Laporan Kasus Katarak Hipermatur

24
LAPORAN KASUS KATARAK SENILIS HIPERMATUR OKULI SINISTRA Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Oleh: Nafika Asnaita Yasmine NIM: 01.210.6235 Pembimbing: dr. Sudarti, Sp.M FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2015 HALAMAN PENGESAHAN

description

katarak

Transcript of Laporan Kasus Katarak Hipermatur

Page 1: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS HIPERMATUR OKULI SINISTRA

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata

Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

Oleh:

Nafika Asnaita Yasmine

NIM: 01.210.6235

Pembimbing:

dr. Sudarti, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2015

HALAMAN PENGESAHAN

Page 2: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

Nama : Nafika Asnaita Yasmine

Nim : 01.210.6235

Fakultas : Kedokteran Umum

Prodi : Program Pendidikan Profesi Dokter

Universitas : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Bidang pendidikan : Ilmu Penyakit Mata

Pembimbing : dr. Sudarti, Sp.M

Judul kasus : “Katarak Senilis Hipermatur Okuli Sinistra”

Telah diperiksa dan disahkan pada November 2015

Pembimbing,

(dr. S udarti , Sp.M)

LAPORAN KASUS

Page 3: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

A. Identitas Pasien

a. Nama : Ny Mb. Umur : 70 tahunc. Jenis kelamin : Perempuand. Agama : Islame. Pekerjaan : Pedagangf. Suku bangsa : Jawag. Status menikah : jandah. Tanggal periksa : 17 November 2015

B. Anamnesis

Anamnesis secara autoanamnesis dilakukan di Poliklinik Mata RSUD Tugurejo pada hari Selasa, 17 November 2015 pukul 11.00 WIB.

a. Keluhan UtamaMata kiri tidak bisa melihat.

b. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Tugurejo dengan keluhan mata kiri tidak bisa melihat. Keluhan penglihatan kabur dirasakan sudah sejak 1,5 th yang lalu, namun dalam 3 bulan terakhir penglihatan mata kiri berkurang perlahan lahan sehingga pasien akhirnya hanya bisa melihat cahaya saja. Keluhan pada pasien tidak disertai dengan keluhan kemeng, ngganjel, nrocos, pandangan ganda ataupun mual muntah.

c. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat hipertensi : disangkalRiwayat DM : disangkalRiwayat penyakit jantung : disangkalRiwayat alergi : disangkalRiwayat operasi mata : operasi katarak mata kanan 2 th yang lalu

operasi pterigium mata kanan dan kiri 30 th yang lalu

Riwayat trauma : disangkalRiwayat TBC : disangkal

d. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat hipertensi : disangkalRiwayat DM : disangkalRiwayat penyakit jantung : disangkalRiwayat alergi : disangkalRiwayat TBC : disangkal

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Page 4: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

Pasien bekerja sebagai pedagang sembako di rumah, biaya rumah sakit ditanggung oleh BPJS. Kesan ekonomi cukup.

C. Pemeriksaan Fisika. Status Generalis

Keadaan Umum : baikKesadaran : compos mentisTanda vital

Tekanan darah : 180/90Nadi : 80 kali/menitRR : 20 kali/menitSuhu : tidak dilakukan

Komunikasi : kooperatifStatus Gizi : cukupKepala : mesocephalLeher, thorax, abdomen : tidak dilakukanEkstremitas atas : akral hangatEkstremitas bawah : tidak dilakukan

b. Status Oftalmicus

Oculi Dextra Pemeriksaan Oculi Sinistra6/60 Visus 1/tak terhingga LP baikTidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukanTidak dilakukan Sensuscolouris Tidak dilakukanGerak bola mata normal, enofthalmus (-), eksofthalmus (-), strabismus (-)

Bulbus oculi Gerak bola mata normal, enofthalmus (-), eksofthalmus (-), strabismus (-)

Lebat, teratur, tidak mudah dicabut

Supersilia Lebat, teratur, tidak mudah dicabut

Tumbuh teratur, madarosis (-), trikiasis (-), distikiasis (-)

Silia Tumbuh teratur, madarosis (-), trikiasis (-), distikiasis (-)

Oedem (-), spasme (-), tanda radang (-) entropion (-), ektropion (-), hordeolum (-), kalazion (-)

Palpebra Oedem (-), spasme (-), tanda radang (-) entropion (-), ektropion (-), hordeolum (-), kalazion (-)

Oedem (-), injeksi (-), korpus alienum (-),

Konjungtiva Oedem (-), injeksi (-), korpus alienum (-),

Page 5: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

infiltrat (-), bangunan patologis (-), pteregium (-)

infiltrat (-), bangunan patologis (-)pterigium (-)

Ikterik (-) Sklera Ikterik (-)Berbentuk bulat, ulkus (-), oedem (-), infiltrat (-), sikatrik (-)

Kornea Berbentuk bulat, ulkus (-), oedem (-), infiltrat (-), sikatrik (-)

Bentuk irreguler, sinekia (-), kripte melebar (-)

Iris Bentuk reguler, sinekia (-), kripte melebar (-)

Pupil tertarik ke atas, bentuk lonjong, reflek pupil direk (+), indirek (+)

Pupil Melebar (diameter 7 mm), reflek pupil direk (-), indirek (-)

Jernih (+), kedalaman cukup, hifema (-)

COA Jernih (+), dangkal, hifema (-)

pseudofagia Lensa Mencembung, keruh rata berwarna putih keabu-abuan

Tidak meningkat TIO Tidak meningkat

D. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Slit LampPemeriksaan FunduscopiPemeriksaan Fundus reflekPemeriksaan USG MataPemeriksaan Tonometri Pemeriksaan shadow testPemeriksaan Gula darah

E. ResumeTelah dilakukan pemeriksaan pada Ny. M, usia 70 tahun di Poli Mata RSUD

Tugurejo pada 17 November 2015 dengan keluhan mata kiri tidak bisa melihat. Keluhan penglihatan kabur dirasakan sudah sejak 1,5 th yang lalu, namun dalam 3 bulan terakhir penglihatan mata kiri berkurang perlahan lahan sehingga pasien akhirnya hanya bisa melihat cahaya saja. Keluhan pada pasien tidak disertai dengan keluhan kemeng, ngganjel, nrocos, pandangan ganda ataupun mual muntah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU baik kesadaran composmentis, tekanan darah 180/90. Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD: 6/60, VOS: 1/tak terhingga LP baik. Pada OS pupil melebar, COA dangkal, dan lensa keruh merata.

F. Diagnosis KerjaOD pseudofagiaOS katarak senilis hipermatur

Page 6: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

G. Diagnosis BandingRetinopati hipertensiKatarak diabetikum

H. TerapiMedikamentosaLyters eye drop 3 x gtt 1 ODSRetinol eye drop 1x gtt 1 OSOperatifPasien disarankan untuk operasi pengambilan lensa karena kekeruhan sudah merata dan pemasangan lensa pada mata kiri

I. PrognosisODSQuo ad vitam : dubia ad bonamQuo ad functionam : dubia ad bonamQuo ad sanationam : dubia ad bonam

J. Edukasi- Edukasi penyakit katarak- Edukasi disarankan untuk operasi dan persiapan-persiapan yang perlu dilakukan- Memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan- Obat diminum secara teratur- Modifikasi gaya hidup dengan menghindari faktor resiko

Page 7: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

KATARAK

1 DEFINISI

Katarak berasal dari Yunani “Katarrhakies”, Inggris “Cataract”, Latin “Cataracta”

yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup air

terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang

dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, proses

penuaan.

Kekeruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina, sehingga

penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat kabur. Mereka

mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak apabila

kekeruhan tidak terletak dibagian tengah lensanya.

Gambar 3. (http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)

Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi secara

instan, melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita terganggu secara

tetap atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang

lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan.

Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasien mungkin

meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan pembedahan maka

pengangkatan lensa akan memperbaiki ketajaman penglihtan pada > 90% kasus, sisanya

mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya

glaukoma, ablasio retina, atau infesi yang menghambat pemulihan daya pandang.

Page 8: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

Gambar 4.(http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)

2 ETIOLOGI

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia

seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi,

katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.

Penyebab katarak lainnya meliputi:

a. Faktor keturunan

b. Cacat bawaan sejak lahir

c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes

d. Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid

e. Gangguan pertumbuhan

f. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama

g. Asap rokok

h. Operasi mata sebelumnya

i. Trauma (kecelakaan) pada mata

j. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui

3 PATOFISIOLOGI

Page 9: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

 Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan

sklerosis:

1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada

di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang

banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan

kekeruhan lensa.

2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus

bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut

tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.

Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:

1.Kapsula

  a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)

b. Mulai presbiopi

c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur 

d. Terlihat bahan granular 

 2. Epitel-makin tipis

a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)

b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa

a. Serat irreguler

b.Pada korteks jelas kerusakan serat sel

c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukelus lensa, sedang

warna coklat protein lensa nucleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal

d. Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi foto

oksidasi.

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia dalam

lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus multipel

yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan

penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan koagulasi, sehingga

mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.

Page 10: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

4 KLASIFIKASI KATARAK

A. Menurut kejadian

1. Katarak Developmental

2. Katara Degeneratif

B. Menurut Umur

1. Katarak kongenital

2. katarak juvenil

3. katarak senil

C. Menurut Konsistensi

1. Katarak cair

2. Katarak lunak

3. Katarak keras

D. Menurut lokasi kekeruhannya

1. Katarak nukleus

2. Katarak kortikal

3. Katarak subskapular

E. Menurut warna

1. Katarak nigra ( Hitam)

2. Katarak rubra (Merah)

3. Katarak Brusnesecent (coklat)

F. Menurut bentuk kekeruhan

1. Katarak pungtata

2. Katarak stelata

3. Katarak linier

4.1. KATARAK DEVELOPMENTAL

Page 11: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

4.1.1 Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau

beberapa saat kemudian) dan berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya. Katarak

kongenital bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau

bisa disebabkan oleh infeksi kongenital, seperti campak Jerman, berhubungan dengan

penyakit anabolik, seperti galaktosemia. Katarak kongenital dianggap sering ditemukan pada

bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit misalnya Diabetes Melitus. Jenis

katarak ini jarang sering terjadi. Faktor risiko terjadinya katarak kongenital adalah penyakit

metabolik yang diturunkan, riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika

bayi masih dalam kandungan.

Gambar 5. Katarak Kongenial (http://drshafa.wordpress.com/2010/03/09/katarak-

kongenital/&usg)

Kekeruhan pada katarak kongenital dijumpai dalam berbagai bentuk, antara lain :

a. Katarak Hialoidea yang persisten

Arteri hialoidea merupakan cabang dari arteri retina sentral yang memberi makan pada

lensa. Pada usia 6 bulan dalam kandungan, arteri hialoidea mulai diserap sehingga pada

keadaan normal, pada waktu bayi lahir sudah tidak nampak lagi. Kadang-kadang penyerapan

tidak berlangsung sempurna, sehingga masih tertinggal sebagai bercak putih dibelakang

lensa, berbentuk ekor yang dimulai di posterior lensa. Gangguan terhada visus tidak begitu

banyak. Visus biasanya 5/5, kekeruhannya statisioner, sehingga tidak memerlukan tindakan.

b. Katarak Polaris Anterior

Berbentuk piramid yang mempunyai dasar dan puncak, karena itu disebut juga katarak

piramidalis anterior. Puncaknya dapat kedalam atau keluar. Keluhan terutama mengenai

Page 12: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

penglihatan yang kabur waktu terkena sinar, karena pada waktu ini pupil mengecil, sehingga

sinar terhalang oleh kekeruhan di polus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu mengganggu,

karena pada cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak cahaya yang dapat masuk.

Pada umumnya tiddak menimbulkan gangguan stationer, sehingga tidak memerlukan tinakan

operatif. Dengan pemberiann midriatika, seperti sulfas atropin 1% atau homatropin 2% dapat

memperbaiki visus, karena pupil menjadi lebih lebar, tetapi terjadi pula kelumpuhan dari

Mm. Siliaris, sehingga tidak dapat berakomodasi

c. Katarak Polaris Posterior

Kekeruhan terletak di polus posterior. Sifat-sifatnya sama dengan katarak polaris anterior.

Juga stationer, tidak menimbulkan banyak ganggan visus, sehingga tidak memerlukan

tindakan operasi. Tindakan yang lain sama dengan katarak polaris anterior.

d. Katarak Aksialis

Kekeruhan terletak pada aksis pada lensa. Kelainan dan tindakan sama dengan katarak

polaris posterior

e. Katarak Zonularis

Mengenai daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang lebih padat, tersusun sebagai

garia-garis yang mengelilingi bagian yang keruh dan disebut riders , merupakan tanda khas

untuk katarak zonularis. Paling sering terjadi pada anak-anak, kadang herediter dan sering

disertai anamnesa kejang-kejang. Kekeruhannya berupa cakram (diskus), mengelilingi bagian

tengah yang jernih.

f. Katarak Stelata

Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa bertemu, yang

merupakan huruf Y yang tegak di depan dan huruf Y terbalik di belakang. Biasanya tidak

banyak mengganggu visus, sehingga tidak memerlukan pengobatan.

g. Katarak kongenital membranasea

Terjadi kerusakan dai kapsul lensa, sehingga substansi lensa dapat keluar dan di serap,

maka lensa semakin menadi tipis dan akhirnya timbul kekeruhan seperti membran.

Page 13: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

h. Katarak kongenital total

Katarak kongenital total disebabkan gangguan pertumbuhan akibat peradangan intrauterin.

Katarak ini mungkin herediter atau timbul tanpa diketahui sebabnya. Lensa tampak putih,

rata, keabu-abuan seperti mutiara.

4.1.2 Katarak Juvenil

Katarak juvenil terjadi pada anak-anak sesudah lahir, termasuk kedalam katarak

Developmental, karena terjadi pada waktu masih terjadinya perkembangan serat-serat lensa.

Konsistensinya lembek seperi bubur disebut juga “soft cataract” . katarak juvenil biasanya

merupakan kelanjutan katarak kongenital.

Pada katarak kongenital bilateral yang lengkap, operasi harus dikerjakan pada bulan

pertama, sejarak katarak itu diketahui pada kedua mata. Katarak unilateral lengkap biasanya

akibat trauma. Tindakan pembedahan harus dilakukan jangan melebihi 6 bulan setelah

katarak itu diketahui, untuk menghindari ambliopia dan terjadinya strabismus.

Pengobatan pada katarak kongenital

Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah opersai.

Operasi katarak kongenital dilakukan bila reflek fundus tidak tampak.

Biasanya bila katarak bersifat total, opersi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih

muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.

Pengobatan katarak bergantung pada :

1. Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera

katarak terlihat.

2. Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera

sebelum terjadinya juling, bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak

dilakukan tindakan segera.

3. Katarak total atau katarak unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah

sekali terjadinya ambliopia, karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin,

dan diberikan kacamata segera.

4. Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara dapat

dicoba dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai

Page 14: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

dengan mulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya

prognosis yang ebih baik.

Tindakan pengobatan pada katarak kngenital yang umum dikenal :

1. Disisio lensa

2. Ekstraksi linier

3. Ekstraksi degan aspirasi

4.2 KATARAK DEGENERATIF

Katarak degeneratif dibagi menjadi dua, yaitu primer dan komplikata.

1. Katarak Primer

Katarak primer menurut usia :

Katarak presenile, usia 40-50 tahun

Katarak senilis, usia lebih dari 50 tahun.

A. Katarak Senilis

Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas usia

50 tahun keatas

Gambar 6. Katarak Senilis

(http://www.sciencephoto.com/image/256584/large/M1550179)

Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-satunya gejala adalah

distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak ini biasanya

berkembang lambat selama beberapa tahun, dan pasien mungkin meninggal sebelum

timbul indikasi pembedahan. Apabila diindikasikan pembedahan, maka eksraksi lensa

akan secara definitif akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada lbih dari 90% kasus.

Page 15: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

Sisanya (10%) mungkin telah mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca

bedah serius misalnya glaukoma, ablasi retina, perdarahan korpus vitreum, infeksi atau

pertumbuhan epitel ke bawah kamera okuli anterior yang menghambat pemulihan visual.

Perubahan lensa pada usia lanjut :

Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia,

bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.

Epitel makin tipis : sel epitel pada equator bertambah berat dan besar

Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown slerosis

nucleus , sinar UV lama kelamaan merubah protein nukleus lensa, korteks tidak

bewarna.

Secara klinis katarak seniis dapat dibagi dalam 4 stadium, yaitu :

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

1. Stadium Insipien

Pada stadium ini belum menimbulkan gangguan visus. Visus pada stadium ini bisa

normal atau 6/6 – 6/20. Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5 – 5/6. Kekeruhan

terutamaterdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda),

terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis masih terlihat jernih. Gambaran ini

disebut Spokes of wheel, yang nyata bila pupil dilebarkan.

2. Stadium Imatur

Sebagian lensa keruhtetapi belum mengenai seluruh lapis lensa. Visus pada stadium

ini 6/60 – 1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian posterior dan bagian belakang

nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata

tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan berada di posterior lensa, maka sinar

oblik yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada

pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya

Page 16: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

pada daerah lensa yang eruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian

lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).

Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi

cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata

menjadi miopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris

terdorong kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit, sehingga

dapat menimbulkan glaukoma sebagai penyulitnya.

3. Stadium Matur

Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga semua sinar yang melalui

pupil dipantulkan kembali ke permukaan anterior lensa. Kekeruhan seluruh lensa yang bila

lama akan mengakibatkan klasifikasi lensa. Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata

depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa

yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif (shadow test (-) ). Di pupil tampak lensa

seperti mutiara.

4. Stadium Hipermatur

Pada stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut yang dapat menjadi keras

atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa

sehingga lensa menjadi mengecil, bewarna kuning dan kering. Visus pada stadium ini

1/300 – 1/~. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-

kadang pengkerutan berjalan terus sehingga berhubungan dengan zonula zinii menjadi

kendur. Bila proses kekeruhan berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal maka korteks yang

berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihtkan bentuk

sebagai sekantung susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa

karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak morgagni.

Page 17: Laporan Kasus Katarak Hipermatur
Page 18: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

Katarak matur katarak traumatik

Gambar 9. Perbandingan penglihatan normal dan katarak

5 PENATALAKSANAANPembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian

rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis. Dalam bedah katarak, lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular. Ekstraksi intrakapsular yang jarang lagi dilakukan saat ini adalah mengangkat lensa in toto, yakni didalam kapsulnya melaui insisi limbus superior 140-1600. pada ekstraksi ekstrakapsular juga dilakukan insisi limbus superior, bagian anterior kapsul dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks lensa dibuang dari mata dengan irigasi

Page 19: Laporan Kasus Katarak Hipermatur

dan aspirasi atau tanpa aspirasi sehingga menyisakan kapsul posterior. Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi lumbus yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi.mTeknik ini kurang bermanfaat pada katarak senilis yang padat dan keuntungan insisi lumbus yang kecil agak berkurang jika dimasukkan lensa intraokuler.

Pada beberapa tahun silam, operasi katarak ekstrakapsular telah menggantikan prosedur intrakapsular sebagai jenis bedah katarak yang paling sering. Alasan utamanya adalah bahwa apabila kapsul posterior utuh, ahli bedah dapat memasukkan lensa intra okuler ke dalam kamera posterior. Insiden komplikasi pasca operasi seperti abasio retina dan edema makula lebih kecil bila kapsul posteriornya utuh. Jika digunakan teknik insisi kecil, masa penyembuhan pasca operasi biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari operasi itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati- hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari, tetapi kalau matanya terasa nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi dengan kacamata. Perlindungan pada malam hari dengan pelindung logam diperlukan selama beberapa minggu. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien melihat dengan cukup baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen.

6 KOMPLIKASIBila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan

uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yan menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi. Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea.