Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

22
Page | 1 LAPORAN HASIL PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK SISTEM RESPIRASI DISUSUN OLEH : Kelompok 9 , Anggota : Ahmad Fauzi (2010730005) Chicilia Windia Tanu Wijaya (2010730020) Gandhis Apri Widhayanti (2010730043) Hadyan Rahmat (2010730044) Irma Puspita Sari (2010730054) Khusnul Khotimah (2010730057) Nur sriyani (2010730082) Nur’Aini (2010730083) Vina Nurhasanah (2010730110) Yasdika Imam Taufik (2010730113) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KESEHATAN DAN KEDOKTERAN

Transcript of Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

Page 1: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 1

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

SISTEM RESPIRASI

DISUSUN OLEH :

Kelompok 9 , Anggota :

Ahmad Fauzi (2010730005)

Chicilia Windia Tanu Wijaya (2010730020)

Gandhis Apri Widhayanti (2010730043)

Hadyan Rahmat (2010730044)

Irma Puspita Sari (2010730054)

Khusnul Khotimah (2010730057)

Nur sriyani (2010730082)

Nur’Aini (2010730083)

Vina Nurhasanah (2010730110)

Yasdika Imam Taufik (2010730113)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KESEHATAN DAN KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Page 2: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan

ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Patologi Klinik yang di berikan oleh Dosen

pengajar.

Dalam pembuatan laporan ini, kami menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi

materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang

berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini sangat kami harapkan.

Akhirnya kami menyampaikan terima kasih kepada Dr. dan teman-teman sekalian yang telah

membaca dan mempelajari laporan ini

Jakarta , 13 Mei 2011

Penulis

Page 3: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 3

DAFTAR ISI

Kata Pengatar ............................................................................................................. 2

Daftar Isi ............................................................................................................. 3

Pendahuluan ............................................................................................................. 4

Patologi ............................................................................................................. 5

Tujuan ............................................................................................................. 6

Metode ............................................................................................................. 7

Hasil ............................................................................................................. 14

Page 4: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 4

I. PENDAHULUAN

Pada keadaan normal rongga pleura mengandung hanya sedikit cairan yaitu ± 1-10

cc. Cairan ini berada antara pleura visceralis dan pleura parietalis. Fungsi cairan ini

untuk membasahi tunika serosa dan keseimbangannya dijaga oleh tekanan koloid

osmotik kapiler serta tekanan hidrostatik.

Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan pleura yang

abnormal dalam rongga pleura. Efusi ini dapat disebabkan oleh proses transudasi dan

eksudasi. Transudasi adalah akumulasi cairan akibat proses non inflamasi atau bukan

radang di dalam rongga pleura ditandai adanya perubahan tekanan hidrostatik dan

tekanan koloid dan proses eksudasi adalah akumulasi cairan akibat proses inflamasi di

dalam rongga serosa ditandai perubahan permeabilitas membran pada permukaan pleura.

Efusi dapat juga terjadi akibat bendungan dan hambatan aliran limfe karena tumor.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kelainan cairan pleura adalah tes

makroskopi, tes kimia, tes mikroskopi, tes mikrobiologi, dan petanda tumor.

Page 5: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 5

II. PATOLOGI

Akumulasi cairan berlebihan di dalam rongga pleura disebabkan oleh:

1. Peninggian permeabilitas kapiler karena inflamasi seperti pada pneumonia atau

pleuritis.

2. Penurunan tekanan koloid osmotik karena hipoproteinemia.

3. Peninggian tekanan hidrostatik karena meningkatnya tekanan vena misalnya pada

payah jantung kongestif dimana kadar protein sangat bervariasi tergantung pada

hambatan aliran limfe karena hipertensi vena.

4. Hambatan aliran limfe karena tumor, inflamasi, fibrosis.

5. Peningkatan tekanan negatif intrapleura seperti atelektasis.

6. Perpindahan cairan dari rongga peritoneum ke rongga pleura.

Keadaan-keadaan patologik dalam tubuh yang dapat menghasilkan transudat antara

lain: nefrosis, dekompensasi kordis, obstruksi sirkulasi vena, kadar protein yang rendah,

dan lain-lain. Cairan eksudat dapat dibedakan sesuai lokalisasinya seperti pleuritis

eksudativa, perikarditis eksudativa. Sifat cairan eksudat tersebut dapat dibedakan:

eksudat fibrinous, purulen atau hemoragik.

Indikasi pengambilan transudat/eksudat:

1. Untuk mengetahui etiologi efusi (transudat/eksudat) tersebut.

2. Untuk mengurangi gejala klinik misalnya: dispneu, perut rasa sesak atau sakit

mendadak.

3. Untuk menghindari terjadinya kumpulan darah atau nanah, misalnya hemitoraks atau

empiema.

4. Untuk mengurangi cairan di dalam rongga pleura, karena akan diganti dengan obat

yang akan dimasukkan ke dalam rongga tersebut.

Komplikasi yang mungkin timbul antara lain:

1. Terjadinya perdarahan karena menusuk pembuluh darah atau organ dalam tubuh

yang mengakibatkan perdarahan.

2. Perubahan letak organ atau edema organ dalam tubuh karena keseimbangan protein

dan elektrolit berubah terutama bila pengambilan cairan transudat/eksudat tersebut

terlalu banyak. Karena itu dianjurkan untuk sekali pengambilan tidak > 1000 cc.

Page 6: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 6

III. TUJUAN

Untuk mendiagnosis kelainan pleura dan menentukan diferensial diagnosisnya serta

mengetahui interpretasi hasil-hasil tes yang dilakukan. Prosedur punksi cairan pleura

(Torakosentesis):

a. Penderita dimasukkan dalam ruang tindakan/ruang khusus untuk tindakan punksi

pleura.

b. Penderita didudukkan dengan posisi tegak atau bahunya disandarkan ke bantal atau

memeluk bantal dalam keadaan duduk, kemudian dilakukan perkusi dinding toraks

belakang untuk menentukan ketinggian cairan pleura dalam rongga pleura.

c. Tempat melakukan punksi ialah ruang interkostal 6, 7, atau 8 (sela iga 8 biasanya

setinggi ujung skapula) pada linea aksilaris posterior.

d. Pada tempat punksi dilakukan desinfeksi dengan bahan desinfektan (alkohol 70% dan

betadine).

e. Dengan memakai sarung tangan steril, jarum (abbocath) ukuran 16 ditusukkan ke

dalam dinding toraks bagian belakang, kemudian cairan pleura diaspirasi sebanyak

50 cc dengan spoit steril, lalu dimasukkan ke dalam botol-botol yang bersih/steril dan

selanjutnya dikirim ke Laboratorium RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk

dilakukan tes analisis cairan pleura.

Page 7: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 7

IV. METODE

A. TES MAKROSKOPI

1. Warna dan kejernihan

- Pra analitik

o Persiapan pasien: tidak dibutuhkan persiapan khusus.

o Persiapan sampel: tidak ada persiapan khusus.

o Prinsip tes: setiap kelainan memberi warna dan kejernihan yang berbeda.

o Alat: tabung yang jernih.

- Analitik

o Cara kerja: lihat warna dan kejernihan sampel.

o Nilai rujukan: tidak berwarna dan jernih.

- Pasca analitik

Interpretasi:

o Warna transudat biasanya kekuning-kuningan dan jernih, sedangkan

warna eksudat dapat berbeda-beda.

o Bilirubin member warna kuning.

o Darah: warna merah atau coklat.

o Pus: warna putih-kuning dan keruh.

o Chylus: warna putih seperti susu dan keruh.

o Pyocyaneus: warna kehijauan.

2. Bekuan

- Pra analitik

o Persiapan pasien: tidak dibutuhkan persiapan khusus.

o Persiapan sampel: tidak ada persiapan khusus.

o Prinsip tes: fibrinogen menyebabkan sampel membeku.

o Alat: tabung yang jernih.

- Analitik

o Cara kerja: biarkan sampel selama 1 jam, kemudian lihat apakah ada

bekuan atau tidak.

o Nilai rujukan: tidak membeku.

Page 8: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 8

- Pasca analitik

Interpretasi:

o Bekuan (+): ada proses peradangan.

o Makin besar bekuan, makin berat peradangan.

B. TES KIMIA

1. Protein total (secara kuantitatif)

- Pra analitik

o Persiapan pasien: pasien harus berpuasa 6-8 jam sebelum pengambilan

sampel.

o Persiapan sampel: serum tidak boleh hemolisis, cairan pleura disentrifus

terlebih dahulu.

o Prinsip:

alkaline

Protein + Cu Cu-protein kompleks ditambahkan sampel darah.

solution

Pembacaan dilakukan dengan fotometer.

o Alat dan bahan:

Pipet mikro 50 µl.

Tabung mikro.

Rak tabung dan rak reagen.

Reagen 1: Reagen Blank NaOH 400 mmol/l, K-Na Tartrat 84

mmol/l.

Reagen 2: Reagen Biuret KL 61 mmol/l, CuSO4 24,3 mmol/l.

- Analitik

Cara kerja:

o Masukkan 50 µl sampel cairan pleura ke dalam tabung mikro, lalu

letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan.

o Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes protein.

o Masukkan nomor identitas penderita dan program tes.

o Pengukuran akan dilakukan secara otomatis.

o Hasil tes akan keluar pada print out.

- Pasca analitik

Page 9: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 9

Interpretasi:

o Bila kadar protein < 3 gr% transudat.

o Bila kadar protein > 3 gr% eksudat.

2. Rivalta

- Pra analitik

o Persiapan pasien: tidak ada persiapan khusus.

o Persiapan sampel: tidak ada persiapan khusus.

o Prinsip tes: adanya seromusin akan memberikan gambaran awan putih.

o Alat dan bahan:

Gelas ukur.

Aquades.

Asam asetat glasial.

- Analitik

o Cara kerja:

Campurkan 2 tetes asam asetat glasial ke dalam 100 ml aquades dalam

gelas ukur.

Teteskan setetes cairan pleura yang akan diperiksa ke dalam campuran

tersebut.

Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi.

o Nilai rujukan: tidak ada kekeruhan.

- Pasca analitik

Interpretasi:

o Bila terdapat kekeruhan hasil tes positif eksudat.

3. Glukosa

- Pra analitik

Pra analitik dan analitik tes glukosa pada serum dan cairan pleura adalah

sama:

o Persiapan pasien: pasien harus berpuasa 6-8 jam sebelum pengambilan

sampel.

o Persiapan sampel: serum tidak boleh hemolisis, cairan pleura disentrifus

terlebih dahulu.

Page 10: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 10

o Metode: Heksokinase.

o Prinsip:

Larutan kerja (buffer/ATP/NADP/HKG-6-PDH) ditambahkan ke

dalam sampel dan akan terjadi reaksi:

Glukosa + ATP HK G-6-P + ADP.

Heksokinase mengkatalisis fosforilase menjadi glukosa-6-fosfat oleh

ATP.

G-6-P + NADP G-6-PDH glukonat-6-P + NADPH + H.

o Alat dan bahan:

Pipet mikro 50 µl.

Tabung mikro.

Rak tabung.

Reagen 1: Buffer/ATP/NADP.

Reagen 2: HK/G-6-PDH.

- Analitik

o Cara kerja:

Masukkan 50 µl sampel ke dalam tabung mikro, lalu letakkan sampel

sesuai nomor pemeriksaan.

Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes glukosa.

Masukkan nomor identitas penderita dan program tes.

Pengukuran dilakukan secara otomatis.

Hasil tes akan keluar pada print out.

o Nilai rujukan: glukosa darah dan glukosa cairan pleura adalah sama.

- Pasca analitik

Interpretasi:

o Kadar glukosa transudat sama dengan kadar glukosa darah.

o Kadar glukosa cairan pleura < 60 mg% sangat menyokong etiologi

tuberkulosis paru.

4. Laktat Dehidrogenase (LDH)

- Pra analitik

o Persiapan pasien: tidak ada persiapan khusus.

o Persiapan sampel: tidak ada persiapan khusus.

Page 11: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 11

o Metode: kinetik UV.

o Prinsip tes:

Pyruvate + NADH + H+ L-Laktat + NAD+

NADH akan mengoksidasi secara langsung dengan bantuan aktivasi LDH

dan diukur dengan fotometer.

o Alat dan bahan:

Pipet mikro 50 µl.

Tabung mikro.

Rak tabung.

Reagen 1: NADH 0,22 mmol.

Reagen 2: Tris 89 mmol, Pyruvate 1,8 mmol, Sodium Ch/Na Ch 222

mmol, Sodium Azide < 0,1 %.

- Analitik

o Cara kerja:

Masukkan 50 µl sampel ke dalam tabung mikro, lalu letakkan dalam

rak sampel sesuai nomor pemeriksaan.

Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes LDH.

Masukkan nomor identitas penderita dan program tes.

Pengukuran dilakukan secara otomatis.

Hasil tes akan keluar pada print out.

o Nilai rujukan: 100-190 IU.

- Pasca analitik

Interpretasi:

o Transudat < 200 IU.

o Eksudat > 200 IU.

o Menurut LIGHT dkk kriteria untuk eksudat sebagai berikut:

Ratio protein cairan pleura dengan protein serum > 0,5.

LDH cairan pleura > 200 IU.

Ratio protein cairan pleura dengan LDH serum > 0,6.

C. TES MIKROSKOPI

1. Jumlah lekosit

- Pra analitik

Page 12: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 12

o Persiapan tes: tidak dibutuhkan persiapan khusus.

o Persiapan sampel: cairan pengencer adalah larutan Turk dengan

perbandingan 1:20, bila dengan cairan Turk menggumpal maka

diencerkan dengan NaCl 0,9%.

o Prinsip tes: sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar hitung

(hemositometer), dengan memperhitungkan faktor pengenceran.

o Alat dan bahan:

Larutan Turk atau NaCl 0,9%.

Kamar hitung Improved Neubauer.

Pipet lekosit, selang pengisap.

Mikroskop.

Kaca objek dan kaca penutup.

- Analitik

o Cara kerja:

Isap sampel ke dalam pipet lekosit sampai tanda 1.

Isap larutan Turk atau NaCl 0,9% sampai tanda 11, kocok isi pipet

beberapa menit agar isi pipet bercampur dengan baik. Setelah itu

buanglah 4-5 tetes isi pipet.

Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup di atasnya.

Teteskan isi pipet perlahan-lahan ke dalam kamar hitung.

Hitung jumlah lekosit yang tampak dalam 4 kotak lekosit dengan

menggunakan lensa 10x.

o Nilai rujukan: jumlah lekosit < 1000 mm3.

- Pasca analitik

Interpretasi:

o Lebih dari 80% transudat dan kurang dari 20% eksudat menunjukkan

jumlah lekosit < 1000 mm3.

o Jumlah lekosit > 10.000 mm3 dijumpai pada pneumonia, infark paru,

pankreatitis, sindroma pasca infark miokard dan SLE.

2. Morfologi dan hitung jenis

- Pra analitik

o Persiapan pasien: tidak dibutuhkan persiapan khusus.

Page 13: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 13

o Persiapan sampel: sampel harus diperiksa paling lambat 1 jam setelah

pengambilan untuk mencegah degenerasi sel yang ada. Sampel dapat

langsung dari cairan aspirasi atau dari sedimen cairan pleura yang telah

disentrifus (paling baik).

o Prinsip tes: cairan pleura diapuskan di atas kaca objek kemudian diwarnai.

o Alat dan bahan:

Alat sentrifus.

Kaca objek.

Metil alkohol.

Larutan Giemsa/Wright/May-Grunwald Giemsa (MGG).

Pengukur waktu.

Mikroskop dan minyak emersi.

- Analitik

o Cara kerja pewarnaan MGG:

Ambil cairan pleura yang telah disentrifus, apuskan di atas kaca objek,

biarkan mengering.

Fiksasi apusan tersebut dengan metil alkohol selama 5 menit lalu

dibilas dengan air mengalir.

Tetesi sediaan apus dengan larutan May Grunwald ± 1-2 menit.

Tambahkan larutan buffer pH 6,4. Diamkan selama 3 menit.

Warnai dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan dengan buffer

6,4 dan biarkan 5-10 menit, cuci dengan air mengalir, lalu keringkan.

Baca apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x

menggunakan minyak emersi.

o Nilai rujukan: jumlah netrofil < 25%.

- Pasca analitik

Interpretasi:

o Jumlah netrofil < 25% normal.

o Predominasi lekosit PMN biasanya dihubungkan dengan pneumonia,

pankreatitis, infark paru, tumor dan penyakit vaskular kolagen.

o Cairan pleura yang mengandung banyak limfosit tidak selalu disebabkan

oeh tuberkulosis tetapi dapat pula karena proses keganasan atau infeksi

kronik.

Page 14: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

P a g e | 14

o Eosinofil dapat ditemukan meningkat pada penyakit alergi seperti asma,

penyakit parasit, pneumonia yang akan sembuh.

Page 15: Laporan Hasil Praktikum Patologi Klinik, Kelompok 9 SISTEM RESPIRASI

19 x 104 x 0,1

N x pengenceran4 x 0,1

15 x 100 % = 21, 4 %70

55 x 100 % = 78,6 %70

P a g e | 15

V. HASIL

1. Tes Makroskopi

a. Warna dan kejernihan cairan pleura : kuning jernih (transudat).

b. Bekuan : positif.(ada peradangan,

eksudat).

2. Tes Kimia .

a. Tes Rivalta : terdapat kekeruhan (+) .

b. LDH : LDH cairan 270 IU/L , LDH darah 350 IU/L

LDH cairan > 200 IU/L = eksudat .

c. Glukosa : glukosa pleura 60% , glukosa darah 75 %.

Glukosa plasma > glukosa pleura = eksudat.

d. Protein : protein cairan 1,5 gr/dl, protein darah 6,5 gr/dl.

Protein cairan < 3 gr % = transudat.

3. Tes Mikroskopi

a. Jumlah leukosit : =

=

Nilai rujukan : Jumlah leukost < 1000m3.

b. Hitung Jenis :

PMN = 15 sel MN = 55 sel

% PMN =

% MN =

950 mm3