LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

34
LAPORAN KASUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI INSTALASI FARMASI RSU Dr. SOETOMO SURABAYA HIDROCEPHALUS NON COMMUNICAN + BRONCHOPNEUMONIA Oleh : META APRILIA, S.Farm. NIM. 050513411

Transcript of LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

Page 1: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

LAPORAN KASUS

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI INSTALASI FARMASI RSU Dr. SOETOMO SURABAYA

HIDROCEPHALUS NON COMMUNICAN +

BRONCHOPNEUMONIA

Oleh :

META APRILIA, S.Farm.

NIM. 050513411

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER PERIODE 90

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2010

Page 2: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

BAB I

PENDAHULUAN

1. Hidrocephalus Non Communican

1.1 Definisi

Kata hidrocephalus diambil dari bahasa Yunani, berasal dari kata

"cephalus" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala, sehingga dapat

diartikan sebagai “akumulasi air di dalam otak”. Air yang dimaksud di sini

sebenarnya adalah cairan serebrospinal, yaitu cairan yang berwarna jernih yang

mengelilingi otak dan spinal cord (ninds,2010). Definisi luas dari hidrosefalus

adalah suatu gangguan bentuk, aliran atau absorbsi dari cerebrospinal fluid (CSF)

yang menyebabkan peningkatan volume cairan ini di Central Nervous System

(CNS) (Espay, 2009).

1.2 Patofisiologi

Hidrosefalus dapat dibagi menjadi 3 (Rizvi & Anjum 2005) :

1. Rusaknya produksi dari cairan serebrospinal: ini merupakan bentukan dari

hidrosefalus yang paling jarang. Chroid plexus papillomas dan chroid

plexus carcinomas dapat mensekresi cairan cerebrospinal kelebihan

penyerapannya.

2. Kerusakan pada sirkulasi cerebrospinal : bentukan ini dikarenakan

obstruksi jalur dari sirkulasi cairan cerebrospinal. Dapat terjadi pada

ventrikel atau arachnoid villi. Tumor, pendarahan, congenital

malformations, dan infeksi dapat menjadi penyebab obstruksi pada kasus

ini.

3. Kerusakan absorpsi cairan serebrospinal : pada kondisi vena cava

syndrome dan sinus thrombosis, dapat mengganggu absorbsi cairan

serebrospinal.

1

Page 3: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

1.3 Etiologi

Etiologi dari hidrosefalus berdasarkan usia, dibagi menjadi 2 kelompok,

yaitu 0-2 tahun dan di atas 2-12 tahun (Tabel 1.1).

Tabel 1.1 Etiologi hidrosefalus berdasarkan usia (Rizvi & Anjum 2005).

0-2 tahun 2-12 tahun

1. Infeksi intra uterin :

a. Anoxic

b. Bakteri

c. Trauma pendarahan

perinatal

2. Neonatal, virus atau bakteri

meningio-encephalitis

3. Arachoid cyst

4. Tumor intakranial

5. Malformasi arterivena sistem

galenik

6. Post infectious

7. Kerusakan lebih lanjut:

a. Adueductal stenosis

b. Myelomenigiocele

c. Dandy-walker cyst

d. Encephalocele

1. Luka pada sistem ventrikular

a. Craniopharyngioma

b. Pineal tumor

2. Tumor fossa posterior

a. Medulloblastoma

b. Astrocytoma

c. Ependymona

3. Kerusakan lebih lanjut:

a. Aqueductal stenosis

b. Arnold-chiari

malformation

4. Post infeksi

a. Meningitis

5. Post hemmoragic

1.4 Manifestasi Klinik

Gejala klinik pada pasien hidrosefalus juga dibedakan berdasarkan usia,

yaitu (Rizvi & Anjum 2005):

a. 0-2 tahun :

Sebelum umur 2 tahun kepala membersar berlebihan karena strukrur

kranial yang terbuka. Pembesaran ini merupakan tanda yang selalu ada.

1. Bentuk kepala : bentukan kepala yang tidak normal.

2. Anterior Fontanelle : normalnya anterior fontanelle berukuran kecil,

pada pasien hidrosefalus terjadi pembesaran pada anterior fontanelle.

2

Page 4: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

3. Jahitan : pelebaran jahitan

4. Percussion note : Percussion note pada tengkorak bayi merupakan

“crack pot”, pada pasien hidrosefalus menyerupai semangka.

5. Vena kulit kepala : biasanya vena kulit kepala menonjol. Tonjolan ini

ada sebab kompresi dari jalan keluar basal vena karena peningkatan

tekanan.

6. Mata : terjadi penurunan letak mata karena adanya tekanan.

7. Syaraf kranial : terjadi atrophy optic.

8. Reflek muscle tone dan deep tendon : terjadi peningkatan pada

extrimitas bawah.

9. Keterlambatan perkembangan : kegagalan pertumbuhan dan

perkembangan syaraf yang terhambat.

b. 2-12 tahun

Dibagi menjadi dua bagian berdasarkan gejala klinis:

1. Grup pertama termasuk anak anak yang mempunyai infatile yang

tidak disadari, dapat berkembang menjadi hidrosefalus dengan normal

atau keterlambatan perkembangan syaraf.

2. Grup kedua merupakan anak anak yang menderita hidrosefalus setelah

penutupan dari cranial sutures. Pusing pada pagi hari dan muntah

merupakan gejala yang umum.

1.5 Penatalaksanaan Terapi

1. Terapi Non Bedah (Terapi obat)

Terapi obat pada pasien hidrosefalus digunakan untuk menunda

pelaksanaan pembedahan. Terapi ini tidak efektif jika digunakan

sebagai terapi jangka panjang. Terapi obat yang diberikan adalah

dengan mempengaruhi gerak dari CSF, yaitu (Espay, 2009):

a. Acetazolamide dan furosemide dengan mekanisme menurunkan

sekresi CSF melalui choroid plexus.

b. Isosorbide (efektivitasnya masih dipertanyakan) dengan

mekanisme meningkatkan reabsorbsi CSF.

3

Page 5: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

2. Pembedahan

Pembedahan merupakan terapi pilihan untuk pasien hidrosefalus.

Shunt digunakan pada banyak pasien hidrosefalus. Pada prinsipnya

adalah dengan membentuk suatu hubungan antara CFS (ventrikular

dan lumbar) dengan rongga pembuangan (peritoneum, atrium

kanan, pleura). Ada beberapa macam shunt, yaitu :

a. Ventriculoperitoneal (VP) shunt, merupakan shunt yang banyak

digunakan.

b. Ventriculoatrial (VA) shunt disebut juga dengan "vascular

shunt". Shunt ini digunakan untuk pasien dengan kondisi

abdominal yang tidak normal (seperti peritonitis, obesitas atau

setelah melakukan pembedahan abdominal secara luas).

c. Lumboperitoneal shunt hanya digunakan untuk communicating

hydrocephalus, CSF fistula atau pseudotumor cerebri.

d. Torkildsen shunt jarang digunakan.

e. Ventriculopleural shunt merupakan pilihan terakhir, jika jenis-

jenis shunt yang lain dikontraindikasikan.

4

Page 6: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

2. Bronchopneumonia

2.1 Definisi

Bronchopneumonia merupakan inflamasi akut yang terjadi pada

bronkus/bronkiolus dan alveolus, yang dpat disebabkan karena infeksi.

Penumonia dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : community-acquired,

hospital-acquired dan ventilator-associated pneumonia (Fauci, 2008).

2.2 Patofisiologi

Pneumonia merupakan hasil dari proliferasi mikroba patogen di alveoli

dan respon dari host ke mikroba patogen tersebut. Ketika mikroba patogen

tersebut telah mencapai alveoli, maka akan terjadi perlawanan dari makrofag

alveolar untuk membunuh mikroba patogen tersebut, di mana sebagian kecil

kuman akan dilisis melalui perantaan komplemen. Ketika mekanisme initidak

dapat membunuh mikroba patogen tersebut, maka leukosit polimorfonuklear

dengan aktifitas fagositosisnya mulai bekerja dengan perantara sitokin sehingga

akan timbul reaksi inflamasi, yang berakibat timbulnya gejala klinis pneumonia

(Fauci, 2008).

2.3 Etiologi

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri atau

virus). Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut usia dapat dilihat pada

tabel 2.1.

Tabel 2.1. Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut usia (Ostapchuk, et.al., 2004).Usia Penyebab yang umum Penyebab yang jarangLahir-20 hari Bakteri :

Escherichia coliGroup B streptococciListeria monocytogenes

Bakteri :Anaerobic organismsGroup D streptococciHaemophilus influenzaeStreptococcus pneumoniaeUreaplasma urealyticumVirus :CytomegalovirusHerpes simplex virus

5

Page 7: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

3 minggu-3 bulan Bakteri :Chlamydia trachomatisS. pneumoniaeVirus:AdenovirusInfluenza virusParainfluenza virus 1, 2, and 3Respiratory syncytial virus

Bakteri :Bordetella pertussisH. influenzae type B and nontypeableMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusU. urealyticumVirus :Cytomegalovirus

4 bulan–5 tahun Bakteri :Chlamydia pneumoniaeMycoplasma pneumoniaeS. pneumoniaeVirus :AdenovirusInfluenza virusParainfluenza virusRhinovirusRespiratory syncytial virus

Bakteri :H. influenzae type BM. catarrhalisMycobacterium tuberculosisNeisseria meningitisS. aureusVirusVaricella-zoster virus

5 tahun-remaja Bakteri :C. pneumoniaeM. pneumoniaeS. pneumoniae

Bakteri :H. influenzaeLegionella speciesM. tuberculosisS. aureusVirus :AdenovirusEpstein-Barr virusInfluenza virusParainfluenza virusRhinovirusRespiratory syncytial virusVaricella-zoster virus

2.4 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dari pneumonia bervariasi tergantung kuman

penyebab, usia, status imunologis pasien dan beratnya penyakit. Gejala

umum meliputi demam, menggigil, sefalgia dan gelisah. Beberapa pasien

mungkin mengalami gangguan gastrointestinal seperti muntah, kembung,

6

Page 8: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

diare atau sakit perut. Gejala pada paru biasanya timbul setelah beberapa

saat proses infeksi berlangsung. Setelah gejala awal seperti demam dan

batuk pilek, gejala nafas cuping hidung, takipnea, dispnea dan apnea baru

timbul (Bennett, 2010).

2.5 Penatalaksanaan Terapi

Antibiotik empiris yang dapat diberikan untuk hospital-acquired

pneumonia yaitu (Fauci, 2008) :

a. Ceftriaxon (2g IV q24h) atau

b. Moxifloxacin (400 mg IV q24h), ciprofloxacin (400 mg IV q8h), atau

levofloxacin (750 mg IV q24h), atau

c. Ampicillin/sulbactam (3 g IV q6h), atau

d. Ertapenem (1 g IV q24h)

7

Page 9: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

BAB II

FORMAT ASUHAN KEFARMASIAN

LAPORAN KASUS

Inisial Pasien : An. RA

Umur : 3 bln 1 hr

Berat Badan : 6,2 kg

Tinggi Badan- :

Ginjal : normal

Hepar : normal

Keluhan Utama : Kepala membesar sejak usia 2,5 bulan (2 minggu terakhir)

Diagnosis : Hidrocephalus non communican + Bronkopneumonia

Riwayat Penyakit : -

Riwayat Pengobatan :

Obat Dosis Indikasi

- - -

Alergi : -Kepatuhan - Obat-obatan

tradisional-

Merokok - OTC -Alkohol - Lain-lain -

8

Page 10: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Inisial Pasien : An. RA

Tanggal Problem / Kejadian / Tindakan Klinisi

29 Jan

2010

Pasien MRS. Pasien datang dengan keluhan kepala membesar

sejak usia 2,5 bulan ( 2 minggu terakhir ). Hasil CT scan

menunjukkan bahwa pasien positif Hidrocephalus non

communican. Dilakukan monitoring vital sign.

30 Jan – 03

Feb 2010

Pasien mengalami batuk (+), pilek (+), kejang (-). Pasien

didiagnosa bronchopneumonia.

04 Feb

2010

Pasien mengalami batuk (+) pilek (-). Terapi yang diberikan

tetap.

05 – 06

Feb 2010Pasien mengalami batuk (+), pilek (+).

07 Feb

2010

Batuk yang dialami pasien sudah mulai mambaik. Dilakukan

pemeriksaan foto thorax. Kesimpulan hasil foto thorax

menunjukkan bronchopneumonia.

08 – 11

Feb 2010Pasien masih batuk, namun telah semakin membaik.

12 – 15

Feb 2010Pasien telah sembuh dari batuknya.

Resume Kondisi Pasien :

Kondisi batuk pasien telah membaik, pasien sedang menunggu acara operasi.

9

Page 11: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

DOKUMEN ASUHAN KEFARMASIAN

LEMBAR PENGUMPUL DATA

No. DMK : 1101xxxxNama : An. RA (P)Alamat : SurabayaUmur/BB : 3 bln 1 hr / 6,2 kgStatus Sosial : JPS

Diagnosa : Hidrocephalus non communican + BronchopneumoniaAlasan MRS: Kepala membesar sejak usia 2,5 bulan ( 2 minggu terakhir ).

Tgl MRS: 29 Januari 2010Tgl KRS : -Nama dokter: XNama Farmasis : Meta ApriliaAlergi :-

No

JENIS OBAT

Regimen Dosis

Tanggal Pemberian Obat (Mulai MRS)

Nama Dagang / Nama Generik 29/01 30/0131/

01

01/

02

02/

02

03/

02

/04

02

/05

02

/06

02

/07

02

/08

02

1. IVFD D5 ¼ NS 600 cc/jam60

cc/jam20

cc/jam//

2. Transfusi PRC cc 60 60 cc30 cc

//

3. Lasix ® mg 6Pre

PRC//

4. Ca gluconate 10% 0,6 ccPost PRC

//

5. Multivitamin syrup cth 3/1 x 3 √

6. Inj. Ampicillin Sulbactam 3 x 200 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √

7. Nebul Ventolin 1 cc + PZ 2 cc 4 x sehari √ √ √ √ √ √ √ √ √

No JENIS OBAT Regimen Dosis Tanggal Pemberian Obat (Mulai MRS)

10

Page 12: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

Nama Dagang / Nama Generik 09/02 10/02 11/02 12/02 13/02 14/02 02/15 02/16

1. Inj. Ampicillin Sulbactam 3 x 200 mg √ √ √ √ √ √ √ √

2. Nebul Ventolin® 1 cc + PZ 2 cc 4 x sehari √ √ √ √ √ √ √ //

Komposisi :

Lasix® : tiap 2 ml mengandung 20 mg Furosemide (MIMS, 2010)

Ventolin® nebulise : mengandung salbutamol sulfate 2,5 mg

DATA KLINIK

11

Page 13: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

Inisial Pasien : An. R.A

Parameter Nilai NormalTanggal

Komentar dan Alasan29/01 30/01 31/01 01/02 02/02 02/03 02/04 02/05 02/06

Suhu 37 ± 0,50C 36 36 36 37 36 37 37 37 37 Pasien mengalami batuk dan pilek yang merupakan salah satu gejala bronkopneumonia. Pada tanggal 31/01, pasien mulai mendapatkan terapi antibiotik.

Nadi 70 – 80 x/mnt 100 110 110 110 100 130 120 130 130

RR 25-40 x/mnt 32 32 32 32 32 32 30 30 30GCS 456 456 456 456 456 456 456 456 456 456Batuk - + + + + + + + +

Pilek - + + + + - + + +

Parameter Nilai NormalTanggal Komentar dan

Alasan07/02 08/02 09/02 10/02 02/11 02/12 02/13 02/14 02/15 16/02

Suhu 37 ± 0,50C 36 37 37 37 37 37 37 37 37 36 Pada tanggal 12/02 batuk dan pilek pasien telah berhenti. Pemberian antibiotik dihentikan.

Nadi 100-160 x/mnt 110 130 130 128 118 120 122 100 118 100

RR 25-40 x/mnt 30 30 30 28 28 22 24 24 26 26GCS 456 456 456 456 456 456 456 456 456 456 456Batuk + + + + + - - - - -Pilek + + + + + - - - - -

DATA LABORATORIUM

Inisial Pasien : An. R.A

12

Page 14: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

PROFIL PENGOBATAN

Inisial Pasien : An. RA

OBAT

13

Parameter Nilai NormalTanggal Komentar dan Alasan

28/01 02/02 12/02WBC 4500-10500/UL 11,8 8,53 10,4 WBC pasien mengalami peningkatan,

menunjukkan adanya gejala infeksi pada pasien. Kadar hemoglobin (Hgb) dan hematokrit pada pasien mengalami penurunan hingga 9,9 g/dL dan 28,3%. Menurut literatur pada bayi <4 bulan, salah satu persyaratan bayi mendapatkan transfusi PRC adalah jika Hgb <10 g/dL (pediatric transfusion guidelines, 2006).

Limfosit 20,5-51,1 % 62,5 - -Monosit 1,7-9,3 % 5,4 - -Granulosit 42,2-75,2 % 32,1 - -RBC (4,00-6,00)106/UL 3,53 5,01 4,73Hemoglobin 11,0-18,0 g/dL 9,9 14,9 14,2Hematokrit 35,0-60,0 % 28,3 42,2 41,5MCV 80,0-99,9 fL 80,1 84,2 87,7MCHC 33-37 g/dL 34,9 35,3 35,4PLT (150-450)102/UL 388 243 523MPV 7,8-11 fL 6,7 10,4 5,30

Page 15: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

Mulai Jenis obat Rute Dosis Frek Berhenti Indikasi obat pada pasienPemantauan kefarmasian

Komentar dan alasan

29/01D5 ¼ NS i.v

60 cc(29/01)20 cc

(30/01)

per jam 30/01Asupan energi dan elektrolit

Kadar glukosa, kadar elektrolit

Digunakan untuk resusitasi cairan dan nutrisi parenteral, karena pasien pada kondisi lemah dan hanya mendapat nutrisi dari ASI.

30/01 PRC i.v

60 cc(30/01)30 cc

(31/01)

Per hari 31/01Meningkatkan komponen sel daarah merah

Hgb, Hct, RR, nadi, suhu

Pada tanggal 28 Januari 2010 data labaoratorium menunjukkan nilai Hgb 9,9 g/dL dan hematokrit 28,3%, Menurut literatur pada bayi <4 bulan, salah satu persyaratan bayi mendapatkan transfusi PRC adalah jika Hgb <10 g/dL (pediatric transfusion guidelines, 2006).

30/01 Lasix® i.v 6 mg 1 x 1 30/01 Mencegah terjadinya oedema setelah tranfusi PRC

Data klinik adanya pembengkakan

Untuk mencegah terjadinya oedema karena tingginya tekanan osmotik dari darah sehingga menarik sejumlah cairan ke dalam intravaskular sehingga terjadi overload (Sarode, 2006) .

30/01 Ca gluconate 10 % i.v 0,6 mg 1 x 1 30/01Mengatasi hipokalsemia saat transfusi PRC.

Nadi, muntah

Untuk mengatasi terjadinya hipokasemia pada transfusi PRC, di mana pada PRC terdapat sitrat yang menurunkan sirkulasi ion kalsium, sehingga dapat mengakibatkan takikardi, muntah dan apnoea (NCCU Clinical Guidelines, 2006).

Inisial Pasien : An. RA

OBAT

14

Page 16: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

Mulai Jenis obat Rute Dosis Frek Berhenti Indikasi obat pada pasienPemantauan kefarmasian

Komentar dan alasan

31/01Ampicillin sulbactam

i.v 200 mg 3 x 1 16/02Membunuh bakteri penyebab bronkopneumonia

Frekuensi batuk, RR, suhu, nadi, leukosit

Untuk mengatasi bronkopneumonia yang diderita pasien, di mana menurut literatur Ampicillin sulbactam merupakan terapi pilihan untuk Hospital-acquire pneumonia (Fauci, 2008).

31/01 Ventolin® nebul 1cc 4 x 1 15/02 Relaksasi pernafasan Frekuensi batuk, RR

Pasien mengalami batuk dan pilek, namun pasien tidak mengalami sesak. Hal ini dilihat dari respiratory rate pasien menunjukkan angka normal, dari mulai MRS.

ASUHAN KEFARMASIAN

15

Page 17: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

Inisial Pasien : An R.A

Termasuk:

1. Masalah aktual dan potensial terkait obat 3. Pemantauan efek obat 5. Pemilihan obat 7. Efek samping obat

2. Masalah obat jangka panjang 4. Kepatuhan penderita 6. Penghentian obat 8. Interaksi obat

OBAT ATAU JENIS DRP

PROBLEMTINDAKAN (USULAN PADA KLINISI,

PERAWAT, PASIEN)Masalah aktual terkait obat

Pasien diberikan Ventolin® (solution for nebulisation) dengan dosis 4 x 1 cc (Ventolin® nebulise = 2,5 mg salbutamol dalam 2,5 ml sediaan). Menurut literatur (Anonim, 2007), dosis salbutamol nebulise untuk bayi di bawah 18 bulan adalah 1,25-2,5 mg (4 x sehari ), sehingga

dosis yang diberikan adalah underdose.

Ventolin® nebulise diberikan dengan dosis 4 x 1,25-2,5 mg per hari

Masalah aktual terkait obat

Pasien diberikan Ampicillin sulbactam dengan dosis 3x200 mg. Menurut literatur (Mc Evoy, 2005) disebutkan bahwa Ampicillin sulbactam untuk bayi 1 bulan atau lebih, dosisnya adalah 100-150 mg/kg/hari dengan dosis terbagi tiap jam. Pada pasien ini dengan BB = 6,2 kg, maka rentang dosis yang dapat diberikan adalah 150-232,5 mg (4 x sehari), sehingga dapat diketahui bahwa dosis yang telah diberikan adalah underdose.

Ampicillin sulbactam diberikan dengan penambahan frekuensi menjadi 4 x sehari dengan dosis tiap pemberian 150-232,5 mg.

OBAT ATAU PROBLEM TINDAKAN (USULAN PADA KLINISI,

16

Page 18: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

JENIS DRP PERAWAT, PASIEN)Pemilihan obat Pasien mendapatkan Ventolin® nebulise tanpa indikasi

yang jelas, karena dilihat dari respiratory rate pasien normal (tidak sesak) .

Pemberian Ventolin® nebulise dihentikan.

17

Page 19: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

MONITORING

No Parameter Tujuan Monitoring

1. Tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu tubuh, RR, nadi, leukosit, frekuensi batuk)

Mengetahui efektivitas antibiotik yang diberikan untuk terapi bronchopneumonia.

2. Hemoglobin dan hematokrit

Mengetahui efektifitas transfusi PRC.

KONSELING

18

Page 20: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

Obat Materi konseling

PRC Kecepatan transfusi PRS menurut literatur adalah 3-

5 ml/kg/jam (Anonim, 2004), sehingga untuk pasien ini kecepatan transfusinya adalah 18,6-31 ml/jam.

Lasix®

Dapat diberikan IM atau langsung IV secara perlahan selama 1 sampai 2 menit.

Simpan pada suhu kamar. Tidak stabil jika terkena cahaya matahari secara langsung (Trissel, 2007)

Ca Gluconate 10%

Diberikan secara infus IV secara perlahan dengan kecepatan 0,7-1,8 mEq/min.

Disimpan pada suhu ruang dan tidak pada freezer (Trissel, 2007).

Multivitamin syrup Diberitahukan kepada keluarga pasien untuk

memberkan multivitamin sehari tiga kali sepertiga sendok teh.

Ampicillin Sulbactam

Diberikan secara injeksi IV kurang lebih 10-15 menit

Pelarut yang kompatibel adalah RL, NaCl 0,9% Serelah direkonstitusi, harus segera digunakan dalam

± 1 jam (Trissel, 2007).

Ventolin® Dilarutkan dengan pelarut NaCl Disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya

dan pada suhu di bawah 30°C (MIMS, 2010)

BAB III

19

Page 21: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

PEMBAHASAN

An.R.A didiagnosa hidrocephalus non communican dari hasil CT scan

pada tanggal 28 Januari 2010. Pasien mengalami pembesaran kepala sejak usia 2,5

bulan (2 minggu terakhir). Pasien MRS untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.

Karena pasien hanya mendapatkan asupan makana dari ASI, maka untuk

resusitasi cairan dan nutrisi parenteral pasien diberikan infus D5 ¼ NS.

Pada tanggal 30 Januari 2010, pasien mendapatkan transfusi PRC dengan

dosis 60cc (30 Januari 2010) dan 30 cc (31 Januari 2010), hal ini disebabkan

karena dari hasil data laboratorium diketahui bahwa kadar hemoglobin (Hgb) dan

hematokrit pada pasien mengalami penurunan hingga 9,9 g/dL dan 28,3%.

Menurut literatur pada bayi <4 bulan, salah satu persyaratan mendapatkan

transfusi PRC adalah jika Hgb <10 g/dL (pediatric transfusion guidelines, 2006).

Terapi lain yang diberikan kepada pasien sebagai terapi pengiring transfusi PRC

adalah Lasix® dengan dosis 6 mg yang diberikan sebelum transfusi PRC, serta Ca

gluconate 10% dengan dosis 0,6 cc yang diberikan setelah transfusi PRC.

Pemberian Lasix® yang berisi Furosemide ini bertujuan untuk mencegah

terjadinya oedema setelah tranfusi PRC. Oedema ini dapat terjadi disebabkan

karena tingginya tekanan osmotik dari darah sehingga menarik sejumlah cairan ke

dalam intravaskular sehingga terjadi overload (Sarode, 2006). Sedangkan Ca

gluconate 10% digunakan untuk mengatasi terjadinya hipokalsemia pada transfusi

PRC, di mana pada PRC terdapat sitrat yang menurunkan sirkulasi ion kalsium,

sehingga dapat mengakibatkan takikardi, muntah dan apnoea (NCCU Clinical

Guidelines, 2006). Pasien juga mendapatkan multivitamin yang diberikan 3 kali

sepertiga sendok teh, untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien.

Pada tanggal 30 Januari 2010 (2 hari setelah MRS) pasien mengalami

batuk dan pilek, dan didiagnosa bronkopneumonia berdasarkan hasil foto thorax.

Bronkopneumonia yang dialami pasien dapat digolongkan sebagai hospital-

acquired pneumonia, karena terjadi ≥ 48 jam setelah pasien masuk rumah sakit

(Fauci,2008). Mikrobiologi penyebab pneumonia ini pada bayi usia 3 minggu-3

bulan yang sering ada Chlamydia trachomati dan S. Pneumoniae, selain itu juga

ada Bordetella pertussis, H. influenzae type B dan nontypeable Moraxella

20

Page 22: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

catarrhalis, Staphylococcus aureus, serta U. Urealyticum (Ostapchuk, et.al.,

2004). Pada pasien ini diberikan Antibiotik Ampicillin sulbactam dengan dosis

3x200 mg, hal ini karena Ampicillin sulbactam mempunyai kemampuan melawan

H. Influenzae yang merupakan salah satu bakteri penyebab pneumonia (Reese,

et.al.,2000). Selain itu, Ampicillin sulbactam merupakan terapi pilihan untuk

pneumonia (Fauci, 2008), terapi pilihan yang lain yang dapat diberikan untuk

pneumonia adalah Ceftriaxon (2g IV q24h) atau Moxifloxacin (400 mg IV q24h),

ciprofloxacin (400 mg IV q8h), atau levofloxacin (750 mg IV q24h).

Selain Ampicillin sulbactam, pasien juga mendapatkan terapi Ventolin®

nebulise, akan tetapi terapi ini tanpa indikasi yang jelas, karena dilihat dari

respiratory rate pasien normal (tidak sesak). Sehingga sebaiknya penggunaan

Ventolin® nebulise dihentikan.

Batuk pasien telah membaik, sehingga pemberian ampicillin sulbactam

dan Ventolin® dihentikan, untuk selanjutnya pasien menunggu acara operasi.

IV. DAFTAR PUSTAKA

21

Page 23: LAPORAN KASUS HIDROCEPHALUS

DEPARTEMEN FARMASI KLINIKFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM PKP RUMAH SAKIT

Anonim, 2004. Guidelines for Transfusion Therapy of Infants from Birth to Four Month of Age. 2nd edition. New York : New York State Department of Health.

Anonim, 2007. Martindale: The Complete Drug Referente. 35th Ed. Britain: The Pharmaceutical Press.

Bennett, N.J., 2010. Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. Accessed Juny 16th 2010.

Espay, A.J., 2009. Hydrocephalus. http://emedicine.medscape.com/. February 17th 2010.

Fauci, S.A, et.al. (editors), 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicines. 17th edition. United States of America: Mcgraw-Hill Co.

McEvoy, G.K., 2005, AHFS Drug Information. American Society of Health System Pharmacist.

MIMS, 2010. MIMS Indonesia. www.mims.com. Accessed Juny 16th 2010.

NINS, 2010. Hydrocephalus Fact Sheet. http://www.ninds.nih.gov. Accessed March 8th 2010.

NCCU Clinical Guidelines, 2006. Haematology and Blood Administration. Section 9. Australia : King Edward Memorial/Princess Margaret Hospitals.

Ostapchuk, M., et.al., 2004. Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children. Am Fam Physician 2004;70:899-908.

Reese, R.E., Beets, R.F. and Gumustop, B., 2000. Handbook of Antibiaotics. 3rd edition. Philadephia : Lippicott Williams & Wilkins. P. 352.

Rizvi, R. & Anjum, Q, 2005. Review Article : Hydrocephalus in Children, Vol 11, No. 55. Karachi : Ziauddin Medical University.

Sarode, Ravindra, 2006. Complications of Transfusion. http://www.merck.com/mmpe/sec11/ch146/ch146e.html. Accessed Juny 16th 2010.

Trissel, L.A, 2007, Pocket Guide to Injectable Drug, 14th Edition, American Society of Health System Pharmacist. P. 29, 52, 191.

22