laporan kasus mata "KATARAK"

28
TUGAS PRESENTASI KASUS BLOK ECCE III POLI MATA “KATARAK SENILIS” Tutor : dr. Yulia Fitriani Sp.M Disusun Oleh : Nama : Noviana NIM : G1A009083 Kelompok : F KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

description

Kedokteran Umum

Transcript of laporan kasus mata "KATARAK"

Page 1: laporan kasus mata "KATARAK"

TUGAS PRESENTASI KASUS BLOK ECCE III

POLI MATA

“KATARAK SENILIS”

Tutor :

dr. Yulia Fitriani Sp.M

Disusun Oleh :

Nama : Noviana

NIM : G1A009083

Kelompok : F

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: laporan kasus mata "KATARAK"

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat

terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa

ataupun akibat keduanya. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat

bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan

dengan proses degenatif. Katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan

gangguan penglihatan di dunia. Di antara beberapa jenis katarak, katarak

senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak ditemukan. Katarak

senilis merupakan semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,

yaitu usia di atas 50 tahun. Kekeruhan lensa pada katarak dapat mengenai

kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami

perubahan dalam waktu yang lama. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan

lensa tidak transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu.

Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam

penglihatan yang menurun secara progresif (Ilyas, 2009).

Menurut WHO (World Health Organisation) tahun 2002, katarak

menjadi penyebab 17 juta (47,8%) kebutaan dari 37 juta kebutaan di seluruh

dunia, dan ini diperkirakan akan meningkat menjadi 40 juta pada 2020.

Katarak ditemukan pada sekitar 10% orang Amerika Serikat. Prevalensi ini

meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74

tahun serta sampai sekitar 70%untuk usia lebih dari 75 tahun (AAO, 2008).

Suatu studi juga yang dilakukan oleh Walmer Eye Institute pada tahun 2004

mencatat sekitar 20,5 juta penduduk usia lebih dari 40 tahun di Amerika

menderita katarak pada kedua matanya dan sekitar 6,1 juta diantaranya

merupakan pseudofaki atau afaki. Angka ini diperkirakan akan meningkat

menjadi 30,1 juta kasus katarak dan 9,1 juta kasus dengan pseudofakia atau

afaki pada tahun 2020. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan

akibat katarak terjadi di daerah Asia Tenggara dan diperkirakan setiap

menitnya 12 orang mengalami kebutaan di dunia dan 4 orang diantaranya

berasal dari Asia Tengara (Victor, 2012).

Page 3: laporan kasus mata "KATARAK"

Prevalensi katarak di Indonesia pada tahun 1991 didapatkan

prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan karena katarak sebesar 0,67%.

Pada tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47%. Tahun 2005 dilaporkan

bahwa daerah pedesaan di Indonesia memiliki prevalensi katarak tertinggi di

daerah Asia tenggara (Ocampo, 2012).

Page 4: laporan kasus mata "KATARAK"

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan

Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular,

dimana penglihatan seperti tertutup air tejun akibat lensa yang keruh. Katarak

adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-

duanya. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada

usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun (Khalilullah. 2010)

Gambar 1. Anatomi Mata

B. Etiologi dan Predisposisi

Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara

pasti dan diduga multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya

adalah (Vaughan, 2000) :

1. Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik

2. Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga

mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa

Page 5: laporan kasus mata "KATARAK"

3. Faktor imunologik

4. Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi,

gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.

5. Gangguan metabolisme umum.

Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata

atau sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata.

Katarak disebabkan oleh berbagai faktor, seperti (Ocampo, 2012):

1. Penyebab sistemik :

a. Faktor keturunan.

b. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.

c. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid dan klorpromazin.

d. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang

cukup lama.

e. Operasi mata sebelumnya.

f. Sindrome sistemik (down, lowe)

g. Dermatitis atopik

h. Trauma (kecelakaan) pada mata.

i. Kadar kalsium yang rendah.

2. Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :

a. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar

lensa.

b. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.

c. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.

Sedangkan, penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini

belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa teori konsep penuaan

menurut Ilyas (2009) sebagai berikut:

1. Teori putaran biologik (“A biologic clock”).

2. Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali → mati.

3. Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik

yang mengakibatkan kerusakan sel.

4. Teori mutasi spontan.

5. Teori ”A free radical”

Page 6: laporan kasus mata "KATARAK"

6. Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat.

7. Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi.

8. Free radical dapat dinetrralisasi oleh antioksidan dan vitamin E

9. Teori “A Cross-link”.

Gambar 2. Mata dengan katarak

C. Klasifikasi

Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu : katarak

nuklear, kortikal dan subkapsularis posterior, yaitu :

1. Katarak Nuklear

Beberapa tingkat sklerosis nuclear dan kekuningan pada lensa

adalah normal pada pasien dewasa yang telah melewati usia pertengahan.

Secara umum, kondisi ini hanya mempengaruhi fungsi visual secara

minimal. Penghambuaran cahaya dan kekuningan yang parah disebut

sebagai katarak nuklear, yang menyebabkan opasiti sentral. Nukleus

cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih

menjadi kuning sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70

tahun dan progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang

paling banyak terjadi. Meskipun biasanya bilateral, namun biasanya

Page 7: laporan kasus mata "KATARAK"

asimetris. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat

(pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik yang

disebut juga sebagai second sight., sulit menyetir pada malam hari .

Perubahan kekuningan dan kecoklatan yang progresif pada lensa

menyebabkan diskriminasi warna yang buruk, khususnya terhadap

spectrum warna biru sehingga penderita mengalami kesulitan

membedakan warna, terutama warna biru dan ungu.

2. Katarak Kortikal

Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau

korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan

progresivitasnya lambat. Katarak kortikal biasanya bilateral tetapi sering

asimetris. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran

seperti ruji. Banyak pada penderita DM. Keluhan yang biasa terjadi yaitu

penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.

3. Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis

Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa.

Katarak subkapsularis posterior lebih sering pada kelompok usia lebih

muda daripada katarak kortikal dan katarak nuklear. Biasanya mulai

timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya cepat. Pada keadaan

awal, katarak subkapsular posterior adalah salah satu dari tipe utama

katarak yang berhubungan dengan penuaan. Bagaimanapun, ini bisa juga

terjadi sebagai akibat dari trauma, penggunaan kortikosteroid jangka

panjang (sistemik, topical, atau intraokuler), inflamasi, paparan radiasi

ion, dan alkholisme. Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau,

pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.

Katarak senilis secara klinik dikenal dalam empat stadium yaitu

insipien, intumesen, imatur, matur dan hipermatur, yaitu :

1. Katarak Insipien

Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi

ekuator menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol

mulai terlihat di dalam korteks. Pada katarak subkapsular posterior,

kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk

Page 8: laporan kasus mata "KATARAK"

antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni)

pada katarak isnipien.

Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks

refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-

kadang menetap untuk waktu yang lama.

2. Katarak Intumesen.

Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai

pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.

Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak

dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal

dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat

memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada

katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan mipopia lentikular. Pada

keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung

dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada

pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak

lamel serat lensa.

3. Katarak Imatur

Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau

katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur

akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik

bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat

menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

4. Katarak Matur

Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai

seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang

menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka

cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang

normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan

mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran

kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang

keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

Page 9: laporan kasus mata "KATARAK"

5. Katarak Hipermatur

Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut,

dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang

berdegenerasi kelur dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,

berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam

dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus

sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses

katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks

yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan

memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus

yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini

disebut sebagai katarak Morgagni.

D. Patofisiologi

Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein

lensa. Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat

sementara daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan

konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan

pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi

pula proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan

agregasi protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi

protein secara tiba tiba ini mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa

sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan penurunan pandangan.

Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan pigmentasi

progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubaha lain

pada katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin

dan potassium serta meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium

(Khalilulloh, 2010).

Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya

transparasi lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif

sehingga densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi

dari sel-sel fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan

Page 10: laporan kasus mata "KATARAK"

meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang akan menyebabkan

penurunan transparasi lensa. Selain itu, proses degeneratif pada epithelium

lensa akan menurunkan permeabilitas lensa terhadap air dan molekul-molekul

larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa

menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan penurunan antioksidan

seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada

proses pembentukan katarak (Khalilulloh, 2010).

Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori

hidrasi dan sklerosis (Ilyas, 2009):

1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa

yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan

dari lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan

osmotik yangmenyebabkan kekeruhan lensa.

2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana

serabutkolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan

serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut tersebut semakin bertambah

banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.

Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:

1. Kapsula

a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)

b. Mulai presbiopiac

c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur 

d. Terlihat bahan granular 

2. Epitel-makin tipis

a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)

b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa

a. Serat irregular 

b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel

c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah

proteinnukelus lensa, sedang warna coklat protein lensa

nucleusmengandung histidin dan triptofan disbanding normal

Page 11: laporan kasus mata "KATARAK"

d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan

menghalangi foto oksidasi.

e. Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan

fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi,

akibat perubahan pada serabut halus multipel yang memanjang dari

badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan

penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan

koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan

jalannya cahaya ke retina.

E. Penegakan Diagnosis

1. Anamnesis

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan

riwayat kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan.

Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak

ketika pasien datang (Faradila, 2009).

a. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan

pasien dengan katarak senilis.

b. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan

sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau

pada siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam

hari.

c. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan

kekuatan dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang

hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan

peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan

kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara

khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak

subkortikal posterior atau anterior.

d. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang

terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area

refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan

Page 12: laporan kasus mata "KATARAK"

gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau

ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan

diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata,

prisma, atau lensa kontak.

e. Noda, berkabut pada lapangan pandang.

f. Ukuran kaca mata sering berubah

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik biasanya keadaan umum dan kesadaran pasien

dalam keadaan sehat dan sadar penuh. Sementara pemeriksaan

oftalmologi dapat dilakukan dengan menggunakan senter, slit lamp dan

funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan oftalmologi

pada katarak senilis dan katarak stadium lainnya.

INSIPIEN IMMATUR MATUR HIPER

MATUR

Kekeruhan Ringan Sebagian Penuh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Termulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopods

Penyulit - glaukoma Glaukoma Uveitis dan

glaukoma

Gambar 3. Stadium Katarak Senilis (Ilyas, 2009)

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium diminta sebagai bagian dari proses

screening pra operasi untu mendeteksi penyakit yang menyertai , seperti

diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit jantung. Penyakit seperti

diabetes mellitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif. Dengan

demikian deteksi dini harus dilakukan sebelum operasi (Dua, 2009).

Page 13: laporan kasus mata "KATARAK"

Pemeriksaan pencitraan pada mata seperti USG, CT SCAN, dan

MRI diperlukan jika dicurigai terdapat kelainan pada bagian posterior dan

penglihatan yang kabur akibat katarak. Hal ini bermanfaat dalam

pengelolaan pembedahan dan untuk memberikan prognosis pemulihan

penglihatan pasien pasca operasi (Dua, 2009).

F. Penatalaksanaan

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi

jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.

Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata sehingga didapatkan

penglihatan maksimal. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat

menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor,

diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol dan sudah

memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula

pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya

agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan

antioksidan vitamin C dan E.

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi

lensa. Terdapat 2 tipe ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi

(ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri

dari dua teknik yaitu Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan

Phakoemulsifikasi (Dua, 2009).

1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa

bersama kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya

dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal

superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada

keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi

katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat

lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada

pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen

Page 14: laporan kasus mata "KATARAK"

hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini

astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa

anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui

robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien

dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa

intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra

ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan

prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah

mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi

retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk

mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti

prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini

yaitu dapat terjadinya katarak sekunder (Manalu, 2006).

Gambar 4. Prosedur EKEK

3. Phakoemulsifikasi

Page 15: laporan kasus mata "KATARAK"

Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa

dengan memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini

diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran

ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya

mesin phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai

bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan

melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan

jahitan dan irisan akan pulih dengan sendirinya sehingga

memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas

sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik,

dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak

senilis padat (Manalu, 2006).

Gambar 5. Phakoemulsi

4. Small Incision Cataract Surgery SICS

Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih murah dan

proses penyembuhannya lebih cepat.

G. Prognosis

Page 16: laporan kasus mata "KATARAK"

Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit

menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%.

Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa

komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi

menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis

pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.

G. Komplikasi

1. Komplikasi Intra Operatif

Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau

efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,

incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity.

2. Komplikasi dini pasca operatif

a. COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara

cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil

dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean

syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih

paling sering)

b. Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

c. Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang

tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti

penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis

anterior kronik dan endoftalmitis.

d. Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi.

3. Komplikasi lambat pasca operatif

a. Ablasio retina

b. Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan

virulensi rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler

c. Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah

Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.

III. KESIMPULAN

Page 17: laporan kasus mata "KATARAK"

1. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun

akibat keduanya. Katarak merupakan menyebab kebutaan yang utama di

dunia.

2. Katarak senilis merupakan katarak yang disebabkan oleh proses penuaan.

Karatak senilis terdiri dari 4 stadium yaitu insipient, immature, matur, dan

hipermatur.

3. Katarak merupakan penyakit yang tidak bisa dicegah namun bisa diobati.

Pengobatan katarak hanya dilakukan dengan pembedahan menggunakan

beberapa metode.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: laporan kasus mata "KATARAK"

American Academy of Ophtalmology. 2008. Lens and Cataract. San

Fransisco:AAO

Dua, HS. Said DG., Otri AM. 2009. Are We doing too many Cataract

Operations? Cataract Surgery: a Grlobal Prespective. British Journal

Ophthalmology.

Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Manalu R. 2006. Mass Cataract Surgery Among Barabai Community At

Damanhuri Hospital, South Kalimantan. IOA The 11th Congress In Jakarta.

Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis.

Ocampo, V.V.D. 2012.Cataract Senile. Diakses dari

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-followup#a2650, tanggal

10 Desember 2012

Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000. Oftalmologi

Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika.

Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Diakses Dari: www.medscape.com tanggal

10 Desember 2012