LAPORAN KASUS katarak
-
Upload
yurike-natalie-lengkong -
Category
Documents
-
view
140 -
download
9
description
Transcript of LAPORAN KASUS katarak
LAPORAN KASUS
PSEUDOFAKIA OD DAN KATARAK MATUR OS
DENGAN HIGH MYOPIA OS
Pembimbing dr. Heru Mahendrata, Sp.M
PenyusunYurike Natalie ( 030.08.266 )
KEPANITERAAN KLINIK ILMU MATARUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
PERIODE 15 JULI –24 AGUSTUS 2013FAKULTAS KEDOKTERAN TRISAKTI
JAKARTA
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 56 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SLTA
Alamat : Jl. Salemba Hutan Barat no 11
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 27 Juli 2013
A. Keluhan Utama
Penglihatan mata kiri buram sejak 1 tahun yang lalu
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien wanita, 56 tahun, datang ke poli mata RSUD Budhi Asih dengan
keluhan mata kiri mulai buram sejak 1 tahun yang lalu. Semakin hari penglihatan
dirasa semakin buram. Pasien juga mengeluhkan silau bila melihat cahaya dan
berkabut saat melihat. Keluhan tersebut disertai rasa nyeri dan sakit kepala. Pasien
menyangkal adanya mual,muntah. Riwayat trauma pada mata disangkal. Pasien juga
mengeluh mata kanan mulai buram sejak 1 tahun yang lalu. Mata kanan dirasakan
1
seperti berkabut. Riwayat penggunaan kacamata sejak usia 12 tahun dan tidak pernah
kontrol ke dokter mata.
1,5 bulan yang lalu mata kanan pasien sudah dilakukan operasi dan
pemasangan lensa tanam buatan. Setelah operasi pasien merasa dapat lebih jelas
melihat.
1 minggu yang lalu pasien datang ke poli mata RSUD Budhi Asih untuk
kontrol mata, dan akan dilakukan penjadwalan operasi untuk mata kiri.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menjalani operasi katarak pada mata kanannya di RSUD Budhi
Asih 1,5 bulan yang lalu dan menggunakan lensa tanam buatan. Pasien menyangkal
adanya HT, DM, asma, alergi makanan atau obat, dan menderita batuk-batuk lama.
Pasien sudah memakai kacamata sejak umur 12 tahun dan tidak pernah kontrol ke
dokter mata. Pasien juga menyangkal adanya trauma pada mata.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal tidak ada anggota keluarga yang menderita hal yang sama
seperti pasien dan riwayat keganasan disangkal. Pasien menyangkal adanya
hipertensi, diabetes mellitus, asma, dan alergi makanan atau obat pada anggota
keluarga.
E. Riwayat Operasi
Pasien pernah melakukan operasi katarak pada mata kanan kurang lebih 1,5
bulan yang lalu di RSUD Budhi Asih
F. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesan sakit : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 74 x/ menit
Suhu : Afebris
Pernafasan : 20 x/ menit
Mata : Lihat status ophtalmologi
THT : Telinga : Hiperemis (-), nyeri (-), secret (-)
Hidung : Sekret (-), hiperemis (-)
Tenggorokan : Hiepremis (-), Tonsil T1-T1 tenang
Thoraks : Jantung : BJ 1 dan 2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara nafas vesikuler (+/+), Rhonchi (-/-),
Wheezing (-/-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), bising usus dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat, oedema (-)
b. Status Ophtalmologi
OD OS
+IOL = 6/24 S+1.00 = 6/18 Visus ½ /60 S-19.00 C-2.00 x15
½ /60
Otoforia Kedudukan Otoforia
3
Baik ke segala arah Pergerakan Baik ke segala arah
Ptosis (-), edema (-), ektropin
(-), entropion (-), trikiasis (-),
distrikiasis (-), hiperemis (-)
Palpebra superior Ptosis (-), edema (+), ektropin
(-), entropion (-), trikiasis (-),
distrikiasis (-), hiperemis (-)
Ptosis (-), edema (-), ektropin
(-), entropion (-), trikiasis (-),
distrikiasis (-), hiperemis (-)
Palpebra inferior Ptosis (-), edema (+), ektropin
(-), entropion (-), trikiasis (-),
distrikiasis (-), hiperemis (-)
Hiperemis (-), sekret (-),
lithiasis (-), folikel (-)
Konjungtiva
tarsalis superior
Hiperemis (-), sekret (-),
lithiasis (-), folikel (-)
Injeksi konjungtiva (-), Injeksi
silier (-), perdarahan
subkonjungtiva (-), sekret(-)
Konjungtiva bulbiInjeksi konjungtiva (+), Injeksi
silier (+), perdarahan
subkonjungtiva (-), sekret (-)
Hiperemis (-), sekret (-),
lithiasis (-), folikel (-)
Konjungtiva
tarsalis inferior
Hiperemis (-), sekret (-),
lithiasis (-), folikel (-)
Jernih Kornea Keruh
Dalam COA Dalam
Cokelat kehitaman, gambaran
kripti baik
Iris Cokelat kehitaman, gambaran
kripti baik
Bulat, anisokor Ø 3mm, RCL
(+), RCTL (+)
Pupil Bulat, anisokor Ø 3mm, RCL
(+), RCTL (+)
IOL (+) Lensa Keruh, shadow test (-)
leukokoria (+)
Jernih Vitreous humor Cahaya tidak tembus
Reflek fundus (+), papil bulat
berbatas tegas, CD ratio 0.3,
Funduskopi Reflek fundus (-)
4
arteri:vena 2:3,reflex macula
(+)
18,4 mmHg TIO 16,5 mmHg
OD OS
IV. RESUME
Pasien wanita, 56 tahun, datang ke poli mata RSUD Budhi Asih dengan
keluhan mata kiri mulai buram sejak 1 tahun yang lalu. Semakin hari penglihatan
dirasa semakin buram. Pasien juga mengeluhkan silau bila melihat cahaya dan
berkabut saat melihat. Keluhan tersebut disertai rasa nyeri dan sakit kepala. Pasien
menyangkal adanya mual,muntah. Riwayat trauma pada mata disangkal. Pasien juga
mengeluh mata kanan mulai buram sejak 1 tahun yang lalu. Mata kanan dirasakan
seperti berkabut. Riwayat penggunaan kacamata sejak usia 12 tahun dan tidak pernah
kontrol ke dokter mata.
Pasien pernah operasi katarak pada mata kanan sekitar 1,5 bulan yang lalu.
Riwayat hipertensi, DM, asma, alergi disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
5
tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 74 kali per menit, nafas 20 kali per menit, dan
afebris. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan oftalmologi
didapatkan visus OD +IOL = 6/24 S+1.00 = 6/18, OS ½ /60 S-19.00 C-2.00
x15 ½ /60. Pada lensa OS terlihat keruh dan shadow test (-) leukokoria (+).
Vitreous humor tidak dapat diperiksa dan pada funduskopi hanya bisa didapatkan
reflek fundus (-).
V. DIAGNOSIS
Pseudofakia OD dan Katarak Matur OS dengan high Myopia OS
VI. PENATALAKSANAAN
Rencana tindakan bedah :
Phacoemulsifikasi + IOL OS
CTR
Non-medikamentosa
Edukasi pasien tentang penyakit yang diderita.
Edukasi tentang kemungkinan komplikasi sekiranya tidak dilakukan operasi.
VII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
ANALISA KASUS
6
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
oftalmologi. Pada anamnesis didapatkan mata kiri mulai buram sejak 1 tahun yang
lalu. Semakin hari penglihatan dirasa semakin buram. Pasien juga mengeluhkan silau
bila melihat cahaya dan berkabut saat melihat. Keluhan tersebut disertai rasa nyeri
dan sakit kepala. Pasien juga mengeluh mata kanan mulai buram sejak 1 tahun yang
lalu. Mata kanan dirasakan seperti berkabut. Riwayat penggunaan kacamata sejak usia
12 tahun dan tidak pernah kontrol ke dokter mata.
Pada pemeriksaan visus didapatkan visus OD +IOL = 6/24 S+1.00 = 6/18,
OS ½ /60 S-19.00 C-2.00 x15 ½ /60, dapat dilihat bahwa pasien sudah memiliki
high myopia. Pada lensa OS terlihat keruh dan shadow test (-) leukokoria (+).
Vitreous humor tidak dapat diperiksa dan pada funduskopi hanya bisa didapatkan
reflek fundus (-). Dari pemeriksaan tonometri didapatkan tekanan intra okuler OD
18,4 mmHg dan OS 16,5 mmHg. Tekanan normal intraokuler rata-rata berkisar 10-20
mmHg jadi pada pasien ini tekanan intraokuler normal. Berdasarkan pemeriksaan-
pemeriksaan tersebut, maka, pada mata kiri pasien dapat ditegakkan diagnosis katarak
matur dengan high myopia. Diagnosis ini masih harus didiagnosis banding dengan
katarak hipermatur karena shadow test negatif.
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Secara umum terdapat
tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE,
ECCE, dan phacoemulsifikasi. Pada pasien dengan diagnosis katarak matur dapat
dilakukan tindakan operasi ECCE + IOL, namun dapat dipertimbangkan dilakukan
Phacoemulsifikasi + IOL karena pada Phacoemulsifikasi insisi yang dilakukan
seminimal mungkin. Pada pasien ini juga akan ditanamkan CTR karena pasien sudah
memiliki high myopia. Kekuatan implan lensa intraokuler yang akan digunakan
7
dalam operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik
dan kelengkungan kornea. Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan
antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu,
ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru
dapat dilakukan lebih cepat dengan metode phacoemulsification. Karena pasien tidak
dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat
meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.
Jika digunakan phacoemulsifikasi, maka penyembuhan pasca operasi biasanya
lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan
untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda
berat selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan.
Matanya dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman,
balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai
kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara dapat digunakan
beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan baik melui
lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8 minggu
setelah operasi ).
Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
- Analgesik untuk mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah
tindakan yang menyayat maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit
yang mungkin timbul beb
erapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
- Antibiotik mencegah infeksi, contoh cefixim 2x1 per oral, pemberian
antibiotik masih dianggap rutin dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan
terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna.
8
- Obat tetes mata steroid. Contoh tobroson 6 tetes per hari. Obat yang
mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi reaksi radang akibat
tindakan bedah.
- Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca
bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
- Melakukan pekerjaan yang tidak berat
- Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki
keatas.
Yang tidak boleh dilakukan antara lain :
- Jangan menggosok mata
- Jangan menggendong yang berat
- Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
- Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
- Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
Prognosis ad vitam secara keseluruhan pasien adalah bonam, karena gangguan
yang dialami pasien tidak mengancam jiwanya. Prognosis ad functionam kedua mata
adalah dubia ad bonam, karena bila dilakukan operasi pada katarak nya serta
ditanamkan lensa sehingga dapat mengurangi keluhan buram yang dirasakan pasien.
Prognosis ad sanationam pada kedua mata adalah dubia ad bonam, karena penglihatan
pasien lebih jernih dan mengembalikan penglihatan pasien.
9