Laporan Klinik Ringworm

23
LAPORAN PRAKTIKUM DIAGNOSA KLINIK Oleh: NELLA KHAIRATI 105130101111077 RADIX SEPTIAWAN 105130101111071 PUTRI AFRINDA 105130101111072 CAHYANINGTYAS RISKI 105130101111073 DANNY NORISHA 10513010111107 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

Transcript of Laporan Klinik Ringworm

Page 1: Laporan Klinik Ringworm

LAPORAN PRAKTIKUM

DIAGNOSA KLINIK

Oleh:

NELLA KHAIRATI 105130101111077

RADIX SEPTIAWAN 105130101111071

PUTRI AFRINDA 105130101111072

CAHYANINGTYAS RISKI 105130101111073

DANNY NORISHA 10513010111107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWANPROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2013

BAB I

Page 2: Laporan Klinik Ringworm

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kucingdananjingmerupakanhewan yang paling

populermenjadipilihanmasyarakatuntukdijadikanhewanhewankesayangan (pet

animal).Menurutlaporansurvei, adasekitar 78.200.000 anjingdansekitar 86,4

jutakucingpeliharaan di AmerikaSerikatpadatahun 2009-2010. Treninijugadialami di

Indonesia

danselalumengalamipeningkatansetiaptahunnya.Kedekatanpsikologipemilikdenganhew

ankesayangansebagaisalahsatu 

anggotakeluargamenuntutpemilikuntukmemperhatikankeadaanfisik,

makananmaupunkesehatantubuhhewankesayangannya.

Kesehatanhewankesayanganmenjadisangatpentingselainfaktorkedekatanpsikol

ogiuntuktidakmembiarkananggotakeluarganyasakitjugaberpotensimenularkanpenyakitt

erhadappemiliknya.Untukmenjagakesehatanhewankesayangannyapemilikmempercayak

an  kepadadokterhewan.

Sehinggasebagaicalondokterhewanharusmemiliki skill dalammenanganihewankesayang

an.Olehkarenaitu kami melakukanpraktekmagang di Klinik PKH UB padatanggal 4

Desember 2012 untukmemberikanwawasanterhadapprofesidokterhewanklinik (pet

animal).

1.2    Tujuan

1. Untukmengetahuimetodepenerimaanpasien

2. Untukmengetahuimetodepemeriksaanfisikdananamessapasien

3. Untukmengetahuimetodediagnosadanterapipenyakitpasien

1.3    Manfaat

Agar mahasiswacalondokterhewandapatmemiliki skill dalammenerimapasien,

dapatmelakukanpemeriksaanfisikdananamnesaterhadappasiensertamampumendiagnosa

danterapipenyakitpasien.

Page 3: Laporan Klinik Ringworm

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ETIOLOGI

Ringworm atau dermatofitosis adalah infeksi oleh cendawan pada bagian

kutan/superfisial atau bagian dari jaringan lain yang mengandung keratin (bulu, kuku, rambut

dan tanduk). Penyakit kulit yang menular ini pada ternak tidak berakibat fatal, namun sangat

mengganggu dan dapat menurunkan produktivitas ternak, sebagai penyakit kosmopolitan,

sering dijumpai pada hewan yang dipelihara secara bersama-sama. Ringworm menyerang

hewan dan manusia. (Ainsworth and Austwick, 1973). Dermatofitosis ini dapat menular

antar sesama hewan, dan antara manusia dengan hewan (antropozoonosis) dan hewan

kemanusia (zoonosis) dan merupakan penyakit mikotik yang tertua di dunia (Jungerman and

Schwartzman, 1972). Dawson (1968) melaporkan bahwa kejadian penyakit ini ditemukan

pada hewan piara, ternak, satwa liar lainnya. Dinamakan ringworm karena pernah diduga

penyebabnya adalah worm dan karena gejalanya dimulai dengan adanya peradangan pada

permukaan kulit yang bila dibiarkan akan meluas secara melingkar seperti cincin, maka

dinamai ringworm, meski sebelumnya memang penyakit ini disebabkan oleh cendawan

namun akhirnya pemakaian istilah tersebut tetap dipakai sampai sekarang. Penularan dari

hewan ke manusia (zoonosis) dilaporkan pada tahun 1820 dari sapi ke manusia (Mortimer,

1955). Hewan yang terserang umumnya hewan piaraan adalah anjing, babi, domba, kucing,

kuda, kambing, sapi dan lainnya, namun yang paling utama ialah anjing, kucing, sapi. Ketiga

hewan ini merupakan masalah penting untuk manusia karena sifat zoonosisnya. Trichopyton

spp dan Microsporum spp, merupakan 2 jenis kapang yang menjadi penyebab utama

ringworm pada hewan. Di Indonesia yang sering diserang adalah anjing, kucing dan sapi.

Divisi         : Amastigomycotina.

Sub-Divisi : Ascomycotina.

Class         : Deuteromycetes 

Ordo         : Moniliales 

Family        : Moniliaceae 

Genus        : Microsporum, Trichophyton 

Page 4: Laporan Klinik Ringworm

Species      : M. canis, M. gypseum, T.mentagrophytes 

M. canis bersifat ectothrix dan zoofilik yang terdapat pada kucing, anjing, kuda, dan

kelinci, gambaran mikroskopis dari kultur adalah macroconidia berbentuk spindle, berdinding

tebal dan kasar. Microconidia berbentuk clubbing dan berdnding halus, sedangkan M.

gypseum bersifat ectothrix dan geofilik. Gambaran makroskopisnya macroconidia berbentuk

spindle, dinding tipis 3-6 septa, dan microconidianya sedikit dan berbentuk clubbing (Pohan.,

A. 2009). 

2.2 Patogenesis 

Sebaran geografis keberadaannya cukup luas, namun penyakit ini lebih banyak

ditemukan di daerah beriklim tropis dan subtropis, terutama daerah dengan kondisi udara

panas dan kelembaban yang tinggi. Kemudian pada daerah yang mempunyai empat musim,

setelah periode multiplikasi kapang pada bulu selama musim panas. Penyebaran infeksi dapat

terjadi karena luka, bekas luka atau patahan bulu untuk melangsungkan hidupnya. Dapat

Page 5: Laporan Klinik Ringworm

tumbuh pada lingkungan kering, dingin, aerobik serta tanpa mikroorganisme lain dan

terlindung dari sinar matahari. 

Di negara-negara yang beriklim subtropik atau dingin, kejadian ringworm lebih sering,

karena dalam bulan-bulan musim dingin, hewan-hewan selain kurang menerima sinar

matahari secara langsung, juga sering bersama-sama di kandang, sehingga kontak langsung di

antara sesama individu lebih banyak terjadi. 

Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan

langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari

manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang

dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air. Disamping cara penularan

tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari beberapa faktor

seperti faktor virulensi dari dermatofita, faktor trauma, kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil,

factor suhu dan kelembaban, kurangnya kebersihan dan faktor umur dan jenis kelamin

(Ahmad., R.Z. 2009). 

2.3 Gejala klinis 

Kerusakan bulu di seluruh muka, hidung dan telinga

Perubahan yang tampak pada kulit berupa lingkaran atau cincin dengan batas

jelas dan umumnya dijumpai di daerah leher, muka terutama sekitar mulut,

pada kaki dan perut bagian bawah

Selanjutnya terjadi keropeng, lepuh dan kerak, dan dibagian keropeng

biasanya bagian tengahnya kurang aktif, sedangkan pertumbuhan aktif terdapat

pada bulu berupa kekusutan, rapuh dan akhirnya patah (Ahmad., R.Z. 2009).

Umumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan geofilik pada

manusia bersifat akut dan sedang dan lebih mudah sembuh.

Dermatofita yang antropofilik terutama menyerang manusia, karena memilih

manusia sebagai hospes tetapnya.

Golongan jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi menahun

dan residif, karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan.

Contoh jamur yang antropofilik ialah: Mikrosporon audoinii Trikofiton

rubrum. (Boel., T. 2009).

Page 6: Laporan Klinik Ringworm

2.4 Diagnosa 

Untuk mendiagnosa melalui pemeriksaan laboratorium diperlukan sampel kerokan

kulit, serpihan kuku, rambut. Kemudian dapat diperiksa dengan Wood light, atau

pemeriksaan langsung dengan mikroskop dengan KOH, atau pewarnaan, atau dengan

membuat biakan pada media. Penyakit ini dapat dikelirukan dengan lesi yang diperlihatkan

seperti gigitan serangga, urtikaria, infeksi bakteri dan dermatitis lainnya, namun dengan

adanya bentuk cincin pada derah yang terinfeksi dan peneguhan diagnose dengan

pemeriksaan laboratorium akan memastikan bahwa hewan tersebut menderita penyakit

(Ahmad., R.Z. 2009).

2.5 Penanganan & pengendalian 

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sanitasi kesehatan, lingkungan maupun

hewannya. Terdapat 5 kelompok macam obat dengan berbagai cara dapat dipakai untuk

menghilangkan dermatofit, yaitu: (1). Iritan, dilakukan untuk membuat reaksi radang

sehingga tidak terjadi infeksi dermatofit; (2). Keratolitik, digunakan untuk menghilangkan

dermatofit yang hidup pada stratum korneum; (3) Fungisidal, secara langsung merusak dan

membunuh dermatofit; (4). Perubah. Merubah dari stadium aktif menjadi tidak aktif pada

rambut. 

Salah satu cara yang efektif untuk penanggulangan adalah mencegah penyebaran

sehingga tidak terjadi endemik, peningkatkan masalah kebersihan, perbaikan gizi dan tata

laksana pemeliharaan. Hewan kesayangan harus terawat dengan cara memandikan secara

teratur, pemberian makanan yang sehat dan bergizi sangat diperlukan untuk anjing dan

kucing. Vaksinasi adalah pencegahan yang baik. Di Indonesia pemakaian vaksin dermatofit

belum dilaksanakan. Pengobatan dapat dilakukan secara sistemik dan topikal. Secara sistemik

dengan preparat Griseofulvin, Natamycin, dan azole peroral maupun intravena dengan cara

topikal menggunakan fungisida topikal dengan berulang kali, setelah itu kulit hewan

penderita tersebut disikat sampai keraknya bersih; setelah itu dioles atau digosok pada tempat

yang terinfeksi. Selain itu, dapat pula dengan obat tradisional seperti daun ketepeng (Cassia

alata), Euphorbia prostate dan E. thyophylia (Ahmad., R.Z. 2009). 

Page 7: Laporan Klinik Ringworm

BAB III

PEMBAHASAN

4.1 Hasil

A. Signalement

Nama pemilik : vivi

Nama kucing : miu

Signalement : Kucing, betina, warna rambut red tabby smoke, umur 3,5 bln

dengan berat badan 1,25kg, temperatur 380c.

B. Anamnesa

Inflamasi pada telinga, Bulu rontok dan sering menggaruk.

C. Gejala klinis

Bulurontok, saatrambutdisibakterdapatkutu, rambutkusamdantakterawat, Hewan

sering menggaruk-garuk tubuhnya terkadang sampai menimbulkan luka pada kulitnya

dan terdapat alopesia, eksaminasi dengan wood lamp hanya terdapat sedit pendaran

warna hijau.

Status Present

1. Keadaan Umum

Perawatan : Buruk

Tingkah laku : Jinak

Gizi : Buruk

Sikap berdiri/habitus : Berdiri di keempat kaki

Suhu rectal : 30,1oC

Frekuensi denyut jantung : 120 x/menit

Frekuensi nafas : 20 x/menit

Page 8: Laporan Klinik Ringworm

2. Kulit dan Rambut

Aspek rambut : Kusam

Kerontokan : ada

Kebotakan : ada

Turgor kulit : Baik (< 2 detik)

Permukaan kulit : Tidak Rata

3. Kepala dan Leher

1. Inspeksi

Ekspresi wajah : Ekspresif

Pertulangan wajah : Tegas

Posisi tegak telinga : Tegak keduanya

Posisi kepala : Tegak

Sistem Gastro Intestinal

Inspeksi

Ukuran abdomen : Tidak ada pembesaran

Bentuk rongga abdomen : Simetris

Palpasi Profundal

Epigastricus : Tidak ada reaksi kesakitan

Mesogastricus : Tidak ada reaksi kesakitan

Hipogastricus : Tidak ada reaksi kesakitan

Anus

Kebersihan : Bersih

Refleks sphincter ani : Ada reaksi mengkerut dan menghisap

Kebersihan daerah perianal : Bersih

Sistem Urogenital

Page 9: Laporan Klinik Ringworm

Vulva dan Vagian : Rose dan tidak terdapat leleran

Alat Gerak dan Ekstremitas

Inspeksi

Perototan kaki depan : Kompak

Perototan kaki belakang : Kompak

Spasmus otot : Tidak ada

Kuku kaki : Terawat

Cara berjalan : Koordinatif

Kesimetrisan : Simetris

Palpasi

Struktur pertulangan

Kaki kanan depan : Tegas

Kaki kanan belakang : Tegas

Kaki kiri depan : Tegas

Kaki kiri belakang : Tegas

Konsistensi pertulangan : Keras

Reaksi saat dipalpasi : Tidak ada reaksi kesakitan

Letak rasa sakit : -

D. Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan scraping Kulit

- Terdapat Kutu

B. Pemeriksaan dengan menggunakan wood lamp

- Terdapat Pendaran warna hijau

Page 10: Laporan Klinik Ringworm

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Gamabar Keterangan

Terjadi kerontokan pada tubuh kucing,

terutama pada bagian ekstremitas, ekor dan

thorax

Wood lamp examination terdapat pendaran

warna biru kehijauan.

Page 11: Laporan Klinik Ringworm

3.2 Pengertian Dermatophitosis

Dermatophytosis, secara awam dikatakan sebagai penyakit kulit yang disebabkan oleh

jamur, tanpa harus mengetahui spesies jamur kulit tersebut. Dermatophytosis pada kucing

umumnya zoonotik dan sangat tinggi penularannya. Penanganan penyakit ini cukup sulit

karena sering terjadi reinfeksi disamping membutuhkan waktu dan biaya tinggi. Para dokter

hewan kadangkala terkecoh dalam mendiagnosa penyakit kulit jamur ini, seringkali terditeksi

hanya sebagai penyakit kulit biasa. Spora jamur akan menetap dalam periode yang lama

dalam lingkungannya, melalui spora penyakit dapat menular tidak saja lewat kontak terhadap

hewan yang terinfeksi juga dapat melalui kandang yang pernah digunakan hewan terinfeksi,

lewat sisir grooming, collar, dan bulu kucing.

3.3 Pathogenesis

Terjadinya penularan dermatofitosis adalah melalui 3 cara yaitu:

a). Antropofilik, transmisi dari hewan satu kehewan lain. Ditularkan baik secara langsung

maupun tidak langsung melalui lantai kandang yang kurang dibersihkan, perkawinan

dan udara sekitar kandang atau klinik hewan, dengan atau tanpa reaksi keradangan

(silent “carrier”).

b). Zoofilik, transmisi dari manusia ke hewan. Ditularkan melalui kontak langsung maupun

tidak langsung melalui kulit yang terinfeksi jamur dan melekatpada rambut hewan.

c). Geofilik, transmisi dari tanah kehewan peliharaan menyebabkan kandang lembab. Secara

sporadis menginfeksi hewan dan menimbulkan reaksi radang.

Untuk dapat menimbulkan suatu penyakit, jamur harus dapat melawan pertahanan

tubuh non spesifik dan spesifik. Jamur harus mempunyai kemampuan melekat pada kulit dan

mukosa pejamu, serta kemampuan untuk menembus jaringan pejamu, dan mampu bertahan

dalam lingkungan pejamu, menyesuaikan diri dengan suhu dan keadaan biokimia pejamu

untuk dapat berkembang biak dan menimbulkan reaksi jaringan atau radang. Terjadinya

infeksi dermatofit melalui tiga langkah utama, yaitu: perlekatan pada keratinosit, penetrasi

melewati dan di antara sel, serta pembentukan respon pejamu.

3.4 Faktor-faktor predisposisi kucing yang mudah terkena infeksi jamur ini adalah:

1. Iklim yang lembab dan hangat

2. Kesehatan yang memburuk

Page 12: Laporan Klinik Ringworm

3. Rendahnya nilai kesadaran akan pentingnya kesehatan hewan kesayangannya untuk tingkat

sosial tertentu

4. Buruk sanitasi kandang per grup, kucing liar yang tidak terkontrol karena dibebaskan

keluar rumah

5. Berhubungan atau berdekatan dengan sejumlah kucing liar atau kelompok kucing yang

berjumlah besar (misalnya ditempat penitipan)

6. Kucing dari segala umur, namun di tempat klinik sering ditemukan pada

usia mudan dan kucing tua

7. Kucing dengan bulu panjang

3.5 Gejala Klinis Dermathopitosis

Gejala klinis dari dermatophytosis berhubungan dengan pathogenesisnya,

dermatophytosis memnginvasi rambut dan epitel tanduk. Jamur akan merusak rambut, dan

mengganggu keratinisasi kulit normal, secara klinis bulu rontok, timbul kerak, sehingga dapat

juga terinfeksi dengan bakteri lain.

1. Gatal

2. Bulu rontok dan alopecia bisa sebagian kecil simetris ataupun asimetris dengan peradangan

maunpun tanpa peradangan

3. Kerak-kerak, kemerahan, sampai lecet dapat berkembang di daerah facial, bucal, telinga,

kuku, kaki depan, ekor dan sebagian badan

5. Hyperpigmemtasi walaupun jarang terjadi

6. Kucing dengan dermatophytosis yang parah dan sistemik kadang disertai dengan muntah,

konstipasi atau hairball.

3.6 Treatment

Dokter hewan mengggunakan obat-obatan sebagai berikut : (Amoxicilin dosis 10

mg/Kg BB; Antibiotik), (Ketoconazole 10-30 mg/Kg BB;Antifungal), (Dexamethason 0,1-

0,15 mg/Kg BB; Anti inflamasi).

3.6.1. Amoxicillin

3.6.1.1 Pengertian Amoxicilin

Amoxicillin merupakan antibiotik yang umum digunakan dalam berbagai kasus

yang disebabkan infeksi bakteri.Pemberian antibiotik ini bertujuan untuk mencegah

infeksi sekunder akibat keradangan yang terjadi pada daerah alopesia akibat infeksi

jamur. Amoxicillin adalah obat pilihan pertama untuk menonaktifkan bakteri penyebab

Page 13: Laporan Klinik Ringworm

penyakit. Amoxicillin merupakan antibiotik golongan penicillin yang mekanisme

kerjanya dengan jalan merusak sintesis dinding sel bakteri. 

3.6.1.2Farmakokinetik

Absorbsi, Amoxicillin mudah rusak dalam suasana asam pH 2. Caian

lambung dengan pH 4 tidak akan terlalu merusak Amoxicillin. Penggunanan Amoxicillin

IM lebih efektif jika dibandingkan dengan penggunaan Amoxicillin per Oral.

Distribusi, Amoxicillin didisitribusi luas dalam tubuh yang diikat oleh protein

plasma sebanyak 20%. Amoxicillin masuk kedalam empedu mengalami sirkulasi

enterohepatik, tetapi yang dieksresikan bersama tinja jumlanya cukup tinggi.

Biotransformasi dan Eksresi,Biotransformasi Amoxicillin umumnya

dilakukan oleh mikroba berdasarkan pengaruh enzim penisilinase dan amidase. Akibat

pengaruh penisilinase terjadi pemecahan cincin betalaktam, dengan kehilangan seluruh

aktivitas antimikroba. Amidase memecah rantai samping, dengan akibat penurunan

potensi antimikoba. Eksresi Amoxicillin melalui eksresi ditubuli ginjal.

3.6.2 Ketoconazole

3.6.2.1 Pengertian

Merupakan turunan dari imidazole sintetik dengan struktur mirip mikonazole.

Obat ini bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam. aktif Ketokonazol aktif

sebabai anti jamur baik sistemik maupun non sitemik. Antifungal ini memiliki

spektrum yang luas. Pemberian pada kucing hendanya secara topical, para ahli

menuturkan pemberian ketokonazole dengan cara proral akan memberkan potensial

toxic.

3.6.2.2 Farmakokinetik

Absorbsi, Ketokonazole merupakan anti jamur sistemik jika diminum secara

peroral yang penyerapanya bervariasi antar individu. Obat ini menghasilkan kadar

plasam yang relative tinggi untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan

memlalu saluran caerna akan berkurang pada pasien dengan pH lambung yang tinggi

atau bersamaan dengan pemberian obat-obatan antasida.

Distribusi, Dalam plasma 84% ketokonazole berikatan dengan protein plasma

terutama albumin, 15% berikatan dengan eritrosit dan 1 % dalam bentuk bebas.

Sebagian besar obat ini mengalami metabolisme lintas pertama. Setelah pemerian

peroral obat ini dapat ditemukan di dalam urin, kelenjar lemak, liur juga pada kulit

yang mengalami infeksi.

Page 14: Laporan Klinik Ringworm

Eksresi, Sebagian besar obat ini disekresikan bersama cairan empedu kelumen

usus dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan melalui urin, semuanya dalam

bentuk metabolit yang tidak aktif.

3.6.3 Dexamethasone

3.6.3.1 Pengertian

Dexametasone merupakan salah satu turunan dari kortikosteroid yang bekerja

dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Dexametason melewati membran

plasma secara difusi pasif. Deksametasone banyak digunakan sebagai anti inflamasi.

Dexametashone mampu mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi akibat

radiasi, infeksi, zat kimia atau alergen. Secara mikroskopik obat ini mampu

menghambat fenomena inflamasi dini yaitu, edema, deposit fibrin, dilatasi kapiler dan

migrasi leukosit ketempat radang dan aktfitas fagositosis. Pengggunakan

Dexamethason di klinik hanya besifat paliatif yaitu hanya gejalanya saja yang

dihambat sedangkan penyebab penyakit tetap ada.

3.6.3.2 Farmakodinamik

Dexamethason dengan pemberian peroral diabasorbsi cukup baik. Untuk

mencapai kadar tinggi dengan cepat dalam cairan tubuh, ester kortisol dan esternya

diberikan secara intra vena. Untuk memberikan efek yang lama perlu dllakukan

terapi secara IM. Dexamethason dapat dabasorbsi melalui kulit, sakus konjungtiva

dan ruang sinovial. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas

dapat menyebabkan efek sistemik, antara lain supresi korteks adrenal. Pada

keadaan normal, 90% dexamethason terikat pada dua jenis protein plasma yaitu

globulin pengikat kortikosteroda dan albumin.

Page 15: Laporan Klinik Ringworm

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 16: Laporan Klinik Ringworm

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad., R.Z. 2009. Permasalahan & Penanggulangan Ring Worm Pada Hewan. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Balai Penelitian Veteriner. Bogor. 

AINSWOTH G C and AUSTWICK PKC. 1973. Fungal diseases of animal.2nd Edition The Common Wealth Agricultural Bureaux, Farnham Royal, Slough, England.

Boel., T. 2009. Mikosis superficial. Fakultas kedoteran gigi. Universitas Sumatera Utara. 

Dawson, C. O. 1968. Ringworm in animals. Rev.Med. Vet. Mycol 6 : 223-233.

JUNGERMAN P.F and R.M SCHWARTZMAN. 1972. Veternary Medical Mycology. Lea

and Febiger, Philadelphia.

MORTIMER, P.H. 1955. Man, animals and ringworm. Vet.Rec, 67 : 670-672.Pohan., A. 2009. Bahan Kuliah Mikologi. [email protected].