Laporan Biofarmasetika Fix

download Laporan Biofarmasetika Fix

of 20

Transcript of Laporan Biofarmasetika Fix

  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    1/20

    ABSORBSI OBAT SECARA PERKUTAN

    I. TUJUAN

    Mengetahui absorbsi obat perkutan dan fungsi stratum korneum sebagai

    penghalang fisik dalam absorbsi percutan obat.

    II. DASAR TEORI

    A. Kulit

    Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya

    yang terletak dibagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2dengan berat kira-kira

    15% berat badan. Klasifikasi berdasar :

    1. Warna :

    a. Terang (fair skin), pirang, dan hitam.

    b.

    Merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi.

    c. Hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa.

    2. Jenisnya :

    a.

    Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium.

    b.

    Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa.

    c. Tipis : pada wajah.

    d.

    Lembut : pada leher dan badan.

    e. Berambut kasar : pada kepala.

    http://4.bp.blogspot.com/-klE1SarT6qw/T8rGJy7E7zI/AAAAAAAAAH8/loFbOLf-VXI/s1600/anat+kulit.jpg
  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    2/20

    Anatomi kulit secara histopatologik, yaitu :

    1. Lapisan Epidermis (kutikel)

    a. Stratum Korneum (lapisan tanduk)

    Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati,

    tidak berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk).

    b. Stratum Lusidum

    Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,

    protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini

    lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.

    c. Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)

    Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir

    kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin.

    Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.

    d. Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan

    akanta )

    Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih

    karena banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila

    semakin dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat

    jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma

    dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk

    http://4.bp.blogspot.com/-7I1R62nkAHg/T8rGxXLxliI/AAAAAAAAAIE/-bisehPMOUg/s1600/Epidermal+layer.jpg
  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    3/20

    penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel

    spinosum juga terdapat pula sel Langerhans.

    e. Stratum Basalis

    Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada

    perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal

    bermitosis dan berfungsi reproduktif.

    - Sel kolumnar : protoplasma basofilik inti lonjong besar, di

    hubungkan oleh jembatan antar sel.

    - Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell : sel

    berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap,

    mengandung pigmen (melanosomes).

    b. Lapisan Dermis (korium, kutis vera,true skin)

    Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular

    dan folikel rambut.

    a.

    Pars Papilare : bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut

    saraf dan pembuluh darah.

    b. Pars Retikulare : bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari

    serabut penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks)

    lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat,

    dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh

    fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang mengandung

    hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin, seiring

    http://4.bp.blogspot.com/-k3JyDfEPIWo/T8rHjfc7QSI/AAAAAAAAAIM/1YBY4JrHq40/s1600/dermis.jpg
  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    4/20

    bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin stabil. Retikulin mirip

    kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf,

    dan mudah mengembang serta lebih elastis.

    c. Lapisan Subkutis (hipodermis)

    Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak

    yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang

    bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa.

    Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai

    cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah

    bening. Lapisan lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda

    pada beberapa kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal

    (sampai 3 cm). Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di

    bagian atas dermis) dan pleksus profunda (terletak di subkutis).

    B. Absorbsi Obat Secara Perkutan

    Konsep pemakaian sediaan obat pada kulit telah lama diyakini dapat

    dilakukan zaman mesir kuno,papyrus yang telah mencantumkan berbagai sediaan

    obat untuk pemakaian luar. Galen telah menjelaskan tentang pemakaian sediaan

    pada zaman romawi, yang saat ini dikenal sebagai vanishing cream.Sediaan obat

    yang digunakan pada kulit atau diselipkan ke dalam rongga tubuh umumnya berada

    dalam bentuk cairan, semi padat atau padat.

    Penyerapan perkutan merupakan gabungan fenomena penembusan suatu

    senyawa dari lingkungan luar ke bagian kulit sebelah dalam dan fenomena

    http://2.bp.blogspot.com/-Pw7bvSWEDOw/T8rJMJbJNsI/AAAAAAAAAIU/HkLlo4sEeco/s1600/cutaneus.jpg
  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    5/20

    penyerapan dari struktur kulit ke dalam peredaran darah. Istilah "perkutan"

    menunjukkan bahwa proses penembusan terjadi pada lapisan epidermis dan

    penyerapan dapat terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda.

    Permukaan paling luar dari kulit, tempat sediaan obat digunakan :

    1.

    Lapisan malfigi.

    2. Lapisan tanduk tersusun atas sekumpulan sel-sel mati yang mengalami

    keratinisasi.

    Proses Absorpsi :

    1. Diantara sel-sel daristratum corneum.

    2.

    Melalui saluran dari folikel rambut.

    3. Melalui kelenjar keringat (sweat glands).

    4. Melalui kelenjar sebaseus (sebaceous glands).

    5.

    Melalui sel-sel daristratum corneum.

    Adsorbsi perkutan dapat didefinisikan sebagai adsorbsi obat ke dalam statum

    corneum (lapisan tanduk) dan berlanjut obat menembus lapisan di bawahnya serta

    akhirnya obat masuk dalam sirkulasi darah. Kulit merupakan perintang yang efektif

    terhadap penetrasi perkutan obat atau senyawa eksternal. Adsorbsi obat perkutan

    dipengaruhi oleh sifat fisikokimiawi obat dan pembawa serta kondisi kulit pada

    pemakaian obat secara topical, obat berdifusi dalam pembawanya dan kontak

    dengan permukaan kulit (statum korneum dan setum) serta obat selanjutnya

    menembus epidermis. Penetrasi obat melalui kulit dapat terjadi dengan dua cara

    yaitu:

    1.

    Rute transdermal, yaitu difusi obat menembus stratum korneum.

    2.

    Rute transfolikuler, yaitu difusi obat melewati pori kelenjar keringat dan

    selum.

    Sebelum obat dapat memberikan efek, obat perlu dilepaskan dari basisnya

    setelah obat kontak dengan stratum korneum maka obat akan menembus epidermis

    dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik secra difusi pasif. Laju absorbs melintasi

    kulit tidak segera tunak tetapi selalu teramati adanya waktu laten. Waktu laten

  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    6/20

    mencerminkan penundaan penembusan senyawa kebagian dalam struktur tanduk

    dan pencapaian gradien difusi.

    Hambatan utama dari sistem penghantaran obat transdermal adalah sifat

    halangan intrinsic dari kulit. Halangan ini dapat secara kimiawi dimodifikasi

    dengan tujuan menurunkan resistensi difusi menggunakan peningkat penetrasi.

    Strategi penggunaan peningkat penetrasi memungkinkan lebih banyak obat dapat

    diberikan melalui sistem penghantaran transdermal. Pertimbangan penting selama

    pengembangan sediaan trandermal adalah potensi respon alergi, iritasi terhadap

    obat/konstituen formulasi lain, serta peningkatan penetrasi (karena mekanisme

    kerjanya bermacam-macam, antara lain melarutkan lapisan teratas dari kulit).

    Faktor yang mempengaruhi absorbs kuat yaitu penetrasi dan cara pemakaian

    temperatur dari kulit sifat fisika kimia obatnya, pengaruh dari sifat dasar salep,

    lama pemakaian, kondisi atau keadaan kulit.

    Adsorbsi atau penyerapan suatu zat aktif adalah masuknya molekul-molekul

    ke dalam tubuh atau menuju peredaran darah tubuh, setelah melewati penghalang

    biologic penyerapan akan diteliti bersamaan dengan fase biofarmasetik.

    Adsorbsi melalui kulit (permukaan) bila suatu obat digunakan secara topikal

    maka obat akan keluar dari pembawanya dan berdifusi ke permukaan jaringan

    kulit. Ada 3 jalan masuk yang utama melalui daerah kantong rambut, melalui

    kelenjar keringat atau melalui jaringan keringa atau stratum korneum yang terletak

    dianara kelenjar keringat dan kantong rambut.

    C.

    Asam Salisilat

    Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat

    iritan lokal, yang dapat digunakan secaratopikal.Terdapat berbagai turunan yang

    digunakan sebagaiobat luar,yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan

    ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat.

    Turunannya yang paling dikenal asalahasam asetilsalisilat.

    Asam salisilat mendapatkan namanya dari spesies dedalu (bahasa Latin:

    salix), yang memiliki kandungan asam tersebut secara alamiah, dan dari situlah

    manusia mengisolasinya. Penggunaan dedalu dalam pengobatan tradisional telah

    dilakukan olehbangsa Sumeria,Asyur dan sejumlahsuku Indian sepertiCherokee.

    Pada saat ini, asam salisilat banyak diaplikasikan dalam pembuatan obat aspirin.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Topikal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Obat_luar&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_karboksil&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Garamhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salisilat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetilsalisilathttp://id.wikipedia.org/wiki/Spesieshttp://id.wikipedia.org/wiki/Dedaluhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Latinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Manusiahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bangsa_Sumeria&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bangsa_Asyur&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Indianhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cherokeehttp://id.wikipedia.org/wiki/Cherokeehttp://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Indianhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bangsa_Asyur&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bangsa_Sumeria&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Manusiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Latinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dedaluhttp://id.wikipedia.org/wiki/Spesieshttp://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetilsalisilathttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salisilat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Garamhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_karboksil&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Obat_luar&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Topikal&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    7/20

    Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asamnya. Hal tersebut

    dikembangkan secara menetap ke dalam salisilat baru. Selain sebagai obat,asam

    salisilat juga merupakan hormon tumbuhan. Asam salisilat (asam

    ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat

    digunakan secaratopikal.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Obathttp://id.wikipedia.org/wiki/Hormon_tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Topikal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Salicylic-acid-skeletal.svghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Topikal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Hormon_tumbuhanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Obat
  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    8/20

    III. ALAT DAN BAHAN

    A. Alat

    1.

    Neraca digital

    2. Labu takar 10 ml dan 100 ml

    3. Gelas ukur 10 ml dan 100 ml

    4.

    Beaker glass

    5. Pipet tetes

    6. Tabung reaksi

    7. Spuit injeksi

    8. Rak tabung

    9. Spektrofotometer uv-vis

    10.

    Sentrifugator

    11. Pencukur bulu

    12. Lakban alumunium foil

    13.

    Alat striping

    14. Gunting

    15. Stopwatch

    16.

    Kalkulator

    17.

    Penggaris

    B.

    Bahan

    1.Na2EDTA sebagai anti koagulan

    2. Asam trikloroasetat (TCA) 10%

    3.

    Asam salisilat

    4. Vaselin album

    5.

    Alkohol

    6.

    Aqua destilata

    7. Sampel darah yang diambil dari kelinci

  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    9/20

  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    10/20

    C. Pengujian Absorbsi Percutan

    D. Preparsi Sampel Darah

    Hewan uji kelinci dicukur bulu pada daerah punggung

    dengan luas area 4 x 5 cm

    Mengambil darah T=0 pada vena marginalis.

    Kelinci dikelompokkan pada dua kelompok yaitu kelinci yang tidak distriping dan kelinci yang di striping (striping dilakukan sebanyak 15 kali).

    Punggung kelinci yang telah diolesi tadi diolesi salep asam salisilat 12 gram,kemudian di tutup aluminium foil dan diperban.

    Mengambil darah kelinci lewat vena marginalis tiap 30 menit sebanyak 1 ml,darah yang sudah diambil dipreparasi.

    Darah hasil sampling ditambah TCA 10% sama banyak, dihomogenkankemudian ditambah Na2EDTA

    Sampel disentrifuges 3000 rpm selamaa 10 menit

    Mengambil beningan sampel sebanyak 1 ml

    Bila perlu smapel diencerkan dengan aquadest sampai bisa dibacaabsorbansinya pada =237 nm dengan blanko darah T=0

  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    11/20

    V. DATA PRAKTIKUM

    1. Data Kurva Baku Asam Salisilat

    Volume

    (ml)

    Konsentrasi

    (mg%)

    Absorbansi

    ()

    Seri Konsentrasi

    Larutan Baku

    1 0,2 0,368 0,0002%

    2 0,4 0,672 0,0004%

    3 0,6 1,023 0,0006%

    4 0,8 1,381 0,0008%

    5 1,0 1,753 0,001%

    Data Regresi Linier antara Konsentrasi Vs Absorbansi

    a = -4,3 x 10-3

    b = 1,7395

    r = 0,9993

    Persamaan Kurva Baku Asam Salisilat

    y = a + bx

    y = -4,3 x 10-3

    y = 1,7395 - 4,3 x 10-3

    2. Data Uji Absorbsi Percutan

    Tsampling

    (menit)

    Absorbansi Striping () Absorbansi Non Striping ()

    Kelompok

    1

    Kelompok

    2

    Kelompok

    3

    Kelompok

    4

    Kelompok

    5

    Kelompok

    6

    T0 0,434 0,367 0,409 0,434 0,334 0,344

    T30 0,468 0,448 0,368 0,490 0,420 0,417

    T60 0,397 0,410 0,337 0,225 0,527 0,339

    T90 0,359 0,386 0,324 0,457 0,363 0,361

  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    12/20

    VI. ANALISIS DATA

    1. Perhitungan Konsentrasi Kurva Baku Asam Salisilat

    a. V1 x N1 = V2 x N2

    1 ml x 10 mg% = 50 ml x N2

    N2 = 0,2 mg%

    b. V1 x N1 = V2 x N2

    2 ml x 10 mg% = 50 ml x N2

    N2 = 0,4 mg%

    c. V1 x N1 = V2 x N2

    3 ml x 10 mg% = 50 ml x N2

    N2 = 0,6 mg%

    d.

    V1 x N1 = V2 x N2

    4 ml x 10 mg% = 50 ml x N2

    N2 = 0,8 mg%

    e.

    V1 x N1 = V2 x N2

    5 ml x 10 mg% = 50 ml x N2

    N2 = 1,0 mg%

    2. Perhitungan pada pengambilan volume untuk seri konsentrasi larutan baku

    0,01% asam salisilat =

    =

    Pengambilan volume untuk seri konsentrasi sebagai berikut :

    a. 0,0002% =

    =

    = 0,2 mg %

    V1 x N1 = V2x N2

    10 mg% V1 = 100 ml x 0,2 mg%

    V1 = 2 ml ad 100 ml = 1 ml ad 50 ml

    b. 0,0004% =

    =

    = 0,4 mg %

    V1x N1 = V2x N2

  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    13/20

    10 mg% V1 = 100 ml x 0,4 mg%

    V1 = 4ml ad 100 ml = 2 ml ad 50 ml

    c.

    0,0006% =

    =

    = 0,6 mg %

    V1x N1 = V2x N2

    10 mg% V1 = 100 ml x 0,6 mg%

    V1 = 6 ml ad 100 ml = 3 ml ad 50 ml

    d. 0,0008% =

    =

    = 0,8 mg %

    V1x N1 = V2x N2

    10 mg% V1 = 100 ml x 0,8 mg%

    V1 = 8 ml ad 100 ml = 4 ml ad 50 ml

    e. 0,001 % =

    =

    = 1 mg %

    V1x N1 = V2x N2

    10 mg% V1 = 100 ml x 1 mg%

    V1 = 10 ml ad 100 ml = 5 ml ad 50 ml

    3. Perhitungan Konsentrasi Asam Salisilat (mg%)

    Tsampling

    (menit)

    Konsentrasi Asam Salisilat (mg%)

    Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

    T0

    0,251 mg%

    T30

    0,271 mg%

    0,214 mg%

    T60

  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    14/20

    T90

    0,224 mg%

    Tsampling

    (menit)

    Konsentrasi Asam Salisilat (mg%)

    Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6

    T0

    mg%

    T30

    0,284 mg%

    0,243 mg%

    T60

    0,305 mg%

    0,197 mg%

    T90

    0,211 mg%

  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    15/20

    4. Perhitungan Cp Asam Salisilat (mg%)

    Tsampling

    (menit)

    Cp Asam Salisilat (mg%)

    Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

    T0

    T30

    T60

    T90

    20,8mg%

    Tsampling

    (menit)

    Cp (mg%)

    Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6

    T0

    19,4mg%

    T30

    T60

    T90

    21,0mg%

    5. Grafik T sampling Vs Cp (mg%)

  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    16/20

  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    17/20

    AUC Pada Kelompok 2 AUC Pada Kelompok 5

    AUC

    ( )( )

    AUC

    ()()

    = 709,5 mg% menit

    AUC

    ( )( )

    AUC

    ()()

    = 747 mg% menit

    AUC

    ( )( )

    AUC

    ()()

    = 693 mg% menit

    AUC Total = (709,5 + 747 + 693) mg% menit

    = 2149,5 mg% menit

    AUC

    ( )( )

    AUC

    ()()

    = 655,5 mg% menit

    AUC

    ( )( )

    AUC

    ()()

    = 822 mg% menit

    AUC

    ( )( )

    AUC

    ()()

    = 774 mg% menit

    AUC Total = (655,5 +822 +774) mg% menit

    = 2251,5 mg% menit

    AUC Pada Kelompok 3 AUC Pada Kelompok 6

    AUC

    ( )( )

    AUC

    ()()

    = 676,5 mg% menit

    AUC

    ( )( )

    AUC

    ()()

    = 615 mg% menit

    AUC

    ( )( )

    AUC

    ()()

    = 576 mg% menit

    AUC

    ( )( )

    AUC

    ()()

    = 663 mg% menit

    AUC

    ( )( )

    AUC

    ()()

    = 658,5 mg% menit

    AUC

    ( )( )

    AUC

    ()()

    = 610,5 mg% menit

  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    18/20

    AUC Total = (676,5 + 615 + 576 ) mg% menit

    = 1867,5 mg% menit

    AUC Total = (663 + 658,5 + 610,5) mg% menit

    = 1932 mg% menit

    Rata-rata AUC Total Striping Rata-rata AUC Total Non StripingRata-rata AUC total Striping

    =

    =()

    = 2069,5 mg% menit

    Rata-rata AUC total Striping

    =

    =()

    = 2067,5 mg% menit

    VII.

    PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini digunakan hewan uji kelinci karena struktur kulit kelinci

    mirip dengan manusia.Pada praktikum ini dilakukan pula stripping untuk mengurangi lapisan

    stratum agar bekerja maksimal.Penggunaan Na2EDTA untuk mencegah terjadi

    penggumpalan darah.Fungsi dari sentrifugasi dari sentrifugasi adalah untuk memisahkan

    protein dengan plasma darah sehingga didapat cairan atau supernatan yang akan di ukur pada

    spektrofotometer.Tujuan dari penutupan dengan aluminium foil adalah untuk menjaga dari

    pengaruh luar sehingga dapat mengurangi jumlah obat yang menempel pada punggung

    kelinci.Penggunaan asam salisilat sebagai analgetik atau anti nyeri.Perlakuan stripping dan

    non stripping untuk membandingkan dan mengetahui pengaruh stratum korneum merupakan

    penghalang penetrasi salep kedalam sirkulasi darah.tahap absorbsi obat dimulai dari

    melarutnya obat dalam basis,kemudian zat aktif lepas ke permukaan kulit,dan kemudian

    menembusnya obat dari permukaan kulit ke pembuluh darah (untuk obat dengan maksud

    sistemik)dan untuk obat efek lokal tidak mencapai sirkulasi darah.

    Dari data praktikum ini dapat kita lihat perbandingan antara dua perlakuan yang

    berbeda,hewan uji stripping dan non stripping.Hewan uji kelinci dikelompokkan menjadi

    enam kelompok.dimana kelompok 1, 2 dan 3 mendapat perlakuan stripping ,sedangkan

    kelompok 4, 5 dan 6 mendapat perlakuan non-strpping. Seperti yang tercantum pada tabel

    diatas.Pada hewan uji stripping didapatkan hasil Cp Asam salisilat pada T0 untuk kelompok

    1 sebesar 25,1 mg %,kelompok 2 sebesar 21,3 mg%,dan kelompok 3 sebesar 23,7 mg%.dan

    untuk kelompok non stripping,pada kelompok 4 dipeolrh sebesar 25,1mg %,kelompok 5

  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    19/20

    sebesar 19,4 mg% serta kelompok 6 sebesar 20,0mg% .Dari hasil tersebut dapat kita lihat dan

    kita bandingkan pada kelompok 2 dan 3 dengan kelompok 5 dan 6 bahwa pada pengujian

    perlakuan striiping didapatkan hasil nilai Cp lebih besar dari pada kelompok perlakuan

    hewan uji non stripping.Begitu pula pada kelompok pada pengujian T60,kelompok hewan

    uji stripping memiliki nilai Cp lebih besar dibanding kelompok uji non-stripping.Namun ada

    beberpa data yang menunjukkan kelompok uji non-stipping lebih besar nilai Cp yang didapat

    seperti pada kelompok pengujian pad T30 pada kelompok 1 dengan kelompok 4.Dimana

    kelompok 4 dengan perlakuan non-stripping lebih besar nilai Cp nya dibanding dengan

    kelompok strtipping.Hal ini mungkin dikarenakan oleh beberapa faktor.diantaranya adalah

    adanya perbedaan antara luas permukaan kontak dengan permukaan kulit,serta kondisi dari

    fisik kulit pada masing-masing hewan uji kelinci.

    VIII. KESIMPULAN

    Berdasarkan pada hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil

    kesimpulan bahwa :

    Adsorbsi perkutan dapat didefinisikan sebagai adsorbsi obat ke dalam

    stratum corneum (lapisan tanduk) dan berlanjut obat menembus lapisan dibawahnya serta akhirnya obat masuk dalam sirkulasi darah.

    Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat

    iritan lokal, yang dapat digunakan secaratopikal.

    Pengelompokan perlakuan stripping dan non-stripping dimaksudkan

    untuk membandingkan pengaruh stratum korneum merupakan penghalang

    penetrasi salep kedalam sirkulasi darah

    Nilai Cp rata-rata untuk perlakuan Stripping lebih besar besar dari pada

    nilai Cp pada perlakuan non stripping.

    Faktor-faktor yang berpengaruh dalam absorbsi diantaranya luas

    permukaan kontak antara sediaan dengan permukaan kulit,afinitas bahan

    aktif obat dengan basis ,koefisian partisi lemak-air dari bahan aktif .

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Topikal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Topikal&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 Laporan Biofarmasetika Fix

    20/20

    IX. DAFTAR PUSTAKA

    Herdwiani, W. Ika, P. 2014. Petunjuk Praktikum Biofarmasetika. Surakarta:

    Laboratorium Biofarmasetika Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi.

    Shargel Leon, Yu Andrew B.C. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetik Edisi ke-

    2. Airlangga University Press.

    Anief, Moh. 1995.Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. UGM. Yogyakarta

    Syujri, Y. 2002.Biofarmasetika. UII Press. Yogyakarta

    http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_salisilat