Penyakit Membran Hialin (RDS)
description
Transcript of Penyakit Membran Hialin (RDS)
Janin usia 8 bulan dinamakan Periode Terminal
Minggu 24 - lahir : pada periode ini terjadi penyempurnaan pertumbuhan
bronchioli dan alveoli. Alveoli dibentuk oleh 2 jenis sel : tipe I pneumocytes
adalah yang membentuk sebagian besar alveoli, sedangkan tipe II hanya 2% dari
permukaan. Sel tipe II menghasilkan dan menyimpan cairan surfactant yang
menjaga kestabilan tegangan permukaan alveoli dan menjaga agar alveoli tidak
kolaps. Minggu 23-24 mulai dihasilkan surfactant dalam jumlah kecil, kemudian
bertahap meningkat hingga minggu 30. Kelahiran dan nafas pertama merangsang
dan mematangkan produksi surfactant. Menjelang akhir periode kantong-kantong
udara berkembang menjadi alveoli multilokular yang primitif. Sesudah lahir
alveoli berkembang ukuran dan jumlahnya. Pada saat lahir 150 juta, berkembang
menjadi 300-400 juta pada saat umur 3-4 tahun- jumlah yang dibutuhkan orang
dewasa. Tetapi perkembangan alveoli terus berkembang hingga usia 8 tahun.
Perkembangan paru yang perlu dicermati adalah produksi surfactant.
Surfactant baru muncul pada minggu ke 23-24, dan baru berkembang sempurna
ketika bayi lahir sesuai umurnya. Jadi bila bayi lahir prematur, maka terjadi
permasalahan dengan produksi surfactant.
Pada saat pernafasan mulai, cairan paru diserap kembali, kecuali lapisan
pelindung surfaktannya, yang mencegah menguncupnya alvoli pada ekspirasi dan
menurunkan tegangan permukaan pada interface udara-kapiler darah. Tidak ada
atau kurangnya surfaktan pada bayi premature menyebabkan RDS karena
menguncupnya alveoli primitive (penyakit membrane hialin).
Bagaimana metode pengukuran skor APGAR?
Tabel 1. kriteria APGAR
Kriteria 0 1 2
Activity
(tonus otot)
Lumpuh Fleksi tungkai
atas dan bawah
Gerakan aktif
Pulse
(denyut jantung)
Tidak ada < 100x/min > 100x/min
Grimace
(refleks iritabilitas)
Tidak ada respon Meringis Bersin atau batuk,
menjauh saat
saluran napas
distimulasi
Appearance
(warna kulit)
Biru - abu-abu
atau pucat di
seluruh tubuh
Badan merah,
kaki dan tangan
biru
Seluruh tubuh dan
anggota gerak
merah
Respiration
(pernapasan)
Tidak bernapas Menangis lemah;
terdengar seperti
merengek atau
mendengkur;
Lambat, ireguler
Baik, menangis
kuat
*Penilaian pada satu menit pertama:
a. total nilai 7 - 10 : bayi dalam kondisi baik (bugar)
b. total nilai 4-6 : bayi mengalami sesak nafas (asfiksia) sedang
c. total nilai < 4 : bayi asfiksia berat.
*Penilaian 5 menit kemudian gunanya untuk menilai keberhasilan
resusitasi terhadap bayi. Nilai APGAR yang jelek pada lima menit
akan menghasilkan kematian bayi atau komplikasi syaraf pada bayi
seperti cerebral palsy.
Bagaimana hubungan kelahiran kurang bulan dengan keadaan bayi yang tidak menangis saat lahir?
Tidak menangis spontan, merintih dan sianosis
a. Tidak menangis spontan
Pada saat bayi dilahirkan maka paru-paru bayi mengambil alih fungsi
sebagai alat respiratori. Paru-paru bayi mengembang alami untuk
memasukkan oksigen, secara otomatis mulut bayi terbuka untuk
membantu oksigen masuk ke paru-paru dengan melewati pita suara
sehingga timbul tangisan bayi. Secara singkat, tangisan merupakan
bantuan untuk membuka paru-paru agar oksigen bisa masuk.
Tidak menagis menandakan bayi mengalami asfiksia (kurang masukan
oksigen dalam tubuh).
b. Grunting
Grunting atau merintih merupakan tanda dari respiratory distress pada
bayi baru lahir biasanya terjadi bersamaan dengan nasal flaring dan
retraksi intercostal atau subcostal.
Suara yang keluar terjadi karena tertutupnya glotis selama ekspirasi yang
dapat meningkatkan tekanan akhir ekspirasi pada paru (end-expiratory
pressure) sebagai usaha meningkatkan oksigenasi pada bayi.
c. Sianosis seluruh tubuh
Cyanosis adalah warna kebiruan pada kulit yang disebabkan desaturasi
oksigen (>5g/dl).
Klasifikasi
Terdapat dua jenis cyanosis, yaitu; cyanosis perifer dan sentral. Pada
cyanosis perifer tampak kebiruan pada daerah kulit dan bibir tapi
terbatas pada konjungtiva, mukosa mulut, lidah yang mengindikasikan
saturasi O2 yang normal. Sementara cyanosis sentral
mengindikasikan desaturasi atau abnormal hemoglobin.
Keterangan :
Cyanosis dengan kesulitan bernafas mungkin disebabkan gangguan pada saluran
pernapasan.
Sementara cyanosis tanpa kesulitan bernapas mungkin disebabkan kelainan pada
system cardiovascular.
Usia gestasi 8 bulan termasuk ke dalam kehamilan preterm. Berarti bayi yang
dilahirkan bersifat prematur. Pada bayi prematur, proses pematangan paru belum
sempurna sehingga sintesis surfaktan kurang. Kurangnya sintesis surfaktan ini
mengakibatkan kompliansi paru menurun, atelektasis, gangguan pergantian gas di
alveoli, hipoksia berat, dan asidosis.
Selain itu, bayi prematur ini juga memerlukan tenaga yang lebih besar untuk
mengembangkan paru-parunya yang ditandai oleh salah satunya berupa
mendengkur. Usaha neonatus tidak berhasil dan terjadilah hipoksia jaringan
sehingga timbul sianosis.
Apa dampak hipertensi maternal pada janin?
Hipertensi gestasional bisa mengakibatkan antara lain:
Efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil yang akan merusak
vascularasi darah,sehingga dapat mengganggu Pertukaran oksigen dan nutrisi melalui
placenta dari ibu ke janin. Ini dapat mengakibatkan premtauritas placenta dengan
akibat pertumbuhan janin yang tidak normal dalam rahim.
Hipertensi kehamilan suplai ke janin berkurang janin mengalami fetal distress
intra uterine sekresi kortisol meningkat pematangan surfactant.
Apa diagnosis banding untuk kasus ini?Gejala/ tanda HMD TTN
Transient
Tachypnea of
newborn
Aspirasi
mekonium
Pneumonia PDA
Usia
kehamilan
Preterm Aterm/preterm Aterm/preterm Aterm/preterm Aterm/preterm
Onset
timbulnya
gejala
Segera (primary
distress)
Beberapa saat
setelah lahir
Beberapa saat
setelah lahir
Beberapa saat
setelah lahir
Segera
Grunting + + + + +
Sianosis ++ +/- ++ +/- ++
Perbaikan
dengan O2
Sementara Membaik dengan
oksigen minimal
Sementara Membaik Sementara
Gejala khas
lain
Retraksi dinding
dada
Penyembuhan
yang mendadak,
jarang ada
retraksi dan
sianosis
Adanya cairan
amnion yang
berwarna
kehijauan pada
saat kelahiran
Adanya ronki
dan leukositosis
Ada bising
jantung, ↑
kebutuhan O2,
kardiomegali
Gambaran
Rontgen
Gambaran
retikuloendotelial
dan berkabut
“ground glass”
“star burst”
Banyak corakan
vaskuler di
bagian tengah
Terdapat bercak
infiltrat yang
kasar atau
berkabut
Terdapat
infiltrat dan
konsolidasi paru
Kardiomegali
Apa saja pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada kasus ini?
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan radiologis
o untuk menyingkirkan kemungkinan hernia diafragmatika,
pneumotorax, dll.
o Hasil : Bercak difus infiltrate retikulogranular (manifestasi adanya
kolaps alveolus) disertai adanya tabung-tabung udara bronkus (air
bronchogram).
Kimia darah :
o Meningkatnya asam laktat dan asam organik lain > 45 mg/dl
o Merendahnya bikarbonat standar
o pH darah dibawah 7,2
o PaO2 menurun
o PaCO2 meninggi.
Pemerikasaan darah lengkap ( Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, CRP )
Kultur darah → untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi (sepsis)
Pemeriksaan serum glukosa → rendah pada RDS.
Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus ini?
Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :
1. Ruptur alveoli : Bila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada
bayi dengan RDS yang tiba2 memburuk dengan gejala klinis hipotensi,
apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
2. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang
memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni.
Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti pemasangan jarum
vena, kateter, dan alat2 respirasi.
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
4. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan
komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi
surfaktannya.
Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas oksigen,
tekanan yang tinggi dalam paru, memberatnya penyakit dan kurangnya
oksigen yang menuju ke otak dan organ lain.
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik
yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36
minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang
digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi,
inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan
menurunnya masa gestasi.
2. Retinopathy premature
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang
berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi
intrakranial, dan adanya infeksi.
Learning issue
Penyakit Membran Hialin
Definisi
PMH disebut juga Respiratory Distress Syndrome (RDS), hal ini
adalah salah satu problem dari bayi prematur menyebabkan bayi
membutuhkan ekstra ksigen untuk membantu hidupnya.
Epidemiologi
PMH terutama terjadi pada bayi prematur. Insidensinya berbanding
terbalik dengan umur kehamilan dan berat badannya. PMH ini 60 – 80%
terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15 – 30%
pada bayi antara 32 dan 36 minggu, 5% pada bayi lebih dari 37 minggu dan
jarang pada bayi cukup bulan.
Kenaikan frekuensi dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes, kehamilan
kembar, persalinan dengan seksio sesarea, persalinan cepat, asfiksia, stress
dingin, ada riwayat bayi sebelumnya terkena insiden tertinggi pada bayi
preterm laki-laki atau kulit putih.
Etiologi
Kelainan dianggap terjadi karena faktor pertumbuhan atau pematangan
paru yang belum sempurna antara lain bayi prematur, terutama bila ibu
menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan, misalnya ibu
dengan :
a. Diabetes
b. Toxemia
c. Hipotensi
d. SC
e. Perdarahan antepartum.
f. Sebelumnya melahirkan bayi dengan PMH.
Penyakit membran hialin diperberat dengan :
a. Asfiksia pada perinatal
b. Hipotensi
c. Infeksi
d. Bayi kembar.
Gejala klinis
Gejala klinis biasanya mulai terlihat pada beberapa jam pertama
setelah lahir terutama pada umur 6 – 8 jam. Gejala karakteristik mulai
timbul pada usia 24 – 72 jam dan setelah itu keadaan bayi mungkin
memburuk atau mengalami perbaikan. Apabila membaik gejala biasanya
menghilang pada akhir minggu pertama.
Gangguan pernafasan pada bayi terutama disebabkan oleh atalektasis dan
perforasi paru yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan keadaan
klinis seperti :
a. Dispnea atau hiperpnea.
b. Sianosis.
c. Retraksi suprasternal, epigastrium, intercostal.
d. Rintihan saat ekspirasi (grunting).
e. Takipnea (frekuensi pernafasan . 60 x/menit).
f. Melemahnya udara napas yang masuk ke dalam paru.
g. Mungkn pula terdengar bising jantung yang menandakan adanya
duktur arteriosus yang paten yang disertai pula timbulnya.
h. Kardiomegali.
i. Bradikardi (pada PMH berat).
j. Hipotensi.
k. Tonus otot menurun.
l. Edem.
Gejala PMH biasanya mencapai puncaknya pada hari ke-3. Sesudahnya
terjadi perbaikan perlahan-lahan. Perbaikan sering ditunjukan dengan diuresis
spontan dan kemampuan oksigenasi bayi dengan kadar oksigenasi bayi
yang lebih rendah.
Kelemahan jarang pada hari pertama sakit biasanya terjadi antara hari ke-2
dan ke-3 dan disertai dengan kebocoran udara alveolar (emfisema interstisial,
pneumotoraks), perdarahan paru atau interventrikuler.
Patofisiologi
Surfaktan dihasilkan oleh sel epitel alveolus tipe II. Badan lamelar
spesifik, yaitu organel yang mengandung gulungan fosfolipid dan terikat pada
membran sel, dibentuk dalam sel-sel tersebut dan disekresikan ke dalam
lumen alveolus secara eksositosis. Tabung lipid yang disebut mielin tubular
dibentuk dari tonjolan badan, dan mielin tubular selanjutnya membentuk
lapisan fosfolipid. Sebagian kompleks protein-lipid di dalam surfaktan diambil
ke dalam sel alveolus tipe II secara endositosis dan didaur-ulang.
Ukuran dan jumlah badan inklusi pada sel tipe II akan meningkat oleh
pengaruh hormon tiroid, dan RDS lebih sering dijumpai serta lebih parah pada
bayi dengan kadar hormon tiroid plasma yang rendah dibandingkan pada bayi
dengan kadar hormon plasma normal. Proses pematangan surfaktan dalam
paru juga dipercepat oleh hormon glukokortikoid. Menjelang umur kehamilan
cukup bulan didapatkan peningkatan kadar kortisol fetal dan maternal, serta
jaringan parunya kaya akan reseptor glukokortikoid. Selain itu, insulin
menghambat penumpukan SP-A dalam kultur jaringan paru janin manusia,
dan didapatkan hiperinsulinisme pada janin dari ibu yang menderita diabetes.
Hal ini dapat menerangkan terjadinya peningkatan insidens RDS pada bayi
yang lahir dari ibu yang menderita diabetes.
Sampai saat ini PMH dianggap terjadi karena defisiensi pembentukan zat
surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat yang
berperan dalam pengembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang
terdiri dari dipalmitil fosfatidilkolin (lesitin), fosfatidil gliserol, apoprotein,
kolesterol. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin yang mulai dibentuk
pada umur kehamilan 22 – 24 minggu dan berjumlah cukup untuk berfungsi
normal setelah minggu ke 35.
Agen aktif ini dilepaskan ke dalam alveolus untuk mengurangi tegangan
permukaan dan membantu mempertahankan stabilitas alveolus dengan jalan
mencegah kolapsnya ruang udara kecil pada akhir ekspirasi. Namun karena
adanya imaturitas, jumlah yang dihasilkan atau dilepaskan mungkin tidak
cukup memenuhi kebutuhan pasca lahir.Alveolus akan kembali kolaps setiap
akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan
negatif intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang lebih
kuat.
Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi
hipoksia, retensi CO2 dan asidosis. Hipoksia akan menimbulkan :
a. oksigenasi jaringan menurun, sehingga akan terjadi metabolisme
anaerobik dengan penimbunan asam laktat dan asam organik lainnya
yang menyebabkan terjadinya asidosis metabolik pada bayi
b. kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveoli dan terbentuknya
fibrin dan selanjutnya fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang
nekrotik membentuk suatu lapisan yang disebut membran hialin.
Asidosis dan atelektasis juga menyebabkan terganggunya sirkulasi darah dari
dan ke jantung. Demikian pula aliran darah paru akan menurun dan hal ini
akan mengakibatkan berkurangnya pembentukan substansi surfaktan.
Secara singkat dapat diterangkan bahwa dalam tubuh terjadi lingkaran setan
yang terdiri dari penurunan aliran, transudasi, asidosis, hipoksia, atelektasis ,
hambatan pembentukan substansi surfaktan, darah paru
Hal ini akan berlangsung terus sampai terjadi penyembuhan atau kematian
bayi.
Penatalaksanaan:
a. Penyakit Membran Hialin:
1. Memberikan lingkungan yang optimal
2. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal ( rawat dalam
inkubator )
3. Beri vitamin K1 0,5 mg intramuskuler
4. Parenteral feeding
5. Oksigen intranasal 1-2 liter/menit atau head box dengan
konsentrasi oksigen 30-60%
6. IVFD dekstrose 7,5% atau 10% + NaCl 15% 6 cc
7. Antibiotika polifragmasi (Ampisilin dan Gentamisin/Netilmisin)
Ampisilin 100mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis
Gentamisin 2,5mg/kgBB/18 jam bila BB>2000gr
Gentamisin 2,5mg/kgBB/24 jam bila BB<2000gr
8. Pemberian makanan peroral ditunda sampai frekuensi pernafasan
>60x/menit
9. Monitoring
1) Berikan pengajaran perawatan bayi pada orang tua dengan
simulasi. Kenalkan pada orang tua utuk mengidentifikasi
tanda dan gejala distress pernafasan.
2) Ajarkan pada orang tua bagaimana cara melakukan resusitasi
jantung paru (RJP) dan disimulasikan bila perlu untuk
perawatan dirumah.
3) Jika bayi menggunakan monitor di rumah, ajarkan pada
orang tua bagaimana mengatasi bila ada alarm.
4) Jelaskan kepada orang tua pentingnya sentuhan dan suara-
suara nada sayang didengar oleh bayi.
5) Tekankan pentingnya kontrol ulang dan deteksi dini bila ada
kelainan.
b. BBLR & Prematur:
1. Dirawat dalam inkubator, jaga jangan sampai hipotermi,
suhu 36,5-37,5°C
2. Bila bayi <1500 gram, pindah rawat bagian IKA dan beri
ASI/LLM
3. Bayi-bayi KMK (Kecil Masa Kehamilan) diberi minum
lebih dini (2 jam setelah lahir)
4. Periksa gula darah dengan dekstrostik bila ada tanda-tanda
hipoglikemia
5. Jenis cairan
BB <2000 gr : dekstrose 7,5% 500cc dan NaCl 15% 6cc
Hari ketiga diberi protein 1gr/kgBB/hari
Dinaikkan perlahan-lahan 1,5gr, 2gr, 2,5gr, 3gr.
Pemberian minum tiap 2-3 jam pada bayi dengan BB<1500gr
secara sonde dan dilanjutkan dengan menghisap langsung ASI
dari ibu, secara bertahap 1x/hari dilanjutkan 2-3x/hari dan
seterusnya akhirnya sampai penuh sampai bayi dipulangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Nelson, Waldo, dkk. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Ed.15, vol.1. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : percetakan Infomedika
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, edisi pertama, cetakan keempat. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. Buku Ajar Neonatologi, cetakan pertama.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak, cetakan pertama.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI
WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta :
Kerjasama WHO dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Martondang, Corry. 2003. Diagnosis Fisik pada Anak, ed.2. Jakarta : CV Sagung Seto
Manuaba, Chandranita, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.