Makalah RDS

43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Respiratory Distress Syndrome ( RDS ) adalah perkembangan yang immatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS juga biasa disebut sebagai hyaline membran disease ( HMD ). Jika kita berbicara tentang sistem pernapasan berarti kita berbicara tentang saluran pernapasan, paru, dan O 2 . Saluran pernapasan terbagi atas: rongga hidung, faring, laring, trakhea dan bronkus. Fungsi dari saluran pernapasan yaitu tempat terjadinya pertukaran gas dari atmosfer dengan sirkulasi darah. Selain itu, berfungsi juga dalam menghantarkan udara dari dan ke permukaan paru. Untuk lebih lengkapnya akan d bahas d Bab 2. Paru merupakan organ elastis, berbentuk kerucut, dan terletak dalam rongga thoraks. Paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Paru kanan lebih besar dari paru 1

Transcript of Makalah RDS

Page 1: Makalah RDS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Respiratory Distress Syndrome ( RDS ) adalah perkembangan yang immatur pada

sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS juga biasa

disebut sebagai hyaline membran disease ( HMD ). Jika kita berbicara tentang sistem

pernapasan berarti kita berbicara tentang saluran pernapasan, paru, dan O2.

Saluran pernapasan terbagi atas: rongga hidung, faring, laring, trakhea dan bronkus.

Fungsi dari saluran pernapasan yaitu tempat terjadinya pertukaran gas dari atmosfer

dengan sirkulasi darah. Selain itu, berfungsi juga dalam menghantarkan udara dari dan ke

permukaan paru. Untuk lebih lengkapnya akan d bahas d Bab 2.

Paru merupakan organ elastis, berbentuk kerucut, dan terletak dalam rongga thoraks.

Paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh

darah besar. Paru kanan lebih besar dari paru kiri. Selain itu, paru juga dibagi menjadi 3

lobus, satu lobus pada paru kanan, dan dua lobus pada paru kiri.

Oksigen merupakan sebuah zat berupa gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan

tidak bisa dirasakan oleh lidah. Semua makhluk hidup di dunia ini membutuhkan oksigen

agar bisa tetap bertahan hidup. Oksigen kurang lebih 60% di dalam tubuh manusia,

oksigen terdapat di dalam darah, daging, tulang, otot – otot dan di semua komponen

tubuh kita. Singkatnya, semua bagian tubuh kita tanpa kecuali butuh oksigen agar tetap

tumbuh sehat. Sehingga bisa dipastikan, anggota tubuh manapun yang kekurangan

oksigen akan menderita sakit. Terlebih khusus mengenai sistem pernafasannya

(respiratory system)

1

Page 2: Makalah RDS

1.2 TUJUAN PENULISAN

Mahasiswa mampu mengerti dan memahami :

1. Anatomi Fisiologi sistem pernapasan

2. Proses Keperawatan Pasien Respiratory Distress Syndrome yang meliputi :

a. Definisi

b. Etiologi

c. Manifestasi Klinik

d. Pathofisiologi

e. Komplikasi

f. Pemeriksaan Diagnostik

g. Pelaksanaan Medis

h. Proses Keperawatan

i. Discage Planing

1.3 METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan adalah :

STUDI KEPUSTAKAAN Yaitu dengan mempelajari berbagai sumber berupa buku-buku

yang membahas tentang penyakit Respiratory Distress Syndrome sesuai dengan judul

karya tulis ini.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

2

Page 3: Makalah RDS

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Metode Penulisan

D. Sistematika Penulisan

Bab II Pembahasan

A. Kasus Dan Kata Kunci

B. Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi

C. ASKEP Pasien Respiratory Distress Syndrome

Bab III Kesimpulan

Daftar Pustaka

3

Page 4: Makalah RDS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI SISTEM PERNAPASAN

Anatomi saluran pernapasan terdiri atas saluran pernapasan bagian

atas( rongga hidung, sinus paranasal, dan faring), saluran pernapasan bagian

bawah( laring, trakhea, bronkhus, dan alveoli), sirkulasi pulmonal ( ventrikel kanan,

arteri pulmonar, kapiler pulmonal, arteriola pulmonar, venula pulmonar, vena

pulmonar, dan atrium kiri), paru ( paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus), rongga

pleura, dan otot-otot pernapasan.

1. Saluran Pernapasan Bagian Atas

Rongga Hidung

Hidung terdiri atas dua nostril yang merupakan pintu masuk menuju rongga

hidung. Rongga hidung adalah dua kanal sempit yang satu sama lainnya dipisahkan

4

Page 5: Makalah RDS

satu sama lainnya oleh septum. Dinding rongga hidung dilapisi oleh mokosa respirasi

serta sel epitel batang, bersilia, dan berlapis semu. Mukosa tersebut menyaring,

menghangatkan, dan melembabkan udara yang masuk melalui hidung. Vestibulum

merupakan bagian dari rongga hidung yang berambut dan berfungsi menyaring

partikel-partikel asing berukuran besar agar tidak masuk ke saluran pernapasan bagian

bawah. Dalam hidung juga terdapat saluran-saluran yang menghubungkan antara

rongga hidung dengan kelenjar air mata, bagian ini di kenal dengan kantung

nasolakrimalis. Kantung nasolakrimalis ini berfungsi mengalirkan air melalui hidung

yang berasal dari kelenjar air mata.

Sinus Paranasal

Sinus paranasal berperan dalam menyekresi mukus, membantu pengaliran air

mata melalui saluran nasolakrimalis, dan membantu dalam menjaga permukaan

rongga hidung tetap bersih dan lembab. Sinus paranasal juga termasuk dalam wilayah

pembau di bagian posterior rongganhidung. Wilayah pembau tersebut terdiri atas

permukaan inferior palatum kribriform, bagian superior septum nasal, dan bagian

superior konka hidung. Reseptor di dalam epitel pembau ini akan merasakan sensasi

bau.

Faring

Faring ( tekak) adalah pipa berotot yang bermula dari dasar tengkorak dan

berakhir sampai persambungannya dengan esofagus dan batabg tulang rawan krikoid.

Faring terdiri atas 3 bagian yang dinamai berdasarkan letaknya, yaitu nasofaring( di

belakang hidung), orofaring (di belakang mulut), dan laringofaring ( di belakang

laring).

5

Page 6: Makalah RDS

2. Saluran pernapasan bagian bawah

Laring

Laring terletak di antara faring dan trakhea. Berdasarkan letak vertebra

servikalis, laring berada di ruas ke-4 atau ke-5 dan berakhir di vertebra servikalis ruas

ke-6. Laring di susun oleh 9 kartilago yang disatukan oleh ligamen dan otot rangka

pada tulanh hioid di bagian atas dan trakhea di bawahnya. Kartilago yang terbesar

adalah kartilago tiroid, dan di depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal

sebagai jakun yang terlihat nyata pada pria. Kartilago tiroid dibangun oleh dua

lempeng besar yang bersatu di bagian anterior membentuk sebuah sudut seperti huruf

V yang di sebut tonjolan laringeal.

Kartilago krikoid adalah kartilago berbentukcincin yang terletak di bawah

kartilago tiroid. Kartilago aritenoid adalah sepasang kartilago yang menjulang di

belakang krikoid, dan di atasnya terdapat kartilago kuneiform dan kornikulata yang

sangat kecil. Di atas kartilago tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katub dan

berfungsi membantu menutup laring saat menelan makanan.

Trakhea

Trakhea adalah sebuah tabung yang berdiameter 2,5 cm dengan panjang 11

cm. Trakhea terletak setelah laring dan memanjang ke bawah setara dengan vertebra

torakalis ke-5. Ujung trakhea bagian bawah bercabang menjadi 2 bronkus kanan dan

kiri. Percabangan bronkus kanan dan kiri dikenal sebagai karina. Trakhea tersusun

atas 16-20 kartilago hialin berbentuk C yang melekat pada dinding trakhea dan

berfungsi untuk melindungi jalan udara. Kartilago ini juga berfungsi mencegah

terjadinya kolaps atau ekspansi berlebihan akibat perubahan tekanan udara yang

terjadi dalam sistem pernapasan. Bagian terbuka dari bentuk C kartilago trakhea ini

6

Page 7: Makalah RDS

saling berhadapan secara posterior ke arah esofagus dan disatukan oleh ligamen

elastis dan otot polos.

Bronkhus

Bronkhus mempunyai struktur serupa dengan trakhea. Bronkhus kiri dan

kanan tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan arahnya hampir

vertikal dengan trakhea. Sebaliknya bronkhus kiri lebih panjang, lebih sempit dan

sudutnya pun lebih runcing. Bentuk anatomi yang khusus ini memiliki implikasi klinis

tesendiri jika ada benda asing yang terinhalasi, maka benda itu lebih memungkinkan

berada di bronkhus kanan di bandingkan dengan bronkhus kiri karena arah dan

lebarnya.

Alveoli dan Membran Respirasi

Membran respiratorius pada alveoli umumnya dilapisi oleh sel epitel pipih

sederhana. Sel-sel epitel pipih disebut dengan sel tipe 1. Makrofag alveolar bertugas

berkeliling di sekitar epitelium untuk memfagositosis partikel atau bakteri yang masih

dapat masuk ke permukaan alveoli, makrofag ini merupakan pertahanan terakhir pada

sistem pernapasan. Sel lain yang ada dalam membran respiratorius adalah sel septal

atau disebut juga dengan sel surfaktan dan sel Tipe 2. Surfaktan terdiri atas fosfolifid

dan lipoprotein. Surfaktan berperan untuk melapisi epitelium alveolar dan mengurangi

tekanan permukaan yang dapat membuat alveoli kolaps. Apabila produksi surfaktan

tidak mencukupi karena adanya injuri atau kelainan genetik ( kelahiran prematur),

maka alveoli dapat mengalami kolaps sehingga pola pernapasan menjadi tidak efektif.

7

Page 8: Makalah RDS

3. Sirkulasi Pulmonal

Sirkulasi pulmonal dianggap sebagai sistem tekanan rendah karena tekanan

darah individu dalam posissi tegak, paru dapat di anggap terbagi menjadi 3 bagian,

yaitu bagian atas dengan suplai darah yang buruk, bagian bawah dengan suplai darah

maksimal, dan bagian di antara keduanya dengan suplai darah sedang. Ketika

seseorang baring dan miring ke salah satu sisi, lebih banyak darah yang melewati paru

terendah. sistolik dalam arteri pulmonalis adalah 20-30 mmHg,tekanan diastolik di

bawah 12 mmHg dan tekanan pulmonal rata-rata kurang dari 20 mmHg . kapiler

pulmonal menerima kurang lebih 75% darah yang mengalir pada sirkulasi pulmonal

selama sistole. Nilai tekanan yang tepat dalam kapilerpulmonal tidak pasti, hingga

saat ini nilai yangmasih dipercaya adalah rentang tekanan arteri dan vena pulmonalis,

sekitar 4-12 mmHg. Tekanan yang rendah ini membuat vaskulator pulmonal normal

dapat meragamkan kapasitas untuk mengakomodasi aliran darah yang diterimanya.

Namun, ketika individu dalam posisi tegak, tekanan arteri pulmonal tidak cukup besar

untuk menyuplai darah ke bagian apeks paru terhadap kekuatan gaya gravitasi.

Dengan demikian, ketika posisi

4. Paru

Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan terletak dalam

rongga thoraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung

dan beberapa pembuluh darah besar. Paru kanan lebih besar dari paru kiri. Selain itu,

paru juga di bagi menjadi 3 lobus, satu lobus pada paru kanan dan 2 lobus pada paru

kiri. Lobus-lobus tersebut dibagi menjadi beberapa segmen, yaitu 10 segmen pada

paru kanan dan 9 segmen pada paru kiri.proses patologis seperti atellektasis dan

pneumonia sering kali terbatas pada satu lobus atau pada satu segmen saja. Oleh

8

Page 9: Makalah RDS

karena itu, pengetahuan anatomi segmen paru penting bagi perawat saat melakukan

fisioterapi dada. Fisioterapi dada dilakukan untuk mengetahui dengan tepat letak lesi

dan akumulasi sekret.

5. Pleura

Pleura merupakan kantung tertutup yang terbuat dari membran serosa yang di

dalamnya mengandung cairan serosasatu bagian melekat pada kuat paru dan bagian

lainnya pada dinding rongga thoraks. Bagian pleura yang melekat kuat pada paru dan

bagian vesiralis dan lapisan paru yang membatasi rongga thoraks disebut pleura

parietalis.

Pleura vesiralis adalah pleura yang menempel pada paru, menutup masing-

masing lobus paru, dan melewati visura yang memisahkan keduanya. Pleura parietalis

melekat pada dinding dada dan permukaan thoraks diafragma. Pleura parietalis juga

melekat pada mediastinum dan bersambungan dengan pleura viseralis di sekeliling

9

Page 10: Makalah RDS

perbatasan hilium. Dua lapisan pleura dipisahkan oleh lapisan film tipis cairan

serosa.cairan ini berfungsi sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antara 2

lapisan pleura selama pergerakan pernapasan berlangsung. Cairan pleuura

disekresikan oleh sel epitel membran serosa. Pada orang normal, cairan di rongga

pleura sebanyak 1-20 ml.

6. Otot-Otot Pernapasan

Otot-otot pernapasan merupakan sumber kekuatan untuk menghembuskan

udara. Diafragma merupakan otot utama yang ikut berperan meningkatkan volume

paru. Pada saat istirahat, otot-otot pernapasan mengalami relaksasi. Saat inspirasi, otot

sternokleidomastoideus, otot skalenes, otot pektoralis minor, otot serratus anterior,

dan otot intercostalis sebelah luar mengalami kontraksi sehingga menekan diafragma

ke bawah dan mengangkat rongga dada untuk membantu udara masuk ke dalam paru.

Pada fase ekspirasi, otot-otot transversal dada, otot intercostalis sebelah dalam, dan

otot abdominal mengalami kontraksi, sehingga mengangkat diafragma dan menarik

rongga dada untuk mengeluarkan udara dari paru.

10

Page 11: Makalah RDS

2.2 Fisiologis Pernapasan

Proses InspirasiInspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih rendah dari tekanan luar.

Kontraksi diafragma dan interkostalis → volume thoraks membesar → tekanan pleura

menurun → paru mengembang → tekanan intra-alveoli menurun → udara masuk ke

dalam paru.

Proses ekspirasiEkspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan udara luar.

Otot inspirasi relaksasi → volume thoraks mengecil → tekanan pleura meningkat →

paru mengecil → tekanan intra-alveoli meningkat → udara bergerak ke luar paru.

Proses Pernapasan Ventilasi merupakan pergerakan udara masuk dan ke luar dari paru-paru

Transportasi

Distribusi → pembagian udara ke cabang-cabang bronkus

Difusi adalah proses dimana terjadi pertukaran O2 dengan CO2, masuknya

oksigen dari alveoli ke darah dan pengeluaran CO2 dari darah ke alveoli.

11

Page 12: Makalah RDS

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Pemicu 4

Bayi Piko lahir pada usia kehamilan 34 minggu dan mengalami gangguan

pernapasan selama kurang lebih 2 hari. Nafasnya cepat, terdengar suara merintih dan

terlihat sianosis, retraksi intercostal, subcostal, dan suprasternal. Dokter menjelaskan,

paru-paru bayi tersebut belum dapat memproduksi cukup surfaktan sehingga perlu

bantuan ventilator untuk membuka alveolinya. Dokter juga memberi oksigen sebagai

terapi. Untuk mengetahui ventilator bekerja dengan baik, dilakukan pemeriksaan AGD

agar diketahui kadar O2, CO2 dan beberapa zat lain dalam darah.

3.1.1 KATA KUNCI PEMICU 5

1. Lahir pada usia kehamilan 34 minggu

Bayi lahir secara prematur, karena usia melahirkan normal yaitu 36-42

sempurna.

2. Nafasnya cepat

Hal ini terjadi karena sistem pernapasan belum bekerja dengan total/sempurna

sehingga proses inspirasi dan ekspirasi belum lancar. Surfaktan bayi juga

belum cukup sehingga mempengaruhi kerja paru-paru yang akan

mengakibatkan bayi kesulitan dalam bernafas.

3. Suara merintih

Karena proses inspirasi dan ekspirasi tidak bekerja dengan baik maka akan

mengakibatkan terdengarnya suara merintih saat proses inspirasi yang

12

Page 13: Makalah RDS

merupakan respon sakit saat bernafas. Dengan kata lain suara ini terdengar

karena bayi berusaha untuk mengambil oksigen.

4. Sianosis

Sianosis terjadi karena terjadi gangguan pada organ jantung,

Jantung yang belum mampu memompakan darah ke seluruh tubuh secara

maksimal.

5. retraksi intercostal, subcostal, dan suprasternal

mekanisme terjadinya :

sesak nafas → perfusi O2 dalam darah menurun → hipoksia → kompensasi tubuh

dengan menggunakan otot tambahan pada saat bernafas → retraksi intercostal,

subcostal, dan suprasternal.

Otot-otot tambahan yang dimaksudkan disini yaitu penarikan otot-otot di tulang

Iga dan tulang Dada untuk mem

butuhkan oksigen untuk bernafas.

6. Pemeriksaan AGD

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kadar O2 dan PH di dalam darah.

3.1.2 PERTANYAAN

1. Jelaskan definisi dari RDS !

3 Jelaskan etiologi dari RDS dan !

4 Jelaskan patofisiologi dariRDS !

5 Jelaskan manifestasi klinis dari RDS !

13

Page 14: Makalah RDS

6 Komplikasi apa saja yang dapat timbul dari RDS ?

7 Bagaimana penatalaksanaan medik pada penderita RDS ?

8 Sebutkan pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan penunjang dari kasus RDS !

9 Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari kasus di atas (pengkajian,

perencanaan, intervensi, dan diagnosa)!

3.1.3 JAWABAN PERTANYAAN

Jawaban pertanyaan dibahas pada Pembahasan “ 3.2” !

14

Page 15: Makalah RDS

3.2 RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME

3.2.1 KONSEP DASAR MEDIS PADA PASIEN RDS

1. DEFINISI RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME

Respiratory Distress Sydrom atau Hyaline Membrane Disease merupakan

keaadaan akut yang terutama ditemukan pada bayi prematur saat lahir atau segera

setelah lahir, lebih sering pada bayi dengan usia dibawah 35 minggu yang

mempunyai berat dibawah 1000 gram. Respirstory Distress Syndrom juga merupakan

gejala yang kondisi dari Dispnea dengan frekuensi pernapaan > dari

60X/menit,sianosis,merintih waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastium,

suprasternal intercostal pada saat inspirasi.

Bangunan paru janin dan produksi surfactan penting untuk fungsi respirasi

normal. Bangunan paru dari produksi surfaktan bervariasi pada masing-masing bayi.

Bayi prematur lahir sebelum produksi surfactan memadai. Surfactan, suatu senyawa

lipoprotein yang mengisi alveoli, mencegah alveolar colaps dan menurunkan kerja

respirasi dengan menurunkan tegangan permukaan. Pada defisiensi surfactan,

tegangan permukaan meningkat, menyebabkan kolapsnya alveolar dan menurunnya

komplians paru, yang mana akan mempengaruhi ventilasi alveolar sehingga terjadi

hipoksemia dan hiperkapnia dengan acidosis respiratory. Reduksi pada ventilasi akan

menyebabkan ventilasi dan perfusi sirkulasi paru menjadi buruk, menyebabkan

keadaan hipoksemia. Hipoksia jaringan dan acidosis metabolik terjadi berhubungan

dengan atelektasis dan kegagalan pernafasan yang progresif.

RDS merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada bayi prematur,

biasanya setelah 3 – 5 hari. Prognosanya buruk jika support ventilasi lama

diperlukan, kematian bisa terjadi setelah 3 hari penanganan.

15

Page 16: Makalah RDS

2. ETIOLOGI

Bayi yang lahir prematur dengan operasi caesar

Penurunan suplai oksigen pada bayi saat lahir

Surfaktan yang tidak cukup dan belum terbentuk sempurna

Faktor defisiensi/kekurangan surfaktan

Lahir prematur,

Seksio sesaria

Ibu yang melahirkan mempunyai penyakit Diabetes

Pada ibu hamil yang sakit diabetes diberikan pengobatan

insulun secara reguler, ini yang dapat menghambat

pembentukan surfaktan.

Aspeksia perinatal

Aspeksia merupakan bayi yang tidak bisa bernafas secara

spontan

3. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis yang progresif dari RDS  adalah :

-      Takipnea diatas 60x/menit

-      Pernapasan dangkal

-      Retraksi intercostal dan sternal

-      sianosis

-      pernapasan cuping hidung

- hipotensi sistemik (edema,pengisian kapiler tertunda lebih dari 3-4 s

- penurunan keluaran urine

16

Page 17: Makalah RDS

- penurunan suara nafas dengan

Pada bayi extremely premature ( berat badan lahir sangat rendah)

mungkin dapat berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada RDS yang tanpa

komplikasi maka surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada umur 36-48

jam. Gejala dapat memburuk secara bertahap pada 24-36 jam pertama.

Selanjutnya bila kondisi stabil dalam 24 jam maka akan membaik dalam 60-72

jam. Dan sembuh pada akhir minggu pertama, kedua.ketiga, dan keempat.

4. PATOFISIOLOGI

            Faktor2 yang memudahkan terjadinya  RDS  pada bayi prematur disebabkan oleh

alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena

dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan

mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut

menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)

menurun 25 % dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting  intrapulmonal meningkat dan

terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik

Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung  90% fosfolipid dan 10% protein ,

lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap

mengembang. Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna

kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang

tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara

bagian distal menyebabkan  edem interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga

menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi

alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis

17

Page 18: Makalah RDS

yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan

kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal sehingga menyebabkan

eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli

dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan

mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada

bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan

chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).

5. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh harus selalu diusahkan agar tetap

dalam batas normal ( 36,5o-37,5oC)

b. Pemberian oksigen melalui ventilator

c. Pemberian cairan dan elektrolit

d. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder yaitu : Penisilin 50000-10000

U/kg/BB/hari dan Gentamicin 3-5 U/kg/BB/hari

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a) Foto thoraks

b) Pemeriksaan AGD untuk menilai kadar O2 dan PH dalam darah

c) Perubahan elektrolit ( cenderung terjadi penurunan kadar kalsium, kalium, natrium,

dan glukosa serum)

18

Page 19: Makalah RDS

7. KOMPLIKASI

Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :

1.   Ruptur alveoli : Bila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak, pneumomediastinum,

pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan  RDS  yang tiba-tiba memburuk

dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.

 2.  Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya

perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasif

seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi.

3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan intraventrikuler terjadi

pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS  dengan ventilasi

mekanik.

4     PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan

RDS  terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya.

Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas oksigen, tekanan yang tinggi

dalam paru, memberatnya penyakit dan kurangnya oksigen yang menuju ke otak dan organ

lain.

Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :

1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan

pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan

tingginya volume dan tekanan yang digunakan  pada waktu menggunakan ventilasi mekanik,

adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan

menurunnya masa gestasi.

2. Retinopathy prematur

      Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa

gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.

19

Page 20: Makalah RDS

Phatolow

Prematuritas

Penurunan sintesis, penyimpsnsn dan pengeluaran surfaktan

Penurunan surfaktan alfeolus

Peningkatan tegangan permukaan alveolus

atelektasis

perfusi tidak merata hipoventilasi

hiposekmia + retensi Co2

asidosis

vasokontiksi di paru

hipoperfusi paru

kerusakan endotel kerusakan epitel

peningkatan gradium perfusi

kebocoran plasma

kedalam alveolus fibrin + sel nekrotik ( membrane hialin)

20

Page 21: Makalah RDS

3.2.2 ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

umur kehamilan

- Riwayat maternal

- Menderita penyakit seperti diabetes mellitus

- Kondisi seperti perdarahan placenta

- Tipe dan lamanya persalinan

- Stress fetal atau intrapartus

Status infant saat lahir

- Prematur Apgar score, apakah terjadi aspeksia

- Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar

Cardiovaskular

- Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat

- Murmur sistolik

- Denyut jantung dalam batas normal

Integumen

- Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi periferal

- Pitting edema pada tangan dan kaki

- Mottling

Neurologis

- Immobilitas, kelemahan, flaciditas

- Penurunan suhu tubuh

21

Page 22: Makalah RDS

Pulmonary

- Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x )

- Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal

- sianosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan dengan persentase

desaturasi hemoglobin

- Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Insufisiensi respiratory berhubungan dengan penurunan volume dan

komplians paru, perfusi paru dan vintilasi alveolar

2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan menghisap, penurunan motilitas usus.

3) Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

sensible dan insensible

4) Koping keluarga infektif berhubungan dengan ansietas, perasaan bersalah,

dan perpisahan dengan bayi sebagai akibat situasi krisis

22

Page 23: Makalah RDS

3. INTERVENSI DAN RASIONAL

a. Diagnosa Keperawatan I

Tujuan 1. Kaji infant yang beresiko mengalami RDS yaitu :

- Riwayat ibu dengan daibetes mellitus atau perdarahan placenta

- Prematuritas bayi

- Hipoksia janin

- Kelahiran melalui operasi caesar Pengkajian diperlukan untuk menentukan intervensi

secepatnya bila bayi menunjukkan adanya tanda disstres nafas dan terutama untuk

memperbaiki prognosa

2. Kaji perubahan status pernafasan termasuk :

- Takipnea (pernafasan diatas 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x)

- Nafas grunting

- Nasal flaring

- Retraksi intercostal, suprasternal atau substernal dengan penggunaan otot bantu nafas

- Cyanosis

- Episode apnea, penurunan suara nafas dan adanya crakles Perubahan tersebut

mengindikasikan RDS telah terjadi, panggil dokter untuk tindakan secepatnya

- Pernafasan bayi meningkat karena peningkatan kebutuhan oksigen

- Suara ini merupakan suara keran penutupan glotis untuk menghentikan ekhalasi udara

dengan menekan pita suara

- Merupakan keadaan untuk menurunkan resistensi dari respirasi dengan membuka lebar

jalan nafas

- Retraksi mengindikasikan ekspansi paru yang tidak adekuat selama inspirasi

- Cyanosis terjadi sebagai tanda lanjut dengan PO2 dibawah 40 mmHg

- Episode apneu dan penurunan suara nafas menandakan distress nafas semakin berat

23

Page 24: Makalah RDS

3. Kaji tanda yang terkait dengan RDS

- Pallor dan pitting edema pada tangan dan kaki selama 24 jam

- Kelemahan otot

- Denyut jantung dibawah 100 x per menit pada stadium lanjut

- Nilai AGD dengan PO2 dibawah 40 mmHg, pco2 diatas 65 mmHg, dan pH dibawah 7,15

Tanda-tanda tersebut terjadi pada RDS

- Tanda ini terjadi karena vasokontriksi perifer dan penurunan permeabilitas vaskuler

- Tanda ini terjadi karena ekshaution yang disebabkan kehilangan energi selama kesulitan

nafas

- Bradikardia terjadi karena hipoksemia berat

- Tanda ini mengindikasikan acidosis respiratory dan acidosis metabolik jika bayi hipoksik

4. Monitor PO2 trancutan atau nilai pulse oksimetri secara kontinyu setiap jam Nilai PO2

traskutan dan pulse oksimetri non invasif menunjukkan prosentase oksigen saat inspirasi

udara.

Tujuan 2. Mempertahankan dan memaksimalkan fungsi pulmonal

Intervensi, Rasional

1. Berikan kehangatan dan oksigen sesuai dengan sbb

- Oksigen yang dihangatkan 31,7C – 33,9C

- Humidifikasi 40% – 60%

- Beri CPAP positif

- Beri PEEP positif Untuk mencegah terjadinya hipotermia dan memenuhi kebutuhan oksigen

tubuh

2. Berikan pancuronium bromide (Pavulon) Obat ini berguna sebagai relaksan otot untuk

mencegah injury karena pergerakan bayi saat ventilasi

24

Page 25: Makalah RDS

3. Tempatkan bayi pada lingkungan dengan suhu normal serta monitor temperatur aksila

setiap jam Lingkungan dengan suhu netral akan menurunkan kebutuhan oksigen dan

menurunkan produksi CO2.

4. Monitor vital signs secara kontinyu yaitu denyut jantung, pernafasan, tekanan darah, serta

auskultasi suara nafas Perubahan vital signs menandakan tingkat keparahan atau

penyembuhan

5. Observasi perubahan warna kulit, pergerakan dan aktivitas Karena perubahan warna kulit,

pergerakan dan aktivitas mengindikasikan peningkatan metabolisme oksigen dan glukosa.

Informasi yang penting lainnya adalah perubahan kebutuhan cairan, kalori dan kebutuhan

oksigen.

6. Pertahankan energi pasien dengan melakukan prosedur seefektif mungkin. Mencegah

penurunan tingkat energi infant

7. Monitor serial AGD seperti PaO2, PaCo2, HCO3 dan pH setiap hari atau bila dibutuhkan

Perubahan mengindikasikan terjadinya acidosis respiratorik atau metabolik

b. Diagnosa Keperawatan 11

Tujuan : Mempertahankan dan mendukung intake nutrisi

Intervensi Rasional

1. Berikan infus D 10% W sekitar 65 – 80 ml/kg bb/ hari

Untuk menggantikan kalori yang tidak didapat secara oral

2. Pasang selang nasogastrik atau orogastrik untuk dapat memasukkan makanan jika

diindikasikan atau untuk mengevaluasi isi lambung Pilihan ini dilakukan jika masukan sudah

tidak mungkin dilakukan.

25

Page 26: Makalah RDS

3. Cek lokasi selang NGT dengan cara :

- Aspirasi isi lambung

- Injeksikan sejumlah udara dan auskultasi masuknya udara pada lambung

- Letakkan ujung selang di air, bila masuk lambung, selang tidak akan memproduksi

gelembung Untuk mencegah masuknya makanan ke saluran pernafasan

4. Berikan makanan sesuai dengan prosedur berikut :

- Elevasikan kepala bayi

- Berikan ASI atau susu formula dengan prinsip gravitasi dengan ketinggian 6 – 8 inchi dari

kepala bayi

- Berikan makanan dengan suhu ruangan

- Tengkurapkan bayi setelah makan sekitar 1 jam

Memberikan makanan tanpa menurunkan tingkat energi bayi

5. Berikan TPN jika diindikasikan TPN merupakan metode alternatif untuk mempertahankan

nutrisi jika bowel sounds tidak ada dan infants berada pada stadium akut.

c. Diagnosa Keperawatan III

Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Intervensi Rasional

1. Pertahankan pemberian infus Dex 10% W 60 – 100 ml/kg bb/hari Penggantian cairan

secara adekuat untuk mencegah ketidakseimbangan

2. Tingkatkan cairan infus 10 ml/kg/hari, tergantung dari urine output, penggunaan pemanas

dan jumlah feedings

Mempertahankan asupan cairan sesuai kebutuhan pasien. Takipnea dan penggunaan pemanas

26

Page 27: Makalah RDS

tubuh akan meningkatkan kebutuhan cairan

3. Pertahankan tetesan infus secara stabil, gunakan infusion pump

Untuk mencegah kelebihan atau kekurangan cairan. Kelebihan cairan dapat menjadi keadaan

fatal.

4. Monitor intake cairan dan output dengan cara :

- Timbang berat badan bayi setiap 8 jam

- Timbang popok bayi untuk menentukan urine output

- Tentukan jumlah BAB

- Monitor jumlah asupan cairan infus setiap hari Catatan intake dan output cairan penting

untuk menentukan ketidak seimbangan cairan sebagai dasar untuk penggantian cairan

5. Lakukan pemeriksaan sodium dan potassium setiap 12 atau 24 jam

Peningkatan tingkat sodium dan potassium mengindikasikan terjadinya dehidrasi dan

potensial ketidakseimbangan elektrolit.

d. Diagnosa Keperawatan IV

Tujuan : Meminimalkan kecemasan dan rasa bersalah, dan mendukung bounding antara

orangtua dan infant

Intervensi Rasional

1. Kaji respon verbal dan non verbal orangtua terhadap kecemasan dan penggunaan koping

mekanisme Hal ini akan membantu mengidentifikasi dan membangun strategi koping yang

efektif

2. Bantu orangtua mengungkapkan perasaannya secara verbal tentang kondisi sakit anaknya,

perawatan yang lama pada unit intensive, prosedur dan pengobatan infant Membuat orangtua

bebas mengekpresikan perasaannya sehingga membantu menjalin rasa saling percaya, serta

mengurangi tingkat kecemasan

27

Page 28: Makalah RDS

3. Berikan informasi yang akurat dan konsisten tentang kondisi perkembangan infant

Informasi dapat mengurangi kecemasan

4. Bila mungkin, anjurkan orangtua untuk mengunjungi dan ikut terlibat dalam perawatan

anaknya Memfasilitasi proses bounding

5. Rujuk pasien pada perawat keluarga atau komunitas Rujukan untuk mempertahankan

informasi yang adekuat, serta membantu orangtua menghadapi keadaan sakit kronis pada

anaknya.

4. DISCARGE PLANING

Selama dirawat di Rumah Sakit, pasien sudah dipersiapkan untuk perawatan

dirumah. Beberapa informasi penyuluhan pendidikan yang harus sudah

dipersiapkan/diberikan pada keluarga pasien ini adalah:

a. Pengertian dari penyakit RDS.

b. Penjelasan tentang penyebab penyakit.

c. Memanifestasi klinik yang dapat ditanggulangi/diketahui oleh keluarga.

d. Penjelasan tentang penatalaksanaan yang dapat keluarga lakukan.

e. Klien dan keluarga dapat pergi ke Rumah Sakit/Puskesmas terdekat apabila

ada gejala yang memberatkan penyakitnya.

f. Keluarga harus mendorong/memberikan dukungan pada pasien dalam menaati

program pemulihan kesehatan.

28

Page 29: Makalah RDS

BAB 4

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Respiratory distress syndrome adalah keadaan abnormal pada saluran pernapasan bayi

yang diakibatkan oleh surfaktan yang belum terbentuk sempurna. dengan frekuensi

pernapasan > dari 60X/menit, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi di daerah

epigastium, suprasternal intercostal pada saat inspirasi. Respiratory Distress Syndrome juga

biasa disebut Hyaline Membrane Disease.

Penyakit Respiratory Distress Syndrome bisa disembuhkan bila penanganannya cepat

dan tepat. Kita juga bisa mengatasi agar sang ibu tidak melahirkan secara prematur, yaitu:

ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kesehatannya, tidak melakukan aktivitas yang berat.

29

Page 30: Makalah RDS

DAFTAR PUSTAKA

Joyce. 2000. Pendekatan Proses Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta.

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Penerbit Medika Salemba. Jakarta

Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit

Medika. Salemba

30