengan Autoklaf

7) Menuang medium yang telah disterilisasi pada cawan petri dan

dibiarkan memadat untuk isolasi maupun biakan jamur, atau untuk

PDA miring.

Gambar 2.21 Penuangan Medium Yang Steril Ke Petridist

Page 40: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

40

b. Pembahasan

Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu species

bakteri yang ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan

tersebut berfungsi sebagai mediun pertumbuhan (Anonim, 2006).

Mulyani (1991) mengatakan bahwa Prinsip dari isolasi mikrobia

adalah memisahkan suatu jenis mikrobia dengan mikrobia lain yang

berasal dari jenis mikrobia tercampur, dengan menumbuhkan pada media

padat. Bila sel tersebut terperangkap oleh media padat pada beberapa di

tempat terpisah, maka setiap tempat kumpulan sel akan berkembang

menjadi suatu koloni yang terpisah pula, sehingga memudahkan

pemisahan selanjutnya. Maka selanjutnya sel-sel tersebut dipisahkan dan

ditumbuhkan atau dapat diisolasi dalam tabung reaksi atau tetabungmpat

seperti cawan petri yang ditempatkan terpisah.

Medium biakan PDA ini digunakan untuk media umum untuk

jamur. Medium biakan ini dibuat sebagai media isolasi penyakit yang

ahrus dibiakkan secara murni. Prinsip hanya dapat dilakukan terhadap

parasit fakultatif atau saprofit fakultatif dan bukan parasit obligat dan

sebagian jamur. Dibuat dari potato dextros agar yang dibuat dengan steril

mungkin. Proses pembuatan media ini dilakukan untul

perkembangbiakkan jamur dengan kondisi potato Dextrose agar memadat

setelah dituangkan ke daalm petridish selama 25 menit.

Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk

mematikan semua organisme yang terdapat di dalam media atau benda.

Ada tiga cara yang dipakai dalam sterilisasi, yaitu penggunaan panas,

penggunaan bahan kimia dan penyarinagan. Bila panas digunakan

bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi panas lembab atau

sterilisasi basah. Apabila tanpa kelembaban disebut sterilisasi panas

kering atau sterilisasi kering. Dipihak lain sterilisasi kimiawi dapat

dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi. Pemilihan penggunaan

metode sterilisasi didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan.

Sedangkan metode yang umum digunakan di laboratoriun adalah metode

panas. Kebanyakan media yang dipakai dalam pekerjaa mikrobiologi

menjadi mudah rusak dan kadang terbakar, karena temperaturnya terlalu

tinggi. Sterilisasi panas kering ditetapkan pada apasaja yang tidak

menjadi rusak menyala hangus atau amenguap pada suhu yang tinggi.

Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain adalah

barang becah belah seperti pipet, tabung reaksi, cawan petri dari kaca dan

lain-lain, serta bahan yang tidak tembus uap seperti giberelin, minyak

Page 41: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

41

vaselin dan barang yang berupa bubuk. Bahan-bahan yang disterilkan

harus ditutup dengan cara membungkus atau menaruhnya dalam suatu

wadah yang tertutup untuk menghindari atau mencegah kontaminasi

ketika dikeluarkan dari oven. Sterilisasi basah biasanya dilakukan di

dalam outoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat dengan

menggunakan uap air jenuh berukuran tekanan suhu 1210C selama 15

menit, daur sterilisasi tersebut sering kali disebut 1 Atm 15 menit.

Hadioetomo (1990) Menyatakan bahwa Pada tempat-tempat yang lebih

tinggi diperlukan tekanan yang lebih besar untuk mencapai suhu 1210C.

Page 42: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

42

3. Isolasi dan Inokulasi

a. Hasil Pengamatan

1) Isolasi jaringan tebal (Apel)

Keterangan :

1. Warna Putih

2. Warna Coklat

Patogen : Jamur

Terjadi Kontaminasi

Gambar 2.22 Isolasi Jaringan Tebal pada Apel Ulangan 1

Keterangan :

1. Warna Putih

2. Warna Coklat

Patogen : Jamur

Terjadi Kontaminasi

Gambar 2.23 Isolasi Jaringan Tebal pada Apel Ulangan 2

2) Isolasi jaringan tipis (kacang tanah)

Keterangan :

1. Warna hitam

2. Warna coklat

Patogen : Jamur

Terjadi Kontaminasi oleh Bakteri

Gambar 2.24 Isolasi Jaringan Tipis pada Kacang Tanah Ulangan 1

Keterangan :

1. Warna hitam

Patogen : Jamur

Terjadi Kontaminasi oleh Bakteri

Gambar 2.25 Isolasi Jaringan Tipis pada Kacang Tanah Ulangan 2

Page 43: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

43

3) Isolasi bakteri (wortel)

Keterangan :

1. Putih

2. Putih Kecoklatan

3. Kontaminasi jamur

(hijau kehitaman)

Patogen : Jamur dan bakteri

Gambar 2.26 Isolasi Bakteri pada Wortel Ulangan 1

Keterangan :

1. Putih

2. Putih Kecoklatan

3. Kontaminasi jamur

(hijau kehitaman)

Patogen : Jamur dan bakteri

Gambar 2.27 Isolasi Bakteri pada Wortel Ulangan 2

4) Inokulasi luka (Apel)

Gambar 2.28 Inokulasi Luka (Kontrol)

Gambar 2.29 Inokulasi Luka (Perlakuan)

Page 44: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

44

Keterangan :

a. Kontrol

a) Perubahan warna pada luka menjadi kehitaman

b. Perlakuan

a) Terdapat hifa-hifa putih pada luka

b) Terdapat warna kuning disekitar luka

c) Hifa jamur

5) Inokulasi bakteri langsung (wortel)

Gambar 2.30 Inokulasi bakteri langsung (Kontrol)

Gambar 2.31 Inokulasi bakteri langsung (Perlakuan)

Keterangan :

a. Kontrol

a) pada luka berwarna hitam

b. Perlakuan

a) Busuk total, warna coklat keputihan dan berlendir

b) Warna jamur putih (Kontaminasi)

c) Terdapat bakteri

Page 45: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

45

b. Pembahasan

Praktikum isolasi dan inokulasi ini dilakukan agar praktikan dapat

mempelajari beberapa cara isolasi dan inokulasi jamur dan bakteri

patogen tanaman. Isolasi adalah memisahkan isolat dari lingkungan di

alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam media buatan.

Inokulasi berarti memindahkan inokulum dari suatu sumber pada atau

dalam suatu bagian tumbuhan inangnya. Inokulum adalah bagian dari

patogen yang dapat dipindahkan ke suatu infection court dan dapat

menyebabkan infeksi.

Prinsip dari isolasi mikrobia yang dikemukakan oleh Mulyani

(1991) adalah memisahkan suatu jenis mikrobia dengan mikrobia lain

yang berasal dari jenis mikrobia tercampur, dengan menumbuhkan pada

media padat. Bila sel tersebut terperangkap oleh media padat pada

beberapa di tempat terpisah, maka setiap tempat kumpulan sel akan

berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah pula, sehingga

memudahkan pemisahan selanjutnya. Maka selanjutnya sel-sel tersebut

dipisahkan dan ditumbuhkan atau dapat diisolasi dalam tabung-tabung

reaksi atau tempat seperti cawan petri yang ditempatkan terpisah.

Isolasi pertama kali dilakukan pada jaringan yang tebal. Untuk

mengetahui jamur yang nantinya ada atau tidak, menggunakan bahan dari

buah apel yang sebagian busuk atau terinfeksi dan sebagian lainnya masih

baik. Hasilnya diperoleh bahwa buah apel menjadi putih keabuan dan

terselubungi oleh jamur yang berwarna putih yang hampir menutupi

seluruh petridish. Semakin mejauh dari isolate, warna jamur semakin

terang.

Selanjutnya pada isolasi pada jaringan tipis. Bahan yang digunakan

adalah daun kacang tanah yang sebagian tubuh yang sehat dan sebagian

terinfeksi atau berkarat. Setelah diamati ternyata tumbuh jamur berwarna

hitam keabu-abuan menyelubungi potongan daun kacang berupa benang-

benang putih terutama pada bagian daun kacang tanah yang berkarat.

Jamur juga hampir memenuhi petridish.

Isolasi ketiga yaitu isolasi bakteri. Kali ini menggunakan bahan dari

umbi wortel yang sudah terinfeksi. Isolasi dilakukan pada petridish yang

sudah steril. Umbi wortel yang busuk dibuat suspensi dengan cara

mengambil umbi yang busuk lantas dicampur dengan aquadestilata.

Tumbuhkan pada media dengan cara membuat zigzag pada NA. Hasil

yang diperoleh setelah diinkubasi di sekitar goresan berwana putih

kekuning-kuningan, ini merupakan koloni bakteri..

Page 46: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

46

Isolasi bakteri yang dilakukan dengan bakteri pada wortel,

dilakukan secara zig zag pada medium biakkan. Tujuan digoreskan secara

zig zag adalah untuk mendapatkan hasil biakkan murni pada akhir

goresan yang terpisah. Isolasi bakteri tersebut mengakibatkan timbul

lendir. Terdapat spora jamur pada medium biakan yang telah disterilkan

karena terkontaminasi terlalu lama dengan udara bebas. Pada waktu

pemasukkan medium kurang dilakukan secara cepat, sehingga yang

seharusnya hanya muncul bakteri pembusuk tetapi terdapat pula jamur

yang ikut masuk ke petridis. Adanya bakteri biasanya jarang terdapat

dalam keadaan murni, sehingga kebanyakan merupakan campuran antara

bermacam-macam spesies bakteri. Dalam mengisolasi mikrobia, sering

ditemui hambatan, yaitu terkontaminasinya biakan yang dibuat. Sumber

pencemar yang utama berasal dari udara luar yang banyak mengandung

berbagai organisme (Stainer, 1997).

Sastrahidayat (1990) berpendapat bahwa Inokulasi adalah suatu

proses patogen atau unit-unit reproduksinya mengadakan kontak dengan

tumbuhan. Setelah mengadakan inokulasi inokulum patogen tertentu

(konidium jamur) harus berkecambah, terbentuklah germ tube (tabung

kecambah) yang selanjutnya membentuk apresorium, berfungsi sebagai

alat penetrasi. Pada patogen yang mengadakan penetrasi langsung

biasanya dari apresorium dibentuk penetration peg (tabung infeksi),

fungsinya untuk menembus kutikula dan dinding sel epidermis.

Inokulasi adalah suatu proses patogen atau unit-unit reproduksinya

mengadakan kontak dengan tumbuhan. Setelah mengadakan inokulasi

inokulum patogen tertentu (konidium jamur) harus berkecambah,

terbentuklah germ tube (tabung kecambah) yang selanjutnya membentuk

apresorium, berfungsi sebagai alat penetrasi. Pada patogen yang

mengadakan penetrasi langsung biasanya dari apresorium dibentuk

penetration peg (tabung infeksi), fungsinya untuk menembus kutikula dan

dinding sel epidermis (Sastrahidayat, 1990).

Inokulasi dapat beberapa macam cara atau jenisnya menurut Jutono

(1973), yaitu inokulasi jamur, inokulasi bakteri, dan inokulasi virus. Pada

inokulasi jamur dilakukan melalui luka-luka dan stomata. Untuk inokulasi

bakteri dibuat dengan cara penetrasi patogen dengan bantuan air.

Inokulasi virus dibuat dengan cara melalui suatu kerusakan mekanis dan

dengan perantara virus.

Inokulasi bakteri menggunakan bahan dari buah wortel yang

diinkubasi. Wortel yang pertama ditusuk-tusuk dan diolesi suspensi,

Page 47: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

47

hasilnya pada wortel terjadi kebusukan yang disebabkan oleh bakteri dan

juga terdapat jamur atau hifa – hafa yang terdapat di permukaan wortel.

Sedangkan pada wortel yang digunakan sebagai kontrol warna tetap

oranye pada bagian yang dilukai berwarna hitam dam pada permukaan

wortel mncul akar – akar wortel yang berwarna putih.

Inokulasi jamur menggunakan buah apel sebagai media. Seperti

pada wortel, buah apel juga diinkubasi terlebih dahulu sebelum dilakukan

pengamatan. Pada buah apel yang dilukai dan diberi inokulum hasilnya

terlihat infeksi pada buah apel tersebut berupa buah yang melunak dan

membusuk. Pada apel yang dilukai tanpa diberi inokulum hasilnya buah

menjadi mengalami perubahan warna yaitu kecoklatan, dan tidak terjadi

pembuuka seperti buah apel yang diberi inokulum. Hasil yang didapat

pada apel yang sudah diberi inokulum terjadi pembusukan dan terdapat

hifa – hifa jamur yang berwarna putih yang mengakibatkan kebusukan

pada buah apel.

Page 48: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

48

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Medium Buatan. http:/yahoo.com/artikel-net. Diakses tanggal 2 Juni

2012.

Anonim. 2008. Gulma. http://id.wikipedia.org/wiki/Gulma. Diakses tanggal 2 juni

2012.

Anonim. 2010. Biakan Murni. http://www.iptek.net.id/l2. Diakses tanggal 2 Juni

2012.

Elisa. 2004. Infeksi Penyakit. http://www.trubusonline.com. Diakses tanggal 2 Juni

2012.

Hadioetomo, Ratna Sri, 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan

Prosedur Dasar Laboratorium. Gramedia. Jakarta.

Jutono. 1973. Dasar-dasar Mikrobiologi untuk Perguruan Tinggi. Fakultas Pertanian

UGM. Yogyakarta.

Jutono. 1980. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bagian dari Perlindungan

Tanaman. Andi Offset. Yogyakarta.

Mulyani. 1991. Dasar-dasar Mikrobiologi Tanah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sastrahidayat. 1990. Gejala Penyakit Tanaman Sayuran. Usaha Nasional. Surabaya.

Schlegel, H.G. 1976. Mikrobiologi Umum. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Semangun, Haryono. 1990. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soehardjan. 1997. Dinamik Populasi Penggerek Kuning Padi. Direktorat Penelitian

dan Pengendalian Hama. Bandung.

Stainer. 1997. Dunia Mikrobiologi I. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Tjahjadi, Nur. 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Page 49: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

49

C. Teknik Pengendalian OPT

1. Uji Antagonisme Pathogen (Trichoderma sp vs Gloeosporium sp)

a. Hasil Pengamatan

R1 : 0.7 cm

R2 : 1,4 cm

Gambar 3.1 Ulangan 1 Uji Antagonis Patogen (Kontrol)

R1 : 0,5 cm

R2 : 2 cm

Gambar 3.2 Ulangan 2 Uji Antagonis Patogen (Perlakuan)

H :

x 100

:

x 100 %

: 75 %

b. Pembahasan

Trichoderma spp. adalah sejenis jamur yang bersifat antagonis dan

menyerang pathogen. Warnamya hijau lumut berbentuk hifa.

Trichoderma spp. adalah jamur saprofit tanah yang secara alami

merupakan parasit yang menyerang banyak jenis jamur penyebab

penyakit tanaman. Jamur Trichoderma spp. dapat menjadi hiperparasit

pada beberapa jenis jamur penyebab penyakit tanaman, pertumbuhannya

sangat cepat dan tidak menjadi penyakit untuk tanaman tingkat tinggi.

Mekanisme antagonis yang dilakukan adalah berupa persaingan hidup,

parasitisme, antibiosis dan lisis (Sukamto, et al., 1999).

Gloeosporium sp. adalah salah satu genus cendawan berfilamen

yang banyak ditemukan pada tanaman dan tanah. Golongan

Gloeosporium dicirikan dengan struktur tubuh berupa miselium

Page 50: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

50

bercabang, hialin, dan bersekat (septat) dengan diameter 2-4 µm

(Sulistyorini, et al., 1995). Cendawan ini juga memiliki struktur fialid

yang berupa monofialid ataupun polifialid dan berbentuk soliter ataupun

merupakan bagian dari sistem percabangan yang kompleks. Reproduksi

aseksual cendawan ini menggunakan mikrokonidia yang terletak pada

konidiospora yang tidak bercabang dan makrokonidia yang terletak pada

konidios pora bercabang dan tak bercabang. Makrokonidia dibentuk dari

fialid, memiliki struktur halus serta bentuk silindris, dan terdiri dari 2

atau lebih sel yang memiliki dinding sel tebal. Sedangkan mikrokonidia

yang dihasilkan umumnya terdiri dari 1 sampai 3 sel, berbentuk bulat

atau silinder, dan tersusun menjadi rantai atau gumpalan

(Wikipedia, 2010).

Berdasarkan hasil analisis data kontrol, dapat diketahui bahwa

jari-jari koloni Gloeosporium sp. ke arah Trichoderma spp. adalah

sebesar 0,7 cm (R1), dan jari-jari koloni Gloeosporium sp. menjauhi

Trichoderma spp. adalah sebesar 1,4 cm (R2). Untuk perlakuan,

diketahui bahwa jari-jari koloni Gloeosporium sp. ke arah Trichoderma

spp. adalah sebesar 0,5 cm (R1), dan jari-jari koloni Gloeosporium sp.

menjauhi Trichoderma spp. adalah sebesar 2 cm (R2), maka dapat

diketahui nilai prosentase hambatan patogen Gloeosporium sp. adalah

sebesar 75%.

Spesies ini termasuk spesies jamur imperfecti atau jamur yang

tidak sempurna dan sesui dengan posisinya oleh W. Weindling dan

Emerson akan terbentuk gliotoxin setelah adanya genus Gliocladium

tersebut. Beberapa ahli mikrobiologi berpendapat bahwa spesies ini juga

dalam jamur weinding (Garret, 1963).

Spesies ini merupakan antagonis patogen yang dapat dipakai

untuk kontrol biologis pada penyakit jamur pada akar, karena jamur ini

merusak aerasi yang rendah. Sedangkan kontribusi yang penting dibuat

melalui tube penolakannya yang dinampakkan pada daftar jamur tanah

yang umumnya diisolasi teknis, karena cara yang digunakan oleh

Trichoderma sp adalah melalui pencernaan tanahnya. Dari hasil

pengamatan dapat dilihat bahwa pada species ini terdapat hifa dan spora

yang berwarna putih, sedangkan misselium berwarna hijau dan

percabangan langsung berupa konidia. Apabila kita rasakan maka

Page 51: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

51

Trichoderma sp menghasilkan bau yang tengik dan konidia tidak

berlendir, serta sporulasi membentuk lingkaran.

Pertumbuhan Trichoderma sp yang cepat dengan diameter yang

hampir memenuhi cawan petri menyebabkan Gloeosporium sp semakin

terdesak karena kahabisan ruang tumbuh. Akibatnya jari-jari

pertumbuhan biakan Gloeosporium sp yang mendekati biakan

Trichoderma sp lebih kecil daripada yang menjauhi Trichoderma sp.

Ruang dalam medium sudah benar-benar habis, maka Gloeosporium sp

tumbuh dengan arah tumbuh ke atas. Pada pengamatan setelah hari

ketujuh menunjukkan bahwa spora Trichoderma sp telah menyerang

Gloeosporium sp dengan mekanisme penetrasi hifa yaitu kemampuan

Trichoderma sp melilit hifa Gloeosporium sp (Purwantisari et al, 2009).

Page 52: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

52

2. Pengenalan Musuh Alami

a. Hasil Pengamatan

1) Capung (Pentala sp)

Gambar 3.3 Capung

Ciri-ciri :

a) Taksonomi :

Kelas : Insecta

Ordo : Odonata

Famili : Libelliluidae

b) Hama sasaran : Polifag (wereng, Aphis)

c) Stadium menjadi predator : Imago, pradewasa

d) Kaki 3 pasang

e) Memiliki mata faset

f) Metamorphosis sempurna

2) Kumbang buas

Gambar 3.4 Kumbang

Buas

Ciri-ciri :

a) Taksonomi :

Kelas : Insecta

Ordo : Coleoptera

Famili : Coccinellidae

Ket. Gambar :

1. Kepala

2. Toraks

3. Abdomen

4. Sayap

5. kaki

Ket. Gambar :

1. Kepala

2. Abdomen

3. Antena

4. Kaki

5. Dada

Page 53: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

53

b) Hama sasaran : Kutu daun (Aphis)

c) Stadium menjadi predator : Imago, larva

d) Kaki 3 pasang

e) 1 pasang sayap membran.

f) 1 pasang sayap keras

3) Belalang Sembah (Stagmomantis sp)

Gambar 3.5 Belalang

Sembah

Ciri-ciri :

a) Taksonomi :

Kelas : Insecta

Ordo : Orthoptera

Famili : Mantidae

b) Hama sasaran : Polifag (wereng, Aphis)

c) Stadium menjadi predator : Imago, nimfa

d) Kaki 3 pasang, salah satunya tajam seperti sabit

e) Memiliki mata faset

4) Laba-laba buas

Gambar 3.6 Laba-laba

Buas

Ket. Gambar :

1. Kepala

2. Toraks

3. Abdomen

4. Sayap

5. kaki

Ket. Gambar :

1. Kepala

2. Abdomen

3. Kaki

4. Taring

Page 54: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

54

Ciri-ciri :

a) Taksonomi

Kelas : Insecta

Ordo : Araneida

Famili : Lycosidae

b) Hama sasaran : Wereng, kutu

c) Stadium menjadi predator : Imago, pradewasa

d) Kepala dan toraks menyatu

e) Memiliki 4 pasang kaki

5) Apanteles sp

Gambar 3.7 Apanteles sp

Ciri-ciri :

a) Taksonomi :

Kelas : Insecta

Ordo : Hymenoptera

Famili : Bronconidae

b) Hama sasaran : Ulat kubis dan larva lepidoptera lain

c) Jenis parasit : Larva

d) Tipe parasit : Ektuparasit

e) Mekanisme : imago Apanteles sp meletakkan telur pada larva

inang stadium awal, sementara larva inang matang, larva

Apanteles sp mulai tumbuh dan memakan bagian dalam larva

inang.

6) Ichneumonidae

Gambar 3.8 Ichneumonidae

Ket. Gambar :

1. Kepala

2. Toraks

3. Abdomen

4. Sayap

5. kaki

Ket. Gambar :

1. Kepala

2. Toraks

3. Abdomen

4. Sayap

5. kaki

Page 55: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

55

Ciri-ciri :

a) Taksonomi :

Kelas : Insecta

Ordo : Hymenoptera

Famili : Scelionidae

b) Hama sasaran : Ulat

c) Mekanisme : Endoparasit

d) Jenis parasit : Larva - pupa

e) Warna tubuh hitam

f) Warna kaki coklat

g) Sayap transparan

b. Pembahasan

Dalam dunia pertanian sering sekali dihadapi berbagai gangguan

baik dari komponen biotik maupun abiotik. Salah satunya adalah hama

atau serangga. Serangga merupakan salah satu hewan yang dekat dengan

pertanian karena hewan ini dapat merugikan dan menguntungkan bagi

petani. Keuntungannya yaitu karena serangga merupakan salah satu

hewan yang membantu dalam proses penyerbukan dan memakan

organisme pengganggu tanaman (OPT). Akan tetapi serangga juga

merupakan hewan yang merugikan petani karena dapat menjadi hama.

Kerugian yang disebabkan oleh serangga sebagai hama antara lain yaitu

mengurangi hasil tanaman, mengurangi mutu (kualitas) hasil tanaman,

mempercepat terjadinya infeksi penyakit pada tanaman dan menambah

biaya produksi karena diperlukan biaya untuk memberantas hama

serangga tersebut. Dalam usaha pemberantasannya telah dilakukan

beberapa cara. Dalam teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

dianjurkan untuk tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang justru akan

merugikan tanaman. Maka dalam PHT menyarankan untuk melakukan

pengendalian dengan menggunakan musuh alami. Pengendalian hayati

adalah penggunaan musuh alami serangga hama, penyakit dan tumbuhan

penganggu untuk mengurangi kepadatan populasi (Speight et al, 1999).

Pengendalian biologi terapan dapat dilakukan melalui beberapa

cara yaitu 1). Introduksi adalah usaha mendatangkan dan melepaskan

musuh alami ke alam, 2). Augmentasi yaitu usaha mempertinggi daya

guna musuh alami yang telah ada misalnya dengan melakukan pembiakan

Page 56: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

56

secara masal dan menyebarkannya kembali ke alam. Augmentasi dibagi

menjadi dua yaitu inokulasi dan inundasi. Inokulasi pelepasan musuh

alami dalam jumlah terbatas untuk meningkatkan populasi, sedangkan

inundasi adalah pelepasan musuh alami dalam jumlah besar

(Rudyct, 2005).

Pada praktikum Acara III Taktik Pengendalian OPT kali ini,

dipelajari beberapa dari pengendali musuh alami hama, yaitu predator,

parasitoid dan antagonis pathogen. Predator dapat digolongkan menjadi

dua, yaitu predator yang menyebabkan kematian terhadap inangnya, yaitu

jenis predator yang memakan inangnya misalnya kucing dan capung,

serta predator yang tidak menyebabkan kematian pada inangnya, atau jika

mati perlahan-lahan, jadi memerlukan waktu yang lama, misalnya semut,

kepinding dan nyamuk (Soeprapto, 1992).

1) Capung

Merupakan salah satu predator yang berasal dari kelas

Insecta, ordo Odonata dan famili Libelluidae. Capung memiliki ciri

morfologi yang khas yaitu memiliki abdomen yang panjang tetapi

kecil dan mata facet yang besar. Tubuh terbagi menjadi 3 bagian

yaitu kepala, thorax dan abdomen. Memiliki 3 pasang kaki dan 2

pasang sayap transparan dengan warna tubuh yang beragam. Hama

sasaran dari capung adalah kepik dan wereng. Stadia aktif menjadi

predator yaitu pada stadia imago (dewasa). Capung besar dan capung

jarum terbang cepat sehingga dapat menangkap serangga lain yang

sedang terbang. Panjangnya bisa di antara 2 sampai 13,5 cm.

Beberapa jenis capung memakan mangsanya sambil terbang. Jenis

lain hinggap untuk makan. Capung juga dapat menangkap dan

memakan kutu, ngengat, dan nyamuk di udara. Capung besar mampu

menangkap ngengat dan kupu-kupu yang agak besar di udara.

2) Kumbang buas Coccinelidae

Merupakan salah satu predator yang berasal dari anggota

kelas Insecta, ordo Coleoptera dan famili Coccinelidae. Kumbang

buas memiliki ciri morfologi yaitu memiliki 3 pasang kaki dan tubuh

terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, thorax dan abdomen. Hama

sasaran dari kumbang buas adalah Aphids sp. Stadia aktif menjadi

predator yaitu pada saat larva dan imago (dewasa). Serangga

Page 57: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

57

Coccinella sp. sejenis kumbang berwarna coklat kemerahan berbintik

hitam yang aktif berpindah-pindah tempat mencari mangsa. Jika

bertemu wereng coklat, kumbang itu dengan gerak cepat

menangkapnya dengan menggunakan kaki bagian depan dari arah

belakang dan langsung memakannya. Kumbang Coccinella sp. juga

pemangsa hama putih, penggerek batang padi, kutu daun, kutu

perisai, dan tungau pada tanaman singkong dan waloh siam menurut

pendapat Susetya (2004).

3) Belalang sembah

Merupakan predator yang berasal dari kelas Insecta, ordo

Orthoptera dan famili Mantidae. Ciri morfologi belalang sembah

yaitu memiliki 3 pasang kaki dimana kaki depan lebih panjang

daripada kaki belakang, memiliki 2 pasang sayap, tubuh terbagi atas

3 bagian yaitu kepala, thorax dan abdomen, mempunyai ovipositor

khususnya pada belalang (serangga) betina yang berfungsi untuk

menyimpan telur. Hama sasaran dari belalang sembah adalah wereng

dan kutu-kutuan. Stadia aktif menjadi predator yaitu pada saat imago

(dewasa). Belalang sembah termasuk pemangsa serangga lain yang

cukup kejam. Mangsa yang tertangkap pasti dilumat dan dimakan

habis. Kaki depan belalang sembah membesar dilengkapi duri-duri

tajam untuk menangkap mangsa. Belalang sembah ini biasanya

melahap mangsanya mulai dari kepala, thorak dan abdomen. Mangsa

belalang sembah bisa berupa lalat, kutu atau yang lain

(Susetya, 2004).

4) Laba-laba Lycosa

Merupakan predator yang berasal dari anggota kelas

Arachnida, ordo Araneida dan famili Lycosidae. Tubuhnya terbagi

menjadi dua bagian cephalothrax dan abdomen, memiliki 4 pasang

kaki yang panjang dan runcing. Hama sasaran dari laba-laba buas

adalah kutu-kutuan dan wereng. Stadia aktif menjadi predator yaitu

pada saat imago (dewasa dan pradewasa). Pada areal penanaman

padi, predator hama wereng coklat adalah laba-laba Lycosa

pseudoannulata, Paederus fuscifes, Ophionea nigrofasciata dan

kumbang Coccinella.

Page 58: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

58

5) Apanteles sp

Merupakan parasitoid yang berasal dari kelas Insecta, ordo

Hymenoptera dan famili Braonconidae. Tubuhnya terbagi menjadi 3

bagian yaitu kepala, thorax dan abdomen, memiliki 3 pasang kaki dan

mempunyai sayap seperti membran. Inang dari Apanteles sp adalah

larva ulat kubis. Mekanismenya yaitu pada saat larva menempel pada

daun tanaman kubis, Apanteles sp betina datang dan bertelur di atas

larva hama (ulat kubis). Kemudian telur akan masuk ke dalam tubuh

larva dan setelah telur menetas, larva akan berubah tidak menjadi ulat

kubis akan tetapi menjadi Apanteles sp sehingga menurunkan

populasi hama ulat kubis dan meningkatkan musuh alami. Parasitoid

Diadegma merupakan musuh alami dari larva Plutella xylostella.

Gejala yang ditimbulkan oleh serangan larva Plutella xylostella pada

kubis adalah adanya lubang pada daun kubis. Untuk mengetahui

pengaruh Diadegma pada larva Plutella xylostella terhadap kerusakan

daun kubis dilakukan dengan jalan menghitung luas kerusakan daun

kubis. (Kurniasih,2009).

Hama ini menyerang tanaman kubis disemua daerah

penanaman karena selain genus brassica sebagai inangnya juga dapat

menyerang genus lain yang satu famili (Cruciferae), bahkan beberapa

gulma dapat dijadikan inang alternatif bila pertanaman kubis-kubisan

tidak ada. Berbagai cara dapat dilakukan dalam pengendalian hama

kubis. Salah satunya dengan cara penanaman tanaman perangkap dan

musuh alami, yaitu dengan menanam famili kubis-kubisan seperti

sawi atau untuk pengembangan parasitoid Apanteles sp. sebagai

musuh alami yang dapat memparasit larva.

6) Ichneumonidae

Ichneumonidae merupakan serangga dari kelas Hexapoda dan

ordo Hymenoptera, serangga ini sering disebut sebagai parasitoid

pinggang ramping, serangga ini merupakan serangga yang biasa

memarasit serangga-serangga lainnya dan beberapa hewan

invertebrata lainnya, dengan menggunakan ovipositornya yang

panjang serangga familli ini dapat mengetahui letak larva inangnya

walaupun larva inangnya berada didalam jaringan tumbuhan. Imago

Page 59: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

59

betina Ichneumonidae biasa meletakkan telurnya dalam satu inang

tunggal atau bersifat solite.

Ichneumonidae merupakan serangga yang lumayan mudah

dikenali dengan ciri-cirinya sebagai berikiut, sungut seperti rambut

memiliki 16 ruas atau lebih, ovipositor berukuran hingga 15mm,

memiliki warna dan bentuk yang bervariasi. Serangga famili ini

merupakan salah satu serangga parasit pada berbagai jenis

hamaseperti penggerek batang padi, penggulung daun, ulat jengkal,

ulat bulu

Ichneumonidae dewasa meletakkan 1 sampai 5 butir telur ke

dalam telur serangga lain. Telur Ichneumonidae menetas, kemudian

larva Ichneumonidae memakan telur inangnya dari dalam. Kemudian

menjadi kepompong, masih di dalam telur inangnya. Selanjutnya

dewasa keluar dari telur sebagai tawon kecil. Dewasa kawin dan

betina meletakkan telurnya di dalam telur serangga lain.

Page 60: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

60

3. Perangkap Lalat Buah

a. Hasil Pengamatan

Tabel 3.1 Banyaknya Lalat Buah Dewasa yang Terperangkap Perangkap

No Waktu Jumlah Lalat Terperangkap

P. Belimbing P. Jeruk

1. 15 Menit 6 ekor 1 ekor

2. 30 Menit 11 ekor 2 ekor

3. 45 Menit 17 ekor -

Sumber : Laporan Sementara

b. Pembahasan

Lalat buah merupakan hama pada tanaman buah-buahan yang

sangat merugikan petani. Pada buah yang terserang biasanya terdapat

lubang kecil di bagian tengah kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan

terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan

noda atau titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina

saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama

di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva makan

daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila

dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran

antara 4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerugian yang

disebabkan oleh hama ini mencapai 30-60%. Kerusakan yang ditimbulkan

oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai

kematangan yang diinginkan (Khalsoven, 1981).

Di alam, lalat buah mempunyai musuh alami berupa parasitoid dari

genus Biosteres dan Opius dan beberapa predator seperti semut, sayap

jala (Chrysopidae va. (ordo Neuroptera), kepik Pentatomide (ordo

Hemiptera) dan beberapa kumbang tanah (ordo Coleoptera). Peran musuh

alami belum banyak dimanfaatkan mengingat populasinya yang rendah

dan banyaknya petani yang mengendalikan hama menggunakan

insektisida. Parasitoid dan predator ini lebih rentan terhadap insektisida

daripada hama yang diserangnya. Cara mekanis adalah dengan

pengumpulan dan pemungutan sisa buah yang tidak dipanen terutama

buah sotiran untuk menghindarkan hama tersebut menjadi inang

potensial, akan menjadi sumber serangan berikutnya.

Pengendalian dengan cara kimia dilakukan dengan menggunakan

senyawa perangkap atau atraktan yang dikombinasikan dengan

Page 61: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

61

insektisida. Senyawa yang umum digunakan adalah Methyl eugenol.

Caranya dengan meneteskan pada segumpal kapas sampai basah namun

tidak menetes, ditambah dengan insektisida dan dipasang pada perangkap

yang sederhana, modifikasi dari model perangkap Stiener. Alat perangkap

terbuat dari botol bekas air minum mineral yang lehernya berbentuk

kerucut atau toples plastik. Perangkap dipasang dekat pertanaman atau

pada cabang atau ranting tanaman. Pemasangan dilakukan sejak buah

muda (umur 1,5 bulan) sampai panen. Pemberian cairan atraktan diulang

setiap 2 minggu sampai 1 bulan. Setiap satu hektar dapat dipasang 15-25

perangkap.

Penggunaan atraktan methyl eugenol merupakan cara pengendalian

yang ramah lingkungan dan telah terbukti efektif. Penggunaan methyl

eugenol sebagai atraktan lalat buah tidak meninggalkan residu pada buah

dan mudah diaplikasikan pada lahan yang luas. Karena bersifat volatil

(menguap), daya jangkaun atau radiusnya cukup jauh yang mencapai

ratusan meter, bahkan ribuan meter dan bergantung pada arah angin.

Daya tangkap atraktan bervariasi, bergantung pada lokasi, cuaca,

komoditas dan keadaan buah di lapangan. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan atraktan methyl eugenol dapat

menurunkan intensitas serangan lalat buah pada mangga sebesar 39-59%

(Maryani et al., 2005). Atraktan dapat digunakan untuk mengendalikan

hama lalat buah dalam tiga cara, yaitu :

a. Mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah.

b. Menarik lalat buah untuk kemudian dibunuh dengan perangkap.

c. Mengacaukan lalat buah dalam perkawinan, berkumpul dan cara

makan.

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan uji methyl eugenol

untuk menangkap lalat buah pada beberapa macam pohon yaitu pohon

jeruk dan pohon belimbing. Cara pertama yang dilakukan adalah dengan

memberi 1 lubang pada bagian tengah botol,dan ditengah botol diberi

gantungan kawat untuk tempat kapas. Atraktan berbahan aktif methyl

eugenol tergolong food lure artinya lalat jantan tertarik datang untuk

keperluan makan bukan untuk seksual. Selanjutnya methyl eugenol

diproses dalam tubuh lalat jantan untuk menghasilkan seks feromon yang

diperlukan saat perkawinan guna menarik lalat betina.

Page 62: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

62

Berdasarkan hasil pengamatan, Pada pohon Belimbing menit ke-15

terdapat 6 ekor lalat buah, menit ke-30 terdapat 11 ekor lalat buah dan

menit ke-45 terdapat 17 ekor lalat buah. Pada pohon Jeruk menit ke-15

terdapat 1 ekor lalat buah, menit ke-30 terdapat 2 lalat buah dan menit ke-

45 tidak terdapat lalat buah. Lama pemasangan mempengaruhi efektivitas

methyl eugenol karena semakin lama memasang methyl eugenol, maka

lalat buah yang akan datang dan terpancing juga akan semakin banyak.

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas methyl eugenol antara

lain adalah lama pemasangan dan media yang digunakan. Lalat yang

mengkonsumsi methyl eugenol lebih lama, periode perkelahiran dan

menggetarkan sayap akan lebih lama daripada lalat yang tidak

mengkonsumsi. Selain itu keberhasilan kawin lalat buah juga akan

meningkat.

Page 63: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

63

Page 64: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

64

Page 65: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

65

b. Pembahasan

Sebelumnya telah dijelaskan mengenai cara pengendalian hama

dan penyakit menggunakan musuh alami dan selanjutnya akan dijelaskan

lebih lanjut mengenai penggunaan bahan-bahan kimia untuk pengendalian

hama atau patogen. Definisi hama di sini adalah sangat luas, yaitu

serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang

disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria, virus, nematoda (bentuknya

seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan

hewan lain yang dianggap merugikan. Bahan kimia yang digunakan

adalah jenis dari pestisida. Pestisida berasal dari kata pest yang berarti

hama secara luas dan sida yang berasal dari kaya ceado yang artinya

membunuh. Dengan demikian pestisida adalah semua zat yang digunakan

untuk mengendalikan hama (Sastrohidayat, 1982). Selain itu, pestisida

juga dapat diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang

mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan

pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama,

namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa

hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.

Dosis pestisida Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau

kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas

tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau

lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang

telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk

menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah

jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas

atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya

tercantum dalam label pestisida.

Konsentrasi pestisida Ada tiga macam konsentrasi yang perlu

diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida

1) Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida

dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.

2) Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram

setiap liter air.

Page 66: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

66

3) Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase

kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.

Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor

yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama.

Walaupun jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak

benar, maka menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan

angin, suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan

stabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila

suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas.

Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah terjadinya

hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun.

Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya

daya kerja pestisida berkurang.

Berdasarkan tujuan penggunaannya, pestisida dapat digolongkan

menjadi bermacam-macam antara lain :

1) Insektisida, yaitu pestisida yang bisa mematikan berbagai jenis

serangga.

2) Herbisida, yaitu pestisida untuk mematikan tanaman gulma.

3) Fungisida, yaitu pestisida untuk memberantas dan mencegah fungi

atau cendawan.

4) Akarisida, yaitu pestisida untuk mematikan tungau.

5) Rodentisida, yaitu pestisida untuk mematikan berbagai jenis binatang

pengerat, misalnya tikus.

6) Nemastisida, yaitu pestisida untuk mematikan nematoda yang

merusak tanaman (Suhardi, 1993).

Berdasarkan bahan aktifnya, pestisida dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

1) Pestisida organik (Organic pesticide) : pestisida yang bahan aktifnya

adalah bahan organik yang berasal dari bagian tanaman atau

binatang, misal : neem oil yang berasal dari pohon mimba (neem).

2) Pestisida elemen (Elemental pesticide) : pestisida yang bahan

aktifnya berasal dari alam seperti: sulfur.

3) Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide) : pestisida yang berasal

dari campuran bahan-bahan kimia.

Page 67: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

67

Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik

bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke

formulator lain. Berikut ini beberapa formulasi (bentuk-bentuk dari

pestisida yang diproduksi) yang sering dijumpai :

1) Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)

Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida

yang di belakang nama dagang diikuti oleh singkatan ES

(emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate), B

(emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut

tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif.

Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut

tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga

komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida

golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat

yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.

2) Butiran (granulars)

Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang

pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan

waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi

pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa

yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi

bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-

80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding

dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama

dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible

granule).

3) Debu (dust)

Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas

bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian

pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang

efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi

debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).

4) Tepung (powder)

Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri

atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek

Page 68: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

68

(biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung,

biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP

(wettable powder) atau WSP (water soluble powder).

5) Oli

Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan

singkatan SCO (Solluble Concentrate in Oil). Biasanya dicampur

dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat

digunakan seperti penyemprotan ULV (Ultra Low Volume) dengan

menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada

tanaman kapas.

6) Fumigansia

Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap,

gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya

digunakan di gudang penyimpanan.

Dari segi racunnya, pestisida dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1) Racun sistemik, artinya dapat diserap melalui sistem organisme

misalnya melalui akar atau daun kemudian diserap ke dalam jaringan

tanaman yang akan bersentuhan atau dimakan oleh hama sehingga

mengakibatkan peracunan bagi hama.

2) Racun kontak, langsung dapat menyerap melalui kulit pada saat

pemberian insektisida atau dapat pula serangga target kemudian kena

sisa insektisida beberapa waktu setelah penyemprotan

(Anonim, 2008).

Pada praktikum pengenalan pestisida kali ini, ada 14 pestisida

yang diamati antara lain, yaitu :

1) Prodigy, merupakan pesitisida jenis insektisida dengan kandungan

bahan aktifnya Metoksifenozida 100g/L dan formulasinya 100 SC.

Cara insektisida ini merusak serangga adalah dengan cara kontak dan

juga melalui lambung. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan

Prodigy antara lain, yaitu ulat grayak (Spodoptora exigua) pada

tanaman bawang merah, ulat grayak (Spodoptora litura) pada cabai,

kedelai dan penggerek polong (Maruca testulalis) pada kacang

panjang. Cara penggunaan Prodigy ini yaitu dengan cara disemprot.

2) Agrimycin, merupakan pesitisida jenis bakterisida dengan kandungan

bahan aktifnya Streptomisin sulfat 15%, Oksitetrasiklin 1,5% dan

Page 69: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

69

formulasinya 15/1,5 WP. Agrimycin bekerja secara sistemik, dimana

bakteri menyerap racun ini dari tanaman atau bakteri lain yang

mengandung racun Agrimycin tersebut. Hama yang menjadi sasaran

pemberantasan Agrimycin adalah Pseudomonas solanacearum pada

suatu tanaman. Cara penggunaan Agrimycin yaitu dengan cara

disemprot.

3) Score, merupakan pesitisida jenis fungisida dengan kandungan bahan

aktifnya Difenokonazol 250 g/L dan formulasinya 250 EC. Score

bekerja secara sistemik, dimana jamur atau cendawan menyerap

racun ini dari tanaman atau jamur lain yang mengandung racun Score

tersebut. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan Score antara

lain, yaitu hawar pelepah pada tanaman padi, Alternaria porri pada

bawang merah dan bawang putih, Cercospora capsici pada cabai,

Alternaria solani pada tomat dan kentang, Phodosphaera leucotricha

pada apel, Isaryopsis grisulla pada kacang panjang dan Cercospora

sp. pada tanaman semangka. Cara penggunaan score ini yaitu dengan

cara disemprot.

4) Dursban, merupakan pesitisida jenis insektisida dengan kandungan

bahan aktifnya Klorpirifos 200 g/L dan formulasinya 20 EC. Cara

insektisida ini merusak serangga adalah dengan cara kontak, racun

lambung dan juga melalui perut. Hama yang menjadi sasaran

pemberantasan Dursban antara lain, yaitu ulat grayak pada tanaman

bawang merah, kutu daun pada cabai, lalat bibit pada jagung, ulat

daun dan belalang pada kacang hijau, lalat kacang pada kacang

tanah, perusak daun pada kakao, ulat tanah pada kedelai, penghisap

buah pada kelapa sawit, kepik hijau pada kubis, pengggulung daun

pada lada dan petsai, ulat pupuk pada tembakau dan ulat api pada

tomat, wortel. Cara penggunaan insektisida ini yaitu dengan cara

disemprot.

5) Derosol, merupakan pesitisida jenis fungisida dengan kandungan

bahan aktifnya Karbendazim 500 g/L dan formulasinya 500 SC.

Derosol bekerja secara sistemik, dimana jamur atau cendawan

menyerap racun ini dari tanaman atau jamur lain yang mengandung

racun Derosol tersebut. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan

Page 70: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

70

Derosol adalah antraknosa pada tanaman semangka. Cara

penggunaan Derosol yaitu dengan cara disemprot.

6) Klerat, merupakan pesitisida jenis rodentisida dengan kandungan

bahan aktifnya Bridufakum 0,005% dan formulasinya adalah RM-B.

Klerat bekerja secara sistemik, dimana hewan pengerat (tikus)

menyerap racun ini dari tanaman atau hewan lain yang mengandung

racun Klerat tersebut. Hama yang menjadi sasaran pemberantasan

Klerat adalah tikus sawah (Rattus argentiventer) pada tanaman

pangan dan tikus semak (Rattus tiomanicus) pada semak. Cara

penggunaan Klerat yaitu dengan cara diumpan.

7) Daconil, merupakan pesitisida jenis fungisida dengan kandungan

bahan aktifnya Klorotalonil 75% dan formulasinya 75 WP. Cara

Daconil merusak jamur atau cendawan adalah dengan cara kontak.

Hama yang menjadi sasaran pemberantasan Daconil antara lain, yaitu

Alternaria porri pada tanaman bawang merah, tomat, kentang dan

cabai, antraknosa pada kacang tanah, kelapa dan Phytophtora

infestans pada tanaman teh dan pisang. Cara penggunaan Daconil

yaitu dengan cara disemprot.

8) Decis, merupakan pesitisida jenis insektisida dengan kandungan

bahan aktifnya Deltometrin 25 g/L dan formulasinya 2,5 EC. Cara

insektisida ini merusak serangga adalah dengan cara kontak. Hama

yang menjadi sasaran pemberantasan Decis antara lain, yaitu thrips

dan kutu persik pada tanaman cabai, belalang pada jagung, lalat bibit

pada kacang hijau, penghisap buah pada kakao, penggerek buah pada

kapas, penghisap polong pada kedelai, ulat api pada kelapa sawit,

ulat perusak daun pada kubis, bubuk buah pada lada, penghisap daun

pada teh, penggerek pucuk pada tembakau, thrips pada semangka,

lalat buah pada tomat dan kutu daun pada tanaman kentang. Cara

penggunaan Decis yaitu dengan cara disemprot.

9) Curacron, merupakan pesitisida jenis insektisida dengan kandungan

bahan aktifnya Profenofos 500 g/L dan formulasinya 500 EC. Cara

insektisida ini merusak serangga adalah dengan cara kontak. Hama

yang menjadi sasaran pemberantasan Curacron adalah serangga pada

tanaman kubis, kentang, tomat, bawang merah, cabai, kacang hijau,

Page 71: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

71

jeruk, tembakau, tebu dan kapas. Cara penggunaan insektisida ini

yaitu dengan cara disemprot.

10) Antracol, merupakan pesitisida jenis fungisida dengan kandungan

bahan aktifnya Propineb 70% dan formulasinya 70 WP. Cara

Antracol merusak jamur atau cendawan adalah dengan cara kontak.

Hama yang menjadi sasaran pemberantasan Decis antara lain, yaitu

Plasmophora viticola, Alternaria porri, Colletotrichum sp. pada

tanaman anggrek, bawang, bawang putih, cabai merah, cengkeh,

jeruk, kentang, tomat, lada, petsai, rosella, teh dan tembakau. Cara

penggunaan Antracol yaitu dengan cara disemprot.

11) Agrept, merupakan pesitisida jenis bakterisida dengan kandungan

bahan aktifnya Streptomisin sulfat 20% dan formulasinya 20 WP.

Cara Agrept merusak bakteri adalah dengan cara sistemik, dimana

bakteri menyerap racun ini dari tanaman atau bakteri lain yang

mengandung racun Agrept tersebut. Hama yang menjadi sasaran

pemberantasan Agrept adalah Pseudomonas solanacearum pada

tanaman tomat. Cara penggunaan Agrept yaitu dengan cara

disuspensikan terlebih dahulu baru kemudian disemprot.

12) Furadan, merupakan pestisida jenis insektisida dan juga sebagai

nematisida. Bahan aktif yang terkandung dalam Furadan adalah

Karbofuran 3%. Furadan bekerja secara sistemik, dimana serangga

menyerap racun ini dari tanaman atau hewan lain yan mengandung

racun furadan tersebut. Beberapa jenis hama yang dapat diberantas

menggunakan Furadan ini diantaranya adalah penggerek batang,

wereng hijau, lalat daun dan ganjur pada tanaman padi sawah, lundi

pada padi gogo, nematoda bintil akar pada kentang, tomat dan

nematoda pada tanaman teh. Cara penggunaan Furadan yaitu dengan

cara ditaburkan pada tanah pada tanaman yang terserang hama atau

serangga tersebut.

13) Gramoxone, merupakan pestisida jenis herbisida. Bahan aktif yang

digunakan berupa Parakuat diklorida 276 gr/l. Gramoxone bekerja

secara kontak dan berformulasi SL. Gramoxone bekerja spesifik pada

gulma jenis daun lebar, sempit dan teki di pertanaman. Cara

aplikasinya dengan cara disemprotkan pada gulma.

Page 72: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

72

14) Round Up, merupakan pestisida jenis herbisida. Bahan aktif yang

digunakan berupa Isopropil aminglifosfat 486 gr/l. Gramoxone

bekerja secara sistemik dan berformulasi SL. Gramoxone bekerja

spesifik pada gulma jenis alang-alang, Panicum rapens, Axoropus

compressus, Ottochoa nodosa yang biasanya menyerang tanaman

cengkeh, kakao, karet, kelapa, kelapa sawit, dll. Cara aplikasinya

dengan cara disemprotkan pada gulma.

Page 73: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

73

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/Pestisida. Diakses pada tanggal 22 Mei

2012.

Anonim. 2010. Gloeosporium sp. http://id.wikipedia.org/. Diakses pada tanggal 22

Mei 2012.

Anonim. 2010. Pengendalian Hayati. http://blog.ub.ac.id/rizkip/. Diakses pada

tanggal 22 Mei 2012.

Garret. 1963. Soil Fungi and Soil Fertility. Pengamon Press. New York.

Hasan, B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. Rajawali Pers. Jakarta.

Khalsoven. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru - Van Hoeve.

Jakarta. 701 halaman.

Kurniasih, Novy. 2009. Pengaruh Larva P. xylostella yang Terparasit dan Tidak

Terparasit oleh D. semiclausum Terhadap Luas Kerusakan Daun Kubis

(Brassicca oleraceae). Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri

Malang.

Maryani, Marheni, Mariati dan S. Rosita. 2005. Pengaruh Metil Eugenol dalam

Pengendalian Lalat Buah (Bactrocera dorsalis) pada Pertanaman Jeruk. Natur

Indonesia 9 (2): 127 – 130.

Purwantisari, S. dan R. B. Hastuti. 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen

Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman

Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. Jurnal Bioma.

Vol. 11, No. 1, Hal. 24-32. Universitas Diponegoro.

Rudyct. 2005. http://rudyct.250x/sem1_012/kel_012.htm. Diakses pada tanggal 22

Mei 2012.

Sastrohidayat. 1982. Gejala Penyakit Tanaman Sayuran. Usaha Nasional. Surabaya.

Sosromarsono, S. 2000. Sejarah Pengendalian Hayati Serangga Hama dengan

Parasitoid di Indonesia. Makalah dalam Pelatihan Pengembangan dan

Pemanfaatan Parasitoid, 21-25 Februari 2000. PKPHT-HPT. IPB.

Speight, M. R., M.D. Hunter and A.D. Wall. 1999. Ecology of insect. Blackwell

Science Ltd.p.259.

Suhardi, Drs. 1993. Evolusi Avertebrata. Universitas Indonesia. Jakarta.

Soeprapto.1992. Ilmu Hama Khusus Tanaman Keras I. FP UGM. Yogyakarta.

Sukamto, S., Y.D.Junianto, L., Sulistyowati, dan L., Sari. 1999. Keefektifan

Trichoderma sp. Sebagai Agen pengendali Hayati Rhizoctonia solani pada

Bibit Kopi. Pelita Perkebunan. Universitas Lampung. Lampung.

Sulistyorini, Mulyadi, dan Sulistyowati, L. 1995.Antagonisme Jamur Trichoderma

sp. dengan Jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense pada Tanaman Pisang

di Rumah Kaca. Kongres Nasional XII dan Seminar Ilmiah PFI. Mataram,

27-29 September 1995.

Susetya, N. 2004. Serangga di Sekitar Kita. Kanisius. Yogyakarta.

Page 74: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

74

D. Identifikasi Gulma dan Pengaruh Penyemprotan Herbisida

1. Identifikasi Gulma

a. Hasil Pengamatan

1) Alang-alang (Imperata cylindrica)

Taksonomi

Devisio : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Imperata

Spesies : Imperata cylindries

Tipe gulma : Daun sempit

Ciri-ciri morfologi :

a) Daun kasap berbulu

b) Menjalar di permukaan tanah

2) Tapak liman (Elephantopus scaber L)

Taksonomi

Devisio : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Arterales

Famili : Arteraceae

Genus : Elephantopus

Spesies : Elephantopus scaber

Tipe gulma : Daun lebar

Ciri-ciri morfologi :

a) Daun bergelombang

b) Permukaan daun kasar, berbulu

c) Tepi daun bergelombang

Gambar 4.1 Alang-alang

(Imperata cylindrica)

Gambar 4.2 Tapak liman

(Elephantopus scaber L)

Page 75: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

75

3) Rumput teki (Cyperus rotundus)

Taksonomi

Devisio : Spermatophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Cyperales

Famili : Cyperaceae

Genus : Cyperus

Spesies : Cyperus rotundus

Tipe gulma : Rumput-rumputan /

teki-tekian

Ciri-ciri morfologi :

a) Daun halus dan licin

b) Bunga berwana putih

c) Terdapat geragih

d) Batang semu berbentuk segitiga

4) Putri malu (Mimosa pudica)

Taksonomi

Devisio : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Polipetales

Famili : Leguminosae

Genus : Mimosa

Spesies : Mimosa pudica

Tipe gulma : Daun lebar

Ciri-ciri morfologi :

e) Batang berduri

f) Daun majemuk

g) Akar tunggang

Gambar 4.3 Rumput teki

(Cyperus rotundus)

Gambar 4.4 Putri malu

(Mimosa pudica)

Page 76: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

76

b. Pembahasan

Gulma menurut Arie (1994) adalah tumbuhan pengganggu yang

nilai negatif apabila tumbuhan tersebut merugikan manusia baik secara

langsung maupun tidak langsung dan sebaliknya tumbuhan dikatakan

memiliki nilai positif apabila mempunyai daya guna manusia. Pengertian

gulma yang lain adalah tumbuhan yang tumbuh tidak sesuai dengan

tempatnya dan tidak dikehendaki serta mempunyai nilai negatif.

Sedikit telah dijelaskan di atas bahwa gulma adalah tumbuhan

yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena

menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Gulma dapat

bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi

suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena

mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis,

karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat

tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan

yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu.

Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung

dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari

keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis

tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang

(Anonima, 2010).

Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain

disebabkan oleh :

1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan

berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur

hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.

2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih

oleh biji-biji gulma.

3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang

beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak

pertumbuhannya.

4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-

duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang

diusahakan.

Page 77: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

77

5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya

Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang

hama ganjur pada padi.

(Tjitrosoedirdjo, 1983).

Ada beberapa jenis gulma yang ada. Gulma ini dapat dibedakan

berdasarkan daya rusaknya, jenis tumbuhan itu sendiri dan dapat juga

berdasarkan bentuknya. Gulma dibedakan atas tiga kelompok, yaitu:

1) Gulma teki-tekian

Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap

pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah

yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini

menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien

dalam “menguasai” areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah

penampang lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak

berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga

baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi.

Kelompok ini mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-

tekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus),

udelan (Cyperus kyllinga), dan Scirpus moritimus.

2) Gulma rumput-rumputan

Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki-tekian

tetapi memiliki stolon, alih-alih umbi. Stolon ini di dalam tanah

membentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contoh

gulma kelompok ini adalah alang-alang (Imperata cylindrica).

3) Gulma daun lebar

Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk

dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa

budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi

cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif

terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada

permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada

nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini

ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.),

sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa

pudica).

Page 78: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

78

Dari hasil praktikum yang dilakukan di laboratorium, ada

beberapa jenis gulma yang diamati yang antara lain adalah :

1) Rumput Teki (Cyperus rotundus)

Merupakan gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan

terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud

adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang

berpenampilan mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi

gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi

(sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon)

yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu

menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di

seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran

terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.

Tumbuhan ini termasuk dalam tumbuhan berfotosintesis melalui jalur

C4 (Anonim, 2010).

Gulma Rumput teki (Cyperus rotundus) merupakan salah satu

jenis gulma teki-tekian, memiliki ciri morfologi yaitu batang

berbentuk segitiga tumpul, berdaun runcing, mempunyai bunga

berwarna putih, mempunyai umbi batang yang ada di bawah

permukaan tanah, mempunyai daun pada pangkal batang terdiri dari

4-20 helai, pelepah daun tertutup tanah. Helai daun bergaris dan

berwarna hijau tua mengkilat dan mempunyai bunga dengan benang

sari sebanyak tiga helai dan berwarna cokelat. Gulma jenis ini

termasuk gulma yang cukup ganas dan penyebarannya luas.

Klasifikasinya adalah:

Divisio : Magnoliophyta

Klas : Liliopsida

Ordo : Cyperales

Familia : Cyperaceae

Genus : Cyperus

Spesies : Cyperus rotundus

2) Tapak Liman (Elephanthopus scaber L.)

Tumbuhan ini tumbuh liar di lapangan rumput, pematang,

kadang-kadang ditemukan dalam jumlah banyak, terdapat di dataran

rendah sampai dengan 1.200 m di atas permukaan laut. Terna tahunan,

Page 79: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

79

tegak, berambut, dengan akar yang besar, tinggi 10 cm - 80 cm,

batang kaku berambut panjang dan rapat, bercabang dan beralur.

Daun tunggal berkumpul di bawah membentuk roset, berbulu, bentuk

daun jorong, bundar telur memanjang, tepi melekuk dan bergerigi

tumpul. Panjang daun 10 cm - 18 cm, lebar 3 cm - 5 cm. Daun pada

percabangan jarang dan kecil, dengan panjang 3 cm - 9 cm, lebar 1 cm

- 3 cm. Bunga bentuk bonggol, banyak, warna ungu. Buah berupa

buah longkah. Masih satu marga tetapi dari jenis lain, yaitu

Elephantopus tomentosa L., mempunyai bunga wama putih, bentuk

daun bulat telur agak licin, mempunyai efek therapy yang sama, tapi

khasiat penurun panas dan anti radang kurang poten. Lebih sering

digunakan pada rheumatic dan anti kanker (Anonim, 2005).

Tapak liman (Elephantopus scaber L) merupakan salah satu

jenis gulma berdaun lebar, dengan ciri morfologi yaitu memiliki akar

batang daun, daun memiliki lengkuk pada bagian tepinya, dan

permukaan daun dilapisi oleh bulu-bulu halus. Klasifikasi dari tapak

liman (Elephantopus scaber L) ini adalah:

Divisio : Magnoliophyta

Klas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Familia : Asteraceae

Genus : Elephantopus

Spesies : Elephantopus scaber

3) Alang-alang (Imperata cylindrica)

Alang-alang atau ilalang ialah sejenis rumput berdaun tajam,

yang kerap menjadi gulma di lahan pertanian. Rumput menahun

dengan tunas panjang dan bersisik, merayap di bawah tanah. Ujung

(pucuk) tunas yang muncul di tanah runcing tajam, serupa ranjau

duri. Batang pendek, menjulang naik ke atas tanah dan berbunga,

sebagian kerapkali (merah) keunguan, kerapkali dengan karangan

rambut di bawah buku. Tinggi 0,2 – 1,5 m, di tempat-tempat lain

mungkin lebih.

Helaian daun berbentuk garis (pita panjang) lanset berujung

runcing, dengan pangkal yang menyempit dan berbentuk talang,

panjang 12-80 cm, bertepi sangat kasar dan bergerigi tajam,

Page 80: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

80

berambut panjang di pangkalnya, dengan tulang daun yang lebar dan

pucat di tengahnya. Karangan bunga dalam malai, 6-28 cm

panjangnya, dengan anak bulir berambut panjang (putih) lk. 1 cm,

sebagai alat melayang bulir buah bila masak.

Klasifikasi dari Alang-alang (Imperata cylindrica) ini adalah:

Divisi : Magnoliophyta

Klas : Liliopsida

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Imperata

Spesies : Imperata cylindrica

4) Putri malu (Mimosa pudica)

Putri malu (Mimosa pudica) adalah perdu pendek anggota

suku polong-polongan yang mudah dikenal karena daun-daunnya

yang dapat secara cepat menutup/layu dengan sendirinya saat

disentuh. Walaupun sejumlah anggota polong-polongan dapat

melakukan hal yang sama, putri malu bereaksi lebih cepat daripada

jenis lainnya. Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah beberapa

menit keadaannya akan pulih seperti semula.

Kelayuan daun ini disebabkan oleh terjadinya perubahan

tekanan turgor pada tulang daun. Gerak ini disebut seismonasti, yang

walaupun dipengaruhi rangsang sentuhan (tigmonasti). Tanaman ini

juga menguncup saat matahari terbenam dan merekah kembali setelah

matahari terbit. Tanaman putri malu menutup daunnya untuk

melindungi diri dari hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang

ingin memakannya. Warna daun bagian bawah tanaman putri malu

berwarna lebih pucat.

Klasifikasi dari Putri malu (Mimosa pudica) ini adalah:

Divisio : Spermatophyta

Klas : Dicotyledoneae

Ordo : Polipetales

Familia : Leguminosae

Genus : Mimosa

Spesies : Mimosa pudica

Page 81: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

81

2. Uji Aplikasi Herbisida

a. Hasil Pengamatan

Gambar 4.5 Sebelum Disemprot Dengan Herbisida Sistemik

Gambar 4.6 Aplikasi Herbisida Sistemik

Gambar 4.7 Sebelum Disemprot Dengan Herbisida Kontak

Page 82: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

82

Gambar 4.8 Aplikasi Herbisida Kontak

Keterangan :

1) Presentase kerusakan / Gulma mati : 90%

Jenis gulma yang ada : rumput teki

Herbisida : Roundup

Jenis racun : sistemik

2) Presentase kerusakan : 97%

Jenis gulma yang ada : rumput teki

Herbisida : Gramaxone

Jenis racun : kontak

Analisis Data Kalibrasi

Dosis Gramaxone/Ha

Gramaxone 2 lt/Ha → kebutuhan larutan 400 Lt

Konsentrasi larutan per liter =

=

= 5 ml/L air

Luas lahan: 2,25 m2

Volume semprot =

= 90 ml larutan

Volume Gramaxone 2,25 m2 =

x 90 ml

= 0,45 ml → 5 ml/L

Dosis Roundup/Ha

Roundup 8 lt/Ha → kebutuhan larutan 400 Lt

Konsentrasi larutan per liter =

=

= 20 ml/L air

Page 83: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

83

Volume semprot =

= 90 ml

Volume Roundup 2,25 m2 =

= 1,8 ml → 20 ml/L

b. Pembahasan

Salah satu cara pengendalian OPT adalah secara kimiawi.

Pengendalian OPT secara kimiawi menggunakan pestisida. Pestisida

mencakup bahan-bahan racun yang dugunakan untuk membunuh jasad

hidup yang menggangggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang

diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Menurut Borror

(1992) karena pestisida merupakan bahan racun, maka penggunaannya

perlu kehati-hatian dengan memperhatikan keamanan pengguna, bahan

yang diberi pestisida dan lingkungan sekitar. Perhatikan petunjuk

pemakaian yang tercantum dalam label dan peraturan-peraturan yang

berkaitan dengan penggunaan bahan racun, khususnya pestisida.

Herbisida merupakan nama umum bagi senyawa kimia yang

bersifat racun dan dapat digunakan untuk membasmi dan memberantas

hama tanaman. Penyakit dan gulma lainnya juga dapat dibasmi dengan

ini, selain juga serangga, tikus, nematoda, gulma, bakteri, fungi dan juga

tungau adalah berbagai jasad pengganggu pada tanaman yang dapat juga

menurunkan produksi tanaman. Herbisida dibuat dan digunakan sesuai

dengan jenis penyakit yang menyerang suatu tanaman (Widiyanto, 1993).

Cara identifikasi dengan membandingkan tumbuhan gulma

dengan gambar paling praktis dan dapat dikerjakan sendiri di tempat, oleh

karena telah banyak publikasi gambar dan foto-foto gulma. Dua publikasi

gulma P3GI yang disebutkan pada alinia pertama bab ini, sangat berguna

untuk keperluan tersebut. Identifikasi dengan membandingkan

determinasi dari spesies gulma kemudian mencari dengan kunci

identifikasi sedikit banyak kita harus memahami istilah biologi yang

berkenaan dengan morfologi yang dapat dipelajari pada buku karangan

(Sukman Yakub,2001)

Berdasarkan cara kerjanya, herbisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Herbisida sistemik (Systemic Pesticide)

Pestida sistemik adalah herbisida yang diserap dan dialirkan

keseluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama

Page 84: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

84

yang memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram.

Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar

herbisida ini bekerja. Herbisida ini untuk mencegah tanaman dari

serangan hama

Contoh : Neem oil.

b. Herbisida kontak langsung (Contact pesticide)

Herbisida kontak langsung adalah herbisida yang reaksinya

akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika

makan ataupun sedang berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih

baik menggunakan jenis herbisida ini. Contoh : Sebagian besar

herbisida kimia. (Anonim,2009).

Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada

lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang

menyebabkan penurunan hasil (gulma). Lahan pertanian biasanya

ditanami sejenis tanaman pertanian. Namun demikian tumbuhan lain juga

dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena kompetisi dalam mendapatkan

hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau keluarnya substansi

alelopatik, tumbuhan lain ini tidak diinginkan keberadaannya. Herbisida

digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian tumbuhan gulma.

Hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum Uji Aplikasi

Herbisida mendapatkan hasil prosentase kerusakan herbisida Roundup

adalah 90%, dengan jenis gulma yang ada adalah rumput teki dan bekerja

secara sistemik. Sedangkan pada Gramaxone dengan jenis gulma yang

ada sama yaiti teki yang mendominasi. Prosentase kerusakan yang

dialami 97% dengan jenis racun kontak. Hasil prosentase ini dihitung

setelah melakukan penyemprotan dengan jangka waktu 1 minggu untuk

mengematinnya. Menunjukkan hasil yang berbeda dengan prosentase

kerusakan pada penggunaan herbisida jenis Gramaxone lebih tinggi. Hal

ini disebabkan karena jenis racun kontak lebih cepat bereaksi dengan

tumbuhan dibandingkan yang sistemik, sistemik lebih memerlukan

banyak waktu untuk mendapatkan hasil yang sama dengan jenis racun

kontak.

Page 85: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

85

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id. Diakses pada

Tanggal 28 Mei 2012.

Anonim.2009. http://www.anggrek.info/index1.php?topic=pest&section=pestisida

Diakses tanggal 1 Juni 2010.

Anonima. 2010. Gulma. http://wikipedia.or.id. Diakses pada Tanggal 28 Mei 2012.

Anonimb. 2010. Teki Ladang. http://wikipedia.or.id. Diakses pada Tanggal 28 Mei

2012.

Arie, Arifin. 1994. Perlindungan Tanaman, Hama Penyakit dan Gulma. Surabaya:

Usaha Nasional.

Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Yogyakarta: Kanisus.

Borror, Donal J, et al. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Gadjah Mada

University. Yogyakarta.

Sukman Yakub, Yernelis. 2001. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Fakultas

pertanian Universitas Sriwijaya : Palembang

Tjitrosoedirdjo, S. 1983. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia, Jakarta.

210 hal.

Widyanto.1993. Evolusi Avertebrata. Universitas Indonesia. Jakarta

Page 86: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

86

E. Identifikasi Hama dan Diagnosis Penyakit di Lapang

1. Hasil pengamatan

a. Waktu dan Tempat Pengamatan

Waktu pengamatan : Sabtu, 5 Mei 2012

Lokasi pengamatan : Dusun Pulosasri, Kecamatan Kebakramat, Kabupaten

Karanganyar

Gambar 5.1 Lokasi Lahan Pertanaman Cabai

Gambar 5.2 Gejala Penyakit Antraknosa (Pathek)

Gambar 5.3 Gejala Hama Penyakit Keriting (Thrip pannspinus)

Page 87: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

87

b. Identifikasi Hama Penyakit Keriting (Thrip pannspinus)

Gambar 5.4 Hama Thrips

1) Gejala : ujung daun keriting dan bercak khlorosis karena cairan daun

dihisap, lapisan bawah daun berwarna perak

2) Tanda : adanya strip-strip pada daun dan juga pembawa bibit penyakit

3) Patogen : hama Thrips

4) Ciri morfologi : panjang tubuh 1 mm, tubuh berwarna kuning hingga

coklat kehitaman.

c. Diagnosis Penyakit Antraknosa (Pathek)

Gambar 5.5 Antraknosa (Pathek)

a) Gejala : bercak agak mengkilap, buah menjadi coklat kehitaman dan

membusuk, terdapat hifa putih

b) Tanda : buah busuk berwarna kuning – coklat seperti terkena sengatan

matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang ada julangannya

c) Patogen : cendawan Colletotricum capsisi sydow dan Colletotricum

gloesporides pens

Page 88: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

88

d) Ciri morfologi : mempunyai hifa bersepta, warna hialin yang kemudian

beerubah menjadi gelap, konidium berbentuk jorong

2. Pembahasan

a. Identifikasi Hama Thrips

Hama thrips (Thrips sp) sudah tidak asing lagi bagi para petani

cabai. Panjang tubuh sekitar + 1 mm, serangga ini tergolong sangat kecil

namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Thrips biasanya

menyerang bagian daun muda dan bunga . Gejala serangan hama ini adalah

adanya strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Noda keperakan itu

tidak lain akibat adanya luka dari cara makan hama thrips. Kemudian noda

tersebut akan berubah warna menjadi coklat muda. Yang paling

membahayakan dari thrips adalah selain sebagai hama perusak juga sebagai

carrier atau pembawa bibit penyakit (berupa virus) pada tanaman cabai.

Untuk itu, bila mengendalikan hama thrips, tidak hanya memberantas dari

serangan hama namun juga bisa mencegah penyebaran penyakit akibat virus

yang dibawanya (Anonim, 2011).

Thrips pada cabe termasuk sub ordo Terebrantia yaitu thrips tabaci.

Pada sub ordo ini terdapat ovipositor yang berfungsi untuk menusuk dan

meletakkan telur kedalam jaringan tanaman. Thrips panjang tubuhnya 1-2

mm berwarna hitam, datar, langsing dan mengalami metamorfosis

sederhana/ setengah sempurna yaitu mulai dari telur kemudian nimfa/thrips

muda berwarna putih atau kuning baru setelah itu menjadi thrips dewasa

sebelum mengalami dua sampai empat instar (Anonim, 2009).

Thrips muda atau nimfa akan berwarna putih pucat atau pucat

kekuningan sampai kepada berwarna jernih. Biasanya Thrips muda ini

gerakannya masih sangat lambat dan pergerakannya hanya terbatas pada

tempat dimana dia memperoleh makanan. Nimfa terdiri dari empat instar,

dan Instar pertama sudah mulai menyerang tanaman. sayap baru akan

terlihat pada masa pra-pupa. Daur hidup sekitar 7-12 hari. Imago akan

bergerak lebih cepat dibanding dengan nimfanya, telah memiliki sayap

yang ukurannya relatif panjang dan sempit, imago ini tubuhnya

berwarna kuning pucat sampai kehitam-hitaman. Serangga dewasa

berukuran 1-2 mm. Imago betina dapat bertelur sampai 80 butir yang

diletakkannya ke dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan

ovipositornya yang tajam (Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).

Page 89: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

89

Gejala serangannya pada permukaan daun akan terdapat bercak-

bercak yang berwarna putih seperti perak. Hal ini terjadi karena masuknya

udara ke dalam jaringan sel-sel yang telah dihisap cairannya oleh hama

Thrips tersebut. Apabila bercak-bercak tersebut saling berdekatan dan

akhirnya bersatu maka daun akan memutih seluruhnya mirip seperti warna

perak. Lama kelamaan bercak ini akan berubah menjadi warna coklat dan

akhirnya daun akan mati. Daun-daun cabai yang terserang hebat maka

tepinya akan menggulung ke dalam dan kadang-kadang juga terdapat bisul-

bisul. Kotoran- kotoran dari Thrips ini akan menutup permukaan daun

sehingga daun menjadi hitam. Jadi pada umumnya bagian tanaman yang

diserang oleh Thrips ini adalah pada daun, kuncup, tunas yang baru saja

tumbuh, bunga serta buah cabai yang masih muda (Setiadi, 2004).

Klasifikasi hama Thrips ini adalah:

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Thysanoptera

b. Diagnosis Penyakit Antraknosa (Pathek)

Penyakit antraknosa atau patek pada tanaman cabai disebabkan oleh

Cendawan Colletotrichum capsici Sydow dan Colletotrichum

gloeosporioides Pens, penyakit antraknosa atau patek ini merupakan

momok bagi para petani cabai karena bisa menghancurkan panen hingga 20-

90 % terutama pada saat musim hujan, cendawan penyebab penyakit

antraknosa atau patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban

udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 rH dengan suhu 32 derajat selsius

biasanya gejala serangan penyakit antraknosa atau patek pada buah ditandai

buah busuk berwarna kuning-coklat seperti terkena sengatan matahari

diikuti oleh busuk basah yang terkadang ada jelaganya berwarna hitam.

Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila

telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada

tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian

lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering warna

cokelat kehitam-hitaman (Sanjaya, et al., 2002).

Untuk mengendalikan penyakit patek (anraknosa) pada tanaman

cabai tidak bisa dilakukan hanya saat sudah mulai terjadinya serangan,

namun harus dimulai dari awal proses penanaman. Untuk lebih lengkapnya

Page 90: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

90

cara mengendalikan penyakit patek pada tanaman cabai bisa dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Gunakan bibit yang sehat. Jika ingin menggunakan bibit sendiri, jangan

menggunakan dari bekas cabai yang terserang patek karena spora jamur

tersebut mampu bertahan pada benih cabai.

2) Pilih lokasi lahan yang bukan bekas tanaman cabai, terong, tomat dll

(satu famili dengan cabai). Spora Gloeosporium maupu Colletotricum

mampu beradaptasi hidup dalam tanah dalam waktu tahuna.

3) Pergunakan pupuk dasar maupun kocoran yang rendah unsur Nitrogen,

karena unsur N hanya akan membuat tanaman cabai menjadi rentan.

Selain itu unsur N juga akan membuat tanaman menjadi rimbun yang

akan meningkatkan kelembaban sekitar tanaman.

4) Perbanyak unsur Kalium dan Calsium untuk membantu pengerasan

kulit buah cabai

5) Pergukanlah mulsa plastik untuk menghindari penyebaran spora jamur

melalui percikan air hujan

6) Pergunakanlah jarak tanam yang ideal sesuai dengan varietas yang akan

kita tanam Usahakan jangan terlalu rapat karena hal ini akan sangat

membahayakan keselamatan tanaman cabai

7) Lakukan pencegahan dengan penyemprotan fungisida kontak berbahan

aktif mankozeb atau tembaga hidroksida secara rutin satu minggu sekali

(tetapi ini betentangan dengan konsep pengendalian hama secara

terpadu)

8) Lakukan perempelan untuk mengurangi krimbunan tanaman cabai

9) Pergunakan peralatan yang terbebas dari penyebab penyakit patek

10) Jika langkah-langkah diatas sudah dilakukan tetapi masih terjadi

serangan penyakit patek maka segeralah buang tanaman yang sakit

kalau perlu membakarnya.

11) Segeralah melakukan tindakan penyelamatan terhadap cabai yang

belum terserang secepatnya (saya katakan secepatnya karena penyakit

patek bisa menyebar dalam hitungan jam). Tindakan yang perlu

dilakukan adalah menyemprot dengan fungisida kontak (dithane,

nordox, kocide, antracol, dakonil dll) bersamaan dengan sistemik

(derosal, bion M, amistartop dll) (Setiadi, 2004).

Page 91: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

91

Faktor penyebab tanaman patek adalah sebagai berikut :

1) Penggunaan pupuk N yang terlalu banyak yang menyebabkan tanaman

menjadi rimbun dan kelembaban meningkat akhirnya timbul jamur.

Dengan demikian pupuk N harus dikurangi.

2) Kelembaban iklim mikro, dimana kelembaban ini timbul akibat jarak

tanam yang terlalu rapat serta pemangkasan yang tidak dilakukan.

3) Percikan air hujan atau air siraman yang mengenai buah cabai.

Akibatnya buah cabai diselimuti air hujan atau air siraman tersebut

menimbulkan jamur. Maka untuk pengendaliannya harus menggunakan

MPHP atau penutup tanah (Anonim, 2010).

Page 92: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

92

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Gejala Serangan Hama Thrips. http://indonesiachili.com/pest.htm.

Diakses tanggal 13 Juni 2012

Anonim, 2010. Antraknosa atau Patek pada Tanaman Cabai.

http://tohariyusuf.wordpress.com/2010/01/11/anthraknosa-atau-patek-pada-

tanaman-cabai/. Diakses tanggal 13 Juni 2012

Anonim, 2011. Hama Thrips pada Cabai. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/hama-

dan-penyakit-utama-pada-tanaman-cabai-serta-pengendaliannya-1782.

Diakses tanggal 13 Juni 2012

Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992. Pedoman Pengenalan dan Pengendalian

Hama Tanaman Cabe. Jakarta

Sanjaya, L. Wattimena, G.A., Guharja, E., Yusuf, M., Aswidinnor, H. dan Stam, P.,

2002. Keragaman Ketahanan Aksesi Capsicum Terhadap Antraknosa

(Colletotrichum capsici) Berdasarkan Penanda RAPD. Jurnal Bioteknologi

Pertanian. Vol. 7. No. 2. 2002. pp 37-42.

Setiadi, 2004., Bertanam Cabai. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 93: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

93

III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Morfologi, Identifikasi Hama, dan Gejala Kerusakan Tanaman

a. Hama yang mengganggu tanaman pokok berasal dari filum mamalia,

nematoda, gastropoda, chordata, homoptera, hemiptera, dan diptera

b. Setiap hama tanaman memiliki morfologi yang berbeda-beda

berdasarkan tipe ordonya

c. Untuk mengidentifikasi jenis hama dapat dilakukan dengan

menggunakan kunci determinasi yang dibuat berdasarkan ciri-ciri

morfologi serangga

d. Tanda gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga hama dapat

dijadikan sebagai petunjuk identifikasi OPT. Misalnya daun kelapa

menjadi bergerigi tidak rata, daun kelapa mengering, dan terjadi

kerusakan mekanik pada batang (batang berlubang), akibat serangan

kumbang badak

2. Identifikasi Patogen

a. Tipe gejala yang timbul pada tanaman akibat pathogen digolongkan

menjadi 3 yaitu nekrosis, hiperplasis, hipoplasis

b. Media umum untuk pembiakan jamur adalah Potato Dextrose Agar

(PDA), sedangkan medium umum untuk pembiakan bakteri adalah

Nutrient Agar (NA)

c. Isolasi dapat dilakukan dengan jaringan tebal, misalnya menggunakan

potongan apel busuk. Selain itu dapat dilakukan menggunakan jaringan

tipis, misalnya menggunakan potongan daun kacang tanah yang

terserang penyakit

3. Taktik Pengendalian OPT

a. Untuk mengendalikan hama serangga, dapat menggunakan musuh

alami, yaitu predator, parasitoid, dan antagonis patogen

b. Contoh serangga predator adalah capung (ordo Odonata)

c. Contoh serangga parasitoid adalah Apanteles sp dan Telenumus sp

(ordo Hymenoptera)

d. Beberapa hewan memiliki stadia tersendiri untuk menjadi musuh alami,

misalnya pada belalang sembah adalah pada saat imago, Kumbang buas

Coccinelidae pada saat larva dan dewasa

Page 94: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

94

e. Pengendalian OPT dapat dilakukan dengan penggunaan herbisida yang

disesuaikan dengan jenis hama yang mengganggu

f. Beberapa jenis racun pestisida yaitu sistemik, kontak langsung, dan

lambung

g. Metyl eugenol adalah salah satu atraktan yang berfungsi untuk menarik

lalat buah jantan, yang kemudian akan terperangkap dan tidak bisa

keluar dari perangkap

h. Salah satu antagonis yang banyak digunakan untuk pengendali penyakit

tanaman budidaya adalah Trichoderma spp., merupakan jamur asli

tanah yang bersifat menguntungkan karena mempunyai sifat antagonis

yang tinggi terhadap jamur-jamur patogen tanaman budidaya.

4. Identifikasi Gulma dan Pengaruh Penyemprotan Herbisida

a. Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan

pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang

menyebabkan penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma

b. Herbisida ada 2 jenis yaitu herbisida kontak dan herbisida sistemik

c. Salah satu contoh dari herbisida kontak adalah Gramoxone, dan

herbisida sistemik adalah Round Up

d. Gulma dibedakan menjadi 3 yaitu gulma berdaun lebar, gulma rumput-

rumputan, dan gulma teki-tekian

e. Berdasarkan hasil analisis data maka kebutuhan larutan Gramoxone

untuk 2,25 m2 adalah 0,45 mL dalam 2,25 m

2

f. Sedangkan untuk kebutuhan larutan Round up untuk 2,25 m2 adalah 1,8

mL dalam 2,25 m2

g. Penghitungan kebutuhan larutan herbisida harus tepat, agar efisien dan

efektif dalam pembasmian gulma. Takarannya harus sesuai dengan

kebutuhan per satuan luas

h. Pada uji aplikasi herbisida, gulma lebih cepat mati pada yang diberi

perlakuan herbisida kontak.

i. Berdasarkan pada pengamatan presentase kematian gulma yang

disebabkan oleh herbisida kontak Gramoxone sebesar 99 %, ada 2 jenis

gulma dalam luasan lahan yang disemprot

j. Sedangkan untuk presentase kematian gulma yang disebabkan oleh

herbisida sistemik Round Up sebesar 40%, juga ada 2 jenis gulma

dalam luasan lahan yang disemprot.

Page 95: 118505775 Perlindungan Tanaman Laporan Praktikum Tinjauan Pustaka Lengkap

95

5. Identifikasi Hama dan Diagnosis Penyakit di Lapang

a. Thrips pada cabe termasuk sub ordo Terebrantia yaitu thrips tabaci

b. Gejala serangan Thrips pada permukaan daun akan terdapat bercak-

bercak yang berwarna putih seperti perak

c. Penyakit antraknosa atau patek pada tanaman cabai disebabkan oleh

Cendawan Colletotrichum capsici Sydow dan Colletotrichum

gloeosporioides Pens

d. Untuk mengendalikan penyakit patek (anraknosa) pada tanaman cabai

tidak bisa dilakukan hanya saat sudah mulai terjadinya serangan, namun

harus dimulai dari awal proses penanaman

B. Saran

1. Setiap pelaksanaan praktikum berjalan on time, co ass juga sudah

melaksanakan tugasnya dengan baik, mampu membimbing praktikan dengan

baik

2. Sebaiknya untuk bab hasil pengamatan tidak usah ditulis tangan, karena agak

menyulitkan praktikan saat pembuatan laporan, menjadi tidak efisien waktu.

Lebih baik diketik saja

3. Kesan menyenangkan bertemu dengan hewan-hewan yang menjadi musuh

petani dengan ini menjadikan tahap awal mahasiswa mengenal organisme-

organisme pengganggu tanaman pokok pertanian

4. Waktu pelaksanaan pratikum tiap acara terlalu singkat, menyebabkan saat

pengamatan tergesa-gesa.

5. Buku petunjuk pratikum perlu diperbaiki, agar tiap acara tersedia di dalam

buku.

6. Pratikum ini memberi banyak wawasan serta pengalaman karena dapat

mengamati hama dan tanda penyakit serta melakukan secara langsung

pengendalian OPT.