Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

43
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai komponen terdiri dari gigi    geligi, sendi temporomandibula (STM), otot kunyah, dan sistem syaraf. Otot digerakan oleh sistem impuls syaraf karena ada tekanan yang timbul dari gigi bawah berkontak dengan gigi atas sehingga mandibula dapat melaksanakan aktifitas fungsional dari sistem mastikasi. Keharmonisan antara komponen    komponen ini sangat penting dipelihara kesehatan dan kapasitas fungsionalnya. Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak ditemukan sistem mastikasi yang  bermasalah yang sering dijumpai dalam praktek dokter gigi. Salah satu dari sistem mastikasi yang bermasalah dan berpengaruh terhadap penyakit periodontal yaitu kebiasaan mengunyah dengan satu sisi. Dimana dengan keadaan seperti ini dapat menimbulkan b eberapa gangguan pada kesehatan rong ga mulut, terutama mengenai dari sendi-sendi yang ada dalam rongga mulut. Sendi-sendi pada rahang yang mendukung dalam proses pengunyahan pada rongga mulut manusia yaitu sendi temporo mandibula atau temporomandibular joint (TMJ) yang mungkin  belum banyak dikenal o leh masyarakat awam. Pada pasien yang memiliki kebiasaan mengunyah satu sisi dapat terjadi gangguan sendi rahang pada rongga mulutnya, yang bila tidak cepat dilakukan  perawatan pada kasus ini akan berkembang menjadi penyakit yang lebih parah sehingga dapat mengenai jaringan periodonsium. Sehingga dengan kebiasaan mengunyah satu sisi dapat sebagai penyebab dari penyakit periodontal. Dan perawatan yang dapat dilakukan oleh para praktisi dental terhadap kelainan STM yang disebabkan oleh kebiasaan mengunyah satu sisi ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, mengurangi beban yang merusak, serta merestorasi

Transcript of Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

Page 1: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 1/43

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang

mempunyai komponen terdiri dari gigi  –  geligi, sendi temporomandibula (STM),

otot kunyah, dan sistem syaraf. Otot digerakan oleh sistem impuls syaraf karena

ada tekanan yang timbul dari gigi bawah berkontak dengan gigi atas sehingga

mandibula dapat melaksanakan aktifitas fungsional dari sistem mastikasi.

Keharmonisan antara komponen  –   komponen ini sangat penting dipelihara

kesehatan dan kapasitas fungsionalnya.

Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak ditemukan sistem mastikasi yang

 bermasalah yang sering dijumpai dalam praktek dokter gigi. Salah satu dari sistem

mastikasi yang bermasalah dan berpengaruh terhadap penyakit periodontal yaitu

kebiasaan mengunyah dengan satu sisi. Dimana dengan keadaan seperti ini dapat

menimbulkan beberapa gangguan pada kesehatan rongga mulut, terutama

mengenai dari sendi-sendi yang ada dalam rongga mulut. Sendi-sendi pada rahang

yang mendukung dalam proses pengunyahan pada rongga mulut manusia yaitu

sendi temporo mandibula atau temporomandibular joint (TMJ) yang mungkin

 belum banyak dikenal oleh masyarakat awam.

Pada pasien yang memiliki kebiasaan mengunyah satu sisi dapat terjadi

gangguan sendi rahang pada rongga mulutnya, yang bila tidak cepat dilakukan

 perawatan pada kasus ini akan berkembang menjadi penyakit yang lebih parah

sehingga dapat mengenai jaringan periodonsium. Sehingga dengan kebiasaan

mengunyah satu sisi dapat sebagai penyebab dari penyakit periodontal.

Dan perawatan yang dapat dilakukan oleh para praktisi dental terhadap

kelainan STM yang disebabkan oleh kebiasaan mengunyah satu sisi ini bertujuan

untuk mengurangi rasa nyeri, mengurangi beban yang merusak, serta merestorasi

Page 2: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 2/43

2

fungsi dan aktivitas normal sehari  –   hari. Dan lebih diutamakan lagi bahwa

 perawatan yang dilakukan dapat meminimalisirkan bahkan memberhentikan

kebiasaan untuk mengunyah pada satu sisi.

Pilihan perawatan yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami masalah

dari sistem mastikasi yaitu dengan oerawatan secara konservatif meliputi

mengistirahatkan rahang, obat- obatan, latihan ,perawatan faktor pendorong yang

lain, perawatan psikososial, dan lain –  lain

Page 3: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 3/43

3

1.2 Rumusan masalah

Dalam laporan praktikum ini terdapat beberapa rumusan yang di muat, yaitu:

1.  Bagaimana pergerakan normal yang di lakukan oleh sendi temporo

mandibular?

2.  Bagaimana prosedur pemeriksaan sendi temporo mandibular?

3.  Bagaimana kelainan yang dapat di timbulkan oleh sendi temporo mandibula?

1.3 Manfaat

Dalam laporan praktikum ini terdapat beberapa rumusan yang di muat, yaitu:

1.  mahasiswa dapat mengerti pergerakan normal yang dilakukan oleh sendi

temporo mandibular.

2.  mahasiswa dapat mengerti prosedur pemeriksaan sendi temporo mandibular.

3.  mahasiswa dapat mengerti kelainan yang dapat di timbulkan oleh sendi

temporo mandibular.

Page 4: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 4/43

4

BAB II

DASAR TEORI

2.1 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA

Sendi rahang atau Temporomandibular Joint (TMJ) belum banyak dikenal

orang awam, padahal bila sendi ini terganggu dapat memberi dampak yang cukup

 besar terhadap kualitas hidup (Pedersen, 1996). 

TMJ adalah sendi yang kompleks, yang dapat melakukan gerakan

meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Mekanismenya unik karena

sendi kiri dan kanan harus bergerak secara sinkron pada saat berfungsi. Tidak

seperti sendi pada bagian tubuh lain seperti bahu, tangan atau kaki yang dapat

 berfungsi sendiri-sendiri. Gerakan yang terjadi secara simultan ini dapat terjadi

 bila otot-otot yang mengendalikannya dalam keadaan sehat dan berfungsi dengan

 baik (Pedersen, 1996). 

Istilah Temporomandibular Disorders (TMD) diusulkan oleh Bell pada

tahun 1982, yang dapat diterima oleh banyak pakar. Gangguan sendi rahang atau

TMD adalah sekumpulan gejala klinik yang melibatkan otot pengunyahan, sendi

rahang, atau keduanya (Pedersen, 1996). 

2.1.1 Prosesus kondiloideus

Kondiloideus mandibula adalah bagian yang menonjol dari mandibula

yang meluas ke arah superior dan posterior, berbentuk cembung dengan panjang

20mm medio-lateralis dan 8-10mm ketebalan anterior-porterior4.

Permukaan artikulasi tulang temporal terdiri dari dua bagian yaitu fosa

artikularis dan eminensia artikularis. Fosa artikularis cekung dalam arah antero-

 posterior medio-lateral. Eminensia artikularis membentuk batas anterior dari fosa

mandibularis yang meluas ke posterior dan dibatasi oleh linggir meatus akustikus

eksternus4,5.

Meniskus berbentuk oval yang membagi sendi menjadi dua bagian yang

terpisah, yaitu bagian atas antara meniskus dan permukaan artikularis tulang

temporal dan bagian bawah di antara meniskus dan permukaan kondiloideus.

Bentuk permukaan atasnya cekung-cembung dari depan ke belakang yang

Page 5: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 5/43

5

 beradaptasi dengan permukaan artikulasi tulang temporal sedangkan bentuk

 permukaan bawahnya cekung yang beradaptasi dengan kondiloideus 1. Prosesus

kondiloideus 2. Ligamen Sendi Temporomandibula 3. Suplai Darah pada Sendi

Temporomandibula 4. Persarafan pada Sendi Temporomandibula mandibula. Di

 bagian depan dan belakang tebal sedangkan tipis di antara ke dua penebalan ini.

Ligamen kapsular melekat ke sekeliling meniskus ini, tendon muskulus

 pterigoideus eksternus, muskulus maseter dan muskulus temporalis melekat ke

 pinggir depan dari meniskus ini melalui ligamen kapsular3,4.

Meniskus ini terbentuk dari kolagen avaskuler yang berfungsi untuk

menstabilisasi kondilus terhadap permukaan artikularis tulang temporal. Fungsi

lapisan lemak yang terdapat di muskulus pterigoideus lateralis adalah untuk

memungkinkan terjadinya gerakan rotasi pada saat membuka mulut. Daerah ini

mengandung pleksus vena sehingga didapati jaringan lunak yang fleksibel4.

Kapsul sendi di sebelah luar membentuk ligamen kapsular yang terdiri dari

 jaringan ikat berserat putih yang melekat ke atas pada bagian pinggir fosa

artikularis dan tuberkulum artikularis, melekat ke bawah kolum mandibula.

Kapsul ini diperkuat oleh ligamen temporomandibula di sebelah lateral sedangkan

 bagian depan diperkuat oleh muskulus pterigoideus4.

2.2.1 Ligamen Sendi Temporomandibula

Ligamen temporomandibula lebih luas di bagian atasnya dari pada di

 bagian bawahnya. Perlekatannya ke permukaan lateralis dari arkus zigomatikus

dan ke tuberkulum artikularis pada bagian atas. Di bagian bawah melekat ke

kolum mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di

sebelah lateral, sedangkan di sebelah medial dengan ligamen kapsular5.

Ligamen sphenomandibula bentuknya tipis dan pipih, melekat ke  spina

angularis os sphenoidalis  pada bagian atas, melekat di bagian bawah sebelah

lingual dari foramen mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus

 pterigoideus eksternus di bagian atas, di bagian bawah dengan arteri dan vena

alveolaris inferior, lobus kelenjar parotis dan ramus mandibula. Di sebelah medial

 berhubungan dengan muskulus pterigoideus internus3,6.

Page 6: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 6/43

6

Ligamen stylomandibula bentuknya bulat dan panjang. Ligamen ini

melekat ke prosesus stiloideus os temporalis di bagian atas. Di bagian bawah

melekat ke angulus mandibula dan margo posterior dari ramus mandibula.

Ligamen ini berhubungan dengan muskulus maseter dan kelenjar parotis pada

 bagian lateral. Di bagian medial dengan muskulus pterigoideus internus dan

kelenjar submandibularis3,6.

2.2.3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

Di belakang meniskus ada suatu kelompok jaringan ikat longgar yang

 banyak berisi pembuluh darah dan saraf. Suplai darah yang utama pada sendi ini

oleh arteri maksilaris interna terutama melalui cabang aurikular. Arteri maksilaris

merupakan abang terminal dari arteri karotis eksterna yang mensuplai struktur di

 bagian dalam wajah dan sebagian wajah luar. Awalnya berada di kelenjar parotis,

 berjalan ke depan di antara ramus mandibula dengan ligamen sphenomandibula,

kemudian ke sebelah dalam dari muskulus pterigoideus eksternus menuju fosa

 pterigoideus3.

Arteri ini terbagi atas 3 bagian yaitu:  Pars mandibularis yang berjalan

mulai dari bagian belakang kolum mandibula sampai ke fosa infratemporalis, Pars

 pterigoideus yang berada di dalam fosa infratemporalis,  Pars pterygopalatinus

yang berada di dalam fosa pterigopalatina. Daerah sentral meniskus, lapisan

fibrous dan fibrokartilago umumnya tidak memiliki suplai darah sehingga

metabolismenya tergantung pada difusi tulang yang terletak di dalam dan cairan

sinovial3.

2.24. Persarafan pada Sendi Temporomandibula

Persarafan sensorik pada sendi temporomandibula yang terpenting

dilakukan oleh nervus aurikulotemporal yang merupakan cabang pertama

 posterior dari nervus mandibularis. Saraf lain yang berperan adalah nervus

maseterikus dan nervus temporal. Nervus maseterikus bercabang lagi di depan

kapsul dan meniskus. Nervus aurikulotemporal dan nervus maseterikus

merupakan serabut-serabut proprioseptif dari impuls sakit nervus temporal

Page 7: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 7/43

7

anterior dan posterior melewati bagian lateral muskulus pterigoideus, yang

selanjutnya masuk ke permukaan dari muskulus temporalis, saluran spinal dari

nervus trigeminus. Permukaan fibrous artikular, fibrokartilago, daerah sentral

meniskus dan membran sinovial tidak ada persarafannya.

2.2.5Otot-otot yang berperan di Temporo Mandibulae Joint 

· M. Masseter  

· M. Pterygoideus Externa et Interna 

· M. Mylohyoid 

· M. Temporalis

· M. Geniohyoid 

· M. Digastricus Venter anterior et posterior (Pedersen, 1996).

2.3 Fisiologi Pergerakan Sendi Temporo Maandibula 

Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam

hubungannya dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :

2.3.1. Gerak membuka

Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih

kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus

lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia

artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus

relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut

anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang

 berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula

 berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak

ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan

terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat

dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus

yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada

tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya (Pedersen,

1996). 

Page 8: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 8/43

8

a. Gerak membuka

 b. Gerak menutup

c. Protrusi

d. Retusi

e. Gerak lateral 

mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun

akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada

keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis

(Pedersen, 1996).

2.3.2 Gerak menutup

Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan

muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi,

dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus

kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak

menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus

lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula

akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup

retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan

muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa

glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal

(Pedersen, 1996). 

Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot

 pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian

atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis

cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini

 berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi

menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi

mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum

canalis mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah

articulatio temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau

Page 9: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 9/43

9

tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan

dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa

artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stress (Pedersen, 1996).

2.3.3 Protrusi

Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke

depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada

kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah

muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis.

Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi

muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus

medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya

mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula

yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga

akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia

artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura

tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran

gerak protrusi ini (Pedersen, 1996).

2.3.5 Retrusi

Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus

artikularisnya akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut

 posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot

antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut (Pedersen, 1996). 

Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus

kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas

 bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis

akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap

caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang (Pedersen,

1996).

Page 10: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 10/43

10

2.3.6 Gerak lateral

Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk

mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar,

 prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan

tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis sedangkan

tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang

terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus

artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui kontraksi

muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan

relaksasi serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi

satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan

 berlangsung bergantian, yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi Pada

gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap

ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi

kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada

 bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput

yang „cekat‟, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral

akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak

Bennett (Pedersen, 1996). 

Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga

mempunyai aksi postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula

terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi

tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah atau  freeway space diantara arkus

dentalis superior dan inferior (Pedersen, 1996).

2.4 Keabnormala pada proses TMJ diantara: 

2.4.1 Dislokasi

misalnya luksasi terjadi bila kapsul dan ligamen temporomandibula mengalami

gangguan sehingga memungkinkan processus condylaris untuk bergerak lebih

kedepan dari eminentia articularis dan ke superior pada saat membuka mulut.

Kontriksi otot dan spasme yang terjadi selanjutnya akan mengunci processus

Page 11: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 11/43

11

condylaris dalam posisi ini, sehingga mengakibatkan gerakan menutup. Dislokasi

dapat terjadi satu sisi atau dua sisi, dan kadang terjadi secara sepontan bila mulut

dubuka lebar, misalnya pada saat makan atau mengunyah. Dislokasi dapat juga

ditimbulkan oleh trauma saat penahanan mandibula waktu dilakukan anestesi

umum atau akibat pukulan. Dislokasi dapat bersifat kronis dan kambuh, dimana

 pasien akan mengalami serangkaian serangan yang menyebabkan kelemahan

abnormal kapsul pendukung dan ligamen(subluksasi kronis) (Pedersen, 1996).

2.4.2 Kelainan internal 

 jika perlekatan meniscus pada kutub processus condylaris lateral mengendur atau

terputus, atau jika zona bilaminar mengalami kerusakan atau degenerasi akibat

trauma atau penyakit sendi ataupun keduanya, maka stabilitas sendi akan

terganggu. Akibatnya akan terjadi pergeseran discus kearah anteromedial akibat

tidak adanya penahanan terhadap pergerakan musculus pterygoideus laterralis

superior. Berkurangnya pergeseran kearah anterior yang spontan dari discus ini

akan menimbulkan ”kliking” yang khas, yang akan terjadi bila jarak antara insisal

meningkat. Sumber ”kliking”sendi ini berhubungan dengan pergeseran prosescus

condylaris melewati pita posterior meniscus yang tebal. Dengan memendeknya

 pergeseran anterior dari meniscus, terjadi ”kliking” berikutnya. Pada tahap inilah

discus akan bersifat fibrokartilagenus, yang mendorong terbentuknya konfirgurasi

cembung-cembung (Pedersen, 1996). 

Closed lock merupakan akibat dari pergeseran discus ke anterior

yang terus bertahan. Bila pita posterior dari discus yang mengalami deformasi

tertahan di anterior processus condylaris, akan terbentuk barier mekanis untuk

 pergeseran processus condylaris yang normal. Jarak antar insisial jarang melebihi

25 mm, tidak terjadi translasi, dan fenomena “clicking” hilang. Closed lock dapat

terjadi sebentar-sebentar dengan disela oleh “clicking” dan “locking”, atau bisa

 juga bersifat permanen. Pada kondisi parsisten, jarak antar insisal secara bertahap

akan meningkat akibat peregangan dari perlekatan posterior discus, dan bukannya

oleh karena pengurangan pergeseran yang terjadi. Keadaan ini dapat berkembang

Page 12: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 12/43

12

ke arah perforasi discus yang disertai dengan osteoarthritis pada processus

condylaris dan eminentia articularis (Pedersen, 1996). 

2.4.3. Closed lock akut

Keadaan closed lock yang akut biasanya diakibatkan oleh trauma yang

menyebabkan processus condylaris terdorong ke posterior dan akibat terjadi

cedera pada perlekatan posterior. Rasa sakit atau tidak enak yang ditimbulkan

dapat sangat parah, dan keadaan ini kadang disebut sebagai discitis. Discitis ini

lebih menggambarkan keradangan pada perlekatan discus daripada keadaan discus

yang avaskular/aneural (Pedersen, 1996).

2.4 4. Artritis. 

Keradanga sendi temporomandibula yang disebabkan oleh trauma, atritis tertentu,

dan infeksi disebut sebagai artritis. Trauma, baik akut atau pun kronis,

menyebabkan suatu keadaan progresif yang ditandai dengan pembekaan, rasa

sakit yang timbul hilang dan keterbatasan luas pergerakan sendi yang terlibat

(Pedersen, 1996).

2.4.5. Spasme otot.

Miospasme atau kekejangan otot, yaitu kontraksi tak sadar dari satu atau

kelompok otot yang terjadi secara tiba-tiba, biasanya nyeri dan sering kali dapat

menimbulkan gangguan fungsi. Devisiasi mandibula saat membuka mulut dan

 berbagai macam gangguan/keterbatasan pergerakan merupakan tanda obyektif

dari miospasme. Bila musculus maseter dan temporalis mengalami kekejangan

satu sisi, maka pergerakan membuka dari mandibula akan tertahan, dan akan

terjadi deviasi mandibula ke arah sisi yang kejang. Pada saat membuka mulut

mengunyah dan menutupkan gerakan akan timbul rasa nyeri ekstraartikular. Bil;a

musculus pterygoideus lateralis inferior mengalami spasme akan terjadi maloklusi

akut, yang ditunjukkan dengan tidak beroklusinya gigi-gigi posterior pada sisi

yang sama dengan musculus tersebut, dan terjadi kontak prematur gigi-gigi

anterior pada sisi yang berlawanan. Nyeri akibat spasme pterygoideus lateralis

kadang terasa pada sendi itu sendiri. Bila terjadi kekejangan pada musculus

Page 13: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 13/43

13

masseter, temporalis, dan musculus pterygoideus lateralis inferior terjadi secara

 berurutan, baik unilateral ataupun bilateral, maka dapat timbul maloklusi akut

(Pedersen, 1996). 

2.4.6. Oklusi.

Pemeriksan gigi secara menyeluruh dengan memperhatikan khususnya faktor

oklusi, merupakan awal yamg tepat. Gangguan oklusi secara umum bisa langsung

diperiksa, yaitu misalnya gigitan silang, gigitan dalam, gigi supraerupsi dan

daerah tak bergigi yang tidak direstorasi. Abrasi ekstrem dan aus karena pemakain

seringakali merupakan tanda khas penderita bruxism, yang bisa langsung dikenali.

Protesa yang digunakan diperiksa stabilitas, fungsi dan abrasi/aus pada oklusal

(Pedersen, 1996). 

2.4.7. Sters.

Walaupu sters dikatakan memiliki peranan etiologis yang penting dalam dialami

 penderita atau reaksi penderita dalam menghadapinya. Beberapa penderita akan

mengalami kualitas tidurnya menjadi rendah dengan mulai timbulnya bruxism

dengan keadaan sters (Pedersen, 1996).

2.5. Kelainan sendi temporomandibula 

Kelainan STM dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu : gangguan

fnsi akibat adanya kelainan struktural dan dangguan fungsi akibat adanya

 penyimpangan dalam aktifitas salah satu komponen fungsi sistem mastikasi

(disfungsi). Kelainan STM akibat kelainan struktural jarang dijumpai dan

terbanyak dijumpai adalah disfungsi. 

STM yang diberikan beban berlebihan akan menyebabkan kerusakan

 pada strukturnya ataun mengganggu hubungan fungsional yang normal antara

kondilus, diskus dan eminensia yang akan menimbulkan rasa sakit, kelainan

fungsi tubuh, atau kedua-keduanya. Idealnya, semua pergerakan STM harus

dipenuhi tanpa rasa sakit dan bunyi pada sendi.

Page 14: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 14/43

14

2.5.1. kelainan struktural 

Kelainan struktural adalah kelainan yang disebabkan oleh perubahan

struktur persendiana akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal, penyakit

infeksi atau neoplasma dan umumnya jarang dijumpai. 

Gangguan pertumbuhan konginetal berkaitan dengan hal-hal yang

terjadi sebelum kelahiran yang menyebabkan kelainan perkembangan yang

muncul setelah kelahiran. Umumnya gangguan tersebut terjadi pada kondilus

yang menyebabkan kelainan selain pada bentuk wajah yang menimbulkan

masalah estetika juga masalah fungsional 

Cacat juga dapat terjadi pada permukaan artikular, yang maana cacat

ini dapat menyebabkan masalah pada saat sendi berputar yang dapat pula

melibatkan permukaan diskus. Cacat dapat disebabkan karena trauma pada rahang

 bawah, peradangan, dan kelainan struktural. Perubahan di dalam artikular juga

dapat terjadi kerena variasi dari tekanan emosional. Oleh karena itu, ketika

tekanan emosional meningkat, maka tekanan pada artikular berlebihan,

menyebabkan terjadinya perubahan pergerakan. 

Tekanan yang berlebihan pada sendi dapat mengakibatkan penipisan

 pada diskus. Tekanan berlebihan yang terus menrus pada akhirnya menyebabkan

 perforasi dan keausan sampai terjadi fraktur pada diskus yang dapat menyebabkan

terjadinya perubahan pada permukaan artikular  

Kelainan trauma akibat perubahan pada STM dapat menyebabkan

kerusakan pada jaringan, kondilus ataupun keduanya. Konsekuensi yang mungkin

terjadi adlah dislokasi, hemartrosisi dan fraktur kondilus. Pasien yang mengalami

dislokasi tidak dapat menutup mulut dan terjadi open bite anterior, serta dapat

tekanan pada satu atau dua saluran pendengaran.

Kelainan struktural akibat trauma STM juga dapat menyebabkan edema

atau hemorage di dalam sendi. Jika trauma belum menyebabkan fraktur

mandibula, pada umumnya pasien mengalami pembengkakan pada daerah STM ,

sakit bila digerakaan dan pergerakan sendi berkurang. Kondisi ini kadang kadang

dikenal sebagai radang sendi traumatis.

Page 15: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 15/43

15

Kelainan struktural yang dipengaruhi penyakit infeksi akan melibatkan

sistem muskuluskeletal yang banyak terdapat pada STM, penyakit-penyakit

tersebut antara lain yaitu osteoarthritis dan reumatoid arthritis adalah suatu

 penyakit peradangan sistemik yang melibatkan sekililing STM 

2.5.2 Gangguan Fungsional 

Gangguan fungsional adalah masalah-masalah STM yang timbul akibat

fungsi yang menyimpang kerena adanya kelainan pada posisi dan fungsi gigi-

geligi, atau otot-otot kunyah. 

Suatu keadaan fisiologis atau yang biasa disebut orthofunction yakni

 batas toleransi tiap individu saat melakukan pergeseran mandibula saat melakukan

 pergeseran mmandibula tanpa menimbulakan keluhan otot ditandai dengan

adanya keserasian antara morfologi oklusi dan fungsi neuromuskular. Istilah

keadaan ini dikenal dengan zona toleransi fisiologik. Apabila ada rangsangan

yang menyimpang dari biasanya akibat oklusi gigi yang menimbulkan kontak

 prematur, respon yang timbul berfariasi akibat biologis yang umumnya

merupakan respon adaptif atau periode adaptasi. Disini terjadi perubahan-

 perubahan adaptif pada jaringan yang terlibat sebagai upaya menerima rangsangan

yang menyimpang tersebut contoh dari perubahan adaptif adalah ausnya

 permukaan oklusal gigi, timbulnya perubahan membran periodontal, resorbsi

alveolar setempat. Periode oklusi ini akan jalan terus menerus sampai batas

toleransi fisiologis otoy-otot atau jaringan sekitar telah terlampaui. Berapa lama

adatasi ini akan berlangsung berbeda antara individu yang satu dengan yang lain,

dan dipengaruhi oleh keadaan patologi. Setelah batas psikologis ini terlampaui

respon jaringan mengalami perubahann yang bersifat lebih patologis. Keluhan

dirasakan pada otot-otot pergerakan mandibula, atau dapat pula pada sendi

temporo mandibula.

2.6 Tanda dan gejala gangguan sendi rahang 

A. Tanda-tanda dan gejala gangguan TMJ adalah : 

1. Sakit atau perih di sekitar sendi rahang 

2. Rasa sakit di sekitar telinga 

Page 16: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 16/43

16

3. Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan 

4. Rasa sakit di wajah 

5. Suara clicking atau perasaan tidak mulus ketika mengunyah atau membuka

mulut anda. 

6. Rahang terkunci, kaku, sehingga mulut sulit dibuka atau ditutup. 

7. Sakit kepala 

8. Gigitan yang rasanya tidak pas 

9. Gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang

mengalami kontak prematur (lebih awal dari yang lain.

Bisa saja anda merasakan sakit ketika tidak menggerakkan rahang

anda sekalipun. Tapi pada kebanyakan kasus, rasa sakit baru terasa ketika rahang

mulai digerakkan. 

Clicking rahang sering juga terjadi pada rahang normal dan belum

tentu menandakan sebuah masalah. Jika tidak ada nyeri atau kekakuan yang

membatasi pergerakan rahang, bisa jadi anda memang tidak mengalami gangguan

TMJ. 

B. Penyebab 

Beberapa kasus TMJ ditelusuri lewat trauma yang dialami rahang,

degenerasi jaringan di sekitar sendi rahang, osteoartritis, reumatoid artritis atau

inflamasi. Kebanyakan kasus gangguan TMJ, belum jelas penyebabnya.

Beberapa ahli percaya respon terhadap stress dan kecemasan adalah hal utama

yang berkontribusi terhadap terjadinya gangguan TMJ.

Jika anda sering menggemertakkan rahang anda ketika stress, merasa

sakit atau sedang berkonsentrasi, otot-otot TMJ tetap dalam keadaan berkontraksi.

Hal ini membuat otot mulut terganggu. 

Kebiasaan lain yang mungkin juga mengganggu kondisi otot rahang

adalah suka menggigit-gigit pulpen atau permen karet.

Posisi kepala, leher dan bahu yang tidak bagus, misalnya mendorong

 badan ke depan saat di depan komputer atau membaca sambil tiduran, akan

memberi tekanan yang tidak ideal pada otot dan rangka tubuh yang percaya atau

tidak juga berkaitan erat dengan otot rahang dan sendi rahang. 

Page 17: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 17/43

17

C. Diagnosis 

Beberapa tes yang dilakukan untuk menetapkan bahwa anda

mengalami gangguan TMJ adalah :

1. Riwayat kesehatan anda. Seperti berapa lama anda merasakan sakit pada

rahang, apakah anda pernah mengalami cedera di rahang, atau apakah anda pernah

mendapatkan perawatan gigi baru-baru ini. 

2. Mendengarkan pergerakan rahang anda dan merasakan pergerakannya saat

membuka atau menutup mulut. 

3. Mengamati seberapa besar pergerakan rahang anda. 

4. Menguji pengunyahan anda untuk melihat apakah ada sesuatu yang abnormal. 

5. Memeriksa kondisi tambalan gigi apakah terlalu tinggi, gigi yang miring, gigi

yang tanggal sebelum waktunya dan lain-lain yang bisa menimbulkan gangguan

 pergerakan rahang. 

6. Memeriksa tanda-tanda bruxism pada gigi anda 

7. Menekan-nekan daerah sekitar rahang anda untuk menemukan lokasi

ketidaknyamanan. 

8. Menanyakan apakah anda sedang stress atau mengalami anxietas (kecemasan) 

Dokter anda juga akan memerintahkan foto rontgen kepala anda

untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi di rahang.

2.7 ETIOLOGI

1. Kondisi oklusi.

Dulu oklusi selalu dianggap sebagai penyebab utama terjadinya TMD, namun

akhir-akhir ini banyak diperdebatkan 

2. Trauma

Trauma dapat dibagi menjadi dua : 

1. Macrotrauma : Trauma besar yang tiba-tiba dan mengakibatkan perubahan

struktural, seperti pukulan pada wajah atau kecelakaan. 

2. Microtrauma : Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama,

seperti bruxism dan clenching. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan

microtrauma pada jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau otot. 

Page 18: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 18/43

18

3. Stress emosional 

Keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan

adalah peningkatan stres emosional. Pusat emosi dari otak mempengaruhi fungsi

otot. Hipotalamus, sistem retikula, dan sistem limbic adalah yang paling

 bertanggung jawab terhadap tingkat emosional individu. Stres sering memiliki

 peran yang sangat penting pada TMD. 

Stres adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stres, energi yang timbul

akan disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan secara internal dapat mengakibatkan

terjadinya gangguan psikotropik seperti hipertensi, asma, sakit jantung, dan/atau

 peningkatan tonus otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi peningkatan aktivitas

otot nonfungsional seperti bruxism atau clenching yang merupakan salah satu

etiologi TMD 

4. Deep pain input (Aktivitas parafungsional) 

Aktivitas parafungsional adalah semua aktivitas di luar fungsi

normal (seperti mengunyah, bicara, dan menelan), dan tidak mempunyai tujuan

fungsional. Contohnya adalah bruxism, dan kebiasaankebiasaan lain seperti

menggigit-gigit kuku, pensil, bibir, mengunyah satu sisi, tongue thrust, dan

 bertopang dagu. Aktivitas yang paling berat dan sering menimbulkan masalah

adalah bruxism, termasuk clenching dan grinding. Beberapa literatur membedakan

antara bruxism dan clenching. Bruxism adalah mengerat gigi atau grinding

terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah mempertemukan gigi atas

dan bawah dengan keras yang dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari.

2.8. gejala Gangguan Sendi Rahang

Kelainan-kelainan sakit sendi rahang umumnya terjadi karena

aktivitas yang tidak berimbang dari otot-otot rahang dan/atau spasme otot rahang

dan pemakaian berlebihan. Gejala-gejala bertendensi menjadi kronis dan

 perawatan ditujukan pada eliminasi faktor-faktor yang mempercepatnya. Banyak

Page 19: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 19/43

19

gejala-gejala mungkin terlihat tidak berhubungan dengan TMJ sendiri. Berikut

adalah gejala-gejala yang umum:

1. Sakit Telinga: Kira-kira 50% pasien dengan gangguan sendi rahang merasakan

sakit telinga namun tidak ada tanda-tanda infeksi. Sakit telinganya umumnya

digambarkan sepertinya berada di muka atau bawah telinga. Seringkali, pasien-

 pasien dirawat berulangkali untuk penyakit yang dikirakan infeksi telinga, yang

seringkali dapat dibedakan dari TMJ oleh suatu yang berhubungan dengan

kehilangan pendengaran (hearing loss) atau drainase telinga (yang dapat

diharapkan jika memang ada infeksi telinga). Karena sakit telinga terjadi begitu

umum, spesialis-spesialis kuping sering diminta bantuannya untuk membuat

diagnosis dari gangguan sendi rahang. 

2. Kepenuhan Telinga:  Kira-kira 30% pasien dengan gangguan sendi rahang

menggambarkan telinga-telinga yang teredam (muffled), tersumbat (clogged) atau

 penuh (full). Mereka dapat merasakan kepenuhan telinga dan sakit sewaktu

 pesawat terbang berangkat (takeoffs) dan mendarat (landings). Gejala-gejala ini

umumnya disebabkan oleh kelainan fungsi dari tabung Eustachian (Eustachian

tube), struktur yang bertanggung jawab untuk pengaturan tekanan ditelinga

tengah. Diperkirakan pasien dengan gangguan sendi rahang mempunyai aktivitas

hiper (spasme) dari otot-otot yang bertanggung jawab untuk pengaturan

 pembukaan dan penutupan tabung eustachian. 

3. Dengung Dalam Telinga (Tinnitus):  Untuk penyebab-penyebab yang tidak

diketahui, 33% pasien dengan gangguan sendi rahang mengalami suara bising

(noise) atau dengung (tinnitus). Dari pasien-pasien itu, separuhnya akan hilang

tinnitusnya setelah perawatan TMJnya yang sukses. 

4. Bunyi-Bunyi:  Bunyi-bunyi kertakan (grinding), klik ( clicking) dan meletus

(popping), secara medis diistilahkan crepitus, adalah umum pada pasien-pasien

dengan gangguan sendi rahang. Bunyi-bunyi ini dapat atau tidak disertai dengan

sakit yang meningkat. 

5. Sakit Kepala:  Hampir 80% pasien dengan gangguan sendi rahang mengeluh

tentang sakit kepala, dan 40% melaporkan sakit muka. Sakitnya seringkal menjadi

Page 20: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 20/43

20

lebih ketika membuka dan menutup rahang. Paparan kepada udara dingin atau

udara AC dapat meningkatkan kontraksi otot dan sakit muka. 

6. Pusing:  Dari pasien-pasien dengan gangguan sendi rahang, 40% melaporkan

 pusing yang samar atau ketidakseimbangan (umumnya bukan suatu spinning type

vertigo). Penyebab dari tipe pusing ini belum diketahui. 

7. Penelanan : Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan 

8. Rahang Terkunci : Rahang terasa terkunci atau kaku, sehingga sulit membuka

atau menutup mulut 

9. Gigi: Gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi

yang mengalami kontak prematur dan bisa d sebabkan karena maloklusi atau

merasa gigitan tidak pas 

2.9. pemeriksaan 

2.9.1.Pemeriksaan klinis 

1. Inspeksi

Untuk melihat adanya kelainan sendi temporomandibular perlu

diperhatikan gigi,  sendi rahang dan otot pada wajah serta kepala dan wajah.

Apakah pasien menggerakan mulutnya dengan nyaman selama berbicara atau

 pasien seperti menjaga gerakan dari rahang bawahnya. Terkadang pasien

memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik selama interview seperti

 bruxism. 

2. Palpasi :

a. Masticatory muscle examination : Pemeriksaan dengan cara palpasi sisi kanan

dan kiri pada dilakukan pada sendi dan otot pada wajah dan daerah kepala. 

b. Temporalis muscle, yang terbagi atas 3 segmen yaitu anterior, media, dan

 posterior. 

c. Zygomatic arch (arkus zigomatikus). 

d. Masseter muscle 

e. Digastric muscle 

Page 21: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 21/43

21

 f. Sternocleidomastoid muscle 

 g. Cervical spine 

h. Trapezeus muscle, merupakan  Muscular trigger point serta menjalarkan nyeri

ke dasar tengkorang dan bagian temporal 

i. Lateral pterygoid muscle 

 j. Medial pterygoid muscle 

k. Coronoid process 

l. Muscular Resistance Testing : Tes ini penting dalam membantu mencari lokasi

nyeri dan tes terbagi atas 5, yaitu : 

1.  Resistive opening ( sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada ruang inferior

m.pterigoideus lateral) 

2.  Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m. temporalis, m.

masseter, dan m. pterigoideus medial) 

3.  Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.

 pterigoideus lateral dan medial yang kontralateral) 

4.  Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m. pterigoideus

lateral) 

5.  Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada bagian posterior

m. temporalis) 

3. Pemeriksaan tulang belakang dan cervical : Dornan dkk memperkirakan

 bahwa pasien dengan masalah TMJ juga memperlihatkan gejala pada cervikal.

Pada kecelakaan kendaraan bermotor kenyataannya menunjukkan kelainan pada

cervikal maupun TMJ. Evaluasi pada cervikal dilakukan dengan cara : 

a. Menyuruh pasien berdiri pada posisi yang relaks, kemudian dokter menilai

apakah terdapat asimetris kedua bahu atau deviasi leher  

 b. Menyuruh pasien untuk menghadap kesamping untuk melihat postur leher yang

terlalu ke depan 

c. Menyuruh pasien untuk memutar (rotasi) kepalanya ke setiap sisi, dimana

 pasien seharusnya mampu untuk memutar kepala sekitar 80 derajat ke setiap sisi. 

d. Menyuruh pasien mengangkat kepala ke atas (ekstensi) dan ke bawah (fleksi),

normalnya pergerakan ini sekitar 60 derajat 

Page 22: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 22/43

22

e. Menyuruh pasien menekuk kepala kesamping kiri dan kanan, normalnya

 pergerakan ini 45 derajat 

4. Auskultasi : Joint sounds

Bunyi sendi TMJ terdiri dari “clicking” dan „krepitus‟ . “Clicking” adalah

 bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut, bahkan

keduanya. “Krepitus” adalah bersifat difus, yang biasanya berupa suara yang

dirasakan menyeluruh pada saat membuka atau menutup mulut bahkan keduanya.

“Krepitus” menandakan per ubahan dari kontur tulang seperti pada osteoartrosis.

“Clicking ” dapat terjadi pada awal, pertengahan, dan akhir membuka dan menutup

mulut. Bunyi “click”  yang terjadi pada akhir membuka mulut menandakan

adanya suatu pergeseran yang berat. TMJ „clicking‟   sulit didengar karena

 bunyinya halus, maka dapat didengar dengan menggunakan stetoskop. 

5. Range of motion :

Pemeriksaan pergerakan ” Range of Motion” dilakukan dengan pembukaan

mulut secara maksimal, pergerakan dari TMJ normalnya lembut tanpa bunyi atau

nyeri. Mandibular range of motion diukur dengan : 

a.  Maximal interticisal opening (active and passive range of motion) 

 b.  Lateral movement  

c.  Protrusio movement  

2.5.2. pemeriksaan penunjang

1. Transcranial radiografi : Menggunakan sinar X, untuk dapat menilai kelainan,

yang harus diperhatikan antara lain: 

a. Condyle pada TMJ dan bagian pinggir kortex harus diperhatikan 

 b. Garis kortex dari fossa glenoid dan sendi harus dilihat. 

c. Struktur condyle mulus, rata, dan bulat, pinggiran kortex rata. 

d. Persendian tidak terlihat karena bersifat radiolusen. 

e. Perubahan patologis yang dapat terlihat pada condyle diantaranya  flattening,

lipping . 

2. Panoramik Radiografi : Menggunakan sinar X, dapat digunakan untuk melihat

hampir seluruh regio maxilomandibular dan TMJ. Kelemahan dari pemeriksaan

ini antara lain : 

Page 23: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 23/43

23

a. Terdapatnya bayangan atau struktur lain pada foto X ray. 

 b. Fenomena distorsi, dimana terjadi penyimpangan bentuk yang sebenarnya yang

terjadi akibat goyang saat pengambilan gambar. 

c. Gambar yang kurang tajam. Kelainan yang dapat dilihat antara lain fraktur,

dislokasi, osteoatritis, neoplasma, kelainan pertumbuhan pada TMJ. 

3. CT Scan : Menggunakan sinar X, merupakan pemeriksaan yang akurat untuk

melihat kelainan tulang pada TMJ. 

2.6. Perawatan Ganggguan Sendi Rahang

Dukungan utama dari perawatan untuk sakit sendi rahang akut adalah

 panas dan es, makanan lunak (soft diet) dan obat-obatan anti peradangan (

Suryonegoro H, 2009 ). 

1. Jaw Rest (Istirahat Rahang) 

Sangat menguntungkan jika membiarkan gigi-gigi terpisah sebanyak

mungkin. Adalah juga sangat penting mengenali jika kertak gigi (grinding) terjadi

dan menggunakan metode-metode untuk mengakhiri aktivitas-aktivitas ini. Pasien

dianjurkan untuk menghindari mengunyah permen karet atau makan makanan

yang keras, kenyal (chewy) dan garing (crunchy), seperti sayuran mentah,

 permen-permen atau kacang-kacangan. Makanan-makanan yang memerlukan

 pembukaan mulut yang lebar, seperti hamburger, tidak dianjurkan ( Suryonegoro

H, 2009 ). 

2. Terapi Panas dan Dingin 

Terapi ini membantu mengurangi tegangan dan spasme otot-otot.

Bagaimanapun, segera setelah suatu luka pada sendi rahang, perawatan dengan

 penggunaan dingin adalah yang terbaik. Bungkusan dingin (cold packs) dapat

membantu meringankan sakit (Suryonegoro H, 2009 ). 

3. Obat-obatan 

Obat-obatan anti peradangan seperti aspirin, ibuprofen (Advil dan

lainnya), naproxen (Aleve dan lainnya), atau steroids dapat membantu mengontrol

 peradangan. Perelaksasi otot seperti diazepam (Valium), membantu dalam

mengurangi spasme-spasme otot ( Suryonegoro H, 2009 ). 

4. Terapi Fisik  

Page 24: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 24/43

24

Pembukaan dan penutupan rahang secara pasiv, urut (massage) dan

stimulasi listrik membantu mengurangi sakit dan meningkatkan batasan

 pergerakan dan kekuatan dari rahang ( Suryonegoro H, 2009 ). 

5. Managemen stres 

Kelompok-kelompok penunjang stres, konsultasi psikologi, dan obat-

obatan juga dapat membantu mengurangi tegangan otot. Umpanbalikbio

(biofeedback) membantu pasien mengenali waktu-waktu dari aktivitas otot yang

meningkat dan spasme dan menyediakan metode-metode untuk membantu

mengontrol mereka ( Suryonegoro H, 2009 ). 

6. Terapi Occlusal 

Pada umumnya suatu alat acrylic yang dibuat sesuai pesanan dipasang pada

gigi-gigi, ditetapkan untuk malam hari namun mungkin diperlukan sepanjang hari.

Ia bertindak untuk mengimbangi gigitan dan mengurangi atau mengeliminasi

kertakan gigi (grinding) atau bruxism ( Suryonegoro H, 2009 ). 

7. Koreksi Kelainan Gigitan 

Terapi koreksi gigi, seperti orthodontics, mungkin diperlukan untuk

mengkoreksi gigitan yang abnormal. Restorasi gigi membantu menciptakan suatu

gigitan yang lebih stabil. Penyesuaian dari bridges atau crowns bertindak untuk

memastikan kesejajaran yang tepat dari gigi-gigi ( Suryonegoro H, 2009 ). 

8. Operasi 

Operasi diindikasikan pada kasus-kasus dimana terapi medis gagal. Ini

dilakukan sebagai jalan terakhir. TMJ arthroscopy, ligament tightening,

restrukturisasi rahang (joint restructuring), dan penggantian rahang (joint

replacement) dipertimbangkan pada kebanyakan kasus yang berat dari kerusakan

rahang atau perburukan rahang (Suryonegoro H, 2009 ). 

9. Perawatan Tanpa bedah 

Beberapa kasus gangguan TMJ akan berakhir dengan perawatan biasa

yang bahkan mungkin tidak membutuhkan kehadiran dokter gigi di samping anda.

Di antaranya : 

a. Mengubah kebiasaan buruk. Dokter gigi anda akan mengingatkan anda untuk

lebih memperhatikan kebiasaan-kebiasaan anda sehari-hari. Misalnya kebiasaan

Page 25: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 25/43

25

menggemertakkan gigi, bruxism, atau menggigit-gigit sesuatu. Kebiasaan ini

harus digantikan dengan kebiasaan baik seperti membiarkan otot mulut dalam

kondisi rilex dengan gigi atas dan bawah tidak terlalu rapat, lidah menyentuh

langit-langit dan berada tepat di belakang gigi atas anda. 

 b. Mengurangi kelelahan otot rahang. Dokter gigi anda akan meminta anda

tidak membuka mulut terlalu lebar dalam berbagai kesempatan. Contohnya jangan

tertawa berlebihan. 

c. Peregangan dan pijatan.  Dokter gigi akan memberikan latihan bagaimana

caranya meregangkan atau memijat otot rahang anda. Sebagai tambahan juga

mungkin akan diberikan petunjuk bagaimana posisi kepala, leher, dan bahu yang

tepat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 

d. Kompres panas atau dingin.  Dengan mengompress kedua sisi wajah anda

 baik dengan kompres panas atau dingin akan membantu relaksasi otot rahang. 

e. Obat anti inflamasi. Untuk mengurangi inflamasi (peradangan) dan rasa sakit,

dokter gigi anda mungkin akan menyarankan aspirin atau obat anti inflamasi

nonsteroid lainnya, misalkan ibuprofen (Advil, Motrin, dll) 

f. Biteplate. Jika TMJ anda mengalami kelainan pada posisi mengunyah, sebuah

 biteplate (pemandu gigitan) akan diberikan. Biteplate dipasang di gigi untuk

menyesuaikan rahang atas dengan rahang bawah. Dengan posisi mengunyah yang

 benar tentunya akan membantu mengurangi tekanan di struktur sendi. 

g. Penggunaan night guard.  Alat ini berguna untuk mengatasi kebiasaan

 bruxism di malam hari. 

h. Terapi kognitif.  Jika TMJ anda mengalami gangguan karena stress atau

anxietas, dokter gigi anda akan menyarankan untuk menemui psikiater untuk

mengatasinya. 

10. Perawatan lanjutan 

Jika perawatan non bedah tidak berhasil mengurangi gejala gangguan

TMJ, dokter gigi anda akan merekomendasikan perawatan berikut :

a. Perawatan gigi.  Dokter gigi anda akan memperbaiki gigitan dengan

menyeimbangkan permukaan gigi anda. Caranya bisa dengan mengganti gigi yang

hilang atau tanggal, memperbaiki tambalan atau membuat mahkota tiruan baru. 

Page 26: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 26/43

26

 b. Obat kortikosteroid. Untuk sakit dan peradangan pada sendi, obat

kortikosteroid akan diinjeksikan ke dalam sendi. 

c. Arthrocentesis.  Prosedur ini dilakukan dengan jalan menyuntikan cairan ke

dalam sendi untuk membuang kotoran atau sisa peradangan yang mengganggu

rahang. 

d. Pembedahan.  Jika semua perawatan tidak berhasil juga, dokter gigi akan

merujuk anda ke dokter gigi spesialis bedah mulut.

Page 27: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 27/43

Page 28: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 28/43

28

Dapat terjadi karena hilangnya kontinuitas mandibula sehingga menyebabkan

kehilangan keseimbangan dan akhirnya menyebabkan inkoordinasi gerakan

mandibular.

5.  Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula?

Jelaskan mekanismenya!

Tidur dilakukan kurang lebih selama 6 jam, bila seseorang memiliki kebiasaan

tidur yang salah maka akan dapat mempengaruhi kondisi dari mandibular itu

sendiri. Misalnya kebiasaan tidur dengan memiringkan tubuh ke salah satu sisi

saja dapat menyebabkan tekanan mandibular yang berat pada salah satu sisi.

Apalagi bila tidur dilakukan selama berjam-jam dan kebiasaan itu terbawa sejak

lama, dapat menyebabkan perubahan posisi ataupun kemiringan dari mandibular

yang nantinya akan berpengaruh pula pada susunan gigi geliginya.

6.  Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri?

Membuka mulut maksimal dapat menimbulkan nyeri karena sendi temporo-

mandibula mengalami dislokasi, dimana sendi rahang "keluar" dari lokasi

normalnya. Sehingga menyebabkan rasa sakit dan lelah bila terus menerus

dilakukan gerakan membuka mulut secara maksimal.

7.  Bagaimana pengaruh pemijatan pada kelelahan? Jelaskan

mekanismenya!

Pemijatan mampu memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Efek pijat pada

syaraf mampu memberikan rangsangan dan meningkatkan aktivitas otot,

 pembuluh darah, dan kelenjar yang diatur oleh otot-otot tersebut. Karena setelah

dipijat, aliran darah ke otot akan lebih lancar sehingga pasokan oksigen akan lebih

 banyak dari sebelumnya. Oksigen berguna dalam proses pembakaran untuk

menghasilkan energi, sehingga setelah dipijat energi meningkat dan otot dapat

 bekerja lebih lama. Kegiatan pijat mampu mengendurkan dan meregangkan otot

dan jaringan-jaringan lunak dalam tubuh, sehingga mengurangi ketegangan otot

dan kram. Perbaikan sirkulasi darah dan getah bening di otot akan menghasilkan

Page 29: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 29/43

29

sirkulasi yang lebih baik dalam tulang-tulang yang terkait. Sendi yang tegang dan

rasa sakit yang diakibatkan oleh kondisi-kondisi seperti arthritis, bisa dikurangi

sehingga tercipta rasa nyaman dan kemudahan dalam bergerak.

8.  Bagaimana pengaruh infra red pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya!

Pemberian infra red pada bagian tubuh tertentu setelah mengalami kelelahan,

akan mengurangi kelelahan yang dirasakan. Hal ini dapat terjadi karena sinar

infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler darah

membesar (vasodilatasi). Sirkulasi darah menjadi lancar, sehingga suplai oksigen

dari darah mengalir lancar. Hal tersebut yang akan menyebabkan rasa lelah

menjadi berkurang.

3.2 Data Percoban

1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi

Jenis kelamin orang coba Gerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan/....)

Laki-laki Gerakan simetris, normal, dan tidak terjadi hambatan

PerempuanGerakan tidak simetris, tidak normal, dan ada terjadi

hambatan 

2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi

Jenis kelamin orang coba Gerakan STM (sakit/krepitasi/kliking/poping/....)

Laki-laki Tidak sakit, normal

Perempuan Ada, yaitu kliking

3 Pemeriksaan Gerakan Mandibula

3.1. Gerakan Membuka Mulut Maksimal

Page 30: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 30/43

30

Jenis kelamin orang coba(A) Jarak maksimal

(mm)

(B)  Waktu maksimal

(menit) 

Laki-laki 60 mm 1 menit 23 detik

 perempuan 45 mm 1 menit 35 detik

3.2. Gerakan Membuka dan Menutup Mulut

Jenis kelamin

orang cobaGerakan mandibula Perubahan kondil

1.  Laki-laki

2.  Perempuan(C) Antero-posterior  

1.  Pada kondil hanya sedikit

gerakan ke anterior

daripada gerakan kondil

 pada keadaan gerakan

 posterior.

2.  gerakan kondil lebih

kedepan padagerakan

anterior daripada gerakan

di posterior.

1.  laki-laki 

2.  Perempuan (D) Lateral 

Pada gerakan lateral ke kiri,

kondil akan menonjol ke kanan

dan sebaliknya

1.  laki-laki 

2.  Perempuan 

(E)  Koordinasi gerakan 

1.  terjadi gerakan yang

simetris

2.  tidak terjadi gerakan

yang simetris

Page 31: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 31/43

31

4. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut

Jenis kelamin

orang coba

Lamanya membuka mulut

secara maksimal

Waktu sampai timbul

kelelahan (menit)

Laki-lakiWaktu maksimal (ex. X menit)

2 menit 16 detik

Istirahat 10 menit

⁄  dari waktu maksimal

(0.5 dari X menit + pemijatan)

2 menit 48 detik

Istirahat 10 menit

⁄  dari waktu maksimal (0.5 dari X

menit + pajanan sinar infra merah)

1 menit 39 detik

5. Gerakan STM Pada Beberapa Posisi Kepala

Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk,

menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat)

Jenis kelamin

orang cobaPosisi kepala

Jarak kondil –  tragus (mm)

dan apa yang dirasakan

Laki-laki Tegak lurus 20 mm

Laki-laki Menunduk 20 mm

Laki-laki Menengadah 22 mm

Laki-laki Terlentang 25 mm

Laki-laki Kesamping 25 mm

Laki-laki Istirahat 20 mm

Page 32: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 32/43

32

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Fisiologi Pergerakan Sendi Temporomandibula

Berdasarkan hasil pengamatan pergerakan mandibula, kamu memperoleh

hasil seperti berikut ini

4.1.1 Gerak membuka

Gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada kekuatan gigitan

maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus

kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut

 posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan

relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus

 pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan

memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus

kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke

 belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak

membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus danmuskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil,

ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya 1.

Gerak membuka 2. Gerak menutup 3. Protrusi 4. Retusi 5. Gerak lateralmandibula

tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan

ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus

kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis8.

3.2 Gerak menutup

Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan

muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari

menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus

kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak

menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis,

yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada

 posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut

 posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter

Page 33: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 33/43

33

untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi

geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal8.

Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan

diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus

 pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung

menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi,

yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini

 berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar

ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian

masih diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan sendi

yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan

menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi

 beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stres8.

3.3 Protrusi

Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan

dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak

meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus

 pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior

muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus

lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior

muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk

mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi

muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke

depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari

diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi

membatasi kisaran gerak protrusi ini8.

3.4 Retrusi

Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya

akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior

muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan

relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya

Page 34: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 34/43

34

akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap

 pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula

articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada

hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak

ke belakang8.

3.5 Gerak lateral

Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat

gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus

kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada

 posisi istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis sedangkan tonus

kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat

 pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus artikularis

akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui kontraksi muskulus

 pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi serabut

 posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain

terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung

 bergantian, yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi8.

Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan

tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari

sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada

 bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang

„cekat‟, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 35/43

Page 36: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 36/43

36

menggunakan penggaris dan dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi

 pergerakan maksimal mandibula untuk bertahan. Dari pemeriksaan yang

diperoleh, panjang jarak maksimal mandibula orang coba perempuan adalah 44

mm dengan waktu maksimal 1 menit 39 detik. Sedangkan panjang jarak maksimal

mandibula orang coba laki-laki adalah 55 mm dengan waktu maksimal 1 menit 21

detik.

B. Gerakan Membuka dan Menutup Mulut 

Pemeriksaan ini dilakukan oleh satu orang coba berjenis kelamin

 perempuan. Operator meletakkan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan pada

kedua kondil orang coba. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut,

dilanjutkan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh.

selanjutnya menggerakkan mandibula ke arah (C)  antero-posterior   dan (D) 

lateral. Perubahan kondil pada saat orang coba menggerakkan mandibula ke arah

antero-posterior dan lateral berturut-turut adalah anterior-inferior-posterior-

superior dan lateral-inferior. Sedangkan (E) koordinasi gerakan masing-masing

arah pergerakan mandibula adalah simetris.

C. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut

Pemeriksaan ini dilakukan oleh satu orang coba berjenis kelamin

 perempuan. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut maksimal sampai

timbul rasa lelah. Didapatkan bahwa rasa lelah timbul pada waktu 1 menit 9 detik.

Orang coba diistirahatkan selama 10 menit, kemudian kembali diinstruksikan

untuk membuka mulut sampai timbul rasa lelah. Namun pada detik ke-35 setelah

orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut, operator melakukan pemijatan

 pada otot pembuka mulut. Kelelahan baru timbul pada waktu 1 menit 55 detik.

Selanjutnya orang coba kembali diistirahatkan selama 10 menit. Setelah itu, orang

coba diinstruksikan untuk melakukan hal yang sama, yaitu membuka mulut secara

maksimal sampai timbul kelelahan. Pada detik ke-35 dilakukan pemajanan dengan

sinar infra-red pada otot pembuka mulut, dan didapatkan hasil bahwa kelelahan

timbul pada waktu 2 menit 15 detik.

Page 37: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 37/43

37

4.3.1 Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk,

menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat)

Pada pemeriksaan pengaruh posisi kepala terhadap gerakan mandibula ini,

orang coba didudukkan dalam posisi kepala tegak dan oklusi sentrik. Posisi kondil

dipalpasi dan puncak kondil dan tragus diberi tanda dengan spidol, kemudian ukur

 jarak kedunya. Jarak yang didapatkan adalah 9 mm. selanjutnya dilakukan

 pemeriksaan serupa dengan posisi kepala yang berbeda-beda. Jarak antara puncak

kondil dan tragus pada posisi kepala menunduk, menengadah, terlentang,

kesamping, dan istirahat adalah 8 mm, 13 mm, 12 mm, 7 mm, dan 3 mm.

4.4 Etiologi Disfungsi Sendi Temporomandibula

Etiologi disfungsi sendi temporomandibula sampai saat ini masih banyak

diperdebatkan dan multifaktorial, beberapa penulis menyatakan sebagai berikut:

Stress emosional merupakan penyebab utama disfungsi sendi temporomandibula.5

Faktor-faktor etiologi disfungsi sendi dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu

 predisposisi, inisiasi, dan perpetuasi.7

Faktor predisposisi merupakan faktor yang meningkatkan resiko terjadinya

disfungsi sendi, terdiri dari keadaan sistemik, struktural, dan psikologis. Penyakit

sistemik yang sering menimbulkan gangguan sendi temporomandibula adalah

rematik.4 Keadaan struktural yang mempengaruhi disfungsi sendi

temporomandibula adalah oklusi dan anatomi sendi. keadaan yang dapat

menyebabkan terganggunya fungsi oklusi adalah: hilangnya gigi-gigi posterior

openbite anterior, overbite yang lebih dari 6-7 mm, penyimpangan oklusal pada

saat kontak retrusi yang lebih dari 2 mm dan crossbite unilateral pada maksila.8

Berdasarkan studi melalui  Electromyography keadaan psikologis yang terganggu

dapat meningkatkan aktivitas otot yang bersifat patologis. Faktor Inisiasi

(Presipitasi): Faktor inisiasi merupakan faktor yang memicu terjadinya gejala

gejala disfungsi sendi temporomandibula, misalnya kebiasaan parafungsi oral dan

trauma yang diterima sendi temporomandibula. Trauma pada dagu dapat

menimbulkan traumatik artritis sendi temporomandibula. Beberapa tipe

 parafungsi oral seperti  grinding, clenching, kebiasaan menggigit pipi, bibir, dan

Page 38: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 38/43

38

kuku dapat menimbulkan kelelahan otot, nyeri wajah, keausan gigi-gigi.

Kebiasaan menerima telepon dengan gagang telepon disimpan antara telinga dan

 bahu, posisi duduk atau berdiri/berjalan dengan kepala lebih ke depan (postur

tubuh), dapat mengakibatkan kelainan fungsi fascia otot, karena seluruh fascia di

dalam tubuh saling memiliki keterkaitan maka adanya kelainan pada salah satu

organ tubuh mengakibatkan kelainan pada organ yang lainnya.

Faktor Perpetuasi: Faktor ini merupakan faktor etiologi dalam gangguan

sendi temporomandibula yang menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan

sehingga gangguan ini bersifat menetap, meliputi tingkah laku sosial, kondisi

emosional, dan pengaruh lingkungan sekitar.

Untuk menegakkan diagnosa maka diperlukan anamnesa yang teliti,

 pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, rontgen foto TMJ transkranial juga

 panoramik seluruh rahang, kemudian melakukan diagnosa banding.3,4

4.5 Perawatan Gangguan Sendi Temporomandibula

Perawatan untuk gangguan sendi temporomandibula adalah rumit yang

disebabkan berbagai faktor, seperti salah diagnosa, salah pengertian terhadap

etiologi, dan respon yang tidak spesifik. Gejala-gejala berhubungan dengan faktor

 psiko fisiologis sehingga perawatannya juga harus secara fisik dan psikologis dan

menggunakan dulu metode reversible sebelum yang irreversible, dan

 perawatannya harus multidisipliner antara dokter gigi (ahli prostodonsia, ahli

 bedah mulut, dan ahli ortodonsia), ahli farmasi, ahli psikologi, ahli terapi fisik,

ahli psikiatri, dan ahli neurologi.1,10

Berbagai terminologi dalam melakukan perawatan gangguan sendi

temporomandibula, antara lain terapi Fase I dan fase II. Fase I yaitu perawatan

simptomatik, teramsuk perawatan yang reversible seperti perawatan dengan obat,

terapi fisik, psikologik, dan perawatan dengan splin. Fase II yaitu perawatan

irreversible, termasuk perawatan ortodontik, pemakaian gigi tiruan cekat,

 penyesuaian oklusal, dan pembedahan.1 Banyak tindakan yang dikemukakan

dalam literatur, yang pada garis besarnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

Perawatan fase I terdiri dari:

Page 39: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 39/43

39

 Komunikasi dengan pasien. Dijelaskan kepada pasien bahwa gejala-

gejalanya bukan disebabkan oleh kelainan struktur atau penyakit organik tetapi

suatu kelainan yang reversible  yang mungkin berhubungan dengan pola hidup

 pasien, sehingga pasien lebih percaya diri dan timbul kerjasama yang baik antara

dokter dengan pasien. Setelah mendapat informasi dari dokter yang merawatnya

diharapkan pasien dapat menghilangkan kebiasaan-kebiasaan seperti clenching

atau parafungsi.

 Perawatan sendiri/fisioterapi/terapi fisik: Pasien dapat melakukan sendiri

kompres dengan lap panas. Caranya: di atas lap diletakan botol berisi air panas,

lama terapi 10-15 menit dilakukan terus. menerus sekurang-kurangnya 3

minggu.11 Pemijatan sekitar sendi, sebelumnya dengan krim mengandung metil

salisilat.11'12 Latihan membuka-menutup mulut secara perlahan tanpa terjadi

deviasi, dilakukan di depan cermin. Caranya: garis median pasien ditandai, lalu

 pasien disuruh membuka-menutup mulut di depan cermin tanpa terjadi

 penyimpangan garis median. Fisioterapi dengan alat.13 Infrared: berguna untuk

menghilangkan nyeri, relaksasi otot superfisial, menaikan aliran darah superfisial.

TENTS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation], untuk mengurangi nyeri.

EGS (Electro  Galvanie Stimulation]', mencegah perlekatan jaringan, menaikan

sirkulasi darah, stimulasi saraf sensorik dan motorik, serta mengurangi spasme.

Ultra Sound: menghilangkan oedema, vasodilatasi pembuluh darah, mengurangi

nyeri, memobilitasi jaringan ikat kolagen, dan relaksasi otot.

 Perawatan dengan Obat Analgetik: Aspirin, Asetaminophen, Ibuprofen.

Anti inflamasi: NSAID (Non SteroidAntiInflamasi Drugs), yaitu Naproxen dan

Ibuprofen. Antianxiety: Diazepam. Muscle Relaxants: Cyclobenzaprine (Flexeril).

Lokal Anastetik: Lidokain dan Mapivakain.  Memakai alat di dalam mulut Splin

oklusal atau Michigan splin. Splin ini terpasang dengan cekat pada seluruh

 permukaan oklusal gigi gigi rahang atas atau rahang bawah. Permukaan yang

 berkontak dengan gigi lawan datar dan halus.14 Permukaan oklusal splin sesuai

dengan gigi lawan, dengan maksud untuk menghindari hipermobilitas rahang

 bawah.15,16 Fungsi splin oklusal adalah sebagai berikut:1 Menghilangkan

gangguan oklusi; Menstabilkan hubungan gigi dan sendi; Merelaksasi otot;

Page 40: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 40/43

40

Menghilangkan kebiasaan parafungsi; Melindungi abrasi terhadap gigi;

Mengurangi beban sendi temporomandibula; Menghilangkan rasa nyeri akibat

disfungsi sendi temporomandibula berikut otot-ototnya; Sebagai alat diagnostik

untuk memastikan bahwa oklusi lah yang menyebabkan rasa nyeri dan gejala-

gejala yang sulit diketahui sumbernya. Ada 2 tipe splin oklusal, yaitu:

1. Splin Stabilisasi. Pembuatan splin dengan hubungan rahang atas dan rahang

 bawah pada posisi sentrik.11 Kriteria untuk pemakaian splin ini apabila

masalahnya murni dari otot tapi sendi dalam keadaan normal, maka dibuat splin

ini, juga pada keadaan dimana untuk mencapai keadaan treatment position  pada

kasus internal   derangement menyebabkan nyeri, adanya degeneratif sendi,

keadaan nyeri sendi dan otot tanpa dapat didiagnosa dengan tepat. Splin ini

dipakai 4-6 bulan dipakai setiap waktu kecualimakan.17

2. Splin Reposisi (Repositioning splint atau MORA:  Mandibular

OrthopaedicRepositioning Appliance}. Bila gejala yang diderita pasien

diantaranya ada deviasi (rahang yang menyimpang), adanya kliking sendi yang

diindikasikan adanya inkoordinasi diskus-kondilus (interkoral derangement)

maka diperlukan splin reposisi dengan maksud mereposisi rahang bawah ke posisi

normal dan mengembalikan keseimbangan tonus otot-otot pengunyahan, juga

menghilangkan kliking. Hubungan antara diskus, kondilus, dan fossa glenoidalis

menjadi 9 bagian, dan ia menganjurkan mengembalikan kondilus ke posisi 4/7

dapat mengurangi dan menghilangkan berbagai keluhan dan gejala disfungsi sendi 

temporomandibula, dan dibuat pada rahang bawah.18 Splin reposisi bertujuan

untuk menghilangkan gejala pergeseran diskus dengan reduksi kliking resiprokal,

kliking waktu membuka mulut terjadi saat gerak translasi kondilus dimulai, dan

kliking waktu menutup mulut terjadi sebelum mencapai oklusi maksimal. Splin

dipasang sesaat sebelum kliking resiprokal ketebalannya tidak boleh melewati

 Freeway

Space.6

Bila gejala-gejala gangguan sendi temporomandibula sudah hilang pada

 pasien dan posisi kondilus sudah stabil pada tempatnya, otot-otot pengunyahan

Page 41: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 41/43

41

sudah normal, kondisi psikologik pasien sudah stabil, postur tubuh sudah normal

maka dapat dilakukan perawatan

fase kedua, yaitu perawatan ortodontik, pembuatan gigi tiruan cekat,

 pembuatan gigi tiruan lepasan (overlap,  penyesuaian oklusal, pencabutan, dan

 bedah tergantung dari kebutuhan pasien.

Page 42: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 42/43

42

BAB V

KESIMPULAN

  TMJ adalah sendi yang kompleks, yang dapat melakukan gerakan

meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. 

  Adanya kelainan intrakapsular memungkinkan terjadinya hambatan dan

rasa sakit ketika sendi temporo-mandibula bergerak. 

  Bunyi pada sendi terjadi karena adanya perubahan letak, bentuk, dan

fungsi dari komponen sendi temporo-mandibula. 

  Membuka mulut maksimal dapat menimbulkan nyeri karena sendi

temporo-mandibula mengalami dislokasi, sehingga menimbulkan rasa

sakit. 

  Pemijatan menyebabkan energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih

lama. 

  Pemberian infra red akan mengurangi kelelahan yang dirasakan karena

sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh

kapiler darah membesar (vasodilatasi). 

  Posisi kepala saat sedang beristirahat adalah saat dimana antara puncak

kondil dan tragus memiliki jarak yang paling pendek. 

Page 43: Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

7/22/2019 Laporan Fisiologi TMJ Tian 13

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fisiologi-tmj-tian-13 43/43

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

  Ganong WF, 1983. Fisiologi Kedokteran Ed. 10. Jakarta: EGC.

  Guyton, Arthur C. 2007. Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC.