LAPORAN KASUS Katarak Juvenil
-
Upload
nathan-marshall -
Category
Documents
-
view
610 -
download
76
description
Transcript of LAPORAN KASUS Katarak Juvenil
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Tolaki
Agama : Islam
Alamat : Kolaka
No. Register : 15420
Pekerjaan : -
RS : BKMM
Tanggal pemeriksaan : 6 MEI 2014
Dokter Pemeriksa : dr. P
II. ANAMNESIS
Keluhan utama :Kabur pada kedua mata
Anamnesis terpimpin :Dialami sejak kurang lebih dua puluh tahun yang lalu dan
makin memberat sejak 2 tahun terakhir. Awalnya pasien
agak kesulitan untuk melihat jauh, lama kelamaan pasien
merasa melihat seperti kabut asap yang menghalangi
pandangannya, keluhan mata merah (-), air mata berlebih (-),
kotoran mata berlebih (-), silau (+), sakit kepala (+) kadang-
kadang, mual/muntah (-), riwayat trauma (-), riwayat
penggunaan kacamata (-), riwayat konsumsi obat-obatan
tertentu dalam jangka waktu lama disangkal, riwayat
keluarga dengan penyakit yang sama (-). Riwayat kehamilan
dan persalinan tidak diketahui.
1
III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. INSPEKSI
No Pemeriksaan OD OS
1. Palpebra Edema (-) tumor (-)
Edema (-) tumor(-)
2. App.Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)3. Silia Sekret (-)
trikiasis (-) Sekret (-) trikiasis(-)
4. Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)5. Bola mata Normal Normal6. Mekanisme
Muskularnormal ke segala arah
normal ke segala arah
7. Kornea Jernih Jernih8. BMD Normal Normal9. Iris Coklat, kripe (+) Coklat, kripte (+)10. Pupil Isokor, bulat, RC
(+)Isokor, bulat, RC (+)
11. Lensa Keruh tipis Keruh tipis
2
FOTO KLINIS
B. PALPASI
PALPASI OD OS
1. Tensi Okuler Tn Tn
2. Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
3. Massa tumor Tidak ada Tidak ada
4. Glandula preaurikuler Tidak ada Pembesaran Tidak ada Pembesaran
C. VISUS
VOD : 4/60
VOS : 5/20
D. TONOMETRI
VOD : 5/5,5 = 17,3 mmHg
VOS : 5/5,5 = 17,3 mmHg
3
E. CAMPUS VISUAL
Tidak dilakukan pemeriksaan
F. COLOR SENSE
Tidak dilakukan pemeriksaan
G. LIGHT SENSE
Tidak dilakukan pemeriksaan
H. OFTALMOSKOPI
Tidak dilakukan pemeriksaan
I. PENYINARAN OBLIK
No. Pemeriksaan OD OS
1. Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)2. Kornea Jernih Jernih 3. Bilik mata depan Normal Normal 4. Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)5. Pupil Isokor, Bulat, sentral,
RC(+)Isokor,Bulat, sentral, RC(+)
6. Lensa Keruh tipis Keruh tipis
J. DIAFANOSKOPI
Tidak dilakukan pemeriksaan
K. SLIT LAMP
SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan normal,
iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, refleks cahaya (+),
lensa keruh padat.
4
SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan normal, iris
coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, refleks cahaya(+), lensa
keruh padat.
L. BIOMETRI
AXL OS : 44,25 D
AXL OD : 44,00 D
5
IV. RESUME
Laki-laki berumur 26 tahun datang ke poliklinik mata BKMM dengan
keluhan utama kabur pada kedua mata yang Dialami sejak kurang lebih dua
puluh tahun yang lalu dan makin memberat sejak 2 tahun terakhir. Awalnya
pasien agak kesulitan untuk melihat jauh, lama kelamaan pasien merasa melihat
seperti kabut asap yang menghalangi pandangannya, keluhan mata merah (-), air
mata berlebih (-), kotoran mata berlebih (-), silau (+), sakit kepala (+) kadang-
kadang, mual/muntah (-), riwayat trauma (-), riwayat penggunaan kacamata (-),
riwayat konsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu lama disangkal,
riwayat keluarga dengan penyakit yang sama (-). Riwayat kehamilan dan
persalinan tidak diketahui.
Pada pemeriksaan fisik, inspeksi didapatkan ODS tampak keruh pada
kedua lensa, pemeriksaan visus didapatkan VOD: 4/60 dan VOS: 5/20, FOD
refleks fundus (+), retina perifer kesan tipis, bagian dari segmen posterior lain
sulit dievaluasi karena terhalang kekeruhan lensa, FOS refleks fundus (-),
segmen posterior sulit dievaluasi karena terhalang oleh kekeruhan lensa, SLODS
keruh padat pada lensa.
V. DIAGNOSIS KERJA
ODS Katarak Juvenil
VI. RENCANA
USG B SCAN
VII. TERAPI
Ekstraksi Katarak + implantasi IOL
6
VII. PROGNOSIS
Quad ad Vitam : Bonam
VIII. DISKUSI
Dari anamnesis yang dilakukan pada seorang laki-laki 26 tahun ddidapatkan
keluhan kedua mata terasa kabur dan berkabut, semakin lama terasa semakin parah.
Gejala ini umumnya timbul pada mata dengan katarak, sedangkan pada mata dengan
kelainan refraksi seperti miopi, terjadi gangguan dalam refraksi, tidak didapatkan
adanya penglihatan yang berkabut.
Hasil pemeriksaan fisik pada kedua mata pasien, terdapat tajam penglihatan
visus OD 4/60 dan OS 5/20. Hal ini mengindikasikan bahwa kelainan fungsi
penglihatan berupa mata kabur pada pasien bukan disebabkan oleh kelainan refraksi,
namun oleh penyebab organik. Inspeksi langsung pada mata, mata terlihat tenang.
Pemeriksaan pada mata selanjutnya memberikan gambaran kornea yang jernih,
ini menandakan gejala penglihatan kabur yang mungkin disebabkan oleh
terganggunya fungsi korena sebagai media refraksi, dapat disingkirkan. Kemudian
lebih dalam lagi terlihat opasitas pada lensa, terlihat lensa keruh, yang mengarahkan
kemungkinan diagnosis ke arah katarak. Kemudian untuk mengetahui lokasi
terjadinya opasitas lensa tersebut, dilakukanlah pemeriksaan dengan menggunakan
slit lamp. Kemudian diadapatkan bahwa opasitas terdapat pada bagian polus anterior.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang kemudian mengarahkan
diagnosis kerja pada katarak juvenil. Maka penatalaksanaan dilakukan sesuai
penatalaksanaan penyakit mata yang ada. Keluhan utama pasien adalah katarak,
sehingga yang perlu adalah operasi pada katarak.
7
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi dan Fisiologi Lensa
Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan
transparan. Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada lensplate.1 Tebal
sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula
(zonula Zinnii) yang menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah anterior
lensa terdapat humour aquos dan disebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul
lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit.
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar
subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik.1
Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa
ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun
saraf di lensa.2
Gambar 1. Anatomi Lensa
2. Fisiologi Lensa
8
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul
lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi
oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus
siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal
sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa
perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana
sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa
menyumbang +18.0- Dioptri.2
Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation
(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous.
Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan
kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior
dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan
bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa
aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh
Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt
(5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan
ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose
reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol
dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogen2
3. Klasifikasi Katarak
9
Berdasarkan usia dapat diklasifikasikan dalam :
1. Katarak kongenital , Katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun
2. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senilis, katarak setelah usia 50 tahun
Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya
terdapat pada hamper semua katarak senil, katarak herediter dan katarak
kongenital.
KATARAK JUVENIL
Katarak juvenil adalah penurunan penglihatan secara bertahap dan kekeruhan
lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat- serat lensa sehingga
konsistensinya lembek seperti bubur atau soft cataract. Mulai terbentuknya pada usia
kurang dari 40 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
lanjutan katarak kongenital.3
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolik dan penyakit lainnya seperti:3
1. Katarak metabolik
- katarak diabetik dan galaktosemik
- katarak hipokalsemik (tetani)
- katarak defisiensi gizi
- katarak aminoasiduria
2. Otot : distrofi miotonik
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
- kelainan kongenital dan herediter (mikroftalmia , aniridia , dll)
- katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal)
- katarak anoksik
- toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal , ergot , dll)
10
- katarak radiasi
- lain-lain kelainan kongenital , sindrom tertentu , disertai kelainan kulit , tulang
, dan kromosom.
Katarak memberikan pengaruh yang berbeda pada anak yang berbeda.
Katarak biasanya menyebabkan buramnya penglihatan. Semakin keruh lensa,
semakin buramlah penglihatan. Banyak anak dengan katarak pada satu mata
mempunyai penglihatan yang baik pada mata lainnya. Anak ini tidak begitu
mengeluhkan masalah penglihatannya2,3
Anak dengan katarak bilateral merasa bahwa penglihatan mereka normal.
Awalnya mereka berpikir bahwa orang lain memiliki penglihatan yang sama
dengan mereka. Kekeruhan penglihatan tergantung pada::2,3
- kekeruhan lensa
- bagian lensa yang keruh
- apakah terdapat ’mata malas’
- adanya kondisi lain pada mata yang menurunkan penglihatan
Jika hanya sebagian kecil lensa yang kabur, jauh dari bagian sentral, anak
akan memiliki penglihatan yang bagus. Jika bagian sentral lensa yang keruh,
sehingga sangat sedikit cahaya yang masuk, anak akan memiliki penglihatan
yang buruk.
Jika katarak telah timbul pada usia yang lebih kecil , anak kemungkinan
akan mengalami ambliopia. Ambliopia mempengaruhi bagian penglihatan
khusus pada otak. Otak hanya dapat melihat gambaran yang tajam yang
diberikan ke mata. Jika otak tidak diberikan gambaran yang tajam karena
katarak pada mata , otak tidak dapat belajar untuk melihat dengan jelas.
Walaupun katarak telah diangkat dengan operasi , penglihatannya akan tetap
kabur karena otak tidak mengembangkan kemampuannya untuk melihat dengan
jelas2,3
11
1. Etiologi
Penyebab sebenarnya dari katarak juvenil belum diketahuidan pada kasus-
kasus yang ditemukan biasanya bersifat familial, jadi sangat penting untuk
mengetahui riwayat keluarga pasien secara detil.Katarak dapat ditemukan tanpa
adanya kelainan mata atau sistemik ( katarak senilis, katarak juvenile, katarak
herediter ) atau kelainan kongenital mata.katarak disebabkan oleh berbagai
macam faktor seperti :
- Fisik
- Kimia
- Penyakit predisposisi
- Genetic dan gangguan perkembangan
- Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin
- Usia
2. Tanda dan gejala
Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang lengkap.
Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan penglihatan yang progresif
atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan
dengan pin-hole.
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau,
dimana tingkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras
yang menurun dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di
siang hari atau merasa silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah
atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari. Keluhan ini sering
kali muncul pada penderita katarak kortikal.
12
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam
mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda
warna, penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata
sebagai optik dan uji ini diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan
Snellen untuk mengetahui kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini
bukanlah indikator spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh
adanya katarak.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan
dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga
sedang. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya
kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan
terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris
pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat
dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan
penglihatan menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada
senja hari, sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang
mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding pada sinar
redup.
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi
tampak tumpul atau bergelombang.
13
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang
terlihat disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan
halo pada penderita glaucoma.
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler
dari lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan
dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin hole.
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan
perubahan persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih
kekuningan atau kecoklatan dibanding warna sebenarnya.
10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak
bergerak-gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada
retina atau badan vitreous yang sering bergerak-gerak.4,5,6,7
14
Gambar 2. Bintik hitam yang tidak bergerak pada katarak
3. Pemeriksaan Fisik
- Penurunan ketajaman penglihatan
Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman
penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan
dekat lebih sering menurun jika dibandingkan dengan ketajaman pengihatan
jauh, hal ini mungkin disebabkan adanya daya konstriksi pupil yang kuat. 16,17,18
4. Manajemen Katarak
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan
tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-
hari, maka operasi katarak 15ias dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan
jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
15
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus
optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima,
misalnya pada pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya
untuk membuat pupil tampak hitam meskipun pengelihatan tidak akan
kembali.4,8
Teknik-teknik pembedahan katarak
Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui
tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract
Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract
Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular (ECCE). Di bawah ini adalah
metode yang umum digunakan pada operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE dan
phacoemulsifikasi.5
1. Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular
Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui
insisi limbus superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang sudah jarang
digunakan. Masih dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau
berdegenerasi atau mudah putus. Keuntungannya adalah tidak akan terjadi
katarak sekunder. 1,2,5,6
Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi post
operasi yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior yang
lebih besar 160-180º dihubungkan dengan penyembuhan yang lebih lambat,
rehabilitasi tajam penglihatan yang lebih lambat, angka kejadian astigmatisma
yang lebih tinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi. Edema kornea
juga dapat terjadi sebagai komplikasi intraoperatif dan komplikasi dini.5
2. Operasi katarak ekstrakapsular
16
Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek
kapsul lensa anterior, sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar
melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi
lensa okuler posterior. Keuntungan dari metode ini adalah karena kapsul
posterior untuh maka dapat dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera
posterior serta insiden komplikasi paska operasi (ablasi retina dan edema
makula sistoid) lebih kecil jika dibandingkan metode intrakapsular. Penyulit
yang dapat terjadi yaitu dapat timbul katarak sekunder.2,4,5
Gambar 3. Extraksi Ekstrakapsular
3. Fakoemulsifikasi
Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama
menyisakan kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu
5 mm yang berguna untuk mempercepat kesembuhan paska operasi.
Kemudian kapsul anterior lensa dibuka. Dari lubang insisi yang kecil tersebut
dimasukan alat yang mampu mengeluarkan getaran ultrasonik yang mampu
memecah lensa menjadi kepingan-kepingan kecil, kemudian dilakukan
aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan
kebanyakan katarak senilis. Namun kurang efektif untuk katarak senilis yang
padat.
Keuntungan dari metode ini antara lain:
17
(Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjadhit
karena akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya
astigmatisma, dan rasa adanya benda asing yang menempel setelah
operasi. Hal ini juga akan mencegah peningkatan tekanan intraokuli
selama pembedahan, yang juga mengurangi resiko perdarahan.
Cepat menyembuh.
Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi
struktur mata. 5,9
Gambar 4. Fakoemulsifikasi
Intraokular Lens (IOL)
Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kahilangan
kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan
(berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL
dapat terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik.
Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis sehingga dapat
dilipat ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang kecil.4,8
5. Komplikasi Katarak
18
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi
karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik. 9,16
a. Fakolitik
- Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kap-
sul lensa.
- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merab-
sorbsi substansi lensa tersebut.
- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.
b. Fakotopik
- Berdasarkan posisi lensa
- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera
okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lan-
car sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan
meningkat dan timbul glaukoma
c. Fakotoksik
- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata
sendiri (auto toksik)
- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian
akan menjadi glaukoma.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Spesialis Mata Indonesia. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran.2002. Jakarta : Sagung Seto
2. Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2005. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI
3. Setiohadji, B., Community Opthalmology.,Cicendo Eye Hospital/Dept of Oph-thalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.
4. Dhawan, Shanjay. Lens and Cataract. Diakses dari internet http://sdhawan.com/ophthalmology/lens.html tanggal 10 mei 2014
5. www.opt.indiana.edu/riley/HomePage/Congenital diakses 1 0 Mei 20 14
6. Victor V. Cataract Senile (Diambil tanggal 9 mei 2014). Tersedia di : http://www.emedicine.com
7. Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Oftalmology Umum Edisi 14. Penerbit Widya medika. Jakarta: 2000.
8. www.nei.nih.gov diakses 9 Mei 2014
9. AAO. Cataract surgery in special situation. In Basic and clinical science course : lens and cataract. United State of America. Lifelong Education for The Ophthalmology (LEO). 2003. p-72-80,187-213.
10. Bashour, M et al. Cataract, Congenital. Diakses dari internet http://www.emedicine.com. 14 mei 2014.
20
21