LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx
-
Upload
netifarhatii -
Category
Documents
-
view
92 -
download
3
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK.docx
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
URINALISIS
OLEH:
Faridatun Hasanah H1A011
Fita Nirma Listya
Fujiyani Sulistiyawati A.
Gusti Ayu Laras Sinta
Harvey Alvin Hartono
Husna Amalia Emha
Ika Putri Yuliani H1A011034
Indah Widya Astuti H1A011035
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Nusa Tenggara Barat
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya. Laporan ini berisi tentang
kegiatan yang dilakukan saat praktikum patologi klinik dan hasil serta pembahasan dari
kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan.
Kami sadar bahwa laporan kelompok kami masih banyak memiliki kekurangan, kami
berharap saran dan kritik yang membangun untuk laporan kami kedepannya agar jauh lebih
baik lagi.
Mataram, 26 September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I. Landasan Teori ...................................................................................................
A. Pemeriksaan Makroskopis…………………………………………………..
B. Pemeriksaan Kimia……………………………………………………….…
C. Pemeriksan Mikroskopis……………………………………………………
BAB II. Pelaksanaan Praktikum......................................................................................
A. Tempat dan Waktu Praktikum...........................................................................
B. Tujuan Praktikum..........................................................................................
C. Alat dan Bahan..............................................................................................
D. Prosedur Praktikum.......................................................................................
E. Hasil Praktikum.............................................................................................
F. Pembahasan...................................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................................
BAB I
LANDASAN TEORI
A. Pemeriksaan Makroskopis
1. BAU
Urine yang baru pada umumnya tidak begitu berbau keras. Bau disebut pesing
disebabkan oleh asam-asam yang mudah menguap. Bau dapat dipengaruhi oleh
makanan maupun minuman. Apabila urine dibiarkan terlalu lama maka akan berbau
amonia, oleh karena terjadi pemecahan ureum. Aceton memberi bau manis,
sedangkan kuman-kuman memberi bau busuk pada urine.
2. WARNA
Dalam keadaan normal urine berwarna kuning muda yang disebabkan oleh karena
adanya urochrome. Perubahan non patologik pada umumnya disebabkan oleh bahan-
bahan atau obat-obatan yang dimakan.
3. BUIH
Bila urine dikocock akan timbul buih yang berwarna putih. Buih yang berwarna
kuning dapat disebabkan oleh : pigmen empedu (billirubin) dan phenylazodiamino-
pyridine.
4. KEKERUHAN
Urine baru dan normal pada umumnya jernih. Kekeruhan yang timbul pada umumnya
disebabkan oleh :
1) Fosfat amorf
Warnanya putih
Hilang bila diberi asam
Terdapat pada urine yang alkalis
2) Urat amorf
Warnanya kuning coklat
Hilang bila dipanaskan
Terdapat pada urinr yang asam
3) Darah : merah sampai coklat
4) Pus : seperti susu tetapi jernih setelah disaring
5)Kuman-kuman : pada umumnya akan tetap keruh setelah disaring ataupun
dipusingkan. Pada urethritis terlihat benang-benang halus.
5. VOLUME
Orang dewasa normal produksi urine per 24 jam adalah sekitar 1,5 L. jumlah ini
sangat bervariasi tergantung pada :
Luas permukaan tubuh
Pemakaian cairan
Kelembaban udara atau penguapan
Volume Urine Abnormal :
Poliuria
Volume urine meningkat, dijumpai pada keadaan-keadaan seperti DM, DI, nefritis
kronik, beberapa penyakit syaraf, edema yang menyembuh.
Oliguria
Volume urine berkurang. Dapat dijumpai pada keadaan-keadaan seperti, penyakit
ginjal, dehidrasi, sirosis hati.
Anuria
Tidak ada produksi urine. Dapat terjadi pada keadaan-keadaan seperti circulatory
collaps (sistolik < 70 mmHg, acute renal failure, keracunan sublimat, dan lain-
lain.
Residual urine (urine sisa)
Urine sisa merupakan volume urine yang diperoleh dari kateterisasi setelah
sebelumnya pasien diminta kencing sepuas-puasnya.
6. BERAT JENIS
Berat jenis urine normal berkisar antara 1,003 -1,030. BJ urine rendah dapat
disebabkan oleh karena banyak minum, udara dingin, DI (diabetes Insipidus)< 1,005.
BJ urine tinggi dapat disebabkan oleh dehidrasi, proteinuria, dan DM.
7. pH
pH urine normal berkisar antara 4,8 – 7,5 (sekitar 6,00). Pemeriksaan pH hendaknya
segera dilakukan (urine segar) karena urine yang sudah lama cenderung untuk
menjadi lebih alkalis (urine berubah menjadi amonia).
B. Pemeriksaan Kimia
1. Pemeriksaan kadar gula
a. Dengan methode carik uji/carik selup, prinsip pemeriksaan : glukose oksidase.
b. Dengan metode Benedict
Prinsip:
Urine yang mengandung glukose akan mereduksi kuprisulfat menjadi kuprosulfat
sehingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi kuning sampai jingga atau
kecoklatan.
2. Pemeriksaan protein/albumin
Pemeriksaan protein dapat ditentukan secara kualitatif maupun secara
kuantitatif . Pemeriksaan secara kualitatif ini larutan yang digunakan adalah asam
asetat 6% dengan asam sulfosalisilat 20% dan dengan menggunakan carik uji.
Sedangkan untuk pemeriksaan secara kuantitatif dengan methode Esbach
Proteinuria adalah tanda dari gagal ginjal kronis (CKD), yang dapat
disebabkan oleh diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit yang menyebabkan
peradangan pada ginjal.
Orang dengan diabetes, hipertensi, atau latar belakang keluarga tertentu
beresiko untuk mengalami proteinuria. Di Amerika Serikat, diabetes merupakan
penyebab utama ESRD. Albumin dalam urin adalah salah satu tanda pertama
memburuknya fungsi ginjal.
C. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Mikroorganisme
a. Bakteri
Bakteri umum terdapat dalam spesimen urin karena banyaknya mikroba
flora normal vagina atau meatus uretra eksternal serta karena kemampuan bakteri
yang cepat untuk berkembang biak dalam urine pada suhu kamar. Bakteri juga
dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah pengumpul, kontaminasi tinja,
dalam urine yang dibiarkan lama (basi), atau memang dari infeksi di saluran
kemih. Oleh karena itu pengumpulan urine harus dilakukan dengan benar.
Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih
memerlukan tes biakan kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk
melihat apakah jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari
100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa
organisme mencerminkan kontaminasi. Namun demikian, keberadaan setiap
organisme dalam spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.
b. Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari
urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2
kali diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan
melihat adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.
Gambar 1. Trichomonas vaginalis
c. Ragi
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka
sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf. Cara
membedakannya adalah bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas. Jamur
yang paling sering ditemukan adalah Candida, yang dapat menginvasi kandung
kemih, uretra, atau vagina.
Gambar 2. Sel ragi
2. Kristal
Kristal yang sering dijumpai pada urinalisa adalah kristal calcium oxallate, triple
phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik
yang penting. Namun, dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain
infeksi, memungkinkan timbulnya batu saluran kemih yaitu terbentuknya batu ginjal-
saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan
dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai
kristaluria dan penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu.
a. Kalsium oksalat
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang sehat.
Kristal ini dapat terbentuk pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang asam.
Ukuran kristal bervariasi dari yang cukup besar sampai yang sangat kecil. Kristal
kalsium oksalat bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop atau
halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan
tertentu (asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + )
kristal kalsium oxallate per LPB (lapang pandang besar) masih dinyatakan
normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan
abnormal.
Gambar 3. Kristal Kalsium Oksalat
Terdapat dua macam Kristal kalsium oksalat, yaitu:
Weddelite atau calcium oxalate di-hydrate mengkristal secara tetragonal.
Umumnya bentuk Kristal berupa pyramid ganda dengan delapan penampang.
Kristal weddelite tidak memiliki nilai diagnosis yang spesifik, karena pada
beberapa kasus dapat dengan mudah ditemukan kristal ini.
Gambar 4. Kristal weddelite
Whewellite adalah bentuk kristalisasi yang jarang dari calcium oxalate. Secara
teoretis, whewellite, atau calcium oxalate monohydrate mengkristal dalam
bentuk bulat telur. Menurut Berg, ketika oxalate membentuk struktur oval dan
teraglutinasi, berganda, dan membentuk microlith menunjukkan presipitasi
massif yang patologis. Urine pasien dengan batu calcium oxalate memiliki
kecenderungan untuk didapati sedimen dengan karakteristik diatas.
Gambar 5. Kristal whewellite
b. Tripel fosfat
Seperti halnya kalsium oksalat, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada
orang yang sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti
tutup peti mati (kadang-kadang juga berbentuk daun atau bintang), tak berwarna
dan larut dalam asam cuka encer. Meskipun mereka dapat ditemukan dalam setiap
pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH netral ke basa. Kristal dapat muncul
di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih
dengan bakteri penghasil urease (Proteus vulgaris) dapat mendukung
pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan meningkatkan pH urin dan
meningkatkan amonia bebas. Bila pada spesimen urine pagi didapatkan triple
fosfat, maka hal ini dapat mengindikasikan adanya infeksi traktus urinarius.
Gambar 6. Kristal tripel fosfat
c. Kristal Asam Urat
Kristal asam urat tampak berwarna kuning kecoklatan, berbentuk belah ketupat
(kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Penemuan kristal asam urat dalam
urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah
metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya
makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan
16% pada pasien dengan gout dan dalam keganasan limfoma atau leukemia,
kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi asam
urat
Gambar 7. Kristal asam urat
d. Kristal sistin (Cystine)
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai
akibat dari cacat genetik atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin
dapat dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk pada pH asam dan
ketika konsentrasinya >300mg. Sering membingungkan dengan kristal asam urat.
Sistin crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan
kelainan metabolisme bawaan yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu
termasuk asam amino sistin.
Gambar 8. Kristal sistin
e. Kristal leusin dan tirosin
Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul bersama-sama
dalam penyakit hati yang parah. Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun
sebagai berkas atau sebagai mawar dan berwarna kuning. Kristal leucine tampak
sebagai bulatan konsentris dan stria radial berwarna kekuningan. Seringkali
disalah artikan dengan sel karena bentukan ditengah yang mirip nucleus. Pada
mikroskop terpolarisasi, leucine tampak sebagai bulatan dengan pola salib.
Bersama tyrosine, kristal ini tampak pada beberapa kelainan herediter seperti
tyrosinosis dan Maple Syrup disease. Kristal dari asam amino leusin dan tirosin
sangat jarang terlihat di sedimen urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa
penyakit keturunan seperti tyrosinosis dan "penyakit Maple Syrup". Lebih sering
kita menemukan kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat
(sering terminal).
Gambar 9. Kristal leusin dan tirosin
f. Kristal kolesterol
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular, transparan, dan tampak sebagai
pelat tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut-sudut
persegi memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi
diduga memiliki makna klinis seperti oval fat bodies. Kristal ini tampak pada
pasien dengan kelainan ginjal degeneratif. Kehadiran kristal kolesterol sangat
jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria berat.
Gambar 10. Kristal kolesterol
g. Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin
misalnya adalah:
Kristal dalam urin asam
- Natrium urat
Natrium urat memeiliki karakteristik tak berwarna, bentuk batang ireguler
tumpul, dan berkumpul membentuk roset.
- Urat amorf
Urat amorf seringkali didapatkan karena proses pembekuan specimen
urine. Urat amorf memeiliki karakteristik arna kuning atau coklat, terlihat
sebagai butiran, dan berkumpul.
Gambar 11. Urat amorf
Kristal dalam urin alkali
- Ammonium urat (biurat)
Amonium biurat memiliki karakteristik warna kuning-coklat, bentuk bulat
tidak teratur, bulat berduri, atau bulat bertanduk.
Gambar 12. Ammonium urat
- Kalsium fosfat
Ca-fosfat memiliki karakteristik tak berwarna, bentuk batang-batang
panjang, berkumpul membentuk rosset. Kalsium phosphate ditemukan
bersama triple phosphates dan memiliki arti klinis yang sama.
Gambar 13. Kalsium fosfat
- Fosfat amorf
Penyebab utama dari kristaluria ini adalah pH basa yang menurunkan
kelarutan Ca-phosphat. Pasien vegetarian memiliki sifat urine basa ini.
Fosfat Amorf memiliki karakteristik tak berwarna, bentuk butiran-butiran,
dan berkumpul.
Gmbar 14. Fosfat amorf
- Kalsium karbonat
Kalsium karbonat memiliki karakteristik tak berwarna, bentuk bulat kecil,
dan halter. Nilai diagnostik calcium carbonate adalah sama dengan
phosphate amorf.
Gambar 15. Kalsium karbonat
- Kristal sulfadiazine
Kristal kuning kecokelatan dengan bentuk rosette asimetris.
Gambar 16. Kristal sulfadiazine
- Kristal sulfonamide
Gambar 17. Kristal sulfonamide
3. Sel
a. Eritrosit
Apabila didapatkan eritrosit di dalam urine secara bermakna (> 2 per lapang
pandang) ini disebut hematuria. Hal ini menunjukkan adanya cedera pada system
saluran kemih, kerusakan glomerular, batu saluran kemih dan stress fisik.
Secara teoritis, tidak ada sel darah merah yang ditemukan, tetapi beberapa sel
darah merah menemukan jalan mereka ke dalam urin bahkan pada orang yang
sangat sehat.
b. Sel Darah Putih
Apabila didapatkan leukosit di dalam urine (> 5 per lapang pandang) disebut
leukosituri atau piuria yang merupakan tanda dari inflamasi saluran kemih atas
atau bawah atau dengan glomerulonefritis akut. Biasanya, sel darah putih adalah
granulosit.
c. Sel Epitel
Sel epitel tubulus ginjal, biasanya lebih besar dari granulosit, inti oval dan pada
urin dalam jumlah kecil. Namun, dengan sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang
mengarah ke degenerasi tubular, jumlah sel akan meningkat. Signifikansi sel
epitel adalah bahwa mereka mewakili kemungkinan kontaminasi spesimen dengan
flora kulit.
4. Elemen lain dan Artefak
a. Mukus
Mukus banyak ditemukan pada sediment urin. Mucus melindungi traktus urinarius
bawah terhadap iritasi oleh agen kimia. Umumnya banyaknya mucus yang terlihat
mengindikasikan adanya mekanisme perlindungan terhadap iritasi dengan
meningkatkan sekresi mucus.
Gambar 18. Mukus
b. Artefak
Starch (glove powder)
Gambar 19. Starch
Serat (fiber)
Gambar 20. Serat (fiber)
Gelembung udara
Gambar 21. Gelembung udara
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Tujuan praktikum
Mahasiswa mengetahui dan mampu melaksanakan pemeriksaan urin rutin.
B. Waktu dan tempat
Senin, 23 September 2013 di labaoratorium FK UNRAM.
C. Alat dan bahan
- Tabung reaksi
- Objek glass
- Cover glass
- Mikroskop
- Dipstick
- Sampel urine Jenis sampel urine yng digunakan adalah sampel urine sewaktu.
D. Prosedur Kerja : 1. Menyiapkan sampel urin2. Menuangkan urine ke dalam tabung reaksi sebanyak ± 8 ml (3/4 panjang tabung reaksi)3. Melakukan pemeriksaan makroskopik terhadap sampel urin yang meliputi4. Melakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap sampel urin
- Meletakkan sampel urine pada sentrifuge kemudian pusingkan pada kecepatan rendah selama 5 menit.
- Membuang supernatant sampel urin sehingga tersisa kira-kira 0,5 ml - Menggoyangkan tabung kembali agar homogen, mengambil 1 tetes dan meneteskan
pada objek glass lalu menutupnya dengan cover glass
- Mengamati sediaan sampel urin dibawah mikroskop dengan posisi mendatar
- Memeriksa sediaan dengan perbesaran 10x lalu melihat apakah ada sel epitel, kristal
atau bahan lainnya.
E. Hasil
1. Pemeriksaan makroskopis
Gambar 22. Sampel urin
Bau :tidak berbau keras, khas ammonia.
Warna :kuning muda
Buih :putih
Kekeruhan :jernih
Berat jenis :
pH :7
2. Pemeriksaan kimia
Gambar 23. Hasil pemeriksaan kimia menggunakan dipstick
Berat Jenis (BJ)
Nilai rujukan: 1,010 – 1,020
Nilai :……… normal
pH
Nilai rujukan: pH 4,5 – 8,0.
Nilai didapat 7
Leukosit Esterase
Nilai rujukan: negatif
Nilai didapat: -
Nitrit
Nilai rujukan: negatif
Nilai didapat :-
Protein
Nilai rujukan: negatif.
Nilai didapat –
Glukosa
Nilai rujukan: negatif.
Nilai didapat :-
Keton
Nilai rujukan: negatif.
Nilai didapat –
Urobilinogen
Nilai rujukan: negatif / < 1 mg/dl.
Nilai didapat:
Bilirubin
Nilai rujukan: negatif.
Nilai didapat –
Hemoglobin
Nilai rujukan: negatif
nilai didapat –
3. Pemeriksaan mikroskopis
Gambar 24. Hasil pemeriksaan mikroskopis sampel urin
Pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan:
kristal kalsium oksalat : +++
tripel fosfat : +++
amorf fosfat : +++
BAB III
PEMBAHASAN
Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat.
Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam
jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya
penyakit "kencing batu", yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang
ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel
terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus
disertai pembentukan batu.
Kristal kalsium oksalat
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang sehat. Kristal
ini dapat terbentuk pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal ini
dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus,
kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL
masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah
dinyatakan abnormal. Pada sample urin ditemukan lebih dari 5 kristal kalsium oksalat
kemungkinan pasien overdosis obat.
Triple phospat
Seperti halnya kalsium oksalat, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada orang yang
sehat. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-buahan).
Fosfat amorf
Penyebab utama dari kristaluria ini adalah pH basa yang menurunkan kelarutan Ca-
phosphat. Pasien vegetarian memiliki sifat urine basa ini.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan makroskopik sampel urine yang diperiksa masih dalam
rentang batasan normal. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopik didapatkan
jumlah kristal-kristal kalsium dalam jumlah yang cukup banyak yang dapat dikatakan
abnormal. Keadaan ini kemungkinan disebabkan konsumsi obat berlebih dan asupan
cairannya kurang. Jika keadaan seperti ini terus berlanjut dapat menimbulkan factor
presdiposisi pembentukan batu saluran kemih dan menyebabkan jejas serta memunculkan
penyakit ginjal yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo,BB. 2012. Dasar-dasar urologi. Ed ketiga. Jakarta : CV Sagung Seto
FK Unej, 2008. Atlas Sedimen Urin. Availble at:
http://www.scribd.com/doc/62252592/Atlas-Sedimen-Urine#download
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. 2007. Proteinuria. [online]. Available from: kidney.niddk.nih.gov/.../proteinuria/proteinuria [Accesed 26th
september 2013].
Panduan praktikum