LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

29
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK URINALISIS OLEH: Faridatun Hasanah H1A011 Fita Nirma Listya Fujiyani Sulistiyawati A. Gusti Ayu Laras Sinta Harvey Alvin Hartono Husna Amalia Emha Ika Putri Yuliani H1A011034 Indah Widya Astuti H1A011035

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

URINALISIS

OLEH:

Faridatun Hasanah H1A011

Fita Nirma Listya

Fujiyani Sulistiyawati A.

Gusti Ayu Laras Sinta

Harvey Alvin Hartono

Husna Amalia Emha

Ika Putri Yuliani H1A011034

Indah Widya Astuti H1A011035

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Nusa Tenggara Barat

2013

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan rahmat-Nya kami dapat

menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya. Laporan ini berisi tentang

kegiatan yang dilakukan saat praktikum patologi klinik dan hasil serta pembahasan dari

kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan.

Kami sadar bahwa laporan kelompok kami masih banyak memiliki kekurangan, kami

berharap saran dan kritik yang membangun untuk laporan kami kedepannya agar jauh lebih

baik lagi.

Mataram, 26 September 2013

Penyusun

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB I. Landasan Teori ...................................................................................................

A. Pemeriksaan Makroskopis…………………………………………………..

B. Pemeriksaan Kimia……………………………………………………….…

C. Pemeriksan Mikroskopis……………………………………………………

BAB II. Pelaksanaan Praktikum......................................................................................

A. Tempat dan Waktu Praktikum...........................................................................

B. Tujuan Praktikum..........................................................................................

C. Alat dan Bahan..............................................................................................

D. Prosedur Praktikum.......................................................................................

E. Hasil Praktikum.............................................................................................

F. Pembahasan...................................................................................................

Daftar Pustaka..................................................................................................................

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

BAB I

LANDASAN TEORI

A. Pemeriksaan Makroskopis

1. BAU

Urine yang baru pada umumnya tidak begitu berbau keras. Bau disebut pesing

disebabkan oleh asam-asam yang mudah menguap. Bau dapat dipengaruhi oleh

makanan maupun minuman. Apabila urine dibiarkan terlalu lama maka akan berbau

amonia, oleh karena terjadi pemecahan ureum. Aceton memberi bau manis,

sedangkan kuman-kuman memberi bau busuk pada urine.

2. WARNA

Dalam keadaan normal urine berwarna kuning muda yang disebabkan oleh karena

adanya urochrome. Perubahan non patologik pada umumnya disebabkan oleh bahan-

bahan atau obat-obatan yang dimakan.

3. BUIH

Bila urine dikocock akan timbul buih yang berwarna putih. Buih yang berwarna

kuning dapat disebabkan oleh : pigmen empedu (billirubin) dan phenylazodiamino-

pyridine.

4. KEKERUHAN

Urine baru dan normal pada umumnya jernih. Kekeruhan yang timbul pada umumnya

disebabkan oleh :

1) Fosfat amorf

Warnanya putih

Hilang bila diberi asam

Terdapat pada urine yang alkalis

2) Urat amorf

Warnanya kuning coklat

Hilang bila dipanaskan

Terdapat pada urinr yang asam

3) Darah : merah sampai coklat

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

4) Pus : seperti susu tetapi jernih setelah disaring

5)Kuman-kuman : pada umumnya akan tetap keruh setelah disaring ataupun

dipusingkan. Pada urethritis terlihat benang-benang halus.

5. VOLUME

Orang dewasa normal produksi urine per 24 jam adalah sekitar 1,5 L. jumlah ini

sangat bervariasi tergantung pada :

Luas permukaan tubuh

Pemakaian cairan

Kelembaban udara atau penguapan

Volume Urine Abnormal :

Poliuria

Volume urine meningkat, dijumpai pada keadaan-keadaan seperti DM, DI, nefritis

kronik, beberapa penyakit syaraf, edema yang menyembuh.

Oliguria

Volume urine berkurang. Dapat dijumpai pada keadaan-keadaan seperti, penyakit

ginjal, dehidrasi, sirosis hati.

Anuria

Tidak ada produksi urine. Dapat terjadi pada keadaan-keadaan seperti circulatory

collaps (sistolik < 70 mmHg, acute renal failure, keracunan sublimat, dan lain-

lain.

Residual urine (urine sisa)

Urine sisa merupakan volume urine yang diperoleh dari kateterisasi setelah

sebelumnya pasien diminta kencing sepuas-puasnya.

6. BERAT JENIS

Berat jenis urine normal berkisar antara 1,003 -1,030. BJ urine rendah dapat

disebabkan oleh karena banyak minum, udara dingin, DI (diabetes Insipidus)< 1,005.

BJ urine tinggi dapat disebabkan oleh dehidrasi, proteinuria, dan DM.

7. pH

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

pH urine normal berkisar antara 4,8 – 7,5 (sekitar 6,00). Pemeriksaan pH hendaknya

segera dilakukan (urine segar) karena urine yang sudah lama cenderung untuk

menjadi lebih alkalis (urine berubah menjadi amonia).

B. Pemeriksaan Kimia

1. Pemeriksaan kadar gula

a. Dengan methode carik uji/carik selup, prinsip pemeriksaan : glukose oksidase.

b. Dengan metode Benedict

Prinsip:

Urine yang mengandung glukose akan mereduksi kuprisulfat menjadi kuprosulfat

sehingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi kuning sampai jingga atau

kecoklatan.

2. Pemeriksaan protein/albumin

Pemeriksaan protein dapat ditentukan secara kualitatif maupun secara

kuantitatif . Pemeriksaan secara kualitatif ini larutan yang digunakan adalah asam

asetat 6% dengan asam sulfosalisilat 20% dan dengan menggunakan carik uji.

Sedangkan untuk pemeriksaan secara kuantitatif dengan methode Esbach

Proteinuria adalah tanda dari gagal ginjal kronis (CKD), yang dapat

disebabkan oleh diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit yang menyebabkan

peradangan pada ginjal.

Orang dengan diabetes, hipertensi, atau latar belakang keluarga tertentu

beresiko untuk mengalami proteinuria. Di Amerika Serikat, diabetes merupakan

penyebab utama ESRD. Albumin dalam urin adalah salah satu tanda pertama

memburuknya fungsi ginjal.

C. Pemeriksaan Mikroskopis

1. Mikroorganisme

a. Bakteri

Bakteri umum terdapat dalam spesimen urin karena banyaknya mikroba

flora normal vagina atau meatus uretra eksternal serta karena kemampuan bakteri

yang cepat untuk berkembang biak dalam urine pada suhu kamar. Bakteri juga

dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah pengumpul, kontaminasi tinja,

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

dalam urine yang dibiarkan lama (basi), atau memang dari infeksi di saluran

kemih. Oleh karena itu pengumpulan urine harus dilakukan dengan benar.

Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih

memerlukan tes biakan kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk

melihat apakah jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari

100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa

organisme mencerminkan kontaminasi. Namun demikian, keberadaan setiap

organisme dalam spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.

b. Trichomonas vaginalis

Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari

urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2

kali diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan

melihat adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.

Gambar 1. Trichomonas vaginalis

c. Ragi

Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka

sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf. Cara

membedakannya adalah bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas. Jamur

yang paling sering ditemukan adalah Candida, yang dapat menginvasi kandung

kemih, uretra, atau vagina.

Gambar 2. Sel ragi

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

2. Kristal

Kristal yang sering dijumpai pada urinalisa adalah kristal calcium oxallate, triple

phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik

yang penting. Namun, dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain

infeksi, memungkinkan timbulnya batu saluran kemih yaitu terbentuknya batu ginjal-

saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan

dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai

kristaluria dan penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu.

a. Kalsium oksalat

Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang sehat.

Kristal ini dapat terbentuk pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang asam.

Ukuran kristal bervariasi dari yang cukup besar sampai yang sangat kecil. Kristal

kalsium oksalat bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop atau

halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan

tertentu (asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + )

kristal kalsium oxallate per LPB (lapang pandang besar) masih dinyatakan

normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan

abnormal.

Gambar 3. Kristal Kalsium Oksalat

Terdapat dua macam Kristal kalsium oksalat, yaitu:

Weddelite atau calcium oxalate di-hydrate mengkristal secara tetragonal.

Umumnya bentuk Kristal berupa pyramid ganda dengan delapan penampang.

Kristal weddelite tidak memiliki nilai diagnosis yang spesifik, karena pada

beberapa kasus dapat dengan mudah ditemukan kristal ini.

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

Gambar 4. Kristal weddelite

Whewellite adalah bentuk kristalisasi yang jarang dari calcium oxalate. Secara

teoretis, whewellite, atau calcium oxalate monohydrate mengkristal dalam

bentuk bulat telur. Menurut Berg, ketika oxalate membentuk struktur oval dan

teraglutinasi, berganda, dan membentuk microlith menunjukkan presipitasi

massif yang patologis. Urine pasien dengan batu calcium oxalate memiliki

kecenderungan untuk didapati sedimen dengan karakteristik diatas.

Gambar 5. Kristal whewellite

b. Tripel fosfat

Seperti halnya kalsium oksalat, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada

orang yang sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti

tutup peti mati (kadang-kadang juga berbentuk daun atau bintang), tak berwarna

dan larut dalam asam cuka encer. Meskipun mereka dapat ditemukan dalam setiap

pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH netral ke basa. Kristal dapat muncul

di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih

dengan bakteri penghasil urease (Proteus vulgaris) dapat mendukung

pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan meningkatkan pH urin dan

meningkatkan amonia bebas. Bila pada spesimen urine pagi didapatkan triple

fosfat, maka hal ini dapat mengindikasikan adanya infeksi traktus urinarius.

Gambar 6. Kristal tripel fosfat

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

c. Kristal Asam Urat

Kristal asam urat tampak berwarna kuning kecoklatan, berbentuk belah ketupat

(kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Penemuan kristal asam urat dalam

urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah

metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya

makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan

16% pada pasien dengan gout dan dalam keganasan limfoma atau leukemia,

kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi asam

urat

Gambar 7. Kristal asam urat

d. Kristal sistin (Cystine)

Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai

akibat dari cacat genetik atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin

dapat dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk pada pH asam dan

ketika konsentrasinya >300mg. Sering membingungkan dengan kristal asam urat.

Sistin crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan

kelainan metabolisme bawaan yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu

termasuk asam amino sistin.

Gambar 8. Kristal sistin

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

e. Kristal leusin dan tirosin

Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul bersama-sama

dalam penyakit hati yang parah. Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun

sebagai berkas atau sebagai mawar dan berwarna kuning. Kristal leucine tampak

sebagai bulatan konsentris dan stria radial berwarna kekuningan. Seringkali

disalah artikan dengan sel karena bentukan ditengah yang mirip nucleus. Pada

mikroskop terpolarisasi, leucine tampak sebagai bulatan dengan pola salib.

Bersama tyrosine, kristal ini tampak pada beberapa kelainan herediter seperti

tyrosinosis dan Maple Syrup disease. Kristal dari asam amino leusin dan tirosin

sangat jarang terlihat di sedimen urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa

penyakit keturunan seperti tyrosinosis dan "penyakit Maple Syrup". Lebih sering

kita menemukan kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat

(sering terminal).

Gambar 9. Kristal leusin dan tirosin

f. Kristal kolesterol

Kristal kolesterol tampak regular atau irregular, transparan, dan tampak sebagai

pelat tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut-sudut

persegi memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi

diduga memiliki makna klinis seperti oval fat bodies. Kristal ini tampak pada

pasien dengan kelainan ginjal degeneratif. Kehadiran kristal kolesterol sangat

jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria berat.

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

Gambar 10. Kristal kolesterol

g. Kristal lain

Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin

misalnya adalah:

Kristal dalam urin asam

- Natrium urat

Natrium urat memeiliki karakteristik tak berwarna, bentuk batang ireguler

tumpul, dan berkumpul membentuk roset.

- Urat amorf

Urat amorf seringkali didapatkan karena proses pembekuan specimen

urine. Urat amorf memeiliki karakteristik arna kuning atau coklat, terlihat

sebagai butiran, dan berkumpul.

Gambar 11. Urat amorf

Kristal dalam urin alkali

- Ammonium urat (biurat)

Amonium biurat memiliki karakteristik warna kuning-coklat, bentuk bulat

tidak teratur, bulat berduri, atau bulat bertanduk.

Gambar 12. Ammonium urat

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

- Kalsium fosfat

Ca-fosfat memiliki karakteristik tak berwarna, bentuk batang-batang

panjang, berkumpul membentuk rosset. Kalsium phosphate ditemukan

bersama triple phosphates dan memiliki arti klinis yang sama.

Gambar 13. Kalsium fosfat

- Fosfat amorf

Penyebab utama dari kristaluria ini adalah pH basa yang menurunkan

kelarutan Ca-phosphat. Pasien vegetarian memiliki sifat urine basa ini.

Fosfat Amorf memiliki karakteristik tak berwarna, bentuk butiran-butiran,

dan berkumpul.

Gmbar 14. Fosfat amorf

- Kalsium karbonat

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

Kalsium karbonat memiliki karakteristik tak berwarna, bentuk bulat kecil,

dan halter. Nilai diagnostik calcium carbonate adalah sama dengan

phosphate amorf.

Gambar 15. Kalsium karbonat

- Kristal sulfadiazine

Kristal kuning kecokelatan dengan bentuk rosette asimetris.

Gambar 16. Kristal sulfadiazine

- Kristal sulfonamide

Gambar 17. Kristal sulfonamide

3. Sel

a. Eritrosit

Apabila didapatkan eritrosit di dalam urine secara bermakna (> 2 per lapang

pandang) ini disebut hematuria. Hal ini menunjukkan adanya cedera pada system

saluran kemih, kerusakan glomerular, batu saluran kemih dan stress fisik.

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

Secara teoritis, tidak ada sel darah merah yang ditemukan, tetapi beberapa sel

darah merah menemukan jalan mereka ke dalam urin bahkan pada orang yang

sangat sehat.

b. Sel Darah Putih

Apabila didapatkan leukosit di dalam urine (> 5 per lapang pandang) disebut

leukosituri atau piuria yang merupakan tanda dari inflamasi saluran kemih atas

atau bawah atau dengan glomerulonefritis akut. Biasanya, sel darah putih adalah

granulosit.

c. Sel Epitel

Sel epitel tubulus ginjal, biasanya lebih besar dari granulosit, inti oval dan pada

urin dalam jumlah kecil. Namun, dengan sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang

mengarah ke degenerasi tubular, jumlah sel akan meningkat. Signifikansi sel

epitel adalah bahwa mereka mewakili kemungkinan kontaminasi spesimen dengan

flora kulit.

4. Elemen lain dan Artefak

a. Mukus

Mukus banyak ditemukan pada sediment urin. Mucus melindungi traktus urinarius

bawah terhadap iritasi oleh agen kimia. Umumnya banyaknya mucus yang terlihat

mengindikasikan adanya mekanisme perlindungan terhadap iritasi dengan

meningkatkan sekresi mucus.

Gambar 18. Mukus

b. Artefak

Starch (glove powder)

Gambar 19. Starch

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

Serat (fiber)

Gambar 20. Serat (fiber)

Gelembung udara

Gambar 21. Gelembung udara

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

BAB II

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Tujuan praktikum

Mahasiswa mengetahui dan mampu melaksanakan pemeriksaan urin rutin.

B. Waktu dan tempat

Senin, 23 September 2013 di labaoratorium FK UNRAM.

C. Alat dan bahan

- Tabung reaksi

- Objek glass

- Cover glass

- Mikroskop

- Dipstick

- Sampel urine Jenis sampel urine yng digunakan adalah sampel urine sewaktu.

D. Prosedur Kerja : 1. Menyiapkan sampel urin2. Menuangkan urine ke dalam tabung reaksi sebanyak ± 8 ml (3/4 panjang tabung reaksi)3. Melakukan pemeriksaan makroskopik terhadap sampel urin yang meliputi4. Melakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap sampel urin

- Meletakkan sampel urine pada sentrifuge kemudian pusingkan pada kecepatan rendah selama 5 menit.

- Membuang supernatant sampel urin sehingga tersisa kira-kira 0,5 ml - Menggoyangkan tabung kembali agar homogen, mengambil 1 tetes dan meneteskan

pada objek glass lalu menutupnya dengan cover glass

- Mengamati sediaan sampel urin dibawah mikroskop dengan posisi mendatar

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

- Memeriksa sediaan dengan perbesaran 10x lalu melihat apakah ada sel epitel, kristal

atau bahan lainnya.

E. Hasil

1. Pemeriksaan makroskopis

Gambar 22. Sampel urin

Bau :tidak berbau keras, khas ammonia.

Warna :kuning muda

Buih :putih

Kekeruhan :jernih

Berat jenis :

pH :7

2. Pemeriksaan kimia

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

Gambar 23. Hasil pemeriksaan kimia menggunakan dipstick

Berat Jenis (BJ)

Nilai rujukan: 1,010 – 1,020

Nilai :……… normal

pH

Nilai rujukan: pH 4,5 – 8,0.

Nilai didapat 7

Leukosit Esterase

Nilai rujukan: negatif

Nilai didapat: -

Nitrit

Nilai rujukan: negatif

Nilai didapat :-

Protein

Nilai rujukan: negatif.

Nilai didapat –

Glukosa

Nilai rujukan: negatif.

Nilai didapat :-

Keton

Nilai rujukan: negatif.

Nilai didapat –

Urobilinogen

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

Nilai rujukan: negatif / < 1 mg/dl.

Nilai didapat:

Bilirubin

Nilai rujukan: negatif.

Nilai didapat –

Hemoglobin

Nilai rujukan: negatif

nilai didapat –

3. Pemeriksaan mikroskopis

Gambar 24. Hasil pemeriksaan mikroskopis sampel urin

Pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan:

kristal kalsium oksalat : +++

tripel fosfat : +++

amorf fosfat : +++

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

BAB III

PEMBAHASAN

Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat.

Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam

jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya

penyakit "kencing batu", yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang

ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel

terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus

disertai pembentukan batu.

Kristal kalsium oksalat

Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang sehat. Kristal

ini dapat terbentuk pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal ini

dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus,

kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL

masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah

dinyatakan abnormal. Pada sample urin ditemukan lebih dari 5 kristal kalsium oksalat

kemungkinan pasien overdosis obat.

Triple phospat

Seperti halnya kalsium oksalat, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada orang yang

sehat. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-buahan).

Fosfat amorf

Penyebab utama dari kristaluria ini adalah pH basa yang menurunkan kelarutan Ca-

phosphat. Pasien vegetarian memiliki sifat urine basa ini.

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan makroskopik sampel urine yang diperiksa masih dalam

rentang batasan normal. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopik didapatkan

jumlah kristal-kristal kalsium dalam jumlah yang cukup banyak yang dapat dikatakan

abnormal. Keadaan ini kemungkinan disebabkan konsumsi obat berlebih dan asupan

cairannya kurang. Jika keadaan seperti ini terus berlanjut dapat menimbulkan factor

presdiposisi pembentukan batu saluran kemih dan menyebabkan jejas serta memunculkan

penyakit ginjal yang lain.

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx

DAFTAR PUSTAKA

Purnomo,BB. 2012. Dasar-dasar urologi. Ed ketiga. Jakarta : CV Sagung Seto

FK Unej, 2008. Atlas Sedimen Urin. Availble at:

http://www.scribd.com/doc/62252592/Atlas-Sedimen-Urine#download

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. 2007. Proteinuria. [online]. Available from: kidney.niddk.nih.gov/.../proteinuria/proteinuria [Accesed 26th

september 2013].

Panduan praktikum