Laporan Farmako Obat Depresan

13
Tanggal Praktikum : Rabu, 4 Maret 2015 Dosen Pembimbing : Drh. Aulia Andi M, MSi Kelas Paralel : 6 (RP Kitwan 3) LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II OBAT DEPRESAN SISTEM SARAF PUSAT KELOMPOK 6 1 . Junaidi Abdilah B04120089 ……. 2 . Rani Dwi Septyani B04120095 ..….. 3 . Nila Arum Sari B04120098 ..... 4 . Deni Setiawan S B04120103 ..….. 5 . Chan Whaiy Lii B04128019 ……..

description

Laporan farmakologi mengenai obat depresan susunan saraf pusat

Transcript of Laporan Farmako Obat Depresan

Tanggal Praktikum: Rabu, 4 Maret 2015Dosen Pembimbing: Drh. Aulia Andi M, MSiKelas Paralel: 6 (RP Kitwan 3)LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

OBAT DEPRESAN SISTEM SARAF PUSATKELOMPOK 61.Junaidi AbdilahB04120089.

2.Rani Dwi SeptyaniB04120095 ....

3.Nila Arum SariB04120098.....

4.Deni Setiawan SB04120103 ....

5.Chan Whaiy LiiB04128019..

dFAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015PENDAHULUANLatar Belakang

Depresan adalah senyawa yang dapat mendepres atau menekan system tubuh. Depresan Sistem Syaraf Pusat (SSP) adalah senyawa yang dapat mendepres atau menurunkan aktivitas fungsional dari sistem syaraf pusat (SSP). Akibat dari penurunan aktivitas fungsional sistem syaraf pusat adalah menurunnya fungsi beberapa organ tubuh. Depresan sistem syaraf pusat (SSP) ini bekerja dengan menekan pusat kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung dan pernafasan. Depresansia terbagi atas golongan sedative, hipnotika, anastetik umum. Depresansia golongan sedative menyebabkan respon fisik dan mental dari hewan menghilang, tetapi tidak mempengaruhi kesadaran atau dengan kata lain hanya menimbulkan efek sedasi. Depresansia golongan hipnotika menimbulkan efek hipnotik pada hewan, sehingga rasa kantuk pada hewan. Tetapi ada juga yang bekerja dalam cara yang hingga kini belum dapat dipahami oleh para ilmuwan. Karena adanya variasi-variasi ini, depresan dikelompokkan menjadi beberapa kelas lagi berdasarkan penggunaan medisnya, kimianya, dan klasifikasi legalnya.Dosis yang kecil memperlambat detak jantung dan pernafasan, menurunkan energi dan koordinasi otot, dan menumpulkan panca indera. Awalnya, dosis yang kecil dapat berfungsi seperti stimulan karena menurunkan inhibisi, tetapi dengan semakin banyak pemakaian dan semakin besar dosis yang dipakai, efek depresan secara menyeluruh mulai mendominasi, menumpulkan pikiran dan melambatkan tubuh. Jenis depresan tertentu juga dapat memunculkan eforia, atau suatu perasaan nyaman dan tenang.

Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui daya kerja obat-0bat depresan SSP, yang bersifat analgesik kuat, relaksan kuat maupun anastetikum kuat melalui gejala klinis yang ditumbulkan.TINJAUAN PUSTAKA

Depresan Sistem Syaraf Pusat (SSP) adalah senyawa yang dapat mendepres atau menurunkan aktivitas fungsional dari sistem syaraf pusat (SSP). Depresansia terbagi atas golongan sedative, hipnotika, anastetik umum. Depresansia golongan sedative menyebabkan respon fisik dan mental dari hewan menghilang, tetapi tidak mempengaruhi kesadaran atau dengan kata lain hanya menimbulkan efek sedasi. Depresansia golongan hipnotika menimbulkan efek hipnotik pada hewan, sehingga rasa kantuk pada hewan. Depresansia golongan sedative dan hipnotika ini apabila diberikan pada dosis tinggi dapat menyebabkan efek anaesthesi. Depresansia golongan anastetik umum adalah senyawa yang dapat menimbulkan efek anaeshtesi, sehingga kesadaran, rasa nyeri dari hewan menjadi hilang, dan muscle relaxan.

Contoh-contoh obah depreasan pada sistem saraf pusat adalah pentothal, MgSO4 dan kloralhidrat. Pentothal yang biasa disebut Natrium-thiopental merupakan obat yang termasuk golongan barbiturate. Turunan barbiturate bekerja dengan menekan transmisi sinaptik pada sistem pengaktifan retikula di otak dengan cara mengubah permeabilitas membrane sel, sehingga mengurangi rangsangan polisinaptik dan menyebabkan deaktivasi korteks serebral. Sandberg (1951) membuat postulat bahwa untuk memberi efek penekanan sistem saraf pusat, turunan asam barbiturate harus bersifat asam lemah dan mempunyai nilai koefisien partisi lemak/air dengan batas tertentu. Sedangkan Kloralhidrat secara kimiawi adalah aldehida yang terikat dengan air, menjadi alkohol. Efek bagi pasien-pasien yang gelisah, juga sebagai obat pereda pada penyakit saraf hysteria. Berhubung cepat terjadinya toleransi dan resiko akan ketergantungan fisik dan psikis, obat ini hanya digunakan untuk waktu singkat (1-2 minggu). (Olson, 2002)Magnesium sulfat merupakan senyawa MgSO4 yang merupakan kristal berbentuk prisma dingin, pahit dan larut dalam air. Ion magnesium pada MgSO4 dapat menekan saraf pusat sehingga menimbulkan anestesi dan mengakibatkan penurunan reflek fisiologis. Pengaruhnya terhadap system syaraf perifer mirip dengan ion kalium, yaitu menyebabkan kelemahan otot. Hal ini disebabkan karena adanya hambatan pada neuromuskular perifer. MgSO4 menghambat pelepasan asetilkolin dan menurunkan kepekaan motor endplate maka MgSO4 mempunyai pengaruh potensial, sinergis dan memperpanjang pengaruh dari obat-obat pelemas otot non depolarisasi dan depolarisasi sehingga kerja obat-obat tersebut akan lebih kuat dan lebih lama .Selain itu ion magnesium menimbulkan efek pada susunan saraf pusat yang spesifik. Pemberian magnesium sulfat akan menekan timbulnya letupan neuron. Derajat penekanan akan bertambah seiring dengan meningkatnya kadar magnesium plasma dan akan berkurang dengan menurunnya kadar magnesium ( Elvan & Gulden 2003). ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah timbangan, syringe dan pipet tetes. Bahan yang digunakan adalah MgSO4, kloralhidrat, penthotal 2% dan hewan coba (mencit dan katak).

METODOLOGI PENELITIAN

a. Mencit yang diinjeksi dengan pentothal 2 %

Pertama-tama mencit ditimbang dengan menggunakan timbangan agar diketahui dosis masing-masing senyawa yang akan diberikan. Sebelum dilakukan penyuntikan, mencit terlebih dahulu diperiksa status fisioloogisnya, berupa kesadaran, rasa nyeri, pernapasan, frekuensi napas, frekuensi jantung dan tonus otot. Setelah diperiksa status fisiologisnya mencit disuntik penthotal dengan volume awal 0.05 ml. Kemudian tunggu sampai 10 menit setelah itu diamati perubahan yang terjadi pada status fisiologisnya. Selanjutnya, mencit disuntik lagi pentothal dengan dosis bertingkat, diulangi dan diamati sampai mencit mati.

b. Katak yang diinjeksi dengan chloralhidrat dan MgSO4

Pertama-tama dua ekor katak ditimbang dengan menggunakan timbangan agar diketahui dosis masing-masing senyawa yang akan diberikan. Sebelum dilakukan penyuntikan, katak terlebih dahulu diperiksa status fisiologisnya, berupa kesadaran, rasa nyeri, pernapasan, frekuensi napas, frekuensi jantung dan tonus otot. Setelah diperiksa status fisiologisnya katak pertama disuntik MgSO4, kemudian katak kedua disuntik kloralhidrat masing-masing 0.05 ml sebagai dosis awal. Selanjutnya, katak disuntik lagi MgSO4 dan kloralhidrat dengan dosis bertingkat, diulangi dan diamati sampai katak mati.HASIL PENGAMATANMencit (Injeksi Pentothal)

MenitDosis

(ml)Aktivitas

TubuhRefleksSaliva/defekasi

urinasiTonusFrek.

napasFrek.

jantungKonvulsi

00,05AktifV-V120116-

100,1AktifV-V116124-

200,2LemahV-V128112-

300,4----104100V

400,8--Salivasi-10068V

501,6------V

Katak I (Injeksi MgSO4)

MenitDosis

(ml)Posisi

TubuhRefleksRasa nyeriTonusFrek.

napasFrek.

jantungKonvulsi

00,05TegakVVV8690-

100,1LemasVVV13483-

200,2LemasV-V14379-

300,4Tengkurap---8380-

400,8Tengkurap---7659-

501,6-------

Katak II (Injeksi Karbohidrat)MenitDosis

(ml)Posisi

TubuhRefleksRasa nyeriTonusFrek.

napasFrek.

jantungKonvulsi

00,05TegakVVV10464-

100,1TegakVVV10448-

200,4LemahVVV6580-

300,8-VVV5676-

401,6-------

503,2-------

606,4-------

PEMBAHASANInjeksi pentothal 2% pada mencit dengan dosis 0,05ml pada menit ke-1 sampai menit ke-10 menunjukan aktivitas tubuh yang aktif dan terdapat refleks otot, tonus otot, dan hasil frekuensi napas 120 kali/menit, serta frekuensi jantung 116 kali/menit namun tidak terjadi salivasi maupun konfulsi. Hal ini menunjukan bahwa pemberian dosis pentothal 0,05 ml kurang berpengaruh terhadap fungsi sistem saraf pusat mencit karena hasil yang didapat sama persis dengan status fisiologi awal. Pada injeksi mencit menit ke 10 sampai menit ke-20 dengan dosis 0,1 menunjukan gejala sama dengan menit sebelumnya namun frekuensi napas mengalami penurunan sebesar 4 kali/menit dan frekunsi jantung mengalami kenaikan sebesar 8 kali/menit, hal ini terdapat pengaruh dari penambahan dosis injeksi dan waktu, fase ini disebut fase analgesic dimana hewan pertamakali kehilangan sensasi atau mulai lemah. pada menit ke-20 sampai menit ke-30 gejala aktivitas tubuh mencit lemah, frekuensi napas naik, frekuensi jantung menurun, namun gejala tubuh yang lain tidak mengalami kelainan tetap pada kondisi awal status fisiologis. Fase ini merupakan fase dimana terjadi fluktuatif frekuensi jantung dan napas yang diakibatkan dari pengaruh dosis injeksi pentothal yang tidak dikombinasikan dan waktu yang semakin meningkat. Menit ke-30 dengan dosis injeksi pentothal 0,4ml aktifitas tubuh sudah tergeletak serta frekuensi napas dan jantung mengalami penurunan, refleks tubuh tidak ada, rasa nyeri tidak ada, tonus otot tidak ada, namun terjadi konvulsi otot. Pada menit ke-40 sampai ke-50 dengan dosis injeksi 0,8ml aktivitas tubuh negatif, refleks negatif, tonus otot negatif serta frekuensi napas dan jantung mengalami penurunan serentak, namun pada fase ini terjadi salivasi berlebih pada mencit dan terjadi konvulsi otot karena mencit mengalami tahap eksitasi dimana mencit teriritasi. pada menit ke-50 dengan dosis injeksi 1,6 ml aktivitas tubuh dan gejala lainnya negatif namun terjadi konvulsi otot.. hal ini merupakan fase paralysis dimana terjadi keadan colaps dan keparahan.Terdapat dua perlakuan pada percobaan 2 katak. Katak 1 di injeksi dengan MgSO4 dan katak 2 diinjeksi dengan kloralhidrat. Dosis masing-masing 0,05ml dengan skala bertingkat. Pada katak 1 Injeksi MgSO4 dengan dosis 0,05ml pada menit ke-1 sampai menit ke-10 menunjukan posisi tubuh yang tegak dan terdapat refleks otot, rasa nyeri, tonus otot, dan hasil frekuensi napas 86kali/ menit, serta frekuensi jantung 90kali/menit namun tidak terjadi konvulsi otot. Hal ini menunjukan bahwa pemberian dosis MgSO4 0,05ml kurang berpengaruh terhadap fungsi sistem saraf pusat katak. Pada injeksi katak 1 menit ke 10 sampai menit ke-20 posisi tubuh lemah, terdapat refleks otot, rasa nyeri dan tonus otot namun frekuensi jantung mengalami penurunan sebesar 7 kali/menit sedangkan frekuensi napas mengalami kenaikan sebesar 48 kali/menit, hal ini terdapat pengaruh dari penambahan dosis injeksi dan waktu (fase apa). pada menit ke-20 sampai menit ke-30 posisi tubuh lemah, frekuensi jantung menurun, rasa nyeri tidak ada, namun frekuensi napas naik sebesar 9 kali/menit, Fase ini merupakan fase dimana terjadi fluktuatif frekuensi jantung mengalami naik turun yang diakibatkan dari pengaruh dosis injeksi pentothal dan waktu yang semakin meningkat. Menit ke-30 dengan dosis injeksi MgSO4 0,4ml posisi tubuh sudah tergeletak refleks tubuh, rasa nyeri, dan tonus otot negative, serta penurunan pada frekuensi jantung dan napas. Pada menit ke-40 sampai seterusnya posisi tubuh, refleks, rasa nyeri, tonus otot menunjukan hasil negative serta penurunan yang konstan frekuensi napas dan jantung sehingga pada menit ke-50 katak 1 yg diinjeksi mati akibat dosis depresan diberikan berlanjut menekan saraf pusat.Pada katak 2 Injeksi kloralhidrat dengan dosis 0,05ml pada menit ke-1 sampai menit ke-10 menunjukan posisi tubuh yang tegak dan terdapat refleks otot, rasa nyeri, tonus otot, dan hasil frekuensi napas 104 kali/ menit, serta frekuensi jantung 64 kali/menit. Hal ini menunjukan bahwa pemberian dosis kloralhidrat 0,05 ml kurang berpengaruh terhadap fungsi sistem saraf pusat katak. Pada injeksi mencit menit ke 10 sampai menit ke-20 menunjukan gejala sama dengan menit sebelumnya namun frekuensi jantung mengalami penurunan sebesar 16 kali/menit, hal ini terdapat pengaruh dari penambahan dosis injeksi dan waktu (fase apa) . pada menit ke-20 sampai menit ke-30 gejala posisi tubuh katak mulai lemah, frekuensi napas menurun, namun frekuensi jantung naik, serta gejala tubuh yang lain tidak mengalami kelainan. Fase ini merupakan fase dimana terjadi fluktuatif frekuensi jantung mengalami naik turun yang diakibatkan dari pengaruh dosis injeksi kloralhidrat dan waktu yang semakin meningkat. Menit ke-30 dengan dosis injeksi kloralhidrat 0,8ml posisi tubuh sudah tergeletak serta frekuensi napas dan jantung mengalami penurunan namun refleks tubuh, rasa nyeri, dan tonus otot masih ada. Pada menit ke-40 sampai seterusnya posisi tubuh, refleks, rasa nyeri, tonus otot, frekuensi napas dan jantung sudah menunjukan hasil negatif akibat injeksi yang diberikan berlanjut sehingga katak mengalami paralisis dan mati.SIMPULANDAFTAR PUSTAKAElvan MD dan Gulden U MD.2003. Propofol Not Thiopenton or etomidatewith remifentanil provides adequate intubatin condition the absenceof euromuscular blockade. Can J Anesthesia 50 : 108-15.

Kimia Medisinal 2, Siswandono MS, Dr. Bambang Soekardjo, SU., 2000: hlm 232

Olson, James, M D, 2002. Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta: ECG.P.40