Makalah Tmj

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sendi temporomandibula atau Temporomandibular Joint (TMJ) adalah suatu persendian yang sangat kompleks di dalam tubuh manusia. Selain gerakan membuka dan menutup mulut, sendi temporomandibula juga bergerak meluncur pada suatu permukaan (ginglimoathrodial). Selama proses pengunyahan sendi temporomandibula menopang tekanan yang cukup besar. Oleh karena itu, sendi temporomandibula mempunyai diskus artikularis untuk menjaga agar kranium dan mandibula tidak bergesekan. Sendi tempromandibula mempunyai peranan penting dalam fungsi fisiologis dalam tubuh manusia. Identifikasi anatomi maupun radioanatomi dari struktur persendian ini merupakan suatu hal yang sebaiknya dapat dipahami secara baik. Pemahaman struktur sendi temporomandibula dapat berguna bagi dasar diagnosis dan perawatan dalam upaya penanganan keluhan pasien, terutama masalah yang menyangkut oklusi dan fungsi fisiologis pengunyahan. Dalam sistem stomatognati, fungsi fisiologis dari pergerakan rahang ditunjang oleh keharmonisan oklusi gigi. Oklusi yang baik dibentuk oleh susunan gigi dan 1

Transcript of Makalah Tmj

Page 1: Makalah Tmj

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sendi temporomandibula atau Temporomandibular Joint (TMJ) adalah suatu

persendian yang sangat kompleks di dalam tubuh manusia. Selain gerakan

membuka dan menutup mulut, sendi temporomandibula juga bergerak meluncur

pada suatu permukaan (ginglimoathrodial). Selama proses pengunyahan sendi

temporomandibula menopang tekanan yang cukup besar. Oleh karena itu, sendi

temporomandibula mempunyai diskus artikularis untuk menjaga agar kranium dan

mandibula tidak bergesekan.

Sendi tempromandibula mempunyai peranan penting dalam fungsi fisiologis

dalam tubuh manusia. Identifikasi anatomi maupun radioanatomi dari struktur

persendian ini merupakan suatu hal yang sebaiknya dapat dipahami secara baik.

Pemahaman struktur sendi temporomandibula dapat berguna bagi dasar diagnosis

dan perawatan dalam upaya penanganan keluhan pasien, terutama masalah yang

menyangkut oklusi dan fungsi fisiologis pengunyahan.

Dalam sistem stomatognati, fungsi fisiologis dari pergerakan rahang ditunjang

oleh keharmonisan oklusi gigi. Oklusi yang baik dibentuk oleh susunan gigi dan

lengkung rahang yang seimbang dalam posisi oklusi sentrik. Perubahan oklusi

dapat disebabkan berbagai hal, antara lain karena hilangnya gigi karena proses

pencabutan. Kehilangan gigi yang dibiarkan tanpa segera disertai pembuatan

protesa, dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola oklusi karena terputusnya

integritas atau kesinambungan susunan gigi.

Pergeseran atau perubahan inklinasi serta posisi gigi, disertai ekstrusi

karena hilangya posisi gigi dalam arah berlawanan akan menyebabkan pola oklusi

akan berubah, dan selanjutnya dapat menyebabkan tarjadinya hambatan atau

interference pada proses pergerakkan rahang.

1

Page 2: Makalah Tmj

Gambaran radiografi panoramik memberikan gambaran kondilus, ramus,

dan badan mandibula dalam satu foto. Gambaran ini biasanya penting untuk

mengevaluasi kondilus yang mengalami erosi tulang yang luas, pertumbuhan atau

patahan dari fraktur.

Selain itu, di dalam foto panoramik terlihat regio prossessus kondilaris dan

subkondilaris pada kedua sisi sehingga bisa langsung dilakukan perbandingan

antara kondilus kanan dan kiri. Hal ini sangat bermanfaat untuk mendiagnosa

fraktur kondilus. Sedangkan perbandingan sendi penting dalam hubungannya

dengan pertumbuhan yang abnormal, seperti yang diperlihatkan pada agenesis

kondilaris, hyperplasia, atau hipoplasia serta ankilosis

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

a. Memahami kelainan TMJ

b. Mengetahui sifat nyeri kronik pada gangguan TMJ sehingga dapat

mendiagnosis gangguan nyeri kronik pada TMJ

c. Mengetahui terapi yang efektif untuk gangguan TMJ

d. Mengetahui tatalaksana secara terpadu dan menyeluruh dalam penanganan

kasus gangguan TMJ

2

Page 3: Makalah Tmj

BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Defenisi Dan Epidemiologi TMJ

TMJ atau sendi rahang adalah sendi yang menghubungkan temporal dan

mandibula yang terdiri dari:

1. Tulang mandibula dengan kondilusnya (ujung membulat)

2. Diskus yaitu jaringan penyambung antara kondilus dengan soketnya pada

tulang temporal

3. Sistem neurovaskuler

Persendian ini di lapisi oleh lapisan tipis dari kartilago dan dipisahkan oleh

diskus. Persendian ini secara konstan terpakai saat makan, berbicara dan menelan.

Gangguan temporomandibular adalah istilah yang dipakai untuk

sekelompok gangguan yang mengganggu sendi temporomandibular, otot

pengunyah, dan struktur terkait yang mengakibatkan gejala umum berupa nyeri

dan keterbatasan membuka mulut. Biasanya pada praktek umum (general

3

Page 4: Makalah Tmj

practitioner) pasien dengan gangguan ini mengeluhkan gejala yang eprsisten atau

nyeri wajah yang kronik. Biasanya nyeri pada gangguan temporomandibular

disertai suara click pada sendi rahang dan keterbatasan membuka mulut.

Sekitar 60-70% populasi umum mempunyai setidaknya satu gejala

gangguan temporomadibualr. Tetapi, hanya seperempatnya yang menyadari

adanya gangguan tersebut. Lebih jauh lagi, hanya 5% dari kelompok orang

dengan satu atau dua gejala gangguan temporomandibular yang pergi ke dokter

Kelainan ini paling banyak dialami perempuan (1:4), dan sering terjadi pada awal

masa dewasa.

2.1. Etiologi Gangguan Temporomandibular

Nyeri yang dirasakan pada persendian ini dapat dikarenakan oleh beberapa

faktor seperti, penggunaan yang berlebihan pada daerah yang bersangkutan,

contohnya adalah pada individu yang mempunyai kebiasaan buruk mengerat gigi

(bruxism), sering menguap, mengunyah cenderung pada satu sisi. Hal ini

menyebabkan pemberian beban yang terus menerus pada daerah persendian.

Faktor lain yang terlibat adalah faktor maloklusi gigi terutama pertumbuhan gigi

geraham belakang yang tidak normal dapat menyebabkan desakan yang terus

menerus serta adanya kelainan anatomi rahang  dapat berakibat menimbulkan rasa

nyeri pada TMJ.

Penggunaan berlebih pada diskus dan ligament-ligamen yang berhubungan

dengan TMJ dapat menyebabkan fleksibilitas pada discus dan ligament tersebut

menurun, dan bila tidak ditanggulangi dan terus berlanjut akan menyebabkan

inflamasi yang berakhir pada rupture discus dan ligament yang akan menimbulkan

sensasi nyeri pada individu. Selain terjadinya inflamasi pada discus, dapat pula

terjadi inflamasi dari otot akibat hiperfungsi dari system musculoskeletal yang

akan menimbulkan nyeri juga.

Sensasi nyeri juga dapat timbul oleh karena adanya iskemi lokal yang

disebabkan karena hiperfungsi dari kontraksi otot yang mengakibatkan

mikrosirkulasi tidak adekuat. Hal ini akan menyebabkan nutrisi pada jaringan

4

Page 5: Makalah Tmj

akan berkurang sehingga menyebabkan iskemik pada jaringan tersebut yang akan

menimbulkan sensasi nyeri.

Persendian pada temperomandibular ini sama seperti persendian di daerah

tubuh lainnya, dimana dapat juga terjadi hal-hal seperti osteoarthritis, rheumatoid

arthritis dan jenis-jenis inflamasi lainnya didaerah persendian ini yang akan

menimbulkan sensasi nyeri juga. Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa

nyeri akibat inflamasi yang diakibatkan gesekan ujung-ujung tulang penyusun

sendi. Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan

dengan kerusakan kartilago sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis (RA)

merupakan suatu penyakit autoimun dengan karakteristik sinovitis erosif simetris

sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit kronik hilang timbul dan

apabila tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan persendian dan deformitas

sendi progresif yang berakhir pada disabilitas.

2.2. Gambaran Radiografi

Anatomi TMJ yang dapat terlihat secara radiografi meliputi komponen

dasar dari sendi temporomandibula yaitu :

Komponen mandibula, termasuk kepala kondilus

Potongan Sendi Temporomandibular

Komponen tulang temporal termasuk Fossa Glenoidalis dan Eminensia

Artikularis

Kapsul di sekitar persendian

Gb.4.Komponen tulang pada persendian dilihat dari samping B.Kepala kondilus

5

Page 6: Makalah Tmj

dilihat dari aspek anterior C.Basis rahang dilihat dari bawah. Fossa glenoidalis

(yang ditunjukkan oleh anak panah) dan angulasinya terhadap bidang koronal.

Gb.5. Diagram potongan sagital kanan TMJ

yang menunjukkan komponen-komponennya

Klinisi juga perlu mengetahui jenis dan luasnya pergerakan sendi dan

bagaimana gambaran dari sendi yang berubah karena berbagai gerakan tersebut.

Untuk mendapatkan gambaran radiografi dapat dilakukan dalam beberapa teknik

pemotretan yaitu : transkranial, transfaringeal, panoramik, tomografi, computed

tomography (CT)

2.3. Jenis dan Gejala Gangguan Temporomandibular

Ada tiga gangguan tempotomandibular yang tesering, yaitu nyeri

miofasial, internal dearrangement, dan osteoartrosis. Nyeri miofasial adalah

gangguan yang tersering ditemukan. Adapun gejala lain yang dapat terjadi adalah

sebagai berikut:

Nyeri pada telinga

Kekakuan atau nyeri pada otot rahang

Nyeri pada daerah pipi

Bunyi pada rahang

Keterbatasan pergerakan pada rahang

Lock jaw

Nyeri kepala yang sering

Kekakuan pada otot wajah dan leher, daerah preaurikuler

6

Page 7: Makalah Tmj

Asimetris dari wajah

Maloklusi

Kronik postural head tilting

2.4. DIAGNOSA TMJ

Diagnosis dapat ditegakkan secara berurutan berdasarkan:

a. Anamnesis

Meliputi personal data, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat kesehatan

dan riwayat kesehatan gigi dan mulutnya. Tidak menutup kemungkinan

bahwa gejala dari kelainan temporomandibular dapat berasal dari gigi dan

jaringan periodontal, maka harus dilakukan pemeriksaan secara seksama pada

gigi dan jaringan periodontal. Selain itu, perlu ditanyakantentang perawatan

gigi yang pernah didapatkan, riwayat penggunaan gigi palsu dan gigi kawat.

Keluhan utama, diantaranya :

Pasien akan merasakan nyeri pada darah TMJ, rahang atau wajah

Nyeri dirasakan pada saat membuka mulut

Keluhan adanya “clicking sounds” pada saat menggerakan rahang

Kesulitan untuk membuka mulut secara sempurna

Sakit kepala

Nyeri pada daerah leher dan pungggung

b. Pemeriksaan klinis

1. Inspeksi

Untuk melihat adanya kelainan sendi temporomandibular perlu

diperhatikan gigi, sendi rahang dan otot pada wajah serta kepala dan

wajah. Apakah pasien menggerakan mulutnya dengan nyaman selama

berbicara atau pasien seperti menjaga gerakan dari rahang bawahnya.

Terkadang pasien memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik

selama interview seperti bruxism.

2. Palpasi

7

Page 8: Makalah Tmj

Masticatory muscle examination: Pemeriksaan dengan cara

palpasi sisi kanan dan kiri pada dilakukan pada sendi dan otot pada

wajah dan daerah kepala.

Muscular Resistance Testing: Tes ini penting dalam membantu

mencari lokasi nyeri dan tes terbagi atas 5, yaitu :

Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri

pada ruang inferior m.pterigoideus lateral)

Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri

pada m. temporalis, m. masseter, dan m. pterigoideus

medial)

Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa

nyeri pada m. pterigoideus lateral dan medial yang

kontralateral)

Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri

pada m. pterigoideus lateral)

Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri

pada bagian posterior m. temporalis)

Pemeriksaan tulang belakang dan cervical : Dornan dkk

memperkirakan bahwa pasien dengan masalah TMJ juga

memperlihatkan gejala pada cervikal. Pada kecelakaan kendaraan

bermotor kenyataannya menunjukkan kelainan pada cervikal

maupun TMJ. 

3. Auskultasi

Bunyi sendi TMJ terdiri dari “clicking” dan ‘krepitus’. “Clicking”

adalah bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka atau menutup

mulut, bahkan keduanya. “Krepitus” adalah bersifat difus, yang biasanya

berupa suara yang dirasakan menyeluruh pada saat membuka atau

menutup mulut bahkan keduanya. “Krepitus” menandakan perubahan

dari kontur tulang seperti pada osteoartrosis. “Clicking” dapat terjadi

pada awal, pertengahan, dan akhir membuka dan menutup mulut. Bunyi

8

Page 9: Makalah Tmj

“click” yang terjadi pada akhir membuka mulut menandakan adanya

suatu pergeseran yang berat. TMJ ‘clicking’ sulit didengar karena

bunyinya halus, maka dapat didengar dengan menggunakan stetoskop.

4. Range of motion

Pemeriksaan pergerakan ”Range of Motion” dilakukan dengan

pembukaan mulut secara maksimal, pergerakan dari TMJ normalnya

lembut tanpa bunyi atau nyeri.

c. Pemeriksaan lain (penunjang)

Transcranial radiografi : Menggunakan sinar X, untuk dapat menilai

kelainan.

Panoramik Radiografi : Menggunakan sinar X, dapat digunakan untuk

melihat hampir seluruh regio maxilomandibular dan TMJ.

CT Scan : Menggunakan sinar X, merupakan pemeriksaan yang akurat

untuk melihat kelainan tulang pada TMJ.

1.1. Nyeri Kronik Pada Gangguan Temporomandibular

Nyeri yang ditimbulkan oleh kelainan temporomandibular umumnya

berupa nyeri miofasial. Karena patogenesis dan patofisiologi nyeri miofasial

masih perlu diteliti lebih lanjut, tata laksana nyeri yang mengarah pada penyebab

tunggal tidak dapat diberikan. Dengan demikian, terapi multimodal merupakan

modalitas terapi yang lebih efektif dalam menangani nyeri kronik yang

ditimbulkan oleh nyeri miofasial.Prinsip terapi multimodal nyeri kronik sampai

saat ini hanya didasarkan pada prognosis pasien secara umum dan pengertian

bahwa belum ada studi yang berhasil membandingkan kelebihan dan keamanan

masing-masing modalitas terapi yang direkomendasikan saat ini.Oleh karena itu,

terapi yang lebih mudah diperoleh, tidak terhalang oleh biaya, keamanan dan

bersifat reversibel akan diutamakan dalam terapi nyeri kronik. Terapi yang

9

Page 10: Makalah Tmj

memiliki karakteristik seperti itu antara lain edukasi, self-care, terapi fisik, terapi

intraoral, farmakoterapi jangka pendek, terapi perilaku, dan teknik relaksasi.

1. Edukasi dan informasi

Ansietas pada pasien turut berperan dalam progresifitas penyakit yang akan

mengarah kepada nyeri yang hebat dan kehilangan fungsi.Menjelaskan

darimana rasa sakit berasal dan karakteristik dari gejala yang dirasakan pasien

akan mengurangi ansietas pada pasien. Edukasi menjadi dasar dari aktivitas

perawatan diri yang pasien dapat lakukan untuk mengontrol gejala. Edukasi

dan informasi ini harus dilakukan secara bertahap dan tidak terburu-buru.

Edukasi dan informasi ini juga akan membantu pasien untuk mengetahui

penggunaan rahangnya secara tepat dan benar. Pasien harus turut ikut berperan

dalam melawan stress dan penyakit yang dideritanya.

2. Self-care dan perubahan kebiasaan pasien

Pasien harus mulai menghentikan kebiasaan penggunaan rahangnya yang

tidak berguna dalam kehidupan sehari-hari (seperti menggertakkan gigi, posisi

rahang, ketegangan otot rahang, berpangku tangan pada rahang, dan lain-lain).

Kebiasaan-kebiasaan tersebut akan memberikan beban pada rahang sehingga

memperberat penyakit. Perubahan pada kebiasaan tersebut akan mengurangi

nyeri yang diderita pasien dan progresifitas penyakit. Pasien disarankan untuk

mengalihkan perhatiannya ke kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik (tidak

memberi beban pada rahang). Pasien juga dianjurkan untuk mengistirahatkan

rahangnya bila sakit, mengompres dingin rahang pasien selama 10 menit

setiap 2 jam pada serangan akut.

3. Fisioterapi

Berdasarkan penilitian, fisioterapi terbukti lebih baik daripada placebo

walaupun tidak ditemukan perbedaan dari berbagai fisioterapi yang dilakukan.

Baik terapi pasif maupun aktif umumnya terdapat pada fisioterapi. Terapi

postur direkomendasikan untuk menghindari posisi yang dapat mempengaruhi

posisi mandibula dan otot mastikasi (seperti kepala maju ke depan).Modalitas

pasif seperti ultrasound, laser dan transcutaneus electrical nerve stimulation

(TENS) biasa digunakan untuk memulai fisioterapi dengan tujuan mengurangi

10

Page 11: Makalah Tmj

nyeri dan membantu penyembuhan pasien.TENS menggunakan tegangan

listrik rendah bifasik dalam berbagai frekuensi yang mempunyai efek

counterstimulation dari saraf sensorik untuk mengontrol nyeri.Terapi

ultrasound dapat menghasilkan panas yang ditransmisikan ke dalam jaringan

sehingga lebih efektif daripada penghangatan dari luar. Latihan gerak

dilakukan adalah latihan gerak peningkatan jangkauan gerak rahang,

penarikan pasif untuk meningkatkan gerakan mandibula dan pelatihan isotonik

dan isotmetrik. Latihan membuka dan menutup mulut dalam satu garis lurus di

depan kaca atau lidah menempel pada palatum merupakan latihan membuka

mulut yang umum dilakukan pada fisioterapi. Pilihan dari terapi ini bersifat

individual dan ilmu fisioterapi ini masih belum begitu berkembang.

4. Penggunaan alat-alat intraoral

Penggunaan alat intraoral seperti splints, orthotics, orthopedic appliances, bite

guards, nightguards atau bruxing guards biasa digunakan dalam terapi

kelainan temporomandibular. Alat-alat ini biasa digunakan dokter gigi untuk

melakukan terapi pada pasien mereka. Alat-alat ini memiliki banyak desain

dan terbuat dari berbagai material, namun yang paling sering digunakan

adalah splint yang berbentuk flat-plane yang terbuat dari acrylic keras. Splint

ini digunakan untuk meningkatkan stabilitas sendi, melindungi gigi,

meratakan tekanan, merelaksasi otot elevator dan mengurangi bruxism.Splint

ini juga didesain untuk menghindari perubahan posisi rahang. Penggunaan

alat-alat medis ini harus dievaluasi seiring dengan kemungkinan terjadinya

perubahan postur mandibula. Pada awal terapi, alat ini harus digunakan saat

tidur dan saat bekerja, hal ini harus dimonitor untuk menentukan saat-saat

paling efektif dari penggunaan alat ini. Untuk menghindari perubahan oklusi,

alat ini tidak boleh digunakan terus menerus.

5. Farmakoterapi

Analgesik ringan, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs),

antiansietas, antidepresan trisiklik dan pelemas otot adalah obat-obat yang

biasa digunakan untuk mengobati kelainan temporomandibular.Di dalam

penelitian, penggunaan benzodiazepine kerja panjang seperti klonazepam akan

11

Page 12: Makalah Tmj

mengurangi nyeri pada kelainan temporomandibular. Opiod dicadangkan

untuk nyeri kronik yang kompleks. Terapi medikasi pada kelainan kelainan

temporomandibular mengikuti prinsip umum terapi analgesik untuk nyeri dan

diberikan dengan metode fixed-dose.

AINS (antiinflamasi nonsteroid) lazim digunakan untuk mengendalikan nyeri

pada terapi kelainan temporomandibular. Golongan AINS yang dapat

digunakan antara lain penghambat enzim siklooksigenase-2 seperti celecoxib

dan rofecoxib (efek analgesic sama dengan golongan penghambat COX

nonspesifik, tetapi efek samping gastrointestinal berkurang); ibuprofen (400

mg 4 kali sehari); naproxen; diklofenak dan nabumetone. Penghambat COX-2

harus diberikan selama 2 minggu dengan metode fixed-dose untuk menilai

efektivitas terapi. Selain itu, dapat juga digunakan secara topical, seperti

diklofenak yang telah dikemas dalam bentuk jel atau krim capsaicin (0.025%-

0.075%) yang digunakan empat kali sehari. Namun, capsaicin memiliki efek

samping rasa terbakar sehingga membatasi kegunaannya.

Anti ansietas berguna terutama saat eksaserbasi akut nyeri otot, obat ini

digunakan pada malam hari untuk menghindari efek sedasinya dan potensi

ketergantungan menghambat penggunaan obat ini dalam jangka panjang.

Penggunaan obat pelemas otot seperti carisoprodol, methocarbamol, derivat

trisiklik cyclobenzaprine terbukti efektif mengurangi nyeri dengan cara

menginhibisi interneuron dan kerja sistem saraf pusat. Karena efek sedasinya,

pelemas otot juga digunakan pada malam hari.

Antidepresan trisiklik, terutama amitriptilin, telah terbukti efektif dalam

mengatasi nyeri orofasial kronik. Pada dosis rendah, amitriptilin memiliki efek

analgesik, efek sedasi dan merangsang tidur nyenyak; semua efek ini dapat

berguna bagi pasien. Namun, efek antikolinergik yang dimiliki obat ini (mulut

kering, peningkatan berat badan, sedasi dan euphoria) menyebabkan obat ini

tidak disukai. Dosis dapat dimulai dari 10 mg pada malam hari dan dapat

ditingkatkan sampai 75-100 mg, tergantung dari toleransi pasien.

12

Page 13: Makalah Tmj

6. Terapi perilaku dan teknik relaksasi

Mengabungkan terapi perilaku dan teknik relaksasi telah terbukti efektif dalam

mengatasi nyeri kronik. Teknik-teknik yang telah digunakan pada pasien

dengan kelainan temporomandibular antara lain teknik relaksasi, biofeedback,

hipnosis dan terapi perilaku-kognitif.

Teknik relaksasi secara umum menurunkan aktivitas simpatis dan (mungkin)

kesadaran. Metode relaksasi dalam meliputi autogenic training, meditasi dan

relaksasi otot progresif. Teknik-teknik ini ditujukan untuk menghasilkan

sensasi menyamankan tubuh, menenangkan pikiran dan menurunakan tonus

otot. Metode singkat untuk relaksasi menggunakan relaksasi swa-kontrol,

teknik pengendalian frekuensi pernafasan (paced breathing), dan pernafasan

dalam. Hipnosis menghasilkan keadaan fokus pikiran yang terseleksi atau

difus sehingga dapat memicu relaksasi. Hipnosis sangat tergantung dari pasien

dan tidak berkaitan dengan peningkatan produksi endorfin, sementara

pengaruhnya terhadap produksi katekolamin belum diketahui.

Terapi perilaku-kognitif, yang seringkali meliputi teknik relaksasi, mengubah

pola pikir yang negatif. Hipnosis dan terapi perilaku-kognitif diperkirakan

bekerja dengan menghambat nyeri untuk memasuki alam sadar dengan

mengaktifkan sistem atensi limbic frontal yang menghambat transmisi impul

listrik dari thalamus ke korteks serebri. Biofeedback adalah metode terapi

yang menyediakan umpan balik secara bersinambung, umumnya dengan

memantau aktivitas listrik otot dengan elektroda permukaan atau memantau

suhu perifer. Alat pemantau ini memberikan informasi fisiologis kepada

pasien, sehingga pasien dapat mengubah fungsi fisiologis untuk menghasilkan

respons yang serupa dengan terapi relaksasi. Dengan kata lain, pasien

melakukan terapi relaksasi yang ditujukan untuk menurunkan aktivitas listrik

otot atau meningkatkan suhu perifer.

Hambatan yang seringkali ditemui dalam pelaksanaan modalitas ini adalah

protokol standar pelayanan medis yang seringkali mengabaikan isu psikososial

dan hal-hal yang dialami pasien selama sakit. Selain itu, terapi ini seringkali

time-intensive dan tidak dicakup dalam asuransi kesehatan.

13

Page 14: Makalah Tmj

7. Trigger point therapy

Trigger point therapy menggunakan dua modalitas, yaitu mendinginkan kulit

di atas otot yang terlibat dan kemudian merentangkannya; dan suntikan

anestesi lokal langsung ke dalam otot.

Terapi semprot dan regang (spray and stretch) dilakukan dengan

mendinginkan kulit dengan fluoromethane (spray pendingin) dan dengan

lembut meregangkan otot yang sakit. Tindakan pendinginan ini dilakukan

dengan tujuan memungkinkan peregangan dil;akukan tanpa rasa sakit, yang

akan memicu reaksi kontraksi atau strain. Pasien yang merespons modalitas

ini dapat menggunakan variasi lain seperti menghangatkan otot tersebut,

kemudian dengan cepat medinginkannya dan setelah itu dengan lembut

meregangkan otot yang sakit.

Injeksi titik picu (trigger point) intramuskular dilakukan dengan

menyuntikkan zat anestesi lokal, cairan fisiologis, atau air steril atau dry

needling tanpa memasukkan cairan atau obat. Metode yang dianjurkan untuk

injeksi titik picu intramuskular adalah prokain yang diencerkan sampai 0.5%

dengan cairan fisiologis karena toksisitas terhadap otot rendah. Selain itu,

dapat pula digunakan lidokain 2% (tanpa vasokonstriktor). Sampai saat ini

belum ada protokol yang mengatur pemberian injeksi titik picu ini, tetapi

umumnya suntikan diberikan pada sekelompok otot setiap minggu selama 3-5

minggu. Jika respons terhadap terapi tidak adekuat, terapi ini harus segera

dihentikan.

1.1. PENATALAKSANAAN

Dalam penatalaksaan TMD di lakukan secara bedah dan non bedah, sesuai

dengan indikasi.

Jaw Rest (Istirahat Rahang): Sangat menguntungkan jika membiarkan

gigi-gigi terpisah sebanyak mungkin. Adalah juga sangat penting

mengenali jika kertak gigi (grinding) terjadi dan menggunakan metode-

metode untuk mengakhiri aktivitas-aktivitas ini. Pasien dianjurkan untuk

menghindari mengunyah permen karet atau makan makanan yang keras,

14

Page 15: Makalah Tmj

kenyal (chewy) dan garing (crunchy), seperti sayuran mentah, permen-

permen atau kacang-kacangan. Makanan-makanan yang memerlukan

pembukaan mulut yang lebar, seperti hamburger, tidak dianjurkan.

Terapi Panas dan Dingin: Terapi ini membantu mengurangi tegangan

dan spasme otot-otot. Bagaimanapun, segera setelah suatu luka pada sendi

rahang, perawatan dengan penggunaan dingin adalah yang terbaik.

Bungkusan dingin (cold packs) dapat membantu meringankan sakit.

Obat-obatan: Obat-obatan anti peradangan seperti aspirin, ibuprofen

(Advil dan lainnya), naproxen (Aleve dan lainnya), atau steroids dapat

membantu mengontrol peradangan. Perelaksasi otot seperti diazepam

(Valium), membantu dalam mengurangi spasme-spasme otot.

Terapi Fisik: Pembukaan dan penutupan rahang secara pasiv, urut

(massage) dan stimulasi listrik membantu mengurangi sakit dan

meningkatkan batasan pergerakan dan kekuatan dari rahang.

Managemen stres: Kelompok-kelompok penunjang stres, konsultasi

psikologi, dan obat-obatan juga dapat membantu mengurangi tegangan

otot. Umpanbalikbio (biofeedback) membantu pasien mengenali waktu-

waktu dari aktivitas otot yang meningkat dan spasme dan menyediakan

metode-metode untuk membantu mengontrol mereka.

Terapi Occlusal: Pada umumnya suatu alat acrylic yang dibuat sesuai

pesanan dipasang pada gigi-gigi, ditetapkan untuk malam hari namun

mungkin diperlukan sepanjang hari. Ia bertindak untuk mengimbangi

gigitan dan mengurangi atau mengeliminasi kertakan gigi (grinding) atau

bruxism.

15

Page 16: Makalah Tmj

Koreksi Kelainan Gigitan: Terapi koreksi gigi, seperti orthodontics,

mungkin diperlukan untuk mengkoreksi gigitan yang abnormal. Restorasi

gigi membantu menciptakan suatu gigitan yang lebih stabil. Penyesuaian

dari bridges atau crowns bertindak untuk memastikan kesejajaran yang

tepat dari gigi-gigi.

Operasi: Operasi diindikasikan pada kasus-kasus dimana terapi medis

gagal. Ini dilakukan sebagai jalan terakhir. TMJ arthroscopy, ligament

tightening, restrukturisasi rahang (joint restructuring), dan penggantian

rahang (joint replacement) dipertimbangkan pada kebanyakan kasus yang

berat dari kerusakan rahang atau perburukan rahang.

16

Page 17: Makalah Tmj

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Temporomandibular joint (TMJ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula

dengan fossa gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibular merupakan

satu-satunya sendi yang ada di kepala yang bertanggung jawab terhadap

pergerakan membuka dan menutup rahang, mengunyah serta berbicara yang

letaknya dibawah depan telinga Apabila terjadi sesuatu kelainan pada salah satu

sendi ini, maka seseorang akan mengalami masalah yang serius yaitu terasa nyeri

saat membuka mulut, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan

dapat menyebabkan mulut terkunci. Kelainan temporomandiblar joint disebut juga

dengan disfungsi/penyakit temporomandibular joint. Penanganan terhadap

disfungsi atau penyakit temporomandibular joint sangat tergantung dari gambaran

klinis dan diagnosis.

3.2 Saran

Demikianlah makalah kami ini kami buat untuk melengkapi tugas akhir

semester. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, Kami mohon saran dan kritik dari pembaca.

17

Page 18: Makalah Tmj

Daftar Pustaka

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-13678-Chapter1-77703.pdf

http://www.google.co.id/Diagnosa_Kelainan_Sendi_TMJ

http://www.stronghealth.com/services/surgical/ENT/tmj.cfm.

http://www.ctds.info/tmj.html

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/temporomandibularjointdysfunction.html

http://www.healthscout.com/ency/1/130/

main.html#TreatmentofTemperomandibularJoint(TMJ)Disorder

18