Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
description
Transcript of Pengertian Tanaman Transgenik Lengkap
1
A. PENGERTIAN TANAMAN TRANSGENIK
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki
gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.
Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan
sifat-sifat yang diinginkan, misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu
tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu
tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami.
Sebagian besar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk
mengatasi kebutuhan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan
juga permasalahan kekurangan gizi manusia sehingga pembuatan tanaman
transgenik juga menjadi bagian dari pemuliaan tanaman.
B. SEJARAH TANAMAN TRANSGENIK
Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat
tanaman) telah dilakukan sejak tahun 8000 SM ketika praktik pertanian
dimulai di Mesopotamia. Secara konvensional, pemuliaan tanaman dilakukan
dengan memanfaatkan proses seleksi dan persilangan tanaman. Kedua proses
tersebut memakan waktu yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak
menentu karena bergantung dari mutasi alamiah secara acak. Contoh hasil
pemuliaan tanaman konvensional adalah durian montong yang memiliki
perbedaan sifat dengan tetuanya, yaitu durian liar. Hal ini dikarenakan
manusia telah menyilangkan atau mengawinkan durian liar dengan varietas
lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti durian montong.
Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 ketika
bakteri Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen
yang dimilikinya ke dalam tanaman. Pada tahun 1983, tanaman transgenik
pertama, yaitu bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus
vulgaris) telah berhasil dikembangkan oleh manusia.
Sejak saat itu,
pengembangan tanaman transgenik untuk kebutuhan komersial dan
peningkatan tanaman terus dilakukan manusia. Tanaman transgenik pertama
yang berhasil diproduksi dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai. Keduanya
diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996. Pada tahun
2
2004, lebih dari 80 juta hektar tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan
tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia merupakan kedelai transgenik.
C. PEMBUATAN TANAMAN TRANSGENIK
Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan
identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat
yang diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain,
hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka
dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada
tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning
(agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk
transfer gen). Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri
sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri
tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang
cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan
yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer
gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen,
metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium
tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan listrik).
1. Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil. Metode ini
sering digunakan pada spesies jagung dan padi. Untuk melakukannya,
digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan
tinggi ke dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan
DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen
memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan
terjadi kerusakan sel selama penembakan berlangsung.
2. Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium
tumefaciens.
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi
tanaman secara alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa
DNA) untuk menyisipkan gen asing. Di dalam plasmid Ti terdapat gen
yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman
3
tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat
disisipkan di dalam plasmid Ti.
Selanjutnya, A. tumefaciens secara
langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom
(DNA) tanaman. Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman
maka sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
3. Metode elektroporasi. Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang
akan menerima gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga
menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi
kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran
sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu
(terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan
proses pengembalian dinding sel tanaman.
Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk
mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan
menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya
terbentuk akar dan tunas. Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet),
maka dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat
diamati.
D. CONTOH-CONTOH TANAMAN TRANSGENIK
Berikuit Beberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia
tertera pada tabel di bawah ini.
Jenis
tanaman
Sifat yang telah
dimodifikasi Modifikasi Foto
Padi Mengandung
provitamin A (beta-
karotena) dalam
jumlah tinggi.
Gen dari tumbuhan narsis,
jagung, dan bakteri Erwinia
disisipkan pada kromosom
padi.
4
Jagung,
kapas,
kentang
Tahan (resisten)
terhadap hama.
Gen toksin Bt dari bakteri
Bacillus thuringiensis
ditransfer ke dalam
tanaman.
Tembakau Tahan terhadap cuaca
dingin.
Gen untuk mengatur
pertahanan pada cuaca
dingin dari tanaman
Arabidopsis thaliana atau
dari sianobakteri (Anacyctis
nidulans) dimasukkan ke
tembakau.
Tomat Proses pelunakan
tomat diperlambat
sehingga tomat dapat
disimpan lebih lama
dan tidak cepat busuk.
Gen khusus yang disebut
antisenescens ditransfer ke
dalam tomat untuk
menghambat enzim
poligalakturonase (enzim
yang mempercepat
kerusakan dinding sel
tomat).
Selain
menggunakan gen dari
bakteri E. coli, tomat
transgenik juga dibuat
dengan memodifikasi gen
yang telah dimiliknya secara
alami.
Kedelai Mengandung asam
oleat tinggi dan tahan
terhadap herbisida
glifosat.
Dengan
demikian, ketika
disemprot dengan
herbisida tersebut,
hanya gulma di sekitar
kedelai yang akan
mati.
Gen resisten herbisida dari
bakteri Agrobacterium galur
CP4 dimasukkan ke kedelai
dan juga digunakan
teknologi molekular untuk
meningkatkan pembentukan
asam oleat.
Ubi jalar Tahan terhadap
penyakit tanaman
yang disebabkan virus.
Gen dari selubung virus
tertentu ditransfer ke dalam
ubi jalar dan dibantu dengan
teknologi peredaman gen.
5
Kanola Menghasilkan minyak
kanola yang
mengandung asam
laurat tinggi sehingga
lebih menguntungkan
untuk kesehatan dan
secara ekonomi.
Selain itu, kanola
transgenik yang
disisipi gen penyandi
vitamin E juga telah
ditemukan.
Gen FatB dari Umbellularia
californica ditransfer ke
dalam tanaman kanola untuk
meningkatkan kandungan
asam laurat.
Pepaya Resisten terhadap
virus tertentu,
contohnya Papaya
ringspot virus (PRSV).
Gen yang menyandikan
selubung virus PRSV
ditransfer ke dalam tanaman
pepaya.
Melon Buah tidak cepat
busuk.
Gen baru dari bakteriofag
T3 diambil untuk
mengurangi pembentukan
hormon etilen (hormon yang
berperan dalam pematangan
buah) di melon.
Bit gula Tahan terhadap
herbisida glifosat dan
glufosinat.
Gen dari bakteri
Agrobacterium galur CP4
dan cendawan Streptomyces
viridochromogenes
ditransfer ke dalam tanaman
bit gula.
Prem
(plum)
Resisten terhadap
infeksi virus cacar
prem (plum pox virus).
Gen selubung virus cacar
prem ditransfer ke tanaman
prem.
Gandum Resisten terhadap
penyakit hawar yang
disebabkan cendawan
Fusarium.
Gen penyandi enzim
kitinase (pemecah dinding
sel cendawan) dari jelai
(barley) ditransfer ke
tanaman gandum.
6
E. APLIKASI TANAMAN TRANSGENIK
Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan
revolusi baru dalam berbagai bidangkehidupan manusia, yang dikenal sebagai
revolusi gen .Produk teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau
organisme hasil modifikasi genetik .Dewasa ini cukup banyak organisme
transgenik atapun produknya yang dikenal dikalangan masyarakat
luas.Beberapa diantaranya bahkan telah digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari .Berikut ini akan dikemukakan contoh
pemanfaatan produk yang dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan
manusia.
1. Pertanian
Melalui cara transgenik telah ditemukan sejumlah transgenik seperti
tomat,tembakau dll.dengan sifat-sifat yang diinginkan ,misalnya
perlambatan pematangan buah dan resistensi terhadap hama dan penyakit
tertentu.Pada dasarkan rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan
untuk menciptakan ketahanan pangan suatu negara dengan cara
meningkatkan produksi kualitas ,dan upaya penanganan pasca panen serta
prosesing hasil pertanian .Peningkatan produksi pangan melalui revolusi
hijau ,di samping itu ,kualitas gizi serta daya simpan produk pertanian juga
dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan keuntungan
secara nyata .Adapun dampak positifnya adalah untuk menciptakan
keanekaragaman hayati yang lebih tinggi .
2. Florikultur .
Antara lain telah diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa
kesegaran bunga yang lama .Demikian juga telah dihasilkan. Beberapa
jenis tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna bunga yang
diinginkan .
7
3. Kesehatan
Mampu menghasilakan berbagai jenis obat dengan kualitas yang lebih baik
sehingga memberikan harapan dalam upaya penyembuhan sejumah
penyakit dimasa mendatang .Teknik rekayasa genetika memungkinkan
diperolehnya berbagai produk industri farmasi penting seperti
insulin,interferon dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara yang
lebih efisien .Hal ini karena gen yang bertanggung jawabatas produk
tersebut dikloning ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat
pertumbuhannya dan hanya memerlurkan kultivasi biasa
1. Aplikasi Yang Telah Dikembangkan
Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk
menghasilkan tiga macam sifat unggul, yaitu tahan hama, tahan
herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.
Tanaman
jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah diproduksi
secara massal dan dipasarkan di dunia. Gen asing yang banyak
digunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen penyandi toksin
Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis. Sejak tahun 1996, Monsanto,
salah satu perusahaan multinasional di bidang bioteknologi, telah
menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard".
Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual
ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup
Ready".
Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat
pernah diproduksi oleh Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di
Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr". Biasanya, tanaman tomat
alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum matang kemudian
disemprot dengan gas etilen untuk membuat buah matang dan
berwarna merah. Namun, rasa tomat yang dihasilkan umumnya kurang
terasa. Tujuan pembuatan tomat transgenik tersebut adalah untuk
memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan buah
8
selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan.
Namun, penjualan Flavr Savr ditarik dalam waktu kurang dari setahun
karena alasan kesehatan dan penjualannya mengalami kerugian.
Produk tersebut tidak banyak terjual karena harganya dua kali lipat
dari tomat biasa namun rasa yang dihasilkan sama.
2. Aplikasi Yang Sedang Dikembangkan
Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik sedang diaplikasikan untuk
menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, seperti
vitamin A dan vaksin. Untuk produksi vaksin yang dapat dimakan (edible
vaccine), contoh tanaman yang sedang dikembangkan adalah pisang,
kentang, dan tomat. Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti sejak
tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan)
vitamin A adalah padi emas. Aplikasi lain yang sedang dikembangkan
adalah penggunaan tanaman untuk membersihkan polusi tanah dari senyawa
beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya merkuri). Gen asing dari
bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua
tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya
menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak berbahaya.
Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-
hidroksibutirat) atau PHB, suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai
(biodegradable). Sebagian besar plastik yang ada dibuat dari sumber daya
yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi. Untuk
mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, digunakan PHB yang
dihasilkan oleh bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus. Empat pen pembentuk
PHB dari bakteri tersebut telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman
tersebut dapat menghasilkan PHB. Penelitian tentang PHB dari tumbuhan
masih dalam tahap pengembangan sebelum diproduksi massal.
F. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF TANAMAN TRANSGENIK
1. Dampak Positif.
a. Dapat menghasilkan produk labih dari sumber yang labih sedikit .
9
b. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi llingkungan ekstrem
akan memperluas daerah pertanian mengurangi bahaya kelaparan.
c. Makanan dapat menjadi lezat dan menyehatkan .
2. Dampak Negatif
a. Dengan terjadinya transfer genetik didalam tubuh organisme
transgenik akan muncul bahan kimia baru yang berpotensi
menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan .Sebagai
contoh transfer gen tertentu dari ikan kedalam tomat ,yang tidak
pernah berlangsung secara alami,berpotensi menimbulkan risiko
toksisitas yang membahayakan kesehatan dan dikhawatirkan dapat
menintroduksi alergen.
b. potensi menimbulkan penyakit. Contoh dikembangkannya tanaman
transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida jagung Bt
,ternyata dapat menyebebkan kematian larva spesies kupu-kupu
raja (Danaus Plexsipuss) sehingga akan menimbulkan gangguan
keseimbangan ekosistem.
G. KONTROVESI TANAMAN TRANSGENIK
Hadirnya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi
masyarakat dunia karena sebagian masyarakat khawatir apabila tanaman
tersebut akan mengganggu keseimbangan lingkungan (ekologi),
membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian
global.
Kampanye penolakan jagung Bt di Kenya, Afrika.
10
Perkembangan tanaman transgenik dapat diterima dengan baik
oleh Amerika Serikat, Argentina, Cina, dan Kanada. Namun, banyak
negara Eropa yang menolak tanaman transgenik karena kekhawatiran
terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan
lingkungan.
a. Pengaruh pada kesehatan manusia
Sikap kontra terhadap produk tanaman transgenik
umumnya berasal dari organisasi non-pemerintah/LSM, seperti
Greenpeace dan Friends of the Earth Internasional. Dari segi
kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa
yang menimbulkan alergi) baru bagi manusia. Untuk menanggapi
hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu
tanaman transgenik diproduksi secara massal, akan melakukan
berbagai pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin
agar produk tanaman tersebut aman untuk dikonsumsi. Apabila
berpotensi menyebabkan alergi, maka tanaman transgenik tersebut
tidak akan dikembangkan lebih lanjut. Kekhawatiran lain yang
timbul di masyarakat adalah kemungkinan gen asing pada tanaman
transgenik dapat berpindah ke tubuh manusia apabila dikonsumsi.
Pendapat tersebut dinilai berlebihan oleh para ilmuwan karena
makanan yang berasal dari tanaman transgenik akan terurai
menjadi unsur-unsur yang dapat diserap tubuh sehingga tidak akan
ada gen aktif. Untuk memberikan kebebasan kepada masyarakat
dalam memilih produk transgenik atau produk alami, berbagai
negara, khususnya negara-negara Eropa, telah melakukan
pemberian label terhadap produk transgenik. Pelabelan tersebut
juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada konsumen
sebelum mengonsumsi hasil tanaman transgenik.
11
b. Pengaruh pada lingkungan (ekologis)
Peta penerimaan produk transgenik di dunia.
Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul
karena dianggap berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem.
Salah satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang
lebih kuat atau resisten) di lingkungan. Kekhawatiran ini terlihat
jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt yang memiliki racun Bt
untuk membunuh hama lepidoptera berupa ngengat dan kupu-kupu
tertentu.
Ada kemungkinan hama yang ingin dibunuh dapat
beradaptasi dengan tanaman tersebut dan menjadi hama yang lebih
tahan atau resisten terhadap racun Bt. Selain itu, kupu-kupu
Monarch, yang bukan merupakan hama jagung, ikut terkena
dampak berupa peningkatan kematian akibat memakan daun
tumbuhan perdu (Asclepias) yang terkena serbuk sari dari jagung
Bt. Penelitian mengenai kupu-kupu Monarch tersebut dapat
disanggah oleh studi lainnya yang menyatakan bahwa kupu-kupu
tersebut mati karena habitatnya dirusak dan hal ini tidak
berhubungan sama sekali dengan jagung Bt.
Di sisi lain,
penggunaan tanaman transgenik seperti jagung Bt telah
menurunkan penggunaan pestisida secara signifikan sehingga
mengurangi pencemaran kimia ke lingkungan. Selain itu, petani
juga merasakan dampak ekonomis dengan penghematan biaya
pembelian pestisida.
12
Kontroversi lain yang berkaitan dengan isu ekologi adalah
timbulnya perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman
transgenik ke tanaman lain di alam melalui penyerbukan (polinasi).
Serbuk sari dari tanaman transgenik dapat terbawa angin dan
hewan hingga menyerbuki tanaman lain.
Akibatnya, dapat
terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan
berpotensi merugikan lingkungan. Sebagai tindakan pencegahan,
beberapa tanaman yang disisipi gen untuk mempercepat
pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti: alfalfa (Medicago
sativa), kanola, bunga matahari, dan padi, disarankan untuk
dibudidayakan pada daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi
dengan daerah penghalang.
Hal itu dilakukan untuk menekan
perpindahan serbuk sari ke tanaman lain, terlebih gulma. Apabila
gulma memiliki gen tersebut maka pertumbuhannya akan semakin
tidak terkendali dan dengan cepat dapat merusak berbagai daerah
pertanian di sekitarnya. Hingga sekarang belum terdapat petunjuk
bahwa transfer horizontal ini telah menyebabkan munculnya
"gulma super", meskipun telah diketahui terjadi transfer horizontal.
c. Pengaruh etika dan agama
Demo menentang jagung transgenik di Perancis pada tahun 2004.
Dari segi etika, pihak yang kontra dengan tanaman
transgenik menganggap bahwa rekayasa atau manipulasi genetik
tanaman merupakan tindakan yang tidak menghormati penciptaan
Tuhan. Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing
13
juga dianggap sebagai tindakan "bermain sebagai Tuhan" karena
mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya. Pemikiran teologis
Katolik memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik
merupakan suatu kemungkinan yang disediakan oleh Tuhan karena
tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan
dimanfaatkan. Dalam sudut pandang agama tersebut, modifikasi
genetika tanaman tidak berlawanan dengan ajaran Gereja Katolik,
namun kelestarian alam juga harus diperhatikan karena merupakan
tanggung jawab manusia. Dalam menanggapi isu tentang tanaman
transgenik, Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi
Makanan Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan bahwa
makanan dari tanaman transgenik yang ada telah dikembangkan
bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam.
Untuk
tanaman yang disisipi gen dari binatang haram, produk tanaman
transgenik tersebut akan disebut Masbuh, yang berarti masih
diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya. Sertifikasi
makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui dan
diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama
Islam Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan
pemerintah Malaysia.
Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap
bahwa transfer gen dari suatu makhluk hidup ke makhluk lainnya
merupakan hal yang alamiah dan biasa terjadi di alam sejak
pertama kali berlangsungnya kehidupan. Mereka juga berargumen
bahwa persilangan berbagai jenis padi yang dilakukan untuk
mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dilakukan para petani
sejak dahulu. Perkawinan berbagai varietas padi tanpa disadari
telah mencampur gen-gen yang ada di tanaman tersebut. Para
ilmuwan hanya mempercepat proses transfer gen tersebut secara
sengaja dan sistematis.
14
d. Pengaruh terhadap ekonomi global
Riset dan pengembangan tanaman transgenik
membutuhkan biaya yang besar dan umumnya dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah di negara
maju. Untuk mengembalikan biaya investasi perusahaan dan
melindungi produk hasil investasinya, tanaman transgenik yang
telah diproduksi akan dipatenkan. Di dalam salah satu laporan
kerja Komisi Eropa, disebutkan bahwa pemberlakuan paten pada
produk transgenik dapat mengakibatkan petani kehilangan
kemampuan memproduksi benih secara mandiri dan harus
membeli pada produsen dari negara maju. Ketergantungan para
petani terhadap produsen juga semakin meningkat dengan
ditemukannya teknologi "gen bunuh diri". Sebagian tanaman
transgenik disisipi "gen bunuh diri" yang menyebabkan tanaman
hanya bisa ditanam satu kali dan biji keturunan selanjutnya
bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak). Hal ini akan
menyebabkan terjadinya arus modal dari negara berkembang ke
negara maju untuk pembelian bibit transgenik setiap kali akan
melakukan penanaman.
Para petani di negara-negara dunia
ketiga khawatir bila harga benih akan menjadi mahal karena
pemberlakuan paten dan mekanisme "gen bunuh diri" yang
dilakukan oleh produsen benih. Jika petani tersebut tidak mampu
membeli benih transgenik maka kesenjangan ekonomi antara
negara penghasil tanaman transgenik dan negara berkembang
sebagai konsumen akan semakin melebar. Salah satu usaha
mencegah terjadinya kesenjangan tersebut pernah dilakukan oleh
Yayasan Rockefeller. Yayasan yang berpusat di Amerika Serikat
tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga yang lebih
murah kepada negara-negara miskin.
Di beberapa negara bagian Brasil, pelarangan tanaman
transgenik telah mengakibatkan terjadinya penyelundupan benih
15
transgenik oleh para petani di negara tersebut.
Mereka takut
akan menderita kerugian ekonomi apabila tidak mampu bersaing
di pasar global dengan negara pengekspor serealia lainnya.
H. TANAMAN TRANSGENIK DI INDONESIA
Pertanian di Indonesia belum menghasilkan tanaman transgenik sendiri.
Pada tahun 1999, Indonesia pernah melakukan uji coba penanaman
kapas transgenik di Sulawesi Selatan. Uji coba itu dilakukan oleh PT
Monagro Kimia dengan memanfaatkan benih kapas transgenik Bt dari
Monsanto. Hal itu mendatangkan banyak protes dari berbagai LSM
sehingga pada bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas
10.000 ha gagal dibuka. Pada tahun yang sama, kampanye penerimaan
kapas transgenik diluncurkan dengan melibatkan petani kapas dan ahli
dalam dan luar negeri. Kasus tersebut berlangsung dengan pelik hingga
pada Desember 2003, pemerintah Indonesia menghentikan komersialisasi
kapas transgenik.
Suatu studi kelayakan finansial terhadap kapas
transgenik sempat dilakukan pada tahun 2001 di tiga kabupaten di
Sulawesi Selatan, yaitu Bulukumba, Bantaeng, dan Gowa. Hasil studi
tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik lebih
menguntungkan secara finansial dibandingkan kapas nontransgenik.
Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan
jagung transgenik pada tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melakukan
impor beras dan jagung. Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Besar
Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen),
16
Indonesia telah melakukan penelitian di bidang rekayasa genetika tanaman
yang seimbang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Namun, dalam hal komersialisasi produk transgenik tersebut, Indonesia
dinilai agak tertinggal.
Melalui BB-Biogen, berbagai riset tanaman
transgenik yang meliputi padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan
tomat, masih terus dilakukan oleh Indonesia. Pada tahun 2010, sebanyak
50% dari kedelai impor yang digunakan di Indonesia merupakan produk
transgenik yang di antaranya didatangkan dari Amerika Serikat. Hal ini
menyebabkan sebagian besar produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe,
dan susu kedelai telah terbuat dari tanaman transgenik.
I. DETEKSI TANAMAN TRANSGENIK
Gambar Strip dan dan Mesin reaksi berantai polimerase
Untuk mendeteksi dan membedakan tanaman transgenik dengan
tanaman alamiah lainnya, telah dikembangkan beberapa teknik dan
perangkat uji. Salah satu uji kualitatif yang cepat dan sederhana adalah
strip aliran-lateral (semacam tongkat ukur). Benih tanaman yang akan
diuji dihancurkan terlebih dahulu kemudian strip tersebut dicelupkan ke
dalamnya. Apabila dalam waktu 5-10 menit muncul dua garis pada strip
maka sampel tersebut positif merupakan tanaman transgenik, sedangkan
bila hanya satu pita yang didapat maka hasil yang diperoleh adalah negatif.
Teknik ini berdasarkan pada deteksi keberadaan protein atau antibodi
spesifik dari tanaman transgenik.
17
Uji lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi tanaman
transgenik adalah reaksi berantai polimerase (PCR) dan ELISA (enzyme-
linked immunosorbent assay). Uji PCR merupakan salah satu metode
diagnostik molekular yang mendeteksi DNA atau gen pada tanaman
transgenik secara langsung. Sementara itu, ELISA dan strip aliran-lateral
merupakan metode imunodiagnostik (metode diagnostik menggunakan
prinsip reaksi antigen-antibodi) yang mendeteksi protein hasil ekspresi gen
pada tanaman transgenik.