Laporan produksi tanaman industri lengkap

45
ACARA I PERSIAPAN PEMBUKAAN AREAL TANAMAN PERKEBUNAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persiapan lahan merupakan pekerjaan membuka lahan dan membersihkan dari vegetasi yang ada untuk diolah dan disiapkan untuk penanaman. Didalam pembukaan lahan areal yang dibuka berupa hutan primer, hutan sekunder. Oleh karena itu berdasarkan kriteria hutan yang ada dan intensitas pekerjaan yang harus dikerjakan maka dapat digolongkan hutan berat, hutan sedang, dan hutan ringan. (prasetyo, dkk, 2012) Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah diperlukan manusia untuk tempat tinggal dan hidup, melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah dalam kehidupan manusia, maka ketersediaannya juga jadi terbatas. Keadaan ini menyebabkan penggunaan tanah yang rangkap ( tumpang tindih ), misalnya tanah sawah yang digunakan untuk perkebunan tebu, kolam ikan atau penggembalaan ternak atau tanah hutan yang digunakan untuk perladangan atau pertanian tanah kering. (Hasnudi dan Eniza saleh, 2004) Pendayagunaan lahan atau tanah memerlukan pengelolaan yang tepat dan sejauh mungkin mencegah dan mengurangi kerusakan dan dapat menjamin kelestarian sumber daya alam tersebut untuk kepentingan generasi yang akan datang. Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah rehabilitasi, pengawetan, perencanaan dan pendayagunaan tanah yang optimum ( Soerianegara, 1977 ). 1.2.Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar tindakan/pekerjaan berikutnya mudah dilakukan karena lahan telah bersih dari rumput, semak dan belukar.

Transcript of Laporan produksi tanaman industri lengkap

Page 1: Laporan produksi tanaman industri lengkap

ACARA I

PERSIAPAN PEMBUKAAN AREAL

TANAMAN PERKEBUNAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persiapan lahan merupakan pekerjaan membuka lahan dan membersihkan dari vegetasi

yang ada untuk diolah dan disiapkan untuk penanaman. Didalam pembukaan lahan areal yang

dibuka berupa hutan primer, hutan sekunder. Oleh karena itu berdasarkan kriteria hutan yang ada

dan intensitas pekerjaan yang harus dikerjakan maka dapat digolongkan hutan berat, hutan sedang,

dan hutan ringan. (prasetyo, dkk, 2012)

Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan penting

dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah diperlukan manusia untuk tempat tinggal

dan hidup, melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan

sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah dalam kehidupan manusia, maka

ketersediaannya juga jadi terbatas. Keadaan ini menyebabkan penggunaan tanah yang rangkap (

tumpang tindih ), misalnya tanah sawah yang digunakan untuk perkebunan tebu, kolam ikan atau

penggembalaan ternak atau tanah hutan yang digunakan untuk perladangan atau pertanian tanah

kering. (Hasnudi dan Eniza saleh, 2004)

Pendayagunaan lahan atau tanah memerlukan pengelolaan yang tepat dan sejauh mungkin

mencegah dan mengurangi kerusakan dan dapat menjamin kelestarian sumber daya alam tersebut

untuk kepentingan generasi yang akan datang. Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang

perlu dikerjakan ialah rehabilitasi, pengawetan, perencanaan dan pendayagunaan tanah yang

optimum ( Soerianegara, 1977 ).

1.2.Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar tindakan/pekerjaan berikutnya mudah

dilakukan karena lahan telah bersih dari rumput, semak dan belukar.

Page 2: Laporan produksi tanaman industri lengkap

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Areal perkebunan dapat dibangun didaerah bekas hutan, daerah bekas alng-alang atau

bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki topografi berbeda-beda. Namun yang perlu

diperhatikan dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah (top

soil). Selain itu harus memperhatikan urutan-urutan pekarjaan, alat dan tehnik pelaksanaan.

Dalam pembukaan areal perkebunan ini dilakukan beberapa kegiatan yakni:

1. Survei areal Survei areal bertujuan untuk menentukan batas-batas areal yang akan dibuka sekaligus

menentukan rencana jaringan blak yang akan dibuat, sekaligus membuat peta dengan cara

menghubungkan titik satu dengan titik selanjutnya, baik untuk pengukuran batas areal maupun

pembuatan rencana blok.

2. Desain perkebunan Desain perkebunan bertujuan untuk menentukan tataruang dalam kebun yang terbagi

dalam afdeling. (Anonim, 2012). Apabila pengolahan tanah kering secara lestari telah dikuasai

masyarakat pedesaan, maka tidak akan ada kritis mata pencaharian yang menyebabkan tanah

menjadi kritis. Pengendalian teknologi pengolahan tanah kering secara lestari adalah sederhana,

tidak memerlukan peralatan serba modern (canggih) dan pendidikan tinggi. Azas pengelolaan

lahan kering adalah menciptakan lingkungan perakaran yang dalam, mempertahankan

kemampuan tanah menyimpan air dan mengedarkan udara, tindakan terakhir adalah memperkaya

tanah dengan zat hara tersedia untuk akar. (Hasnudi dan Eniza saleh, 2004)

Untuk pelaksanaan pembukaan lahan dapat dilakukan sebagai berikut:

Pembagian hutan berdasarkan geografis terdiri dari; hutan payo, hutan rawa, hutan

pematang, dan hutan dataran dan pegunungan.

Pembagian hutan berdasarkan vegetasi terdiri dari; hutan primer yaitu terdapat pohon

dengan diameter >30cm dengan kerapatan 25-100 pohon/ha dan diameter < 30 cm dengan

kerapatan 2500 pohon/ha. Dan hutan sekunder yaitu kerapatan [ohon <2500 pohon/ha

dengan diameter 30 cm.

Pembagian hutan berdasarkan intensitas cahaya terdiri dari; hutan berat yaitu hutan primer

dimana jenis kayu keras masih utuh atau sebagian kecil yang telah diambil. Hutan sedang,

yaitu hutan primer yang telah diambil kayu-kayuan terutama yang berdiameter >30 cm,

dan hutan ringan yaitu vegetasi yang ada semak belukar serta sisa-sisa kayu dan alang-

alang dan umumnya merupakan hutan bekas perladangan.

Pembukaan lahan untuk perkebunan dibagi kedalam dua tempat yaitu, pembukaan untuk

hutan dan pembukaan untuk alang-alang yang akan diuraikan sebagai berikut:

Page 3: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Pembukaan hutan

Pembukaan hutan untuk perkebunan dapat dibagi menjadi 3 cara yaitu sistem mekanik,

manual, dan khemis yang semuanya memiliki kekurangan dan kelebihan.

Pembukaan alang-alang

Pembukaan alang-alang untuk dijadikan sebagai lahan perkebunan akan lebih mudah

diolah dari pada lahan hutan, namun cara pengerjaannya juga sama dengan areal hutan yaitu secara

manual. Mekanik dan khemis.

Dalam pembukaan lahan untuk perkebunan perlu dilakukan pencegahan erosi terlebih pada

lahan/areal yang miring (berombak, bergelombang atu berbukit), maka usaha-usaha dalam

mencegah erosi/kerusakan lahan yaitu:

a. Penanaman secara kontur/garis tinggi

b. Pembuatan teras yaitu dapat dengan teras individu dan teras kolektif.

c. Penanaman tanaman penutup tanah, sangat penting untuk pencegahan erosi.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan ini meliputi : semprotan punggung, ember,

gelas ukur, tali raffia, herbisida (Round Up, Clean Up, Sun Up,Sida Up).

3.2 Cara Kerja

1. Membuat batas lahan dengan menggunakan talia raffia untuk menentukan areal yang

kan ditebas atau disemprot. Pekerjaan penebasan semak belukar dilakukan 2 minggu

sebelum penyemprotan. Adapun luas lahan yang digunakan untuk setiap kelompok adalah

15 m x 15 m.

2. Membuat larutan herbisida yang sesuai dengan dosis anjuran yang tertera pada wadah yang

ada.

Page 4: Laporan produksi tanaman industri lengkap

3. Adapun tahapan pembuatan larutan herbisida yaitu sebagi berikut yang pertama

memasukan cairan herbisida sesuai takaran ke dalam alat semprot punggung selanjutnya

memasukan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga larutan merata.

4. Menyemprotkan larutan herbisida tersebut dengan menggunakan nozel

setinggi permukaan semak/belukar.

5. Menyemprotkan larutan herbisida tersebut secara merata kesemua bagian tanaman semak

atau belukar yang da pada arealyang telah ditentukan. Arah penyemprotan tidakboleh

berlawanandengan arah angin.

6. Mengusahakan agar tekanan pompa tidakberlebihan.

7. Menjaga Jarak atau lebar semburan antara satu penyemprot dengan penyemprot lainnya

agar dijga tidak yang tertinggal.

8. Memberi tanda pada saat pengisisan ulang tangki sprayer, untuk mencegah agar ilalang

tidak tersemprot atau tersemprot ulang.

9. Melakukan pengulangan penyemprotan apabila turun hujan kurang dari 6 jam setelah

penyemprotan.

10. Melakukan penyemprotan kedua setelah 14-21 hari setelah penyemprotan pertama untuk

lebih memastikan agar gulma benar-benar mati.

11. Membiarkan hasil penyemprotan sekitar waktu 1-2 minggu untuk dapat mengerjakan

kegiatan berikutnnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Jenis Gulma Pengamatan

Gulma berdaun lebar 2 hari sebelum penyemprotan baru

tampak gulma menguning.

Alang-alang 1 minggu setelah penyemprotan

baru terlihat efek dari

penyemprotan

Page 5: Laporan produksi tanaman industri lengkap

4.2 Pembahasan

Pembukaan lahan merupakan hal yang sangat penting dalam memulai budidaya semua

jenis komoditi daripada pertanian tidak terkecuali pada tanaman pangan, hortikultura dan tahunan

(perkebunan) semuanya harus dilakukan pengolahan lahan. Namun diantara ketiga golongan

tanaman tersebut mungkin berbeda dalam hal pengolahannya misalnya tanaman perkebunan tidak

memerlukan pengolahan secara sempurna, cukup dilakukan pengolahan secara minimum bahkan

tanpa olah tanah, atau pengolahan cukup dilakukan pada lobang tanaman saja.

Dalam pembukaan lahan pada praktikum ini yaitu pembukaan lahan untuk karet dan kopi

kami terlebih dahulu menentukan luas lahan yang akan digunakan setelah itu kami melakukan

penebasan pada kayu dan semak-semak sedangkan untuk kayu-kayu yang besar tidak seluruhnya

kami tebang, berhubung karena sebagian kayu dapat dipergunakan untuk membuat naungan

tanaman, terlebih untuk tanaman kopi yang memang memerlukan naungan dalam

pertumbuhannya, dan semua semak-semak dan hasil potongan kayu yang lainnya kami kumpulkan

di sisi dari petakan lahan kami, dalam praktikum ini kami tidak melakukan pembakaran lahan,

karena pembakaran tanah tidak baik dilakukan yaitu dapat membunuh organisme lainnya dan

dapat menimbulkan kerusakan pada tanah.

Satu minggu setelah penebasan kami melakukan penyemprotan dengan menggunakan

herbisida Roun up dengan takaran 4-5 l/1000 l air, dengan bahan aktif glifosat. Herbisida ini

dalam bentuk cair yang bersifat sistemik yaitu herbisida yang cara kerjanya, sebelum bereaksi akan

masuk kedalam jaringan tumbuhan terlebih dahulu. Tujuan penyemprotan satu minggu setelah

penebasan adalah tunas baru daru gulma sudah mulai tumbuh.

Pada saat telah dilakukan penyemprotan gulma belum memberikan reaksi masih dalam

keadaan semula, hal ini disebabkan oleh herbisida tersebut belum masuk kedalam jaringan

tumbuhan tersebut, reaksi/ efek dari penyemprotan tersebut baru mulai terlihat pada 2 hari setelah

penyemprotan pada gulma berdaun lebar dan 1 minggu pada gulma alang-alang. Perbedaan

lamanya efek/ reaksi yang diberikan gulma terhadap penyemprotan dipengaruhi oleh

luasnya/panjangnya jaringan dari gulma tersebut. Pada gulma berdaun lebar pada umumnya sistem

perakarannya adalah dangkal sehingga herbisida akan lebih cepat menjangkau seluruh jaringan

dari pada gulma tersebut, sedangkan pada gulma alang-alang memiliki sistem perakaran yang

cukup dalam, ditambah dengan rhizoma dari gulma yang dapat menyebar dengan luas, sehingga

bahan aktif dari herbisisda akan lebih lama untuk masuk kedalam jaringan gulma tersebut.

Page 6: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Pada saat masuk kedalam jaringan tumbuhan bahan aktif tidak langsung membunuh

jaringan tanaman tersebut, karena jika langsung membunuh jaringan tanaman yang dilaluinya

maka bahan aktif herbisisda tersebut tidak bisa masuk kejaringan yang labih dalam lagi, oleh

karena itu herbisida ini akan berreaksi setelah berada pada jaringan tanaman, dan reaksi yang

ditunjukkan akan sama pada bagian atas tumbuhan dan bagian bawah tumbuhan akan sama, karena

seluruh jaringan telah dimasuki oleh bahan aktif herbisisda tersebut.

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dan pembahasan diatas maka dapat kami simpulkan:

Dalam pengolahan lahan kita perlu memperhatikan kemiringan dari lahan yang akan kita

gunakan karena dapat mempengaruhi besar kecilnya erosi yang akan terjadi.

Pada pembukaan lahan untuk tanaman perkebunan biasanya pengolahan lahan tanah cukup

dilakukan pada lobang tanam saja.

Herbisida Roun up memiliki bahan aktif glifosat yang merupakan herbisida sistemik yang

terlebih dahulu akan masuk kedalm jaringan tanaman baru berreaksi.

Lama dan cepatnya reaksi akan ditentukan oleh panjangnya jaringan tumbuhan tersebut

dan kandungan zat yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan. 2008. Budidaya tanaman coklat. http://groups.yahoo.com/group/agromania/. Download 21

Juni 2008.

Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Produksi Tanaman Industri. Laboratorium Agronomi

UNIB, Bengkulu.

Page 7: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB,

Bengkulu.

ACARA II

TEKNIK PEMBUATAN PENGAJIRAN TANAMAN PERKEBUNAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal

yang akan diusahakan/ditanami dengan tanaman perkebunaan. Dengan adanya pengajiran maka

akan diperoleh barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miring dan atau barisan

kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit. Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan

teknik berdasarkan jarak tanam tertentu.

Pengajiran dilakukan setelah pembukaan tanah selesai. Setelah ditentukan kerapatan

tanaman untuk satu hektar dan ditentukan jarak tanamnya, pengajiran kemudian dilaksanakan.

Pengajiran sebaiknya dimuali ditengah-tengah dan bagian kebun yang tertinggi, sehingga

bila ada kesalahan atau kurang tepatnya dalam pengukuran dihilangkan di tepi dan batas-batas

kebun, sungai dan jalan, dan dalam perngajiran diperlukan suatu tim yang kompak, dan jumlahnya

tidak melebihi 5 orangt setiap timnya.

1.2 Tujuan

Tujuan paraktikum ini adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/ teratur letaknya

dari berbagai sudutbaik pada lahan datar maupun agak miring.

BAB II

Page 8: Laporan produksi tanaman industri lengkap

TINJAUAN PUSTAKA

Areal perkebunan dapat dibangun didaerah bekas hutan, daerah bekas alng-alang atau

bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki topografi berbeda-beda. Namun yang perlu

diperhatikan dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah (top

soil). Selain itu harus memperhatikan urutan-urutan pekarjaan, alat dan tehnik pelaksanaan.

Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal

yang akan diusahakan/ditanami dengan tanaman perkebunaan. Dengan adanya pengajiran maka

akan diperoleh barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miring dan atau barisan

kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit. Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan

teknik berdasarkan jarak tanam tertentu.

Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan

tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan.

Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Susunan

penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga sama sisi. Pengajiran

perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam pengajiran ajir induk tidak boleh

dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan

kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir induk sangat

penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai dibuat.

Pengajiran sebaiknya dimulai ditengah-tengah dan dibagian kebun yang tertinggi, sehingga

bila ada kesalahan atau kurang tepat dalam pengukuran dihilangkan di tepi batas-batas kebun,

sungai dan jalan. Tujuan dari pengajiran adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/teratur

letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun lahan agak miring. Pengajiran

dilakukan setelah pembukaan lahan selesai, dan setelah ditentukan jarak tanamnya. Pengajiran

kemudian dilaksanakan. Barisan-barisan karet yang akan terbentuk ada dua macam yaitu:

Barisan lurus, yaitu pada lahan-lahan datar atau agak miring.

Barisan kontur, yaitu pada lahan yang bergelombang atau berbukit. (Prasetyo dkk, 1997)

BAB III

METODOLOGI

3.1.Bahan dan Alat

Page 9: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktilkum ini antaralain meteran, kompas, teropong

BTM/theodolit, tali rapis, tali pancang, tongkat ajir induk, tongkat ajir biasa dan cat warna merah.

3.2.Cara Kerja

Cara pengajiran untuk tanaman perkebunan kopi dengan menggunkanan system jarak

tanam pagar dengan jarak 7m x 2,5 m.

1.Pembuatan ajir induk (dengan menggunakan BTM/ theodolit)

Menentukan arah barat-timur dan utara –selatan dan keduanya tegak lurus berpotongan.

Menentukan titik A untuk awal mulai pekerjaan, selanjutnya diukur AC=CD=35M pada

arah BT, dan AG = GH=21M menurut arah US.

Membuat garis a dan b tegak lurus pada BT di C dan D demikian pula p dan q tegak lurus

pada US Di G dan H.

Garis a memotong p dan q di F dan I, sedangkan b di E dan J.

Secara sama-sama dibuat petak –petak seperti ACFG, CDEF, GHIF, dan IFEJ bagi seluruh

areal yang ditangani.

Pada titik A, C, D, E, F, G, H, I, dan J diberi ajir yang dise3but dengan sjir induk.

2. Pembuatan petak sesuai dengan jarak tanam, contoh ACFG

menurut arah GF diukur jarak 7m dengan titik F1, F2, F3, F4, demikian juga AC dengan titik A1,

A2, A3, A4.

Mengukur jarak 3 m menurut arah CF dengan titik C1, C2, C3, C4 dst. Demikian juga AG dengan

titik G1, G2, G3, G4 dst.

Menghubungkan titik-titik A1 dan F1, A2 dan F2, A3 dan F3, A4 dan F4 dengan menggunakan

tali rapia.

Menghubungkan dengan tali titik-titikG1 dan C1, talinya ini akan memotong tali A1F1, A2F2,

A3F3, A4F4 dan pada titik potongan ini ditancapkan sebuah ajir.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 10: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Dari hasil praktikum diketahui bahwa dalam areal perkebunan yang akan ditanami tanaman

perkebunan maka perlu dilakukan pengajiran. Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam

pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan atau ditanami dengan tanaman

perkebunaan. Dengan adanya pengajiran maka akan diperoleh barisan tanaman lurus pada lahan-

lahan datar atau agak miring dan atau barisan kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit.

Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan teknik berdasarkan jarak tanam tertentu.

Pengajiran (lining) dilakukan setelah selesai pembukaan lahan, sesuai jarak tanaman yang

telah ditentukan. Tujuan dari praktikum ini dilakukan adalah untuk memperoleh barisan tanaman

yang teratur, lurus dari berbagai sudut baik pada lahan datar atau miring. Bentuk pengajiran yang

ada seperti segi empat, empat persegi panjang, ssegi tiga sama sisi dan pagar tetapi yang dilakukan

pada praktikum adalah bentuk segi empat.

Pengajiran yang dilakukan pada praktikum ini adalah pada lahan miring, tetapi dibuat teras-

teras. Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan

tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan.

Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Susunan

penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga sama sisi.

Pengajiran perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam pengajiran ajir

induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir

induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir

induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai dibuat.Pengajiran

sebaiknya dimulai ditengah-tengah dan dibagian kebun yang tertinggi, sehingga bila ada kesalahan

atau kurang tepat dalam pengukuran dihilangkan di tepi batas-batas kebun, sungai dan jalan.

Tujuan dari pengajiran adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/teratur letaknya dari

berbagai sudut baik pada lahan datar maupun lahan agak miring.

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengajiran

perlu dilakukan untuk areal tanaman perkebunan. Pengajiran bertujuan untuk memperoleh

pertanaman yang lurus/teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun lahan

Page 11: Laporan produksi tanaman industri lengkap

agak miring, dan pengajiran sebaiknya dimulai pada bagian tengah sehingga jika terjadi kesalahan

akan merata dan mudah untuk mencari bagian mana yang salah.

DAFTAR PUSTAKA

Danarti. 2007. Budidaya kopi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hasan. 2008. Budidaya tanaman coklat. http://groups.yahoo.com/group/agromania/. Download 21

Juni 2008.

Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Produksi Tanaman Industri. Laboratorium Agronomi

UNIB, Bengkulu.

Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB,

Bengkulu.

ACARA III

PEMBUATAN LUBANG TANAM DAN PERSIAPAN TANAM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lubang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman

atau budidaya tanaman perkebunan yang baik. Hal sama-sama bias dimengerti sebab tanaman

tahunan biasanya memiliki perakaran yang sukup dalam dan cukup luas.

Pembuatan lubang tanam dapat dipandang salah satu bentuk pengelolaan tanah dalam skala

kecil. Lubang tanam sebaiknya dibuat 2-6 bulan sebelum saat tanam tiba. Selama menunggu saat

Page 12: Laporan produksi tanaman industri lengkap

tanam, tanah galian akan mengalami sifat-sifat fisik dan kimia tanah, sebagai hasil adanya

pengaruh iklim. Dalam pembuatan lobang tanam hendaknya mempunyai ukuran yang optimal

yang disesuaikan dengan sifat tanah dan jenis bibrt yang akan diatanam. Pada lahan yang gtembur

dan subur ukuran lobang tanam digunakan 60 x 60 x 60 cm, sedangkan lahan yang berat dan atau

lahan kurang subur lubang tanam dapat digunakan 80 x 80 x 100 cm atau 100 x 100 x 100 cm.

lubang tanam dibuat sedemikian rupa sehingga latak ajir tepat di tengah –tengah lubang tanam.

Sewaktu menggali lubang ada yang berpendapat bahwa tanah galian bagian bawah dan bagian atas

dipisahkan dan ada juga yang berpendapat tanah galian tersebut tidak perlu dipisahkan.

Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman

pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta menjaga konservasi lahan, karena

pembuatan lubang tanam biasanya disesuiakan dengan kontur lahan dan jarak tanam (Anonim,

2012).

1.2. Tujuan Praktikum

Untuk memberikan pengertian secara langsung pada praktikan dilapangan sehingga

mampu mengindentifikasi dan memecahkan masalah dan menerapkan secara praktis dan benar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bentuk dan ukuran lobang tanam perlu diketahui oleh setiap petani.dalam usaha tani,

lubang tanam termasuk bagian yang menentukan hidup/tidaknya bibit setelah tanam. Pembuatan

lubang tanam yang dilakukan secara sembarangan akan memperbesar resiko kematian bibit,

karena tanaman perkebunan termasuk tanaman yang sensitive dan peka terhadap perlakuan

ceroboh. Lubang tanam untuk bibit asal perkembangbiakan vegetatif (stek) memiliki ukuran

yang berbeda dengan lubang tanam untuk bibit yang berasal dari perkembangbiakan generatif

(biji) (Sarpian, 2003).

Pembuatan lobang tanam dapat dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Pembuatan

lobang tanam lebih dari satu minggu akan memungkin tertimbunnya kembali sebagian lubang

tanam yang sudah digali dengan tanah yang berada disekitar galian lubang itu sendiri. Hal ini

dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibit, karena tenaga kerja harus

mengulang kembali penggalian lubang yang tertimbun. Begitu juga sebaliknya, penggalian

lubang tanam yang terlalu cepat atau kurang dari satu minggu juga tidak dianjurkan karena

semakin kecil persiapan untuk mengontrol kebenaran ukuran dan posisi lubang. Pembuatan

lubang tanam berbeda untuk tanah mineral dengan tanah gambut (Fauzi dkk., 1997).

Page 13: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Lubang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman

atau budidaya tanaman perkebunan yang baik. Hal sama-sama bias dimengerti sebab tanaman

tahunan biasanya memiliki perakaran yang sukup dalam dan cukup luas.

Pembuatan lubang tanam pada tanah mineral digali secara manual dengan menggunakan

cangkul, dimana anak pancang digunakan sebagai titik tengah dari lubang tersebut. Pembuatan

lubang tanam pada tanh mineral, baik diareal datar pada teras individu maupun pada teras

bersambung, hanya dibuat satu lubang tanam (tunggal). Tanah galian lubang bagian atas (top soil)

diletakan disebelah anak pancang tanaman, sedangkan tanah galian lubang bagian bawah (sub soil)

diletakan disebelah kiri anak pancang. Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh,

berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta

menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuiakan dengan kontur

lahan dan jarak tanam.

BAB III

METODOLOGI

3.1. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan yaitu : cangkul, gancu, sekop, meteran, timbangan. Sedangkan bahannya

adalah pupuk kandang.

3.2. Cara kerja/ pelaksanaan praktikum

1. Survey lokasi, dalam hal ini mengamati keadaan lahan yang ada contohnya:

Vegetasi tanaman yang ada pada lahan tersebut?

Bentuk kontur bagai mana?

2. Menentukan tempat- tempat lahan yang akan dibuat lobang tanam dan sesuai jarak tanamnya.

3. Membersihkan lahan dan sekitarnya yang akan dibuat lobang tanam.

4. Menentukan ukuran lobang tanam 40 cm x 40 cm x 40 cm.

5. Memisahkan hasil galian antara lapisan tanah atas dan lapisan tanah bawah, dimana tanah lapisan

atas diletakkan disebelah bkanan lobang dan disebelah kiri tanah lapisan bawah.

6. Membiarkan lobang tanam kena cahaya matahari

7. Mencampur lapisan tanah lapisan bawah dengan pupuk kandang sebanyak 10 kg dan lapisan top

soil dengan pupuk kandang 5 kg diaduk sampai merata.

8. Kemudian campuran pupuk kandang dan tanah top soil dimasukkan kebagian bawah lubang dan

tanah sup soil diatas dan dibiarka 2 minggu

Page 14: Laporan produksi tanaman industri lengkap

9. Setelah 2 minggu lobang tanam digali lagi sebesar tanaman, kemudian masukkan bahan tanam

kopi kemudian ditutup kembali dengan tanah sambil ditekan agar posisi kopi kuat. Setelah selesai

penanaman dilakukan penyiraman dengan air secukupnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan ini dilakukan Lahan percobaan Laboratorium Agronomi UNIB, Dari hasil

percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa pembuatan lobang tanam merupakan salah satu

syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman perkebunan yang

baik. Hal disebabkan tanaman tahunan biasanya memiliki perakaran yang cukup dalam dan cukup

luas. Pembuatan lobang tanam dalam percobaan ini dilakukan dua minggu sebelum penanaman.

Pembuatan lobang tanam lebih dari dua minggu akan memungkin tertimbunnya kembali sebagian

lubang tanam yang sudah digali dengan tanah yang berada disekitar galian lubang itu sendiri. Hal

ini dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibit, karena tenaga kerja harus

mengulang kembali penggalian lubang yang tertimbun.

Bentuk dan ukuran lobang tanam perlu diketahui oleh setiap petani.dalam usaha tani,

lubang tanam termasuk bagian yang menentukan hidup/tidaknya bibit setelah tanam. Pembuatan

lubang tanam yang dilakukan secara sembarangan akan memperbesar resiko kematian bibit,

karena tanaman perkebunan termasuk tanaman yang sensitive dan peka terhadap perlakuan

ceroboh. Lubang tanam untuk bibit asal perkembangbiakan vegetatif (stek) memiliki ukuran yang

berbeda dengan lubang tanam untuk bibit yang berasal dari perkembangbiakan generatif (biji) .

Pada percobaan ini tanah galian lubang bagian atas (top soil) sekitar 20 cm dari permukaan tanah

dipisahkan dengan tanah galian lubang bagian bawah (sub soil). Hal ini disebabkan karena tanah

bagian atas atau top soil lebih subur dibanding dengan tanah bagian bawah (sub soil).

Pembuatan lubang tanam juga merupakan salah satu bentuk pengelolaan tanah dalam skala kecil.

Pembuatan lubang tanam sebelum penanaman tanah galian akan mengalami sifat-sifat fisik dan

kimia tanah, sebagai hasil adanya pengaruh iklim manfaat lain dari pembuatan lubang tanam ini

adalah bagian lubang tersebut akan terhindar dari organisme pengganggu karena dampak dari sinar

matahari.

Dalam pembuatan lobang tanam hendaknya mempunyai ukuran yang optimal yang disesuaikan

dengan sifat tanah dan jenis bibrt yang akan diatanam. Pada praktikum yang telah dilaksanakan

ukuran lobang tanam yang dibuat adalah 40 cm x 40 cm x 40 cm, dengan kondisi areal agak curam

tetapi sebelumnya telah dibuat teras-teras.

Page 15: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Persiapan tanam yang dilakukan dimana pupuk kandang dan tanah sub soil dicampurkan,

kemudian dimasukkan kebagian bawah lubang dan tanah top soil diatas dan dibiarkan dua minggu.

Penanaman dilakukan dua minggu lobang setelah pembuatn lobang, lobang tanam digali lagi

sebesar perakaran tanaman kemudian memasukkan bahan tanam kopi kemudian ditutup kembali

dengan tanah sambil ditekan agar posisi kopi kuat. Setelah selesai penanaman dilakukan

penyiraman dengan air secukupnya. Tipe kopi yang ditanam adalah genotip K4. Pertumbuhan kopi

pada pegamatan ke tiga hanya mengalami pertumbuhan sedikit, hal ini disebabkan karena pada

saat tersebut terjadi musim kemarau. Hal ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.

Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman

pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta menjaga konservasi lahan, karena

pembuatan lubang tanam biasanya disesuaikan dengan kontur lahan dan jarak tanam.

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembuatan

lobang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau

budidaya tanaman perkebunan yang baik. Tanah top soil dipisahkan dengan tanah sub soil, karena

tanah top soil lebih subur dibanding dengan tanah sub soil. Lubang tanam selain memberikan

manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan

tanaman serta menjaga konservasi lahan.

DAFTAR PUSTAKA

Danarti. 2012. Budidaya kopi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Fauzi dkk., 1997. Pengolahan lahan perkebunan. http://docs.yahoo.com/info/terms/. Download 21 Juni

2008.

Sarpian, 2003. Budidaya tanaman tahunan. http://[email protected]. Download 21 Juni 2008.

Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi

UNIB, Bengkulu.

Page 16: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB,

Bengkulu.

ACARA VIII

PENGARUH MEDIA EKSTRAKSI TERHADAP PERKECAMBAHAN

KAKAO (Theobroa cacao)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk

perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga

dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal

dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman

kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar. Oleh

karena itu dalam budidayanya, tanaman kakao memerlukan naungan. Sebagai daerah tropis,

Indonesia yang terletak antara 6 LU – 11 LS merupakan daerah yang sesuai untuk tanaman kakao.

Namun setiap jenis tanaman mempunyai kesesuian lahan dengan kondisi tanah dan iklim tertentu,

sehingga tidak semua tempat sesuai untuk tanaman kakao, dan untuk pengembangan tanaman

kakao hendaknya tetap mempertimbangkan kesesuaian lahannya. Sebagai tananam yang dalam

budidayanya memerlukan naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum

penanaman kakao tetap diperlukan persiapan naungan. Tanpa persiapan naungan yang baik,

pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh karena itu persiapan

lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai ekonomis sebagai penaung

merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao.

Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman dengan

mengawinkan dua individu tanaman atau bagian dari individu yang terpisah sehingga

menghasilkan individu baru yang memiliki campuran sifat kedua tanaman induknya. Perbanyakan

generatif biasa dilakukan dengan spora atau benih.

Page 17: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Keuntungan yang diperoleh dari perbanyakan generatif adalah sebagai berikut:

1. Merupakan cara perbanyakan tanaman paling mudah, murah, serta tidak memerlukan tenaga ahli.

2. Biasanya menghasilkan tanaman yang lebih sehat, produktif dan daya hidupnya lebih lama.

3. Memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan lewat persilangan baru.

4. Benihnya mudah disimpan dan dikirim ketempat lain.

5. Menghasilkan tanaman yang berakar tunggang dalam sehingga tahan terhadap bahaya kekeringan,

kebanjiran, dan tahan rebah.

Adanya keuntungan-keuntungan tersebut diatas maka beberapa jenis komoditi sesuai

maksud dan tujuannya, perbanyakan tanaman secara generatif ini masih tetap dipertahankan.

Sekalipun demikian keberhasilan perbanyakan generatif sangatlah dipengaruhi oleh mutu/ kualitas

benih.

1.2 Tujuan

Untuk mempelajari pengaruh media ekstraksi terhadap perkecambahan benih coklat.

1.3 Manfaat yang diharapkan

Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara

mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp

pada benih coklat dan ekstraksi yang tepat untuk benih coklat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika

faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon

alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan

lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah. (Abror Yudi

Prabowo, 2012)

Page 18: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Kondisi agroklimat, seperti ketinggian tempat, curah hujan, kondisi tanah, sifat kimia

tanah, ketersediaan unsur hara tanah, dan toksitas sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu

tanaman. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) dan Pusat Penelitian Kopi &

Kakao Jember, tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman kakao digolongkan menjadi sesuai (S1),

cukup sesuai (S2), agak sesuai (S3) dan tidak sesuai (N). Dengan demikian dapat diketahui tingkat

kesesuaian penanaman kakao di suatu wilayah. Penilian tersebut didasarkan atas kondisi

agroklimat, sifat fisik dan kimia tanah. Bibit cokelat bisa diperoleh dengan cara generatif, yaitu

dari hasil penyemaian biji atau dari hasil perbanyakan vegetatif (setek dan okulasi). Bibit cokelat

yang baik untuk ditanam di lapangan adalah yang berumur 4 – 5 bulan, tinggi 50 – 60 cm, berdaun

20 – 45 helai dengan sedikitnya 4 helai daun tua, diameter batang 8 mm, dan sehat. Banyaknya

bibit cokelat yang dibutuhkan adalah tergantung kepada jarak tanam yang akan digunakan.

Pemilihan jarak tanam yang optimum bergantung kepada besarnya pohon, jenis tanah, dan iklim

areal yang hendak ditanami. (Anonim, 2012)

Ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas benih yaitu:

a. Kemurnian benih

Benih yang murni (tidak tercampur dengan varietas lain) dan homogen (tidak tercampur

dengan kotoran) akan dapat memberikan kepastian jenis tanaman untuk yang dihasilkan dari benih

tersebut. Oleh karena itu secara umum benih dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Benih murni yaitu benih dari suatu varietas atau klon atau galur tertentu dan tidak tercampur

dengan benih/ varietas/ galur yang lain yang dimana tidak diketahui jenis dan sifatnmya.

2. Benih homogen yaitu benih yang secara fisik – mekanik tidak tercampur dengan bahan-bahan

yang tidak merusak, misalnya batu kerikil, biutir-butir tanah, biji-biji hampa atau rusak, dan biji-

biji gulma.

b. Daya kecambah dan kecepatan kecambah.

Daya kecambah atau tenaga tumbuh adalah daya untuk berkecambah yang dinyatakan

dalam persen(%). Dan ini menyatakan viabilitas dari penelitian tersebut. Waktu yang diperlukan

untuk berkecambah ini ternyata berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman benih kopi akan

berkecambah setelah 4-6 minggu berada dipersemaian (yahmadi, 1980), sedangkan benih coklat

dalam waktu 5-6 hari sudah berkecambah (situmorang, 1980).

Kecepatan berkecambah adalah banyaknya biji yang berkecambah dalam jangka waktu

yang lebih pendek daripada daya kecambah, yang dinyatakan dalam persen. Jadi pada dasranya

Page 19: Laporan produksi tanaman industri lengkap

kecepatan berkecambah ini menyatakan berapa persen biji yang dapat berkecambah dengan cepat

dan ini menyatakan vigor dari benih tersebut. Untuk benih kopi biasanya kecepatan berkecambah

dinyatakan dalam waktu 10-15 hari, sedangkan coklat antara 2-3 hari.

c. Kandungan air

Kandungan air yang terlalu banyak akan mengakibatkan benih menjadi cepat mati karena

kekurangan oksigen atau o2, bercendawan atau rusak karena serangan hama terutama jika rusak

lembaganya. Sebaliknya jika benih kekurangan air maka ia akan sulit untuk berkecambah. Pada

dasarnya air diperlukan untuk melunakkan kulit biji, dengan lunaknya kulit biji maka air akan

berpenetrasi kedalam biji dan selanjutnya merangsang metabolisme senyawa-senyawa organic.

Oleh karena itu kadar air biji yang cukup tinggi justru akan memacu metabolisme biji sehingga

biji tersebut akan menjadi tidak tahan disimpan. Oleh karena itu pulalah kadar air biji sangat

menentukan kualitas benih suatu tanaman.

Sehubungan dengan adanya beberapa factor tersebut diatas perlu diupayakan adanya

perlakuan-perlakuan tertentu sebelum biji/ benh dikecambahkan. Sehingga akan diperoleh benih

dengan daya kecambah yang cukup tinggi dan berkualitas baik pula.

Biji/ benih kopi dan coklat dibungkusi oleh daging biji atau leandir (pulp) yang disenangi oleh

semut atau serangga. Untuk menjaga mutu benih maka sebelum dikecambahkan hendaknya pulp

ini dihilangkan lebih dahulu dengan cara diaduk menggunakan media abu, diremas-remas

dengan bantuan kain atau lap, kemudian dicuci dengan air. Yang penting adalah harus dijaga

agar kulit tanduk biji tidak rusak karena perlakuan tersebut. Setelah digosok dengan abu, biji

tersebut kemudian dicuci dengan air sampai bersih. Biji/benih coklat tidak mempunyai masa

dorman, maka haru langsung dikecambahkan (situmorang, 1980).

Lambatnya penurunan daya kecambah (viabilitas) benih di dalam buah sering dihubungkan

dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih(raharjo, 1981). Hal yang sama juga

dikemukan oleh chin (1980), bahwa lambatnya penurunnya daya kecambah benih coklat selama

masih dalam buah disebabkan oleh derajat keasaman dan kandungan gula yang tinggi pada pulp.

Sehingga secara osmotic mengahalangi perkecambahan benih. Oleh sebab itu dalam

mengecambahkan benih perlu dilakukan ekstraksi untuk mempercepat perkecambahan. Adapun

media ekstraksi yang digunakan dapat berupa serbuk gergaji, abu dapur, sekam dan lan-lain.

(Prasetyo dkk, 2012)

Perkecambahan dilakukan dalam bedengan yang berukuran lebar 0.8 – 1 meter dan

panjangnya menurut kebutuhan. Dibuat pada tanah gembur yang diatasnya dilapisi pasir setinggi

15 cm. Bedengan diberi atap setinggi ± 1,5 meter di sebelah Timur dan ± 1.2 meter di sebelah

Page 20: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Barat. Cara meletakkan biji dengan radicle(tempat keluarnya akar) di sebelah bawah karena biji

kakao bersifat epigeal Biji disusun dengan jarak antar alur ± 3 cm dan antar biji ± 1 cm. Penyiraman

dilakukan pagi dan sore. Pemindahan kecambah ke dalam keranjang pembibitan Saat

memindahkan ke keranjang / polybag dilakukan bila keping biji mulai tersembul ke atas (biji mulai

berkecambah setelah 4-5 hr dikecambahkan dan diharapkan pada hari ke 12 semua biji sudah

berkecambah ).

Pemindahan jangan terlambat karena menyebabkan terputusnya akar tunggang. Ukuran

keranjang / polybag diameter 15 – 20 cm dan tinggi 30 – 35 cm.

Polybag diisi dengan tanah kompos dan pasir (1 : 1), polybag berisi kecambah di susun teratur di

atas tanah yang sedikit ditinggikan. Penyiraman dilakukan pagi dan sore , pemupukan ZA 2 gram

dilakukan 2 mg setelah bibit dipindah ke polybag. Pemindahan bibit ke kebun setelah berumur 4-

6 bulan. Kakao lindak bisa lebih awal karena pertumbuhannya lebih cepat dari pada kakao mulia.

Kriteria yang umum digunakan adalah bibit yang sedikitnya mempunyai 12 daun yang sudah tua,

tinggi bibit > 50 cm dan diameter batang ± 1,5 cm. Sebelum bibit dipindah, dilakukan hardening

(penarangan ) yaitu melatih bibit untuk menyesuaikan dengan keadaan lingkungan di

kebun.caranya dengan membuka atap bedengan secara bertahap sebulan sebelum dipindah (tiap

minggu 25 %). Dihindari pemindahan bibir berumur > 8 bulan karena sebagian besar akarnya telah

menembus polybag, pemindahan dilakukan musim hujan karena biasanya pertumbuhan awalnya

mengalami stagnasi.(Hasan, 2012)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada bulan maret hingga bulan juni lahan sekitar laboratorium

agronomi fakultas pertanian universitas bengkulu.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan adalah buah coklat, abu sekam padi/ jerami padi, abu alang-

alang, abu dapur, tanah (topsoil), pupuk kandang, polibag, dithane M-45, pemukul kayu, naungan,

pisau, pasir dan bak tempat perkecambahan.

3.3 Metode pelaksanaan

Percobaan/ praktikum ini disusun secara faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak

Lengkap (RAL), yang masing-masing diulang 3 kali dan menggunakan dua factor:

Page 21: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Factor I: macam abu (A), terdiri dari

A0 = tanpa ekstraksi

A1= abu alang-alang

A2= abu dapur

A3= abu sekam

Factor II: letak biji

Kel I = ujung

Kel II= tengah

Kel III= pangkal

Dari kedua factor tersebut diatas maka diperoleh 12 kombinasi perlakuan dan jumlah

sampel untuk setiap kombinasi perlakuan adalah 5 polibag dan masing-masing diulang sebanyak

4 kali sehingga jumnlah polibag keseluruhan adalah 240 polibag.

3.4 cara kerja

1. Menyiapkan bak perkecambahan dari plastik dengan ukuran minimal 30x50cm2 sebanyak 4 buah

atau bak perkecambahan dari kayu dengan ukuran 50 x 100cm2.

2. Mengisi bak perkecambahan dengan pasir halus yang telah diayak setebal 10-15 cm.

3. Meletakkan bak yang telah diisi pasir tersebut dibawah naungan yang telah disiapkan terlebih

dahulu, tepatnya dirumah kaca laboratorium agronomi fakultas pertanian universitas bengkulu.

4. Menyiapkan benih dan memperlakukan dengan abu

a. Mengambil buah coklat yang telah masak, buah benih coklat dipecah dengan menggunakan pisau,

kemudian benih dipotong menjadi 3 bagian (1/3 bagian ujung, 1/3 bagian tengah, 1/3 bagian

pangkal).

b. Dalam memperlakukan benih dengan abu, yaitu campuran benih dengan abu yang telah diberi

sedikit air, lalu digosok dengan pelan-pelan benih yang tercampur abu tersebut hingga merata,

kemudian benih tersebut dicuci dengan air hingga bersih.

5. Benih yang telah diperlakukan selanjutnya ditanam dalam bak perkecambahan dengan jarak tanam

3 x2 cm. Peletakkan masing-masing perlakuan dalam bak perkecambahan diacak, kemudian

Page 22: Laporan produksi tanaman industri lengkap

masing-masing perlakuan diberi label untuk memudahkan dalam pengamatan dan pasir dalam bak

dibasahi.

6. Melakukan penyiraman setiappagi dan sore, dalam penyiraman agar diperhatikan untuk tidak

merubah posisi benih yang telah ditanam tersebut.

7. Membersihkan tempat perkecambahan tersebut dari gangguan herba yang tumbuh dengan

menggunakan tangan secara hati-hati.

8. Mengamati setiap hari benih yang dikecambahkan tersebut, dan mencatat apabila ada benih yang

berkecambah untuk setiap perlakuan, pengamatan dilakukan sampai batas waktu yang telah

ditentukan.

3.5 Sifat-sifat tanaman yang diamati adalah sebagai berikut:

Tinggi bibit, yang diukur dari leher akar sampai ujung tanaman.

Jumlah daun yang terbentuk pada masing-masing bibit untuk setiap perlakuan.

Diameter batang

BAB VI

Hasil dan Analisis data

4.1 Hasil pengamatan TINGGI TANAMAN

PERLAKUAN ULANGAN

JUMLAH I II III

AOC1 6.15 1.95 3.35 11.45

AOC2 7.95 9.65 6.65 24.25

AOC3 11.07 9.34 10.31 30.72

A1CI 9.25 8.65 7.35 25.25

A1C2 7.39 9.65 9.90 26.94

A1C3 9.24 9.10 8.70 27.04

A2C1 7.50 6.90 6.50 20.90

A2C2 9.05 7.77 6.40 23.22

A2C3 9.60 10.43 8.39 28.42

A3C1 8.10 7.00 9.90 25.00

A3C2 9.15 7.90 7.85 24.9

Page 23: Laporan produksi tanaman industri lengkap

A3C3 8.74 9.55 10.10 28.39

JUMLAH 103.19 97.89 95.40 296.48

TABEL ANAVA

SK dB JK KT F.HIT F.TAB

PERLAKUAN 9 59.27 6.59 0.79

GALAT 20 167.49 8.3745

TOTAL 29 226.76

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat kita ketahui bahwa tanaman kakao (benih kakao) yang

diperlakukan dengan beberapa jenis abu sangat berbeda. Abu yang digunakan pada praktikum ini

adalah abu alang-alang, abu dapur dan abu sekam. Sedangkan bahan tanam yang digunakan berasal

dari tiga bagian buah kakao yaitu bagian pangkal, bagian tengah dan bagian ujung. Dari data

pengamatan dapat kita lihat bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan abu

alang-alang yaitu 9 cm sedangkan rata-rata tanaman kakao terendah terdapat pada perlakuan

kontrol yaitu 7.37 cm. Hal ini terjadi karena pada perlakuan kontrol, biji kakao tidak diperlakukan

apa-apa sehingga pulp yang terdapat pada biji kakao tetap ada akibatnya biji kakao yang

dikecambahkan akan lama mengeluarkan kecambah. Peristiwa ini terjadi karena pulp yang

membungkus biji mempunyai suatu rekatan yang apabila mengering dapat melengketkan dengan

biji kakao sehingga biji kakao lama berkecambah. Pulp kakao ini juga mengandung rasa yang agak

manis sehingga akan mengundang serangga untuk mengerogoti biji kakao akibatnya banyak biji

kakao yang tidak tumbuh.

Sedangkan tanaman kakao tertingggi terdapat pada perlakuan abu alang-alang. Hal ini

dapat terjadi karena pada abu alang-alang butiran abu alang-alang sangat halus dibandingkan

dengan abu lainnya sehingga jika abu ini digosokkan pada biji kakao maka biji kakao akan lebih

cepat tumbuh. Hal ini terjadi pulp bisa memperlamat pertumbuhan kakao tetapi jika pulpnya

dihilangkan maka kakao tersbut akan cepat tumbuh.

Untuk sumber biji yang berasal dari bagian buah juga berpengaruh terhapa tingggi tanaman.

Pada data diatas dapat dilihat bahwa tingi tanaman tertinggi diterdapat pada bii yang berasal dari

Page 24: Laporan produksi tanaman industri lengkap

ung buah hal ini dikarenakan pda bagian ujung buah, biji tanaman lebih cepat tuanya dibandingkan

pada bagian awal karena pembentukan biji yang paling awal adalah bagian ujung dahulu kemudian

bagian awal. Sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada biji yang berasal dari bagian

pangkal hal ini terjadi karena buah bagian pangkal terjadinya lebih belakangan sehingga tuanya

benih juga lebih lambat dan ini akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.

Jumlah daun terbanyak terdaapat pada perlakuan abu alang-alang sedangkan jumlah daun

paling sedkit terdapat pada perlakuan kontrol (tanpa perlakuan). Jumlah daun beturut-turut adalah

3,7 (abu alang-alang), 3,59 (abu sekam), 3,27 (abu dapur) dan 2,6 (kontrol). Dari data tersebut

dapat kita ketahui bahwa semakin ada perlakuan penggosokan pada benih maka semakin cepat

tumbuhnya benih dan jumlah daunnya pun semakin banyak. Hal ini telah dibuktikan pada

praktikum ini, bahwa jika ada penggosokan yang dapat menghilangkan pulp pada biji kakao maka

biji tersebut akan lebih cepat tumbuh dibandingkan tanpa perlakuan penggosokan. Pertumbuhan

ini dapat berupa bertambahnya tinggi tanaman dan jumlah daun. Selain itu semakin halus bahan

pengosokan maka semakin banyak pula pulp yang lepas sehingga kecepatan pertumbuhan tanaman

semakin tinggi hal ini bisa dibuktikan dengan perlakuan penghilangan pulp kakao. Misalnya abu

alang-alang lebih halus dari abu dapur dan abu sekam sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih

cepat dan jumlahnya pun smakin tinggi.

Bagian buah yang diambil untuk dijadikan benih juga berbeda daa hal kecepatan

pertumbuhan tanaman. Pada praktikum ini jumlah daun terbanyak terdapat pada buah bagian ujung

yaitu 3,75 sedangakn jumlah daun paling sedikit yaitu pada bagian pangkal yaitu 2,73. dari data

ini dapat kita lihat bahwa semakin ujung bagian biji yang diambil untuk dijadikan benih maka

pertumbuhannya semakin cepat tetapi semakin pangkal benih tersebut dijadikan benih maka

pertumbuhannya semakin lambat. Hal ini diduga pada bagian pangka suplai nutrisi hara pada buah

semakin berkrang dibandingkan pada bagian ujung karena pada bagian ujung lebih dahulu

terbentuk biji sedangkan pada bagian pangkal terbentuk lebih blakangan. Akibatnya benih yang

tumbuh dari bagian ujung lebih cepat jika dibandingkan dengan asal benih dari bagian pangkal.

Dari interaksi kedua perlakuan tersebut dapat kita ketahui bahwa tinggi tanaman tertinggi

terdapat pada perlakuan kontrol yang dikombinsaikan dengan biji yang berasal dari buah bagian

ujung. Tentunya ini tidak seperti pada hipotesis pertama sebab perlakuan kontrol adalah perlakuan

yang paling sedikit dalam hal julah daun maupun tingi tanaman tetapi jika telah dimbinasikan

maka perlakuan ini adalah perlakuan yang terbaik karena memiliki rerata tinggi tanaman yang

Page 25: Laporan produksi tanaman industri lengkap

paling tinggi yaitu 30,72 cm. Tanaman yang paling rendah justru terdapat pada kombinsai

perlakuan kontrol dapa bagian buha yang pangkal yaitu 11.45 cm. Hal ini terjadi karena pada

kombinasi ini biji tidak mendapat perlakuan dalam menghilangkan pulp dan biji diambil dari buah

yang paling pangkal. Hipotesis kita perlakuan ini memiliki tinggi tanaman yang paling rendah dan

hal ini dapat dibuktikan pada perlakuan tesebut.

Meskipun tinggi tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan kontrol dengan

sumber biji bagian ujung tetapi rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan abu

alang-alang yaitu sebesar 26,41 cm lalu abu sekam 26,09 cm, abu dapur 24,41 cm dan terakir

kontrol yaitu 21,99 cm. Sedangkan tinggi tanaman yang paling tinggi dari suber biji bagian ujung

yaitu sebesar 28,64 cm lalu bagian tengah yaitu 24,82 cm dan bagian pangkal yaitu 20,65 cm. Data

ini cukup untuk menggambarkan bahwa kita sebaiknya menggunakan abu alang-alang kita akan

menghilangkan pulp dari biji kakao bila kita akan mengecambahkan kakao sebab dengan

mengunakan pulp yang lebih halus butirannya maka pulp yang menempel pada biji kakao akan

lebih cepat lepas sehingga biji kakao akan cepat tumbuh dan berkembang. Sedangkan bagian buah

yang baik untuk dikecambahkan adalah baian ujung sebab pada bagian ini suplai bakal tanaman

muda telah siap dbandingkan dengan bagian tengah aau pangkal. Tetapi bagian ini tidak baik jika

digunakan untuk bibit sebab bagian ini kurang bagus untuk hasil tanaman. Meskipun pertumbuhan

awalnya baik tetapi bagian ini tidak baik untuk dijadikan bibit.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang kami buat pada praktikum ini adalah:

Tinggi tanaman tertinggi terdpat padaa perlakuan abu alang-alang dan terendah terdapat

pada perlakuan kontrol sedangkan bagian buah yang terbaik untuk tingggi tanaman adalah

bagian ujung dan yang tidak baik adalah bagian pangkal.

Tanaman yang paling banyak jumlah daunnya terdapat pada perlakuan abu alang-alang dan

terendah terdapat pada perlakuan kontrol sedangkan bagian buah yang terbaik untuk

jumlah daun tanaman adalah bagian ujung dan yang tidak baik adalah bagian pangkal.

Kombinasi yang terbaik untuk tinggi tanaman adalah kombinasi abu alang-alang dengan

bagian ujung buah sedangkan bagian yang paling tidak baik adalah perlakuan kontrol

dengan pangkal buah.

Page 26: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Perlakuan yang paling baik jika diperlakukan sendiri-sendiri adalah perlakuan abu alang-

alang dengan bagian buah bagian ujung.

Meskipun bagian ujung paling baik untuk pertumbuhan awal tetapi hal ini tidak baik untuk

tanaman yang berproduksi tinggi sebab bagian ujung memiliki produksi tanaman yang

rendah justru sebaiknya bagian tengah buah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Profil singkat komoditi Kakao. www.iccri.net. Download 21 juni 2008.

Hasan. 2012. Budidaya tanaman coklat. http://groups.yahoo.com/group/agromania/. Download 21

Juni 2008.

Prabowo, A.Y. 2006. Pembibitan Tanaman Coklat. http://docs.yahoo.com/info/terms/.

Download 21 Juni 2008.

Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi

UNIB, Bengkulu.

Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB,

Bengkulu.

ACARA IX

KOMPATIBILITAS OKULASI BEBERAPA BATANG BAWAH DENGAN

BATANG ATAS TANAMAN KARET

(Hevea brasilinsis. Muell arg)

BAB I

Page 27: Laporan produksi tanaman industri lengkap

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup

penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah.

Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam

bidang teknologi budidaya.

Produktivitas karet saat ini mutunya masih sangat rendah. Petani belum menanam karet

unggul. Sekian banyak faktor penyebab diantaranya, kebanyakan masyarakat hanya menanam

bibit karet asal dari biji (seedling), keterbatasan modal dan pengetahuan petani, ditambah lagi

dengan usaha peremajaan karet tua yang sudah tidak produktif lagi sangat lambat. Field manager

ICRAF-Jambi, (lembaga pusat penelitian untuk wanatani agroforestry)

Beberapa alternatif untuk meningkatkan produksi karet diantaranya, petani karet perlu

menanam jenis atau klon karet yang dianjurkan nasional dari bahan tanam yang berkualitas baik.

”Dalam hal ini petani yang terpenting, perlu dilakukannya pelatihan yang kontinue kepada petani

karet tentang pembudidayaan karet unggul. Sehingga para petani benar-benar tahu bagaimana

memilih bibit yang berkualitas, pemeliharaan, pengendalian penyakit, dan teknik penyadapan”

harus menanam bibit karet unggul dari okulasi yang jelas entresnya (sumber mata okulasi karet)

bukan yang asal-asalan. Namun yang terpenting lagi, perlu dilakukannya pelatihan yang kontinue

kepada petani karet tentang pembudidayaan karet unggul. Sehingga para petani benar-benar tahu

bagaimana memilih bibit yang berkualitas.

I.2 Tujuan

Untuk mengetahui kompatibilitas batang bawah yang berasal dari biji enam klon karet

dengan dua klon enters.

I.3 Manfaat yang diharapkan

Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara tehnik okulasi

yang baik dan kesesuaian antara batang atas dan bawah untuk melakukan okulasi.

Page 28: Laporan produksi tanaman industri lengkap

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Karet merupakan tanaman berumah satu (monoceous), yang dapat menyerbuk sendiri

ataupun silang dengan bantuan serangga. Tanaman karet mulai berbunga pada umur 7 tahun, dan

pembungaan terjadi pada akhir musim penghujan dengan proses, mula-mula tanaman

menggugurkan daun hingga tanaman kelihatan gundul, kemudian keluar kuncup baru bersamaan

dengan mulainnya pembungaan. (Soedharoedjian, 1983)

Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun

demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan

okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan

tahapan sbb:

Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 1/2 - 3/4 cm.

Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata diambil dari ketiak

daun.

Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit jendela dan kambium

Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang

tebalnya 0,04 mm.

Minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.

Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan arah pemotongan miring.

(Balai Penelitian Getas, 2003) Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah: GTI,

LCB 1320 dan PR 228. (Balai Informasi Pertanian Irian Jaya, 1992)

Okulasi berasal dari bahasa Belanda “oculatif” atau dalam bahasa Inggris disebut

”Budding” yaitu penempelan satu mata tunas (bud) sebagai batang atas kepada batang bawah,

sehingga terbentuk kombinasi tanaman baru. Okulasi pada tanaman karet bertujuan untuk

menyatukan sifat baik yang domiliki batang bawah dan batang atas. Dari hari okulasi akan

diperoleh bahan tanaman karet unggul berupa stump mata tidur, stump mini, dan stupm tinggi.

(Prasetyo dkk, 2012)

Page 29: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Stum okulasi mata tidur (OMT) adalah batang bawah yang telah diokulasi dengan mata

okulasi terpilih. Stum okulasi mata tidur tahan hidup seragam, mudah dikemas, mudah diatur dan

mudah diangkut. Stump mini yaitu panjang stump 50 cm dengan kulit batang telah berwarna

coklat, stump ini telah berumur 12-18 bulan setelah pemotongan. Okulasi tinggi yaitu merupakan

okulasi mata tidur yang tidak dipindahkan ke kebun dan mata enters dibiarkan bertunas, serta tunas

ini dipelihara selama 24-36 bulan di pembibitan. Panjang stump 250-300 cm. Stump tinggi okulasi

membutuhkan waktu 3-4 tahun sedangkan bibit yang lainnya antara 1-2 tahun.(Laxman Joshi,

2005)

Okulasi langsung terhadap anakan karet dilapangan secara teknis dapat dilakukan

dibawah tajuk dengan naungan ringan. Keberhasilan okulasi dan pertumbuhan tunas setara dengan

di tempat tajuk terbuka, khususnya untuk klon PB260. Pertumbuhan tunas secara nyata

dipengaruhi oleh tajuk dan faktor faktor kompetisi lainnya yang ada. Okulasi langsung dibawah

tajuk lebat tidak disarankan untuk dilakukan. Diantara dua klon yang diuji, PB260 sedikit lebih

baik dari RRIC100. Hal ini memberikan petunjuk bahwa kedua klon ini, sebagaimana klon klon

lainnya yang dipakai, telah dipilih berdasarkan penampilannya di tempat terbuka dan bebas dari

persaingan sekelilingnya. Uji coba terhadap berbagai klon untuk okulasi dibawah tajuk dengan

berbagai kondisi akan dapat memberikan informasi penampilan klon pada kondisi

diatas. Manipulasi terhadap ukuran tajuk dilakukan secara hati hati dan pengurangan pengaruh

vegetasi di atas tanah terhadap tanaman baru akan dapat menambah keberhasilan tumbuh dan

pertumbuhan tanaman yang diokulasi langsung. (Balai Penelitian Getas, 2003)

Tanaman hasil okulasi memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan

perbanyakan stek atau cangkokan yaitu: 1) perakarannya kuat. 2) Tahan terhadap serangan hama

dan penyakit, 3) kualitas dan kuantitasnya lebih baik. Disamping kelebihan okulasi juga memiliki

kelemahan yaitu tingkat keberhasilannya rendah bila okulasi terhadap spesies yang berbeda, sebab

antara batang atas dan batang bawah terdapat perbedaan fisiologi. Disamping itu untuk tanaman

yang bergetah tinggi yaitu seperti nagka, manggis, sawo, dan duku, tingkat keberhasilan okulasi

juga rendah. Tehnik okulasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu: okulasi T, okulasi Fokert.

Okulasi Hukum, dan okulasi Segi empat. (Prasetyo, 2012)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Bahan dan Alat

Page 30: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah GT-1, PR-300, AVROS-2037,

RRIM-600, klon local Bengkulu yaitu cenggri 1 dan Cenggri 2 sebagai batang bawah dan BPM-

1, PBM-26 sebagai batang atas, plastic pembungkus es sebagai pengikat hasil okulasi dan vaselin,

pisau okulasi, kertas label, dan polybag.

3.2 Metode pelaksanaan

Praktikum ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang disusun secara

factorial. Factor pertama adalah batang atas yang terdidri dari dua klon, dan factor kedua adalah

batang bawah yang terdiri dari enam (6) biji klon.

Adapun factor I batang atas terdiri dari:

A1 = BPM-1

A2 = PBM -26

Faktor II batang bawah terdiri dari:

B1 = GT-1

B2 = PR-300

B3 = AVROS-2037

B4 = PRIM-600

B5 = Lokal Cenggri 1/2

3.3 cara kerja

Teknik okulasi yang digunakan pada praktikum ini adalah teknik okulasi segi empat.

Adapun tahapan okulasi segi empat adalah:

Batang bawah diiris dengan bentuk segi empat atau bujur sangkar dengan panjang sisi-

sisinya 1,2 cm. Dengan menggunakan sudip (ujung belakang pisau okulasi) kulit nyang

telah diiris tersebut dikelupas dengan hati-hati, kemudian irisan tersebut ditempelkan

kembali agar kambium tidak mengering.

Batang atas/mata tunas diiris segi empat sesuai dengan bentuk irisan batang bawah tetapi

ukurannya sedikit lebih kecil.

Page 31: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Selanjutnya menempelkan mata tunas pada batang bawah, pada bagian luka diolesi dengan

vaselin selanjutnya diikat dengan tali plastik.

Hasil okulasi dapat dilihat pada hari ketujuh setelah okulasi dengan membuka plastik

pengikat. Okulasi jadi ditandai dengan masih tetap hijaunya mata tunas, sedangkan mata

tunas yang berwarna coklat menandakan sambungan tidak berhasil/mati.

3.4 Sifat-sifat tanaman yang diamati adalah sebagai berikut:

Persentase okulasi yang jadi (%)

Panjang tunas (mm)

Jumlah daun (helai)

Diameter tunas (mm)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Dalam praktikum ini kami tidak melakuan pengamatan lebih lanjut, kami hanya

memfokuskan pada teknik/cara pengokulasian yang baik. Dalam praktikum ini kami juga tidak

melakukan analisis data sehingga data yang terkulpul tidak dapat kami amati secara langsung

tetapi kami hanya melakuakn percobaan okulasi langsung pada bahan tanam.

4.2 Pembahasan Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, pada dasarnya tanaman karet mudah untuk

diokulasi. Hal ini dapat dibuktikan secara langsung pada praktikum ini. Hanya saja kegagalan

yang menimpa berupa keringnya mata okulasi sehingga mata okulasi tidak dapat tumbuh.

Tanaman karet merupakan tanaman yang berasal dari kelas dikotil sehingga tanaman ini dapat

dengan mudah untuk diokulasi. Tehnik okulasi juga tidaklah terlalu sulit namun yang penting

disini adalah bahan tanam yang dijadikan sebagai okulasi benar-benar terjamin

kelangsungannya.

Dalam tehnik okulasi ini yang pertama harus kita perhatikan dalah persiapan bahan tanam

yang akan kita okulasikan yaitu batang bawah telah benar-benar siap untuk diokulasi. Cirri-ciri

batang bawah telah siap untuk diokulasi yaitu batangnya telah memiliki mata tunas, telah

berumur 4-8 bulan tergantung pada stump yang akan kita gunakan (stump mata tidaur, stump

tinggi dan lain-lain). Setelah siap maka yang terpenting adalah mata tunas yang akan

diokulasikan yaitu mata tunas yang berasal dari tanaman yang sehat dan segar. Apabila mata

tunas tidak segar mata kemungkinan pertumbuhan okulasi akan terhambat bahkan mata okulasi

akan gagal atau tidak tumbuh. Selain itu yang hal yang penting adalah iklim tempat tumbuhnya

tanaman. Iklim juga sangat mempengaruhi pertumbuhan karena iklim juga dapat memperhambat

atau bahkan mendorong tumbuhnya tanaman. Misalnya iklim penghujan akan menghambat

jadinya okulasi karena dapat mengagalkan mata okulasi untuk bersatu. Demikian pula dengan

iklim yang panas klarenaiklim panas dapat mengurangi persediaan air sehingga bahan okulasi

akan kekeringan dan mata okulasi tidak tumbuh. Kesemua factor ini sangat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan okulasi.

Page 32: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Pada praktikum ini factor yang sangat perberan dalam gagalnya okulasi tumbuh adalah

bahan mata okulasi yang diambil sudak agak kering sehingga tumbuhnya mata tunas menjadi

sangat kecil bahkan tidak ada yang tumbuh. Selain itu adanya iklim yang kurang baik untuk

masa okulasi, karena selama okulasi berlangsung cuaca sangat panas dan tidak ada hujan. Hal ini

juga sedikit banyak mempengaruhi tumbuhnya mata tunas. Dengan kondisi yang demikian maka

pertumbuhan mata tunas juga semakin kecil. Selain factor diatas ada juga beberapa kesalahan

yang dilakukan oleh praktikan dan kesalan ini sangat fatal karena mengokulasi tidak pada mata

tunasnya, akibatnya mata tunas tidak tumbuh karena tempat keluarnya mata tunas tidak ada.

Pada praktikum ini ada beberapa batang bawah yang akan dicobakan untuk kompatibelnya

dengan batang atas yaitu GT-1, PR-300, AVROS-2037, PRIM-600, Lokal Cenggri 1 dan lokal

Cenggri 2 sedangakan batang atas yang kan dicobakan adalah BPM-1 dan BPM-26. kesemua

batang bawah dan batang atas ini tentunya memiliki keunggulan tersendiri misalnya batang bawah

unggul dalam kekuatan akarnya didalam tanah, tahan penyakit busuk akar, tidak mudah rebah dan

lain-lain sedangkan keungulan batang atas seperti lateks tanaman banyak, besar dan memiliki

kandungan lateks yang tinggi.

Sebenarnya kompatibilitas tanaman karet tidaklah terlalu sedikit karena walaupun batang

bawah berasal dari jenis lain tetapi sebenarnya jenis tersebut masih dalam satu famili yaitu

euphorbiacecae sehingga sifat kompatibelnya masih tinggi. Oleh sebab itu okulasi pada tanaman

karet pada dasarnya banyak yang jadi karena hubungan kekerabatan yang dekat antar jenis klon

yang diokulasikan hanya saja faktor ada pembatas yang perlu dijaga agar kompatibilitas okulasi

dapat terjadi untuk menghasilkan tanaman karet hasil okulasi.

KESIMPULAN

Beberapa hal yang perlu kami simpulkan pada praktikum ini adalah ;

Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh tidaknya okulasi tanaman karet diantaranya iklim,

lingkungan dan tanaman itu sendiri dan orang yang melakukannya.

Pada dasarnya okulasi pada tanaman karet memiliki sifat kompatibel yang tinggi karena tanaman

karet diokulasikan masih dalam satu famili sehingga hubungan kekerabatan semakin dekat dan

kompatibel semakin tinggi.

Pada okulasi tanaman karet masing-masing tanaman yang akan diokulasi akan memberikan sifat

unggulnya masing-masing misalnya sifat ungul dari batang bawah dan dari batang atas.

Teknik okulasi sebenarnya mudah dilakukan tetapi membutuhkan ketelitian dan faktor pendukung

yang baik agar okulasi tanaman karet dapat berhasil.

Page 33: Laporan produksi tanaman industri lengkap

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Getas, 2003. Bibit Karet Klonal dalam Polibag Cocok untuk Lahan Bekas

[email protected]. Download 21 juni 1008.

Joshi, L. 2005. Peningkatan Kapasitas dan budidaya tanaman karet.

http://www.worldagroforestrycentre.org/sea. Download 21 juni 1008.

Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi

UNIB, Bengkulu.

Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB,

Bengkulu.

Soedharoedjian. 1983. Diktat Pedoman Praktek Bercocok Tanam Karet. Fakultas Pertanian UGM,

Yogyakarta.

ACARA IV

PEMELIHARAAN TANAMAN KARET

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya

peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus

menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada

tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004

mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.

Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman

karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan.Luas area perkebunan karet

tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar

negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005

mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan

Page 34: Laporan produksi tanaman industri lengkap

memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai

untuk perkebunan karet.

Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet

ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui

perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk

dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi

petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan

tanaman secara intensif.

Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia

sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang

terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan

sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan

meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi

karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam

dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir, terutama China dan

beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan dan Brazil,

memberi dampak pertumbuhan permintaan karet alam yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan

permintaan karet di negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang

relatif stagnan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara budidaya yang baik pada

tanaman karet.

1.3. Manfaat yang Diharapkan

Setelah praktikum ini praktikan dapat mengetahui dan melakukan cara budidaya tanaman

karet dengan baik dan benar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 35: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman

karet yang mencakup Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi

iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media

tumbuhnya.

Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150

LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga

terlambat.

Curah hujan Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai

4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika

sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.

Tinggi tempat Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan

ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk

tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C.

Angin Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk

penanaman karet

Tanah Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih

mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan

perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan

lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai

dengan syarat tumbuh tanaman karet

baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis

mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah,

aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya

rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya

kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan >

pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :

- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas

- Aerase dan drainase cukup

- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air

- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir

- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm

Page 36: Laporan produksi tanaman industri lengkap

- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur ha (Chairil Anwar, 2001)

Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu

mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan

menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah

menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun

pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun

6 karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon

karet unggul (Balai Penelitian Informasi Irian Jaya, 1992)

Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggul

sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet

2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010,

yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan

IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi.

Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi

memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna

harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan

jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan. Klon-klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1,

AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM

107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus

dilakukan secara hati-hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT

1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum

dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks

sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB

260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena

itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat (Tehnis Budidaya agrokoplek, 2012)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan di lahan percobaan laboratorium Agronomi fakultas pertanian

Universitas Bengkulu pada bulan maret sampai dengan mei 2012.

Page 37: Laporan produksi tanaman industri lengkap

3.2 Bahan dan Alat

Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit karet hasil okulasi

yang telah memiliki payung dua, cangkul, pisau, pupuk kandang, pupuk urea, SP-36, dan KCL.

3.3 Metode Pelaksanaan.

Ptaktikum ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL).

3.4 Cara Kerja

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:

Pembukaan lahan secara manual, yaitu dengan menebas kayu-kayu dan semak-semak, dan

mengumpulkannya di pinggir lahan praktikum

Pembuatan lubang tanam dengan ukuran 50 x 50 x 50 (cm) dengan jarak tanam 7m x 2.5 m

Seminggu setelah pembuatan lubang tanam lalu diberikan pupuk kandang pada masing-masing

lubang tanam masibg-masing lubang tanam diberikan lebih kurang 3 kg pupuk kandang dan

dibiarkan selama 1 minggu.

Pupuk kandang kemudian dicampur dengan tanah top soil dari galian lubang tanam lalu dilakukan

penanaman karet.

Dua minggu setelah penanaman dilakukan pemupukan anorganik yaitu urea, SP-36, KCL masing-

masing 50 gr/tanaman

Selama praktikum dilakukan pemeliharaan yang meliputi penyiraman, penyiangan gulma dan

pengendalian hama dan penyakit.

3.5 Sifat-Sifat yang Diamati

Adapun variabel yang diamati dalam praktikum ini adalah:

1. Tinggi tanaman.

Tinggi tanaman diamati seminggu setelah tanaman dengan cara menggukur tanaman mulai

dari titik okulasi sampai ketitik tumbuh tertinggi tanaman dengan mengunakan penggaris (mistar)

2. Diamter batang

Pengukuran diameter batang dilakukan seminggui setelah tanaman, dengan cara mengukur

lingkar batang tanaman 5 cm diatas okulais dengan mengunakan jangka sorong.

3. Pertambahan Tinggi Tanaman

Page 38: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Pertambahan Tinggi Tanaman Di Peroleh Dengan Mengurangkan Pengukuran Tinggi

Tanaman Pada Minggu Terakhir Dengan Pengukuran Tinggi Tanaman Pada Minggu Pertama,

Selisihnya Adalah Merupakan Pertambahan Tinggi Dari Tanaman Tersebut.

4.1 Pertambahan Diameter Batang Tanaman

Pertambahan Diameter Batang Tanaman Di Peroleh Dengan Mengurangkan Pengukuran

Diameter Batang Tanaman Pada Minggu Terakhir Dengan Pengukuran Diameter Batang Tanaman

Pada Minggu Pertama, Selisihnya Adalah Merupakan Pertambahan diameter batang dari tanaman

tersebut.

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS HASIL

4.1 Hasil Pengamatan

Ulangan 1

Sample pengamatan I pengamatan II

pengamatan

III Pertambahan

TT D TT D TT D TT D

1 39.5 0.57 30.7 65 0.8 25.5 0.23

2 66.9 0.8 60.45 63 0.85 -3.9 0.05

3 30 0.7 30.4 65 1.05 35 0.35

4 82.2 0.9 80.2 68 1 -14.2 0.1

5 53 0.7 40.85 51 0.8 -2 0.1

6 51 0.6 50.1 52 0.6 1 0

7 38.7 0.51 30.8 53 0.7 14.3 0.19

8 37 0.52 40.5 33 0.7 -4 0.18

9 42.6 0.5 20.1 38 0.68 -4.6 0.18

10 26.3 0.61 30.3 46 0.8 19.7 0.19

rata-rata

Pertambahan 9.983333 0.177222

Page 39: Laporan produksi tanaman industri lengkap

jumlah

pertambahan 189.6833 3.367222

ULANGAN 2

Sample pengamatan I pengamatan II

pengamatan

III Pertambahan

TT D TT D TT D TT D

1 48 0.82 55 60 0.87 12 0.05

2 37 0.54 44 49 0.59 12 0.05

3 60 0.91 67 72 0.96 12 0.05

4 53.4 0.88 65 70 0.93 16.6 0.05

5 57.1 0.86 64 69 0.91 11.9 0.05

6 63 0.92 70 75 0.97 12 0.05

7 39 0.53 36 41.7 0.58 2.7 0.05

8 45 0.67 52 57.3 0.72 12.3 0.05

9 43 0.64 50 55 0.69 12 0.05

10 36 0.58 43 48.1 0.63 12.1 0.05

Rata-rata

pertambahan 11.09444 0.051111

jumlah pertambahan 210.7944 0.92

Tabel Rata-Rata Pertambahan Tinggi Dan Diameter Tanaman Karet :

Rata-rata pertambaha TT Rata-rata pertmabahan D

u1 u3 u1 u3

8.318182 11.09 0.177222 0.05

Page 40: Laporan produksi tanaman industri lengkap

4.2 Pembahasan

Tanaman karet memiliki prospek ke depan yang sangat bagus, karena karet merupakan

salah satu yang memberikan kontribusi yang cukup besar di pasaran Internasional disamping

komoditi yang lain sebagai penghasil non migas. Dalam budidaya karet ini tidaklah terlalu sulit,

sama saja dengan budidaya tanaman perkebunan lainnya pada umumnya, hanya saja dalam

budidaya karet ini diperlukan ketelitian dan ketelitian yang tinggi jika bibit yang digunakan dalam

penanaman adalah merupakan bibit dari okulasi.

Dari hasil praktikum yang kami lakukan (penanaman karet) yaitu pada grafik rata-rata

pertambahan tinggi dari pada tanaman karet tampak sangat jelas perbedaan antara kedua ulangan,

pada ulangan pertama rata-rata pertambahan tinggi tanaman karet cukup rendah sedangkan pada

ulangan 2 rata-rata pertambahan tinggi tanaman karet cukup tinggi. Terjadinya perbedaan yang

sangat signifikan ini mungkin dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tumbuhnya tanaman

misalnya seperti kesuburan tanah, selain itu pada saat tanaman memasuki umur 3 MST, tanaman

pada ulangan 1 diserang oleh hama (kambing). Dalam hal ini setengah dari bagian tanaman habis

dimakan oleh hama tersebut, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat karena tanaman

mengalami stagnasi yang terlalu lama. Dan pada saat tersebut tanaman harus membentuk tunas

yang baru dan saat dilakukan pengamatan terkahir tunas-tunas tersebut belum berkembang dan

masih sangat kecil-kecil, sehingga mengakibatkan rendahnya rata-rata pertambahan tinggi

tanaman karet pada ulangan1. maka dari itu diperlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap

serangan hama tersebut, sehingga proses budidaya dapat berlangsung lebih baik.

Sedangkan untuk diameter batang tidak terlalu berbeda, namun rata-rata diameter yang

tertinggi didapatkan pada tanaman karet pada ulangan 1. hal ini mungkin disebabkan intensitas

naungan yang mungkin berbeda antara kedua ulangan tersebut, karena dengan intesitas yang lebih

tinggi tanaman akan memanjang sehingga hasil fotosintesis akan dialokasikan untuk pemanjangan

batang tanaman.

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum ini maka kami dapat menyimpulkan beberapa hal:

Teknik budidaya karet pada umumnya adalah sama dengan tanaman tahunan yang lainnya.

Pertumbuhan tanaman akan sangan tergangu jika terlalu lama mengalami stagnasi.

Tingkat naungan pada tanaman akan mempengaruhi laju fotosintesis dan perbesaran diameter pada

batang.

Page 41: Laporan produksi tanaman industri lengkap

Pembentukan tunas baru pada tanaman karet cukup lama, dikarenakan kandungan getah yang cukup

banyak sehingga terkadang batang tanaman karet menjadi mengering.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Getas, 2003. Bibit Karet Klonal dalam Polibag Cocok untuk Lahan Bekas

[email protected]. Download 21 juni 1008.

Joshi, L. 2005. Peningkatan Kapasitas dan budidaya tanaman karet.

http://www.worldagroforestrycentre.org/sea. Download 21 juni 1008.

Prasetyo, dkk. 2008. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi

UNIB, Bengkulu.

Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB,

Bengkulu.

Soedharoedjian. 1983. Diktat Pedoman Praktek Bercocok Tanam Karet. Fakultas Pertanian UGM,

Yogyakarta.

Acara VII

Perlakuan Benih Sebelum Dikecambahkan Terhadap Pertumbuhan

Kecambah Kopi (coffea canephora)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman dengan mengawinkan

dua individu tanaman atau bagian dari individu yang terpisah sehingga menghasilkan individu baru

yang memiliki campuran sifat kedua tanaman induknya. Perbanyakan generatif biasanya dilakukan

dengan spora tau benih.

Keuntungan yang diperoleh dari perbanyakan generatif adalah sebgai berikut :

Page 42: Laporan produksi tanaman industri lengkap

1. Merupakana cara perbanyakan tanaman yang paling muirah, murah seta tidak memrlukan tenaga

ahali.

2. biasanya menghasilkan tanaman yang lebih sehat, produkrif dan daya hidupnya lebih lama.

3. memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan lewat persilangan baru

4. menghasilkan tanaman yang berakar tunggang dalam sehingga tahan terhadap bahaya kekeringan,

banjir, dan tahan rebah.

Adanya keuntungan-keuntungan tersebut diatas maka beberapa jenis komuditi sesuai maksud

dan tujuannya, perbanyakan tanaman secara generatif ini masih tetap dipertahankan. Sekalipun

demikian keberhasilan perbanyakan generatif sangatlah dipengaruhi oleh mutu/kualitas benih.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu benih yaitu :

1. Kemurnian benih

Benih yang murni adalah tidak tercampur dengan varietas lain. dan homegen (tidak tercampur

dengan kotoran lain)akan dapat memberikan kepastian jenis tanaman untuk yang menghasilkan

dari benih tesebut, oleh karena itu secra umum benih dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

Benih murni yaitu benih dari suatu varietas atau klon atau galur tertentu dan tidak tercampur

benih/varietas/galur yang lain dimana tidak diketahui jenis dan sifatnya.

Benih homegen yaitu benih secara fisik-mekanik tidak tercampur dengan bahan-bahan yang tidak

merusak, misalnya batu kerikil, butir-butir tanah, biji-biji hampa atau rusak dan biji-biji gulma

2. Daya kecambah dan kecepatan kecambah

Daya kecambah/ tenaga tumbuh adalah daya untuk berkecambah dinyatakan dengan

banyaknya biji yang berkecambah dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam (%). Dan

ini menyatakan viabilitas dari penelitian tersebut. Waktu yang diperlukan untuk berkecamabah ini

ternyata berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman. Benih kopi berkecambah setelah 4-6 minggu.

Sedangkan benih kopi untuk daya kecam bah10 – 15 hari.

3. Kandungan air

Kandungan air yang terlalu banyak akan mengakibatkan benih menjadi capat mati karena

kakurangan O2, bercendawan atau rusak karena serangan hama terutama jika rusak lembanganya.

Sebaiknya, jika benih kekurangan air amakan ia akan sulit untuk berkecamabh. Pada dasarnya air

diperlukan untuk melunakkan kulit biji, dengan lunaknya kulit biji maka air akan berpentasi

kedalam biji dan selanjutnya merangsang metabolisme senyawa-senyawa organik. Oleh karena itu

kadar air biji akan cukup tinggi justru akan memacu metabolisme biji sehingga biji tersebut akan

Page 43: Laporan produksi tanaman industri lengkap

menjadi tidak tahan disimpan. Olah karena itu puluhankadar air biji sangat menntukan kualitas

benih suatau tanaman.

1.2. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara memperlakukan benih kopi selama pra-

perkecambahan dan untuk melihat pengaruh perlakuan tersebut terhadap pertumbuhan kecambah

kopi.

1.3 Manfaat yang diharapkan

Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara mengekstraksi,

mengatahui jenis ekstrak apa saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp pada benih

kopi dan ekstraksi yang tepat untuk benih kopi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali

pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah

yang tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Daerah-daerah di bumi ini yang

tidak cocok untuk ditanami tanaman kopi, yaitu pada garis Lintang Utara Lautan Pasifik, daerah

tropis di gurun Sahara, dan garis Lintang Selatan seluruh Lautan Pasifik serta Australia disebelah

Utara dimana tanahnya sangat tandus.

Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili

Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh

dapan mencapai tinggi 12 m. daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. daun tumbuh

berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan

yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat

dan fungsinya agak berbeda.

Daerah asal kopi Arabika adalah pegunungan Ethiopia (Afrika). Di negara asalnya kopi

tersebut tumbuh baik secara alami di hutan-hutan pada dataran tinggi sekitar 1.500 - 2.000 an dpl.

Dari Ethiopia kopi tersebut tersebar ke negara Arab semenjak tahun 575. Tetapi baru pada abad

XV, yaitu pada tahun 1450 kopi itu menjadi minuman seperti sekarang. Kopi Arabika pertama

sekali dibawa ke Jawa pada tahun 1696 oleh seorang bangsa Belanda. Tetapi sebagai tanaman

Page 44: Laporan produksi tanaman industri lengkap

perdagangan yang meyakinkan dan pertumbuhannya menjadi baik, baru pada tahun 1699. Karena

terjadinya mutasi kopi Arabika, maka banyak timbul jenis kecil yang masih termasuk golongan

Arabika, seperti:

1. Kopi Arabika varietas Bourbon, ciri-ciri pohon lebih pendek, cabang-cabang bagian bawah tidak

menurun, melainkan agak naik dan kuat. Daun lebih besar dan daun pucuk berwarna hijau,

produksinya lebih banyak.

2. Jenis Catura, berasal dari varietas Bourbon. Pohon lebih pendek, tetapi lebih subur.

3. Jenis Marago, menghendaki iklim dan tempat penanaman seperti kopi Arabika asli. Pertumbuhan

tanaman cepat, buah dan bijinya besar, tetapi tidak begitu lebat.

4. Jenis Pasumah, terdapat di Sumatera. Bentuk pohon lebih kekar, dan agak tahan terhadap Hemileia

vastarix dari pada jenis Arabika yang murni.

BAB III

METODELOGI

3.1. Bahan dan Alat

Benih kopi, abu dapur, abu alang-alang, abu sekam.padi/jerami padi, tanah, pasir, pupuk

kandang, atap rumbia, tali rapia, paku, bambu, ember plastik, dithen M-45, label nama,

spidol,polibag/bak perkecambahan, cetok, ayakan diameter 0,5 cm, mistar, termometer dan

sebagainya.

3.2. Metode pelaksanaan/rancangan yang digunakan

Percobaan/ praktikum ini disusun secara faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak

Lengkap (RAL), yang masing-masing diulang 3 kali dan menggunakan dua factor:

Factor I: macam abu (A), terdiri dari

A0 = tanpa ekstraksi (KONTROL)

A1= abu dapur

A2= abu alang-alang

A3= abu sekam padi/jerami padi

Faktor II : Lama Perendaman (P), terdiri dari :

Untuk Kelompok I Untuk Kelompok II

Page 45: Laporan produksi tanaman industri lengkap

P0 = tanpa perendaman

P1 = Direndam selam 4 jam

P2 = Direndam selama 8 jam

P3 = Direndam selam 12 jam

P4 = Direndam selam 16 jam

P0 = tanpa perendaman

P1 = Direndam selam 12 jam

P2 = Direndam selama 18 jam

P3 = Direndam selam 24 jam

Untuk Kelompok III Untuk Kelompok IV

P0 = tanpa perendaman

P1 = Direndam selama 16 jam

P2 = Direndam selama 24 jam

P3 = Direndam selama 32 jam

P4 = Direndam selam 40 jam

P0 = tanpa perendaman

P1 = Direndam selam 2 jam

P2 = Direndam selama 8 jam

P3 = Direndam selam 14 jam

P4 = Direndam selam 20 jam

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS

Untuk percobaan ini tidak ada data yang dapat dikumpulkan karena kegagalan maka tidak ada

juga analisis hasil serta pembahasan.

KESIMPULAN

Dari praktikum yang kami laksanakankan, bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh

terhadap perkecambahan adalah faktor lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Program Studi Agronomi. `

UNIB, Bengkulu

Danarti. 2007. Budidaya kopi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Irawan, G. 2003. Kopi tetap jadi andalan eksport. http://agribisnis.deptan.go.id. Download 21 mei 2011.

Nur, A.M. 1994. Penyambungan Sebagai Teknologi Alternatif Konservasi Kopi arabika ke Kopi

Robusta. Warta Pusat penelitian Kopi dan Kakao, Jember

Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB,

Bengkulu.