Tugas Biofarmasetika

33
Tugas Biofarmasetika FARMAKOKINETIK OFLOKSASIN OLEH Nama : GLEDYS PUTI Nim : 821411082 Kelas : B S1 FARMASI JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN

Transcript of Tugas Biofarmasetika

Page 1: Tugas Biofarmasetika

Tugas Biofarmasetika

FARMAKOKINETIK OFLOKSASIN

OLEH

Nama : GLEDYS PUTI

Nim : 821411082

Kelas : B S1 FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2013

Page 2: Tugas Biofarmasetika

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari hubungan sifat

fisikokimia formulasi obat terhadap bioavailabilitas obat. Bioavailabilitas

menyatakan kecepatan dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi

sistemik. Biofarmasetika bertujuan untuk mengatur pelepasan obat

sedemikian rupa ke sirkulasi sistemik agar diperoleh pengobatan yang

optimal pada kondisi klinik tertentu.

Obat adalah semua bahan tunggal/campuran yang dipergunakan oleh

semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar guna mencegah,

meringankan ataupun menyembuhkan penyakit.

Apabila pemakaian obat harus secara oral dalam bentuk kering, maka

bentuk kapsul dan tablet yang paling sering digunakan. Keduanya efektif

memberikan kenyamanan dan kemantapan dalam penanganan, pengenalan,

dan pemakaian oleh pasien. Dari sudut pandang farmasetika bentuk sediaan

padat pada umumnya lebih stabil dari pada bentuk sediaan cair, sehingga

bentuk sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil.

Tablet efektif memberikan kenyamanan dan kemantapan dalam

penanganan, penegnalan dan pemakaian oleh pasien. Dari sudut pandang

farmasetika tablet (sediaan padat)  lebih stabil daripada bentuk cair,

sehingga lebih cocok untuk obat – obat yang kurang stabil (Ansel, 1989).

Respon biologis tehadap suatu obat merupakan hasil interaksi antara

zat obat dengan molekul-molekul yang penting secara fungsioanl dalam

sistem hidup atau reseptor. Respon disebabkan oleh perubahan dalam proses

biologis yang ada sebelum pemberian obat. Besarnya respon berhubungan

dengan konsentrasi obat yang dicapai pada tempat obat tersebut bekerja.

Konsentrasi ini tergantung pada banyaknya dosis obat yang diberikan,

besarnya absorpsi dan distribusi ke tempat tersebut, dan laju serta besarnya

obta yang dieliminasikan dari tubuh. Sifat fisika kimia dari zat obat

Page 3: Tugas Biofarmasetika

terutama kelarutannya dalam lemak, derajat ionisasi dan ukuran molekul

menentukan besarnya kemampuan untuk mempengaruhi aktivitas biologi.

Umumnya agar suatu obat dapat mengeluarkan efek biologisnya, obat

tersebut harus larut dan ditransfortasikan oleh cairan tubuh, menembus batas

lapisan membran biologis, membebaskan distribusinya secara luas ke

daerah-daerah yang tidak diinginkan, mengalami serangan metabolit,

mempenetrasi ke tempat-tempat kerjanya dalam konsentrasi yang memadai,

dan berinteraksi secara spesifik, menyebabkan perubahan-perubahan fungsi

sel.

Absorpsi, distribusi, biotransformasi (metabolisme), dan eliminasi

suatu obat dari tubuh merupakan proses dinamis yang kontunyu dari saat

suatu obat dimakan sampai semua obat tersebut hilang dari tubuh. Laju

terjadinya proses-proses ini mempengaruhi onset intensitas dan lamanya

kerja obat dalam tubuh.

I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Apa yang diketahui dengan pemberian obat per oral?

2. Bagaimanakah proses aspek biofarmasetik obat dalam tubuh (per oral)?

I.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pemberian obat per oral

2. Untuk mengetahui proses aspek biofarmasetik obat dalam tubuh (per

oral)

Page 4: Tugas Biofarmasetika

BAB II

ISI

I.1 Biofarmasi Per Oral

Pemberian obat peroral merupakan cara pemberian yang paling alamiah

untuk semua bahan yang akan diserap oleh organ tubuh. Fungsi alat cerna

adalah menyerap sebagian besar bahan-bahan yang diperlukan untuk hidup.

Cara pemberian obat per oral paling banyak dipakai di luar lingkungan rumah

sakit terutama untuk pengobatan sendiri.

Pada pemberian obat per oral harus dipertimbangkan hal-hal yang merupakan

kontra indikasi, yaitu :

1. Keadaan patofisiologik penderita : suatu sediiaan antirematik tidak dapat

diberikan per oral tanpa resiko dimuntahkan sebelum obat bereaksi.

2. Pada cairan lambung yang asam, zat aktif tertentu dapat dirusak oleh

enzim pencernaan seperti lipase, penisilinase tertentu atau terjadinya

pengikisan mukosa (natrium salisilat berubah menjadi asam salisilat).

3. Enzim proteolitik dalam saluran cerna dapat merusak zat aktif

polipeptida protein (insulin. Hormone, polipeptida, serum).

4. Enzim flora usus dapat pula berpengaruh pada selulase dan selulosa,

penisilinase dan penisilina.

5. Kadang-kadang terjadi interaksi antara zat aktif dan bahan cairan

lambung dan selanjutnya membentuk senyawa kompleks yang sukar

diserap, misalnya musin dan streptomisina, garam empedu dan

ammonium kuartener.

6. Tujuan farmakokinetik tidak selalu dapat dicapai dengan pemakaian

sediaan oral.

7. Beberapa zat aktif di metabolism pada membrane usus dan dengan

demikian sebagian telah rusak saat memasuki aliran darah.

8. Harus dipertimbangkan pula kemungkinan adanya “efek lintasan

pertama” (Test pass effect) dan adanya klirens hepatic yang merupakan

proses metabolisme yang mengubah zat aktif menjadi bentuk yang tidak

Page 5: Tugas Biofarmasetika

aktif, sehingga dengan demikian obat tidak dapat diberikan per  oral

(misalnya lidokaina, progesterone, testosterone, estradiol dan lain-lain).

Grafik konsentrasi plasma setelah pemberian obat dengan dosis sama

dengan 3 rute berbeda

Shargel edisi 5 hal 445

Bentuk sediaan oral

a. Obat Cair (liquid)

Solutio:

Larutan dari sebuah zat dalam suatu cairan / pelarut, dimana zat

pelarutnya adalah air, bila bukan air maka harus dijelaskan dalam

namanya, misalnya minyak kamfer, nitrogliserin dalam spiritus

Mixtura:

Larutan yang didalamnya terdapat lebih dari satu macam zat,

yang dapat berupa campuran dari cairan dengan zat padat, cairan

dengan cairan, cairan dengan extrak kental

Suspensi:

Sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang

terdispersi dalam fase cair (cairan pembawa), zat yang terdispersi

harus halus dan tidak boleh cepat mengendap dan dapat

mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi

serta tidak boleh terlalu kental agar sediaan mudah dikocok dan

dituang

Page 6: Tugas Biofarmasetika

Sirup:

Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar

tinggi.

Elixir:

Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven.

Emulsi

Adalah dua fase cairan dalam sistim dispersi (tetesan) dimana fase

cairan yang satu terdispersi sangat halus dalam merata dalam fase

cairan lainnya dan umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi

(Emulgator).

Emulsi O/W: Emulsi minyak dalam air, dimana minyak yang

merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase

pendispersi / pembawa (emulsi ini dapat dicernakan dengan air).

Emulgatornya larut dalam air. Contoh : susu (emulgatornya putih

telur) Scott Emultion.

Emulsi W/O: Emulsi air dalam minyak, dimana air atau

larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau

bahan seperti minyak merupakan pembawa atau pendispersi

(Emulsi ini dapat diencerkan dengan minyak). Emulgatornya larut

dalam minyak. Contoh : Mentega, Ianolin

b. Obat Padat (Solid)

Pulvis dan pulveres adalah campuran kering bahan obat atau zat

kimia yang dihaluskan dan digunakan untuk pemakaian oral ataul

luar. isi serbuk terdiri dari:

1. Obat (tunggal / campuran)

2. Konstituen / vehiculum : Untuk serbuk oral à Saccharum

Lactis, untuk serbuk tabur à Talcum venetum, Bolus Alba,

Amylum.

Tablet Kunyah

Untuk dikunyah dan memberikan residu dengan rasa enak dalam

rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit

Page 7: Tugas Biofarmasetika

atau tidak enak, serta biasanya untuk anak – anak (terutama untuk

multivitamin, antasisda antibiotik tertentu)

Tablet Buih / Efervesen

Selain mengandung zat aktif, juga mengandung campuran asam

dan natrium bicarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan

menghasilkan CO2, maka tablet harus disimpan dalam wadah

tertutup rapat atau pada kemasan tahan lembab.

Tablet Hisap / Lozengens

Padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya

dengan bahan dasar beraroma dan manis yang membuat tablet

melarut atau hancur perlahan dalam mulut.

Tablet bersalut

Disalut dengan bahan penyalut untuk maksud tertentu.

Tujuannya:

- Menutupi rasa tidak enak (mis. Kina)/ bau yang tidak enak

(mis. Vitazym)

- Membuat penampilan lebih baik menarik dan biasanya diberi

warna bagus dan mengkilap

- Melindungi obat / zat aktif terhadap pengaruh udara,

kelembapan dan cahaya (mis. Obat – obat yang hygroskopis

dan mudah teroksidasi)

- Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.

Tablet bersalut gula / dragee. Disalut dengan lapisan terdiri dari

campuran gula dan bahan lain yang cocok, dengan atau tanpa

menambah zat warna.

Tablet bersalut selaput / film Coated Tablet. Disalut dengan

lapisan selofan, metilselulosa, povidon atau bahan lain yang

cocok

Tablet bersalut kempa / salut kering. Disalut dengan massa

granula terdiri dari Laktosa, Calsium Fosfat atau bahan lain yang

cocok à untuk mempercepat lepasnya satu obat dan obat lain

Page 8: Tugas Biofarmasetika

Tablet bersalut enteric / Enteric coated. Disalut sedemikian rupa

sehingga obat tidak hancur dalam lambung tapi hancur dalam

usus halus, yang disebut juga Delayed Action. Bahan penyalutnya

adalah bahan yang tahan terhadap pengaruh asam lambung yaitu

Sehellak, keratin dan salol. Tablet ini dibuat untuk obat – obat

yang dapat mengiritasi lambung dan obat –obat yang dapat rusak

bila kena asam lambung (contoh : Voltaren Aropas)

Capsulae / capsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat

dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut, dimana

didalamnya dapat diisi dengan obat serbuk, butiran atau granul,

cair, semi padat.

I.2 Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1 Proses anatomi dan fisiologi

1.      Mulut

a.      Anatomi

Mulut terbuka kearah belakang

menuju cavum pharyngis. Bagian atas

dibatasi olehpalatum, bagian bawah oleh

dinding dasar mulut, bagian samping

oleh pipi. Dasar mulut bertumpu pada

ligamen otot.

Page 9: Tugas Biofarmasetika

b.      Fisiologi

-       Mukosa

Permukaan bagian dalam mulut lebih sempit, ditutupi oleh lapisan mukosa yang

sangat tipis, bening dan agak melekat : adanya ayaman kapiler “ tight junction”

pada mukosa yang tipis tersebut memudahkan penyerapan. Selanjutnya prinsip ini

digunakan untuk pemberian zat aktif per lingual.

-       Pengeluaran air liur (saliva)

Air liur terutama mengandung enzim ptyalin yang merupakan suatu amylase

dengan pH aktivitas optimum 6,7. Proses hidrolisa ptyalin terhadap amilum akan

berlanjut sekitar 30 menit didalam lambung, walaupun pH-nya menurun karena

bercampur dengan cairan lambung.

2.      Lambung

a.      Anatomi

Lambung merupakan sebuah kantong

dengan panjang sekitar 25 cm dan 10 cm

saat kosong, volume 1 – 1,5 liter pada

dewasa normal.

b.      Fisiologi

Pengeluaran cairan lambung terjadi karena

tiga proses yaitu : proses mekanik (kontak

makanan dengan dinding lambung), proses hormonal (sekresi lambung) dan

persarafan.

3.      Usus halus

a.      Anatomi

Usus halus merupakan lanjutan

lambung yang terdiri atas 3

bagian yaitu duodenum yang

terfiksasi, jejunum dan ileum

yang bebas bergerak. Diameter

Page 10: Tugas Biofarmasetika

usus halus tergantung pada letaknya (2-3 cm) dan panjang keseluruhan antara 5-9

cm.

b.      Fisiologi

Usus halus terdiri atas 5 lapisan melingkar, berupa jaringan otot (musculus) dan

lapisan lender (mukosa). Lapisan yang paling dalam (lapisan mukosa) sangat

berperan pada proses penyerapan obat.

4.      Usus besar (Kolon)

a.      Anatomi

Ileum dipisahkan dari usus besar oleh valvula ileocaecal atau valvula

BAUCHI, serabut-serabut lipatan otot menonjol ke dalam lubang saluran yang

berfungsi mencegah aliran dari usus besar menuju usus halus.

Posisi usus besar seperti kerangka pigura. Berukuran panjang 1,4-1,8 meter dan

diameternya kea rah distal semakin membesar. Usus besar dibedakan atas :

-       Usus besar menaik (Colon ascendens) dimulai dari caecum, segmen yang

membesar dengan bentukan vertikel berupa appendix/ usus buntu. Colon

ascendens ini pendek berukuran sekitar 15 cm dan berdiameter cukup besar (6

cm) dan terfiksasi.

-       Usus besar melintang  (Colon transfersum), mengambang dan berukuran

panjang sekitar 50 cm  dan berdiameter 4-5 cm. muncul dari sudut hepatic

(flexura hepatica) menuju sudut limpa (lien) dan sebagian besar menempel pada

lengkungan  lambung

-       Usus besar menurun (Colon descendens), melekat dan relatifpendek (12 cm),

berdiameter kecil (3 cm)

-       Colon ileocaecal, dilanjutkan dengan Colon pelvinal atau signoida yang

muaranya lebih lebar.

b.      Fisiologi

Bila usus halus merupakan organ penyerapan maka usus besar merupakan agen

penyerapan air, penampungan dan pengeluaran bahan-bahan feces.

B.   VASKULARISASI LINTASAN PENYERAPAN

1. Mulut

Page 11: Tugas Biofarmasetika

a. Vaskularisasi darah

Vaskularisasi daerah lidah terutama dilakukan oleh arteria

lingualis dan arteria facialis yang merupakan cabang arteria carotis.

Pembuluh nadi balik terdiri atas :

- Vena facialis dan kolateralnya

- Vena lingualis, terutama vena raninus

Vena-vena tersebut bergabung membentuk vena besar dan masuk

ke vena jugularis interna. Lengkungan palatum mendapat darah

dari arteri maxilaris interna. Sedangkan vena maxilaris

bertanggung jawab terhadap pembuluh darah balik yang bermuara

di vena jugularis internal. Darah vena dari daerah mulut mengalir

ke jantung dan selanjutnya mengalir ke organ-organ tubuh lainnya

dan kemudian memasuki hati. Jadi semua zat aktif yang diserap

pada jalur ini tidak segera mengalami metabolism hepatic yang

dapat berakibat inaktivasi sebelum diedarkan ke seluruh tubuh

atau yang kita kenal sebagai “efek lintasan pertama hepatik”.

b. Vaskularisasi getah bening

Pembuluh getah bening berasal dari semua bagian mulut. Pembuluh

ini dapat mencapai limfonoduli yang sangat tersebar dan dengan

demikian membantu penyerapan dan pembagian zat aktif tertentu.

1. Lambung

a. Vaskularisasi darah

Debit darah pada lambung adalah 250 ml/menit. Pembuluh darah arteri

yang mengalir ke lambung berasal dari arteria coeliaca yang mengikuti

dua lekukan lambung. Sejalan dengan vena,darah arteri tersebut

menuju hati dengan perantaraan vena porta, sehingga dengan demikian

darah akan mengaliri lambung. Jadi zat aktif yang diserap di lambung

akan melewati hati lalu di metabolism dan hal ini sering menyebabkan

ketidakaktifan obat (efek lintasan hepar pertama).

Page 12: Tugas Biofarmasetika

b. Vaskularisasi getah bening (limfe)

Pembuluh getah bening pada saluran cerna berasal dari jaringan sub

mukosa dan sub serosa. Pembuluh tersebut berkumpul lagi dalam

limfonoduli di sekitar pembuluh arteri besar dan dalam simpul yang

lebih kecil di dekat collateral.

2. Usus halus

a. Vaskularisasi darah

Usus halus mendapatkan aliran darah dari pembuluh nadi (arteri) yang

berasal dari ketiga cabang aorta abdominal dan kolateralnya. Pembuluh

nadi balik (vena) berada pada batasan yang kurang lebih sama dengan

pembuluh nadi. Jadi semua darah vena yang mengalir dari usus

mengumpul pada vena aorta seperti saat mengalir dari lambung. Jadi

zat aktif yang diberikan melalui mulut, penyerapannya pasti akan

melewati hati (lintasan pertama hepatik) dan mengalami perubahan.

b. Vaskularisasi getah bening

Usus halus mempunyai struktur anatomi yang menunjang fungsi

penyerapan tersebut.

3. Usus Besar (Kolon)

a. Vaskularisasi darah

Usus besar mendapatkan aliran darah dari arteria mesentericum

superior dan inferior.

Pembuluh darah balik pada usus besar adalah :

- Vena mesentericum superior yang mengalirkan darah

dari caecumdan usus besar sebelah kanan.

- Vena mesentericum inferior yang mengalirkan darah

dari sigmoidatau signoida. Bila akan dirancang suatu obat per oral

dengan penyerapan efektif pada saluran cerna, maka harus

dipertimbangkan kemungkinan lewatnya obat melalui hati dan

akibat-akibat yang ditimbulkan.

Page 13: Tugas Biofarmasetika

-

b. Vaskularisasi getah bening (limfe)

Seperti pada semua saluran cerna , terdapat dua rangkaian pembuluh

getah bening yaitu yang sub mukosa  dan sub serosa. Jaringan ini

dikeluarkan oleh limfonoduli coeliaca sub mukosa. Disamping kanan

terdapat ileocoeliaca yang sangat penting.

I.3 Aspek Biofarmasetik Obat Dalam Tubuh (Per Oral)

Gambar 2 Skema Mekanisme Obat dalam Tubuh (Tablet)

Keterangan Skema (Shargel, Leon, 2005) :

1. Fasa Biofarmasi atau Farmasetika adalah fase yang meliputi waktu

mulai penggunaan obat melalui mulut sampai pelepasan zat aktifnya

kedalam cairan tubuh. Fase ini berhubungan dengan ketersediaan

farmasi dari zat aktifnya dimana obat siap diabsorbsi. Fase

biofarmasetik melibatkan seluruh unsur-unsur yang terkait mulai saat

pemberian obat hingga terjadinya penyerapan zat aktif. Kerumitan

peristiwa tersebut tergantung pada cara pemberian dan bentuk sediaan,

yang secara keseluruhan berperan pada proses predisposisizat aktif

dalam tubuh. Seperti diketahui fase farmakodinamik dan

farmakokinetik mempunyai sifat individual spesifik dalam interaksi

tubuh dan zat aktif. Hal tersebut selanjutnya mempengaruhi intensitas

farmakologik dan kinetik zat aktif suatu obat di dalam tubuh. Dengan

Page 14: Tugas Biofarmasetika

demikian fase biofarmasetik merupakan salh satu kunci penting untuk

memperbaiki aktivitas terapetik.

Fase bioarmasi dapat diuraikan dalam tiga tahap utama, yaitu

L.D.A yang berarti Liberasi (pelepasan), Disolusi (Pelarutan), dan

Absorpsi (penyerapan. Seperti halnya dengan sistem A.D.M.E pada

nasib zat aktif in vivo, maka ketiga tahap L.D.A berbeda pada setiap

jalur.

1.  Liberasi (Pelepasan)

Apabila seorang penderita menerima obat berarti ia mendapatkan

zat aktif yang diformula dalam bentuk sediaan dan dengan dosis

tertentu. Obat pada mulanya merupakan depot zat aktif yang jika

mencapai tempat penyerapan akan segera diserap (Drug delivery

system dalam istilah anglo-sakson). Proses pelepasan zat aktif

dari bentuk sediaan cukup rumit dan tergantung pada jalur

pemberian dan bentuk sediaan, serta dapat terjadi secara cepat dan

lengkap. Pelepasan zat aktif dipengruhi oleh keadaaan lingkungan

biologis dan mekanis pada tempat pemasukan obat, misalnya

gerak peristaltic usus, dan hal ini penting untuk bentuk sediaan

yang keras atau kenyal (tablet, suppositoria dll). Sebagaimana

diketahui, tahap pelepasan ini dapat dibagi dalam dua tahap yaitu

tahap pemecahan dan peluruhan misalnya untuk sebuah tablet.

Dari tahap pertama ini diperoleh suatu disperse halus padatan zat

aktif dalam cairan di tempat obat masuk ke dalam tubuh.

2. Disolusi (Pelarutan)

Setelah terjadi pelepasan yang bersifat setempat, maka tahap

kedua adalah pelarutan zat aktif yang terjadi secara progresif,

yaitu pembentukan disperse molekuler dalam air. Tahap kedua ini

merupakan keharusan agar selanjutnya terjadi penyerapan. Tahap

ini juga diterapkan pada obat-obtan yang dibuat dalam bentuk

larutan zat aktif dalam minyak, tetapi yang terjadi adalah proses

ekstraksi (penyarian). Setelah pemberian sediaan larutan, secara

Page 15: Tugas Biofarmasetika

in situ dapat timul endapan zat aktif yang biasanya berbentuk

amorf sebagai akibat perubahan pH dan endapan tersebut

selanjutnya akan melarut lagi.

3. Absorpsi (Penyerapan)

Tahap ini merupakan bagian dari fase biofarmasetik dan awal fase

farmakokinetik, jadi tahap ini benar-benar merupakan masuknya

zat aktif dalam tubuh yang aturan-aturannya ditengarai oleh

pemahaman ketersediaan hayati (bioavabilitas). Penyerapan zat

aktif tergantung pada bagian parameter, terutama sifat fisika-

kimia molekul obat. Absorpsi ini tergantung juga pada tahap

sebelumnya yairu saat zat aktifnya berada dalam fase

biofarmasetik. Dengan demikian proses penyerapan zat aktif

terjadi apabila sebelumnya sudah dibebaskan dari sediaan dan

sudah melarut dalam cairan biologi setempat. Tahap pelepasan

dan pelarutan zat aktif merupakan tahap penentu pada proses

penyerapan zat aktif, baik dalam hal jumlah yang diserap maupun

laju penyerapannya.

4. Bioavabilitas (Ketersediaan hayati)

Gabungan pengertian laju penyerapan dan jumlah yang diserap

pada fase disposisi obat dalam tubuh menghasilkan konsep

keersediaan hayati. Profil keberadaan bahan obat di dalam darah

fungsi dari waktu disebut pula “profil bioavabilitas” atau profil

ketersediaan hayati”. Profil ini menggambarkan interaksi antara

fase ketersediaan zat aktif dan fase disposisinya. Selain itu profil

tersebut juga mengungkapkan nasib obat di dalam tubuh yang

tidak diketahui sebelumnya.

2. Fase farmakokinetik berkaitan dengan masuknya zat aktif ke dalam

tubuh. Pemasukan in vivo tersebut secara keseluruhan merupakan

fenomena fisiko-kimia yang terpadu di dalam organ penerima obat.

Fase farmakokinetik ini merupakan salah satu unsur penting yang

menentukan profil keberadaan zat aktif pada tingkat biofase dan yang

Page 16: Tugas Biofarmasetika

selanjutnya menentukan aktivitas terapetik obat. Perjalanan obat dalam

tubuh terdiri dari empat tahap, yaitu : Absorpsi (penyerapan),

Distribusi (Penyebaran), Metabolisme dan Ekskresi (pengeluaran)

yang keseluruhannya memebentuk sistem yang lebih dikenal dengan

singkatan A.D.M.E

a. Absorpsi (Penyerapan)

Yang dengan absorpsi atau penyerapan suatu zat aktif adalah

masuknya molekul-molekul obat ke dalam tubuh atau menuju ke

peredaran darah tubuh setelah melewati sawar biologik.

Penyerapan ini hanya dapat terjadi bila molekul zat aktif berada

dalam bentuk terlarut.

b. Distribusi (Penyebaran)

Setelah molekul zat aktif masuk ke dalam peredaran darah, maka

selanjutnya zat aktif tersebut akan disebarkan ke seluruh bagian

tubuh, sama halnya dengan molekul lain dalam fase aquous mampu

menyaring secara ultra dan melewati sawar membran. Dalam

penyebarannya, secara kualitatif dan kuantitatif sifat fisiko-kimia

zat aktif sangat menentukan afinitasnya, sedangkan peredaran

darah yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh menunjukkan jalur

penyebarannya. Seperti pada setiap tahap sistem ADME, maka

tahap penyebaran zat aktif mmerupakan fenomena dinamik, yang

selalu terdiri dari fase peningkatan dan penurunan kadar zat aktif

(kecuali jika terjadi proses keseimbangan semu akibat pemberian

obat terus menerus). Pengertian akumulasi atau penimbunan,

terutama penimbunan bahan toksik, harus dijajagi dari sudut

pandang dinamik, maksudnya melihat perbedaan antara kecepatan

“masuk” dan kecepatan “keluar”.sebenarnya penimbunan bahan

toksik merupakan efek racun atau hasil fatal sebagai akibat lambat

atau sangat lambatnya laju pengeluaran dibandingkan dengan laju

penerapan. Pengertian keadaan tunak atau keadaan seimbang dalam

farmakokinetik, berarti laju penyerapan sama dengan laju

Page 17: Tugas Biofarmasetika

peniadaan. Pada laju yang sedang, usaha keseimbangan itu sama

dengan pemberian yang diulang-ulang. Keseimbangan juga dapat

diperoleh dengan cara pemberian obat yang menghasilkan laju yag

tetap misalnya dengan cara perfusi.

c. Metabolisme dan Ekskresi (Pengeluaran)

Adanya molekul asing di dalam tubuh akan memaksa organ tubuh

agar melenyapkan molekul asing tersebut. Pengeluaran molekul zat

aktif yang tidak berubah merupakan proses peniadaan melalui jalan

keluar tubuh yaitu melalui saluran seperti halnya molekul endogen.

Ginjal dan air kemih merupakan sistem pengeluran yang klasik,

tetapi harus diingat peranan pengeluaran feses (baik secara

langsung atau melalui empedu) juga jangan dilupakan peranan

khusus paru, kulit (keringat dan penggantian kulit) serta peranan

kelnjar susu dan air susu. Metabolisme trejadi secara kimiawi dan

kinetik metabolisme dan kinetik pengeluarannya merupakan kinetik

peniadaan.

3. Fasa Farmakodinamika adalah fase dimana obat telah berinteraksi

dengan sisi reseptor dan siap memberikan efek.

Dalam biofarmasi ini kita akan mengenal beberapa istilah yang

berhubungan dengan aspek-aspek yang kita pelajari :

a. Ketersediaan farmasi  (Farmaceutical Availability)

Adalah ukuran waktu yang diperlukan oleh obat untuk melepaskan

diri dari bentuk sediaannya dan siap untuk proses resorpsi.

Kecepatan melarut obat tergantung dari berbagai bentuk sediaan

dengan urutan sebagai berikut: Larutan – suspensi – emulsi –

serbuk – kapsul – tablet – enterik coated – long acting.

b. Ketersediaan hayati (Biological Availability)

Adalah prosentase obat yang diresorpsi tubuh dari suatu dosis yang

diberikan dan tersedia untuk melakukan efek terapeutiknya.

c. Kesetaraan terapeutik (Therapeutical Equivalent)

Page 18: Tugas Biofarmasetika

Adalah syarat yang harus dipenuhi oleh suatu obat paten yang

meliputi kecepatan melarut dan jumlah kadar zat berkhasiat yang

harus dicapai di dalam darah. Kesetaraan terapeutik dapat terjadi

pada pabrik yang berbeda atau pada batch yang berbeda dari

produksi suatu pabrik.

d. Bioassay dan standardisasi

Bioassay adalah cara menentukan aktivitas obat dengan

menggunakan binatang percobaan seperti kelinci, tikus, kodok dan

lain-lain. Standarisasi ialah kekuatan obat yang dinyatakan dalam

Satuan Internasional atau IU (International Unit) yang bersamaan

dengan standart-standart internasional biologi dikeluarkan oleh

WHO. Ukuran-ukuran standart ini disimpan di London dan

Copenhagen.

I.4 Aspek biofarmasetik Obat

OFLOKSASIN

Ofloksasin adalah senyawa antibakteri sintetik dari golongan

kuinolon dan bersifat bakterisida. Ofloksasin aktif terhadap bakteri

aerobik gram positif termasuk penghasil penisilinase dan bukan

penghasil penisilinase, terhadap sebagian besar bakteri aerobik gram

negatif termasuk Enterobakteria dan Pseudomonas aeruginosa, dan

terhadap Stafilokokus yang resisten terhadap metisilina. Mekanisme

kerja ofloksasin ialah menghambat enzim DNA topoisomerase (ATP-

hydrolyzing), suatu DNA topoisomerase tipe II yang dikenal sebagai

DNA gyrase. Diperkirakan, sasaran ofloksasin adalah sub unit A dari

enzim tersebut. Aktivitas antibakteri ofloksasin dengan jalan

menghambat DNA girase, suatu enzim essensial yang merupakan katalis

penting dalam duplikasi dan transkripsi DNA bakteri. Berbeda dengan

golongan kuinolon lain, ofloksasin memiliki mekanisme aksi tambahan

yaitu aksinya tidak tergantung pada RNA dan sintesis protein (Gunawan,

S.G. 2009).

Page 19: Tugas Biofarmasetika

Ofloksasin adalah golongan kuinolon dan fluorokuinolon ,(±)-9-

fluoro-2, 3-dihidro-3-metil-10-(4 - metil-1-piperazinil)-7-okso-7H-pyrido

[1,2,3-de] -1, 4 - benzosaksine-6-asam karboksilat. Oflosaksin dan

kuinolon baru lainnya, diserap baik secara oral kecuali norfloksasin.

Ofloksasin dengan cepat diserap dalam dosis, tergantung dengan

metodenya. Bioavailabilitas ofloksasin setelah pemberian oral,

administrasi yang dibutuhkan menjadi 80 sampai 90% dan secara luas

didistribusikan ke dalam jaringan tubuh. Volume distribusi (Vd)

bervariasi antara 1,0 dan 1,5 L.kg-1 setelah oral atau pemberian intravena

(M. Ahmad, H. Raza,Dkk. 2008).

Ofloksasin seperti nortfloksasin, ofloksasin terutama digunakan

dalam pengobatan prostatitis yang disebabkan oleh E Coli dan penyakit-

penyakit hubungan seksual kecukai sifilis.ofloksasin bisa digunakan

sebagai terapi alternatif pada penderita gonorea. Ofloksasin mempunyai

beberapa manfaat dalam pengobatan infeksi kulit dan saluran napas

bawah (Mycek, M.J. 1999).

Farmakokinetik

1. Absorpsi

Hanya 35-70% norfloksasin oral yang diabsorpsi tetapi, 70-90%

fluorokuinolon lainnya diserap setelah pemberian oral. Ketersediaan

hayati terbesar pada ofloksasin dan lomefloksasin. Preparat-preparat

intravena siprofloksasin dan ofloksasin sudah tersedia. Minum obat

fluorokuinolon bersamaan dengan sukralfat, antasid-antasid yang

mengandung aluminium atau magnesium atau makanan tambahan yang

mengandung besi atau seng dapat menganggu absorbsi obat-obat anti

bakteri ini.

2. Distribusi

Pengikatan dengan protein plasma berkisar dari 10-40% (catatan: kadar

plasma norfloksasin bebas tidak cukup untuk pengobatan infeksi

sistemik). Semua fluorokuinolon berdistribusi baik kedalam semua cairan

jaringan dan tubuh. Kadarnya tinggi dalam tulang, urine, ginjal dan

Page 20: Tugas Biofarmasetika

prostat (tetapi tidak dicairan prostat) dan konsentrasinya di paru-paru

melebihi konsentrasinya dalam serum. Penetrasi kedalam cairan

serebrospinalis rendah, kecuali untuk ofloksasin dengan konsentrasi

sebesar 90% seperti dalam serum. Fluorokuinolon juga berakumulasi

dalam makrofag dan leukosit polimorfonuklear, sehingga efektif terhadap

organisme intrasel seperti legionella.

3. Metabolisme

Kecuali untuk ofloksasin dan lemefloksasin, obat-obat ini sebagian

dimetabolisme menjadi senyawa-senyawa yang kurang aktivitas

antimikrobanya.

4. Ekskresi

Obat asli dan metabolitnya diekskresikan kedalam urine dan terjadi

konsentasi tinggi disini. Ini adalah jalan ekskresi utama untuk ofloksasin.

Gagal ginjal memperpanjang waktu paruh dari masing-masing obat.

Fluorokuinolon lainnya mengalami bersihan hepar dan ginjal: rute ini di

anggap penting pada gagal ginjal. Waktu-paruh fluorokuinolon berkisar

dari 3-5 jam kecuali lomefloksasin yang mempunyai waktu paruh 8 jam

(Mycek, M.J. 1999).

Page 21: Tugas Biofarmasetika

KESIMPULAN

1. Pemberian obat peroral merupakan cara pemberian yang paling alamiah untuk semua bahan yang akan diserap oleh organ tubuh.

2. Aspek biofarmasetik obat atau mekanisme obatdalam tubuh terdiri dari :

- Fase biofarmasi dapat diuraikan dalam tiga tahap utama, yaitu L.D.A

yang berarti Liberasi (pelepasan), Disolusi (Pelarutan), dan Absorpsi

(penyerapan. Seperti halnya dengan sistem A.D.M.E pada nasib zat

aktif in vivo, maka ketiga tahap L.D.A berbeda pada setiap jalur.

- Fase farmakokinetik terdiri dari empat tahap, yaitu : Absorpsi

(penyerapan), Distribusi (Penyebaran), Metabolisme dan Ekskresi

(pengeluaran) yang keseluruhannya memebentuk sistem yang lebih

dikenal dengan singkatan A.D.M.E

- Fasa Farmakodinamika adalah fase dimana obat telah berinteraksi

dengan sisi reseptor dan siap memberikan efek.

Page 22: Tugas Biofarmasetika

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisikeempat.Universitas

Indonesia: Jakarta

Gunawan, S.G. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi

dan Terapeutik FK UI: Jakarta.

M. Ahmad, H. Raza,DKK. 2008. Pharmacokinetic Variations Of Ofloxacin In

Normal And Febrile Rabbits (JURNAL). Pakistan Vet: The Islamia

University of Bahawalpur.

Mycek, M.J. 1999. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medica: Jakarta. 

Shargel, L dan Andrew B. C. Yu, 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika

Terapan, Airlangga University Press : Surabaya.Siregar M. Sc.,Apt,

Prof. Dr. Charles J.P, 2010,