laporan ikterus TERBARU
-
Upload
mahdiahandini -
Category
Documents
-
view
89 -
download
0
description
Transcript of laporan ikterus TERBARU
SKENARIO 2
Mata Kuning Disertai Demam
Seorang ibu 35 tahun dibawah ke poliklinik rumah sakit karena demam tinggi sejak 3 hari lalu
disertai mual. Penderita juga mengeluh mata dan kulit seluruh tubuh berwarna kuning , disertai
nyeri ulu hati.
Kata Kunci
- Ibu 35 tahun
- Demam tinggi
- Mual
- Mata dan kulit seluruh tubuh berwarna kuning
- Nyeri ulu hati
- 3 hari
Pertanyaan
1. Apa definisi mata kuning?
2. Apa yang menyebabkan mata dan seluruh tubuh berwarna kuning dan nyeri pada ulu
hati?
3. Bagaimana anatomi hepar dan vesica fellea?
4. Mengapa ibu tersebut demam tinggi,Bagaimana fisiologi ekskresi dan sekresi dari
bilirubin, Fungsi hepar (hubungannya dgn bilirubin)?
5. Bagaimana histology hepar?
6. Bagaimana proses metabolisme dan biokimia bilirubin?
7. Bagaimana patomekanisme mata kuning?
IKTERUS
1. Ikterus adalah suatu sindroma yang dikarakteristikan oleh adanya
hiperbilirubunemia dan deposit pigmen empedu pada jaringan termasuk kulit dan
memberan mukosa. Ikterus biasanya dapat dideteksi pada sclera, kulit, atau urin yang
menjadi gelap bila bilirubin serum mencapai 2 – 3 mg/dl. Bilirubin serum normal adalah
0.3 – 1.0 mg/dl. Jaringan permukaan yang kaya elastin, seperti sclera dan permukaan
baeah lidah, biasanya menjadi kuning pertama kali.
Pada individu normal, pembentukan dan eksresi bilirubin berlangsung melalui langkah-
langkah seperti yang terlihat dalam gambar 2. Sekitar 80 – 85 % bilirubin terbentuk dari
pemecahan eritrosit tua dalam system monosit-makrofag. Masa hidup rata-rata eritrosit
adalah 120 hari. Setiap hari dihancurakan sekitar 50 ml darah, dan menghasilkan 250
sampai 350 mg bilirubin. Kini diketahui bahwa sekitar 15 – 20 % pigmen empedu total
tidak bergantung pada mekanisme ini, tetapi berasal dari dekstruksi sel eritrosit matur
dalam sumsum tulang (hematopoiesis tak efektif) dan dari hemoprotein lain, terutama
dari hati.
Pada katabolisme hemoglobin (terutama terjadi dalam limpa), globin mula-mula
dipisahkan dari heme, setelah itu heme diubah menjadi biliverdin. Bilirubin unconjugated
(disebut dengan bilirubin bebas, bilirubun pre hepatic atau bilirubin reaksi tidak
langsung) kemudian dibentuk dari biliverdin. Biliverdin adalah pigmen kehijauan yang
dibentuk melalui oksidasi bilirubin. Bilirubin unconjugated larut dalam lemak, tidak larut
dalam air, dan tidak dapat dieksresikan dalam empedu atau urine. Bilirubin unconjugated
berikatan dengan albumin dalam suatu kompleks larut air, kemudian diangkut oleh darah
ke sel-sel hati. Metabolisme bilirubin didalam hati berlangsung dalam tiga langkah :
ambilan, konjugasi, dan eksresi. Ambilan oleh sel hati memerlukan dua protein hati, yaitu
yang di beri symbol sebagai Y dan Z (lihat Gambar, 2 ) konjugasi bilirubin dengan asam
glukoronat dikatalisasi oleh enzim glukoronil transferase dalam reticulum endoplasma.
Bilirubin conjugated tidak larut dalam lemak, tetapi larut dalam air dan dapat
dieksresikan dalam empedu dan urine.
Penyebab ikterus yang umum adalah :
(1) Meningkatnya pemecahan sel darah merah, dengan pelepasan bilirubin ke dalam
darah.
(2) Sumbatan duktus biliaris atau kerusakan sel hati sehingga bahkan jumlah bilirubin
yang biasa sekalipun tidak dapat disekresikan ke dalam saluran pencerrnaan.
Dua ikterus ini disebut, berturut-turut ikterus hemolotik dan ikterus obstruktif. Keduanya
berbeda satu sama lain dalam cara berikut ini.
Ikterus hemolitik Disebabkan Hemolisis Sel Darah Merah. Pada ikterus
hemolitik, fungsi eksresi hati tidak terganggu, tetapi sel darah merah dihemolisis begitu
cepat sehingga sel hati tidak dapat mengeksresi bilirubin secepat pembentukannyya. Oleh
karena itu. Konsentrasi plasma bilirubin bebas meningkat di atas nilai normal. Selain itu,
kecepatan pembentukan urobilinogen dalam usus sangat meningkat, dan sebagian besar
urobilinogen diabsorbsi ke dalam darah dan akhirnya diekskresikan ke dalam urin.
Ikterus Obstruktif Disebabkan oleh Obstruksi Duktus Biliaris atau Penyakit
Hati. Ikterus obstruktif disebabkan oleh obstruksi duktu sbiliaris (yang sering terjadi jika
sebuah batu empedu atau kanker menutupi duktus koledokus) atau kerusakan sel hati
(yang terjadi pada hepatitis), kecepatan pembentukan billirubinnya normal, tetapi
billirubin yang dibentuk tidak dapat lewat dari darah kedalam usus. Billirubin bebas yang
masih masuk ke sel hati dan dikonjugasi dengan cara yang biasa. Billirubin terkonjugasi
ini kemudian kembali kedalam darah, mungkin karena pecahnya kanalikuli billaris yang
terbendung dan pengosongan llangusng kesaluran limfe yang meninggalkan hati. Jadi,
kebanyakan billirubin dalam plasma menjadi billirubin terkonjugasi dan bukan billirubin
bebas.
3. A NATOMI HATI
Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25% berat
badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat
kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas atas hati
berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas
dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan
terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari system porta hepatis. Omentum minor
terdapat mulai dari system porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus
koledokus. System porta terletak didepan vena kava dan dibalik kandung empedu.
Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan
ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali
lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis
cantlie yang terdapat mulai dari vena kava sampai kandung empedu telah membagi hati
menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relative
sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi. Secara mikroskopis didalam hati manusia
terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel
hati berbentuk kubus yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis.
4. FAAL SEKRESI DAN EKSKRESI BILIRUBIN
75% dari total Bilirubin di dalam tubuh diproduksi oleh sel darah yang hancur, sisanya
oleh dihasilkan dari katabolisme protein heme, dan juga oleh inaktivasi eritropoeisis
sumsum tulang. Bilirubin yang tidak terkonjugasi Bersama dengan Albumin ditranspor
ke sirkulasi sebagai suatu kompleks dengan albumin, walaupun sejumlah kecil dialirkan
kedalam sirkulasi secara terpisah. Bilirubin diubah dari larut lemak menjadi larut air di
hati. Kemudian masuk ke sistem pencernaan dalam bentuk empedu ke duodenum dan
dieksresikan menjadi stereobilin. Melalui sirkulasi menuju ke Ginjal dan diekresikan
dalam bentuk urobilin
Patomekanisme Mata kuning
Ikterus dapat karena adanya gangguan pada sistem bilier (obstruksi) , juga dapat
disebabkan akibat adanya proses inaktivasi eritropoesis yang berlebihan serta proses
Hemolisis. Adanya Demam diakibatkan adanya reaksi radang. Rasa Mual akibat adanya
gangguan peristaltik. Riwayat Diare berlendir dapat terjadi jika pasien pernah terkena
infeksi parasit atau kelainan intestinal.
Hati adalah organ terbesar dan terpenting di dalam tubuh. Organ ini penting untuk sekresi
empedu, namun juga memiliki fungsi lain yaitu :
1. Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari saluran
pencernaan.
2. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainya.
3. Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan darah dan untuk
mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak
7. Ekskresi kolesterol dan bilirubin.
5. HISTOLOGI HATI
Hati terdiri atas bermacam-macam sel. Hepatosit meliputi kurana lebih 60% sel
hati,sedangkan sisanya terdiri dari sel-sel epithelial system empedu dalam jumlah yang
bermakna dan sel-sel parenkimal yang termasuk di dalamnya endotolium, sel kuffer dan
sel stellatayang berbentuk seperti bintang. Hepatosit sendiri dipisahkan oleh sinusoid
yang tersusun melingkari efferent vena hepatica dan duktus hepatikus. Saat darah
memasuki hati melalui arteri hepatica dan vena porta serta menuju vena sentralis maka
akan didapatkan pengurangan oksigen secara bertahap. Sebagai konsekuensinya, akan
didapatkan variasi penting kerentanan jaringan terhadap kerusakan asinus. Membrane
hepatosit berhadapan langsung dengan sinusoid yang mempunyai banyak mikrofili.
Mikrofili juga tampak pada sisi lain sel yang membatasi saluran empedu dan merupakan
petunjuk tempat permulaan sekresi empedu. Permukaan lateral hepatosit memiliki
sambungan penghubung dan desmosom yang saling bertautan dengn sebelahnya.
Sinusoid hati memiliki lapisan endothelial endothelial berpori yang dipisahkan dari
hepatosit oleh ruang disse (ruang sinusoida). Sel-sel lain yang terdapat dalam dinding
inusoid adalah sel fagositik. Sel Kuffer yang merupakan bagian penting sistem
retikuloendothellial dan sel stellata disebut sel itu, limposit atau perisit. Yang memiliki
aktifitas miofibroblastik yang dapat membantu pengaturan aliran darah. Sinosoidal
disamping sebagai faktor penting dalam perbaikan kerusakan hati. Peningkatan aktifitas
sel-sel stellata tampaknya merupakan faktor kunci dalam pembentukan jaringan fibrotik
di dalam hati.
BIOKIMIA BILLIRUBIN
Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzym yang kompleks yaitu heme oksigenase yang merupakan enzym dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier. Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin. Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang menggunakan NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III – IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar merupakan petunjuk reaksi degradasi ini.
Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin. Pada orang dewasa dibentuk sekitar 250–350 mg bilirubin per hari, yang dapat berasal dari pemecahan hemoglobin, proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya. Bilirubin dari jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan air. Bilirubin ini akan diikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar. Dalam 100 ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada albumin. Bilirubin yang melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga mudah lepas dan berdiffusi ke jaringan.
Bilirubin I (indirek) bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin. Pada reptil, amfibi dan unggas hasil akhir metabolisme heme ialah biliverdin dan bukan bilirubin seperti pada mamalia. Keuntungannya adalah ternyata bilirubin merupakan suatu anti oksidan yang sangat efektif, sedangkan biliverdin tidak. Efektivitas bilirubin yang terikat pada albumin kira-kira 1/10 kali dibandingkan asam askorbat dalam perlindungan terhadap peroksida yang larut dalam air. Lebih bermakna lagi, bilirubin merupakan anti oksidan yang kuat dalam membran, bersaing dengan vitamin E.
Di hati, bilirubin I (indirek) yang terikat pada albumin diambil pada permukaan sinusoid hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem transport difasilitasi ini mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan bilirubin akan tergantung pada kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin berikutnya.
Bilirubin nonpolar (I / indirek) akan menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut (II / direk). Hepatosit akan mengubah bilirubin menjadi bentuk larut (II / direk) yang dapat diekskresikan dengan mudah ke dalam kandung empedu. Proses perubahan tersebut melibatkan asam glukoronat yang dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzym bilirubin glukoronosiltransferase. Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym glukoronosiltransferase yang terdapat terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi konjugasi ini berlangsung dua tahap, memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor glukoronat. Tahap pertama akan membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai senyawa antara yang kemudian dikonversi menjadi bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap kedua.
Eksresi bilirubin larut ke dalam saluran dan kandung empedu berlangsung dengan mekanisme transport aktif yang melawan gradien konsentrasi. Dalam keadaan fisiologis, seluruh bilirubin yang diekskresikan ke kandung empedu berada dalam bentuk terkonjugasi (bilirubin II).
-
Pembentukan urobilin
Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa oleh enzym bakteri β glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida direduksi oleh bakteri usus menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak berwarna.
Sejumlah urobilinogen diabsorbsi kembali dari usus ke perdarahan portal dan dibawa ke ginjal kemudian dioksidasi menjadi urobilin yang memberi warna kuning pada urine. Sebagian besar urobilinogen berada pada feces akan dioksidasi oleh bakteri usus membentuk sterkobilin yang berwarna kuning kecoklatan.
Hiperbilirubinemia Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana konsentrasi bilirubin darah melebihi 1 mg/dl. Pada konsentrasi lebih dari 2 mg/dl, hiperbilirubinemia akan menyebabkan gejala ikterik atau jaundice. Ikterik atau jaundice adalah keadaan dimana jaringan terutama kulit dan sklera mata menjadi kuning akibat deposisi bilirubin yang berdiffusi dari konsentrasinya yang tinggi didalam darah. Hiperbilirubinemia dikelompokkan dalam dua bentuk berdasarkan penyebabnya yaitu hiperbilirubinemia retensi yang disebabkan oleh produksi yang berlebih dan hiperbilirubinemia regurgitasi yang disebabkan refluks bilirubin kedalam darah karena adanya obstruksi bilier.
Hiperbilirubinemia retensi dapat terjadi pada kasus-kasus haemolisis berat dan gangguan
konjugasi. Hati mempunyai kapasitas mengkonjugasikan dan mengekskresikan lebih dari 3000
mg bilirubin perharinya sedangkan produksi normal bilirubin hanya 300 mg perhari. Hal ini
menunjukkan kapasitas hati yang sangat besar dimana bila pemecahan heme meningkat, hati
masih akan mampu meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin larut. Akan tetapi lisisnya
eritrosit secara massive misalnya pada kasus sickle cell anemia ataupun malaria akan
menyebabkan produksi bilirubin lebih cepat dari kemampuan hati mengkonjugasinya sehingga
akan terdapat peningkatan bilirubin tak larut didalam darah. Peninggian kadar bilirubin tak larut
dalam darah tidak terdeteksi didalam urine sehingga disebut juga dengan ikterik acholuria.
IKTERUS
Ikterus adalah suatu sindroma yang dikarakteristikan oleh adanya
hiperbilirubunemia dan deposit pigmen empedu pada jaringan termasuk kulit dan
memberan mukosa. Ikterus biasanya dapat dideteksi pada sclera, kulit, atau urin yang
menjadi gelap bila bilirubin serum mencapai 2 – 3 mg/dl. Bilirubin serum normal adalah
0.3 – 1.0 mg/dl. Jaringan permukaan yang kaya elastin, seperti sclera dan permukaan
baeah lidah, biasanya menjadi kuning pertama kali.
Pada individu normal, pembentukan dan eksresi bilirubin berlangsung melalui langkah-
langkah seperti yang terlihat dalam gambar 2. Sekitar 80 – 85 % bilirubin terbentuk dari
pemecahan eritrosit tua dalam system monosit-makrofag. Masa hidup rata-rata eritrosit
adalah 120 hari. Setiap hari dihancurakan sekitar 50 ml darah, dan menghasilkan 250
sampai 350 mg bilirubin. Kini diketahui bahwa sekitar 15 – 20 % pigmen empedu total
tidak bergantung pada mekanisme ini, tetapi berasal dari dekstruksi sel eritrosit matur
dalam sumsum tulang (hematopoiesis tak efektif) dan dari hemoprotein lain, terutama
dari hati.
Pada katabolisme hemoglobin (terutama terjadi dalam limpa), globin mula-mula
dipisahkan dari heme, setelah itu heme diubah menjadi biliverdin. Bilirubin unconjugated
(disebut dengan bilirubin bebas, bilirubun pre hepatic atau bilirubin reaksi tidak
langsung) kemudian dibentuk dari biliverdin. Biliverdin adalah pigmen kehijauan yang
dibentuk melalui oksidasi bilirubin. Bilirubin unconjugated larut dalam lemak, tidak larut
dalam air, dan tidak dapat dieksresikan dalam empedu atau urine. Bilirubin unconjugated
berikatan dengan albumin dalam suatu kompleks larut air, kemudian diangkut oleh darah
ke sel-sel hati. Metabolisme bilirubin didalam hati berlangsung dalam tiga langkah :
ambilan, konjugasi, dan eksresi. Ambilan oleh sel hati memerlukan dua protein hati, yaitu
yang di beri symbol sebagai Y dan Z (lihat Gambar, 2 ) konjugasi bilirubin dengan asam
glukoronat dikatalisasi oleh enzim glukoronil transferase dalam reticulum endoplasma.
Bilirubin conjugated tidak larut dalam lemak, tetapi larut dalam air dan dapat
dieksresikan dalam empedu dan urine.
Penyebab ikterus yang umum adalah :
(3) Meningkatnya pemecahan sel darah merah, dengan pelepasan bilirubin ke dalam
darah.
(4) Sumbatan duktus biliaris atau kerusakan sel hati sehingga bahkan jumlah bilirubin
yang biasa sekalipun tidak dapat disekresikan ke dalam saluran pencerrnaan.
Dua ikterus ini disebut, berturut-turut ikterus hemolotik dan ikterus obstruktif. Keduanya
berbeda satu sama lain dalam cara berikut ini.
Ikterus hemolitik Disebabkan Hemolisis Sel Darah Merah. Pada ikterus
hemolitik, fungsi eksresi hati tidak terganggu, tetapi sel darah merah dihemolisis begitu
cepat sehingga sel hati tidak dapat mengeksresi bilirubin secepat pembentukannyya. Oleh
karena itu. Konsentrasi plasma bilirubin bebas meningkat di atas nilai normal. Selain itu,
kecepatan pembentukan urobilinogen dalam usus sangat meningkat, dan sebagian besar
urobilinogen diabsorbsi ke dalam darah dan akhirnya diekskresikan ke dalam urin.
Ikterus Obstruktif Disebabkan oleh Obstruksi Duktus Biliaris atau Penyakit
Hati. Ikterus obstruktif disebabkan oleh obstruksi duktu sbiliaris (yang sering terjadi jika
sebuah batu empedu atau kanker menutupi duktus koledokus) atau kerusakan sel hati
(yang terjadi pada hepatitis), kecepatan pembentukan billirubinnya normal, tetapi
billirubin yang dibentuk tidak dapat lewat dari darah kedalam usus. Billirubin bebas yang
masih masuk ke sel hati dan dikonjugasi dengan cara yang biasa. Billirubin terkonjugasi
ini kemudian kembali kedalam darah, mungkin karena pecahnya kanalikuli billaris yang
terbendung dan pengosongan llangusng kesaluran limfe yang meninggalkan hati. Jadi,
kebanyakan billirubin dalam plasma menjadi billirubin terkonjugasi dan bukan billirubin
bebas.