PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN...

24
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI 1 Wilyus 2 , Rantawati Siata 2 , Saad Murdy 2 dan Adlaida Malik 2 Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kebijakkan perlindungan tanaman pangan di Propinsis Jambi. Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai November 2011 di Propinsi Jambi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode survei ekplorasi. Data yang diperoleh direkapitulasi dan dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif tergantung pada jenis datanya, dan secara menyeluruh dilanjutkan dengan analisis SWOT (Strenght – Weakness – Opportunity – Threat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa; kebijakkan perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi sudah cukup baik yang dibangun bersarkan landasan hokum yang jelas. Faktor-faktor strategik internal yang menjadi kekuatan dalam sistem perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi adalah peraturan perundang-undangan, kelembagaan perlindungan tanaman pangan, teknologi PHT, prasarana, dan pendanaan. Faktor-faktor strategik internal yang menjadi kelemahan dalam sistem perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi adalah sistem peramalan OPT dan iklim, kondisi petani (ekonomi, sosisl, budaya), sumberdaya manusia, koordiansi, 3) Faktor-faktor strategik eksternall yang menjadi peluang dalam sistem perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi adalah otonomi daerah, sumberdaya alam (SDA), ekspor, pasar domestik, dan pemanfaatan teknologi informasi. Faktor-faktor strategik eksternall yang menjadi ancaman dalam sistem perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi adalah globalisasi, fenomena (anomali) iklim, OPT/OPTK, dan kelestarian lingkungan. Dalam rangka meningkatkan peran perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi perlu dilakukan; penyempurnaan dan obtimalisasi kelembagaan perlindungan tanaman pangan, peningkatan kualitas dan kuantitas SDA perlindungan tanaman, pengembangan dan diseminasi teknologi PHT, pengembangan sistem peramalan OPT dan iklim, dan meningkatkan koordinasi yang sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota. 1 Disampaokan pada Seminar Nasional Agribisnis di Jambi, 11 Februari 2012. 2 Dosen Fakultas Pertania Universitas Jambi

Transcript of PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN...

Page 1: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN

KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI 1

Wilyus2, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida Malik2

Abstrak

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kebijakkan perlindungan tanaman pangan di Propinsis Jambi. Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai November 2011 di Propinsi Jambi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode survei ekplorasi. Data yang diperoleh direkapitulasi dan dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif tergantung pada jenis datanya, dan secara menyeluruh dilanjutkan dengan analisis SWOT (Strenght – Weakness – Opportunity – Threat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa; kebijakkan perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi sudah cukup baik yang dibangun bersarkan landasan hokum yang jelas. Faktor-faktor strategik internal yang menjadi kekuatan dalam sistem perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi adalah peraturan perundang-undangan, kelembagaan perlindungan tanaman pangan, teknologi PHT, prasarana, dan pendanaan. Faktor-faktor strategik internal yang menjadi kelemahan dalam sistem perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi adalah sistem peramalan OPT dan iklim, kondisi petani (ekonomi, sosisl, budaya), sumberdaya manusia, koordiansi, 3) Faktor-faktor strategik eksternall yang menjadi peluang dalam sistem perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi adalah otonomi daerah, sumberdaya alam (SDA), ekspor, pasar domestik, dan pemanfaatan teknologi informasi. Faktor-faktor strategik eksternall yang menjadi ancaman dalam sistem perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi adalah globalisasi, fenomena (anomali) iklim, OPT/OPTK, dan kelestarian lingkungan. Dalam rangka meningkatkan peran perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi perlu dilakukan; penyempurnaan dan obtimalisasi kelembagaan perlindungan tanaman pangan, peningkatan kualitas dan kuantitas SDA perlindungan tanaman, pengembangan dan diseminasi teknologi PHT, pengembangan sistem peramalan OPT dan iklim, dan meningkatkan koordinasi yang sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota.Kata Kunci: kebijakkan, perlindungan, tanaman pangan

PENDAHULUAN

Pencapaian produksi pertanian tidak terlepas dari gangguan-gangguan sistem produksi

yang dialami di lapang. Berbagai serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan gangguan

akibat anomali iklim/bencana alam sering mengakibatkan kerugian hasil yang cukup besar.

Serangan OPT menyebabkan produk rusak, berlubang, busuk, ukuran tidak optimal, maupun

tampilan yang kurang optimal sangat berpengaruh terhadap mutu. Produk pertanian yang

membawa OPT sangat berpengaruh terhadap pencapaian standar mutu yang diinginkan.

Sementara itu, residu pestisida yang digunakan untuk pengendalian OPT, selain berbahaya juga

berpengaruh terhadap pencapaian mutu yang sesuai dengan tuntutan pasar (konsumen). Dengan

pengelolaan perlindungan tanaman yang baik, diharapkan gangguan-gangguan tersebut dapat

1 Disampaokan pada Seminar Nasional Agribisnis di Jambi, 11 Februari 2012. 2 Dosen Fakultas Pertania Universitas Jambi

Page 2: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

2

dihilangkan atau diminimalisasikan, sehingga pencapaian target produksi tidak terganggu (Biro

Perencanaan Departemen Pertanian . 2006).

Dengan semakin berkembangnya kesadaran manusia terhadap bahaya penggunaan

pestisida, terutama bagi lingkungan hidup dan kesejahteraan manusia, maka berkembanglah

konsep PHT yang merupakan wujud dari pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan (Untung, 1996). PHT adalah pengendalian hama yang berusaha memaksimumkan

keefektifan pengendalain alami dan pengendalian secara bercocok tanam, menggunakan

penggendalian kimiawi hanya bila diperlukan dengan mempertimbangkan konsekwensi ekologi,

ekonomi, teknologi dan sosial budaya (Triwidodo, 1997). Konsepsi dasar PHT adalah peroses

pengambilan keputusan (strategis, taktis, operational) agar pertanaman yang diusahakan

menghasilkan panen yang tinggi dan berkelanjutan, dengan ongkos produksi rendah serta dengan

resiko minimum terhadap produsen, konsumen dan lingkungan pada saat budidaya berlangsung

(jangka pendek) maupun setelahnya (jangka panjang) (Rauf, 1997). Pada perinsipnya PHT

adalah kegiatan untuk meningkatkan vigor tanaman, menekan perkembangan populasi OPT dan

meningkatkan peran musuh alami dengan memadukan berbagai teknik pengendalian secara

kompetibel sehingga dapat diperoleh kuantitas dan kualitas produksi yang obtimal secara

berkelanjutan (Wilyus, 2007).

Program PHT nasional di Indonesia dinilai berhasil. Lembaga internasional seperti FAO

telah mengakui hal ini. Bahkan Indonesia kemudian dijadikan contoh pelaksanaan PHT bagi

negara-negara sedang berkembang di Asia dan Afrika. Keberhasilan pelaksanaan PHT pada

tanaman terlihat nyata pada dua hal yaitu menurunnya penggunaan pestisida dan meningkatnya

rata-rata hasil panen. (Abadi, 2005)

Dalam percaturan bangsa-bangsan di dunia internasional saat ini peran perlindungan

tanaman sangat penting dalam hal melindungi ketahanan pangan bangsa dari kepentingan asing.

Kesepakatan WTO (World Trade Organization) tentang SPS (Sanitary and Phytosanitary)

mengakui hak setiap negara melindungi kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan melalui

peraturan-peraturan yang dibuat secara ilmiah bahwa setiap jenis produk pertanian yang

diedarkan di pasar domestik harus aman bagi kesehatan, bebas dari cemaran biologi (bakteri,

jamur, dll), dan cemaran kimia (antibiotik, residu pestisida). Untuk membuktikan keamanan

pangan setiap produk pertanian yang diperdagangkan harus disertai Sertifikat Sanitari (FAO-

UN . 2006). Penerapan teknologi perlindungan tanaman yang tepat, konsekuen dan efektif,

petani dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing di pasar domestik dan global. Mutu dan

Page 3: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

3

harga produk meningkat sehingga dapat meningkatkan ekspor komoditas pertanian (Departemen

Pertanian. 2002 dan Ditjen Hortikultura . 2007).

Telah tersedia berbagai landasan hukum dan kebijakan pemerintah pusat yang

menekankan pentingnya pengelolaan perlindungan tanaman yang mengedepankan pencapaian

produksi dengan kualitas dan kuantitas yang obtimal secara berkelanjutan. Pada era otonomi

daerah sekarang ini kebijakan pemerintah pusat tersebut akan dapat berjalan dengan baik bila

direspon secara baik oleh pemerintah propinsi, kabupaten dan kota. Untuk itu perlu dikaji

berbagai kebijakan pemerintah di lingkungan Propinsi Jambi berkaikan dengan perlindungan

tanaman pangan.baik di tingkat propinsi maupun tingkat kaupaten dan kota.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai November 2011 di Propinsi Jambi. Penelitian

dilakukan dengan metode survei ekplorasi. Pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder

dan data perimer dari berbagai stakeholder di tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota dan petani.

Pemilihan daerah dan petani sampel ditentukan secra purposive sampling.

Data yang dikumpulkan meliputi; landasan hukum perlindungan tanaman, kebijakan

perlindungan tanaman panagan, kelembagaaan / perlindungan tanaman panagan, sumberdaya

manusia perlindungan tanaman panagan, dan erkembangan serangan dan pengendalian

organisme pengganggu tanaman di Propinsi Jambi.

Data yang diperoleh direkapitulasi dan dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif

tergantung pada jenis datanya, dan secara menyeluruh dilanjutkan dengan analisis SWOT

(Strenght – Weakness – Opportunity – Threat)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Landasan Hukum Perlindungan Tanaman

Revitalisasi perlindungan tanaman pada prinsipnya telah dimulai semenjak diketahui

berbagai dampak negatif penggunaan pestisida. Menyadari permasalahan OPT tetap tinggi

setelah kebijakan subsidi pestisida, dan kekhawatiran pencemaran lingkungan meningkat karena

penggunaan pestisida, Pemerintah Indonesia kemudian mengambil keputusan untuk menerapkan

konsep PHT dengan dikeluarkannya Inpres Nomor: 3 Tahun 1986. Berikutnya, subsidi pestisida

dicabut secara bertahap, sampai tahun 1989.

Kesadaran politik pemerintah untuk melaksakan PHT ditegaskan dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Budidaya Tanaman yang menyebutkan bahwa

Page 4: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

4

perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu. Kemudian

dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman.

Kelembagaaan Perlindungan Tanaman Pangan

Sesuai dengan UU No. 12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman, dan PP Nomor 6 tahun

1995 tentang Perlindungan Tanaman, dinyatakan bahwa masyarakat adalah pelaku utama dan

pertama di bidang perlindungan tanaman pangan. Hampir disetiap kecamatan terdapat petuags

fungsional pengamat hama dan penyakit tanaman (PHP) yang tugasnya antara lain mengamati

perkembangan OPT, mengevaluasi, dan memberikan informasi dan rekomendasi pengendalian

diwilayahnya. Dalam hal terjadi ekplosi maka pemerintah bertanggungjawab menanggulanginya

bersama masyarakat. Pemerintah dapat melakukan melakukan atau memerintahkan dilakukannya

eradikasi terhadap tanaman pangan dan benda lain yang menyebabkan tersebarnya OPT yang

dianggap sangat berbahaya da mengancam keselamatan tanaman pangan secara meluas.

Susunan organisasi dan program kerja perlindungan tanaman pangan di organisasikan

oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Jambi. Secara operasional dan

teknis dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Proteksi Tanaman Pangan

dan Hortikultura (BPTPH). Di tingkat propinsi terdapat perangkat Brigade Proteksi Tanaman

(BPT) yanag berfungsi melaksanakan dan atau membantu pengendalian ekspolsi dan sumber

serangan OPT. Dalam mendukung tugas dan fungsi UPTD BPTPH Propinsi Jambi dilengkapi

dengan bagian tata usaha dan kelompok fungsional yang bertugas di Laboratorium Agen Hayati

(AH), koordinator PHP di tingkat kabupaten/kota dan petugas PHP di tingkat kecamatan. Di

bawah UPTD BPTPH Propinsi Jambi terdapat dua laboratorium AH yaitu laboratorium AH

Sungai Tiga Pal 13 Jambi dan Laboratorium AH Kayu Aro

Pada setiap kabupaten/kota terdapat satu orang kcoordinator PHP. Sedangkan pada

tingkat kecamatan terdapat satu orang petugas PHP yang wilayah kerjanya mencakup satu atau

beberapa kecamatan. Di tingkat kecamatan/lapangan juga terdapat Petugas Penyuluh Lapangan

(PPL) dan Mantri Tani/Kepala Cabang Dinas (KCD) yang mempunyai peran dalam

menyebarkan informasi tentang OPT dan cara pengendaliannya kepada petani di wilayahnya

masing-masing, serta mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian OPT yang dilakukan petani.

Kelembagaan diluar struktur pemerintahan yang bertanggung jawab dalam perlindungan

tanaman pangan adalah kelompok tani sebagai mitra pemerintah. Dari tahun 2006 sampai tahun

2011 telah terbentuk 68 kelompok tani alumni SLPHT. Disamping kelompok tani di tingkat

petani juga dikembangkan Pos Informasi dan Pelayanan Agen Hayati (Pos IPAH), yang

Page 5: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

5

berfungsi memasyarakatkan penggunaan agen hayati dan pestisida nabati untuk penegndalian

OPT.

Kebijakan Perlindungan Tanaman Pangan di Propinsi Jambi.

Kebijakan perlindungan tanaman pangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Propoinsi Jambi menekankan pada pendekatan pengelolaan ekosistem pertanian

secara berkelanjutan, sesuai dengan UU No. 12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman, dan PP

Nomor 6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dinyatakan bahwa masyarakat adalah

pelaku utama dan pertama di bidang perlindungan tanaman pangan. Hampir disetiap kecamatan

terdapat petuags fungsional pengamat hama dan penyakit tanaman (PHP) yang tugasnya antara

lain mengamati perkembangan OPT, mengevaluasi, dan memberikan informasi dan rekomendasi

pengendalian diwilayahnya. Dalam hal terjadi ekplosi maka pemerintah bertanggungjawab

menanggulanginya bersama masyarakat. Pemerintah dapat melakukan melakukan atau

memerintahkan dilakukannya eradikasi terhadap tanaman pangan dan benda lain yang

menyebabkan tersebarnya OPT yang dianggap sangat berbahaya da mengancam keselamatan

tanaman pangan secara meluas.

Sumberdaya Manusia Perlindungan Tanaman Panagan di Propinsi Jambi.

Berdasarkann nota penugasan kepala UPTD BPTPH Propinsi Jambi tahun 2011, dalam

upaya meningkatkan efektivitas kerja untuk mendukung tugas dan fungsi UPTD BPTPH

Propinsi Jambi, telah menunjuk petugas petugas dilingkungan UPTD Propins Jambi seperti pada

Tabel 2.

Dari Tabel 1 diketahui bahwa saat ini terdapat 88 orang tenaga PHP (koordinator PHP

dan PHP kecamtan). Diantaranya 9 orang bertugas sebagai senbagai koordinator PHP

kabupaten/kota, Dua orang kordinator PHP merangkap tugas sebagai PHP kecamatan, 57 orang

tenaga PHP bertugas bertugas pada satu wilayah kecamatan, 11 orang bertugas pada dua wilayah

kecamatan, satu orang bertugas pada 3 wilayah kcaematan, satu orang bertugas pada 4

kecamatan, 3 orang merangkapa tugas sebagai PHP kecamatan dan petugas Lab. PHP/AH dan 3

orang bertugas pada satu wilayah kecamatan dan petugas SMPK, dan satu orang bertugas pada 2

wilayah kecamatan dan petugas SMPK.

Dari tahun 2006 sampai tahun 2011 telah dilatih sebanyak 1700 orang petani, melalui

program sekolah SLPHT. Alumni SLPHT tersebut tersebar pada 68 kelompok tani alumni

SLPHT. dengan rincian setiap tahun berturut-turut dari tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan

2011 adalah 9, 19, 11, 10, 9 dan 10 kelompok tani. Masing-masing kelompok tani terdiri dari 25

Page 6: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

6

orang petani. Alumni SLPHT telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang

PHT. Namun harapan untuk penyebaran informasi PHT melalui alumni SLPHT kepada petani

lainnya yang belum mendapatkan program SLPH kurang berjalan.

Identifikasi Faktor-faktor Strategik

Identifiakasi factor-faktor “Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman” dapat

dikelompokkan menjadi factor-faktor strategic internal dan factor-faktor strategic eksternal

tercantum pada Tabel 6.

Tabel 1. Factor-faktor Strategic Internal dan Factor-faktor Strategic Eksternal Perlindungan Tanaman Pangan

Factor-faktor Strategic Internal Factor-faktor Strategic EksternalKekuatan (K) Peraturan Perundang-undangan Kelembagaan Teknologi PHT Prasarana Pendanaan

Peluang (P) Otonomi Daerah Sumberdaya Alam Ekspor Pasar Domestik Pemanfaatan Teknologi Informasi

Kelemahan (L) Sistem Peramalan OPT dan Iklim Kondisi Petani (ekonomi, sosial,

dudaya) Sumberdaya Manusia

Ancaman (A) Globalisasi Fenomena (Anomali) Iklim OPT/OPTK Kelestarian Lingkungan

Factor-faktor Strategic Internal

Kekuatan

Peraturan Perundang-undangan

Legatimasi operasionalisasi untuk mengatur dan melaksanakan upaya perlindungan

tanaman harus bedasarkan hokum dan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini jelas

merupakan kekuatan, karena syah secara hokum, maka dalam melaksanakan upaya perlindungan

tanaman tidak akan ditemui kendala hokum. Peberapa peraturan perundang-undangan yang telah

disyahkan, yang memberikan landasan hokum dalam upaya perlindungan tanaman adalah; UU

No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman; Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995

tentang Perlindungan Tanaman.

Kelembagaan

Page 7: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

7

Kelembagaan perlindungan tanaman di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan tringkat

petani secara umum cukup baik, walaupun keberadaannya bervariasi. Kelembagaan yang

menangani perlindungan tanaman pangan di tingkat provinsi adalah Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura, yang pelaksanaan tugasnya oleh UPTD BPTPH. Di bawah BPTPH

terapat dua Laboratorium AH. Kelembagaan perlindungan tanaman pangan di semua

kabupaten/kota, kecamatan dan tingkat desa mempunyai struktur kelembagaan yang sama, yaitu

terdiri dari koordinator PHP di tingkat Kabupaten, PHP dan PPL di tingkat kecamatan dan

kelomok tani. Di beberapa kelompok tani juga telah terbentu dan berkembang Pos IPAH.

Teknologi PHT

Sebagaian besar teknologi perlindungan tanaman pangan saat ini sudah tersedia, yang

dihasilkan baik oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang perlindungan tanaman, perguruan

tinggi, lembaga penelitian, swasta maupun masyarakat lainnya. Pemasyarakatn teknologi PHT

telah dilakukan melalui SLPHT, SLI dan pos IPAH.

Prasarana

Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura ada bidang khususu yang

menangani sarana prasarana pertanian tanaman pangan termasuk prasarana perlindungan

tanaman pangan. Bidang ini telah megadakan berbagai prasarana untuk melancarkan kegiatan

perlindungan tanaman pada berbagai stakeholder perlindungan tanaman seperti Brigade

Perlindungan Tanaman, UPTD BPTPH, Laboratorium Agen Hayati, Koordinator PHP ditingkat

Kabupaten/Kota dan PHP di tingkat Kecamatan. Pos IPAH dan Kelompok Tani alumni SLPHT

di tingkat desa (petani). Kelembagaan tersebut telah mampu mendukung perkembangan

teknologi dan kemampuan SDM dalam perlindungan tanaman.

Pendanaan

Tanpa pendanaan yang memadai semua program perlindunagn tanaman tidak akan jalan.

Oleh karena itu penyediaan anggaran, baik anggran rutin maupun anggaran pembangunan

dibidang perlindungan tanaman pangan, merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah

dalam rangka meningkatkan kekuatan dan pemanfaatan sistem perlindungan tanaman pangan.

Walaupun penyediaan anggraran yang relatif terbatas, secara bertahap pembangunan system

pelindungan tanaman dapat ditingkatkan.

Kelemahan

Page 8: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

8

Sistem Peramalan OPT dan Iklim

Peramalan OPT dan iklim sangat menetukan keberhsilan antisipasi dan pengendlaian

OPT dan Iklim. Ternyata sistem peramalan ini masih sangat lemah, belum dimengerti dan

dipahami oleh petugas perlindungan tanaman, baik di tingkat propivinsi, kabupaten/Kota,

kecamatan maupun kelomok tani. Diantara penyebanya adalah rendahnya kemapuan

sumberdaya manusia dibidang peramalan OPT dan Iklim.

Kondisi Petani (ekonomi, sosial, budaya)

Fenomoena umum petani tanaman pangan di Provinsi Jambi yang dapat menyebabkan

kurang berhasilnya pengendalian OPT adalah kondisi sosial ekonomi petani tanaman pangan

yang rendah. Pada umumnya mempunyai skala usaha yang kecil, masih subsistem, daya beli

rendah untuk melaksanakan pengendalian OPT, umumnya petani guren, berumur tua dan

tradisional, pendidikan rnedah, kurang peduli terhadap kemajuan teknologi.

Sumberdaya Manusia

Secara umum dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia (SDM) perlindungan

tanaman pangan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan masih kurang, baik dari segi

jumlah maupun kualitasnya. Hal ini diantaranya didisebabkan oleh sistem rekriutmen dan mutasi

tugas yang kurang jelas dasarnya.

Koordinasi

Struktur organisasi dan kelembagaan yang ada, baikk secara horizontal maupun vertical,

membutuhkan kebersamaan sinergi yang harmonis dalam pelaksanaan tugas agar terjadi

koordinasi yang baik. Tetapi ternyata, koordinasi merupakan salah satu komponen manajemen

yang tidak mudah dipraktekkan karena melibatkan kelembagaan, sumbedaya manusia, jenis

tanggung jawab yang bermascam-macam. Demikian juga halnya dalam operasional sistem

perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi, koordinasi merupakan salah satu hamabatan

yang dapat mengurangi tingkat keberhasilan. Penyebabnya dapat disebabkan oleh ego organisasi,

dan ego sub sector.

Factor-faktor Strategic Eksternal

Peluang

Otonomi Daerah

Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka

perencanaan pembangunan dilimpahkan kepada pemerintah kabupaten/kota, termasuk program

Page 9: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

9

pendukung tanaman pangan. Dengan demikian Pemerintah Daerah dapat menyusun rencana

pemabngunan lebih tepat sesuai dengan kebutuhan.

Sumberdaya Alam

Wilayah Provinsi Jambi memiliki berbagai variasi ekologi yang menyebabkan

keanekaragaman hayati sangat tinggi, yang menyimpan potensi flora maupun fauna yang dapat

dimanfaatkan untuk mendukung perlindungan tanaman secara berkelanjutan sesuai dengan

konsep PHT. Berbagai jenis predator, prasitoid dan agen antagonis dapat diekplorasi, diteliti dan

dimanfaatkan untuk pengendalian OPT dari berbagai wilayah Jambi secara berkesinambungan.

Ekpsor

Di pasar internasional peluang ekspor produk pertanian semakin meningkat. Kesadaran

masyarakat internasional terhadap kelestarian lingkungan dan kesehatan pangan merupakan

peluang bagi petani untuk memperoduksi hasil pertanian yang bebas pestisida dan peduli

lingkungan. Serangan OPT atau cemaran biologi dan kimia yang digunakan dalam perlindungan

tanaman sangat berpengaruh terhadap mutu produk pertanian. Produk pertanian dituntut

mempunyai mutu yang tinggi, apabila akan diperdagangkan di perdangan internasional. Akibat

serangan OPT yang menyebabkan produk rusak, berlubang, busuk, ukuran tidak optimal,

maupun tampilan yang kurang optimal sangat berpengaruh terhadap mutu. Produk pertanian

yang membawa OPT sangat berpengaruh terhadap pencapaian standar mutu yang diinginkan.

Sementara itu, residu pestisida yang digunakan untuk pengendalian OPT, selain berbahaya juga

berpengaruh terhadap pencapaian mutu yang sesuai dengan tuntutan pasar (konsumen). Dengan

pengelolaan perlindungan tanaman yang baik, diharapkan gangguan-gangguan tersebut dapat

dihilangkan atau diminimalisasikan, sehingga pencapaian target produksi tidak terganggu (Biro

Perencanaan Departemen Pertanian 2006).

Pasar Domestik

Kesadaran masyarakat kita akan bahan pangan yang sehat bebas pestisida saat ini juga

mulai tumbuh dengan pesat. Pada berbagi supeprmarket telah tersedia out let kuhusus yang

menjuah produk-produk pertanian yang bebas pestisida. Hal ini menjadi peluang bagi

pengembangan system perlindungan tanaman secara PHT yang menekankan pada penggunaan

agen hayati.

Pemanfaatan Teknologi Informasi

Hingga saat ini sistem perlindungan tanaman pangan belum obtimal memanfatkan

eknologi informasi, baik dalam rangka komunikasi internal (pelaporan, surat-menyurat, dan

Page 10: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

10

komunikasi lainnya) maupun dalam mengakses informasi dari luar dalam rangka pengembangan

system perlindungan tanaman secara umum. Dengan memanfaatkan teknologi informasi akan

mempercepat dan memperlancar komunikasi baik internal maupun eksternal dengan biaya yang

relative murah, sehingga lebih efektif, efisien dalam pengambilan keputusan dan penentuan

kebijakan untuk mengatasi masalah yang muncul.

Ancaman

Globalisasi

Kesepakatan GATT/WTO pada tanggal 15 Desember 1993, dan sudah diratifikasi oleh

Pemerintah Indonesia dalam UU No. 7 tahun 1994, Indonesia terikat dalam peraturan-peraturan

yang tercantum dalam kesepakatan tersebut. Dalam era perdagangan bebas, sistem dan usaha

agribisnis harus mampu bertahan dan bersaing dalam perdagangan bebas tanpa adanya subsidi

dan proteksi pemerintah. Dalam hal ini tuntutan persyaratan mutu produk menjadi lebih

komplek; yang semula hanya berdasarkan kenampaan saja, maka pada era globalisasi aspek

keselamatan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, juga sanitary and phytosanitary serta aspek

lingkungan menjadi factor penentu standar mutu produk. Aspek lingkungan dan HAM dinilai

pada keseluruhan proses produksi sampai pemasaran yang dikenal dengan pendekatan Sistem

Mutu dan Keamanan Pangan, termasuk dalam Sistem Manajemen ISO 9000 tentang Manajemen

Mutu dan ISO 14000 tentang Manajemen Lingkungan dan Sistem Manajemen Keamanan

Pangan yang dikenal dengan Sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).

Konsekwensi diratifikasinya berbagai konvensi internasional yang berkaiatan dengan mutu

komoditi pertanian, Indonesia harus siap merealisasikannya. Sementara itu kemampuan

Indonesia termasuk Pengelolaan Perlindungan Tanaman di Propinsi Jambi dalam memenuhi

dan/atau melaksanakan hal-hal tersebut masih sangat rendah.

Fenomena (Anomali) Iklim

Posisi geografis Indonesia terletak di daerah tropis dan berada antara dua benua dan dua

samudera. Kondisi geografis inilah yang menyebabkan fenomena (anomali) iklim, yaitu suatu

penyimpangan dari keadaan normal. Salah satu gejala anamali iklim yang berakibat fatal pada

pertanian tanaman pangan adalah gejala alam El Nino dan La Nina. Di Indonesia termasuk Jambi

gejala El Nino dapat mengakibatkan terjadinya kekeringan dan La Nina dapat mengakibatkan

bencana banjir hingga menimbulkan kerugian jauh lebih besar di banding tahun normal. Dampak

fenomena iklim terhadap penurunan produksi pertanian tanaman pangan merupakan resultante

antara prubahan luas tanam dan panen dengan produktivitas. Kekeringan dan banjir berdampak

Page 11: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

11

terhadap produksi melalui penurunan luas areal panen, terjadinya serangan OPT yang

kesemuanya bermuara pada terganggunya pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

OPT/OPT Karantina

Perkembangan transportasi, dan turisme mengandung akses negative dalam perlindungan

tanaman pangan, antara lain dengan dengan semakin meningkatnya arus perdagangan komoditas

pertanian yang tidak mengenal batas antar negara dan antar wilayah. Dengan demikian, maka

semakin besar risiko masuk dan menyebarnya baik OPT yang selama ini sudah terdapat di

wilayah Jambi, maupun yang berasal dari wilayah lain dan dari luar negeri (OPT Karantina).

Fenomena iklim dan perubahan ekologi dan eksistem akibat proses pembangunan juga dapat

menyebabkan berkembang dan meledaknya OPT tertentu.

Kelestarian Lingkungan

Kelestarian lingkungan merupakan modal beharga dalam penerapan PHT sebagai bagian

darri pembangunan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture development). Namun

kenyataan banyak proses pembangunan yang mengabaikan kelestarian lingkungan. Dibidang

perlindungan tanaman terlihat bahwa penggunaan pestisida tetap tinggi bahkan ada

kecendrungan meningkat. Artinya petani masih mengandalkan pestisida dalam pengendalian

OPT. Pengunnan pestisida secara tidak bijak dapat menjadi kontra produktif dalam pembanguan

perlindungan tanaman, karena pestisida dapat merusak kelestarian lingkungan dengan

terbunuhnya musuh alami hama, terbunuhnya serangga penyerbuk dan binatang berguna

lainnya, mencemari lingkungan, menimbulkan keracunan pada petani dan lingkungan,

menimbulakan residu pada tanaman yang dapat menurunkan kualitas produk pertanian.

Rencana Aksi

Berdasar analisis SWOT Perlindungan Tanaman Pangan di Propinsi Jambi dapat disusun

rencana aksi seperti pada matrik Tabel 5.

Page 12: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

Tabel 7. Matriks Rencana Aksi Berdasar Analisis SWOT Sistem Perlindungan Tanaman Pangan Propinsi Jambi

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKTERNAL

KEKUATAN (K) Peraturan perundang-undangan Kelembagaan Teknologi PHT Prasarana Pendanaan

KELEMAHAN (L) Sistem peramalan OPT dan iklim Kondisi petani (ekonomi, sosisl, budaya) Sumberdaya manusia Koordiansi

PELUANG (P) Otonomi daerah Sumberdaya alam (SDA) Ekspor Pasar domestik Pemanfaatan teknologi

informasi

RENCANA AKSI (P-K) Obtimasi kelembagaan di tingkat propinsi,

kabupaten/kota, kecamatan dan petani Penyempurnaan kelembagaan dalam rangka

pemanfaatan SDA, pasar ekspor dan pasar domestik, serta teknologi informasi

Pengembangan dan diseminasi teknologi PHT dalam pemanfaatan SDA

Penyediaan dan pengefektifan prasarana Obtimasi penggunaan dana

RENCANA AKSI (P-L) Prioritas utama pada pengembangan sistem peramalan OPT

dan iklim. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani Memaksimalkan pasar domestik dan meningkatkan daya

saing di pasar global Menyempurnakan sistem penerimaan dan mutasi tenaga

perlindungan tanaman. Meningkatkan pembinaan kualitas tenaga perlindungan

tanaman Meningkatkan koordinasi yang sinergis antara pemerintah

pusat, pemerintah propinsi dan Kabupaten/kotaANCAMAN (A)

Globalisasi Fenomena (anomali) iklim OPT/OPTK Kelestarian lingkungan

RENCANA AKSI (A-K) Mengoptimalkan kelembagaan perlindungan

tanaman pangan Mengembangkan teknologi tepat guna

pengendalian OPT dan penanggulangan fenomena iklim

Mengobtimalkan penggunaan sarana prasarana dan dana perlindungan tanaman pangan

RENCANA AKSI (A-L) Meningkatkan daya saing untuk menghadapi globalisasi Memberdayakan petani dan memberikan insentif kepada

petani yang menerapakan pengendalian OPT sesuai dengan konsep PHT.

Meningkatkan koordinasi kelembagaan ditingkat propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa.

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM perlindungan tanaman ditingkat propinsi, kabupaten/kota, kecdamatan dan petani

Menambah sarana dan pasarana dalam rangka antisipasi anomali iklim dan OPTK/OPTK

Page 13: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan:

1) Kebijakan perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi sudah cukup baik,

dibangun bersarkan landasan hukum yang jelas seperti Undang-Undang Nomor

12 Tahun 1992 Tentang Budidaya Tanaman yang menyebutkan bahwa

perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu,

dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman,

2) Faktor-faktor strategik internal yang menjadi kekuatan dalam sistem perlindungan

tanaman di Propinsi Jambi adalah peraturan perundang-undangan, kelembagaan

perlindungan tanaman pangan, teknologi PHT, prasarana, dan pendanaan. Faktor-faktor

strategic internal yang menjadi keemahan dalam sistem perlindungan tanaman

pangan di Propinsi Jambi adalah Sistem peramalan OPT dan iklim, kondisi petani

(ekonomi, sosisl, budaya), sumberdaya manusia, koordiansi.

3) Faktor-faktor strategic eksternall yang menjadi peluang dalam sistem

perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi adalah otonomi daerah,

sumberdaya alam (SDA), ekspor, pasar domestic, dan pemanfaatan teknologi informasi.

Faktor-faktor strategic eksternall yang menjadi ancaman dalam sistem

perlindungan tanaman pangan di Propinsi Jambi adalah globalisasi, fenomena

(anomali) iklim, OPT/OPTK, dan kelestarian lingkungan.

Saran

Dalam rangka meningkatkan peran perlindungan tananaman pangan di

Propinsi Jambi perlu dilakukan;

1) Penyempurnaan dan obtimalisasi kelembagaan perlindungan tanaman pangan

2) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDA perlindungan tanaman

3) Pengembangan dan diseminasi teknologi PHT

4) Pengembangan sistem peramalan OPT dan iklim

5) Meningkatkan koordinasi yang sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi

dan kabupaten/kota.

Page 14: PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM ... · Web viewKEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAMBI Wilyus, Rantawati Siata2, Saad Murdy2 dan Adlaida

14

SANWACANA

Terimakasih disampaikan kepada Rektor Universitas Jambi atas

dukungan dana penelitian yang diberikan sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan

Pelaksanaan Penelitian pada Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana

Universitas Jambi Nomor: 238/H21.6/2011/PL/2011 Tanggal: 13 Juni 2011.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A. L. 2005. Permasalahan dalam Penerapan Sistem Pengendalian Hama Terpadu di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Penyakit Tumbuhan Pada Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Disampaikan pada Rapat Terbuka Senat Universitas Brawijaya Malang, 26 Nopember 2005

Biro Perencanaan Departemen Pertanian . 2006. Rencana Pembangunan Pertanian 2005 - 2009. Biro Perencanaan Departemen Pertanian RI. Jakarta.

Departemen Pertanian. 2002. Pedoman Teknis Perjanjian Sanitasi dan Fitosanitasi Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement on the Application of Sanitary and Phytosanitary Measures WTO). Barantan, Deptan. Jakarta. 55 hal.

Ditjen Hortikultura . 2007. Pedoman Khusus Pelaksanaan Kegiatan Utama Pengembangan Hortikultura Tahun 2007. Ditjen Hortikultura, Jakarta.

FAO-UN . 2006. International Standards for Phytosanitary Measures 1 to 24 (2005 edition). FAO-UN. Roma. 291 pgs.

Rauf, A. 1997. Konsepsi PHT. Makalah seminar Workshop Pemanfaatan Faktor Iklim dalam Menunjang Implementasi PHT. 26-28 Februari 1997. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Triwidodo, H. & S. Wiyono. 1997. Modifikasi iklim mikro sebagai wahana pengelolaan hama tanaman. Makalah seminar Workshop Pemanfaatan Faktor Iklim dalam Menunjang Implementasi PHT. 26-28 Februari 1997. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Untung, K. 2006. Pengantar Pengendalian Hama Terpadu. Gajah Mada University Press.

Wilyus. 2007. Ekologi Tanah Dan Pengelolaan Habitat, makalah di sampaikan pada Diklat Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman bagi Petugas Harian Lepas PHP. Jambi, 13 – 26 Maret 2007