Laporan Kim.pangan Karbohidrat
-
Upload
tulananda-aulia -
Category
Documents
-
view
202 -
download
16
Transcript of Laporan Kim.pangan Karbohidrat
LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014
PRAKTIKUM KIMIA PANGAN
MODUL : PENENTUAN KARBOHIDRAT (Uji Kuantitatif)
PEMBIMBING : Nancy SD, MS
Tanggal Praktikum : 1November 2013
Tanggal Penyerahan laporan : 8 November 2013
Oleh :
Kelompok : IV
Nama : M. Syarif Hidayatullah NIM. 111431017
Nadia Luthfi Nuran NIM. 111431018
Nevy Puspitasari NIM. 111431020
Nur Fauziyyah Ambar NIM. 111431021
Kelas : 3A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013
I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan kadar karbohidrat dari suatu sampel tepung mokaf menggunakan
metode luff schoorl
2. Menentukan kadar karbohidrat dari sampel tepung mokaf menggunakan
metode DNS (Dinitro Salisilat)
II. Teori Dasar
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang terdapat dalam
alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat sebenarnya adalah
polisakarida aldehida dan keton atau turunan mereka. Salah satu perbedaan utama antara
pelbagai tipe tipe karbohidrat ialah ukurannya. Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang
tersederhana, mereka tidak dapat dihidrolisis enjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil.
Monosakarida dapat diikat bersama-sama membentuk dimer, trimer dan sebagainya dan
akhirnya polimer.. Sedangkan monosakarida yang mengandung gugus aldehid disebut
aldosa.Glukosa, galaktosa, ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida
seperti fruktosa dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari dua atau
delapan satuan monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida (Fessenden, 1990).
Karbohidrat adalah polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau turunannya.
Selain itu, ia juga disusun oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai
oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Rumus itu membuat para
ahli kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat adalah hidrat dari karbon.Penting bagi kita
untuk lebih banyak mengetahui tentang karbohidrat beserta reaksi-reaksinya, karena ia
sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya (Anonim1,2011).
Karbohidrat yang tidak bisa dihrolisis ke susunan yang lebih simpel dinamakan
monosakarida, karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida
dinamakan disakarida. Sedangkan karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi banyak
molekul monosakarida dinamakan polisakarida. Monosakarida bisa diklasifikasikan lebih
jauh, jika mengandung grup aldehid maka disebut aldosa, jika mengandung grup keton maka
disebut ketosa. Glukosa punya struktur molekul C6H12O6, tersusun atas enam karbon, rantai
lurus, dan pentahidroksil aldehid maka glukosa adalah aldosa. Contoh ketosa yang penting
adalah fruktosa, yang banyak ditemui pada buah dan berkombinasi dengan glukosa pada
sukrosa disakarida (Morrison,1983).
Gula reduksi adalah gula yang memiliki gugus aldehid (aldosa) atau keton (ketosa)
bebas (Makfoeld dkk, 2002). Aldosa mudah teroksidasi menjadi asam aldonat, sedangkan
ketosa hanya dapat bereaksi dalam suasana basa (Fennema, 1996). Secara umum, reaksi
tersebut digunakan dalam penentuan gula secara kuantitatif. Penggunaan larutan Fehling
merupakan metode pertama dalam penentuan gula secara kuantitatif. Larutan fehling
merupakan larutan alkalin yang mengandung tembaga (II) yang mengoksidasi aldosa menjadi
aldonat dan dalam prosesnya akan tereduksi menjadi tembaga (I), yaitu Cu2O yang berwarna
merah bata dan mengendap. Maltosa dan laktosa adalah contoh gula reduksi.
Reaksi antara gugus karbonil gula pereduksi dengan gugus amino protein disebut
reaksi maillard yang menghasilkan warna coklat pada bahan, yang dikehendaki atau malah
menjadi pertanda penurunan mutu. Warna coklat pada penggorengan ubi jalar dan singkong,
serta pencoklatan pencoklatan yang indah dari berbagai roti adalah warna yang dikehendaki
(Winarno, 2002). Dengan kata lain, dalam kimia pangan gula reduksi berkontribusi
membentuk warna coklat apabila berikatan dengan asam amino.
(http://frequencia89.blogspot.com/2010/12/apa-yang-disebut-dengan-gula-reduksi.html)
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini
dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi
atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang
termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk dalam gula non reduksi adalah sukrosa (Team Laboratorium
Kimia UMM, 2008).
Salah satu contoh dari gula reduksi adalah galaktosa. Galaktosa merupakan gula yang
tidak ditemui di alam bebas, tetapi merupakan hasil hidrolisis dari gula susu (laktosa) melalui
proses metabolisme akan diolah menjadi glukosa yang dapat memasuki siklus kreb’s untuk
diproses menjadi energi. Galaktosa merupakan komponen dari Cerebrosida, yaitu turunan
lemak yang ditemukan pada otak dan jaringan saraf (Budiyanto, 2002).
Sedangkan salah satu ontoh dari gula reduksi adalah Sukrosa. Sukrosa adalah
senyawa yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai gula dan dihasilkan dalam
tanaman dengan jalan mengkondensasikan glukosa dan fruktosa. Sukrosa didapatkan dalam
sayuran dan buah-buahan, beberapa diantaranya seperti tebu dan bit gula mengandung
sukrosa dalam jumlah yang relatif besar. Dari tebu dan bit gula itulah gula diekstraksi secara
komersial (Gaman, 1992). (http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/glukosa-darah/)
Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari
molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat (H2O)
sehingga dinamakan karbo-hidrat. Dalam tumbuhan senyawa ini dibentuk melaui proses
fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2) dengan bantuan sinra matahari
(UV) menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n.
Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri pangan, farmasi
maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah:
Sebagai sumber kalori atau energi, sebagai bahan pemanis dan pengawet, Sebagai bahan
pengisi dan pembentuk, sebagai bahan penstabil, sebagai sumber flavor (karamel), dan
sebagai sumber serat (Winarno 2007).
Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana
dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida,
disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber
energi dan merupakan oligosakarida, polimer.
Penentuan Karbohidrat dengan Metode Luff Schoorl
Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl
ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut :
R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O
2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2
2 S2O32- + I2 S4O6
2- + 2 I-
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan
CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan
tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang
digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan
dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2)
bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya
yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat
oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan
banyaknya oksidator (Winarno 2007). I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan
standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air.
Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan
amilum sebelum titik ekivalen.
Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang
berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl
merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan
sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan
penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur Lae-Eynon (Anonim 2009).
Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh
komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan
bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda.
(http://namikazewand.blogspot.sg/2013/06/penetapan-kadar-karbohidrat-metode-luff.html)
- Metoda DNS (Dinitrosalisilat)
Metode ini digunakan untuk mengukur gula pereduksi dengan teknik kolorimetri. Teknik
ini hanya dapat mendeteksi satu gula pereduksi, misalnya glukosa. Glukosa memiliki gugus
aldehida, sehingga dapat dioksidasi menjadi gugus karboksil. Gugus aldehida yang dimiliki
oleh glukosa akan dioksidasi oleh asam 3,5-dinitrosalisilat menjadi gugus karboksil dan
menghasilkan asam 3-amino-5-salisilat pada kondisi basa dengan suhu 90-100oC. Senyawa
ini dapat dideteksi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm.
Tepung Mokaf
MOKAF adalah produk tepung dari ubi kayu (Manihot esculenta crantz) yang
diproses menggunakan prinsip memodifikasi sel ubi kayu secara fermentasi. Microba yang
tumbuh menyebabkan perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya
viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut.
Mikroba juga menghasilkan asam-asam organik, terutama asam laktat yang akan
terimbibisi dalam bahan, dan ketika bahan tersebut di olah akan dapat menghasilkan aroma
dan citra rasa khas yang dapat menutupi aroma dan citra rasa ubi kayu yang cenderung tidak
menyenangkan konsumen. Selama proses fermentasi terjadi pula penghilangan komponen
penimbul warna dan protein yang dapat menyebabkan warna coklat ketika pengeringan.
Dampaknya adalah Mokaf-T1 yang dihasilkan lebih putih jika dibandingkan dengan tepung
ubi kayu biasa.
Hasilnya ujicoba menunjukkan Mokaf dapat digunakan sebagai food ingredient
dengan penggunaan yang sangat luas. Mokaf ternyata tidak hanya bisa dipakai sebagai bahan
pelengkap, namun dapat langsung digunakan sebagai bahan baku dari berbagai jenis
makanan, mulai dari mie, bakery, cookies hingga makanan semi basah. Dengan sedikit
perubahan dalam formula, atau prosesnya, karena produk ini tidak-lah sama persis
karakteristiknya dengan tepung terigu, beras atau yang lainnya, dapat dihasilkan produk yang
bermutu optimal. Keunggulan mokaf :
1) Kandungan serat terlarut (soluble fiber) lebih tinggi dari pada tepung gaplek.
2) Kandungan mineral (kalsium) lebih tinggi, dibanding padi, dan gandum.
3) Oligasakarida penyebab flatulensi sudah terhidrolis.
4) Mempunyai daya kembang setara dengan gandum tipe II (kadar protein menengah).
Daya cerna lebih tinggi dibandingkan dengan tapioka gaplek.
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan JumlahHot plate 2 buahGelas kimia 100 mL 4 buahGelas kimia 1000 mL 2 buahLabu dasar bulat 1 buahKondensor 2 buahBotol semprot 1 buahBuret 1 buahErlenmeyer 250 mL 2 buahPipet tetes 4 buahGelas ukur 250 mL 1 buahBatang pengaduk 2 buahTabung reaksi 4 buahRak tabung 1 buahPipet ukur 5 mL 1 buahLabu ukur 100 mL 5 buahPipet volum 5 mL 1 buahErlenmeyer asah 250 mL 1 buahBola hisap 1 buahSpatula 1 buahNeraca analitik 1 unitspektrofotometer 1 unit
Larutan Luff schoorl 100 mLHCl 2N 300 mLNaOH 100 mLH2SO4 pekat 5 mLPereaksi molisch 1 mL
Larutan iodin 1 mLPereaksi benedict 3 mLHCl 0,1 N 50 mLIndikator phenolphtalein 1 mLNa2S2O3 50 mLIndikator amilum 1 mLH2SO4 25% 100 mLKI 20% 100 mLDNS (Dinitrosalisilat) 100 mLGlukosa 1 gramaquadest 1000 mLHCl 3% 300 mL
IV. Langkah Kerja
4.1. Analisis Kuantitatif karbohidrat metode Luff Schoorl
2,5 gram sampel
200 mL HCl 3%
Kertas lakmus/indikator PP
Pendidihan dengan HCl 3% selama 3 jam
Pendinginan
Penetralan dengan NaOH 30%
Penambahan CH3COOH 3% sedikit
Pelarutan pada labu ukur 250 mL
25 mL larutan luff schoorl
15 mL aquadest
15 mL KI 20% 25 mL H2SO4 25%
Melakukan blanko dengan menggunakan aquadest
Penyaringan
residu Filtrat
Pemipetan 10 mL
Pendidihan 13 menit
Pendinginan
Titrasi sampai hampir TA
Penambahan indikator amilum
Titrasi sampai TA
4.2. Penentuan Kuantitatif dengan metode DNS (Dinitrosalisilat)
4.3.1. Pembuatan larutan standar glukossa
1 gram glukosa
Aquadest 1000 mL
Dinitrosalisilat 9 mL
4.3.1. Persiapan sampel
2,5 gram sampel
200 mL HCl 3%
Pelarutan dengan aquadest
Pembuatan larutan standar 0; 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; 0,1
(%)
Pemipetan @ 3 mL
Pemanasan T= ± 100oC t= 5 menit
Pengukuran absorbansi pada λ = 540 nm
Pendidihan dengan HCl 3% selama 3 jam
Pendinginan
Penyaringan
Residu Filtrat
Dinitrosalisilat 9 mL
V. Data Pengamatan
5.1. Penentuan Kuantitatif karbohidrat metode luff schoorl
Pengerjaan PengamatanPelarutan sampel dengan HCl 3%
Ketika sampel dilarutkan dengan HCl 3% larutan berwarna putih susu.
Hidrolisis Sebelum hidrolisis larutan berwarna putih susu, ketika dihidrolisis larutan lama kelamaan larutan berwarna coklat
Penetralan NaOH Larutan keruh tidak ada perubahan warnaPenambahan CH3COOH Tidak terjadi perubahanPenyaringan Residu berwarna putih tulang dan filtrat berwarna
kekuninganPenambahan luff schoorl Larutan berwarna biruPemanasan Larutan berubah berwarna merah bata pada dasarPenambahan KI dan asam sulfat
Larutan berwarna kuning gading dan terbentuk buih pada saat penambahan asam sulfat
Penambahan Kanji Larutan menjadi terdapat warna biruTitrasi dengan Na2S2O3 Larutan berubah warna dari cokelat susu mendekati putih.
5.2. Penentuan Kuantitatif karbohidrat metode DNS
Sampel
Pengerjaan PengamatanPelarutan sampel dengan HCl 3%
Ketika sampel dilarutkan dengan HCl 3% larutan berwarna putih susu.
Pemipetan @ 3 mL
Pemanasan T= ± 100oC t= 5 menit
Pengukuran absorbansi pada λ = 540 nm
Hidrolisis Sebelum hidrolisis larutan berwarna putih susu, ketika dihidrolisis larutan lama kelamaan larutan berwarna coklat muda dan terdapat endapan di dasarnya
Penyaringan Endapan tersaring dan larutan berwarna coklat jernihPenambahan larutan DNS Larutan sampel berwarna kuning seulasPemanasan Larutan tidak berubah warnaPengukuran absorbansi Absorbansi larutan sampel tidak terukur pada panjang
gelombang yang telah ditentukan 540 nm
Standar
Pengerjaan PengamatanPenambahan KOH pada standar glukosa
Larutan tetap tidak berwarna
Penambahan larutan DNS Larutan sampel berwarna kuningPemanasan Larutan tidak berubah warnaPengukuran absorbansi Absorbansi larutan sampel tidak terukur pada panjang
gelombang yang telah ditentukan 540 nm
VI. Data Percobaan dan Perhitungan
1) Penentuan karbohidrat metode luff schoorl
N Na2 S2 O7 = 0,0988 N
Sampel ke- Massa sampel (gram) Volume tiosulfat (mL)Blanko - 48,95Sampel 1 5,0021 5,80Sampel 2 2,5035 21,5
Kadar Cu yang tereduksi = (Blanko-Peniter) x N Na2S2O7 x 10
Kadar glukosa = W 1 xFp
W×100 %
Kadar Karbohidrat = 0,90 x kadar glukosa
*Ket :
W1 adalah glukosa yang terkandung untuk mL tio yang dipergunakan (mg)
W adalah bobot cuplikan, dalam mg
Fp adalah faktor pengenceran
Tabel Penetapan gula, menurut Luff- Schoorl
Na2S2O7 0,1 N(mL)
Glukosa, fruktosa, gula inverse
(mg)0 01 2,42 4,83 7,24 9,75 12,26 14,77 17,28 19,89 22,410 2511 27,612 30,313 3314 35,715 38,516 41,317 44,218 47,119 5020 5321 5622 59,1
Sumber : SNI 01-281-1992
0 10 20 30 40 50 60 700
5
10
15
20
25
f(x) = 0.370666145039789 x + 0.48194883869227R² = 0.998606826575891
Series2Linear (Series2)
mg Glukosa
mL T
iosu
lfat
Kurva kalibrasi mL tiosulfat dengan mg glukosa
- Sampel 1
Kadar Cu yang tereduksi = (Blanko-Peniter) x N Na2S2O7 x 10
= (48,95-5,80) x 0,0988 x 10
= 42,63
Kadar glukosa (%) = W 1 xFp
W×100 %
= 14,34 x15002,1
× 100 %
= 2,86 %
Kadar Karbohidrat (%) = 0,90 x kadar glukosa
= 0,9 x 2,86
= 2,57 %
- Sampel 2
Kadar Cu yang tereduksi = (Blanko-Peniter) x N Na2S2O7 x 10
= (48,95-21,5) x 0,1000 x 10
= 27,45
Kadar glukosa (%) = W 1 xFp
W×100 %
= 56,70 x 12503,5
×100 %
= 2,26 %
Kadar Karbohidrat (%) = 0,90 x kadar glukosa
= 0,9 x 2,26%
= 2,04 %
2) Penentuan kadar karbohidrat dengan Dinitrosalisilat
- Pembuatan larutan standar
Konsentrasi standar Glukosa 0,1 % (b/v)
- V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,1 = 10 x 0,02
V1 = 2 mL
- V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,1 = 10 x 0,04
V1 = 4 mL
- V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,1 = 10 x 0,06
V1 = 6 mL
- V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,1 = 10 x 0,08
V1 = 8 mL
- V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 0,1 = 10 x 0,1
V1 = 10 mL
VII. Pembahasan
Penentuan kandungan karbohidrat dari sampel berupa modifikasi tepung
singkong (mokaf) dilakukan melalui 3 pengujian yaitu secara kualitatif untuk
mengidentifikasi karbohidrat, pati dan gula pereduksi dari sampel, penentuan kuantitatif
menggunakan dua metode pengujian yaitu metode luff schoorl secara volumetrik dan
pengujian menggunakan pereaksi Dinitrosalisilat (DNS) secara spektrofotometri.
Pada penentuan karbohidrat metode luff schoorl, gugus aldehid yang ada pada
karbohidrat pada sampel dioksidasi oleh Cu2+ berlebih menjadi senyawa karboksilat.
Kemudian kelebihan Cu2+ direduksi oleh I- . Kemudian I2 yang terbentuk direduksi oleh
tiosulfat standar dengan indicator amilum hingga TA biru tepat menghilang
(iodometri).
Pada metode ini sampel dilarutkan oleh HCl 3%, penambahan HCl ini
berfungsi untuk menghidrolisis gula polisakarida dan disakarida menjadi glukosa.
Hidrolisis dilakukan pada suhu 90oC selama 3 jam. Proses pemanasan dalam keadaan
asam menyebabkan hidrolisis yang dilakukan sempurna, waktu hidrolisis yang lama
menyebabkan seluruh karbohidrat dapat terhidrolisis sempurna menjadi glukosa.
Menurut teori Bronsted-Lowry dikatakan bahwa hidrolisis merupakan proses protolisis
yang melibatkan molekul air dan protolit lemah yang bermuatan. Dalam proses
hidrolisis, pati akan mengalami proses pemutusan rantai oleh asam selama pemanasan
menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Ada beberapa tingkatan dalam reaksi
hidrolisis tersebut, yakni molekul pati mula-mula pecah menjadi unit rantai glukosa
yang lebih pendek (6-10 molekul) yang disebut dekstrin. Dekstrin kemudian pecah
menjadi maltose yang selanjutnya dipecah lagi menjadi unit terkecil glukosa. Setelah
dilakukan hidrolisis, dikarenakan larutan masih dalam suasana asam akibat
penambahan HCl sebelumnya maka larutan dinetralkan oleh NaOH. Sampel yang
kemudian direaksikan dengan luff schoorl dipanaskan agar larutan bereaksi sempurna.
Maka reaksi yang terjadi adalah :
C12(H2O)11 + H2O + H+ → 2C6H12O6
(C6(H2O)6)n + H2O + H+ → nC6H12O6
2Cu2+sisa + 4KI → 2CuIkuning gading + I2 + 4K+
I2 + 2S2O32- → S4O6
2- + 2I-
Gugus aldehid yang ada pada glukosa kemudian dioksidasi dengan ion Cu berlebih dari
larutan luff schoorl dalam suasana basa, sehingga menghasilkan endapan Cu2O dan ion
Cu sisa. Sisa ion Cu akan bereaksi dengan KI, dimana I2 yang dihasilkan bereaksi
dengan natrium tiosulfat berdasarkan reaksi redoks. Agar diketahui ion Cu yang
bereaksi dengan glukosa, maka dilakukan selisih jumlah Cu dari penetapan blanko
dengan sisa Cu setelah bereaksi dengan glukosa. Dari metode luff schoorl didapatkan
kadar gula pereduksi sampel 1 adalah 2,86% dan kadar karbohidratnya 2,57%.
Sedangkan sampel 2 adalah sebesar 2,26% dan kadar karbohidratnya 2,04%.
Metode kedua yang digunakan untuk menentukan kandungan karbohidrat
secara kuantitatif yaitu menggunakan pereaksi dinitrosalisilat (DNS). Prinsip dasar dari
metode ini yaitu mengukur gula pereduksi dengan teknik spektrofotometri. Glukosa
yang merupakan salah satu contoh gugus aldehida dioksidasi menggunakan menjadi
gugus karboksil dan menghasilkan asam 3-amino-5-salisilat pada kondisi basa dengan
suhu 90-100oC. Yang kemudian senyawa tersebut menimbulkan spectrum warna yang
dapat diserap pada panjang gelombang 540 nm menggunakan spektrofotometer.
Dimana reaksinya sebagai berikut:
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46291/G06mah.pdf)
Tepung mokaf yang akan dianalisis terlebih dahulu dihidrolisis dengan
menggunakan asam kuat. Pada perlakuan pertama hidrolisis sampel dengan asam yaitu
HCl 4 N. HCl merupakan asam kuat yang cenderung memberikan proton jika
dilarutkan dalam air, sehingga asam ini akan berubah seluruhnya menjadi basa
pasangannya/konjugat. Selanjutnya dilakukan pemanasan selama 3 jam. Larutan HCl
ini akan menghidrolisis pati melalui proses pemotongan rantai, hasil pemotongannya
adalah campuran dekstrin, maltose, dan glukosa.
Pati yang terhidrolisis dengan asam ini kemudian ditambahkan reagen DNS.
Penggunaan DNS ini bertujuan agar terbentuk senyawa kompleks yang akan
memudahkan pengukuran absorbansi larutan melalui instrument spektrofotometer. Dari
perlakuan ini terjadi perubahan pada larutan dimana larutan yang semulanya bening
berubah menjadi kuning.
Warna kuning yang dihasilkan merupakan reaksi antara reagen dan panjang
rantai pati hasil hidrolisat. Molekul tersebut akan dikurung oleh 6 satuan glukosa pada
rantai heliks pada pati hidrolisat. Semakin panjang rantai pati hidrolisat maka akan
semakin kuning warna larutan.
Setelah dilakukan pengukuran standar dan sampel, hasil pembacaan absorbansi
menunjukkan hasil yang negatif. Hal itu dikarenakan konsentrasi KOH sebagai pereaksi
yang digunakan terlalu kecil sehingga pembentukan kompleks tidak sempurna dan hasil
yang terbaca pada alat spektrofotometer yang tidak menunjukkan perbedaan absorbansi
antara standar yang satu dengan standar yang lainnya. Sedangkan pada sampel
absorbansi menunjukkan hasil yang negatif pula, hal itu dikarenakan kandungan gula
pereduksi yang terdapat dalam sampel terlalu rendah. Hal itu sesuai dengan teori,
dimana kandungan gula pereduksi hasil hidrolisat pati akan menghasilkan kadar yang
kecil.
Metode ini memiliki kelemahan yakni glukosa yang dihasilkan relatif kecil
jumlahnya dan juga tidak ramah lingkungan. Proses hidrolisis menggunakan katalis
asam juga memerlukan suhu yang sangat tinggi agar hidrolisis dapat terjadi.
Dari hasil percobaan yang didapat, metode luff schoorl baik digunakan untuk
menetapkan karbohidrat yang memiliki kadar sedang. Sedangkan untuk metoda DNS
dilakukan untuk sampel yang memiliki kadar yang kecil.
VIII. Kesimpulan
1. Kadar karbohidrat dari sampel tepung mokaf menggunakan metode luff
schoorl sampel 1 adalah 2,57% sedangkan sampel 2 adalah 2,04%.
2. Kadar karbohidrat dari sampel tepung mokaf menggunakan metode DNS
(Dinitro Salisilat) menunjukkan hasil yang negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Hidayat M. 2006. Fermentasi Asam Laktat oleh Rhizopus oryzae pada Substrat Singkong Hasil Hidrolisis Asam. (online). (http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46291/G06mah.pdf diakses pada tanggal 8 November 2013 pukul 07.30 WIB)
Anonim2. 2010. Seliwanof f’s Test.en.wikipedia.com/Selliwanoff_test. Diakses pada Jumat
tanggal 6 November 2013 pukul 19.15 WIB.
Fessenden, Ralp J. 1990. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Nelson, Adry. 2013. Tepung Mokaf Produk Ketahanan Pangan Masa Depan. (online). (http://distan.riau.go.id/index.php/component/content/article/54-teknologi/329-tepung-mokaf-produk-ketahanan-pangan-masa-depan. Diakses pada Minggu tanggal 3 November 2013 pukul 08.35 WIB)
Nur Rahmat, Mifta. 2011. Laporan Praktikum Biokimia Umum. (online). (http://www.slideshare.net/mivt/laporan-biokimia-hidrolisis-karbohidrat diakses pada tanggal 3 November 2013 pukul 13.15 WIB)
Raffa. 2013. Karbohidrat. (online). (http://draffa99.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo_11.html diakses pada tanggal 7 November 2013 pukul 22.51 WIB)
Sun Wang, Nam. Glucose Assay by Dinitrosalicylic Colorimetric Method. (online). (http://www.eng.umd.edu/~nsw/ench485/lab4a.htm diakses pada tanggal 7 November 2013 pukul 22.55 WIB)