Laporan fitokimia
-
Upload
rini-pramuati -
Category
Documents
-
view
218 -
download
6
description
Transcript of Laporan fitokimia
Pemisahan, Identifikasi Fraksi Kurkuminoid dari Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhizae Rhizoma) Secara
Kromatografi Kolom
DOSEN PENGAMPU :
Ghani N.F, S.Farm.,Apt
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 ( TEORI 2 / C )
NAMA ANGGOTA : 1. AYU PRACHILIA S. ( 18123462 A )
2. DEWI LARASWATI ( 18123463 A )
3. RINI PRAMUATI ( 18123464 A )
4. LAILA TASBICHA ( 18123465 A )
5. ANASTASIA HIRYA ( 18123466 A )
6. DOLIK PRASETYO ( 18123467 A )
7. SITI FAIZATUL M. ( 18123468 A )
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2014
PEMISAHAN, IDENTIFIKASI FRAKSI KURKUMINOID DARI RIMPANG TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORRHIZAE RHIZOMA) SECARA
KROMATOGRAFI KOLOM
I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa mampu memahami dan melakukan :
1. Memahami ekstraksi senyawa organik dari simplisia tanaman dengan metode
refluk.
2. Memahami pemisahan komponen-komponen senyawa kimia dengan kromatografi
kolom vakum.
3. Identifikasi senyawa secara kromatografi lapis tpis.
II. DASAR TEORI
Sistematika tanaman temulawak
Kerajaan : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcumae
Spesies : Curcuma xanthorrhiza
Makroskopis : keping tipis, berbentuk bundar/jarang, keras, rapuh,
permukaan berkerut warna coklat kekuningan, melungkung tidak beraturan.
Mikroskopis : epidermis bergabus dan terdapat sedikit rambut, yang
berbentuk kerucut bersel satu. Hiperdermis agak menggabus, kortek silinder
dan sel parenkimatik terdiri dari sel parenkim berisi butir pati.
Kurkuminoid
Struktur kurkuminoid temulawak
Temulawak mengandung fraksi kurkuminoid, pati, dan minyak atsiri. Fraksi pati
merupakan kandungan terbesar (48,18%-59,64%). Fraksi kurkuminoid 1,60–2,20%)
yang terdiri atas senyawa berwarna kuning kurkuminoid dan turunannya. Kandungan
kurkuminoid temulawak terdiri dari dua komponen, yaitu kurkumin dan desmetoksi
kurkumin. Minyak atsiri (6,00–10,00%) yaitu isofuranogermaken, trisiklin, allo-
aromadendren, xanthorrizol. Kurkumin bersifat sukar larut dalam air, heksana, dan light
petroleum. Agak sukar larut dalam benzene, kliroform dan eter. Larut dalam alkohol
aseton dan asam asetat glasial.
Kandungan minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Dan kurkumin
yang terdapat pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat sebagai acnevulgaris, disamping
sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu).
khasiat temulawak seperti sakit limpa, sakit ginjal, sakit pinggang, asma, sakit kepala,
masuk angin, maag, sakit perut, produksi asi, nafsu makan; sembelit, sakit cangkrang,
cacar air, sariawan, jerawat.
Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan tidak murni.
Biasanya senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk
beberapa keperluan yang memerlukan bahan baku kimia dalam keaadaan murni, proses
pemisahan perlu dilakukan. Metode pemisahan adalah suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau kelompok senyawa yang
mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala
laboratorium maupun skala industri. Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan
dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fase
komponen penyusun campuran.
Temulawak ( curcuma xanthorrhiza ) banyak ditemukan di hutan-hutan daerah
tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama
pada tanah gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar.
Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk
batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daunnya lebar dan pada setiap
helaian dihubungkan dengan pelapah dan tangkai daun yang agak panjang. Temulawak
mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua.
Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat. Daerah tumbuhnya
selain di dataran rendaah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500
meter di atas permukaan laut.
Kurkuminoid dapat diisolasi dari Temulawak, kunyit atau beberapa tanaman lain
yang telah diketakui mengandung Kurkuminoid .Isolasi kurkuminoid dapat dilakukan
dengan berbagai metode dan variasi modifikasi. Kurkuminoid rimpang temulawak
adalah suatu zat yang terdiri dari campuran komponen senyawa yang bernama
kurkumin dan desmetoksi kurkumin, mempunyai warna kuning atau kuning jingga,
berbentuk serbuk dengan rasa sedikit pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat
glasial, dan alkali hidroksida. Kurkumin tidak larut dalam air dan dietileter.
Kurkuminoid mempunyai aroma khas tidak bersifat toksik. Kurkumin mempunyai
rumus molekul C21H20O6 (Bobot molekul = 368) sedangkan desmetoksi kurkumin
mempunyai rumus molekul C21H20O6 dengan bobot molekul 385.
Isolasi kurkumin dilakukan melalui beberapa tahap,tahap pertama ekstraksi
dengan metode refluks menggunakan pelarut pertroleum eter dan ampasnya diekstraksi
dengan metanol.kemudian ekstrak pekatnya dikromatografi kolom vakum yang dielusi
dengan campuran n-heksan, etil asetat dan metanol secara gradien. Fraksi yang
mengandung kurkuminoid dikromatografi kolom untuk memisahkan kurkumin dengan
adsorben silika gel dan eluen kloroform-asam asetat glasial (9:1).
METODE YANG DIGUNAKAN DALAM PRAKTIKUM
1) Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat atau kering yang diperoleh dengan mengekstraksi
zat-zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali
campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali
dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan.
Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka
terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam
konsentrasi yang terlalu rendah (Suparni, 2009).
Ektraksi dapat dilakukan pada daun teh agar dapat menentukan kadar
kafeinnya. Ekstraksi sendiri adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Dalam
melakukan ekstraksi bisa dilakukan dengan tiga metode dasar pada ektraksi cair
yaitu ekstraksi bertahap (batch), ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current.
Dalam ekstraksi sering menggunakan hukum distribusi Nerst dalam
analisisnya. Hukum Distribusi Nernst ini menyatakan bahwa solut akan
mendistribusikan diri di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga
setelah kesetimbangan distribusi tercapai, perbandingan konsentrasi solut di dalam
kedua fasa pelarut pada suhu konstan akan merupakan suatu tetapan, yang disebut
koefisien distribusi (KD), jika di dalam kedua fasa pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi
apapun. Aplikasi ektraksi dalam industri seperti ektraksi phenol dari larutan coal
tar. Selain itu, ektraksi digunakan sebagai operasi komplementer.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSI
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi, diantaranya :
1) Suhu dan Kelarutan
Bahan yang diekstraksi biasanya akan meningkat dengan meningkatnya
suhu, sehingga diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada beberapa kasus,
batas atas untuk suhu operasi ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah perlunya menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.
2) Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontak antara
padatan dan solven, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan
laju transfer massa semakin tinggi.
3) Faktor solven
Kafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi menggunakan solven
organik, dan kondisi ekstraksi (solven, suhu, waktu, pH, dan rasio komposisi
solven dengan bahan) dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein.
Ekstraksi dapat dilakukan berbagai cara, yaitu :
a) Ekstraksi padat-cair (Leaching) adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan inert kedalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang
bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke
keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi
dilakukan jika bahan yang dimaksud larutnya dalam solvent
pengekstrak.
b) Ekstraksi cair-cair adalah suatu proses transfer massa zat terlarut (solut)
diantara 2 pelarut yang tidak saling campur. Zat yang diekstraksi
terdapat di dalam campuran berbentuk cair. Tujuan utama ekstraksi
pelarut adalah purifikasi. Purifikasi dapat terjadi jika solut memiliki
koefisien partisi besar sedangkan pengotor memiliki koefisien partisi
yang lebih rendah. Kegunaan lainnya untuk pemisahan dua senyawa atau
lebih berdasarkan koefisien distribusinya, hal ini terjadi jika dua
senyawa memiliki sifat kimia sangat berbeda.
2) Kromatografi
Dasar pemisahan yaitu didasarkan atas perbedaan kecepatan migrasi
komponennya atau senyawa-senyawa yang dibawa oleh fase gerak dan ditahan
secara selektif oleh fase diam, yang bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa
dengan waktu yang tidak terlalu lama. Metode kromatografi yang dipakai pada
pratikum ini antara lain :
a) Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan cara pemisahan zat yang cepat
dengan menggunakan bahan berbutir-butir (fase diam) yang ditempatkan
pada penyangga berupa pelat gelas/kaca, logam, atau lapisan lain yang
sesuai. Mekanisme pemisahannya yaitu adsorpsi dan partisi. Penilaian
kromatogram berdasarkan angka Rf pada lempeng KLT. Jarak
pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan
angka Rf.
b) Kromatografi Kolom merupakan teknik kromatografi yang digunakan untuk
memisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase
gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang
berada pada larutan. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom
merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom
digolongkan kedalam kromatografi cair-padat (KCP) kolom terbuka.
Fasa diam berupa adsorben yang tidak larut dalam fasa gerak, ukuran partikel
fasa diam harus seragam. Adanya pengotor dalam fasa diam dapat
menyebabkan adsorbsi tidak reversible. Sebagai fasa diam digunakan
alumina, silica gel, arang, bauksit, kalsium karbonant, bauksit, magnesium
karbonat, pati, talk, selulose, gula, tanah diatom.
Pengisian fasa diam ke dalam kolom dapat dilakukan dengan cara kering dan cara
basah. Pada cara basah fasa diam dibuat bubur dulu dengan pelarut yang akan
digunakan untuk fasa gerak, baru kemudian dimasukkan kedalam kolom. Fasa gerak
dalam kromatografi kolom dapat berupa pelarut tunggal atau campuran beberapa
pelarut dengan komposisi tertentu. Pelarut dapat polar atau non polar dengan berat
molekul kecil lebih cepat meninggalkan fasa diam. Keterbatasan kromatografi kolom-
terbuka klasik ialah pemisahan lambat; penjerapan linarut yang tidak bolak-bali; dan
tidak dapat dipakai jika partikel terlalu kecil. Kombinasi antara kromatografi kolom
kering dan kromatografi cair vakum memiliki kelebihan dimana laju pengelusian lebih
tinggi dan memperpendek waktu kontak linarut dengan penjerap.
Analisis rendemen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
rendemen fraksi= berat fraksiberat eksrak
x100 %
III. ALAT DAN BAHAN
1) Ekstraksi
Alat :
- Labu alas bulat - Kondensor
- Selang air - Klem dan statif
- Kaki tiga - Lampu spirtus
- Panci penaangas air - Kertas saring
- Corong - Kapas
- Erlenmeyer.
Bahan : serbuk temulawak, petroleum eter, methanol
2) KKV
Alat :
- Kolom - Vakum
- Beaker glass - Batang pengaduk
- Botol
Bahan : ekstrak temulawak, heksan, etil asetat, methanol
3) KLT
Alat :
- Bak kromatografi - Lempeng KLT silika gel GF254
- Beaker glass - Pipa kapiler
- Kertas saring - Papan kromatografi
- Beaker glass
Bahan : ekstrak temulawak, fraksi, methanol, heksan, etil asetat, asam asetat
a. Ekstraksi secara refluks
b. Kromatografi lapis tipis
c. Kromatografi kolom
d. Fraksi setelah di KKV
Fraksi 1-5 sebelum diuapkan Fraksi 1-5 setelah diuapkan
Fraksi 6-11 sebelum diuapkan Fraksi 6-11 setelah diuapkan
IV. CARA KERJA
1. Penyiapan Ekstrak
2. Pemisahan Komponen Senyawa Aktif Dengan KKV
Ekstraksi serbuk rimpang temulawak 50 gsecara refluk dengan 100 ml pelarut petroleum eter selama 1 jam
Setelah itu saring dan ampas dikeringkan
ekstraksi ampas secara refluk dengan metanol sebanyak 100 ml selama 2 jam.
Saring filtrat kemudian uapkan diatas tangas air pada suhu serendah mungkin hingga bebas pelarut
Kemudian ambil sedikit dalam wadah vial kecil dan gunakan untuk pemeriksaan KLT dengan tujuan mencari eluen yang terbaik untuk pemisahan selanjutnya
V. HASIL PERCOBAAN
1) Kromatografi Lapis Tipis
Fase Gerak : CHCl3 : Etanol 95% : Asam Asetat Glasial = 94 : 5 : 4
Fase Diam : Silika gel GF254
Deteksi 254 nm : Pada sampel : Peredaman warna ungu.
Pada Standar : peredaman warna ungu.
Masukkan adsorben kedalam kolom dalam keadaan kering atau dibuat seperti bubur dengan pelarut
Pengisian dilakukan demngan bantuan pengaduk untuk menampatkan adsorben dan glass wool pada dasar kolom
Pengisian haarus dilakukan secara hati-hati sepadat mungkin agar rata sehingga terhindar dari gelembung-gelembung udara
Masukkan ekstrak yang sudah dikeringkan dengan adsorben dengan hati-hati keatas kolom kemudian elusi dengan n-hexan, etil asetat, methanol secara gradien.
Dengan bantuan vakum, masing0masing eluat yang keluar ditampung dlam wadah, kemudian uapkan
Lakukan identifikasi fraksi secara KLT dengan eluen yang cocok sehingga diperoleh pemidahan yang baik
Fraksi yang mempunyai Rf sama dengan standar (kurkumin, kurkuminoid) dikumpulkan
Pemisahan senyawa kurkumin dapat dilanjutkan dengan kromatografi klolom atau secara kromatografi preparatif
Deteksi UV 254 nm
Deteksi UV 366 nm
VI. ANALISIS HASIL
1) Berat kaca arloji + Ekstrak = 42,594 gram
Berat kca arloji = 41,919 gram
Berat Ekstrak = 0,665 gram
Tabel 1.Hasil Analisis Data Setiap Fraksi
No. Fraksi
Berat
Botol
Kosong
Berat
Botol
Sesudah
Diuapkan
Berat
Fraksi
Ekstrak
% Rendemen
(
Berat FraksiBerat Ekstrak
x100 %¿
1Fraksi N-heksan
100 ml100,054 100,567 0,513 77,14 %
2 Fraksi N-heksan : 85,809 86,104 0,295 44,36 %
Etil Asetat = 8 : 2
dalam 50 ml
3
Fraksi N-heksan :
Etil Asetat = 6 : 4
dalam 50 ml
101,073 101,527 0,454 68,27 %
4
Fraksi N-heksan :
Etil Asetat = 4 : 6
dalam 50 ml
88,954 89,284 0,330 49,62 %
5
Fraksi N-heksan :
Etil Asetat = 2 : 8
dalam 50 ml
99,102 102,028 2,926 440 %
6Fraksi Etil Asetat
50 ml91,429 94,010 2,851 388,12 %
7
Fraksi Etil Asetat
: Metanol = 8 : 2
dalam 50 ml
88,072 91,654 3,573 537,29 %
8
Fraksi Etil Asetat
: Metanol = 6 : 4
dalam 50 ml
84,991 85,887 0,896 134,73 %
9
Fraksi Etil Asetat
: Metanol = 4 : 6
dalam 50 ml
88,347 89,418 1,071 161,05 %
10
Fraksi Etil Asetat
: Metanol = 2 : 8
dalam 50 ml
83,931 86,774 2,843 427,51 %
11Fraksi Metanol
100 ml99,306 103,600 4,294 645,71 %
Tabel 2. Perhitungan Rf dari Setiap Fraksi, Sampel, dan Standar
1) Rf Standar Kurkumin
A=1,77,5
=0,226 0,23
B=2,97,5
=0,386 0,39
2) Rf Fraksi N-heksan (Sampel)
A= 27,5
=0,266 0,27 D=6,17,5
=0,813 0,81
B=2,97,5
=0,386 0,39 E=6,77,5
=0,893 0,89
C=5,27,5
=0,693 0,69 F=7,27,5
=0,96
3) Rf Fraksi N-heksan 100 ml
Tidak mengalami elusi
4) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 8 : 2 dalam 50 ml
A= 67,5
=0,80
B=6,97,5
=0,92
5) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 6 : 4 dalam 50 ml
A=1,97,5
=0,253 0,25
B= 67,5
=0,80
C=6,87,5
=0,906 0,91
6) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 4 : 6 dalam 50 ml
A=1,97,5
=0,253 0,25
7) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 2 : 8 dalam 50 ml
A=0,77,5
=0,093 0,09
B=1,67,5
=0,213 0,21
C=1,97,5
=0,253 0,25
D=2,77,5
=0,36
8) Rf Fraksi Etil Asetat 50 ml
A=1,57,5
=0,20
B=1,97,5
=0,253 0,25
C=2,77,5
=0,36
9) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 8 : 2 dalam 50 ml
Tidak mengalami elusi
10) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 6 : 4 dalam 50 ml
A=1,07,5
=0,13
B=1,87,5
=0,24
C=2,87,5
=0,373 0,37
11) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 4 : 6 dalam 50 ml
A=1,87,5
=0,24
B=2,57,5
=0,33
12) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 2 : 8 dalam 50 ml
A=1,87,5
=0,24
13) Rf Fraksi Metanol 100 ml
Tidak mengalami elusi
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemisahan dan identifikasi fraksi
kurkumoid dari rimpang temulawak secara kromatografi kolom.Dalam percobaan ini
dilakukan pemisahan komponen-komponen senyawa kimia dengan kromatografi kolom
vakum ,kemudian dilanjutkan dengan Identifikasi senyawa secara kromatografi lapis
tipis.Pada percobaan ini dilakukan pembacaan noda pada kromatografi lapis tipis dengan
panjang gelombang pada UV 254 nm,lempeng akan berfluoresensi sedangkan sample akan
tampak berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan indicator fuoresensi yang terdapat pada lempeng
fluoresensi cahaya yang tampak merupakan amisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika electron yang teeksitasi dari tingkat enrgi dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.Setelah dilakukan
identifikasi fraksi secara KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dengan eluen yang cocok sehingga
diperoleh pemindahan yang baik pada sampel.Pada percobaan ini dilakukan identifikasi
senyawa dengan KLT menggunakan Fase Gerak CHCl3 : Etanol 95% : Asam Asetat Glasial =
94 : 5 : 4,Fase Diam Silika gel GF254.Identifikasi ini untuk menentukan nilai Rf dari masing-
masing fraksi untuk dibandingkan dengan nilai Rf dari standar Kurkuminod.Dimana nilai Rf
dari elusi masing-masing fraksi yang sama atau mendekati dengan nilai Rf dari standar maka
fraksi tersebut dikatakan mengandung senyawa Kurkuminoid .
Dari pemeriksaan KLT tersebut dilakukan identifikasi dengan menggunakan beberapa
tingkat konsentrasi pelarut dengan masing-masing perbandingan yang berbeda seperti yang
tercantum pada tabel hasil di atas,serta diperoleh dua elusi dengan nilai Rf pada standard
Kurkuminoid sebesar 0,23 dan 0,39 dan nilai Rf untuk sampel pada fraksi N-heksan sebesar
0,39.
Dari semua data nilai Rf yang mendekati standar adalah pada Rf Fraksi N-heksan :
Etil Asetat = 4 : 6 dalam 50 ml sebesar 0,25 dengan perbandingan etil asetat lebih
besar.Begitu pula pada fraksi Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 2 : 8 dalam 50 ml,dimana
nilai ini mendekati Rf standar dari kurkuminoid.Berdasarkan hasil tersebut,nilai Rf eluen
yang mendekati standar adalah pada pelarut yang bersifat polar.Hal ini dikarenakan senyawa
Kurkuminod elusinya lebih mendekati pelarut polar dari pada non polar.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1. Kromatografi Kolom merupakan teknik kromatografi yang digunakan untuk
memisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan
fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.
2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya.
3. Eluen yang mendekati standard kurkumin adalah pada fraksi N-heksan : Etil Asetat =
4 : 6 dalam 50 ml sebesar 0,25 dan pada fraksi N-heksan : Etil Asetat = 2 : 8 dalam
50 ml.
4. Senyawa kurkuminoid sebagian besar terkandung pada senyawa polar atau semi polar
Hal ini dikarenakan nilai Rf pada pelarut polar atau semi polar sama atau mendekati
nilai Rf standard kurkuminoid dari pada pelarut non polar .
IX. DAFTAR PUSTAKA
Fransiska Leviana.,M.Sc.,Apt.,Mamik Ponco Rahayu.,M.Si.,Apt. 2014. Petunjuk
Praktikum Fitokimia S1 Farmasi. Fakultas Farmasi. Universitas Setia Budi.
Surakarta.
https://hadyherbs.wordpress.com/2011/12/05/kurkumin-dari-rimpang-temulawak/
https://www.google.com/search?
q=temulawak&biw=1366&bih=657&source=lnms&sa=X&ei=vc96VJCWJMWLu
wSe9YJQ&sqi=2&pjf=1&ved+0CAsQ_AUoAA&dpr=1#q=klasifikasi+temulawa
k