68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

34
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK MATERI II PEMERIKSAAN JUMLAH ERITROSIT, HEMATOKRIT, NILAI INDEKS ERTROSIT DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT Asisten YONIFA ANNA WIASRI G1A008045 Disusun Oleh : Kelompok A.4 TSALASA AGUSTINA G1A010078 ELISABETH SERAFIYANI G1A010079 RIZKA DANA PRASTIWI G1A010080 SITI NURIKEN G1A010090 VICI MUHAMMAD AKBAR G1A010091 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Transcript of 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

Page 1: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK MATERI II

PEMERIKSAAN JUMLAH ERITROSIT, HEMATOKRIT, NILAI INDEKS

ERTROSIT DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT

Asisten

YONIFA ANNA WIASRI

G1A008045

Disusun Oleh :

Kelompok A.4

TSALASA AGUSTINA G1A010078

ELISABETH SERAFIYANI G1A010079

RIZKA DANA PRASTIWI G1A010080

SITI NURIKEN G1A010090

VICI MUHAMMAD AKBAR G1A010091

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2011

Page 2: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul

Pemeriksaan Jumlah Eritrosit, Hematokrit, Nilai Indeks Eriitrosit, Hitung Jenis

Leukosit

B. Hari dan Tanggal Pelaksanaan

Selasa, 27 September 2011

C. Tujuan

1. Mengetahui cara pemeriksaan jumlah eritrosit

2. Mengetahui cara pemeriksaan jumlah hematokrit dalam darah

3. Mengetahui cara menghitung nilai indeks eritrosit

4. Mengetahui pemeriksaan hitung jenis leukosit

D. Dasar Teori

1. Pemeriksaan Jumlah Eritrosit

Eritrosit atau sel darah merah nampak sebagai lempengan bikonkaf

dengan rata- rata diameternya 8,1 µm, ketebalan maksimum 2.7 µm dan

ketebalan minimum di bagian tengah lempengan kira-kira 1.0 µm. Sel darah

merah tidak berinti dan tidak dapat berproduksi atau melakukan metabolisme

ekstensif. Air menempati 70% dari volume sel, dan hemoglobin (Hb)

menempati 25% volume, sementara kandungan lain seperti protein dan lipid,

termasuk kolesterol menempati sisa volume ( 5% ). Fungsi eritrosit adalah

mengangkut oksigen yang terikat pada hemoglobin. Walaupun fungsi Hb yang

utama adalah membawa oksigen dan karbokdioksida, Hb juga memerankan

bagian penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa dalam tubuh.

(Dharmojo, 2009)

Molekul Hb adalah protein gabungan dengan Bm kira-kira 64.500. dibentuk

oleh dua komponen yang bersama-sama membentuk satu subunit protein

gabungan, yaitu satu pigmen yang berisi besi disebut heme terikat pada satu

molekul peptida yang disebut globin. Molekul Hb dari eritrosit secara fungsi

dibentuk  dari bentuk subunit tersebut. Dua subunit berisi satu molekul globin

Page 3: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

yang dipola sebagai satu rantai alfa dan dua subunit lainnya berisi molekul

globin yang dipola sebagai suatu rantai beta. Setiap molekul Hb fungsional

berisi empat atom besi dalam bentuk fero, dan Hb dapat bergabung dengan

empat molekul oksigen. Bila oksigen bergabung dengan empat atom besi

pertama, gabungan oksigen berikutnya dengan tiga atom besi sisanya sangat

dipertinggi. Dengan demikian, karena darah melalui paru-paru, hemoglobin

eritrosit memuat oksigen, yang diangkut ke seluruh jaringan tubuh lain. Dalam

jaringan tubuh, oksigen dilepas untuk digunakan oleh sel-sel

tubuh.Kemampuan Hb untuk bergabung dengan oksigen dan sebaliknya

merupakan gambaran bahwa molekul ini sangat luar biasa dan memberikan

peran berarti bagi homeostatis. Kemampuan untuk mengikat dan melepas

oksigen dipengaruhi oleh perubahan suhu, komposisi ion plasma, pH atau

kadar CO2. Pengatur kemampuan mengikat oksigen Hb paling penting adalah

pH dan tekanan parsial CO2. Cara- cara pengubahan pH dan pCO2 ( tekanan

parsial CO2 ) mempengaruhi persen kelarutan Hb. Ph dan pCO2 berkaitan

dengan kenyataan bahwa kadar  CO2 bertambah, konsentrasi H+ juga

bertambah. Perhatikan reaksi berikut;

CO2 + H2O    →   H2CO3     →   H+ + HCO3

Keterkaitan kerja pH dan pCO2 pada kemampuan mengikat oksigen terhadap

Hb dikenal dengan efek Bohr. Jika kadar CO2 dan H2O naik, maka

kemampuan Hb untuk mengikat oksigen turun. Dengan demikian, kalau

eritrosit dengan muatan oksigennya sampai jaringan perifer, maka eritrosit

akan menanggapi naiknya kadar CO2 yang telah dihasilkan oleh metabolisme

sel dengan melepaskan oksigen yang dibawanya. Karena tekanan parsial

oksigen di sekitar Hb turun, maka afinitas Hb terhadap oksigen juga turun. Ini

berarti bila aliran darah melalui jaringan yang kadar oksigennya rendah, Hb

melepas oksigennya dengan sangat mudah. Sebaliknya, pada jaringan yang

kadar oksigennya tinggi, Hb cepat mengangkut oksigen. Di paru-paru, bila

molekul Hb mengikat molekul oksigen, maka ia juga melepas H+ . ion H+ 

yang dilepas bergabung dengan ion bikarbonat dalam plasma membentuk

asam bikarbonat, yang kemudian melepas CO2 untuk dihembuskan.

(Dharmojo, 2009)

Pada jaringan perifer, banyak CO2 diproduksi dari metabolisme seluler. CO2 

membentuk asam bikarbonat ( H2CO3) yang berdisosiasi dalam larutan

Page 4: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

menjadi H+  dan HCO3. Dengan demikian rendahnya  pO2 dan naiknya H+ 

menyebabnya Hb melepas oksigen dan mengambil H+. kira-kira pertiga CO2

dibuang dari jaringan dalam bnetuk bikarbonat terlarut. Eritrosit berisi enzim

karbonat anhidrase, yang mengkatalis reaksi berikut: CO2 + H2O-H2CO3.

Pada jaringan perifer di mana CO2 diproduksi, karbonat anhidrase mendorong

reaksi kearah kanan. Dalam lingkungan paru-paru di mana CO2 relatif lebih

rendah dibandingkan di lingkungan jaringan, enzim menggerakkan reaksi ke

arah kiri. Karbondioksida juga langsung diangkut langsung pada molekul Hb

dalam membentuk gugus karbamino. Asam amino dalam rantai α dan rantai β

molekul Hb memiliki gugus asam amino lebih ( NH2 ). Asam amino demikian

seperti histide, arginine, dan lysine dapat bergabung dengan karbonsioksida.

(Dharmojo, 2009)

Bentuk eritrosit bikonkaf, seperti lempeng, memberi rasio luas permukaan

terhadap volume sangat besar. Luas permukaan memungkinkan pertukaran gas

cepat dari interior ke eksterior dan sebaliknya. Molekul- molekul gas yang

terletak di interor tak pernah jauh dari permukaan sel. Karenanya difusi dapat

berlangsung sempurna secara cepat melalui membran-membran. Bikonkafnya

eritrosit juga memungkinkan sel untuk menata ketidakteraturan osmotik yang

dapat ditanggapinya dengan melakukan perubahan volume, menggunakan

sedikit atau tekanan pada membran. Konsentrasi eritrosit selalu mendekati

normal, setiap perubahan dari nilai normal digunakan sebagai indikator bagi

beberapa gangguan . nilai normal konstan konsentrasi eritrosit

menggambarkan kenyataan bahwa laju produksi dan dektruksi sel benar-benar

seimbang. Pria sehat mempunyai kira-kira 5 juta eritrosit dalam setiap mm3

darah.wanita sehat mempunyai kira-kira 4.5 juta eritrosit dalam setiap mm3

darah. Pengaruh komulatif pemakaian dan perusakan mencapai derajad kritis

bagi setiap sel, pada titik ini eritrosit dirusak dan dibersihkan dari peredaran

oleh sel fagosit sistem retikuloendotelial. Lama hidup eritrosit mengikuti

distribusi dengan rata-rata lama hidup kira-kira 120 hari. Untuk menjaga

jumlah normal eritrosit, tubuh harus menghasilkan sel dewasa baru pada

kecepatan 2 juta setiap detik. Pada orang dewasa, produksi eritrosit mengambil

tempat di jaringan mieloid yang terletak di sumsum tulang dari tulang kranial,

rusuk, dada, korpus vertebra, epifisis proksimal humerus, dan femur. Proses

pembentukan eritrosit disebut eritropoesis. (Dharmojo, 2009)

Page 5: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

Hitung jumlah eritrosit

Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter

dalah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada

dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir

sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung

eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.

Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis

untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan

Pengencer yang digunakan adalah:

Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid

0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak

dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein,

rouleaux, aglutinasi.

Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml,

aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.

Natrium klorid 0.85 %

(Dharmojo, 2009)

2. Hitung Hematokrit

Nilai hematokrit adalah volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell

volume). Istilah lainnya nilai hematokrit adalah volume sel-sel eritrosit seluruhnya

dalam 100ml darah dan din inyatakan dalam %. Berdasarkan atas reprodusibilitas dan

sederhananya pemeriksaan tersebut merupakan salah satu pemeriksaan yang paling

dapat dipercaya di antara parameter lainnya, yaitu kadar Hb dan hitung eritrosit.

Dapat dipergunakan sebagai test penyaring sederhana terhadap anemia. Kadar

hematokrit digunakan untuk mencari nilai MCH ( Mean Corpusculum hemoglobin).

(Baron, 2008)

3. Nilai Indeks Eritrosit

Tujuan dari menghitung nilai index eritrosit adalah untuk

memperkirakan ukuran eritrosit rata-rata dan Banyaknya

hemoglobin tiap eritrosit

Nilai index eritrosit :

Page 6: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

a. Mean Corpusculer Volume (MCV) atau volume eritrosit

rata-rata (VER).

Satuan : femtoliter

MCV = Hematokrit

Jumlaheritrosit ( juta) x 10

Nilai normal : 82 – 92 femtoliter

b. Mean Corpusculer Hemoglobin (MCH) / Hemoglobin

eritrosit rata-rata (HER)

Adalah banyaknya hemoglobin per eritrosit.

Satuan : pikogram

MCH = Hemoglobin(Hb)

Jumlaheritrosit ( juta) x 10

Nilai normal : 27 – 32 pikogram

c. Mean Corpusculer Hemoglobin Concentration (MCHC)/

Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER)

Adalah kadar hemoglobin eritrosit yang didapat per

eritrosit.

Satuan : %

MCHC = HemoglobinHematokrit

x 100%

Nilai normal : 32 – 37 %

4. Hitung Jenis Leukosit

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah

putih. Didalam darah manusia, darah normal didapati jumlah leukosit rata-rata 4000-

11000 sel/mm3, dilihat dalam mikroskop cahaya, maka sel darah putih mempunyai

granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah

cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak

mempunyai granula, sitoplasmanya homogeny ddengan inti bentuk bulat (Bellanti,

1993)

terdapat dua jenis leukosit agranuler, yaitu : limfosit sel kecil, sitoplasma

sedikit, monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga

Page 7: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

jenis leukosit granuler, yaitu : netrofil, basofil dan asidofil(eosinofil) yang dapat

dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam

(Guyton,1997)

leukosit tidak memiliki hemoglobin sehingga tidak berwarna (putih),

kecuali jika diwarnai secara khusus agar dapat terlihat dibawah mikroskop. Tidak

seperti eritrosit, yang strukturnya uniform, berfungsi identik dan jumlahnya

konstan.tetapi leukosit bervariasi dalam struktur, fungsi dan jumlah. Terdapat lima

jenis leukosit yang bersirkulasi, yaitu: neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan

limfosit, dan masing-masing dengan struktur serta fungsi yang khas. Mereka semua

berukuran lebih besar dari pada eritrosit (Sherwood, 1996)

Page 8: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

BAB II

ISI

A. Pemeriksaan Jumlah Eritrosit

1. Alat :

Alat untuk mengambil darah vena / kapiler

Hemositometer :

- Bilik hitung Neubauer Improve.

- Kaca penutup.

- Pipet Eritrtosit : pipet dengan bola merah dengan skala 0,5 – 1 – 101.

- Mikroskop.

Reagen :

- Lar. Hayem tdd :

- Na2SO4 kristal : 5,0 gram.

- NaCl : 1,0 gram.

- HgCl2 : 0,5 gram.

- Aquadest : 200,0 ml.

2. BahanDarah vena / Kapiler

Prinsip pemeriksaan :

Menghitung sel eritrosit dalam larutan yang menghancurkan sel – sel lain.

3. Cara pemeriksaan :

Serupa menghitung sel Leukosit :

- Bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup diletakkan di bawah

mikroskop.

- Cari kotak kecil / kotak eritrosit ( bila menggunakan bilik hitung Neubauer Improve

ada ditengah )

Gambar :

Page 9: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

- Dengan pipet eritrosit, pipet darah sampai angka 1 ( pengencerran 100 x )

Atau sampai angka 0,5 ( pengenceran 200 x ). Bersihkan ujung pipet.

- pertahankan posisi pipet, hisap lar Hayem sampai angka 101.

- Bersihkan ujung pipet.

- Kocok dengan arah horizontal.

- Buang 3 tetes yang pertama.

- Teteskan ke bilik hitung lewat sela – sela kaca penutup.

Perhitungan :

Jumlah eritrosit = jumlah eritrosi t x 400 x 10 (tinggi bilik hitung) x 100

Jml kotak kecil yg dihitung

Nilai rujukan :

- Pria dewasa : 4,5 – 6,5 juta / mm3

- Wanita dewasa : 3,9 – 5,6 juta / mm3

- < 3 bulan : 4,0 – 5,6 juta / mm3

- 3 bulan : 3,2 – 4,5 juta / mm3

- 1 tahun : 3,6 – 5,0 juta / mm3

- 12 tahun : 4,2 – 5,2 juta / mm3

4. Hasil

Nama Probandus : Rizka Dana Prastiwi

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Jumlah eritrosit = jumlah eritrosit x 400 x 10 (tinggi bilik hitung) x 100

Jml kotak kecil yg dihitung

= 186 x 400 x 10 x 100

16

Page 10: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

= 4 650 000 / mm3

= Normal

5. Pembahasan

Pada praktikum penghitungan jumlah eritrosit kali ini didapatkan hasil yakni

jumalh eritrosit probandus terbilang normal, hal ini sesuai dengan standar nilai normal

jumlah eritrosit untuk wanita yaitu 3,9 – 5,6 juta / mm3. Pada praktikum kali ini,

digunakan bilik hitung neubauer improve seperti pada penghitungan jenis leukosit pada

praktikum sebelumnya. Pada praktikum kali ini, digunakan kotak tengah pada bilik

hitung untuk menghitung jumlah eritrosit, kali ini praktikan tidak mengalami kesulitan

yang besar dalam mencari kotak hitung eritrosit seperti pada praktikum sebelumnya.

Meski hasil yang didapat tergolong normal, tetap saja ada kemungkinan terjadi

kesalahan dalam praktikum baik yang sengaja maupun tidak sengaja, kesalahan-

kesalahan tersebut bisa saja datang dari aspek :

Alat.

Dalam hal ini mungkin saja terjadi kesalahan seperti pipet eritrosit yang lupa

dibersihkan atau kurang bersih ketika akan dimasukkan ke dalam darah atau larutan

hayem, kesalahan bisa juga datang dari kurang tepatnya larutan maupun sampel darah

pada skala di pipet.

Pemeriksa.

Kesalahan pada pemeriksa misalnya ketidaktelitian dalam menghitung jumlah

eritrosit pada mikroskop

6. Aplikasi Klinis

a. Anemia

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan dimana jumlah sel darah

merah atau jumlahhemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah

berada dibawah normal.

Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut

oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.

Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin

dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah

sesuai yang diperlukan tubuh

Atau, dapat dikatakan pula Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan

kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan

Page 11: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada

pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang

memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka

wanita itu dikatakan anemia.

Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk atau gangguan

penyerapan nutrisi oleh usus juga dapat menyebabkan seseorang mengalami

kekurangan darah. Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui, jika asupan zat

besi berkurang, besar kemungkinan akan terjadi anemia. Perdarahan di saluran

pencernaan, kebocoran pada saringan darah di ginjal, menstruasi yang berlebihan, serta

para pendonor darah yang tidak diimbangi dengan gizi yang baik dapat memiliki risiko

anemia.

Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada saat terjadi

perdarahan yang hebat, mungkin gejala anemia belum tampak. Transfusi darah

merupakan tindakan penanganan utama jika terjadi perdarahan akut. Perdarahan

tersebut biasanya tidak kita sadari. Pengeluaran darah biasanya berlangsung sedikit

demi sedikit dan dalam waktu yang lama.

Mineral besi, vitamin B12, dan asam folat merupakan nutrisi yang penting dalam

pembentukan sel darah. Kekurangan ketiga unsur tersebut dapat menyebabkan anemia.

Anemia karena defisiensi zat besi ditandai dengan adanya perubahan pada kulit. Kulit

tampak pucat dan kusam. Selain itu, terjadi kerusakan kelenjar secara terus menerus,

seperti lidah menjadi halus, bibir dan sudut-sudut mulut tampak pecah-pecah dan

berwarna kemerahan.

Zat besi (Fe) merupakan mineral yang sangat penting bagi tubuh, meskipun dibutuhkan

dalam jumlah yang sedikit (trace mineral). Hemoglobin, yang berfungsi mengangkut

oksigen ke seluruh tubuh, mengandung 60-70% zat besi. Kekurangan zat besi

menunjukkan bahwa tubuh kita kekurangan hemoglobin dan oksigen. Zat besi dapat

diperoleh dari sayuran hijau dan daging, tetapi zat besi yang terkandung dalam sayuran

lebih sulit diserap dibandingkan dengan zat besi dalam daging. Namun, itu bukan

berarti kita harus banyak mengonsumsi daging untuk mencukupi kebutuhan zat besi,

kecuali dalam keadaan defisiensi unsur besi. Setiap hari tubuh kita membutuhkan

sekitar 20 mg zat besi dari makanan. Namun dari sejumlah itu hanya sekitar 2 mg saja

yang diserap oleh tubuh, dan sisanya akan dibuang bersama dengan tinja. Zat besi

dalam tubuh kita berkisar 2-4 g, atau sekitar 50 mg dalam setiap kilogram berat badan

Page 12: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

pada pria dewasa. Sedangkan pada wanita hanya 35 mg dalam setiap kilogram berat

badan. Umumnya defisiensi zat besi disertai dengan defisiensi asam folat.

Kebutuhan tubuh terhadap vitamin B12 sama pentingnya dengan mineral besi. Vitamin

B12 bersama besi akan berfungsi sebagai bahan pembentuk sel darah merah. Bahkan

kekurangan vitamin B12 tidak hanya memicu anemia, melainkan dapat mengganggu

sistem saraf.

Gizi makanan sangat berkaitan dengan penyakit kurang darah. Konsumsi bahan

makanan yang miskin akan asam folat, besi, dan vitamin B12 cenderung menyebabkan

seseorang menjadi kurang darah (anemia). Asam folat dapat diperoleh dari daging,

sayuran hijau, dan susu. Asam folat termasuk nutrisi yang sangat mudah diserap oleh

usus dan berlangsung di sepanjang saluran pencernaan. Tetapi, mengapa masih banyak

ditemukan kasus anemia karena kekurangan asam folat. Masalahnya adalah pada kadar

gizi dalam makanan yang dikonsumsi. Gizi yang buruk atau malnutrisi merupakan

penyebab utamanya.

B. Hitung Hematokrit

1. Alat

a. Spuit

b. Torniquet

c. Kapas Alkohol

d. Tabung Kecil

e. Pipet Hematokrit : Panjang 7,5cm

: Lebar 1,2cm

f. Lampu Spiritus / Vaselin

g. Sentrifuge yang dapat memutar dengan kecapatan 16.000rpm

h. Skala pembaca Ht

Reagen

Heparin ( biasanya sudah melapisi lumen pipet kapiler Ht )

2. Bahan

Darah vena / Kapiler

3. Cara Kerja

Page 13: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

a. Pengambilan darah dilakukan.

b. Tabung kapiler diisi dengan darah samapi ¾ tabung.

Gambar :

c. Ujung tabung yang kosong dibakar dengan lampu spiritus atau

disumbat dengan vaselin, hingga benar-benar tertutup.

Gambar :

d. Di-sentrifuge dengan kecepatan 16.000 rpm selama 3-5 menit.

Gambar :

e. Panjang kolom merah dibaca dengan skala hematokrit.

Gambar :

Page 14: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

Kontrol Hasil

Nilai rujukan menurut DACIE

Pria : 42 ± 7%

Wanita : 42 ± 5%

Bayi baru lahir : 58 ± 10%

3 Bulan : 38 ± 6%

3 – 6 Bulan : 40 ± 4%

10 – 12 Bulan : 41 ± 4%

Rumus penghitungan hematokrit :

Ht = Panjang kolom merah x 100 %

Panjang total kolom

4. Hasil

Data Probandus:

Nama : Rizka Dana Prastiwi

Jenis Kelamin : Wanita

Ht = Panjang kolom merah x 100 %

Panjang total kolom

Ht = 41 x 100%

100

Ht = 41%

5. Pembahasan

Dari hasil yang didapatkan yaitu angka 41%, menunjukkan bahwa nilai Ht dari

probandus adalah normal. Karena merujuk pada nilai normal menurut DACIE untuk

wanita adalah 42 ± 5%.

6. Aplikasi Klinis

Page 15: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

Digunakan dalam tes sederhana untuk mengetahui penyakit anemia. ( Wahyu, 2011 )

C. Nilai Indeks Eritrosit1. Alat

Kalkulator

Alat Tulis

2. Bahan

Menggunakan keterangan nilai eritrosit dala juta, nilai hemoglobin,

dan nilai hematokrit yang sebelumnya sudah dicari dengan bilik

hitung Neubauer Improve.

3. Cara Kerja

Memperkirakan ukuran eritrosit rata-rata dan banyaknya

hemoglobin tiap eritrosit dengan menggunakan rumus MCV (Mean

Corpusculum Volume), MCH (Mean Corpusculum Hemoglobin), dan

MCHC (Mean Corpusculer Hemoglobin Concertration).

4. Hasil Praktikum

Penghitungan MCV :

MCV = Hematokrit

Jumlaheritrosit ( juta) x 10

= 41

4,65 x 10

= 88,17 femtoliter

Penghitungan MCH :

MCH = Hemoglobin(Hb)

Jumlaheritrosit ( juta) x 10

= 12

4.65 x 10

= 25.80 pikogram

Penghitungan MCHC :

MCHC = HemoglobinHematokrit

x 100%

= 1241

x 100%

Page 16: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

= 29,2 %

5. Pembahasan

Berdasarkan pada hasil perhitungan yang didapat bahwa probandus kami pada

perhitungan MCV didapat 88,17 femtoliter, MCH 25,80 pikogram, dan MCHC 29,2

%.. Adapun nilai normal MCV yaitu 82-92 femtoliter, MCH 27-32 Pikogram dan

MCHC 32-37%. Di percobaan kali ini nilai MCH dan MCHC probandus turun.

6. Aplikasi Klinis :

Anemia

Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang

dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan

wanita-wanita. Untuk laki-laki, anemia secara khas ditetapkan sebagai tingkat

hemoglobin yang kurang dari 13.5 gram/100ml dan pada wanita-wanita sebagai

hemoglobin yang kurang dari 12.0 gram/100ml. Definisi-definisi ini mungkin

bervariasi sedikit tergantung pada acuan sumber dan laboratorium yang digunakan.

Segala proses yang dapat mengganggu masa kehidupan normal dari sel darah merah

mungkin menyebabkan anemia. Masa kehidupan normal dari sel darah merah secara

khas adalah sekitar 120 hari. Sel-sel darah merah dibuat di sumsum tulang (bone

marrow).

Anemia pada dasarnya disebabkan melalui dua jalan-jalan dasar. Anemia disebabkan:

1. oleh pengurangan produksi sel darah merah atau hemoglobin, atau

2. oleh kehilangan atau penghancuran darah.

Sebagai kliasifikasi-klasifikasi yang lebih umum dari anemia (hemoglobin yang

rendah) berdasarkan pada MCV, atau volume dari sel-sel darah merah individu.

1. Jika MCV rendah (kurang dari 80), anemia dikategorikan sebagai microcytic anemia

(volume sel yang rendah).

2. Jika MCV didalam batasan normal (80-100), ia disebut normocytic anemia (volume

sel yang normal).

3. Jika MCV tinggi, maka ia disebut macrocytic anemia (volume sel yang besar).

Page 17: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

Melihat pada setiap komponen-komponen dari complete blood count (CBC), terutama

MCV, dokter dapat mengumpulkan petunjuk-petunjuk seperti apa yang menjadi sebab

yang paling umum untuk anemia. (AV Hofbrand,2005)

Anemia Menurut morfologi sel darah merah:

1. Mikrositik hipokromik (MCH/MCV/MCHC rendah):

anemia def. Besi, thalasemi, keracunan timah, sideroblastik, peny kronis

2. Normositik normokromik (MCV/MCHC Normal):

anemia aplastik, anemia hemolitik, anemia hemorragik)

3. Makrositik normokromik (MCV tinggi, MCHC N):

a. Anemia Megaloblastik

- Def vit B12 / as folat

- Efek Kemotherapi

- Synd Mielodisplastik

b. Non Megaloblastik

- Alkoholisme

- Peny.hepar

- Hemolisis, perdarahan

- Hipotiroidisme

(Hoffbrand, 2002)

D. Hitung Jenis Leukosit1. alat

mikroskop

Page 18: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

obyek glass

2. bahan

preparat anemia

3. cara kerja

siapkan preparat anemia

letakkan dibawah mikroskop

hitung jenis leukosit pada preparat anemia dengan mikroskop

hitung sel yang terlihat, % dikalikan jumlah jenis leukosit

stab / batang

Segmen

Eosinofil. Basofil

Limfosit. Monosit.

Page 19: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

4. hasil

No Nama sel 1 2 Jumlah %

1 Eosinofil 1 1 5%

2 Basofil

3 Staf

4 Segmen 8 4 12 60%

5 Limffosit 2 5 7 35%

6 Monosit

jumlah 10 10 100 %

5. Pembahasan

Dari pemeriksaan jenis leukosit, dapat dilihat bahwa jumlah jenis leukosit yang paling

banyak pada preparat anemia yaitu segmen, karena memang nilai normal segmen

lebih tinggi dari pada sel-sel yang lain, nilai normal sel yaitu:

eosinofil :1-4%

basofil :0-1%

staf : 2-5 %

segmen :50-70%

limfosit :20-40%

monosit: 1-6%

hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relative dari masing-masing jenis sel.

Untuk mendapatkan jumlah absolute dari masing-masing jenis sel maka nilai relative

yaitu,{% × jumlah total leukosit (sel/µl)}. Hitung jenis leukosit berbeda tergantung

umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedangkan pada orang

dewasa kebalikannya. Hitung jumlah leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus

kesediaan lain. Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih dari

10/100 leukosit, maka jumlah leukosit /µl perlu dikoreksi.

6. Aplikasi Klinis

Leukemia

Page 20: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

Leukemia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi

neoplasitik dari sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi

somatik sel bakal (stem cell) yang akan membentuk suatu klon sel leukemia.

Leukemia merupakan keganasan hemopoietik yang mengakibatkan proliferasi klon

yang abnormal dan sel bakal mengalami transformasi leukemia, terjadi kelainan

pada diferensiasi dan pertumbuhan dari sel limfoid dan mieloid.

Proliferasi ini memberikan berbagai keadaan yang sering ditemukan, yaitu

a. Penggantian difus sumsum tulang normal oleh sel leukemia dengan akumulasi sel

abnormal pada darah tepi.

b. Infiltrasi organ, misalnya hati, limpa, kelenjar limfe, meningen, dan gonad oleh sel

leukemik.

Etiologi dari leukemia adalah :

a. Radiasi (selamat dari bom atom)

b. Obat-obatan ( misalnya agen alkilating pada pengobatan limfom )

c. Zat kimia ( benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen

antineoplastik )

d. Virus

e. Faktor genetic ( kelainan kromosom )

f. Faktor lingkungan ( radiasi pergion dosis tinggi disertai manifestasi leukemia

yang timbul bertahun-tahun kemudian ).

Kegagalan sumsum tulang dengan anemia, neutropenia, dan trombositopenia

merupakan akibat yang paling penting, terutama pada leukemia akut.

Page 21: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

Leukemia sebenarnya merupakan suatu istilah untuk beberapa jenis penyakit

yang berbeda dengan manisfestasi patofiologis yang berbeda pula. Mulai dari yang

berat dengan penekanan sumsum tulang yang berat pula seperti pada leukemia akut

sampai kepada penyakit dengan perjalanan yang lambat dan gejala ringan (indolent)

seperti pada leukemia kronik. Pada dasarnya efek patofisiologi berbagai macam

leukemia akut mempunyai kemiripan tetapi sangat berbeda dengan leukemia kronik.

Kelainan yang menjadi ciri khas sel leukemia diantaranya termasuk asal mula

“gugus” sel (clonal), kelainan proliferasi, kelainan sitogenetik dan morfologi,

kegagalan differensiasi, petanda sel dan perbedaan biokimiawi terhadap sel normal.

Klasifikasi Leukemia menurut FAB :

a. Akut

1) Seri mieloid : AML (Acute Myeloblastic Leukemia)

a) M0 àleukemia mieloblastik akut dg diferensiasi minimal

b) M1 à leukemia mieloblastik akut tanpa maturasi

c) M2 à leukemia mieloblastik akut dg maturasi

d) M3 à leukemia promielositik akut

e) M4 à leukemia mielomonositik akut

f) M5a à leukemia monositik akut tanpa pematangan

g) M5b à leukemia monositik akut dg pematangan

h) M6 à eritroleukemia

i) M7 à leukemia megakariositik akut

2) Seri Limfoid : ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia)

a) L1 à blas kecil, homogen, sitoplasma sempit

b) L2 à blas besar, heterogen, sitoplasma bervariasi

Page 22: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

c) L3 à blas besar, heterogen, sitoplasma basofilik dan bervakuola

b. Kronik

1) Seri Mieloid

a) CML (Chronic Myelositik Leukemi)

b) PV (Polisitemia Vera)

c) ET (Essensial Thrombocythemia)

2) Seri Limfoid

a) CLL (Chronic Lymphositic Leukemi)

b) PLL (Prolimphositic Leukemia)

c) HCL (Hairy Cell Leukemi) (Price, 2005)

Page 23: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

BAB III

KESIMPULAN

1. Pada pemeriksaan jumlah eritrosit didapatkan hasil yaitu 4.650.999 eritrosit/mm3,

angka ini merupakan angka normal bagi nilai untuk ukuran wanita dewasa yaitu 4,5

– 6,5 juta/mm3.

2. Pada pemeriksaan hematokrit didapatkan hasil yaitu 41%. angka tersebut tergolong

normal. Nilai normal untuk pria dewasa adalah 42 + 5 %.

3. Pada penghitungan nilai indeks eritrosit didapatkan hasil ≈ 88,17 fl untuk MCV,

≈ 25,8 pg untuh MCH, dan ≈ 29 % untuk MCHC. Nilai tersebut masuk dalam

kategori tidak normal dan merupakan Normositik Hipokromik.

4. Pada hitung jenis leukosit bisa teridentifikasi Eosinofil (5%), Basofil (%), sel neutrofil

batang (%), neutrofil segmen (60%), limfosit (35%), dan monosit (%).

Page 24: 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III

DAFTAR PUSTAKA

Baron, D. N. 2008. Patologi Klinik. Jakarta : EGC

Bellanti, J. 1993. Prinsip-Prinsip Immunologi. Yogyakarta .UGM press

Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Hoffbrand AV, Petttit JE, Moss PAH. 2002. Kapita Selekta Hematologi.. Edisi 4. Jakarta :

EGC.

Price, Sylvia A. 2005. Gangguan Sistem Hematologi. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses

– Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC

Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta .EGC

Dharmojo, 2009