MAKALAH KASUS 3 (KATARAK)

download MAKALAH KASUS 3 (KATARAK)

of 52

Transcript of MAKALAH KASUS 3 (KATARAK)

KASUS KATARAK 13 September 2011

Asuhan Keperawatan pada Tn. Ag dengan Katarakuntuk memenuhi salah satu mata kuliah Sensory and Perception System in Nursing

Tutor 1 Disusun oleh: Fatia Huriati Ajeng Cahyaningtyas Alif Maskur Resty Ainul Islam Vinda Dwi O. Nidaa Adiilah Sandra Putri Dewi Methalia Sandi Dwi Puspita Sari Apri Rahma Dewi Rafika Tasya Nesia Nurhadijah 220110090001 220110090017 220110090038 220110090051 220110090064 220110090076 220110090090 220110090092 220110090105 220110090121 220110090124 220110090136

Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran 20111

KASUS KATARAK 13 September 2011Kasus 3 Tn Ag 62 tahun datang ke polimata RS XY dengan keluhan pandangan mata kanan kabur dan kadang mata berair. Saat dikaji di dapatkan hasil bloored vision (+) tanpa nyeri, fotophobia (+), lensa mata keruh dan buram seperti susu, pupil bulat sentral, reflex cahaya (+) dan pada pemeriksaan fundus kopi tidak di dapati perdarahan retina (-). Melalui perawat dokter mengatakan Tn. Ag harus dioperasi. Ketika istri pasien mengatakan ingin tau lebih banyak tentang operasi , perawat berkata, Nanti saja, Bu. sambil pergi meninggalkan istri pasien. Seminggu kemudian mata kanan pasien dioperasi. Begitu sampai di ruang rawat, pasien ingin pergi ke kamar mandi. Saat ke kamar mandi pasien membungkuk mencari sandalnya dan tiba-tiba Ia merasa sakit di mata kanannya.

I. SGD STEP 1 Fotophobia Blurred Vision Funduskopi Refleks cahaya Pupil bulat sentral : takut akan cahaya : kabur, tidak jelas seperti ada bayangan : pemeriksaan diagnostik untuk melihat : peka terhadap cahaya : pupil dalam keadaan baik, bulat berada di tengah

STEP 2 1. Apa yang menyebabkan mata kanan kabur dan berair? 2. Hasil bloor vision tidak nyeri, kalau ada nyeri indikasinya apa? 3. Diagnosa medis? 4. Managemen pre dan pasca operasi? 5. Komplikasi dari operasi? 6. Kenapa nyeri pada saat menunduk? 7. Apakah pupil bulat sentral normal? 8. Tindakan dan kode etik perawat? 9. Etiologi? 10. Faktor resiko? 11. Adakah penatalaksanaan selain operasi? 12. Operasi gak selalu berhasil? Apa tindakan selanjutnya? 13. Komplikasi lain? 14. Bias buta total atau tidak?

2

KASUS KATARAK 13 September 201115. Kalau operasi bisa kambuh lagi ? 16. Efek samping pemeriksaan diagnostic? 17. Penyebab photo phobia an bloor vision? 18. Pencegahan dan penkes?

STEP 3 1. Mata kabur karena tidak adanya ikatan protein sehingga terjadi koagulasi sehingga warna lapisannya menjadi keruh dan mempengaruhi penerimaan cahaya. 2. Nyeri karena ada peningkatan tekanan bola mata, dan biasanya sudah terjadi peradangan di bagian uvea. 3. Katarak. 4. Pasca operasi biasanya selain diberikan steroid di berikan juga obat bius yang berbentuk seperti gel. 5. Komplikasinya infeksi di mata dan adanya perdarahan. 6. Sakit pada saat menunduk diakibatkan karena adanya penekanan pada bola mata yang ditambah akibat adanya gaya grafitasi. 7. Pupil bulat sentral artinya normal. 8. Belum, perawat sebaiknya memberikan penyuluhan sebelum maupun sesudah operasi, seperti efek samping operasi dan pengobatan adekuat yang mendukung proses penyembuhan. 9. DM, usia, iritan dan factor lingkungan, makanan, obat-obatan jangka panjang dan factor usia. 10. Kandungan air mata jelek, factor usia, DM, dan sering nangis. 11. Satu-satunya terapi adalah dengan operasi. 12. Jika gagal maka harus dioperasi ulang dan jika operasi berulang gagal maka diganti dengan lensa plastic. 13. Kebutaan dan perdarahan pada mata. 14. Bisa. 15. Ya, tergantung pada etiologinya sendiri. 16. Tidak ada. 17. Karena adanya kekeruhan pada mata yang mempengaruhi refraksi cahaya. 18. Perbanyak mengkonsumsi vitamin A, B kompleks, banyak sayuran, mengurangi radiasi TV, mengucek mata, ketika memakai soft lens tangan harus steril.

3

KASUS KATARAK 13 September 2011STEP 4

Peran Perawat Patofisiologi

Definisi

Klasifikasi Etiologi

Askep Manfes Anfis Faktor resiko Komplikasi Penatalaksanaan Pemeriksaan Diagnostik Epidemiologi

KATARAKPenkes

STEP 5 LO: 1. Fotophobia 2. Blurred Vision 3. Funduskopi

STEP 6 (Self Study)

STEP 7 II. REPORTING LO: 1. Fotophobia : keengganan melihat cahayabiasanya karena cahaya tersebut menyebabkan rasa nyeri. 2. Blurred Vision : penglihatan tidak jelas atau kabur seperti terdapat kabut dilihat dari jarak manapun.

4

KASUS KATARAK 13 September 2011 3. Funduskopi : untuk melihat retina pucat atau robek sebagai tanda katarak, Tujuan : Tes untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli.

1. Anatomi dan Fisiologi Mata adalah organ penglihatan yang terdapat pada orbital. Ada tiga lapisan yaitu: sclera, retina, dan konjungtiva. Jalan masuk sinar ke mata: sinar masuk ->luar lensa ->saraf ->otak. Jika cahaya masuk protein diubah menjadi oksin, oksin di simpul saraf. Saraf-saraf retina ada cranial, prokialis, nevus. 2. Definisi Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur dan pada akhirnya tidak dapat tembus cahaya. Kekeruhan tersebut mengubah proyeksi penglihatan dan mengakibatkan kebutaan total. Katarak terjadi pada masa pertumbuhan dan degenerasi. Kekeruhan terjadi karena proses dehidrasi. Opasitas yang progresif pada lensa atau kapsulnya khususnya usia 65 th. Katarak adalah proses kekeruhan yang terjadi pada sebagian atau seluruh bagian lensa mata. Penyebab katarak adalah karena faktor usia, kecelakaan, terganggunya metabolisme tubuh akibat penyakit berkepanjangan, bawaan lahir atau bahkan keracunan. Gejala yang dirasakan oleh penderita katarak adalah penglihatan yang berkabut, silau, bila dilihat dengan bantuan cahaya pada pupil akan terlihat keruh. 3. Etiologi Katarak karena perkembangan dan pertumbuhan Katarak karena traumatic: disebabkan oleh trauma/cedera pada mata. Katarak degenerative/penuaan Katarak sekunder: disebabkan oleh penyakit lain, seperti penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

4. Epidemiologi Wanita : pria = 8:1 dengan usia wanita rata-rata terkena katarak dengan usia >60 tahun, proses degenerasi. 5. Faktor resiko Penuaan, usia lanjut5

KASUS KATARAK 13 September 2011 Radiasi Nutrisi Radang pada uvea Peradangan pada kehamilan Merokok Konsumsi steroid berlebihan Operasi mata sebelumnya Genetik, infeksi rubella pada ibu hamil.

6. Klasifikasi Berdasarkan usia congenital (lameral, Polaris anterior Polaris posterior, structural) , jouvenil, dan senile Pada katarak senile terdapat stadium yaitu insipient, imatur, matur, hipermatur Berdasarkan lokasi : nukleolar dan sklerosis 7. 8. Manifestasi klinis Mata tidak jernih Penglihatan buram Diplopia(penglihatan menjadi double) Warna berubah Kesulitan menyetir pada malam hari Melihat 0 di sekitar cahaya, Fotophobia, Mata berair Penglihatan seakan melihat asap Refleks cahaya mata negatif (-) pupil mata berwarna keputih-putihan Komplikasi Kerusakan endotel pada mata Galukoma Fakolitik Uveasitis Pada galaukoma pada lensa mata membengkak Fokotolitik membengkak Nistagimus, strabismus Kehilangan vitreus humor Astimagtisme

6

KASUS KATARAK 13 September 2011 9. Pemeriksaan Diagnostik Oftalmoskop Sneed lensa Pin ball Funduskopi Snellen chart Darah lengkap EKG Tes glukosa darah Angiografi Hitung sel endotel dilakukan jika sebelum operasi

10. Pencegahan Tidak merokok Tidak minum alcohol Menjaga pola makan dengan baik Menjaga kadar gula darah 11. Penatalaksanaan Pengobatan - Pineroklsin : obat tetes mata - Obat dilatasi pupil SPA tropin ED 1% Preoperasi: - pemeriksaan secara umum - LED - Tekanan darah < - riwayat alergi obat - usg: idikasinya koreksi ketajaman mata 20/50 apalagi kalau sudah lapang pandang. - Teknik pembedahan ada 2 yaitu ECCE dan ICCE - Kalau katarak masih ringan sebelum pembedahan bias di bantu dengan lensa bifokus dan tidaK memerlukan adanya operasi - 1 hari sebelum operasi mata, ditetesi oleh obat mata, mencukur bulu mata, injeKsi luminali setiap lima menit, mata di berikan salep antibiotic Post operasi: - di perbolehkan makan setelah 2 jam operasi - drainage balutan - pemberian kaca mata - kompres dingin jika mata gatal7

KASUS KATARAK 13 September 2011 tidak boleh mengangkat beban 50 tahun, resiko meningkat. Seks : Wanita lebih banyak daripada pria dengan perbandingan 8:1 Penyakit sistemik seperti DM Geografis Dataran tinggi Jenis pekerjaan : jika terkena paparan sinar UV terlalu sering

G. Pencegahan Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah. Bila katarak masih dalam stadium insipien atau intumesen, mata sebaiknya diperiksakan secara baik. Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Sedangkan bila ada kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi maka berikan kaca mata yang terbaik. Ketika sudah samapai stadium mature penderita sebaiknya diperiksa secara periodik. Pada saat ini kecepatan berkembangnya katarak dapat dicegah dengan: Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Lindungi mata dari sinar matahari, misalnya menggunakan kaca mata hitam karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya Disarankan untuk tidak menggosok mata.

H. Komplikasi Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati. Pada kebanyakan orang, kerusakan syaraf mata ini disebabkan oleh peningkatan tekanan di32

KASUS KATARAK 13 September 2011 dalam bola mata sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih yang membawa oksigen, gula dan nutrient/zat gizi penting lainnya ke bagian-bagian mata dan juga untuk mempertahankan bentuk bola mata). Pada sebagian pasien kerusakan syaraf mata bisa juga disebabkan oleh suplai darah yang kurang ke daerah vital jaringan nervus opticus, adanya kelemahan struktur dari syaraf atau adanya masalah kesehatan jaringan syaraf. Jenis glaucoma : Primary Open-Angle Glaucoma GLAUKOMA Sudut-Terbuka Primer

Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling umum dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen. Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini. Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Acute Angle-Closure Glaucoma

Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat, pandangan kabur dan terlihat warnawarna di sekeliling cahaya. Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat. Bila Anda merasakan gejala-gejala tersebut segera hubungi dokter spesialis mata Anda. Secondary Glaucoma (Glaukoma Sekunder)

Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut. Congenital GLAUCOMA GLAUKOMA Kongenital

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak33

KASUS KATARAK 13 September 2011 berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya. Uveitis adalah peradangan pada uvea. Uvea adalah bagian mata yang terdiri dari: iris, choroids dan corpus siliaris. Klasifikasi tergantung bagian uvea yang terkena yaitu: Uveitis Anterior, uveitis intermediate, uveitis posterior dan pan uveitis Gejala-gejala Uveitis: Mata merah Mata nyeri Silau Penglihatan buram Floaters atau seperti melihat bintik hitam melayang-layang

Penyebab Uveitis adalah: a. Non infeksi : Autoimune, seperti rheumatoid arthritis,ankylosing spondylitis, atau lupus Peradangan seperti Chrons atau Ulserative colitis Keganasan (masquerade syndrome) seperti : lymphoma, leukemia, kanker payudara b. Infeksi : Infeksi seperti : toxoplasmosis, tuberculosis, herpes, syphilis atau cytomegalovirus

I. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan Funduscopy dengan alat oftalmoskop Oftalmoskop merupakan alat untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli. Oftalmoskop dibedakan menjadi oftalmoskop langsung dan tidak langsung. Oftalmoskop langsung daerqah yang dilihat paling perifer sampai daerah ekuator, tidak stereoskopis, berdiri tegak atau tidak terbalik , dan pembesaran 15 kali. Sedangkan oftalmoskop tidak langsung akan terlihat daerah fundus okuli 8 kali diameter papil, dapat dilihat sampai daerah ora serata, karena dilihat dengan 2 mata maka terdapat efek seteroskopik, dan dengan pembesaran 2-4 kali.34

KASUS KATARAK 13 September 2011 Sebaiknya dilakukan di ruangan yang relative gelap. Jika mata kanan yang diperksa, pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan, pemeriksaan dengan mata kanan. Jika mata kiri yang diperiksa, pemeriksaan dilakukan di sebelah kiri dengan mata kiri. Pertama kali perhatikan reflek fundus melalui oftalmoscopy dilihat lewat pupil dengan jarak pemeriksaan 30 cm. Bila media refraksi jernih: reflex fundus berwarna merah kekuningan pada seluruh lingkaran pupil. Bila media refraksi keruh (kornea, lensa, badan kaca) terlihat adanya bercak hitam di depan latar belakang yg merah kekuningan. b. Pemeriksaan Lapang pandang dengan tes konfrontasi Pemeriksa dan pasien berhadapan dengan jarak 60 cm. Bila mata kiri yang diperiksa, mata kanan pasien ditutup. Mata kiri pasien berhadapan/berpandangan dengan mata kanan pemeriksa. Gerakakn jari atau benda ke segala arah, dari luar ke dalam. Catat bila ada bagian lapang pandang yang masih terlihat oleh pemeriksa tetapi tidak terlihat ileh pasien. Ulangi dengan cara yang sama pada mata kanan. c. Pemeriksaan Tonometri denagn Tonometer Schiotz Tonometer adalah alat yang mengeksploitasi sifat fisik mata untuk mendapatkan tekanan intra ocular tanpa perlu mengkanulasi mata. Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea (bagian kornea yang dipipihkan) dengan suatu beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Tonometer terdiri dari bagian: Frame: skala, penunjuk, pemegang, tapak berbentuk konkaf. Pencelup. Beban: 5,5 gr; 7,5 gr; 10 gr; 15 gr.

Teknik: Pasien diarahkan pada posisi duduk miring atau telentang dengan kepala dan mata berada posisi vertical. Mata ditetesi anestesi local misalnya panthocain lebih kurang satu dua atau tetes, ditunggu sampai pasien tidak merasa pedas pada matanya. Tonometer harus dibersihkan terlebih dahulu. Tonometer diberi pemberat 5,5 mg.35

KASUS KATARAK 13 September 2011 Tonometer diperiksa dengan batang penguji. Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari, jangan tertekan bola mata. Pasien diarahkan untuk menetap vertical dapat dibantu dengan alat (misalnya sinar fiksasi yang berkedip-kedip atau ibu jari pasien). Alat tonometer direndahkan hingga hamper menyentuh kornea, dinasehatkan agar beberapa detik untuk membiarkan pasien untuk rileks sambil pemeriksa mengarahkan jika alat tonometer diletakkan nantinya berada tepat di atas kornea serta skala harus pada posisi menghadap pemeriksa. Tonometer Schiotz harus dipastikan terletak pada kornea kemudian pemeriksa membaca penunjuk pada skala bacaan tonometer. Alat diangkat dari mata dan subjek diizinkan untuk mengedipkan kelopak matanya. Bila skala bacaan adalah 4 atau kurang, maka salah satu pemberat pada pencelup harus ditambah untuk mendapatkan keakuratan tonometri. Kemudian pemeriksaan dilanjutkan pada mata yang satunya lagi sesuai prosedur mata yang terlebih dahulu telah diperiksa. Tonometer harus dibersihkan atau disterilkan bila subjek yang diperiksa diduga mengidap penyakit menular. Tekanan Intra okuler normal yaitu 10-21 mmHg d. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi. e. EKG, kolesterol serum, lipid. f. Tes toleransi glukosa : kontrol DM. g. Ultrasonografi Ultrasonografi mata non infasif, efisien, dn alat yang membantu untuk mendeteksi dan membedakan berbagai kelainan mata. Ultrasonografi adalah alat yang digunakan untuk menentukan kekuatan lensa intraokuler (biometri), pemeriksaan segmen posterior, perdarahan vitreous, untuk membantu melihat kondisi vitreoretinal misalnya retinal detachment, pembedahan massa di okuli, benda asing di intraokuli. Ultrasonografi menunjukkan nciri-ciri morfologi jaringan dan menyediakan informasi yang dinamis. Tes ini adalah tes yang dinamis yang baik digunakan selama

36

KASUS KATARAK 13 September 2011 pemeriksaan dan bukan dari gambar yang tetap. Selain itu hubungan dengan temuantemuan klinis merupakan hal yang penting untuk mendapat hasil yang tepat.

J. Penatalaksanaan Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan. 1. Dikeluarkan berama-sama dengan kapsul lensanya dengan memutus zonula Zinn yang telah pula mengalami Pengangkatan lensa. Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa: Ekstraksi lensa intrakapsular Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. Lensa degenerasi. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan. Pada ekstraksi lensa intrakapsular dilakukan tindakan dengan urutan berikut : 1. Dibuat flep konjungtiva dari jam 9.00 sampai 3.00 melalui jam 12. 2. Dilakukan fungsi bilik mata depan dengan pisau. 3. Luka kornea diperlebar seluas 1600 4. Dibuat iridektomi untuk mencegah glaucoma blokade pupil pasca bedah. 5. Dibuat jahitan korneosklera. 6. Lensa dikeluarkan dengan krio. 7. Jahitan kornea dieratkan dan ditambah. 8. Flep konjungtifa dijahit. Faktor yang mempersulit saat pembedahan yang dapat terjadi adalah : 1. Kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-sama kapsulnya. Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsular tanpa rencana karena kapsul posterior akan tertinggal. 2. Prolaps badan kaca pada saat lensa dikeluarkan. Bedah ekstraksi lensa intrakapsular (EKIK) masih dikenal pada negera dengan ekonomi rendah karena : Teknik yang masih baik untuk mengeluarkan lensa keruh yang mengganggu penglihatan. Teknik dengan ongkos rendah.37

KASUS KATARAK 13 September 2011 Ekstraksi lensa ekstrakapsular Pembedahan ekstrakapsuler : lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya. Untuk memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui sayatan yang kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi).

Pada ekstraksi lensa kapsuler dilakukan tindakan sebagai berikut : a. Flep konjungtiva antara dasar dengan fornik pada limbus dibuat dari jam 10.00 14.00 b. Dibuat pungsi bilik mata depan. c. Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior. d. Dibuat luka dari jam 10 sampai jam 2. e. Nucleus lensa dikeluarkan. f. Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul posterior saja. g. Luka kornea dijahit. h. Flep konjungtifa dijahit.

2. Penggantian lensa. Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler, biasanya lensa intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata. Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh. Teknik ekstrasi lensa (pengangkatan lensa) ,yaitu :

Ekstraksi intrakapsular (ICCE). Pengangkatan dari seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Tehnik ini jarang dilakukan lagi sekarang.

38

KASUS KATARAK 13 September 2011

Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE). Pada tehnik ini, bagian depan kapsul dipotong dan diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian belakang. Lensa intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut. Kejadian komplikasi setelah operasi lebih kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.

Fakofragmentasi

dan

fakoemulsifikasi.

Merupakan

teknik

ekstrakapsular

yang

menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat lensa melalui irisan yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi. Teknik ini kurang efektif pada katarak yang padat.

Fakoemulsifikasi Ekstraksi lensa dengan fakoemulsifikasi, yaitu teknik operasi katarak modern menggunakan gel, suara berfrekuensi tinggi, dengan sayatan 3 mm pada sisi kornea. Fakoemulsifikasi adalah tehnik operasi katarak terkini. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3 mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phaco akan menyedot massa katarak yang telah hancur tersebut sampai bersih. Sebuah lensa Intra Ocular (IOL) yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Untuk lensa lipat (foldable lens) membutuhkan insisi sekitar 2.8 mm, sedangkan untuk lensa tidak lipat insisi sekitar 6 mm. Karena insisi yang kecil untuk foldable lens, maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan dengan cepat kembali melakukan aktifitas sehari-hari. Indikasi teknik fakoemulsifikasi berupa calon terbaik pasien muda dibawah 40-50 tahun, tidak mempunyai penyakit endotel, bilik mata dalam, pupil dapat dilebarkan hingga 7 mm. Kontraindikasinya berupa tidak terdapat hal hal salah satu diatas, luksasi atau subluksasi lensa. Prosedurnya dengan getaran yang terkendali sehingga insiden prolaps menurun. Insisi yang dilakukan kecil sehingga insiden terjadinya astigmat berkurang dan edema dapat terlokalisasi, rehabilitasi pasca bedahnya cepat, waktu operasi yang relatif labih cepat, mudah dilakukan pada katarak hipermatur. Tekanan intraokuler yang terkontrol sehingga prolaps iris, perdarahan ekspulsif jarang. Kerugiannya berupa dapat terjadinya katarak sekunder sama seperti pada teknik EKEK, sukar dipelajari oleh pemula, alat yang mahal, pupil harus terus dipertahankan lebar, endotel loss yang besar. Penyulit berat saat melatih keterampilan berupa trauma kornea, trauma

39

KASUS KATARAK 13 September 2011 iris, dislokasi lensa kebelakang, prolaps badan kaca. Penyulit pasca bedah berupa edema kornea, katarak sekunder, sinekia posterior, ablasio retina. Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan pelindung mata sampai luka pembedahan sembuh. Untuk mencegah astigmat pasa bedah EKEK, maka luka dapat diperkecil dengan tindakan bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan fako ini lensa yang katarak di fragmentasi dan diaspirasi. Obat pasca operasi diberikan 4 jenis yaitu obat minum 2 macam (untuk antibiotik dan pereda nyeri) dan obat tetes mata juga 2 macam, Cendo Xitrol (antibiotik dan steroid) dan Floxa (antibiotik steril).

Tata Cara Perawatan Pasien Katarak Pasca Operasi 1. Penderita tidak boleh batuk, mengedan, merokok, mengangkat beban lebih dari 5 KG, membungkuk, sujud (ibadah shalat dilakukan berdiri atau tidur),

berhubungan suami istri selama 1 minggu. 2. Mata yang usai dibedah tidak boleh terkena air, digosok gosok, serta harus memakai pelindung plastik / dop terutama jika ingin tidur. 3. Obat tetes mata ada 2 macam (seperti disebutkan diatas) digunakan setelah operasi pada pukul: 15.00, 18.00, 21.00. Hari hari selanjutnya diteteskan 6 kali sehari yaitu pada pukul: 06.00, 09.00, 12.00, 15.00, 18.00, dan terakhir pada pukul 21.00. 4. 5. Untuk obat minum diminum sesuai resep dokter. Penderita usai operasi harus melakukan kontrol rutin sesuai waktu yang ditentukan dokter. 6. Jika ada masalah terkait mata, maka harus segera mendatangi dokter.

40

KASUS KATARAK 13 September 2011 Adapun untuk pelindung mata setelah 2-3 hari pasien dapat menggantinya dengan kacamata hitam untuk kesehariannya, namun ketika ingin tidur, pelindung plastik mata wajib dikenakan. Lamanya masa perawatan pasca operasi bervariasi tergantung dari jenis operasi dan pemasangan lensanya. Paling cepat adalah 1 minggu, dan paling lambat antara 1 bulan hingga 1.5 bulan. Daya pulih dan disiplin perawatan juga akan menentukan lamanya masa perawatan.

K. Peran Perawat 1. CARE PROVIDER - Memberi pelayanan keperawatan tidak seperti pada kasus saat klien membutuhkan pelayanan untuk mendapatkan informasi tapi perawat menghindar dan meninggalkan klien. - Memperhatikan klien, dilihat dari kasus klien tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari perawat 2. EDUCATOR - Meningkatkan pengetahuan demi meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit klien 3. CONSELOR - Identifikasi perubahan pola interaksi keluarga dan pemecahan masalah yang terfokus.

L. Legal Etik 1. ACCOUNTABILITY Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat pada tindakan yang dilakukan 2. CONFIDENTIALITY Perawat menjaga kerahasian informasi yang berkaitan dengan kesehatan klien 3. RESPECT FOR AUTONOMY Inform consent kepada klien 4. BENEFICIENCE Perawat meningkatkan kesejahteraan klien dan bekolaborasi 5. NON-MALEFICIENCE Perawat tidak menimbulkan injury pada klien setiap tindakan yang diberikan

41

KASUS KATARAK 13 September 2011

V. PATOFISIOLOGI

42

KASUS KATARAK 13 September 2011 VI. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian A. Pengumpulan Data Identitas Klien Nama Usia Alamat Jenis Kelamin Pekerjaan Agama Suku Bangsa : Tn. Ag : 62 tahun :: Laki-laki :::-

Tanggal Pengkajian : Diagnosa Medis Keluhan Utama P Q R S T : Pandangan kabur :: Mata ::: Katarak Senilis

Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang o Pandangan mata kanan kabur o Mata berair Riwayat Kesehatan Masa Lalu (Perlu dikaji, mungkin klien pernah mengalami trauma mata, riwayat penyakit mata) Riwayat Keluarga (Perlu dikaji adakah peenyakit yang diderita keluarga di masa lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang seperti penyakit Diabetes Melitus) Riwayat Psikososial o Intrapersonal (Perlu dikaji perasaan yang dirasakan klien sedih/cemas) o Interpersonal (Perlu dikaji hubungan dengan orang lain)43

KASUS KATARAK 13 September 2011 B. Pemeriksaan Fisik Antropometri (Perlu dikaji) TTV (Perlu dikaji) Inspeksi Postur tubuh klien (Perlu dikaji) Kesimetrisan mata (Perlu dikaji) Alis dan kelopak mata (Perlu dikaji) Konjungtiva (Perlu dikaji) Sclera (Perlu dikaji) Kornea (Perlu dikaji) Pupil : Bulat sentral

C. Pemeriksaan Diagnostik Blurt Vision (+) Photophobia (+) Refleks cahaya (+) D. Pengelompokan Data Data Subjektif : Klien mengelum pandangan mata kanan kabur dan kadang berair Data Objektif :

1. Bulrt vision : + 2. Photopobhia : 3. Reflek cahaya : + 4. Lensa mata keruh seperti susus 5. Tidak nampak perdarahan pada retina

44

KASUS KATARAK 13 September 2011 2. Analisa Data No 1. DO : -Photophobia (+) -Blurred Vision (+) -Lensa mata keruh buram seperti susu -Refleks cahaya (+) -Pupil bulat sentral -Pemeriksaan funduskopi tidak terdapat perdarahan retina Data Fokus Etiologi Faktor degeneratif masa protein (lensa lebih cembung) Sel epitel lensa kehilangan organel-organelnya Serpihan-serpihan epitel membentuk fiber baru DS : Pandangan mata kanan kabur dan kadang berair Penumpukan protein pada lensa Lensa keruh KATARAK Lensa berwarna putih-kuninghitam Menghalangi sinar yang masuk ke kornea Mengaburkan bayangan semu yang ada di retina Blurred vision Resiko Cidera Masalah Resiko Cidera (Preoperasi)

45

KASUS KATARAK 13 September 2011 2. DO : -Photophobia (+) -Blurred Vision (+) -Lensa mata keruh buram seperti susu -Refleks cahaya (+) -Pupil bulat sentral -Pemeriksaan funduskopi tidak terdapat perdarahan retina Faktor degeneratif masa protein (lensa lebih cembung) Sel epitel lensa kehilangan organel-organelnya Serpihan-serpihan epitel membentuk fiber baru DS : Istri klien ingin mengetahui lebih banyak tentang operasi Penumpukan protein pada lensa Lensa keruh KATARAK Pembedahan Kurang Pengetahuan 3. DO : Faktor degeneratif DS : Pasien mengeluh sakit pada mata kanan nya pada saat menunduk sendalnya ketika masa protein (lensa lebih cembung) Nyeri ( Post-Operasi) Kurang Pengetahuan (Pre-Operasi)

mencari Fungsi metabolik terganggu Inhibisi Na-atapse (Na, Ca, K) Influx air46

KASUS KATARAK 13 September 2011 Memblok pupil tekanan intra okuler Menekan saraf Refleks nyeri Persepsi nyeri Nyeri

3. Diagnosa Keperawatan Pre-Operasi 1. Resiko cidera b.d perubahan persepsi sensori d.d pandangan kabur 2. Kurang pengetahuan b.d dengan kurang informasi d.d keluarga klien ingin tau lebih banyak tentang operasi Post-Operasi 1. Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler d.d mata kanan klien sakit saat menunduk.

47

KASUS KATARAK 13 September 2011 4. Rencana Asuhan Keperawatan No 1. Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi cidera b.d perubahan persepsi sensori d.d pandangan kabur. Tujuan Tupen: Klien mampu mencegah aktivitas yang meningkatkan risiko cedera. Intervensi 1. Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping Tupan: Klien tidak mengalami cedera atau gangguan visual Mata kembali normal 3. Orientasikan pasien pada ruangan. yang memadai, menggunakan teknik bimbingan penglihatan. 2. Bantu pasien menata lingkungan. 2.Memanfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera. 3.Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan. 4. Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan 5. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma. 5.Tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih lanjut. 6. Gunakan prosedur yang memadai ketika 6.Cedera dapat terjadi bila wadah obat 4.kaca mata dapat melindungi mata terhadap cedera. Rasional 1.Menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan.

48

KASUS KATARAK 13 September 2011 memberikan obat mata. 2. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi d.d keluarga klien ingin tau lebih banyak tentang operasi. Tupen: klien/ keluarga klien mendapatkan informasi yang cukup berkaitan dengan proses operasi Mandiri 1. Diskusikan kemampuan klien sekarang untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri dan aktivitas sehari-hari klien Tupan: kembali ke rumah dan bisa merawat diri dengan aman dalam lingkungan yang telah disiapkan, mengembangkan rencana perawatan diri dalam perubahan hidup yang diinginkan. 3. Jelaskan rutinitas predan pasca operasi pada klien 2. Ajarkan klien aktivitas perawatan diri yang diperlukan 2. Meningkatkan kepatuhan klien. Klien harus memiliki pengetahuan sebeelum mereka dapat mengimplementasik an tindakan keperawatan di rumah. 3. Mrmberiksn informassi yang memadai kepada klien 4. Beri penjelasan pada klien terkait proses operasi 3. Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler d.d mata kanan klien sakit Tupen: Mandiri 1. Mengetahui intervensi lanjutan 4. Menurunkan tingkat kecemasan klien 1. Menentukan kebutuhan bantuan, karena sebagian didasarkan pada tingkat fungsi klien sekarang. menyentuh mata.

Menunjukkan skala 1. Instruksikan pasien nyeri berkurang49

untuk

KASUS KATARAK 13 September 2011 saat menunduk. Tupan: Menunjukkan skala nyeri hilang menginformasikan kepada perawat jika pengurangan nyeri tidak dapat dicapai 2. Lakukan pengkajian ulang nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya. 3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan memenuhi kebutuhan rasa nyaman yang telah berhasil 4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (misalnya suhu ruangan, cahaya, dan kegaduhan) 5. Anjurkan klien untuk 5. Menurunkan TIO posisi semi-fowler 6. Hindari sentuhan pada area yang nyeri50

2. Sebagai indikator menentukan intervensi lanjutan

3. Mengetahui sejauh mana keberhasilan intervensi dan sebagai indicator menentukan intervensi lanjutan 4. Meningkatkan raas nyaman

6. Kontak langsung dapat menyebabkan

KASUS KATARAK 13 September 2011 nyeri bertambah. 7. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi Kolaborasi 1. Berikan analgetik 1. Mengurangi rasa nyeri 7. Mengalihkan rasa nyeri klien

51

KASUS KATARAK 13 September 2011 DAFTAR PUSTAKA

Ilyas S., 2008. Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Istiqomah. Indriana N.2004. Askep Klien Gangguan Mata. Jakarta.EGC Radjiman T, dkk. Ilmu Penyakit Mata, Penerbit Airlangga, Surabaya, 1984. h:1-8.

Mason H. Anatomy and Physiology of the Eye, in Mason, H. & McCall, S. Visual Impairment: Access to Education for Children and Young People, David Fulton Publishers, London, 1999. p:30-38.

DAFTAR WEBSITE:

www.kosmojaya.com www.medicastore.com

52