Presentasi Kasus Katarak

download Presentasi Kasus Katarak

of 19

description

Presentasi Kasus disertai dasar teori mengenai Katarak.

Transcript of Presentasi Kasus Katarak

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    1/19

    PRESENTASI KASUS

    KATARAK

    Pembimbing:

    dr. Teguh Anamani, Sp.M

    Disusun oleh:

    Faridz Albam Wiseso

    G1A212078

    SMF ILMU PENYAKIT MATA

    RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

    PURWOKERTO

    2014

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    2/19

    1

    LEMBAR PENGESAHAN

    PRESENTASI KASUS

    KATARAK

    Diajukan untuk memenuhi syarat

    mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior

    di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

    telah disetujui dan dipresentasikan

    pada tanggal: Januari 2014

    Disusun oleh:

    Faridz Albam W

    G1A212078

    Purwokerto, Januari 2014

    Pembimbing,

    dr. Teguh Anamani, Sp.M

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    3/19

    2

    BAB I

    STATUS PENDERITA

    A. IDENTITAS PASIENNama : Ny. P

    Jenis kelamin : Perempuan

    Usia : 76 tahun

    Alamat : Pekuncen RT 06/02

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    B. ANAMNESIS1. Keluhan utama :

    Penglihatan mata kiri terasa kabur, hanya dapat melihat bayangan.

    2. Riwayat penyakit sekarang :Pasien datang ke Poli Mata RSMS dengan keluhan penglihatan

    mata kiri kabur dan hanya dapat melihat bayangan, yang dirasakan sudah

    sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Keluhan ini dirasakan terus

    menerus dan semakin memberat. Awalnya pandangan mata kiri terasa

    berkabut, hingga lama kelamaan hanya dapat melihat bayangan

    berkelebat. Mata kiri tidak terdapat keluhan nyeri, berair, gatal, dan

    keluar kotoran. Pasien menyangkal ada rasa pusing, mual, dan muntah.

    Tidak ada keluhan pada mata kanan pasien.

    3. Riwayat penyakit dahulu:a.

    Riwayat keluhan serupa di mata kanan, sudah dioperasi kurang lebih 5tahun yang lalu.

    b. Riwayat sakit DM, Hipertensi, Alergi disangkal.c. Riwayat trauma mata dan penyakit mata lainnya disangkal.d. Riwayat pemakaian obat dalam jangka waktu lama disangkal.e. Riwayat penyakit keluarga: -

    4. Riwayat sosial ekonomi:

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    4/19

    3

    Pekerjaan pasien sebagai ibu rumah tangga lebih banyak

    mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tidak sering terpapar sinar

    matahari. Berobat dengan Jamkesmas, kesan ekonomi kurang.

    C. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum / kesadaran : Baik / composmentis

    Tanda vital : TD : 120/80

    Nadi : 92x/menit

    RR : 20x/menit

    Suhu : Afebris

    OCULUS DEXTER PEMERIKSAAN OCULUS SINISTER

    0,15 VISUS 1/300

    (-) VISUS dgKACAMATA

    SENDIRI

    (-)

    No Correction, pin hole (-) VISUS KOREKSI (-)

    Dapat bergerak kesegalaarah, eksoftalmus (-)

    BOLA MATA Dapat bergerak kesegalaarah, eksoftalmus (-)

    Trikiasis (-), distrikiasis (-),madarosis (-)

    SILIA Trikiasis (-), distrikiasis (-),madarosis (-)

    Edema (-), hiperemis (-),ptosis (-), ektropion (-),entropion (-)

    PALPEBRASUPERIOR

    Edema (-), hiperemis (-),ptosis (-), ektropion (-),entropion (-)

    Edema (-), hiperemis (-),

    sekret (-)

    PALPEBRA

    INFERIOR

    Nodul pada margo sisi nasal,

    Edema (-), hiperemis (-),sekret (-)

    Edema (-), hiperemis (-),folikel (-), nodul (-)

    KONJUNGTIVAPALPEBRA

    Edema (-), hiperemis (-),folikel (-), nodul (-)

    Edema (-), sekret (-), inj.Konjungtiva (-)

    KONJUNGTIVABULBI

    Edema (-), sekret (-), inj.Konjungtiva (-)

    Warna putih, ikterik (-), inj.

    episklera (-), inj.silier (-)

    SCLERA Warna putih, ikterik (-), inj.

    episklera (-), inj.silier (-)Jernih, edema (-), infiltrat (-)arcus senilis (+)

    KORNEA Jernih, edema (-), infiltrat (-)arcus senilis (+)

    Jernih, dalam BILIK MATADEPAN

    Jernih, dalam

    Warna coklat gelap, regular,sinekia (-)

    IRIS Warna coklat gelap, regular,sinekia (-)

    Letak sentral, bulat, diameter3mm, reflek cahayalangsung & konsensual (+)

    PUPIL Letak sentral, bulat, diameter3mm, reflek cahayalangsung & konsensual (+)

    Sentral, jernih, shadow test(-)

    LENSA Sentral, keruh warna putihmerata, shadow test (-)

    Oranye, (+) cemerlang REFLEKS FUNDUS (-), Tidak bisa dinilai karena

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    5/19

    4

    lensa putih merata

    Tidak dilakukan KORPUS VITREUS Tidak dilakukan

    Normal palpasi (N) TEKANANINTRAOKULI

    Normal palpasi (N)

    Edema (-), hiperemis (-),nyeri (-) SISTEM KANALISLAKRIMALIS Punctum lacrimal inferiorterdapat nodul, nyeri (-),

    warna kehitaman. Edema (-),hiperemis (-), nyeri (-)

    Tidak dilakukan RED GREEN TEST Normal, dapat membedakanwarna

    Tidak dilakukan TES PROYEKSICAHAYA

    Normal, dapat mengetahuiarah datangnya cahaya

    D. DIAGNOSIS DIFFERENSIALOS : Katarak Senilis Imatur

    E. DIAGNOSIS KERJAOD : Pseudofakia

    OS : Katarak Senilis Matur

    F. TATALAKSANADirujuk ke dokter spesialis mata untuk tatalaksana definitif dengan ekstraksi

    katarak dan pemasangan Intra Okular Lens.

    Edukasi:

    1. Penyakit tidak bisa disembuhkan dengan obat, penglihatan bisa membaikbila kekeruhan lensa diangkat dengan operasi dan diganti lensa tanam.

    2. Post operasi mata tidak boleh di kucek, tidak boleh sujud dan mengangkatbeban berat, menjaga kebersihan mata dan mata belum boleh terkena air.

    G. PROGNOSISQuo ad visam : dubia ad bonam

    Quo ad sanam : dubia ad bonam

    Quo ad vitam : ad bonam

    Quo ad cosmeticam : ad bonam

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    6/19

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Lensa1. Anatomi Lensa

    Lensa adalah struktur yang berfungsi untuk memfokuskan suatu citra

    pada retina. Lensa terletak pada belakang iris dan disangga oleh serabut

    zonular yang berasal dari korpus siliaris (Harper, 2008). Lensa berbentuk

    bikonveks dan transparan dengan bagian belakang berbentuk lebih

    cembung dari bagian depan. Ketebalan lensa kurang lebih 4 mm dengan

    berat 220 mg pada orang dewasa (Lang, 2000).

    Lensa terdiri dari kapsul kolagen di bagian luar, korteks sebagai

    penyusun utama struktur lensa dan nukleus terdapat di bagian sentral

    lensa. (James, 2003)

    Gambar 2.2 Anatomi lensa (James, 2003)

    2. Histologi lensaTiga jaringan penyusun lensa yaitu: Lens capsule, subcapsular

    epithelium, dan lens fibers. Kapsul adalah lamina basalis setebal 10 sampai

    20 m yang mengandung sebagian besar kolagen tipe IV dan glikoprotein.

    Kapsul membungkus sel epitel dan seluruh bagian lensa dengan bagian

    yang paling tebal di sisi depan. Struktur ini elastis, transparan, dan

    homogen. Epitel subkapsular terdapat pada bagian anterior dan lateral

    lensa. Struktur ini tersusun oleh satu lapis sel kuboid (epitel kuboid

    simplex) (Gartner, 2007).

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    7/19

    6

    Serabut lensa (lens fibers) merupakan bagian besar massa lensa.

    Serabut ini merupakan modifikasi dari lapisan epitel subkapsular sehingga

    menjadi sel heksagonal yang kehilangan nukleus dan organelnya. Sel ini

    mengalami proses elongation (pemanjangan) atau maturasi, sehingga

    terbentuk serabut sepanjang 7 sampai 10 m (James, 2003).

    Proses maturasi pada lensa menyebabkan serabut yang usianya tertua

    membentuk nukleus yang padat di bagian sentral lensa. Serabut perifer

    yang masih muda dan kurang padat di sekeliling nukleus menyusun

    korteks lensa. Serabut lensa terisi cristalin, yaitu protein yang berpengaruh

    terhadap indeks refraksi (Harper, 2008). Menurut Csillag (2005) sel-sel

    serabut lensa tidak pernah terganti seumur hidup. Serabut ini terus tumbuh

    dengan munculnya lapisan baru, dan penumpukan lapisan yang sudah tua

    di bagian nukleus.

    Gambar 2.3 Histologi lensa (Gartner & Hiatt 2007)

    3. Fungsi lensaLensa mata berfungsi seperti lensa pada sebuah kamera yaitu untuk

    memfokuskan cahaya. Kamera memfokuskan cahaya pada pelat film

    dengan lensa yang harus dimajukan atau dimundurkan. Mata

    memfokuskan cahaya pada retina dengan mencembungkan atau

    memipihkan lensa. Lensa memiliki fungsi statis dan dinamis dalam

    menjalankan fungsinya pada mata (Harper, 2008).

    Lensa berfungsi secara statis sebagai satu media refrakta pada mata

    yang harus terus terjaga kejernihannya agar berkas cahaya dapat masuk

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    8/19

    7

    hingga mencapai retina. Berkas cahaya menuju ke retina melewati media

    refrakta mata secara berurutan yaitu: kornea, aqueous humor, lensa, dan

    vitreus humor (Moore, 2002).

    Lensa berfungsi secara dinamis dengan kemampuan mengubah

    bentuk karena sifatnya yang elastis. Mata dapat mengubah fokus dari jarak

    jauh ke jarak dekat karena kemampuan lensa untuk mengubah bentuk yang

    dikenal sebagai akomodasi. Elastisitas alami lensa memungkinkan untuk

    membentuk lensa menjadi lebih atau kurang bulat (sferis) (Harper, 2008).

    B. Katarak1. Definisi Katarak

    Katarak berasal dari bahasa Yunani, Katarrhakies yang berarti air

    terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti

    tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Kekeruhan pada lensa terjadi

    secara perlahan dan dapat juga progresif. Kekeruhan pada lensa

    menyebabkan terganggunya fungsi media refraksi dan media refraktanya,

    yang menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan, hingga kebutaan.

    Kekeruhan dapat terjadi karena salah satu, atau kombinasi dari beberapa

    penyebab berikut:

    a. Hidrasi (penambahan cairan) lensab. Denaturasi protein lensac. Perubahan struktur jaringan serabut lensad. Deposit kalsium orthophosphat dan kalsium oksalat (Ilyas, 2009 dan

    Calabria, 1985).

    2.

    EtiologiPenyebab katarak yang terbanyak adalah karena proses penuaan,

    namun banyak faktor lain yang mungkin terlibat, seperti: trauma, toksin,

    penyebab sistemik, merokok, dan herediter. Selain ditemukan pada usia

    lanjut, katarak dapat juga ditemukan akibat kelainan kongenital atau

    penyulit penyakit mata lokal menahun. Berbagai macam penyakit mata

    dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan

    retinitis pigmentosa. (Harper, 2008 dan Ilyas, 2009)

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    9/19

    8

    3. KlasifikasiDibutuhkan klasifikasi katarak karena terdapat banyak faktor dan

    penyebabnya. Katarak diklasifikasikan dalam berbagai versi, namun

    belum ada sistem yang mampu mengklasifikasikan katarak secara

    menyeluruh dan memuaskan (Lang, 2000).

    a. Menurut Ilyas (2009) dan Khurana (2007) katarak dapatdiklasifikasikan berdasarkan usia terjadinya.

    1) Katarak Kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah1 tahun.

    2) Katarak Juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.3) Katarak Presenil, pembentukan katarak seperti katarak senilis

    namun terjadi pada usia dibawah 50 tahun.

    4) Katarak Senilis, katarak setelah usia 50 tahun.b. Klasifikasi katarak berdasarkan maturitas (Ilyas, 2009)

    1) Insipien. Kekeruhan ringan, yang dapat menimbulkan poliopia olehkarena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.

    2) Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibatlensa yang degeneratif menyerap air.

    3) Imatur. Sebagian lensa keruh, dan akan dapat bertambah volumelensa akibat meningkatnya tekanan osmotik lensa yang degeneratif.

    4) Matur. Kekeruhan pada seluruh lensa yang menggangupenglihatan.

    5) Hipermatur. Kapsul anterior menyusut dan tampak keriput karenakebocoran air dari lensa.

    6)

    Morgagni. Terjadi pencairan korteks sehingga memperlihatkanseperti sekantong susu dengan nukleus terbenam didalam korteks.

    C. Patogenesis KatarakProses terjadinya katarak bersifat multifaktorial, dan patogenesisnya

    belum sepenuhnya dimengerti. Usia secara jelas telah menunjukkan efek

    kumulatif dari interaksi yang kompleks antara paparan terhadap berbagai

    macam faktor dalam waktu yang lama yang memberikan kontribusi terhadap

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    10/19

    9

    perkembangan katarak. Faktor risiko telah diketahui mempengaruhi terjadinya

    katarak antara lain adalah: usia, jenis kelamin, paparan sinar matahari,

    diabetes mellitus, merokok, radikal bebas, dan stres oksidatif (Brian, 2001,

    Harper,2009 dan Chang, 2011)

    Proses terjadinya katarak disebabkan beberapa faktor risiko, pada

    akhirnya akan menyebabkan modifikasi protein lensa sehingga lensa menjadi

    keruh. Protein di bagian sentral lensa mengalami penuaan seperti individu

    pemiliknya, sehingga protein dapat mengalami modifikasi selama beberapa

    dekade.

    Gambar 2.4 Perubahan protein pada lensa (Wevill, 2008)

    Modifikasi protein menyebabkan perubahan formasi berupa pembukaan

    lipatan (unfolding) yang menampakkan kelompok thiol yang biasanya tertutup

    oleh lipatan protein. Kelompok ini teroksidasi dan membentuk ikatan disulfida

    seperti oxidized glutathione (GSSG) yang menyebabkan agregasi protein.

    Perubahan formasi dan agregasi lebih lanjut akan menyebabkan

    penghamburan dan penyerapan cahaya dimana dalam kondisi normal cahaya

    akan diteruskan melewati lensa (Wevill, 2008).

    1. Konsep penuaanMenurut Ilyas (2009) jaringan embrio manusia dapat membelah diri

    50 kali lalu mati. Cacat imunologik meningkat dengan bertambahnya usia

    lalu mengakibatkan kerusakan sel. Lensa mata akan kekurangan air dan

    menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya,

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    11/19

    10

    sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Lensa

    mulai berkurang kejernihannya dengan bertambahnya usia.

    Meningkatnya usia adalah faktor risiko terbesar katarak, karena

    paparan kumulatif dari faktor-faktor risiko dan penurunan kadar

    antioksidan dan enzim antioksidan. Meningkatnya usia juga dihubungkan

    dengan meningkatnya insidensi penyakit seperti diabetes. Efek kumulatif

    dari konsumsi obat seperti steroid dapat meningkatkan risiko katarak pada

    orang yang sudah tua (Wevill, 2008).

    2. Jenis kelaminMenurut Krishnaiah (2005), prevalensi katarak yang lebih tinggi

    pada wanita mungkin diakibatkan oleh perbedaan paparan pada

    lingkungan yang berhubungan dengan gender dan atau pengaruh hormonal

    akibat menopause. Studi yang dilakukan pada tikus oleh Hales (1997)

    menunjukkan bahwa estrogen melindungi lensa tikus terhadap katarak

    yang diinduksi TGF dan kerentanan terhadap katarak yang diinduksi

    TGF tergantung oleh jenis kelamin. Lensa pada tikus betina yang sudah

    dioveriektomi dan mendapat TGF, menunjukkan tanda kekeruhan lensa.

    Terapi penggantian estrogen in vivopada penelitian ini, mampu mencegah

    terjadinya kekeruhan lensa.

    3. Diabetes mellitusPenelitian yang dilakukan oleh The Framingham Eye Study

    menemukan bahwa risiko terjadinya katarak pada penderita diabetes

    mellitus meningkat 3 sampai 4 kali lipat pada penderita DM kelompok

    usia dibawah 65 tahun. Mekanisme terjadinya katarak diawali dari

    hiperglikemia, yang menyebabkan meningkatnya kadar glukosa dalamaqueous humor, yang berdifusi kedalam lensa. Metabolisme glukosa oleh

    aldose reduktase menjadi sorbitol terjadi di dalam lensa, dan kemudian

    sorbitol menjadi terakumulasi di dalam lensa. Sorbitol akan menarik air

    kedalam lensa menyebabkan terjadinya overhidrasi osmotik pada lensa.

    Overhidrasi menyebabkan kadar air yang berlebihan dalam serabut lensa,

    mengganggu mekanisme transpor lensa, dan yang terparah adalah merobek

    sel serabut lensa. Overhidrasi pada derajat ringan dapat mempengaruhi

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    12/19

    11

    indeks refraksi lensa, lalu selanjutnya akan terjadi pembentukan vakuola

    cairan pada korteks dan menjadikan lensa keruh (Klein, 2008, dan Kanski,

    2011).

    4. Paparan sinar matahariBeberapa penelitian telah membuktikan adanya pengaruh sinar

    matahari terhadap terjadinya katarak. Sinar matahari memancarkan radiasi

    elektromagnetik dengan spektrum yang luas. Sinar ultraviolet adalah

    bagian dari radiasi yang dipancarkan matahari. Ultraviolet A (UVA)

    dengan panjang gelombang 315-400 nm dan UVB dengan panjang

    gelombang 280-315 nm dapat menembus lapisan ozon dan mencapai

    permukaan bumi. Sinar UVB adalah yang paling berpengaruh pada

    kesehatan manusia (WHO, 1992).

    Menurut Robert et al. (2000) terdapat sistem proteksi lensa dari

    sinar UV, yaitu oleh antioksidan dan pigmen kinurenin lensa. Semakin

    bertambahnya usia, akan terjadi penurunan sistem proteksi lensa ini. Sinar

    UV juga dapat menyebabkan fotooksidasi dan polimerisasi protein lensa,

    sehingga dalam jangka waktu lama dapat terjadi kerusakan makromolekul

    dan sel epitel pada lensa.

    Penelitian pada penduduk Australia mendapatkan bahwa pada

    daerah yang terletak di 20-24 Lintang Selatan didapatkan 54% penderita

    katarak, pada daerah yang terletak di 25-29 Lintang Selatan didapatkan

    37% penderita katarak, dan pada daerah yang terletak di 30 Lintang

    Selatan didapat 22%. Ditemukan pula hubungan antara prevalensi katarak

    dengan lamanya paparan sinar matahari per-hari. Prevalensi katarak

    sebesar 12% didapat pada mereka yang mendapatkan paparan sinarmatahari kurang dari 8,5 jam per-hari, sebesar 22% katarak didapat pada

    mereka yang mendapat paparan sinar matahari selama 8,5 jam per-hari.

    Prevalensi katarak meningkat menjadi 30 % pada mereka yang mendapat

    paparan sinar matahari lebih dari 9,5 jam (Dolin, 1994).

    5. MerokokTar yang terkandung dalam rokok mengandung radikal bebas dalam

    konsentrasi tinggi, yaitu quinone/ semiquinone/ hydroquinone

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    13/19

    12

    (Q/QH/QH2). Mekanisme kerja dari radikal semiquinone (QH) adalah

    dengan mereduksi O2 menjadi O2.- yang dapat membentuk H2O2, lalu

    dengan Fe2+ melalui reaksi Fenton, akan membentuk radikal hidroksil

    yang sangat reaktif (Valavanidis, 2009).

    Gambar 2.4 Pembentukan radikal bebas oleh tar (Valavanidis, 2009)

    Merokok secara tidak langsung dapat menambahkan stres oksidatif

    pada lensa dengan mengurangi jumlah nutrisi yang memiliki kemampuan

    antioksidasi (antioksidan endogen) seperti vitamin, asam askorbat dan

    nikotinamid. Berkurangnya antioksidan ini akan mengurangi fungsi

    penting pertahanan terhadap radikal bebas (Valavanidis, 2009).

    6. Stres oksidatifDefinisi stres oksidatif (oxidative stress) adalah suatu keadaan

    dimana tingkat oksigen reaktif intermediate (ROI) yang toksik melebihi

    pertahanan antioksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan

    radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat

    seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu

    (Arief, 2007).

    Peranan radikal bebas pada beberapa tahun terakhir dikatakanmempengaruhi terjadinya kekeruhan lensa. Radikal bebas adalah atom

    atau molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Molekul ini

    bersifat sangat reaktif terhadap molekul lain. Sumber utama radikal bebas

    adalah sumber endogen seperti proses metabolisme dan fagositosis.

    Beberapa sumber eksogen yang memicu terbentuknya radikal bebas adalah

    rokok, polusi udara, serta radiasi dan pajanan matahari. Radikal bebas

    yang dibentuk di dalam tubuh antara lain adalah superoksida, hidrogen

    Q + QH22QH

    QH+ O2Q + O2- + H+

    O2- + 2H+H2O2

    QH2+ O2H2O2+ Q

    Fe2+ + H20

    2FE3+ + HO+ HO-

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    14/19

    13

    peroksida (H2O2), singlet oksigen (O2), lipid peroksil (LO2), nitrit oksida

    (NO) dan radikal hidroksil (OH) yang masing-masing memiliki derajat

    aktifitas dan toksisitas yang berbeda. Reaksi radikal bebas terjadi pada sel

    normal dan dapat bertindak sebagai mediator kerusakan jaringan termasuk

    lensa (Halliwell, 2007)

    D. Gejala dan Tanda KatarakKekeruhan pada lensa mungkin dapat timbul tanpa gejala yang

    dikeluhkan pasien, namun dapat diketahui melalui pemeriksaan mata.

    Beberapa gejala katarak menurut Khurana (2007) adalah:

    1. SilauSatu dari gangguan penglihatan tahap awal adalah rasa silau atau

    intoleransi terhadap cahaya terang, seperti sinar matahari langsung atau

    cahaya lampu kendaraan. Kuatnya silau tergantung dengan lokasi dan

    banyaknya kekeruhan.

    2. Uniokular poliopiaMerupakan suatu pandangan berupa objek yang tampak dobel atau

    bergetar, yang terjadi akibat tidak teraturnya refraksi atau terjadi refraksi

    multipel, karena perbedaan indeks refraksi di dalam lensa yang keruh.

    3. Halo berwarnaHalo dapat dirasakan oleh beberapa pasien berupa cahaya putih hingga

    spektrum berwarna karena adanya titik air didalam lensa.

    4. Pandangan kabur, distorsi, dan berkabutSuatu garis lurus dapat terlihat bergelombang. Keadaan ini dapat terjadi

    pada stadium awal katarak.5. Penurunan penglihatan

    Penurunan penglihatan terjadi dengan progresif. Pasien mungkin dapat

    melihat dengan lebih jelas pada sore hari karena intensitas cahaya yang

    lebih redup atau dikenal dengan day blindness, yaitu penurunan

    penglihatan di siang hari. Dengan bertambahnya kekeruhan, penglihatan

    terus turun, hingga hanya dapat mempersepsikan adanya cahaya.

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    15/19

    14

    Katarak ditandai dengan adanya setiap kekeruhan pada lensa yang

    diketahui dengan pemeriksaan rutin mata. Sebagian besar katarak tidak dapat

    dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat (matur atau

    hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Katarak pada stadium yang paling

    dini dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan

    ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slit lamp. Fundus okuli menjadi semakin

    sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi

    fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya telah matang dan

    pupil mungkin tampak putih (Harper, 2008).

    E. Tatalaksana KatarakTidak ada perawatan secara medis yang terbukti berguna untuk

    menunda, mencegah, atau mengembalikan perkembangan katarak. Walaupun

    pendekatan secara teori sudah dilakukan pada penelitian dengan hewan, belum

    diketahui efektifitasnya pada manusia. Aldose reductase inhibitor, diketahui

    dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan

    hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti

    katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan

    kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C

    dan E. Pembedahan adalah prosedur tatalaksana yang paling sering dilakukan.

    Pembedahan dilakukan dengan cara mengeluarkan isi lensa yang keruh, lalu

    dilakukan penanaman IOL (Intra Ocular Lens) sehingga mengembalikan

    kejernihan lensa sebagai media refrakta (Lang, 2000).

    1.

    Indikasi Pembedahana. Indikasi Optis

    Jika terdapat katarak bilateral yang menimbulkan penurunan

    kemampuan penglihatan, dan menggangu aktifitas normal sehari-hari,

    merupakan indikasi untuk dilakukan operasi. Pada katarak unilateral,

    biasanya pasien memilih untuk menunda operasi karena masih dapat

    melihat dengan mata yang sehat. Kebutuhan operasi dengan indikasi

    optis sangat bervariasi pada setiap orang.

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    16/19

    15

    b. Indikasi MedisAda kondisi yang mengharuskan katarak dihilangkan secepatnya

    meskipun pasien tidak tertarik untuk menghilangkan katarak. Kondisi

    tersebut antara lain: Katarak hipermatur,Lens induced glaukoma, Lens

    induced uveitis, Dislokasi atau Subluksasi lensa, Retinopati diabteik

    untuk fotokoagulasi laser, danRetinal detachment.

    c. Indikasi KosmetikBila penglihatan telah hilang secara permanen karena kelainan

    pada retina atau saraf opticus, namun pupil yang putih karena katarak

    dianggap menggangu penampilan. Pembedahan hanya dilakukan untuk

    mengembalikan kosmetik pupil meskipun sudah diketahui bahwa

    penglihatan tidak dapat lagi dipulihkan (Lang, 2000).

    2. Teknik Operasi KatarakSaat ini tersedia beberapa macam teknik operasi katarak, yaitu:

    a. Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK)Pembedahan dilakukan dengan mengeluarkan seluruh lensa

    bersama kapsulnya. Teknik ini dilakukan pada zonula zenii yang telah

    rapuh, berdegenerasi, dan mudah putus. Karena seluruh bagian kapsula

    terangkat, maka tidak ada tempat untuk IOL. Selain itu tidak ada

    batasan antara segmen anterior dan posterior yang dapat meningkatkan

    kemungkinan risiko vitreous loss, cystoid macular edema,

    endopthalmitis, dan lainnya. Teknik ini digunakan dalam kasus

    tertentu antara lain bila terjadi subluksasio lensa atau dislokasi lensa.

    Tindakan ini kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahunyang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular (Ilyas, 2009)

    b. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)Tindakan dilakukan dengan pengeluaran isi lensa dengan

    merobek kapsul lensa anterior sehingga nukleus lensa dan korteks

    lensa dapat keluar melalui robekan tersebut menyisakan kapsula

    posterior yang utuh, bagian perifer dari kapsula anterior, dan zonula

    zenii. Teknik ini menyediakan lokasi untuk penempatan lensa sintetik

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    17/19

    16

    IOL (Intra Ocular Lens), juga dapat dilakukan pencegahan prolaps

    vitreous dan sebagai pembatas antara segmen anterior dan posterior.

    Teknik ini dapat mencegah komplikasi seperti vitreous loss.

    Komplikasi yang kadang timbul yaitu dapat terjadinya katarak

    sekunder (Ilyas, 2009).

    Gambar 2.6 Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular. Nukleus dihancurkan

    dengan phacoemulsifikasi lalu diaspirasi.

    Sumber: Lang (2000)

  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    18/19

    17

    DAFTAR PUSTAKA

    Arief, Sjamsul, 2007.Radikal Bebas.Surabaya:Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIRAvailable from: http://www.pediatrik.com/buletin/06224113752-

    xOzu61.doc. [Accesed 17 Januari 2012].

    Brian, G & Taylor, H., 2001. Cataract Blindness-Challenges for the 21st Century.

    Bulletin of the World Health Organization, 2001, 79: 249256. Available

    from: http://whqlibdoc.who.int/bulletin/2001/issue3/79%283%29249-

    256.pdf.[Accessed 9 Januari 2012]

    Calabria, Giovanni. 1985. Cataract and Other Diseases of The Crystalline Lens.

    Genoa: Angelini

    Chang, Jessica. et al. 2011. Risk Factors Associated with Incident Cataracts and

    Cataract Surgery in the Age-Related Eye Disease Study.

    J.Optha.2011.03.032: 2113-2119. Available from:

    http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0161-

    6420/PIIS0161642011003241.pdf [Accessed 9 Januari 2012]

    Csillag, Andras. 2005. Atlas Of The Sensory Organs: Functional and Clinical

    Anatomy. New Jersey : Humana Press

    Dolin, Paul J. 1994. Ultraviolet Radiation And Catarace: A Review Of The

    Epidemiological Evidence. British Journal of Opthalmology 1994;78: 478-

    482. Available from:

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC504827/pdf/brjopthal00030-

    0056.pdf [Accessed on 10 Januari 2012]

    Gartner, Leslie, Hiatt, James. 2007. Color Textbook Of Histology. 3rd Edition.

    New York : Saunders

    Hales, Angela M. et al. 1997. Estrogen Protects Lenses against Cataract Induced

    by Transforming Growth Factor (TGF ). J. Exp. Med.0022-1007/97/01/273/08 Available from

    http://jem.rupress.org/content/185/2/273.full.pdf [Accessed 12 Januari

    2012]

    Halliwell, Barry, Gutteridge J. 2007. Free Radicals in Biology and Medicine. 4th

    Edition. New York: Oxford University Press USA

    Harper, Richard. Lensa. Dalam: Riordan, Paul. 2008. Vaughan & Asbury

    Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC

    http://whqlibdoc.who.int/bulletin/2001/issue3/79%283%29249-256.pdfhttp://whqlibdoc.who.int/bulletin/2001/issue3/79%283%29249-256.pdfhttp://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0161-6420/PIIS0161642011003241.pdfhttp://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0161-6420/PIIS0161642011003241.pdfhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC504827/pdf/brjopthal00030-0056.pdfhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC504827/pdf/brjopthal00030-0056.pdfhttp://jem.rupress.org/content/185/2/273.full.pdfhttp://jem.rupress.org/content/185/2/273.full.pdfhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC504827/pdf/brjopthal00030-0056.pdfhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC504827/pdf/brjopthal00030-0056.pdfhttp://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0161-6420/PIIS0161642011003241.pdfhttp://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0161-6420/PIIS0161642011003241.pdfhttp://whqlibdoc.who.int/bulletin/2001/issue3/79%283%29249-256.pdfhttp://whqlibdoc.who.int/bulletin/2001/issue3/79%283%29249-256.pdf
  • 5/25/2018 Presentasi Kasus Katarak

    19/19

    18

    Ilyas, Sidarta, 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit

    FKUI.

    James, Bruce. 2003.Lecture Notes On Opthalmology. 9th Edition. Massachusetts

    : Blackwell Publishing

    Kanski, Jack J. 2011. Clinical Ophthalmology A Systematic Approach. 7th

    edition. New York: Elsevier

    Kelly, S.P., Thornton J., Edwards R., et al. 2005. Smoking and Cataract: Review

    of Causal Association . J Cataract Refract Surg 2005; 31:23952404.

    Available from

    http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0886-

    3350/PIIS0886335005005274.pdf [Accessed on 20 Desember 2011]

    Khurana, A. K., 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th

    ed. New Delhi: New

    Age International Limited Publishers.

    Klein, Barbara E.K. 2008. Epidemiology of Age-Related Cataract. dalam: Albert,

    Daniel. 2008. Albert & Jakobiec's Principles & Practice of Ophthalmology.

    New York: Saunders

    Lang, Gerhard. 2000. Opthalmology A Short Textbook. New York : Thieme

    Robert, J.E., Wang., Schey K. 2000. Photooxidation of Lens Proteins with

    Xanthurenic Acid-the Putative Chromophore for Cataractogenesis.

    Proccedings of the 12th Afr0-Asian Congress of Ophthalmology in

    Guangzhou, China, pp. 226-31. Available from:

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11723804 [Accessed 15 Februari

    2012]

    Valavanidis, Athanasios, Vlachogianni, Thomais, Fiotakis, Konstantinos. 2009.

    Tobacco Smoke: Involvement of Reactive Oxygen Species and Stable Free

    Radicals in Mechanisms of Oxidative Damage, Carcinogenesis and

    Synergistic Effects with Other Respirable Particles. Int. J. Environ. Res.Public Health 2009, 6, 445-462 available from:

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2672368/pdf/ijerph-06-

    00445.pdf [Accessed 5 Februari 2012]

    Wevill, Mark. 2008. Epidemiology, Pathophysiology, Causes, Morphology, and

    Visual Effects of Cataract. dalam: Yanoff, M., Duker, J. 2008.

    Ophthalmology.3rd edition. New York: Elsevier

    World Health Organization. 1992. Health Effects of UV Radiation. Available

    from:http://www.who.int/uv/health/en/ [Accessed 9 Januari 2012]

    http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0886-3350/PIIS0886335005005274.pdfhttp://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0886-3350/PIIS0886335005005274.pdfhttp://www.who.int/uv/health/en/http://www.who.int/uv/health/en/http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0886-3350/PIIS0886335005005274.pdfhttp://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0886-3350/PIIS0886335005005274.pdf