LAPORAN KASUS-

58
BAB I PENDAHULUAN Hernia inguinalis adalah salah satu masalah yang paling sering di jumpai oleh ahli bedah umum. Sebagian besar hernia timbul dalam regio inguinalis dengan sekitar 50 persen dari ini merupakan hernia inguinalis indirek dan 25 persen sebagai hernia inguinalis direk (Sabiston). Pada saat ini hampir semua hernia dikoreksi dengan pembedahan, kecuali bila ada kontra indikasi bermakna yang menolaknya. Hernia timbul dalam sekitar 1,5 % populasi umum di Amerika Serikat, dan 537.000 hernia diperbaiki dengan pembedahan pada tahun 1980 . 1 Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita 1 . Pada pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1% sebagai hernia umbilicalis 1 . Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus. 2 Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat jarang 1

description

HERNIA INGUINALIS

Transcript of LAPORAN KASUS-

Page 1: LAPORAN KASUS-

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia inguinalis adalah salah satu masalah yang paling sering

di jumpai oleh ahli bedah umum. Sebagian besar hernia timbul dalam regio

inguinalis dengan sekitar 50 persen dari ini merupakan hernia inguinalis

indirek  dan 25 persen sebagai hernia inguinalis

direk (Sabiston). Pada saat ini hampir semua hernia dikoreksi dengan

pembedahan, kecuali bila ada kontra indikasi bermakna yang menolaknya.

Hernia timbul dalam sekitar 1,5 % populasi umum di Amerika Serikat, dan

537.000 hernia diperbaiki dengan pembedahan pada tahun 1980 .1

Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita1.

Pada pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia

femoralis dan 1% sebagai hernia umbilicalis1. Pada wanita variasinya

berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis

femoralis dan 16 % pada umbilicus.2

Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis

semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain

yang sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal

superior dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen

obturator serta skiatika dari pelvis.3

Dalam kehidupan masyarakat, anggapan terhadap hernia adalah

merupakan kelainan yang biasa, karena pada awal terjadinya tidak merasa

sakit dan tidak mengganggu aktifitas atau pekerjaan sehari- hari, sehingga

dalam perjalanan penyakitnya penderita memerlukan waktu yang cukup

untuk periksa atau konsultasi ke dokter, setelah konsultasi pun masih cukup

waktu untuk menunda tindakan yang dianjurkan. Sebagian penderita

menerima tindakan operasi apabila sudah terjadi keadaan inkarserata atau

strangulate.Adanya keadaan ini penderita atau keluarga baru menyadari

resiko dan bahayanya, yang dapat menyebabkan morbiditas meningkat.2

1

Page 2: LAPORAN KASUS-

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi

Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari

daerah perut ke organ – organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis

pemisah anatomisantara kedua daerah tersebut di bentuk oleh ligamentum

inguinale (poupart) yang terletak diantara tuberculum ossis pubikum, pada sisi

medialnya dan spina illiaka anterior superior, pada sisi lateralnya. Sebenarnya

ligamentum inguinale ini merupakan tempat pertemuan fascia yang menutupi

permukaan perut dan fascia yang menutupi permukaan tungkai (fascia lata).2

Di atas ligamentum inguinale, funikulus spermatikus meninggalkan rongga

perut melalui anulus inguinalis profundus yang terletak di sebelah lateral.

Funikulus spermatikusini menembus dinding perut melalui kanalis inguinalis yang

terletak sejajar dengan ligamentum inguinale dan berada di bawah kulit dalam

annulus inguinalis superfisialis yang terletak di sebelah medial. Lubang yang di

sebutkan belakangan ini dengan mudah dapat diraba di bawah kulit pada dinding

perut, kalau skrotum didorong ke dalam, sertameraba di atas lipatan inguinale.

Kanalis inguinalis dibatasi di kranio lateral oleh annulus inguinalis internus yang

merupakan bagian terbuka dari facia transversalis dan aponeurosis m. Transversus

abdominis. 2

Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh

anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m. obliqus eksternus.

Atapnya ialah m. obliqus internus dan m. transverses abdominis, dan didasarnya

terdapat ligamentum inguinale, bagian depan dibatasi oleh aponeorosis m. obliqus

abdominis eksternus, belakang m. obliqus abdominis internus. Kanal berisi tali

sperma pada pria, dan ligamentum rotundum pada wanita.4

Page 3: LAPORAN KASUS-

3

Hernia inguinalis lateralis (indirek), karena keluar dari rongga peritonem

melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika

inferior,kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup

panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini

berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis.

Sedangkan hernia inguinalis medialis (direk), menonjol langsung kedepan melalui

trigonum Hesselbach di batasi oleh :

inferior : ligamentum inguinale

lateral : vasa epigastrica inferior 

medial : tepi lateral musculus rectus abdominis.2

 

 

Page 4: LAPORAN KASUS-

4

Aponeurosis Obliqus External

Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial

dan profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus

abdominis, mereka membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. external

oblique aponeurosis menjadi batas superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum

inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum.4,5

`

Otot Oblique internus

Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis .

bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari

aponeurosis transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk

conjoined tendon. adanya conjoined tendon yang sebenarnya telah banyak

diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah muncul pada10% pasien.3,4,5

Fascia Transversalis

Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan

aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2

lapisan. fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit

sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar, ia keluar dari

tendon otot transversalis pada bagiandalam dari spermatic cord dan berikatan ke

linea semulunaris.5

Page 5: LAPORAN KASUS-

5

 Fascia Transversalis

Ligamentum Cooper

Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan

dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi yang

penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay.5

 

Preperitoneal Space

preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah

dan saraf.Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah

nervus cutaneous femorallateral dan nervus genitofemoral. nervus cutaneous

femoral lateral berasal dari serabut L2 danL3 dan kadang cabang dari nervus

femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior otot iliaca dan

dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah

lateralligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior.6

Nervus genitor femoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan

kadang dari L3.Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital dan

femoral. Cabang genital masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam

sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri.

ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space daricaudal ke cepal dan

Page 6: LAPORAN KASUS-

6

medial ke lateral ke cincin interna inguinal.Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan

di preperitoneal space, dan jumlah jaringanlemak sangat bervariasi.5

 

Fisiologi

Pada laki- laki, penutupan yang berhubungan dengan terjadinya hernia ini

memerlukan pengetahuan embriologis yang berhubungan dengan turunnya testis.

Mula-mula testis tumbuh sebagai suatu struktur di daerah ginjal dalam abdomen

(retroperitoneal).Selama pertumbuhan foetus testis akan turun (descensus testis)

dari dinding belakang abdomen menuju kedalam scrotum. Selama penurunan ini

peritoneum yang terdapat didepannya ikut terbawa serta sebagai suatu tube, yang

melalui kanalis innguinalis masuk kedalam scrotum. Penonjolan peritoneum ini

dikenal sebagai processus vaginalis. Sebelum lahir processus vaginalis ini akan

mengalami obliterasi, kecuali bagian yang mengelilingi testis yang disebut tunika

vaginalis. Jika processus vaginalis tetap ada, akan didapat hubungan langsung

antara cavum peritonei dengan scrotum, hal ini potensial dapat menyebabkan

terjadinya hernia inguinalis dikemudian hari.5

a.2 Hernia

2.2.1 Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga

melalui defek atau bagianlemah dari dinding rongga bersangkutan

(fascia dan muskuloaponeurotik) yang menberi jalankeluar pada alat

tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut.5

2.2.2 Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau

karena sebab yang didapat.Lebih banyak pada pria dibandingkan pada

wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu

masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat

dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula

faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah

Page 7: LAPORAN KASUS-

7

terbuka cukup lebar tersebut. Pada orang sehat ada tiga mekanisme

yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis

inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblliqus

internus abdominis yang menutupi annulus inguinalis internus ketika

berkontraksi, dan adanya fascia transversa yang kuat menutupi

trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan

pada mekanisme ini dapat menyebabkan hernia. Faktor yang

dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang

terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan

otot dinding perut karena usia.5

Adapun faktor  – faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap

insidensi hernia inguinalisadalah sebagai berikut :

1. Hereditas

Menurut macready (Cit. Watson, 1948) hernia lebih sering terjadi

pada penderita yang mempunyai orang tua, kakak atau nenek

dengan riwayathernia inguinalis.

2. Jenis kelamin

Hernia inguinalis jauh lebih banyak dijumpai pada laki – laki

dibanding pada wanita (9:1) (Watson, 1948). Hernia pada laki –laki

95% adalah jenis inguinalis, sedangkan pada wanita 45-50%.

Perbedaan prevalensi ini disebabkan karena ukuran ligamentum

rotundum, dan prosentase obliterasi dari processus vaginalis testis

lebih kecil dibanding obliterasi kanalis nuck.

3. Umur 

Banyak terjadi pada umur di bawah 1 tahun, oleh macready (Cit.

Watson,1948) disebutkan 17,5% anak laki – laki dan 9,16% anak

perempuan mempunyai hernia. Tendensi hernia meningkat sesuai

dengan meningkatnya aktifitas, sekitar umur 26 – 50 tahun

insidensi menurun dan setelah umur diatas 50 tahun insidensi

meningkat lagi oleh karena menurunnya kondisi fisik.

Page 8: LAPORAN KASUS-

8

4. Konstitusi atau keadaan badanBanyaknya lemak preperitoneal akan

mendesak dinding abdomen danmenimbulkan lokus minoris atau

kelemahan – kelemahan otot serta terjadirelaksasi dari anulus.Bila

lemak menginfiltrasi ke omentum dan mesenterium akan

mengurangivolume rongga abdomen sehingga terjadi peningkatan

tekanan intraabdomen.

5. Kelahiran prematur dan berat lahir yang kecil dianggap sebagai

faktor yang memiliki resiko yang besar untuk menyebabkan hernia.

Cacat bawaan,seperti kelainan pelvic atau ekstrosi pada kandung

kemih, dapat menyebabkan kerusakan pada saaluran inguinal tak

langsung. Hal yang jarang terjadi kelainanan bawaan atau cacat

collagen dapat menyebabkan tumbuhnya hernia inguinal langsung

(Sabiston ).

2.2.3 Bagian dan Jenis Hernia7

Bagian – bagian hernia :

1. Kantong hernia

Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua

hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia

adiposa, hernia intertitialis.

2. Isi hernia

Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,

misalnya usus,ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).

3. Pintu hernia

Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong

hernia.

4. Leher herniaBagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan

kantong hernia.

5. Locus minoris resistence (LMR)

Page 9: LAPORAN KASUS-

9

2.2.4 Klasifikasi Hernia8

a. Hernia secara umum1. Hernia Internal yakni tonjolan usus tanpa kantong hernia

melalui suatulubang dalam rongga perut seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada mesentrium umpamanya setelah anastomosis usus

2. Hernia eksternal yakni hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang atau peritoneum

b. Hernia berdasarkan terjadinya1. Hernia bawaan atau kongenital yakni didapat sejak lahir atau

sudah adasemenjak pertama kali lahir.

2. Hernia dapatan atau akuisita yang merupakan bukan bawaan

sejak lahir,tetapi hernia yang didapat setelah tumbuh dan

berkembang setelah lahir 

c. Hernia menurut letaknya

1. Obturatorius

Page 10: LAPORAN KASUS-

10

Yakni hernia melalui foramen obturatoria. Hernia ini

berlangsung 4 tahap.Tahap pertama mula – mula tonjolan

lemak retroperitoneal masuk kedalamkanalis obturatoria.

Tahap kedua disusul oleh tonjolan peritoneum parietal.Tahap

ketiga, kantong hernianya mungkin diisi oleh lekuk usus. Dan

tahap keempat mengalami inkarserasi parsial, sering secara

Ritcher atau total.

2. Epigastrika

Hernia ini juga disebut hernia linea alba yang merupakan

hernia yang keluar melalui defek dilinea alba antara umbilicus

dan processus xifoideus.Penderita sering mengeluh kurang

enak pada perut dan mual, mirip keluhankelainan kandung

empedu, tukak peptic atau hernia hiatus esophagus.

3. Ventralis

Adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut

bagianantero lateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks

merupakan penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi

yang baru maupun yang lama. Factor predisposisinya ialah

infeksi luka operasi, dehisensi luka,teknik penutupan luka

operasi yang kurang baik, jenis insisi, obesitas dan peninggian

tekanan intra abdomen.

4. Lumbalis

Didaerah lumbal antara iga XII dan Krista illiaca, ada dua buah

trigonum yaitu trigonum kostolumbalis superior (Grijnfelt)

berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior

atau trigonum illiolumbalis (petit) yang berbentuk segitiga.

Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan dipinggang

tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau ditepi cranial

dipanggul dorsal.

5. Littre, hernia yang sangat jarang dijumpai, merupakan hernia

yang mengandung divertikulum.

Page 11: LAPORAN KASUS-

11

6. Meckel Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya

melalui fascia Spieghel.

7. Perienalis, merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui

defek dasar  panggul yang dapat secara primer pada

perempuan multipara atau sekunder setelah operasi melalui

perineum seperti prostatektomi atau resesi rectumsecara

abdominoperienal.

8. Pantalon, merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan

medialis padasatu sisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa

epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana.

9. Diafragma

10. Inguinalis: Hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis

lateralis

11. Umbilical, merupakan penonjolan yang mengandung isi

rongga perut yangmasuk melalui cincin umbilicus akibat

peninggian tekanan intra abdomen.Hernia umbilikalis

merupakan hernia congenital pada umbilikus yang hanya

tertutup peritoneum dan kulit

12. Paraumbilical merupakan hernia melalui suatu celah di garis

tengah tepicranial umbilical, jarang terjadi di tepi kaudalnya.

Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga umumnya

diperlukan operasi koreksi.

13. Femoralis yakni merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul

terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan

tekanan intra abdomenseperti mengangkat barang atau ketika

batuk. Pintu masuknya adalah annulus femoralis dan keluar

melalui fossa ovalis dilipatan paha. Batas  batas annulus

femoralis antara lain ligamentum inguinale di anterior, medial

ligamentum lacunare, posterior ramus superior ossis pubi dan

muskulus peknitus beserta fascia dan lateral m.illiopsoas

Page 12: LAPORAN KASUS-

12

beserta fascia locus minoris resistennya fascia transversa yang

menutupi annulus femoralis yang disebutseptum cloquettid.

d. Hernia menurut sifatnya/secara klinik 

1. Hernia reponibel

Disebut begitu jika isi Hernia dapat keluar masuk. Usus keluar

jika berdiriatau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau

didorong masuk, tidak adakeluhan nyeri.

2. Hernia ireponibel

Bila isi kantong tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga.

Hernia ini disebut juga hernia akreta dan tidak ada keluhan

rasa nyeri atau tanda sumbatan usus.Hernia inkarserata atau

hernia strangulate. Hernia inkarserata berarti isi kantong

terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut

disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau

vaskularisasi. Hernia strangulata terjadi gangguan

vaskularisasi, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari

bendungan sampai nekrosis (Syamsuhidayat dan Wimde Jong,

2012).

3. Hernia Ritcher

Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus.

e. Hernia menurut jumlahnya

1. Hernia unilateral

2. Hernia duplek 

f. Hernia menurut letak penonjolanya

1. Hernia inguinalis lateralis/indirek Hernia inguinalis indirek

disebut juga hernia lateralis karena keluar darirongga

peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak

lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia

masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,

menonjol keluar dari annulus inguinlais eksternus. Apabila

Page 13: LAPORAN KASUS-

13

hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skortum, ini

disebut hernia skortalis. Kantong hernia berada didalam

muskulus kremaster terletak antero medial terhadap vas

deferent danstruktur lain dalam tali sperma

2. Hernia inguinalis medialis/direk 

Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis,

menonjollangsung kedepan melalui segitiga Hesselbach,

daerah yang dibatasi olehligamentum inguinale.

2.2.5

Patofisiologi9

1. Hernia Inguinalis

Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada

bulan ke – 8 dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum

melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik

peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum

yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir

umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi

rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi

dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri

Page 14: LAPORAN KASUS-

14

turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang

kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang

terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel.

Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka

akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia

pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur

tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan

bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses

degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun

karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada

keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat

seperti batuk – batuk kronik, bersin yang kuat dan

mengangkat barang – barang berat, mengejan. Kanal yang sudah

tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis

karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui

defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah

melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites, kehamilan,

obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.1

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan

proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin.

Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan

dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan

kembali.Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin

banyaknya usus yang masuk, cincinhernia menjadi sempit dan

menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema

bilaterjadi obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah

dan kemudian terjadi nekrosis.Bila terjadi penyumbatan dan

perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila

inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema

sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.3,4,5

Page 15: LAPORAN KASUS-

15

 Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya

terputar. Bila isi perutterjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis

metabolik, abses. Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang

dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana

hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat

menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis.1,2

a. Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)

Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat

(akuisita) disebabkan oleh faktor  peninggian tekanan intra

abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum

Hesselbach. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui

annulus inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak

berhubungan dengan pembungkus tali mani, umumnya

terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua. Hernia jenis ini

jarang, bahkan hampir tidak pernah,mengalami inkarserasi

dan strangulasi.9

 

b. Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)

Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut

di lateral pembuluh epigastrikainferior. Dikenal sebagai

indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu

Page 16: LAPORAN KASUS-

16

annulusdan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia

lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat

terjadi secara kongenital atau akuisita:6

Hernia inguinalis indirekta congenital.Terjadi bila

processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan

sama sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei

tetap berhubungan dengan rongga tunika vaginalis

propriatestis. Dengan demikian isi perut dengan mudah

masuk ke dalam kantong peritoneum tersebut.9

Hernia inguinalis indirekta akuisita.Terjadi bila penutupan

processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian

saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal

dari processus vaginalis yang tidak menutup pada waktu

bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kentung peritonei ini

dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak

berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.9

 

c. Hernia Pantalon

Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan

medialis pada satu sisi. Ke dua kantung hernia dipisah oleh

vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana.

Page 17: LAPORAN KASUS-

17

Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus hernia

inguinalis. Diagnosis umumnya sukar untuk ditegakkan

dengan pemeriksaan klinis, dan biasanya baru ditemukan

sewaktu operasi.2

2.2.6 Diagnosis

Anamnesis

Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam

menegakkan diagnosis. Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama,

misalnya bagaimana sifat keluhan, dimana lokasi dan

kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan

kejadiannya, adanya faktor yang memperberat dan memperingan

keluhan, adanya keluhan lain yang berhubungan perluditanyakan

dalam diagnosis. Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan

oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-

satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada

waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang

setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada

biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilical berupa

nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu

segmenusus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang

disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi

karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren .5 Pasien

sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan

dapat dihilangkan dengan reposisi manual kedalam kavitas

peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak

badan, maka biasanya hernia muncul lagi (Sabiston,).7

Pemeriksaan fisik 10

Semua hernia mempunyai tiga bagian yaitu kantong, isi dan

bungkusnya. Semua ini tergantung pada letak hernia, isi kantong

Page 18: LAPORAN KASUS-

18

hernia omentum yang terbanyak ditemukan. Kemudian ileum,

jejunum, dan sigmoid. Appendiks bagian – bagian lain dari kolon,

lambung, dan bahkan hepar pernah dilaporkan terdapat di dalam

kantong hernia yang besar. Omentum teraba relative bersifat plastis

dan sedikit noduler. Usus bisa dicurigai apabila kantong teraba

halus dan tegang seperti hydrocele, tetapi tidak tembus cahaya.

Kadang – kadang pemeriksa bisa merasakan gas bergerak didalam

lengkung usus atau dengan auskultasi bisa menunjukkan peristaltik.

Lengkung usus yang berisi gas akan tympani pada perkusi . Dalam

keadaan penderita berdiri gaya berat akan rnenyebabkan hernia

lebih mudah dilihat dan pemeriksaan pada penderita dalam keadaan

berdiri dapat dilakukan dengan lebih menyeluruh. Dengan

kedudukan penderita berbaring akan lebih mudah melakukan

pemeriksaan raba. Andai kata terdapat hernia, lebih mudah dapat

melakukan reposisi dan sisa pemeriksaan (perut dantungkai) lebih

mudah dilakukan.

Inspeksi

Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan

mencapai labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu

merupakan hernia inguinalis lateralis. Kalau tidak

ada pembengkakan yang dapat kila lihat, penderita disuruh batuk.

Kalau pembengkakan yang kemudian terlihat kemudian berada di

atas lipatan inguinal dan berjalan miring dan lateral atas menuju ke

medial bawah, maka pembengkakan tersebut adalah hernia

inguinalis lateralis. Tetapi kalau pembengkakan itu kelihatannya

langsung muncul ke depan, maka kita berhadapan dengan hernia

inguinalis medialis.

Palpasi

Dapat untuk menentukan macam hernianya. Untuk

memeriksa pelipatan paha kiri digunakan tangan kiri, pelipatan

paha kanan dipakai tangan kanan. Caranya:

Page 19: LAPORAN KASUS-

19

Pemeriksaan Ziemen Test :

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya

oleh penderita).

2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.

 jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Pemeriksaan Thumb Test :

1. Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh

mengejan

2. Bila keluar benjolan

berarti Hernia Inguinalis

medialis.

3. Bila tidak keluar

benjolan berarti Hernia

Inguinalis Lateralis.

Page 20: LAPORAN KASUS-

20

Pemeriksaan Finger Test :

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal

inguinal.

3. Penderita disuruh batuk : Bila impuls diujung jari berarti Hernia

Inguinalis Lateralis.

4. Bila impuls disamping jari berarti Hernia Inguinnalis Medialis.

Perkusi

Page 21: LAPORAN KASUS-

21

Bila isinya gas pada usus akan terdengar bunyi timpani. Bila

didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan

kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.

Auskultasi

Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka

kemungkinan isi hernia berupaomentum. Auskultasi juga bisa

untuk mengetahui derajat obstruksi usus.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang9

Hasil laboratorium

Leukosit > 10.000 –18.000 / mm3

Serum elektrolit meningkat

Pemeriksaan radiologis

Herniografi

Dalam teknik ini, 50 - 80 ml medium kontras iodin positif di

masukkan dalam wadah peritoneal dengan menggunakan jarum

yang lembut. Pasien berbaring dengan kepala terangkat dan

membentuk sudut kira- kira 250. Tempat yang kontras di daerah

inguinalis yang diam atau bergerak dari sisi satu ke sisi lain akan

mendorong terwujudnya kolam kecil pada daerah inguinal. Tiga

fossa inguinal adalah supra pubik, medial dan lateral. Pada

umumnya fossa inguinal tidak mcncapai ke seberang pinggir

tulang pinggang agak ke tengah dan dinding inguinal posterior.

Hernia tak langsung muncul dari fossa lateral yang menonjol

dari fossa medial atau hernia langsung medial yang menonjol

dari fossa suprapubik.

Ultrasonografi

Teknik ini dipakai pada perbedaan gumpalan dalam segitiga

femoral

Tomografi komputer 

Dengan teknik ini mungkin sedikit kasus hernia dapat dideteksi

Page 22: LAPORAN KASUS-

22

2.2.8 Diagnosis Banding5

Diagnosis banding hernia inguinalis antara lain:

 

 

2.2.9 Penatalaksanaan 6

Page 23: LAPORAN KASUS-

23

Penanganan DI IGD

Mengurangi hernia. Memberikan sedasi yang adekuat dan

analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus istirahat agar

tekanan intra abdominal tidak meningkat.

Menurunkan tegangan otot abdomen.Posisikan pasien berbaring

terlentang dengan bantal di bawah lutut.Pasien pada posisi

Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia

inguinalis.

Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi

pembengkakan dan menimbulkan proses analgesia.

Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi

unilateral (seperti kaki kodok)

Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah

penonjolan yang berlanjut selama proses reduksi penonjolan

Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan

untu mengembalikan isi hernia ke atas. Jika dilakukan

penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isi hernia keluar

dari pintu hernia.

Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2

kali percobaanmTeknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam

analgetik yang adekuat dan posisikan Trendelenburg, dan

kompres dingin selam 20-30 menit.

Konsul bedah jika :

Reduksi hernia yang tidak berhasil

Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang

memburuk 

Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa

kontraindikasi . penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa

pandang umur inkarserasi dan strangulasi hal yang ditakutkan

dibandingkan dengan resiko operasinya.

Page 24: LAPORAN KASUS-

24

Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar

kondisi kesehatan saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal

dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang cito mempunyai

resiko yang besar pada pasien geriatri.

Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana

apabila dilakukan penanganan terlebih dahulu terhadap

hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi traktus

urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.

Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan

nyeri pada hernia makaoperasi yang cito harus di lakukan.

Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi herniainkerserasi

dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul dielevasikan

dan di beri.analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.

Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat

dimanipulasi dan tidak ada gejalastrangulasi.

Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk

memastikan usus masihhidup, ada tanda-tanda leukositosis.

Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang

berwarna gelap.

Konservatif 

Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif

sehingga dapat kambuh lagi.

Reposisi

Suatu usaha atau tindakan untuk memasukkan atau

mengembalikan isi hernia kedalam cavum peritoneum atau

abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang lembut dan

pasti. Reposisi ini dilakukan pada hernia inguinalis yang

reponibel dengan cara memakai kedua tangan. Tangan yang

satu memegang lekuk yang sesuai dengan pintunya (leher

hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan

tangan yang lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu

Page 25: LAPORAN KASUS-

25

tersebut. Reposisi ini kadang dilakukan pada hernia inguinalis

irreponibel pada pasien yang takut operasi. Caranya, bagian

hernia dikompres dingin, penderita diberi penenang valium 10

ml supaya pasien tidur, posisi tidur trendelenberg. Hal ini

rnemudahkan memasukkan isi hernianya. Jika gagal

tidak  boleh dipaksakan, lebih baik dilakukan operasi pada hari

berikutnya.

Suntikan

Dilakukan setelah reposisi berhasil. Dengan rnenyuntikkan

cairan sklerotik  berupa alkohol atau kinin di daerah sekitar

hernia, rnenyebabkan pintu hernia mengalami sklerosis atau

penyempitan, sehingga isi hernia tidak akan keluar lagi dari

cavum peritonei.

Sabuk hernia

Sabuk ini diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang

rnasih kecil dan menolak dilakukan operasi . Pemakaian

bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang

telah di reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga

harus dipakai seumur hidup.

Operatif 

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalis yangrasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis

ditegakkan (Syamsuhidayat dan Wim deJong 2012).

Indikasi diadakan operasi:

Hernia inguinalis yang mengalami inkarserata, meskipun

keadaan umum jelek.

Hernia reponibel pada bayi dengan umur lebih dari 6 bulan

atau berat badanlebih dari 6 kilogram. Jalannya operasi

menggunakan obat anastesi lokal berupa procain dengan dosis

rnaksimum 200 cc . Jika digunakan anastesi lokal,digarnbarkan

Page 26: LAPORAN KASUS-

26

incisi berbentuk belah ketupat dan diberikan kira-kira 60 ml

xylocain 0,5 persen dengan epinefrin (Sabiston).

Operasi hernia ada 3 tahap

Herniotomy yaitu membuka dan memotong kantong hernia

serta mengembalikan isi ke cavum abdominalis.

Herniorafi yaitu mulai dari mengikat leher hernia dan

menggantungkannya pada conjoint tendon.

Hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding perut dan

menghilangkan locus minnoris resistentiae.

Operasi pada hernia inguinalis lateralis

Irisan kulit pada hernia inguinalis ini disebut inguinal incision, dua

jari cranial dansejajar ligamentum inguinale mulai dari

pertengahan. Dan ini sesuai dengan anulus inguinalis internus.

Panjang irisan tergantung dari besarnya hernia (tergantung

kebutuhan), biasanya 5-8 cm. Pada anastesi lokal dilakukan

infiltrasi procain kurang lebih tidak melebihi 20 cc. Setelah kulit

dibuka, subkutis dan jaringan lemak disiangi sampai tampak

aponeurosis muskulus obliqus eksternus yang merupakan dinding

depan kanalis inguinalis. Kira-kira 2 cm cranial ligamentun

inguinale. Irisan ke medial sampai membuka anulus inguinalis

eksternus.

Di dalam kanalis inguinalis terdapat funiculus spermaticus

dibungkus muskulus cremaster. Otot ini disiangi sampai funikulus

spermaticus kelihatan. Funiculus dibersihkan atau dicanthol sampai

ke lateral dengan kain kasa, dan kantong peritoneum akan timbul di

sebelah caudo medialnya. Kantong ini dijepit dengan dua buah

pinset sirurgik dan diangkat, kemudian dibuka dengan

memperhatikan agar isi hernia (usus) tidak terpotong. Kantong

yang terbuka lalu dijepit dengan klem Mickuliks sehingga usus

tampak jelas. Kemudian usus dikembalikan ke cavum abdominalis

dengan rnelebarkan irisan pada kantong ke proksimal sampai

Page 27: LAPORAN KASUS-

27

leher hernia. Sisa kantong sebelah distal dibiarkan dalam skrotum

pada hernia yang besar (karena bisa menimbulkan banyak

pendarahan), sedang hernia yang kecil sisa kantong tersebut

dibuang. Kemudian leher dijahit ikat. Puntung ini kemudian

ditanamkan di bawah conjoint tendon dan digantungkan.

Selanjutnya karena locus minoris resistantiae masih ada,

perludilakukan hernioplasty .

 Hernioplasty ada bermacam-macam menurut kebutuhannya

Ferguson

Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari

musculus obliqus externus dan internus abdominis dan muskulus

obliqus internus dan transversus dijahitkan pada ligamenturn

inguinale dan meletakkan funiculus spermaticus di dorsal,

kemudian aponeurosis muskulus obliqus externus dijahit

kembali sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis.

Bassini

Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis

dijahitkan pada ligamentum inguinale. Funikulus spermaticus

diletakkan ventral dari muskulus tadi tetapi dorsal dari

aponeurosis muskulus obliqus eksternus sehingga kanalis

inguinalis kedua muskuli tadi memperkuat dinding belakang

dari kanalis inguinalis, sehingga locus minoris resistantiae

hilang.

Halstedt

Di lakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus

minonis resistentiae. Ketiga muskulus, muskulus obliqus

eksternus abdominis, muskulus obliqusinternus abdominis,

muskulus obliqus transversus abdominis, funikulus spermatikus

diletakkan di sub kutis.

Shouldice

Page 28: LAPORAN KASUS-

28

Membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fascia

transversalis denganteknik jahitan kontinyu (Sabiston).

Operasi pada hernia inguinalis medialis

Herniotomy pada hernia inguinalis medialis sama dengan teknik

operasi hernia inguinalis lateralis. Hernioplasty di sini memperkuat

daerah medial dan anulus inguinalis eksternus. Hernioplasty

dikerjakan dengan cara Mc. Vay. yaitu menarik muskulus obliqus

abdominis internus dan muskulus transversus abdominis, serta

conjoint tendon lalu dijahitkan pada ligamentum cowperi atau

pectineum lewat sebelah dorsal dari ligamentum inguinale.5

 

2.2.10 Komplikasi5

Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami

oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada

hernia irreponibel, ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar

atau terdiri dan omenturn, organ ekstra peritoneal (hernia geser atau

herniaakreta). Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa

benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia

sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala

obstruksi usus yang sederhana.

Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia

richter. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi

jaringan isi hernia. Pada pemulaan terjadi bendungan vena

sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan

transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan

jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya

peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis

dan kantong hernia akan berisi transudat berupa serosanguinus.

Kalau isi hernis terdiri dariusus, dapat terjadi perforasi yang dapat

Page 29: LAPORAN KASUS-

29

menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi

hubungan dengan rongga perut (Syamsuhidayat dan Wim de Jong

2012).

Pada pasien dewasa. tingkat komplikasi dari herniorafi

inguinal yang terbuka berbedaantara 1% sampai 26% dengan

banyak laporan yang tersusun dari 7% sampai I 2%. Kira-kira700

ribu herniorafi inguinal yang terjadi setiap tahunnya, komplikasi

yang muncul kira-kira 10% dari orang-orang ini memiliki sebuah

masalah yang cukup besar .

Infeksi luka merupakan masalah yang sering dihadapi.

Sebuah infeksi yang lebih dalam dapat berdampak dalarn

kernunculan kembali hernia. Kandung kemih dapat luka dengan

cara saat dasar saluran inguinal dibentuk kembali dan dilakukan

untuk hernia pangkal paha. Jika rnungkin melukai testis,

vasdeferens, pembuluh darah atau syaraf’ illiohypogastrik,

illioinguinal.

2.2.11 Prognosis5

Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi

kantong hernia .Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus

Page 30: LAPORAN KASUS-

30

segera ditangani. Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca

herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi

.

 

 

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Anamnesis

Identitas Pasien

Nama : Tn Sulaiman

Umur : 69 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : jl KH Wahid Hasyim lr Mutiara no 03

Pekerjaan : -

Pendidikan Terakhir : SMA

Status Kawin : Menikah

Agama : Islam

No Rekam Medik :

Masuk Rumah Sakit : Senin, 18 Agustus 2014 pukul 13.00 WIB

Identitas Suami

Nama : Ny Mariyam

Page 31: LAPORAN KASUS-

31

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : jl KH Wahid Hasyim lr Mutiara no 03

Pekerjaan : IRT

Pendidikan Terakhir : SMP

Status Kawin : Menikah

Agama : Islam

Anamnesis

Keluhan Utama

Keluar benjolan di lipat paha kanan

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Pasien datang ke poli bedah dengan keluhan muncul benjolan di lipatan paha kanannya sejak

1 tahun yang lalu, awalnya benjolan tersebut kecil. Jika pasien berdiri dan mengejan benjolan

tersebut keluar, namun saat berbaring dapat masuk lagi. Pasien mengaku benjolan tidak

pernah dirasakan nyeri, dan juga tidak pernah merah di sekitar daerah benjolan. Nafsu makan

pasien baik, berat badan tidak pernah menurun. Pasien mengaku sejak 1 hari yang lalu

benjolam tidak dapat dimasukan lagi. Pasien tidak mengeluh mual, muntah, tidak mengalami

gangguan BAB dan masih bisa kentut.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mengaku 2 tahun yang lalu mengalami penyakit stroke dan hipertensi,

oasien mengaku tidak pernah mengalami penyakit jantung, paru, hati, ginjal,

maupun diabetes melitus.

Page 32: LAPORAN KASUS-

32

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien

Kebiasaan

Pasien mengaku 2 tahun yang lalu semenjak stroke, pasien disarankan untuk

berolahraga, lalu pasien memilih untuk menarik becak selama kurang lebih 4

jam sehari, pasien mengaku semenjak menarik becak keluhan seperti kaki

kaku hilang, ia merasa badan lebih terasa sehat, tetapi 1 tahun setelah menarik

becak, pasien mulai merasakan keluar benjolan kecil.

3.2. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Kompos mentis

Tanda vital : TD = 140/100 mmHg, N = 84 x/menit, RR = 20 x/menit,

T = 36,5 0C

Status generalisata:

Kepala : Normochepali

Mata : Konjungtiva anemis (-/-),sclera ikterik (-/-)

THT : Tidak ada kelainan

Bibir : Tidak sianosis, mucosa tidak pucat

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran

kelenjar tiroid (-)

Thorak :simetris

Cor : BJ I/II tunggal regular, gallop (-), murmur (-)

Pulmo : Vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (-) BU (+)

Ekstremitas : Akral dingin, edema tungkai (-)

Page 33: LAPORAN KASUS-

33

Status Lokalis:

Regio inguinalis D :

Inspeksi : terdapat benjolan di bawah lig.inguinale, diameter 8 cm x 4 cm,

permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.

Palpasi : tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, tidak dapat

dimasukkan, transluminasi (-), tidak nyeri. Auskultasi : bising usus

(+).

3.4. Pemeriksaan Penunjang

Hb : 13,6 gr/dl

Leukosit : 5000 /ul

Trombosit : 466.000/ul

Ht : 35%

Hitung jenis : 0/2/2/66/26/4

Gol. Darah : A+

3.5. Diagnosis Kerja

Hernia Inguinalis Dextra Irreponible

3.6. Penatalaksanaan

a. Observasi keadaan umum dan tanda vital pasien

b. IVFD RL gtt 20x/menit

c. pro hernioraffi

Page 34: LAPORAN KASUS-

34

3.7. Follow up

Waktu Observasi

Selasa, 19 Agustus 2014

Pukul 07.00 WIB

S: keluar benjolan di lipat paha kanan

O: KU`: Baik, kesadaran: kompos

mentis

TD = 140/100 mmHg, N = 84

x/menit, RR = 20 x/menit,

T = 36,5 0C

A: Hernia Inguinalis Dextra

Irreponible

P: -Observasi keadaan umum dan

tanda vital pasien

-IVFD RL gtt 20x/menit

-Pro hernioraffi

Waktu Observasi

Rabu, 20 Agustus 2014

Pukul 08.00 WIB

S: nyeri luka operasi

O: baik, kesadaran: compos mentis

TD : 150/80 mmHg, N 78:

x/menit, RR: 16x/menit, T : 36,4 0C

A: post hernioraffi

P: - IVFD RL gtt xx

-ceftriaxone 3x 1gr

-metronidazole 3x 500mg

-ketorolac 3x1

-as. Traneksamat 3x1

Page 35: LAPORAN KASUS-

35

BAB IVPEMBAHASAN

Telah dilaporkan sebuah kasus dari seorang pasien usia 69 tahun yang

masuk melalui poli bedah RSUD Palembang BARI pada tanggal 18 agustus 2014

pukul 12.00 WIB, pasien masuk dengan keluhan keluar benjolan di lipat paha

kanan.

Pasien ini di diagnosa hernia ingunalis dextra irreponible dari anamnesis

didapatkan muncul benjolan di lipatan paha kanannya sejak 1 tahun yang lalu, awalnya benjolan

tersebut kecil. Jika pasien berdiri dan mengejan benjolan tersebut keluar, namun saat berbaring

dapat masuk lagi. Pasien mengaku benjolan tidak pernah dirasakan nyeri, dan juga tidak pernah

merah di sekitar daerah benjolan. Nafsu makan pasien baik, berat badan tidak pernah menurun.

Pasien mengaku sejak 1 hari yang lalu benjolam tidak dapat dimasukan lagi. Pasien tidak

mengeluh mual, muntah, tidak mengalami gangguan BAB dan masih bisa kentut.’

Pada pemeriksaan fisik Status Lokalis Regio inguinalis dextra, Inspeksi terdapat

benjolan di bawah lig.inguinale, diameter 8 cm x 4 cm, permukaan rata, warna

sesuai warna kulit, tidak kemerahan. Palpasi tidak teraba hangat, kenyal, batas

atas tidak jelas, tidak dapat dimasukkan, transluminasi (-), tidak nyeri.

Auskultasi : bising usus (+). Hal ini memprediksikan bahwa pasien ini sedang

mengalami hernia inguinalis dextra irreponible

Page 36: LAPORAN KASUS-

36

Untuk penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan secara

operatif dengan hernioraffi observasi keadaan umum, vitas sign, lalu diberikan

cairan infus RL gtt xx, dan direncanakan akan dilakukan hernioraffi. Terapi yang

diberikan pada kasus ini sudah tepat, karena pada pasien yang menderita hernia

irreponible tatalaksananya adalah dengan terapi pembedahan.

Pada tanggal 19 Agustus 2014 pasien dilakukan Hernioraffi, operasi yang

terdiri dari herniotomi dan hernioplasty untuk pembebasan kantong hernia dan

memperkecil anulus inguinalis, lalu pasien diberikan terapi, berupa IVFD RL

ceftriaxone 3x 1gr,metronidazole 3x 500mg, ketorolac 3x1, as. Traneksamat 3x1.

BAB VKESIMPULAN

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

pasien Tn. Sulaiman umur 69 tahun dapat ditegakan diagnosis Hernia Inguinalis

Dextra Irreponible.

Terapi yang diberikan pada kasus ini sudah tepat, karena pada pasien

hernia irreponible penatalaksanaan dilakukan secara operatif yaitu dengan

hernioraffi untuk pembebasan kantong hernia dan memperkecil anulus inguinalis.

Page 37: LAPORAN KASUS-

37

DAFTAR PUSTAKA

 

1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of

Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.

2. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25.

3. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC,

Jakarta,

4. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.17th

Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217 

5. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi

revisi, 706-710, EGC, Jakarta.

6. Inguinal Hernia: Anatomy and Managemen

t http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4  

7. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford, M.D, F.A.C.S, Pemeriksaan Fisik

Bedah,edisi ke-4, 145-146, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta.

8. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nd ed, 247,

Longman Singapore Publisher Ltd, Singapore.

9. Darmokusumo, K, Buku Pegangan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas

Kedokteran,Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

Page 38: LAPORAN KASUS-

38

10. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta, 1995. Hal :228, 243.