Laporan Kasus RDS

22
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Usia : 39 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : tidak tamat SMP Pekerjaan : tidak bekerja Alamat : Cakung II. RIWAYAT PSIKIATRI Anamesis dilakaukan secara autoanamnesis dan alloanamesis pada tanggal 29 April 2014, pukul 08.30 WIB di Poliklinik Psikiatri RSJI Bunga Rampai, Klender. A. Keluhan Utama Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri untuk kontrol dan obat habis sebelumnya pasien berobat di RSJ Bogor. B. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien, laki-laki usia 39 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RSJI Bunga Rampai, Klender diantar oleh ayahnya untuk kontrol dan obat telah habis. Pasien mengaku obat yang dikonsumsinya sudah habis sejak 2 hari yang lalu. Sejak obat habis, pasien menjadi sedikit emosional menjadi cepat marah, tetapi tidak ada gangguan dalam pola tidur. Pasien pernah mendengar suara atau bisikan-bisikan seperti orang mengobrol, pasien tidak pernah mengenal 1

Transcript of Laporan Kasus RDS

Page 1: Laporan Kasus RDS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A

Usia : 39 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : tidak tamat SMP

Pekerjaan : tidak bekerja

Alamat : Cakung

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Anamesis dilakaukan secara autoanamnesis dan alloanamesis pada tanggal 29

April 2014, pukul 08.30 WIB di Poliklinik Psikiatri RSJI Bunga Rampai, Klender.

A. Keluhan Utama

Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri untuk kontrol dan obat habis sebelumnya pasien

berobat di RSJ Bogor.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien, laki-laki usia 39 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RSJI Bunga

Rampai, Klender diantar oleh ayahnya untuk kontrol dan obat telah habis. Pasien

mengaku obat yang dikonsumsinya sudah habis sejak 2 hari yang lalu. Sejak obat

habis, pasien menjadi sedikit emosional menjadi cepat marah, tetapi tidak ada

gangguan dalam pola tidur.

Pasien pernah mendengar suara atau bisikan-bisikan seperti orang mengobrol,

pasien tidak pernah mengenal suara itu. Entah suara laki-laki atau perempuan ataupun

dari orang-orang yang pernah pasien kenal. Suara atau bisikan-bisikan itu hampir

setiap hari di dengar pasien dan perasaan pasien menjadi cemas karena bisikan-

bisikan itu terus ada terdengar ditelingga pasien. Namun seiring perjalanan waktu,

pasien mulai menghiraukan bisikan-bisikan yang terdengar dari dalam dirinya.

Pasien mengaku melihat adanya bayangan atau penampakan menyerupai

kuntilanak yang sering, berada didekatnya tetapi sosok penampakan itu tidak sampai

menganggu pasien. Pasien juga mengaku pernah merasakan mencium bau-bauan

1

Page 2: Laporan Kasus RDS

busuk, sedangkan lingkungan sekitar tidak mencium bau busuk yang dikeluhkan

pasien. Selain itu pasien juga mengungkapkan bahwa pasien pernah merasakan ada

yang mencolek anggota badannya, pasien juga merasa seperti sedang mengecap rasa

asin padahal pasien tidak sedang makan sesuatu.

Saat menonton TV juga pasien megungkapkan bahwa pembawa acara

mengejek, menertawakan serta mengajak pasien mengobrol, dan pasien juga merasa

pikirannya bisa dibaca ataupun dikendalikan oleh orang lain. Selama ini, pasien

merasakan seperti ada seseorang yang mengikuti atau bahkan seperti mengancam

ingin membunuh pasien. Selain itu, pasien merasa seperti ada seseorang yang

mengontrolnya. Ini terungkap ketika pasien sedang berada di luar rumah dan ingin

kembali pulang, ketika separuh jalan pulang pasien kembali ke tempat semula karena

seperti ada yang mengontrol dan menyuruhnya kembali ke tempat awal.

Sebenarnya, keluhan pasien sudah bermula di tahun 2001 saat pasien masih

berusia 27 tahun (sudah 12 tahun). Pasien merasa sering emosional tanpa sebab

jelas,dan suka tertawa sendiri. Dengan adanya keluhan tersebut, keluarga pasien

membawa pasien berobat ke RS Jiwa Grogol namun karena pasien disarankan untuk

rawat inap, oleh keluarga pasien dibawa pulang kembali. Setelah itu, pasien sempat

dibawa ke RS Jiwa Bogor atas saran teman dari keluarga pasien. Di RS Jiwa Bogor,

pasien hanya dilakukan rawat jalan biasa dan kontrol setiap bulannya serta diberikan 3

macam obat-obatan antara lain: Chlorpromazin 100 mg 1x1, Haloperinol 5mg 3x1

dan Trihexilphrenidil 2mg 3x1. Pasien merasa cocok diberi obat-obatan tersebut.

Setelah meminum obat yang diberikan dokter pasien mengaku keluhan seperti sulit

tidur atau mendengar suara-suara berkurang. Keluarga juga menyatakan dengan obat-

obatan tersebut, emosi pasien jauh lebih terkontrol sehingga tidak marah-marah.

Pasien tidak pernah mengalami riwayat trauma kepala, seperti terbentur, maka

kemungkinan besar tidak ada gangguan mental organik pada pasien. Pasien

mengungkapkan bahwa keluarganya ada yang mengalami keluhan yang sama seperti

pasien yaitu sepupu kandung pasien. Dahulu pasien mengaku pernah mengkonsumsi

atau riwayat menggunakan zat psikotropik NAPZA yaitu cimeng dan alkohol, tetapi

sudah berhenti sebelum keluhan penyakit sekarang dikeluhkan oleh pasien. Pasien

juga mengaku sampai sekarang sehari-harinya masih mengkonsumsi rokok. Pasien

dari dulu hingga sekarang belum pernah menikah, padahal dahulu pasien mengaku

2

Page 3: Laporan Kasus RDS

mempunyai banyak teman wanita yang dekat dengannya. Sampai saat ini pasien ingin

sekali menikah, menjadi orang kaya dan naik haji.

Saat ini suasana perasaan pasien sedang dalam keadaan sedih. Pasien dapat

melakukan kegiatan sehari-hari sendiri tanpa perlu dibantu oleh pihak keluarga seperti

mandi ataupun makan. Sehari-hari pasien tidak banyak berakifitas, pasien dapat

mengurus dirinya sendiri, seperti mandi, makan, membersihkan kamar, menonton TV

dan lain-lain. Tetapi harus diberikan perintah terlebih dahulu. Pasien memiliki hobi

berorasi dan bernyanyi, sehingga pasien mengakui dia sering ditawari untuk

bernyanyi lagu dangdut saat acara-acara pernikahan.

Pada saat ini pasien tinggal di rumah pribadi milik orang tuanya. Ayah dan ibu

kandung pasien sudah bercerai sejak pasien berusia 6 tahun. Pasien tinggal bersama

ayah kandung, ibu tiri, serta saudaranya. Pasien merupakan anak kedua dari dua

bersaudara, pasien juga memiliki tiga orang saudara tiri. Hubungan antara pasien

dengan anggota keluarga pasien yang berada dalam satu rumah cukup baik, begitu

pula hubungan dengan ibu kandung dan keluarga tiri dari pihak ibu. Walaupun tidak

taat setiap waktu, dalam kesehariannya pasien melaksanakan ibadah solat lima waktu.

Keluarga pasien sangat mendukung kesembuhan pasien hal ini bisa dilihat dari

kepedulian ayahnya mengantar kan kerumah sakit. Serta biaya untuk keseharian,

kesehatan dan pengobatan pasien mengandalkan uang pensiun ayah. Saat ini pasien

tidak memiliki pekerjaan, dahulu pasien pernah bekerja sebagai buruh SKU ( Standar

kerja Umum ) tetapi karena ada pengurangan pegawai karena perusahaan bangkrut

pasien harus berhenti bekerja.

Pasien lahir secara normal. Tidak ada penyulit sejak masa kandungan hingga

proses kelahiran. Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usianya. Pasien menjalani

pendidikan hingga SMP kelas 2, tetapi tidak tamat, hal ini disebabkan karena tidak

ada anggota keluarga yang mengawasi pasien. Saat SD dan SMP pasien mengakui

tidak pernah ada masalah baik secara akademik maupun sosial. Masa kecil pasien

hingga remaja berjalan baik tanpa ada masalah interaksi sosial dan pasien dikenal

sebagai kriteria yang ceria dalam keluarga. Setelah sakit pun pasien juga tidak pernah

merasa takut untuk berinteraksi dengan orang lain. Pasien dapet bersosialisasi dengan

baik terhadap tertangga-tetangga rumah dan lingkungan sekitar.

3

Page 4: Laporan Kasus RDS

A. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Tidak ada gangguan psikiatri sebelumnya.

2. Riwayat Gangguan Medik

Tidak ada riwayat gangguan medik.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol

Riwayat memakai NAPZA, mengkonsumsi alkohol, dan rokok.

B. Riwayat Kehidupan Pribadi

a. Riwayat pranatal: Pasien dilahirkan dalam proses persalinan normal.

b. Riwayat masa kanak-kanak dan remaja: Pasien tumbuh dan berkembang

sesuai umur sebagaimana anak seumurnya sehingga pasien tidak ada

gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

c. Riwayat masa akhir kanak-kanak: Pasien tumbuh dengan baik, tidak ada

masalah dalam berkehidupan sosial.

d. Riwayat pendidikan

Pasien menjalani pendidikan sampai SMP kelas 2 tetapi tidak tamat,

dikarenakan tidak ada yang mengawasinya. Saat SD dan SMP kelas 2 diakui

pasien tidak pernah ada masalah baik secara akademik maupun sosial.

e. Riwayat pekerjaan

Saat ini pasien tidak memiliki pekerjaan. Awalnya pasien sempat bekerja

sebagai buruh SKU (Standar Kerja Umum) , namun karena ada pengurangan

pegawai yang disebabkan perusahaan bangkrut jadi pasien harus berhenti

bekerja.

f. Riwayat agama

Pasien beragama Islam tetapi pasien tidak taat dalam menjalankan ibadahnya.

g. Hubungan dengan keluarga

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan ayah kandung,ibu tiri dan

saudaranya. Keluarga pasien juga mendukung pasien untuk sembuh. Pada saat

ini pasien tinggal di rumah milik orang tuanya. Sepupu pasien ada yang

memiliki penyakit yang sama dengan pasien.

h. Aktivitas sosial

Pasien dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

4

Page 5: Laporan Kasus RDS

C. Riwayat Keluarga

Di keluarga ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien yaitu sepupunya.

D. Situasi Sekarang

Pasien laki – laki umur 39 tahun, belum menikah saat ini pasien tidak

memiliki pekerjaan. Pasien saat ini tinggal di rumah orang tuanya. Pasien dalam

memenuhi biaya pengobatannya mengadalkan dari ayahnya. Hubungan pasien

dengan ayah kandung, ibu tiri, serta saudaranya baik – baik saja. Tidak ada

masalah dalam bersosialisasi dengan orang lain, dan terdapat keluarga yang

memiliki gangguan jiwa yaitu sepupunya. Saat ini pasien memiliki keinginan kuat

untuk menjadi kaya, naik haji, serta menikah.

E. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya

Saat ini pasien memiliki keinginan kuat untuk menjadi kaya, naik haji, serta

menikah.

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Laki - laki usia 39 tahun, tampak sesuai dengan usia, berpakaian rapi, ekspresi

tenang, perawatan diri baik, warna kulit sawo matang.

2. Kesadaran

Kesadaran umum : Compos mentis

Kontak Psikis : Tidak wajar

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Cara berjalan : Baik

Aktifitas psikomotor : Pasien kooperatif, tenang, kontak mata baik,

tidak ada gerakan involunter dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

4. Pembicaraan

Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter dan dapat

mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.

Kualitas : Bicara spontan, volume bicara normal, artikulasi jelas dan

pembicaraan dapat dimengerti.

Tidak ada hendaya berbahasa

5

Page 6: Laporan Kasus RDS

5. Sikap Terhadap Pemeriksa

Pasien kooperatif.

B. KEADAAN AFEKTIF

1. Mood

Pasien mengatakan alam perasaannya saat ini sedih

2. Afek

Ekspresi afektif luas

3. Keserasian

Mood dan afektif tidak serasi

4. Empati

Pemeriksa tidak dapat merabarasakan perasaan pasien saat ini.

C. FUNGSI INTELEKTUAL / KOGNITIF

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan

Taraf pendidikan

Pasien menjalani pendidikan hingga SMP kelas 2 tetapi tidak tamat karena

tidak ada yang mengawasi pasien. Saat SD dan SMP pasien tidak pernah

ada masalah baik secara akademik maupun sosial.

2. Daya kosentrasi

Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal sampai dengan

selesai. Pasien juga dapat menjawab dengan benar pertanyaan penjumlahan

angka yang diberikan oleh dokter (100-7=93).

3. Orientasi

Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu saat berobat pagi hari

Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di RSJI Bunga

Rampai

Orang : Baik, pasien mengetahui pemeriksa adalah dokter.

Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi dan

wawancara.

4. Daya Ingat

Daya ingat jangka panjang

6

Page 7: Laporan Kasus RDS

Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien bersekolah SD di

Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Daya ingat jangka pendek

Baik, pasien dapat mengingat bahwa pasien dapat menuju ke RSJI Bunga

Rampai dengan menggunakan angkutan kota bersama ayahnya.

Daya ingat segera

Baik, pasien dapat mengingat 5 nama kota yang disebutkan oleh dokter.

Akibat hendaya daya ingat pasien

Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien saat ini.

5. Pikiran abstrak

Baik, pasien mengerti makna dari pribahasa ungkapan “ air susu dibalas air

tuba”.

6. Bakat kreatif

Pasien memiliki kegemaran berorasi dan bernyanyi.

7. Kemampuan menolong diri sendiri

Cukup, karena pasien harus diberi perintah oleh pihak keluarga terlebih dahulu

dalam mengerjakan sesuatu, termasuk dalam mengurus dirinya sendiri.

D. GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi dan ilusi

Halusinasi : Terdapat riwayat halusinasi

Halusinasi auditorik : mendengar suara orang

berbicara, tetapi tidak tampak orangnya.

Halusinasi visual : melihat kuntilanak yang orang lain

tidak dapat melihatnya.

Halusinasi olfaktorik : mencium bau busuk.

Halusinasi taktil : merasa ada yang mencolek bagian

tertentu dari anggota badannya.

Halusinasi gustatorik : merasakan mengecap rasa asin

padahal tidak sedang makan.

Ilusi : Tidak terdapat ilusi

2. Depersonalisasi dan derealisasi

Depersonalisasi : Tidak dilakukan

Derealisasi : Tidak dilakukan

7

Page 8: Laporan Kasus RDS

E. PROSES PIKIR

1. Arus pikir

a. Produktivitas : Baik, pasien dapat menjawab spontan bila diajukan

pertanyaan.

b. Kontinuitas : Koheren, mampu memberikan jawaban sesuai

pertanyaan.

c. Hendaya berbahasa : tidak terdapat hendaya berbahasa

2. Isi pikiran

a. Preokupasi

Tidak terdapat preokupasi.

b. Gangguan pikiran, terdapat :

waham kejar

delution of reference

delution of control

thought broadcasting

tought withdrawal

F. PENGENDALIAN IMPULS

Cukup, karena pasien belum bisa mengendalikan dirinya untuk tidak tertawa

lepas.

G. DAYA NILAI

Norma Sosial : Pasien mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Uji Daya Nilai : Baik, ketika ditanya apa yang akan pasien lakukan jika

melihat anak kecil menanggis terpisah dari ibunya di keramaian, pasien

menjawab akan membantu anak tersebut mencari ibunya, dan jika dia tidak

bisa menemukan ibu anak tersebut, dia akan meminta bantuan orang lain juga

untuk membantu menemukan ibu si anak.

Penilaian realitas : Pada pasien saat ini terdapat gangguan penilaian realitas

yaitu terdapat halusinasi auditorik, visual, olfaktorik, taktil, gustatorik visual,

delusion of reference, delusion of control, thought broadcasting, thought

withdrawal serta ada waham kejar.

8

Page 9: Laporan Kasus RDS

H. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN KEHIDUPANNYA

Menurut penilaian pemeriksa sebagai dokter terhadap pasien yaitu pasien saat ini

tidak menyadari dirinya dalam keadaan sakit.

I. TILIKAN / INSIGHT

Tilikan derajat I, pasien merasa dirinya sehat.

J. TARAF DAPAT DIPERCAYA

Pemeriksa memperoleh kesan bahwa jawaban pasien dapat dipercaya karena

pasien konsisten dalam menjawab pertanyaan serta dipertegas oleh pernyataan

ayah pasien yang mendampingi.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Generalis

i. Keadaan umum: baik, compos mentis

ii. Tanda vital:

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Frekuensi nadi : 80 x/menit

Frekuensi nafas : 20 x/menit

Suhu : Afebris

iii. Sistem kardiovaskuler : kesan dalam batas normal

iv. Sistem muskuloskeletal : kesan dalam batas normal

v. Sistem gastrointestinal : kesan dalam batas normal

vi. Sistem urogenital : kesan dalam batas normal

vii. Gangguan khusus : tidak ditemukan kelainan

b. Status Neurologis

i. Saraf kranial : kesan dalam batas normal

ii. Saraf motorik : kesan dalam batas normal

iii. Sensibilitas : kesan dalam batas normal

iv. Susunan saraf vegetatif : kesan dalam batas normal

v. Fungsi luhur : kesan dalam batas normal

vi. Gangguan khusus : kesan dalam batas normal

9

Page 10: Laporan Kasus RDS

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien laki-laki 39 tahun datang untuk kontrol dan obatnya sudah habis.

Pasien merasa cocok dengan obat-obatan yang diberikan, bila tidak meminum

obat pasien merasa berubah menjadi sedikit emosional mudah marah dan suka

tertawa sendiri.

Pasien pernah mendengar suara-suara orang mengobrol tetapi tidak mengetahui

siapa orang yang mengobrol tersebut.

Pasien juga mengaku melihat kuntilanak yang berada didekatnya.

Pasien terkadang merasa mencium bau busuk

Pasien merasa ada yang mencolek anggota badannya

Pasien juga merasa seperti mengecap rasa asin padahal pasien tidak sedang

makan.

Pasien merasa ada orang yang mau membunuhnya tetapi pasien tidak tau siapa

orangnya

Saat menonton TV juga pasien mengakui bahwa penyiar Televisi bicara atau

mengobrol dengannya,

Pasien juga merasa pikirannya bisa dibaca ataupun dikendalikan oleh orang lain.

Gejala ini sudah berlangsung 12 tahun.

Fungsi kognitif pada pasien masih baik, begitu pula dengan pengendalian impuls

masih baik. Selama ini pasien tidak pernah mengalami trauma atau gangguan

fungsi otak. Orientasi waktu, tempat, orang dan situasi baik.

Terdapat riwayat gangguan serupa pada keluarga, yaitu sepupunya.

Pasien pernah riwayat mengkonsumsi NAPZA yaitu cimeng dan alkohol, tetapi

sudah berhenti sebelum keluhan penyakit sekarang dikeluhkan oleh pasien. Serta

pasien juga mengaku mengkonsumsi rokok.

Pasien lahir secara normal. Tidak ada penyulit sejak masa kandungan hingga

proses kelahiran. Masa kecil pasien hingga remaja berjalan baik tanpa ada

masalah interaksi sosial dan memang sebelum sakit seperti sekarang, pasien

dikenal sebagai kriteria yang ceria dalam keluarga.

Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.

Pasien menjalani pendidikan hingga SMP kelas 2. Hal ini dikarenakan tidak ada

yang mengawasi pasien. Saat SD dan SMP diakui pasien tidak pernah ada

masalah baik secara akademik maupun sosial.

10

Page 11: Laporan Kasus RDS

Keadaan umum baik dan tidak ditemukan gangguan medis pada pemeriksaan

fisik.

Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, hubungan dengan ayah

kandung, ibu tiri, dan saudaranya baik.

Pada saat ini pasien tinggal di rumah pribadi milik orang tuanya. Pasien tinggal

bersama ayah kandung, ibu tiri, serta saudaranya.

Pasien memiliki kendala dalam bidang ekonomi dan pasien tidak bekerja. Pasien

masih mengandalkan ayahnya untuk biaya pengobatannya.

Pasien ini didapatkan gejala sedang dan disabilitas sedang.

VI. Formulasi Diagnosis

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien terdapat kelainan pola

perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna yang dapat menyebabkan

timbulnya distress dan disabilitas dalam fungsi sehari-hari maka pasien dikatakan

menderita gangguan jiwa.

Diagnosis Aksis I

Pada pasien ini tidak terdapat kelainan fisik yang menyebabkan disfungsi

otak, sehingga pasien ini bukan gangguan mental organik (F.0).

Dari anamnesis didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif dan minuman

beralkohol, tetapi sekarang sudah berhenti. Maka pasien ini bukan gangguan

mental dan perilaku akibat NAPZA (F.1).

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita, yang

ditandai dengan adanya riwayat halusinasi visual, auditorik, olfaktorik, taktil,

gustatorik, delusion of reference , delusion of control, thought broadcasting,

thought withdrawal. Maka pasien termasuk gangguan psikotik (F.20).

Gangguan berupa halusinasi tersebut berlangsung lebih dari 1 bulan yaitu 12

tahun yang lalu, sehingga dikatakan menderita skizofrenia (F.2)

Pada pasien ini ditemukan adanya riwayat halusinasi merasa ada yang

mengejarnya dan ingin membunuhnya. Maka pasien ini dikatakan menderita

gangguan skizofrenia paranoid (F20.0).

Diagnosis Aksis II

11

Page 12: Laporan Kasus RDS

Tumbuh kembang pada masa anak-anak baik, dapat bersosialisai maka dari

itu pasien tidak terdapat gangguan kepribadian. Pasien dapat menyelesaikan

pendidikan sampai kelas 2 SMP. Fungsi kognitif baik, tidak terdapat retardasi

mental, oleh karena itu tidak ditemukan gangguan kepribadian dan gangguan

retardasi mental. Maka pada aksis II tidak ada diagnosis.

Diagnosis Aksis III

Pada anamnesis pemeriksaan fisik dan neurologis pada pasien ini tidak

ditemukan riwayat. Maka pada aksis III tidak ada diagnosis.

Diagnosis Aksis IV

Pasien merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara. Pasien tinggal bersama ayah

kandung, ibu tiri dan saudara nya, biaya pengobatan berasal ayahnya karena

pasien tidak bekerja karena di PHK. Maka diagnosis Aksis IV pada pasien

ini adalah terdapatnya gangguan dalam perekonomian, pekerjaan.

Diagnosis Aksis V

Pada pasien didapatkan gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. Maka

pada aksis V didapatkan GAF Scale 60-51.

VII. Evaluasi multiaksial

Aksis I : Gangguan skizofrenia paranoid

Aksis II : Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Gangguan perekonomian dan pekerjaan

Aksis V : GAF Scale 60 - 51.

VIII. Daftar Masalah

Organobiologik : Sepupu pasien mempunyai keluhan yang sama.

Psikologis :

1. Terdapat riwayat gangguan menilai realita berupa

Halusinasi auditorik

Halusinasi visual

Halusinasi olfaktorik

12

Page 13: Laporan Kasus RDS

Halusinasi taktil

Halusinasi gustatorik

2. Terdapat pula gangguan isi pikir berupa

Waham kejar, delusion of reference, delusion of control, thought broadcasting,

thought withdrawal

3. Terdapat perubahan emosi (menjadi cepat marah) saat obat habis

IX. Prognosis

Prognosis Ke Arah Baik

Pasien patuh minum obat dan rutin kontrol ke poliklinik.

Keluarga mendukung pasien untuk sembuh.

Tidak ditemukan tanda dan gejala efek samping pemakaian obat-obatan anti-

psikotik.

Pasien masih memiliki keinginan untuk menjadi kaya, naik haji, menikah.

Prognosis Ke Arah Buruk

Bila tidak minum obat, pasien masih merasa lebih emosional.

Perjalanan penyakit sudah berlangsung cukup lama (12 tahun).

Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien berdasarkan wawancara diatas sebagai

berikut :

Ad Vitam : Ad bonam

Ad Fungtionam : Dubia Ad bonam

Ad Sanationam : Dubia Ad malam

X. Terapi

Psikofarmaka :

Haloperinol 5mg 3x1

Chlorpromazin 100 mg 1x1 malam hari

Trihexilphrenidil 2mg 3x1

13

Page 14: Laporan Kasus RDS

Psikoterapi :

Pada pasien

o Edukasi pentingnya minum obat secara teratur dan kontrol rutin setiap bulan.

o Jika ada suara-suara jangan dipedulikan.

o Bila pada saat keluhan datang dan pasien merasa ketakutan, pasien dapat

mencari perlindungan dari anggota keluarganya atau jika masih mengganggu

juga segera kontrol ke dokter.

o Mencoba mengalihkan pikiran-pikiran negatif dengan mengisinya dengan

kegiatan positif yang bermanfaat.

o Lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Elvira D, Sylvia, Hadisukanto, Giyanti. Buku Ajar Psikiatri. FKUI. Jakarta. 2013.

14

Page 15: Laporan Kasus RDS

Maslim, Rusdi. D, SpKJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan Ketiga. PT Nuh

Jaya. Jakarta. 2011.

Maslim, Rusdi. Dr, SpKJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT Nuh Jaya,

Jakarta. 2007.

15