68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III
Transcript of 68815948 Laporan Praktikum Patologi Klinik Materi III
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK MATERI II
PEMERIKSAAN JUMLAH ERITROSIT, HEMATOKRIT, NILAI INDEKS
ERTROSIT DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT
Asisten
YONIFA ANNA WIASRI
G1A008045
Disusun Oleh :
Kelompok A.4
TSALASA AGUSTINA G1A010078
ELISABETH SERAFIYANI G1A010079
RIZKA DANA PRASTIWI G1A010080
SITI NURIKEN G1A010090
VICI MUHAMMAD AKBAR G1A010091
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul
Pemeriksaan Jumlah Eritrosit, Hematokrit, Nilai Indeks Eriitrosit, Hitung Jenis
Leukosit
B. Hari dan Tanggal Pelaksanaan
Selasa, 27 September 2011
C. Tujuan
1. Mengetahui cara pemeriksaan jumlah eritrosit
2. Mengetahui cara pemeriksaan jumlah hematokrit dalam darah
3. Mengetahui cara menghitung nilai indeks eritrosit
4. Mengetahui pemeriksaan hitung jenis leukosit
D. Dasar Teori
1. Pemeriksaan Jumlah Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah nampak sebagai lempengan bikonkaf
dengan rata- rata diameternya 8,1 µm, ketebalan maksimum 2.7 µm dan
ketebalan minimum di bagian tengah lempengan kira-kira 1.0 µm. Sel darah
merah tidak berinti dan tidak dapat berproduksi atau melakukan metabolisme
ekstensif. Air menempati 70% dari volume sel, dan hemoglobin (Hb)
menempati 25% volume, sementara kandungan lain seperti protein dan lipid,
termasuk kolesterol menempati sisa volume ( 5% ). Fungsi eritrosit adalah
mengangkut oksigen yang terikat pada hemoglobin. Walaupun fungsi Hb yang
utama adalah membawa oksigen dan karbokdioksida, Hb juga memerankan
bagian penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa dalam tubuh.
(Dharmojo, 2009)
Molekul Hb adalah protein gabungan dengan Bm kira-kira 64.500. dibentuk
oleh dua komponen yang bersama-sama membentuk satu subunit protein
gabungan, yaitu satu pigmen yang berisi besi disebut heme terikat pada satu
molekul peptida yang disebut globin. Molekul Hb dari eritrosit secara fungsi
dibentuk dari bentuk subunit tersebut. Dua subunit berisi satu molekul globin
yang dipola sebagai satu rantai alfa dan dua subunit lainnya berisi molekul
globin yang dipola sebagai suatu rantai beta. Setiap molekul Hb fungsional
berisi empat atom besi dalam bentuk fero, dan Hb dapat bergabung dengan
empat molekul oksigen. Bila oksigen bergabung dengan empat atom besi
pertama, gabungan oksigen berikutnya dengan tiga atom besi sisanya sangat
dipertinggi. Dengan demikian, karena darah melalui paru-paru, hemoglobin
eritrosit memuat oksigen, yang diangkut ke seluruh jaringan tubuh lain. Dalam
jaringan tubuh, oksigen dilepas untuk digunakan oleh sel-sel
tubuh.Kemampuan Hb untuk bergabung dengan oksigen dan sebaliknya
merupakan gambaran bahwa molekul ini sangat luar biasa dan memberikan
peran berarti bagi homeostatis. Kemampuan untuk mengikat dan melepas
oksigen dipengaruhi oleh perubahan suhu, komposisi ion plasma, pH atau
kadar CO2. Pengatur kemampuan mengikat oksigen Hb paling penting adalah
pH dan tekanan parsial CO2. Cara- cara pengubahan pH dan pCO2 ( tekanan
parsial CO2 ) mempengaruhi persen kelarutan Hb. Ph dan pCO2 berkaitan
dengan kenyataan bahwa kadar CO2 bertambah, konsentrasi H+ juga
bertambah. Perhatikan reaksi berikut;
CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3
Keterkaitan kerja pH dan pCO2 pada kemampuan mengikat oksigen terhadap
Hb dikenal dengan efek Bohr. Jika kadar CO2 dan H2O naik, maka
kemampuan Hb untuk mengikat oksigen turun. Dengan demikian, kalau
eritrosit dengan muatan oksigennya sampai jaringan perifer, maka eritrosit
akan menanggapi naiknya kadar CO2 yang telah dihasilkan oleh metabolisme
sel dengan melepaskan oksigen yang dibawanya. Karena tekanan parsial
oksigen di sekitar Hb turun, maka afinitas Hb terhadap oksigen juga turun. Ini
berarti bila aliran darah melalui jaringan yang kadar oksigennya rendah, Hb
melepas oksigennya dengan sangat mudah. Sebaliknya, pada jaringan yang
kadar oksigennya tinggi, Hb cepat mengangkut oksigen. Di paru-paru, bila
molekul Hb mengikat molekul oksigen, maka ia juga melepas H+ . ion H+
yang dilepas bergabung dengan ion bikarbonat dalam plasma membentuk
asam bikarbonat, yang kemudian melepas CO2 untuk dihembuskan.
(Dharmojo, 2009)
Pada jaringan perifer, banyak CO2 diproduksi dari metabolisme seluler. CO2
membentuk asam bikarbonat ( H2CO3) yang berdisosiasi dalam larutan
menjadi H+ dan HCO3. Dengan demikian rendahnya pO2 dan naiknya H+
menyebabnya Hb melepas oksigen dan mengambil H+. kira-kira pertiga CO2
dibuang dari jaringan dalam bnetuk bikarbonat terlarut. Eritrosit berisi enzim
karbonat anhidrase, yang mengkatalis reaksi berikut: CO2 + H2O-H2CO3.
Pada jaringan perifer di mana CO2 diproduksi, karbonat anhidrase mendorong
reaksi kearah kanan. Dalam lingkungan paru-paru di mana CO2 relatif lebih
rendah dibandingkan di lingkungan jaringan, enzim menggerakkan reaksi ke
arah kiri. Karbondioksida juga langsung diangkut langsung pada molekul Hb
dalam membentuk gugus karbamino. Asam amino dalam rantai α dan rantai β
molekul Hb memiliki gugus asam amino lebih ( NH2 ). Asam amino demikian
seperti histide, arginine, dan lysine dapat bergabung dengan karbonsioksida.
(Dharmojo, 2009)
Bentuk eritrosit bikonkaf, seperti lempeng, memberi rasio luas permukaan
terhadap volume sangat besar. Luas permukaan memungkinkan pertukaran gas
cepat dari interior ke eksterior dan sebaliknya. Molekul- molekul gas yang
terletak di interor tak pernah jauh dari permukaan sel. Karenanya difusi dapat
berlangsung sempurna secara cepat melalui membran-membran. Bikonkafnya
eritrosit juga memungkinkan sel untuk menata ketidakteraturan osmotik yang
dapat ditanggapinya dengan melakukan perubahan volume, menggunakan
sedikit atau tekanan pada membran. Konsentrasi eritrosit selalu mendekati
normal, setiap perubahan dari nilai normal digunakan sebagai indikator bagi
beberapa gangguan . nilai normal konstan konsentrasi eritrosit
menggambarkan kenyataan bahwa laju produksi dan dektruksi sel benar-benar
seimbang. Pria sehat mempunyai kira-kira 5 juta eritrosit dalam setiap mm3
darah.wanita sehat mempunyai kira-kira 4.5 juta eritrosit dalam setiap mm3
darah. Pengaruh komulatif pemakaian dan perusakan mencapai derajad kritis
bagi setiap sel, pada titik ini eritrosit dirusak dan dibersihkan dari peredaran
oleh sel fagosit sistem retikuloendotelial. Lama hidup eritrosit mengikuti
distribusi dengan rata-rata lama hidup kira-kira 120 hari. Untuk menjaga
jumlah normal eritrosit, tubuh harus menghasilkan sel dewasa baru pada
kecepatan 2 juta setiap detik. Pada orang dewasa, produksi eritrosit mengambil
tempat di jaringan mieloid yang terletak di sumsum tulang dari tulang kranial,
rusuk, dada, korpus vertebra, epifisis proksimal humerus, dan femur. Proses
pembentukan eritrosit disebut eritropoesis. (Dharmojo, 2009)
Hitung jumlah eritrosit
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter
dalah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada
dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir
sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung
eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis
untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan
Pengencer yang digunakan adalah:
Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid
0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak
dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein,
rouleaux, aglutinasi.
Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml,
aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
Natrium klorid 0.85 %
(Dharmojo, 2009)
2. Hitung Hematokrit
Nilai hematokrit adalah volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell
volume). Istilah lainnya nilai hematokrit adalah volume sel-sel eritrosit seluruhnya
dalam 100ml darah dan din inyatakan dalam %. Berdasarkan atas reprodusibilitas dan
sederhananya pemeriksaan tersebut merupakan salah satu pemeriksaan yang paling
dapat dipercaya di antara parameter lainnya, yaitu kadar Hb dan hitung eritrosit.
Dapat dipergunakan sebagai test penyaring sederhana terhadap anemia. Kadar
hematokrit digunakan untuk mencari nilai MCH ( Mean Corpusculum hemoglobin).
(Baron, 2008)
3. Nilai Indeks Eritrosit
Tujuan dari menghitung nilai index eritrosit adalah untuk
memperkirakan ukuran eritrosit rata-rata dan Banyaknya
hemoglobin tiap eritrosit
Nilai index eritrosit :
a. Mean Corpusculer Volume (MCV) atau volume eritrosit
rata-rata (VER).
Satuan : femtoliter
MCV = Hematokrit
Jumlaheritrosit ( juta) x 10
Nilai normal : 82 – 92 femtoliter
b. Mean Corpusculer Hemoglobin (MCH) / Hemoglobin
eritrosit rata-rata (HER)
Adalah banyaknya hemoglobin per eritrosit.
Satuan : pikogram
MCH = Hemoglobin(Hb)
Jumlaheritrosit ( juta) x 10
Nilai normal : 27 – 32 pikogram
c. Mean Corpusculer Hemoglobin Concentration (MCHC)/
Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER)
Adalah kadar hemoglobin eritrosit yang didapat per
eritrosit.
Satuan : %
MCHC = HemoglobinHematokrit
x 100%
Nilai normal : 32 – 37 %
4. Hitung Jenis Leukosit
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah
putih. Didalam darah manusia, darah normal didapati jumlah leukosit rata-rata 4000-
11000 sel/mm3, dilihat dalam mikroskop cahaya, maka sel darah putih mempunyai
granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah
cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak
mempunyai granula, sitoplasmanya homogeny ddengan inti bentuk bulat (Bellanti,
1993)
terdapat dua jenis leukosit agranuler, yaitu : limfosit sel kecil, sitoplasma
sedikit, monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga
jenis leukosit granuler, yaitu : netrofil, basofil dan asidofil(eosinofil) yang dapat
dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam
(Guyton,1997)
leukosit tidak memiliki hemoglobin sehingga tidak berwarna (putih),
kecuali jika diwarnai secara khusus agar dapat terlihat dibawah mikroskop. Tidak
seperti eritrosit, yang strukturnya uniform, berfungsi identik dan jumlahnya
konstan.tetapi leukosit bervariasi dalam struktur, fungsi dan jumlah. Terdapat lima
jenis leukosit yang bersirkulasi, yaitu: neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan
limfosit, dan masing-masing dengan struktur serta fungsi yang khas. Mereka semua
berukuran lebih besar dari pada eritrosit (Sherwood, 1996)
BAB II
ISI
A. Pemeriksaan Jumlah Eritrosit
1. Alat :
Alat untuk mengambil darah vena / kapiler
Hemositometer :
- Bilik hitung Neubauer Improve.
- Kaca penutup.
- Pipet Eritrtosit : pipet dengan bola merah dengan skala 0,5 – 1 – 101.
- Mikroskop.
Reagen :
- Lar. Hayem tdd :
- Na2SO4 kristal : 5,0 gram.
- NaCl : 1,0 gram.
- HgCl2 : 0,5 gram.
- Aquadest : 200,0 ml.
2. BahanDarah vena / Kapiler
Prinsip pemeriksaan :
Menghitung sel eritrosit dalam larutan yang menghancurkan sel – sel lain.
3. Cara pemeriksaan :
Serupa menghitung sel Leukosit :
- Bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup diletakkan di bawah
mikroskop.
- Cari kotak kecil / kotak eritrosit ( bila menggunakan bilik hitung Neubauer Improve
ada ditengah )
Gambar :
- Dengan pipet eritrosit, pipet darah sampai angka 1 ( pengencerran 100 x )
Atau sampai angka 0,5 ( pengenceran 200 x ). Bersihkan ujung pipet.
- pertahankan posisi pipet, hisap lar Hayem sampai angka 101.
- Bersihkan ujung pipet.
- Kocok dengan arah horizontal.
- Buang 3 tetes yang pertama.
- Teteskan ke bilik hitung lewat sela – sela kaca penutup.
Perhitungan :
Jumlah eritrosit = jumlah eritrosi t x 400 x 10 (tinggi bilik hitung) x 100
Jml kotak kecil yg dihitung
Nilai rujukan :
- Pria dewasa : 4,5 – 6,5 juta / mm3
- Wanita dewasa : 3,9 – 5,6 juta / mm3
- < 3 bulan : 4,0 – 5,6 juta / mm3
- 3 bulan : 3,2 – 4,5 juta / mm3
- 1 tahun : 3,6 – 5,0 juta / mm3
- 12 tahun : 4,2 – 5,2 juta / mm3
4. Hasil
Nama Probandus : Rizka Dana Prastiwi
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Jumlah eritrosit = jumlah eritrosit x 400 x 10 (tinggi bilik hitung) x 100
Jml kotak kecil yg dihitung
= 186 x 400 x 10 x 100
16
= 4 650 000 / mm3
= Normal
5. Pembahasan
Pada praktikum penghitungan jumlah eritrosit kali ini didapatkan hasil yakni
jumalh eritrosit probandus terbilang normal, hal ini sesuai dengan standar nilai normal
jumlah eritrosit untuk wanita yaitu 3,9 – 5,6 juta / mm3. Pada praktikum kali ini,
digunakan bilik hitung neubauer improve seperti pada penghitungan jenis leukosit pada
praktikum sebelumnya. Pada praktikum kali ini, digunakan kotak tengah pada bilik
hitung untuk menghitung jumlah eritrosit, kali ini praktikan tidak mengalami kesulitan
yang besar dalam mencari kotak hitung eritrosit seperti pada praktikum sebelumnya.
Meski hasil yang didapat tergolong normal, tetap saja ada kemungkinan terjadi
kesalahan dalam praktikum baik yang sengaja maupun tidak sengaja, kesalahan-
kesalahan tersebut bisa saja datang dari aspek :
Alat.
Dalam hal ini mungkin saja terjadi kesalahan seperti pipet eritrosit yang lupa
dibersihkan atau kurang bersih ketika akan dimasukkan ke dalam darah atau larutan
hayem, kesalahan bisa juga datang dari kurang tepatnya larutan maupun sampel darah
pada skala di pipet.
Pemeriksa.
Kesalahan pada pemeriksa misalnya ketidaktelitian dalam menghitung jumlah
eritrosit pada mikroskop
6. Aplikasi Klinis
a. Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan dimana jumlah sel darah
merah atau jumlahhemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada dibawah normal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah
sesuai yang diperlukan tubuh
Atau, dapat dikatakan pula Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada
pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang
memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka
wanita itu dikatakan anemia.
Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk atau gangguan
penyerapan nutrisi oleh usus juga dapat menyebabkan seseorang mengalami
kekurangan darah. Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui, jika asupan zat
besi berkurang, besar kemungkinan akan terjadi anemia. Perdarahan di saluran
pencernaan, kebocoran pada saringan darah di ginjal, menstruasi yang berlebihan, serta
para pendonor darah yang tidak diimbangi dengan gizi yang baik dapat memiliki risiko
anemia.
Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada saat terjadi
perdarahan yang hebat, mungkin gejala anemia belum tampak. Transfusi darah
merupakan tindakan penanganan utama jika terjadi perdarahan akut. Perdarahan
tersebut biasanya tidak kita sadari. Pengeluaran darah biasanya berlangsung sedikit
demi sedikit dan dalam waktu yang lama.
Mineral besi, vitamin B12, dan asam folat merupakan nutrisi yang penting dalam
pembentukan sel darah. Kekurangan ketiga unsur tersebut dapat menyebabkan anemia.
Anemia karena defisiensi zat besi ditandai dengan adanya perubahan pada kulit. Kulit
tampak pucat dan kusam. Selain itu, terjadi kerusakan kelenjar secara terus menerus,
seperti lidah menjadi halus, bibir dan sudut-sudut mulut tampak pecah-pecah dan
berwarna kemerahan.
Zat besi (Fe) merupakan mineral yang sangat penting bagi tubuh, meskipun dibutuhkan
dalam jumlah yang sedikit (trace mineral). Hemoglobin, yang berfungsi mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh, mengandung 60-70% zat besi. Kekurangan zat besi
menunjukkan bahwa tubuh kita kekurangan hemoglobin dan oksigen. Zat besi dapat
diperoleh dari sayuran hijau dan daging, tetapi zat besi yang terkandung dalam sayuran
lebih sulit diserap dibandingkan dengan zat besi dalam daging. Namun, itu bukan
berarti kita harus banyak mengonsumsi daging untuk mencukupi kebutuhan zat besi,
kecuali dalam keadaan defisiensi unsur besi. Setiap hari tubuh kita membutuhkan
sekitar 20 mg zat besi dari makanan. Namun dari sejumlah itu hanya sekitar 2 mg saja
yang diserap oleh tubuh, dan sisanya akan dibuang bersama dengan tinja. Zat besi
dalam tubuh kita berkisar 2-4 g, atau sekitar 50 mg dalam setiap kilogram berat badan
pada pria dewasa. Sedangkan pada wanita hanya 35 mg dalam setiap kilogram berat
badan. Umumnya defisiensi zat besi disertai dengan defisiensi asam folat.
Kebutuhan tubuh terhadap vitamin B12 sama pentingnya dengan mineral besi. Vitamin
B12 bersama besi akan berfungsi sebagai bahan pembentuk sel darah merah. Bahkan
kekurangan vitamin B12 tidak hanya memicu anemia, melainkan dapat mengganggu
sistem saraf.
Gizi makanan sangat berkaitan dengan penyakit kurang darah. Konsumsi bahan
makanan yang miskin akan asam folat, besi, dan vitamin B12 cenderung menyebabkan
seseorang menjadi kurang darah (anemia). Asam folat dapat diperoleh dari daging,
sayuran hijau, dan susu. Asam folat termasuk nutrisi yang sangat mudah diserap oleh
usus dan berlangsung di sepanjang saluran pencernaan. Tetapi, mengapa masih banyak
ditemukan kasus anemia karena kekurangan asam folat. Masalahnya adalah pada kadar
gizi dalam makanan yang dikonsumsi. Gizi yang buruk atau malnutrisi merupakan
penyebab utamanya.
B. Hitung Hematokrit
1. Alat
a. Spuit
b. Torniquet
c. Kapas Alkohol
d. Tabung Kecil
e. Pipet Hematokrit : Panjang 7,5cm
: Lebar 1,2cm
f. Lampu Spiritus / Vaselin
g. Sentrifuge yang dapat memutar dengan kecapatan 16.000rpm
h. Skala pembaca Ht
Reagen
Heparin ( biasanya sudah melapisi lumen pipet kapiler Ht )
2. Bahan
Darah vena / Kapiler
3. Cara Kerja
a. Pengambilan darah dilakukan.
b. Tabung kapiler diisi dengan darah samapi ¾ tabung.
Gambar :
c. Ujung tabung yang kosong dibakar dengan lampu spiritus atau
disumbat dengan vaselin, hingga benar-benar tertutup.
Gambar :
d. Di-sentrifuge dengan kecepatan 16.000 rpm selama 3-5 menit.
Gambar :
e. Panjang kolom merah dibaca dengan skala hematokrit.
Gambar :
Kontrol Hasil
Nilai rujukan menurut DACIE
Pria : 42 ± 7%
Wanita : 42 ± 5%
Bayi baru lahir : 58 ± 10%
3 Bulan : 38 ± 6%
3 – 6 Bulan : 40 ± 4%
10 – 12 Bulan : 41 ± 4%
Rumus penghitungan hematokrit :
Ht = Panjang kolom merah x 100 %
Panjang total kolom
4. Hasil
Data Probandus:
Nama : Rizka Dana Prastiwi
Jenis Kelamin : Wanita
Ht = Panjang kolom merah x 100 %
Panjang total kolom
Ht = 41 x 100%
100
Ht = 41%
5. Pembahasan
Dari hasil yang didapatkan yaitu angka 41%, menunjukkan bahwa nilai Ht dari
probandus adalah normal. Karena merujuk pada nilai normal menurut DACIE untuk
wanita adalah 42 ± 5%.
6. Aplikasi Klinis
Digunakan dalam tes sederhana untuk mengetahui penyakit anemia. ( Wahyu, 2011 )
C. Nilai Indeks Eritrosit1. Alat
Kalkulator
Alat Tulis
2. Bahan
Menggunakan keterangan nilai eritrosit dala juta, nilai hemoglobin,
dan nilai hematokrit yang sebelumnya sudah dicari dengan bilik
hitung Neubauer Improve.
3. Cara Kerja
Memperkirakan ukuran eritrosit rata-rata dan banyaknya
hemoglobin tiap eritrosit dengan menggunakan rumus MCV (Mean
Corpusculum Volume), MCH (Mean Corpusculum Hemoglobin), dan
MCHC (Mean Corpusculer Hemoglobin Concertration).
4. Hasil Praktikum
Penghitungan MCV :
MCV = Hematokrit
Jumlaheritrosit ( juta) x 10
= 41
4,65 x 10
= 88,17 femtoliter
Penghitungan MCH :
MCH = Hemoglobin(Hb)
Jumlaheritrosit ( juta) x 10
= 12
4.65 x 10
= 25.80 pikogram
Penghitungan MCHC :
MCHC = HemoglobinHematokrit
x 100%
= 1241
x 100%
= 29,2 %
5. Pembahasan
Berdasarkan pada hasil perhitungan yang didapat bahwa probandus kami pada
perhitungan MCV didapat 88,17 femtoliter, MCH 25,80 pikogram, dan MCHC 29,2
%.. Adapun nilai normal MCV yaitu 82-92 femtoliter, MCH 27-32 Pikogram dan
MCHC 32-37%. Di percobaan kali ini nilai MCH dan MCHC probandus turun.
6. Aplikasi Klinis :
Anemia
Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang
dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan
wanita-wanita. Untuk laki-laki, anemia secara khas ditetapkan sebagai tingkat
hemoglobin yang kurang dari 13.5 gram/100ml dan pada wanita-wanita sebagai
hemoglobin yang kurang dari 12.0 gram/100ml. Definisi-definisi ini mungkin
bervariasi sedikit tergantung pada acuan sumber dan laboratorium yang digunakan.
Segala proses yang dapat mengganggu masa kehidupan normal dari sel darah merah
mungkin menyebabkan anemia. Masa kehidupan normal dari sel darah merah secara
khas adalah sekitar 120 hari. Sel-sel darah merah dibuat di sumsum tulang (bone
marrow).
Anemia pada dasarnya disebabkan melalui dua jalan-jalan dasar. Anemia disebabkan:
1. oleh pengurangan produksi sel darah merah atau hemoglobin, atau
2. oleh kehilangan atau penghancuran darah.
Sebagai kliasifikasi-klasifikasi yang lebih umum dari anemia (hemoglobin yang
rendah) berdasarkan pada MCV, atau volume dari sel-sel darah merah individu.
1. Jika MCV rendah (kurang dari 80), anemia dikategorikan sebagai microcytic anemia
(volume sel yang rendah).
2. Jika MCV didalam batasan normal (80-100), ia disebut normocytic anemia (volume
sel yang normal).
3. Jika MCV tinggi, maka ia disebut macrocytic anemia (volume sel yang besar).
Melihat pada setiap komponen-komponen dari complete blood count (CBC), terutama
MCV, dokter dapat mengumpulkan petunjuk-petunjuk seperti apa yang menjadi sebab
yang paling umum untuk anemia. (AV Hofbrand,2005)
Anemia Menurut morfologi sel darah merah:
1. Mikrositik hipokromik (MCH/MCV/MCHC rendah):
anemia def. Besi, thalasemi, keracunan timah, sideroblastik, peny kronis
2. Normositik normokromik (MCV/MCHC Normal):
anemia aplastik, anemia hemolitik, anemia hemorragik)
3. Makrositik normokromik (MCV tinggi, MCHC N):
a. Anemia Megaloblastik
- Def vit B12 / as folat
- Efek Kemotherapi
- Synd Mielodisplastik
b. Non Megaloblastik
- Alkoholisme
- Peny.hepar
- Hemolisis, perdarahan
- Hipotiroidisme
(Hoffbrand, 2002)
D. Hitung Jenis Leukosit1. alat
mikroskop
obyek glass
2. bahan
preparat anemia
3. cara kerja
siapkan preparat anemia
letakkan dibawah mikroskop
hitung jenis leukosit pada preparat anemia dengan mikroskop
hitung sel yang terlihat, % dikalikan jumlah jenis leukosit
stab / batang
Segmen
Eosinofil. Basofil
Limfosit. Monosit.
4. hasil
No Nama sel 1 2 Jumlah %
1 Eosinofil 1 1 5%
2 Basofil
3 Staf
4 Segmen 8 4 12 60%
5 Limffosit 2 5 7 35%
6 Monosit
jumlah 10 10 100 %
5. Pembahasan
Dari pemeriksaan jenis leukosit, dapat dilihat bahwa jumlah jenis leukosit yang paling
banyak pada preparat anemia yaitu segmen, karena memang nilai normal segmen
lebih tinggi dari pada sel-sel yang lain, nilai normal sel yaitu:
eosinofil :1-4%
basofil :0-1%
staf : 2-5 %
segmen :50-70%
limfosit :20-40%
monosit: 1-6%
hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relative dari masing-masing jenis sel.
Untuk mendapatkan jumlah absolute dari masing-masing jenis sel maka nilai relative
yaitu,{% × jumlah total leukosit (sel/µl)}. Hitung jenis leukosit berbeda tergantung
umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedangkan pada orang
dewasa kebalikannya. Hitung jumlah leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus
kesediaan lain. Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih dari
10/100 leukosit, maka jumlah leukosit /µl perlu dikoreksi.
6. Aplikasi Klinis
Leukemia
Leukemia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi
neoplasitik dari sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi
somatik sel bakal (stem cell) yang akan membentuk suatu klon sel leukemia.
Leukemia merupakan keganasan hemopoietik yang mengakibatkan proliferasi klon
yang abnormal dan sel bakal mengalami transformasi leukemia, terjadi kelainan
pada diferensiasi dan pertumbuhan dari sel limfoid dan mieloid.
Proliferasi ini memberikan berbagai keadaan yang sering ditemukan, yaitu
a. Penggantian difus sumsum tulang normal oleh sel leukemia dengan akumulasi sel
abnormal pada darah tepi.
b. Infiltrasi organ, misalnya hati, limpa, kelenjar limfe, meningen, dan gonad oleh sel
leukemik.
Etiologi dari leukemia adalah :
a. Radiasi (selamat dari bom atom)
b. Obat-obatan ( misalnya agen alkilating pada pengobatan limfom )
c. Zat kimia ( benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen
antineoplastik )
d. Virus
e. Faktor genetic ( kelainan kromosom )
f. Faktor lingkungan ( radiasi pergion dosis tinggi disertai manifestasi leukemia
yang timbul bertahun-tahun kemudian ).
Kegagalan sumsum tulang dengan anemia, neutropenia, dan trombositopenia
merupakan akibat yang paling penting, terutama pada leukemia akut.
Leukemia sebenarnya merupakan suatu istilah untuk beberapa jenis penyakit
yang berbeda dengan manisfestasi patofiologis yang berbeda pula. Mulai dari yang
berat dengan penekanan sumsum tulang yang berat pula seperti pada leukemia akut
sampai kepada penyakit dengan perjalanan yang lambat dan gejala ringan (indolent)
seperti pada leukemia kronik. Pada dasarnya efek patofisiologi berbagai macam
leukemia akut mempunyai kemiripan tetapi sangat berbeda dengan leukemia kronik.
Kelainan yang menjadi ciri khas sel leukemia diantaranya termasuk asal mula
“gugus” sel (clonal), kelainan proliferasi, kelainan sitogenetik dan morfologi,
kegagalan differensiasi, petanda sel dan perbedaan biokimiawi terhadap sel normal.
Klasifikasi Leukemia menurut FAB :
a. Akut
1) Seri mieloid : AML (Acute Myeloblastic Leukemia)
a) M0 àleukemia mieloblastik akut dg diferensiasi minimal
b) M1 à leukemia mieloblastik akut tanpa maturasi
c) M2 à leukemia mieloblastik akut dg maturasi
d) M3 à leukemia promielositik akut
e) M4 à leukemia mielomonositik akut
f) M5a à leukemia monositik akut tanpa pematangan
g) M5b à leukemia monositik akut dg pematangan
h) M6 à eritroleukemia
i) M7 à leukemia megakariositik akut
2) Seri Limfoid : ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia)
a) L1 à blas kecil, homogen, sitoplasma sempit
b) L2 à blas besar, heterogen, sitoplasma bervariasi
c) L3 à blas besar, heterogen, sitoplasma basofilik dan bervakuola
b. Kronik
1) Seri Mieloid
a) CML (Chronic Myelositik Leukemi)
b) PV (Polisitemia Vera)
c) ET (Essensial Thrombocythemia)
2) Seri Limfoid
a) CLL (Chronic Lymphositic Leukemi)
b) PLL (Prolimphositic Leukemia)
c) HCL (Hairy Cell Leukemi) (Price, 2005)
BAB III
KESIMPULAN
1. Pada pemeriksaan jumlah eritrosit didapatkan hasil yaitu 4.650.999 eritrosit/mm3,
angka ini merupakan angka normal bagi nilai untuk ukuran wanita dewasa yaitu 4,5
– 6,5 juta/mm3.
2. Pada pemeriksaan hematokrit didapatkan hasil yaitu 41%. angka tersebut tergolong
normal. Nilai normal untuk pria dewasa adalah 42 + 5 %.
3. Pada penghitungan nilai indeks eritrosit didapatkan hasil ≈ 88,17 fl untuk MCV,
≈ 25,8 pg untuh MCH, dan ≈ 29 % untuk MCHC. Nilai tersebut masuk dalam
kategori tidak normal dan merupakan Normositik Hipokromik.
4. Pada hitung jenis leukosit bisa teridentifikasi Eosinofil (5%), Basofil (%), sel neutrofil
batang (%), neutrofil segmen (60%), limfosit (35%), dan monosit (%).
DAFTAR PUSTAKA
Baron, D. N. 2008. Patologi Klinik. Jakarta : EGC
Bellanti, J. 1993. Prinsip-Prinsip Immunologi. Yogyakarta .UGM press
Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Hoffbrand AV, Petttit JE, Moss PAH. 2002. Kapita Selekta Hematologi.. Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Price, Sylvia A. 2005. Gangguan Sistem Hematologi. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses
– Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC
Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta .EGC
Dharmojo, 2009