LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019
Transcript of LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019
LAPORAN AKUNTABILITAS
KINERJA T A H U N 2 0 1 9
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN TEKSTIL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
i
KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud
kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
pencapaian misi dan tujuan instansi pemerintah dalam rangka perwujudan
penyelenggaraan tugas umum pemerintah dan pembangunan secara baik
dan benar (good governance).
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, diinstruksikan agar setiap instansi pemerintah
setiap tahun anggaran menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) kepada Presiden dan salinannya kepada Kepala Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan dengan menggunakan pedoman
penyusunan sistem akuntabilitas kinerja. Pelaporan ini bertujuan untuk
meningkatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan yang lebih
berdaya guna, bersih, dan bertanggung jawab dalam rangka pencapaian visi,
misi, dan tujuan organisasi.
Dengan berakhirnya tahun 2019, Direktorat Jenderal Kimia, Farmasi, dan
Tekstil (Ditjen IKFT) menyusun LAKIP Ditjen IKFT Tahun 2019 yang mencakup
Rencana Strategis, Pengukuran Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Analisa Kinerja
yang menggambarkan tugas pokok dan fungsi dalam rangka pencapaian visi
dan misi yang telah ditetapkan. Disamping itu, LAKIP ini disusun sebagai
bahan masukan bagi Ditjen IKFT guna meningkatkan kinerja di masa
mendatang.
Jakarta , Februari 2020
Direktur Jenderal
Ttd.
Muhammad Khayam
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ....................................................... 1
1.2 Peran Strategis Organisasi .......................................................................... 5
1.3 Struktur Organisasi ........................................................................................ 7
II. PERENCANAAN STRATEGIS ............................................................................. 9
2.1 Rencana Strategis Ditjen IKFT Tahun 2015 - 2019 ........................... 11
2.2 Rencana Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 ............................................. 15
2.3 Perjanjian Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 .......................................... 19
2.4 Rencana Anggaran .................................................... ................................... 16
2.5 Dasar Perhitungan Capaian Kinerja .................................................... .... 20
III. AKUNTABILITAS KINERJA ................................................................................. 25
3.1 Capaian Kinerja Organisasi ........................................................................ 25
3.2 Realisasi Anggaran .................................................... ................................... 79
3.3 Realisasi Anggaran .................................................... ................................... 79
IV. PENUTUP ................................................................................................................... 85
4.1 Tinjauan Umum ............................................................................................... 85
4.2 Permasalahan dan Tindak Lajut ................................................................ 86
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Penumbuhan dan
Pengembangan IKFT Tahun 2015 – 2019 ................................................ 14
Tabel 2.2 Rencana Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 ................................................. 15
Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 .............................................. 16
Tabel 2.4 Struktur Anggaran Ditjen IKFT Tahun Anggaran 2019 ....................... 18
Tabel 2.5 Dasar Perhitungan Capaian Kinerja ............................................................ 24
Tabel 3.1 Capaian Program Prioritas Ditjen IKFT ...................................... ............. 26
Tabel 3.2 Capaian RPJMN Ditjen IKFT ........................................................... ............. 27
Tabel 3.3 Indikator Tujuan Rencana Strategis ............................................. ............. 29
Tabel 3.4 Tenaga Kerja Sektor Industri .......................................................... ............. 31
Tabel 3.5 Capaian Sasaran Strategis Ditjen IKFT ....................................... ............. 32
Tabel 3.6 Capaian SS 1 : Meningkatnya Populasi Industri ....................... ............. 34
Tabel 3.7 Nilai Efisiensi Sasaran Strategis Meningkatnya Populasi dan
Persebaran Industri ............................................................................. ............. 37
Tabel 3.8 Capaian SS II : Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor
Industri ...................................................................................................... ............. 38
Tabel 3.9 Nilai Efisiensi Sasaran Strategis Meningkatnya Daya Saing dan
Produktivitas Sektor Industri ............................................................ ............. 41
Tabel 3.10 Capaian SS Perspektif Bisnis Internal Ditjen IKFT ....................... ......... 42
Tabel 3.11 Capaian SS Perspektif Kapasitas Kelembagaan ........................ ............. 45
Tabel 3.12 Lokasi Bufferstock Kapas Yang Telah Dibentuk ......................... ............. 52
Tabel 3.13 Bimbingan Teknis Desain Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki Dan
Aneka ....................................................................................................... ............. 67
Tabel 3.14 Kegiatan Promosi Difasilitasi Ditjen IKFT Tahun 2019............ ............. 71
Tabel 3.15 Capaian Output Kerja Tahun 2016, 2017 dan Tahun 2019 .... ............. 72
Tabel 3.16 Realisasi Keuangan Ditjen IKFT Tahun 2019 per Output ...... ............. 80
iv
Tabel 3.17 Realisasi Keuangan Ditjen IKFT Tahun 2019 per Sasaran
Strategis............. ....................................................................................... ............. 83
Tabel 3.14 Kegiatan Promosi Difasilitasi Ditjen IKFT Tahun 2019............ ............. 71
Tabel 3.15 Capaian Output Kerja Tahun 2016, 2017, 2018 dan 2019 ..... ............. 72
Tabel 3.16 Realisasi Keuangan Ditjen IKFT Tahun 2019 per Output ...... ............. 80
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektor IKFT (Persen) ......................... 29
Grafik 3.2 Perkembangan Realisasi Investasi (Rp. Triliun) .................................... 35
Grafik 3.3 Perkembangan Nilai Ekspor-Impor Sektor IKFT (USD Miliar .......... 55
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bangun Industri Nasional ....................................................................... 6
Gambar 1.2 Bagan Organisasi Ditjen IKFT ............................................................... 8
Gambar 2.1 Peta Strategi Ditjen IKFT Tahun 2015-2019 ..................................... 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI
Kemajuan industri merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
ekonomi suatu negara. Berbeda dengan sektor perdagangan dan keuangan,
sektor industri memberikan kontribusi riil terhadap kemakmuran melalui
penguasaan teknologi dan barang modal, serta penciptaan lapangan kerja
dalam jumlah masif. Penguasaan teknologi dan barang modal memberikan
kemampuan penciptaan nilai tambah dan peningkatan daya saing. Sedangkan
penciptaan lapangan kerja berkontribusi dalam peningkatan dan pemerataan
pendapatan perkapita sehingga akan meningkatkan daya beli masyarakat
yang akan berdampak pada sektor perdagangan, jasa, keuangan,
perhubungan, dan sektor lainnya.
Dewasa ini permasalahan umum sektor industri ialah masih lemahnya
daya saing industri nasional, belum kuat dan belum dalamnya struktur industri
nasional, belum optimalnya alokasi sumber daya energi dan bahan baku serta
pembiayaan industri, masih banyaknya ekspor komoditi primer (gas, batu bara,
mineral, minyak sawit, kakao, karet, dan kulit), dan belum memadainya
dukungan sarana prasarana industri (kawasan industri, jaringan energi dan
telekomunikasi, transportasi, dan distribusi).
Maka dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut dan
menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang
berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian
dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam
pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWACITA
yang terdiri sebagai berikut:
2
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-
bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
Selain itu, pada tahun 2015-2019 Pemerintah menetapkan Visi
Pembangunan Industri yang diatur dalam Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional (RIPIN). Visi tersebut ialah Menjadi Negara Industri Tangguh yang
bercirikan:
1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat, dan berkeadilan
2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global
3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi
Visi tersebut dapat dicapai dengan misi pembangunan industri yakni: (1)
meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak
perekonomian nasional; (2) memperkuat dan memperdalam struktur industri
nasional; (3) meningkatkan daya saing industri yang mandiri dan berwawasan
lingkungan; (4) menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta
3
mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau
perseorangan yang merugikan masyarakat; (5) membuka kesempatan berusaha
dan perluasan kesempatan kerja; (6) meningkatkan persebaran pembangunan
industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh
ketahanan nasional; dan (7) meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat secara berkeadilan.
1. Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015
tentang Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil (Ditjen IKFT) mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan
iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri,
teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia
hulu, industri kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik,
dan industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil,
industri kulit dan industri alas kaki. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Ditjen IKFT menyelenggarakan fungsi:
2. perumusan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur
industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi
industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri
kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri
pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit,
dan industri alas kaki;
4
3. pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur
industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi
industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri
kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri
pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit,
dan industri alas kaki;
4. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri,
standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri
strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk
dalam negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri
farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri pengolahan bahan
galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit, dan industri alas
kaki;
5. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi atas
pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur
industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi
industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri
kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri
pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit,
dan industri alas kaki;
5
6. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendalaman dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan
iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri,
teknologi induski, pengembangan industri strategis dan industri hijau,
serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia
hulu, industri kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik,
dan industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil,
industri kulit, dan industri alas kaki;
7. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil; dan
8. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Ditjen IKFT tersebut dijabarkan
dalam program kegiatan yang mengacu pada Rencana Strategis (Renstra)
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil tahun 2015 – 2019.
Seluruh program kegiatan tersebut bersifat aspiratif, fasilitatif, dan akomodatif
yang dilaksanakan sepanjang tahun anggaran 2018 dengan berpedoman pada
dokumen-dokumen perencanaan dan evaluasi. Untuk memantau capaian
sasaran dan tujuannya, Ditjen IKFT melaporkan akuntabilitas dan kinerjanya
melalui dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah. Dokumen tersebut memuat sasaran
dan tujuan strategis beserta program kegiatan yang diarahkan untuk
mendukung tercapainya sasaran dan tujuan tersebut. Oleh karena itu, LAKIP
bermanfaat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintahan yang
baik dan kredibel. Sasaran LAKIP adalah untuk menjadikan instansi pemerintah
yang akuntabel sehingga birokrasi berjalan secara efisien, efektif, transparan,
6
dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan
manfaat LAKIP bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah.
1.2. PERAN STRATEGIS ORGANISASI
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Ditjen IKFT)
adalah salah satu unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian yang
bertanggung jawab terhadap pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan
Tekstil. Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil berkontribusi cukup signifikan pada
perindustrian nasional. IKFT merupakan subsektor industri yang bercirikan
padat modal, padat teknologi, padat karya, memiliki keterkaitan tinggi mulai
dari hulu hingga hilir, dan menjadi komoditas ekspor penghasil devisa negara.
Dengan memerhatikan karakteristik kompleks tersebut, Ditjen IKFT berupaya
untuk mengembangkan industri binaannya melalui program kegiatan yang
aspiratif, fasilitatif, dan akomodatif. Peran Strategis Ditjen IKFT berdasarkan
Bangun Industri Nasional yang diatur oleh Rencana Induk Pembangunan
Industri Nasional (RIPIN). Bangun industri nasional berisikan industri andalan
masa depan, industri pendukung, dan industri hulu, dimana ketiga kelompok
industri tersebut memerlukan modal dasar berupa sumber daya alam, sumber
daya manusia, serta teknologi, inovasi, dan kreativitas. Pembangunan industri
di masa depan tersebut juga memerlukan prasyarat berupa ketersediaan
infrastruktur dan pembiayaan yang memadai, serta didukung oleh kebijakan
dan regulasi yang efektif. Industri binaan Ditjen IKFT termasuk dalam dua jenis
industri dalam bangun industri nasional, maka peran Ditjen IKFT sangat
penting dalam pembangunan industri nasional. Selengkapnya mengenai
bangun industri nasional dijelaskan dengan gambar berikut:
7
Gambar 1.1
Bangun Industri Nasional
Selain itu, terdapat penetapan Industri Prioritas berdasarkan
kepentingan nasional sebagai tujuan pembangunan industri, permasalahan
terkait pertumbuhan ekonomi, dan keinginan untuk mengejar ketertinggalan
dari negara maju, serta terkait dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia (KBLI) tahun 2009, maka ditentukan 10 (sepuluh) industri prioritas
yang akan dikembangkan tahun 2015 - 2019. Dari sepuluh industri prioritas
tersebut, industri prioritas yang menjadi Rencana Aksi Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil meliputi :
1. Industri Farmasi, Kosmetik, dan Alat Kesehatan;
2. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka;
3. Industri Bahan Galian Bukan Logam; dan
4. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara).
8
1.3. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan
Tekstil masih menyesuaikan dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
35 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian,
yakni struktur organisasi satuan kerja unit Eselon II yang terdiri dari :
1. Direktorat Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki;
2. Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi;
3. Direktorat Industri Kimia Hulu;
4. Direktorat Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian
Nonlogam;
5. Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.
9
Gambar 1.2
BAGAN ORGANISASI DITJEN IKFT
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 10
BAB II
PERENCANAAN STRATEGIS
Perencanaan strategis organisasi Ditjen IKFT Tahun Anggaran 2019 adalah
mengacu pada RPJMN Tahun 2015 - 2019 Perubahan serta sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi Ditjen IKFT sebagaimana ditetapkan pada Peraturan Menteri
Perindustrian Rl Nomor 107 Tahun 2015. Adapun fungsi utama Ditjen IKFT adalah
sebagai perumus dan pelaksana kebijakan pada Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
dalam mendukung pembangunan industri nasional. Untuk mewujudkan hal
tersebut, Ditjen IKFT telah merumuskan rencana dan peta strateginya sendiri yang
memuat visi, misi, tujuan strategis, sasaran strategis, dan peran strategis
sebagaimana diuraikan sebagai berikut.
2.1 RENCANA STRATEGIS DITJEN IKFT TAHUN 2015 – 2019
Pada Tahun 2015-2019 Pemerintah menetapkan Visi Pembangunan
Industri yang diatur dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional/RIPIN.
Visi tersebut ialah Menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:
1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan
2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global
3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi
Visi tersebut dapat dicapai melalui misi pembangunan industri, yakni: (1)
meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak
perekonomian nasional; (2) memperkuat dan memperdalam struktur industri
nasional; (3) meningkatkan daya saing industri yang mandiri dan berwawasan
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 11
lingkungan; (4) menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta
mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau
perseorangan yang merugikan masyarakat; (5) membuka kesempatan berusaha
dan perluasan kesempatan kerja; (6) meningkatkan persebaran pembangunan
industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh
ketahanan nasional; dan (7) meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat secara berkeadilan. Selain itu, strategi yang ditempuh untuk
mencapai visi dan misi pembangunan industri nasional adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber daya
alam
2. Pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi
3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia
(SDM) industri
4. Mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah Pusat
Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil
dan Menengah
5. Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan,
penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas kepada industri
kecil dan menengah
6. Pembangunan sarana dan prasarana Industri
7. Pembangunan industri hijau
8. Pembangunan industri strategis
9. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri dan
10. Kerjasama internasional bidang industri
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 12
Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan industri tersebut,
Kementerian Perindustrian telah menetapkan visi untuk tahun 2015 - 2019
yaitu Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur
Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan.
Berlandaskan hal tersebut, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan
Tekstil yang hingga tahun 2014 masih bernama Direktorat Jenderal Basis
Industri Manufaktur menetapkan visi tahun 2015 – 2019: “Terwujudnya Industri
Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang
Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam”.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata
dalam bentuk 4 (empat) misi sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil sebagai berikut:
1. Memperkuat dan memperdalam struktur Industri Kimia, Farmasi, dan
Tekstil untuk mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya saing,
maju, dan berwawasan lingkungan
2. Meningkatkan nilai tambah Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil di dalam
negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan
dengan meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi
3. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja
4. Mendukung pemerataan pembangunan industri manufaktur ke seluruh
wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan
nasional
Gambar 2.1
Peta Strategi Ditjen IKFT Tahun 2017 – 2019
PERSPEKTIF
PEMANGKU
KEPENTINGAN
PERSPEKTIF PROSES
INTERNAL
PERSPEKTIF
PEMBELAJARAN
ORGANISASI
Tujuan.
Meningkatnya peran industri dalam
perekonomian nasional
Terwujudnya Peningkatan Daya Saing
dan Produktivitas Industri
2
Meningkatnya Populasi
1
PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN
SDM ANGGARAN
Tersedianya kebijakan
pembangunan industri yang efektif
Terselenggaranya urusan
pemerintahan di bidang
perindustrian yang berdaya saing
dan berkelanjutan
Terwujudnya ASN yang
profesional dan
berkepribadian
Terkelolanya anggaran
pembangunan secara efisien
dan akuntabel
3 4
5 6
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 14
Visi dan misi tersebut didukung oleh tujuan Direktorat Jenderal Industri
Kimia, Farmasi, dan Tekstil yaitu Terbangunnya Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
yang tangguh dan berdaya saing. Visi dan misi tersebut diarahkan untuk
meningkatkan peran Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dalam perekonomian
nasional dengan sasaran strategis dari perspektif pemangku kepentingan sebagai
berikut:
1. Meningkatnya populasi industri;
2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri;
Sedangkan sasaran strategis dari perspektif proses bisnis internal adalah
sebagai berikut:
1. Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif
2. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang adil,
berdaya saing dan berkelanjutan
Sasaran strategis tersebut memiliki besaran capaian yang menjadi indikator
keberhasilan pencapaian sasaran dalam pengembangan IKFT atau dapat disebut
dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut:
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 15
Tabel 2.1
Sasaran dan Indikator Kinerja Program Penumbuhan dan Pengembangan
IKFT Tahun 2017 – 2019
Kode
SS
Sasaran Strategis
(SS)
Kode
IKSS
Indikator Kinerja
Sasaran Strategis (IKSS)
Satuan Target
2017 2018 2019
S1 Meningkatnya
populasi dan
persebaran industri
S1.1 Jumlah unit Industri
Kimia, Farmasi, dan
Tekstil
Unit 753 768 858
S1.2 Nilai investasi di sektor
Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil
Rp triliun 109,7 –
119,7
150,7 –
160,3
190,4 –
198,3
S2 Meningkatnya daya
saing dan
produktivitas sektor
industri
S2.1 Kontribusi ekspor produk
Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil terhadap
ekspor nasional.
Persen 4,72 –
4,80
4,72 –
4,80
4,72 –
4,80
S2.2 Produktivitas SDM
Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil
Rp. Juta 336,8 372,9 409,8
T1 Tersedianya
kebijakan
pembangunan
industri yang efektif
T1.1 Jumlah peraturan
perundangan
PP/
Perpres/
Permen
1 4 4
T2 Terselenggaranya
urusan
pemerintahan di
bidang perindustrian
yang berdaya saing
dan berkelanjutan
T2.1 Produk industri
tersertifikasi Tingkat
Komponen Dalam Negeri
Sertifikat 350 350 350
T2.2 Infrastruktur kompetensi
yang terbentuk
RSKKNI 5 4 4
L1 Terwujudnya ASN
Direktorat Jenderal
Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil
yang profesional dan
berkepribadian
L1.1 Rata-rata produktivitas
kinerja pegawai
Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil
Jam Kerja 1320 1320 1320
L2 Tersusunnya
perencanaan
program,
pengelolaan
keuangan serta
pengendalian yang
berkualitas dan
akuntabel
L2.1 Akuntabilitas Laporan
Keuangan dan BMN
Nilai Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
L2.2 Status pengelolaan BMN
Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil
Persen 70 80 90
L2.3 Anggaran Direktorat
Jenderal Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil yang
diblokir di akhir tahun
Persen 10 5 5
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 16
2.2 RENCANA KINERJA DITJEN IKFT TAHUN 2019
Dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan pengembangan Industri
Kimia, Farmasi, dan Tekstil seperti yang telah ditetapkan, maka Ditjen IKFT pada
tahun 2018 telah menyusun Rencana Kinerja dengan tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil pada tahun yang akan datang.
Rencana kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Rencana Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target
Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)
1 Meningkatnya populasi industri
Jumlah unit Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
Unit 768
Nilai investasi PMDN dan PMA sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
Rp triliun 150,7 – 160,3
2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
Kontribusi ekspor produk Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terhadap ekspor nasional
Persen 26,15 – 26,19
Produktivitas dan kemampuan SDM industri
Juta Rupiah/ orang per tahun
372,5
3 Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif
Jumlah Peraturan Perundangan
Perpres/ PP/ Permen/ Perdirjen
7
4 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan
Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Sertifikat 350
Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
RSKKNI 4
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 17
2.3 PERJANJIAN KINERJA
Dalam rangka mewujudkan target kinerja, Ditjen IKFT telah menyusun
Perjanjian Kinerja untuk memandu pelaksanaan program kegiatan Ditjen IKFT dan
sebagai bukti komitmen Ditjen IKFT dalam pencapaian target sasaran. Perjanjian
Kinerja tersebut menyesuaikan target dari Rencana Strategis Kemenperin 2015-
2019 Perubahan dan tidak menyesuaikan rencana kinerja, dikarenakan adanya
perubahan sasaran strategis sedangkan rencana kinerja dibuat sebelum
perubahan sasaran strategis ditetapkan. Berikut adalah tabel Perjanjian Kinerja
Ditjen IKFT Tahun 2019:
Tabel 2.3
Perjanjian Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019
No Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama
(IKU) Satuan Target
1 Meningkatnya peran
industri Kimia, Farmasi
dan Tekstil dalam
perekonomian nasional
1 Pertumbuhan industri Kimia, Farmasi
dan Tekstil 4.60 Persen
2 Kontribusi industriKimia, Farmasi dan
Tekstil terhadap PDB 4.15 Persen
3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri
Kimia, Farmasi dan Tekstil 7.38
Juta
Orang
1. Meningkatnya populasi
dan persebaran industri
1. Unit industri kimia, farmasi, dan tekstil
besar sedang yang tumbuh
Unit 447 - 491
2. Nilai investasi di sektor industri kimia,
farmasi, dan tekstil
Rp Triliun 149,70
2. Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri
1. Kontribusi ekspor produk industri
kimia, farmasi, dan tekstil terhadap
ekspor nasional
Persen 23,20
2. Produktivitas dan kemampuan SDM
industri kimia, farmasi, dan tekstil
Rp. Juta 219,00
1. Tersedianya kebijakan
pembangunan industri
kimia, farmasi, dan
tekstil yang efektif
1. Peraturan perundangan yang
diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT
PP/ Perpres/
Permen
2
2.
Terselenggaranya
urusan pemerintahan di
bidang perindustrian
yang berdaya saing dan
berkelanjutan
1. Infrastruktur kompetensi yang
terbentuk
RSKKNI 4
2. Infrastruktur standar produk yang
terbentuk
RRegulasi
SNI/ SNI
Wajib
34
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 18
2.4 RENCANA ANGGARAN
Pada tahun anggaran 2019 Ditjen IKFT melaksanakan Program
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Untuk
mencapai kinerja tersebut, Ditjen IKFT memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp.
123.079.282.000,- (Seratus dua puluh tiga miliar tujuh puluh sembilan juta dua
ratus delapan puluh dua ribu rupiah) yang dialokasikan untuk 9 (sembilan)
kegiatan yaitu:
1. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki sebesar
Rp. 5.558.044.000,- (Lima miliar lima ratus lima puluh delapan juta empat
puluh empat ribu rupiah);
2. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan Farmasi sebesar Rp.
9.140.713.000,- (Sembilan miliar seratus empat puluh juta tujuh ratus tiga
belas ribu rupiah);
3. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu sebesar Rp.
14.116.971.000,- (Empat belas miliar seratus enam belas juta Sembilan ratus
tujuh puluh satu ribu rupiah);
4. Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri
Kimia, Farmasi dan Tekstil sebesar Rp. 32.537.098.000,- (Tiga puluh dua miliar
lima ratus tiga puluh tujuh juta sembilan puluh delapan ribu rupiah).
5. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Semen, Keramik dan Pengolahan
Bahan Galian Nonlogam sebesar Rp. 8.373.656.000,- (Delapan miliar tiga ratus
tujuh puluh tiga juta enam ratus lima puluh enam ribu rupiah)
6. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi sebesar Rp.
26.261.702.000,- (Dua puluh enam miliar dua ratus enam puluh satu juta tujuh
ratus dua ribu rupiah)
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 19
7. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu sebesar Rp. 300.000.000,-
(Tiga ratus juta rupiah)
8. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Semen, Keramik dan Pengolahan
Bahan Galian Nonlogam sebesar Rp. 352.800.000,- (Tiga ratus lima puluh dua
juta delapan ratus ribu rupiah)
9. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki sebesar Rp.
26.438.298.000,- (Dua puluh enam miliar empat ratus tiga puluh delapan juta
dua ratus Sembilan puluh delapan ribu rupiah)
Anggaran Ditjen IKFT tersebut digunakan untuk melaksanakan 5 (lima)
output Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki; 5
(lima) output Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan Farmasi;
8 (delapan) output Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu; 4
(empat) output Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil; 8 (delapan) output
Penumbuhan dan Pengembangan Industri Semen, Keramik dan Pengolahan
Bahan Galian Nonlogam; 3 (tiga) output Peningkatan Kompetensi SDM Industri
Kimia Hilir dan Farmasi; 1 (satu) output Peningkatan Kompetensi SDM Industri
Kimia Hulu; 1 (satu) output Peningkatan Kompetensi SDM Industri Semen,
Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam; dan 3 (lima) output
Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki.
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 20
Tabel 2.4
Struktur Anggaran Ditjen IKFT TA 2019
KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU
6 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil
123.079.282.000
1875 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki 5.558.044.000
1875.019 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri
Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki
500.000.000
1875.023 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Peningkatan Daya Saing
Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki
500.000.000
1875.024 Rancangan Standar Nasional Indonesia (rsni) Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki 2.505.363.000
1875.038 Branding Produk Garmen, Fashion Dan Alas Kaki 1.252.681.000
1875.039 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha 800.000.000
1876 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan Farmasi
9.140.713.000
1876.015 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Kimia
Hilir
1.560.381.000
1876.019 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktivitas
Industri Kimia Hilir
1.492.300.000
1876.020 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Kimia Hilir 1.703.647.000
1876.032 Branding Produk Industri Kimia Hilir 1.377.950.000
1876.034 Perusahaan Industri Obat Tradisional Yang Direvitalisasi 3.006.435.000
1877 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu 14.116.971.000
1877.026 Otoritas Nasional Senjata Kimia (prioritas Nasional) 1.503.218.000
1877.030 Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu (prioritas
Nasional)
551.180.000
1877.031 Regulasi Sni Wajib Sektor Industri Kimia Hulu (prioritas Nasional) 100.215.000
1877.041 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Pupuk Dan Pestisida (prioritas
Nasional)
1.027.199.000
1877.042 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Garam Industri (prioritas Nasional) 751.609.000
1877.043 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat (prioritas Nasional) 1.252.681.000
1877.044 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Petrokimia (prioritas Nasional) 351.179.000
1877.045 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha 8.579.690.000
1879 Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan
Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil
32.537.098.000
1879.012 Strategi Penumbuhan Dan Pengembangan Daya Saing Sektor Ikft 1.503.218.000
1879.950 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 8.171.534.000
1879.951 Layanan Sarana Dan Prasarana Internal 533.860.000
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 21
1879.994 Layanan Perkantoran 22.328.486.000
4910 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi 26.261.702.000
4910.001 Sdm Industri Kimia Hilir Dan Farmasi Yang Dilatih 13.761.702.000
4910.002 Bimbingan Teknis Cpotb, Cpob Dan Cpkb Kepada Industri Obat, Kosmetik Dan
Obat Tradisional
2.500.000.000
4910.003 Pilot Project Industri 4.0 Di Sektor Industri Kimia Hilir Dan Farmasi 10.000.000.000
4911 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu 300.000.000
4911.001 Fasilitasi Penyusunan Rskkni Industri Kimia Hulu 300.000.000
4912 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Semen, Keramik dan Pengolahan
Bahan Galian Nonlogam
352.800.000
4912.001 Fasilitasi Penyusunan Rskkni Industri Semen, Keramik, Dan Pengolahan Bahan
Galian Nonlogam
352.800.000
4913 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki 26.438.298.000
4913.001 Implementasi Making Indonesia 4.0 Sektor Tekstil Dan Busana 10.000.000.000
4913.002 Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Industri
Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki
1.240.000.000
4913.003 Sdm Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki Yang Mengikuti Diklat 15.198.298.000
5881 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Semen, Keramik dan Pengolahan
Bahan Galian Nonlogam
8.373.656.000
5881.001 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Bahan
Galian Nonlogam
857.032.000
5881.004 Pilot Project Industri Bahan Galian Non Logam (prioritas Nasional) 800.000.000
5881.005 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktifitas
Industri Bahan Galian Nonlogam (prioritas Nasional)
1.748.380.000
5881.006 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Bahan Galian Nonlogam 1.296.714.000
5881.007 Sni Wajib Industri Bahan Galian Nonlogam 493.500.000
5881.008 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Menerapkan Standar Mutu 894.588.000
5881.009 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Diawasi Dalam Rangka
Penerapan Sni Wajib
463.992.000
5881.951 Layanan Internal (overhead) 1.819.450.000
T O T A L 123.079.282.000
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 22
2.5 DASAR PERHITUNGAN CAPAIAN KINERJA
Data yang digunakan merupakan hasil kompilasi dari kegiatan di
Lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang
melibatkan beberapa instansi terkait lainnya baik di internal Kementerian
Perindustrian maupun instansi eksternal seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 30 Tahun 2017
tentang Jenis-Jenis Industri Dalam Pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan di
Lingkungan Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil membina industri sesuai dengan 2 (dua) Digit KBLI sebagai
berikut:
Tabel 2.5
Daftar Industri Binaan Ditjen IKFT
KODE KBLI
(2 DIGIT) INDUSTRI
13 Industri Tekstil
14 Industri Pakaian Jadi
15 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
20 Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
21 Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional
22 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
23 Industri Barang Galian Bukan Logam
Adapun perhitungan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan industri Kimia, Farmasi dan Tekstil
PDB sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil merupakan jumlah nilai tambah
yang dihasilkan sektor industri dibawah binaan Direktorat Jenderal Industri
Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Data pertumbuhan PDB industri industri kimia,
farmasi, dan tekstil menggunakan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 23
Statistik (BPS). Cara perhitungan Pertumbuhan PDB Sektor Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil menggunakan Data PDB atas Harga Konstan, dengan
rumus sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝐷𝐵 𝐼𝐾𝐹𝑇 = PDB IKFT periode (t) − PDB IKFT periode (−t)
PDB IKFT periode (−t) 𝑥 100 %
2. Kontribusi industri Kimia, Farmasi dan Tekstil terhadap PDB
Sektor industri pengolahan nonmigas merupakan sektor yang memberikan
kontribusi terbesar dalam perkembangan PDB nasional sehingga diharapkan
pertumbuhan PDB sektor industri pengolahan nonmigas terus didorong
dapat tumbuh pesat, salah satunya dari dari sektor ndustri Kimia, Farmasi, dan
Tekstil. Data kontribusi pertumbuhan PDB industri industri kimia, farmasi, dan
tekstil menggunakan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS). Cara perhitungan Kontribusi Pertumbuhan PDB Sektor Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil menggunakan Data PDB atas Harga Berlaku, dengan
rumus sebagai berikut:
𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑃𝐷𝐵 𝐼𝐾𝐹𝑇 = PDB IKFT periode (t)
PDB periode (−t) 𝑥 100 %
3. Jumlah tenaga kerja di sektor industri Kimia, Farmasi dan Tekstil
Sehubungan dengan sektor industri merupakan kontributor terbesar dalam
PDB, sektor industri diharapkan menjadi leading sector yang mampu
mengungkit sektor lainnya serta membuka lapangan pekerjaan. Jumlah
tenaga kerja yang terserap di sektor industri dihitung menggunakan data
Sakernas. Data diperoleh berdasarkan Data Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik.
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 24
4. Unit Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil besar sedang yang tumbuh
Dasar satuan perhitungan dalam bentuk jumlah Industri Kimia, Farmasi, dan
Tekstil sedang dan besar baru yang tumbuh pada tahun 2018. Data diperoleh
dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Perindustrian
berdasarkan data Izin Usaha Industri (IUI) dari BKPM. Data yang diperoleh dari
Pusdatin selanjutnya diolah berdasarkan sektor industri binaaan Ditjen IKFT
berdasarkan Permenperin No 30 Tahun 2017 tentang Jenis-Jenis Industri
Dalam Pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan Di Lingkungan Kementerian
Perindustrian.
5. Nilai investasi di sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Nilai realisasi investasi di sektor
Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dengan satuan Rp. Triliun. Data diperoleh
dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Perindustrian
berdasarkan data Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dari BKPM.
Data yang diperoleh dari Pusdatin selanjutnya diolah berdasarkan sektor
industri binaaan Ditjen IKFT berdasarkan Permenperin No 30 Tahun 2017
tentang Jenis-Jenis Industri Dalam Pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan
Di Lingkungan Kementerian Perindustrian.
6. Perhitungan Kontribusi Ekspor Produk Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
terhadap Ekspor Nasional
Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Perbandingan nilai ekspor produk
Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terhadap nilai ekspor nasional setiap
tahunnya dengan satuan persentase. Data diperoleh dari Pusat Data dan
Informasi (Pusdatin) Kementerian Perindustrian berdasarkan Data Kinerja
Ekspor-Impor yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 25
diperoleh kemudian diolah oleh internal Ditjen IKFT dengan rumus sebagai
berikut:
𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇 = 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100 %
7. Produktivitas dan Kemampuan SDM Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Rp. Juta. Produktivitas tenaga kerja
IKFT diperoleh dari nilai tambah Industri Besar Sedang (IBS) sektor IKFT
dibandingkan oleh pekerja di bidang Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.
Data diperoleh dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian
Perindustrian berdasarkan Data PDB serta data tenaga kerja yang diperoleh
dari Data Industri Besar Sedang (IBS) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS). Data diperoleh kemudian diolah berdasarkan rumus :
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇
8. Peraturan perundangan yang diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT
Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Peraturan Pelaksanaan Kebijakan/
Program sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang diselesaikan pada
tahun berjalan dengan satuan PP/Perpres/Permen/Perdirjen. Data diperoleh
dari jumlah peraturan yang telah disusun di lingkungan Ditjen IKFT minimal
yang sudah disampaikan kepada Biro Hukum Kementerian Perindustrian
untuk dilakukan harmonisasi antar instansi terkait.
9. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Rancangan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 26
yang diselesaikan pada tahun berjalan dengan satuan RSKKNI. Capaian
dihitung apabila telah selesai dilakukan rapat teknis 2 (dua) dikarenakan pada
tahap tersebut Kewenangan dari masing-masing Direktorat dalam tahap
penyusunan RSKKNI telah selesai, tahap selanjutnya merupakan kewenangan
Pusdiklat Industri untuk disampaikan ke Kementerian Ketenagakerjaan.
10. Infrastruktur standar produk yang terbentuk
Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Rancangan Standar Nasional
Indonesia (SNI) dengan satuan RSNI sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
yang diselesaikan pada tahun berjalan. Capaian dihitung apabila telah selesai
dilakukan rapat prakonsensus dikarenakan pada tahap tersebut Kewenangan
dari masing-masing Direktorat dalam tahap penyusunan RSNI telah selesai
yang tahap selanjutnya merupakan kewenangan Badan Standardisasi
Nasional (BSN).
Tabel 2.6
Dasar Perhitungan Capaian Kinerja
NO Indikator Kinerja
Utama (IKU) Penjelasan IKU Komponen Perhitungan
Sumber
Data
1 Pertumbuhan
industri Kimia,
Farmasi dan Tekstil
Pertumbuhan sektor
industri Kimia, Farmasi
dan Tekstil
Rumus perhitungan:
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝐷𝐵 𝐼𝐾𝐹𝑇
= PDB IKFT (t) − PDB IKFT (−t)
PDB IKFT periode (−t) 𝑥 100 %
BPS
2 Kontribusi industri
Kimia, Farmasi dan
Tekstil terhadap
PDB
Kontribusi sektor industri
Kimia, Farmasi dan
Tekstil terhadap PDB
Rumus perhitungan:
PDB IKFT periode (t)
PDB periode (−t) 𝑥 100 %
BPS
3 Jumlah tenaga
kerja di sektor
industri Kimia,
Farmasi dan Tekstil
Jumlah tenaga kerja di
sektor industri Kimia,
Farmasi dan Tekstil
Data diperoleh berdasarkan
Data Survei Angkatan Kerja
Nasional (Sakernas) yang
dipublikasikan oleh Badan
Pusat Statistik
BPS
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 27
4 Unit Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil
besar sedang yang
tumbuh
Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil baru yang
tumbuh (data dan
klasifikasi industri)
Jumlah Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil sedang dan besar
baru yang tumbuh
BKPM
5 Nilai investasi di
sektor Industri
Kimia, Farmasi, dan
Tekstil
Nilai realisasi investasi di
sektor Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil
Data investasi berasal dari
Laporan Kegiatan Penanaman
Modal (LKPM)
BKPM
6 Perhitungan
Kontribusi Ekspor
Produk Industri
Kimia, Farmasi, dan
Tekstil terhadap
Ekspor Nasional
Perbandingan nilai
ekspor produk Industri
Kimia, Farmasi, dan
Tekstil terhadap nilai
ekspor nasional setiap
tahunnya
Dasar perhitungan Kontribusi
Ekspor Produk Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil dengan
rumus sebagai berikut:
𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100 %
BPS
7 Produktivitas dan
Kemampuan SDM
Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil
Pembagian antara Nilai
tambah dan jumlah
Tenaga Kerja di sektor
Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil
Produktivitas tenaga kerja IKFT
diperoleh dari nilai tambah
Industri Besar Sedang (IBS)
sektor IKFT dibandingkan oleh
pekerja IBS di bidang Industri
Kimia, Farmasi, dan Tekstil
BPS
8 Peraturan
perundangan yang
diselesaikan di
lingkungan Ditjen
IKFT
Peraturan Pelaksanaan
Kebijakan/ Program
sektor Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil yang
diselesaikan pada tahun
berjalan
Peraturan yang telah disusun
oleh Ditjen IKFT minimal yang
sudah disampaikan kepada
Biro Hukum Kementerian
Perindustrian untuk dilakukan
harmonisasi antar instansi
terkait.
Internal
9 Infrastruktur
kompetensi yang
terbentuk
RSKKNI sektor Industri
Kimia, Farmasi, dan
Tekstil yang diselesaikan
pada tahun berjalan
Jumlah RSKKNI yang telah
selesai dibahas dalam Rapat
Teknis 2 oleh Direktorat
Jenderal IKFT
Internal
10 Infrastruktur
standar produk
yang terbentuk
RRegulasi SNI/ SNI Wajib
sektor Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil yang
diselesaikan pada tahun
berjalan
Jumlah RRegulasi SNI/ SNI
Wajib yang telah selesai
dibahas dalam Rapat
Prakonsensus oleh Direktorat
Jenderal IKFT
Internal
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 28
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019 merupakan penjabaran tahun
keempat pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang memuat
sasaran, arah kebijakan, dan strategi pembangunan. Berdasarkan Perpres No.72
Tahun 2018 Tentang RKP Tahun 2019, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil memiliki arah kebijakan fokus pengembangan industri nasional yang
menjadi Program Prioritas Nasional. Data yang digunakan berupakan hasil
kompilasi dari kegiatan di Lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil yang melibatkan beberapa instansi terkait lainnya baik di internal
Kementerian Perindustrian maupun instansi eksternal seperti Badan Pusat Statistik
(BPS) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
3.1.1 Capaian Prioritas Nasional
Pada Tahun 2019, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
memiliki 26 Prioritas Nasional (PN), dari 10 PN tersebut seluruhnya mencapai
target. Secara rinci capaian Prioritas Nasional (PN) dapat dilihat sebagai berikut:
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 29
Tabel 3.1
Capaian Prioritas Nasional Ditjen IKFT Tahun 2019
KEGIATAN OUTPUT SATUAN REALISASI
1875-Penumbuhan
dan Pengembangan
Industri Tekstil,
Kulit,dan Alas Kaki
024-Rancangan Standar Nasional
Indonesia (RSNI) industri tekstil, kulit
dan alas kaki
12-RSNI 16 RSNI
038-Branding Produk Garmen,
Fashion dan Alas Kaki
3-Merek 56 Merk
1876-Penumbuhan
dan Pengembangan
Industri Kimia Hilir
dan Farmasi
016-Pilot Project Industri daur ulang
sampah plastik
1-Pilot project 3 Perusahaan
020-Rancangan Standar Nasional
Indonesia Industri Kimia Hilir
12-RSNI 12 RSNI
032-Branding produk industri kimia
hilir
4-Merk 4 Merk
034-Perusahaan Industri Obat
Tradisional yang direvitalisasi
8-Unit
Mesin/Peralatan
11 Mesin /
Peralatan
1877-Penumbuhan
dan Pengembangan
Industri Kimia Hulu
024-Implementasi Inisiatif Perbaikan
Alur Aliran Material Sektor Industri
Kimia - Implementasi Making
Indonesia 4.0
1-Paket
Rekomendasi
Kebijakan
1 Dokumen
026-Otoritas Nasional Senjata Kimia 1-Otoritas 1 Otoritas
027-Fasilitasi Investor Dalam Rangka
Penumbuhan dan Pengembangan
Industri Petrokimia di Teluk Bintuni
1-Paket Fasilitasi
Investor
1 Dokumen
030-Rancangan Standar Nasional
Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu
3-RSNI 3 RSNI
031-Regulasi SNI Wajib Sektor
Industri Kimia Hulu
1-SNI Wajib 1 SNI Wajib
038-Promosi Investasi Dalam
Rangka Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Kimia Hulu
1-Paket Promosi
Investasi
1 Dokumen
039-Fasilitasi Industri Kimia Hulu
Nasional Dalam Rangka Efisiensi dan
Diversifikasi Energi
1-Paket Fasilitasi
Industri
1 Dokumen
041-Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Pupuk dan
Pestisida
1-Rekomendasi 1 Rekomendasi
042-Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Garam
Industri
1-Rekomendasi 1 Rekomendasi
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 30
043-Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Bahan Baku
Obat
1-Rekomendasi 1 Rekomendasi
1879-Penyusunan
dan Evaluasi
Program
Penumbuhan dan
Pengembangan
Industri Kimia,
Farmasi dan Tekstil
012-Strategi Penumbuhan dan
Pengembangan Daya Saing Sektor
IKFT
1-Dokumen 1 Dokumen
4910-Peningkatan
Kompetensi SDM
Industri Kimia Hilir
dan Farmasi
001-SDM Industri Kimia Hilir dan
Farmasi yang dilatih
880-orang 880 Orang
002-Bimbingan Teknis CPOTB, CPOB
dan CPKB kepada Industri Obat,
Kosmetik dan Obat Tradisional
120-orang 120 Orang
003-Pilot Project Industri 4.0 di
sektor industri kimia hilir dan
farmasi
1-Pilot project 1 Pilot Project
4911-Peningkatan
Kompetensi SDM
Industri Kimia Hulu
001-Fasilitasi Penyusunan RSKKNI
Industri Kimia Hulu
1-RSKKNI 1 RSKKNI
4912-Peningkatan
Kompetensi SDM
Industri Semen,
Keramik dan
Pengolahan Bahan
Galian Nonlogam
001-Fasilitasi Penyusunan RSKKNI
Industri Semen, Keramik, dan
Pengolahan Bahan Galian
Nonlogam
1-RSKKNI 1 RSKKNI
4913-Peningkatan
Kompetensi SDM
Industri Tekstil, Kulit,
dan Alas Kaki
001-Implementasi Making Indonesia
4.0 Sektor Tekstil dan Busana
1-Pilot project 1 Pilot Project
002-Rancangan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)
Industri tekstil, kulit dan alas kaki
2-RSKKNI 2 RSKKNI
003-SDM industri tekstil, kulit dan
alas kaki yang mengikuti diklat
1000-orang 1675 Orang
5881-Penumbuhan
dan Pengembangan
Industri Semen,
Keramik Dan
Pengolahan Bahan
Galian Nonlogam
004-PILOT PROJECT INDUSTRI
PASIR SILIKA PRECIPITATED
(Prioritas Nasional)
1-Pilot project 1 Pilot Project
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 31
3.1.2 Capaian RPJMN Ditjen IKFT
Indikator dan Target pada RPJMN perlu banyak penyesuaian,
dikarenakan sesuai dengan kondisi industri dan alokasi anggaran. Bila
dibandingkan dengan target output pada tahun 2019, perbedaan terdapat pada
RSKKNI dan RSNI Direktorat Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki serta RSNI di Direktorat
Industri Kimia Hulu, perbedaan ini dikarenakan anggaran yang disetujui pada
tahun 2017 dan usulan dari Asosiasi Industri. Mayoritas lebih tinggi target
RPJMN dibandingkan dengan target output RKA K/L. Secara rinci capaian
Capaian RPJMN dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.2
Capaian RPJMN Ditjen IKFT
SASARAN INDIKATOR SATUAN 2015 2016 2017 2018 2019
T R T R T R T R T R
Meningkatnya
Populasi Industri
Sedang dan
Besar Tekstil dan
Aneka
Fasilitasi
Pembangunan
Bufferstock Bahan
Baku Kapas di Jawa
Barat dan
Bufferstock Kulit di
Jawa Timur
Lokasi
2 0 2 2 2 2 2 3 2 0
Revitalisasi
Industri Tekstil
dan Aneka
RSKKNI Industri
Tekstil dan Aneka RSKKNI
3 4 3 1 3 2 3 1 3 2
Tersusunnya
Standar Produk
RSNI/SNI
Wajib
6 15 12 19 12 12 12 16 12 16
Semula:
Revitalisasi
Perusahaan
Industri Tekstil dan
Aneka
Perusahaan
100 115 120 2 140 0 160 0 180
Menjadi: Evaluasi
kegiatan
restrukturisasi
perusahaan
Industri Tekstil dan
Aneka
dokumen
2 2 0 0 0 0
Keterkaitan industri
Tekstil dan Aneka
Perusa-
haan
300 389 300 539 300 181 300 72 300 200
Hilirisasi hasil
tambang ke
Terfasilitasinya
penyusunan FS Dokumen
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 32
produk dan jasa
industri
Industri Technical
Textile
Revitalisasi
Industri Kimia
Hilir
Tersusunnya
Standar Produk
RSNI/SNI
Wajib
18 20 18 17 18 18 9 12 10 12
Terfasilitasinya
Pengembangan
Industri Kimia Hilir
Komoditi
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
RSKKNI Industri
Kimia Hilir RSKKNI
2 - 2 - 2 2 2 1 2 0
Hilirisasi hasil
tambang ke
produk dan jasa
industri
Fasilitasi
penyusunan FS
Semen Kupang III
dan industri ban,
keramik, dan kaca
Dokumen
2 2 2 2 0 0 0 0 0 0
Meningkatnya
Populasi Industri
Sedang dan
Besar Kimia
Dasar
Semula:
Terbangunnya
pabrik pupuk NPK
di Aceh 100.000
ton Pabrik
0 - 0 - 1
0 0 1 0
Menjadi:
Terbangunnya
pabrik pupuk NPK
Pengembangan
industri petrokimia Komoditi
3 3 3 3 3 2 3 6 3 3
Tumbuh dan
berkembangnya
klaster industri
petrokimia
Komoditi
3 3 3 3 3 2 3 4 3 3
Fasilitasi
Penumbuhan dan
Berkembanganya
Industri Garam
Unit
1 - 3 1 3 2 3 3 3 3
Revitalisasi
Industri Kimia
Dasar
Terfasilitasinya
revitalisasi dan
pengembangan
industri pupuk
Dokumen
3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
Tersusunnya
Standar Produk
RSNI/ SNI
Wajib
13 8 13 6 13 6 7 7 7 4
Hilirisasi hasil
tambang ke
produk dan jasa
industri
Terbangunnya 1
Pabrik Methanol
berbasis gasifikasi
batubara (low rank
coal) dengan
kapasitas 500.000
ton/tahun
Terbangunnya
pabrik Paracetamol
kapasitas 10.000
ton/th, amoxicilin
kapasitas 750
ton/th, garam
farmasi 6.000
ton/th, Dextrose
for infusion 6.000
Perusa-
haan
- - - - - - - - - -
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 33
ton/th, Vitamin C
kapasitas 3.000
ton/th,
Sefalosporin
kapasitas 150
ton/th Fasilitasi
Pembangunan
Pilot Plant EOR
kapasitas 20
ton/hari
Meningkatnya
Penggunaan
Produksi Dalam
Negeri
Tersosialisasikanny
a program
peningkatan
produk dalam
negeri
Sosialisasi
1 1 1 3 1 1 1 - 1 -
Tersertifikasinya
TKDN produk
industri
Sertifikat
1.000 350 1.000 350 1.000 350 500 500 - -
Terfasilitasinya
MoU antara
produsen dan
pengguna di sektor
Pertanian, ESDM,
Pekerjaan Umum,
Perhubungan,
Kesehatan,
Pendidikan dan
Pertahanan
MoU
4 1 4 - - 0 0 -
Fasilitasi
peningkatan
penggunaan
produksi dalam
negeri
Produk
20 0 0 0 0 0 0 -
Kampanye
sistematis dan
kreatif untuk
menumbuhkan
apresiasi
terhadap
kegiatan industri
dalam negeri
Terwujudnya
Business Matching
dan pameran
antara produsen
dan pengguna
Sektor
12 8 12 2 12 6 12 -
3.1.3 Capaian Rencana Strategis
Dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan
Tekstil terdapat indikator kinerja tujuan yang menunjukan bagaimana
merepresentasikan tujuan pembangunan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yaitu
Meningkatnya Peran Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dalam Perekonomian
Nasional. Indikator kinerja tujuan tersebut sebagai berikut:
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 34
Tabel 3.3
Indikator Tujuan Rencana Strategis
TUJUAN PROGRAM /INDIKATOR SATUAN TARGET CAPAIAN
2019 2019*
Meningkatnya peran Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dalam perekonomian nasional
1 Laju pertumbuhan Industri Kimia, Farmasi, dan
Tekstil
Persen 4,31 – 4,80 6,08
2 Kontribusi Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
terhadap PDB Nasional
Persen 4,95 – 5,03 8,77
3 Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor Industri
Kimia, Farmasi, dan Tekstil
Juta
Orang
7,49 – 7,65 7,25
Berdasarkan Indikator Tujuan Rencana Strategis dari 3 (tiga) tujuan indikator
hanya jumlah tenaga kerja yang capaiannya dibawah target.
Sumber: BPS, diolah Ditjen IKFT
Grafik 3.1 Laju Pertumbuhan Sektor IKFT (Persen)
Sejalan dengan pemulihan perekonomian global yang terus menunjukan
adanya peningkatan, pertumbuhan ekonomi domestik turun menjadi 5,03 persen
pada tahun 2019, dari sebelumnya sebesar 6.17 persen di tahun 2018. Adanya
4,88
5,03 5,07 5,17 5,03
5,05
4,43 4,85 4,77
4,34
3,34
1,95
3,07
3,63
6,08
2015 2016 2017 2018 2019
Ekonomi Ind. Pengolahan Non Migas IKFT
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 35
perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan tahun 2018 menurut
laporan Badan Pusat Statistik diakibatkan beberapa aspek antara lain i)
Perekonomian global pada Triwulan IV-2019 masih lemah dan belum stabil akibat
masih lemahnya perdagangan global dan investasi; ii) Harga komoditas nonmigas
di pasar internasional pada Triwulan IV-2019 secara umum mengalami
peningkatan (q-to-q) maupun (y-on-y), serta iii) Ekonomi beberapa mitra dagang
Indonesia masih tumbuh positif, namun melambat dibandingkan periode yang
sama pada tahun 2018.
Pada tahun 2019 pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan tekstil terus
membaik dengan 6.08 persen, pada tahun 2018 yang hanya mencapai 3.83 persen.
Pertumbuhan yang signifikan ini didorong oleh pertumbuhan Industri pakaian jadi
yang mencapai 19.48% dibandingkan tahun 2018. Sementara itu, di sektor IKFT
hanya terdapat 3 (tiga) sektor yang mengalami perlambatan yaitu Ind. Kulit, Barang
Kulit dan Alas Kaki (-0.99%), Ind. Barang Galian bukan Logam (-1.03%), Ind. Karet,
Barang dari Karet dan Plastik (-5.52%).
Tabel 3.4
Perkembangan Tenaga Kerja Sektor IKFT (juta orang)
Di lain sisi, kebutuhan tenaga kerja dibidang industri terus mengalami
peningkatan, industri yang selalu berkembang akan selalu membutuhkan tenaga
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 36
kerja meskipun adanya perubahan teknologi namun peran tenaga kerja masih
snagat dibutuhkan. Namun hal ini masih menjadi permasalahan dikarenakan
kompetensi tenaga kerja indonesia masih banyak yang belum sesuai dengan
kebutuhan industri sehingga meskipun kebutuhan industri tinggi namun tidak
dapat secara penuh terisi. Pada 2019, sektor IKFT sebesar 7,25 juta tenaga kerja.
Dengan kontribusi terbesar di Industri Tekstil dan Pakaian Jadi sebesar 3,91 juta.
Sektor industri tersebut menjadi salah satu penopang utama dalam penyerapan
tenaga kerja karena merupakan basis industri padat karya.
Beberapa isu yang dihadapi oleh sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil
selama tahun 2019 yaitu sebagai berikut :
➢ Industri Kimia dan Barang Kimia
• Belum terpenuhinya kebutuhan bahan baku industri dalam negeri yang
diakibatkan terbatasnya kapasitas produksi kimia dasar, tingginya impor
bahan baku, dan terbatasnya R&D
• Karakteristik industri kimia hulu padat modal yang membutuhkan nilai
investasi besar dan sebagian besar bahan baku dan bahan penolong
industri tergantung pada import (naphtha)
• Harga gas bumi untuk bahan baku dengan harga mahal dan volume yang
terbatas
• Faktor kerumitan dalam melakukan investasi di daerah
• TKDN industri kimia hulu masih terlalu rendah yang berakibat pada
rendahnya nilai TKDN pada industri kimia hilir
➢ Industri Karet, Barang Karet dan Plastik
• Rendahnya penyerapan penggunaan bahan baku dalam negeri yang
disebabkan permintaan pasar menurun
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 37
• Sebanyak 40% kebutuhan bahan baku sektor industri karet hilir dalam
negeri dipasok dari dalam negeri, sedangkan 60% sisanya masih impor
yaitu karet sintetik, rubber chemicals, rubber processing oil, dsb.
• Belum optimalnya implementasi P3DN dalam proses pengadaan
barang/jasa khususnya untuk kebutuhan infrastruktur dan kesehatan
• 1/3 kebutuhan bahan baku plastik dipasok dari dalam negeri, sedangkan
sisanya masih impor
• Belum harmonisnya BM antara produk Hulu, hilir dan antara terutama di
produk plastik
• Belum ada instrumen pengendalian terhadap impor produk jadi plastik
• Adanya peraturan daerah yang kontraproduktif bagi pertumbuhan industri
terkait larangan pemakaian kemasan plastik
• Persepsi yang berbeda antara Kementerian terkait penanganan sampah
plastik
• Pengelompokan data pertumbuhan (KBLI 2 Digit) produk karet dan plastik
masih menjadi satu dengan karet
➢ Industri Farmasi, dan Obat Tradisional
• Pengembangan industri bahan baku obat guna menunjang kinerja industri
produk farmasi di dalam negeri
• Ketergantungan industri farmasi hampir 98% bahan baku obat didapat dari
impor.
• Pangsa pasar produk farmasi di dalam negeri sebesar Rp 80T termasuk
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang bersumber dari dana
APBN.
• Belum optimalnya penelitian tentang formulasi obat, obat baru dan
fitofarmaka.
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 38
• Industri bahan baku obat belum ada di dalam negeri.
• Belum efektifnya pemanfaatan TKDN untuk pengadaan barang/jasa oleh
pemerintah terutama di sektor farmasi atau program JKN.
• Sudah terbitnya PP 45 tahun 2019 tentang supertax deduction namun
belum ada regulasi turunan tentang tatacara pemberian insentif untuk
penelitian/riset.
➢ Industri Barang Galian Bukan Logam
• Ketergantungan terhadap pertumbuhan sektor lainnya seperti infrastruktur
dan properti/real estate
• Meningkatnya pangsa pasar produk impor terhadap kebutuhan nasional
khususnya keramik, barang dari semen untuk struktur bangunan dan batu
tahan api
• Tidak efektifnya penerapan safeguard untuk menahan laju impor keramik
• Tingginya harga gas yang berkonstribusi 30% dari biaya produksi sehingga
menyebabkan kurang berdayasaingnya industri kaca dan keramik nasional.
• Terjadinya over capacity industri semen nasional
• Masih tingginya ketergantungan impor bahan baku di dalam negeri
• Belum efektifnya pemanfaatan TKDN untuk pengadaan barang/jasa oleh
pemerintah terutama di sektor konstruksi dan bangunan
➢ Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
• Ketergantungan impor untuk pemenuhan bahan baku dan bahan penolong
industri masih tinggi
• Meningkatnya pangsa pasar produk impor di dalam negeri
• Lonjakan impor barang jadi tekstil (karpet) dan garmen
• Disharmonisasi tarif bea masuk karena adanya FTA yang berimbas pada
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 39
pengenaan BMAD serat dan filament serta diikuti dengan pengenaan
BMTPS pada industri benang dan kain
• Penurunan kapasitas produksi industri tekstil
• Teknologi permesinan yang sudah tua
• Permasalahan lingkungan pada industri di sekitar DAS Citarum
➢ Industri Kulit, Barang Kulit dan Alas Kaki
• Bahan baku kulit masih sangat tergantung dengan impor dengan harga 30-
40% lebih murah dari kulit lokal, bahan baku kulit dalam negeri hanya
mampu memenuhi 40% kebutuhan industri penyamak kulit nasional.
• Supply chain antara industri kulit dan barang dari kulit termasuk alas kaki
belum terbentuk dengan baik
• Bahan baku untuk sepatu olah raga berupa kain mesh/kain kanvas dan
aksesoris sepatu masih sangat tergantung pada impor.
• Dengan terbitnya PMK 612 tahun 2019 tentang Pengenaan Bea Masuk
Tindakan Pengamanan Sementara Terhadap Produk Impor Kain, akan
menambah cost produksi industri alas kaki berbahan tekstil yang sebagian
besar masih impor
• Kurangnya tenaga kerja yang memiliki kompetensi, khususnya di daerah
investasi baru, seperti Jepara dan Garut
• Peningkatan impor yang cukup signifikan untuk alas kaki dengan kualitas
rendah dan harga murah
• Pelabuhan masuk yang langsung mendekati pasar utama menyebabkan
impor yang semakin tinggi
• Pangsa Pasar di dunia yang stagnan dan semakin banyak munculnya
pemain baru dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 40
3.1.4 Capaian Sasaran Strategis
Sebagaimana telah diperjanjikan dalam dokumen Perjanjian Kinerja
tahun 2019, kinerja sasaran yang ditetapkan mencakup sasaran strategis dalam
perspektif pemangku kepentingan, perspektif proses pelaksanaan tugas pokok
dan perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan maka berikut ini
pencapaian pada Tahun 2018:
Tabel 3.5
Capaian Sasaran Strategis Ditjen IKFT
No Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama
(IKU) Satuan T R %
Tujuan
1 Meningkatnya peran
industri Kimia, Farmasi
dan Tekstil dalam
perekonomian nasional
1 Pertumbuhan industri
Kimia, Farmasi dan Tekstil 4.60 Persen 6.08 132,17
2 Kontribusi industriKimia,
Farmasi dan Tekstil
terhadap PDB
4.15 Persen 8.77 211,33
3 Jumlah tenaga kerja di
sektor industri Kimia,
Farmasi dan Tekstil
7.38 Juta
Orang 7.25 98,24
Perspektif Pemangku Kepentingan
1. Meningkatnya populasi
dan persebaran industri
1. Unit industri kimia, farmasi,
dan tekstil besar sedang
yang tumbuh
Unit 447 -
491 464 103,80
2. Nilai investasi di sektor
industri kimia, farmasi, dan
tekstil
Rp
Triliun 149,70 54.93 36,69
2. Meningkatnya daya
saing dan produktivitas
sektor industri
1. Kontribusi ekspor produk
industri kimia, farmasi, dan
tekstil terhadap ekspor
nasional
Persen 23,20 22,1 95,26
2. Produktivitas dan
kemampuan SDM industri
kimia, farmasi, dan tekstil
Rp. Juta 219,00 252,7 115,39
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 41
Perspektif Proses Bisnis Internal
1. Tersedianya kebijakan
pembangunan industri
kimia, farmasi, dan
tekstil yang efektif
1. Peraturan perundangan
yang diselesaikan di
lingkungan Ditjen IKFT
PP/
Perpres/
Permen
2 2 100
2.
Terselenggaranya
urusan pemerintahan di
bidang perindustrian
yang berdaya saing dan
berkelanjutan
1. Infrastruktur kompetensi
yang terbentuk
RSKKNI 4 4 100
2. Infrastruktur standar
produk yang terbentuk
RRegula
si SNI/
SNI
Wajib
34 44 129,41
Pada Tahun 2019, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
memiliki sebanyak 10 (sepuluh) Indikator Kinerja Utama yang tertuang pada
Perjanjian Kinerja, hingga akhir Tahun 2019, terdapat 3 (tiga) IKU yang tidak
terpenuhi target. Secara total persentase capaian kinerja Direktorat Jenderal
Industi Kimia, Farmasi, dan Tekstil rata-rata sebesar 112.23 % dari target yang
telah ditetapkan.
Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya peran industri Kimia, Farmasi dan
Tekstil dalam perekonomian nasional
Meningkatnya peran industri Kimia, Farmasi dan Tekstil dalam
perekonomian nasional diindikasikan dengan indikator kinerja sasaran strategis
(IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:
1. Pertumbuhan industri Kimia, Farmasi dan Tekstil
2. Kontribusi industriKimia, Farmasi dan Tekstil terhadap PDB
3. Jumlah tenaga kerja di sektor industri Kimia, Farmasi dan Tekstil
Sejalan dengan pemulihan perekonomian global yang terus menunjukan
adanya peningkatan, pertumbuhan ekonomi domestik turun menjadi 5,03
persen pada tahun 2019, dari sebelumnya sebesar 6.17 persen di tahun 2018.
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 42
Adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan tahun 2018
menurut laporan Badan Pusat Statistik diakibatkan beberapa aspek antara lain
i) Perekonomian global pada Triwulan IV-2019 masih lemah dan belum stabil
akibat masih lemahnya perdagangan global dan investasi; ii) Harga komoditas
nonmigas di pasar internasional pada Triwulan IV-2019 secara umum
mengalami peningkatan (q-to-q) maupun (y-on-y), serta iii) Ekonomi beberapa
mitra dagang Indonesia masih tumbuh positif, namun melambat dibandingkan
periode yang sama pada tahun 2018.
Pada tahun 2019 pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan tekstil terus
membaik dengan 6.08 persen, pada tahun 2018 yang hanya mencapai 3.83
persen. Pertumbuhan yang signifikan ini didorong oleh pertumbuhan Industri
pakaian jadi yang mencapai 19.48% dibandingkan tahun 2018. Sementara itu,
di sektor IKFT hanya terdapat 3 (tiga) sektor yang mengalami perlambatan yaitu
Ind. Kulit, Barang Kulit dan Alas Kaki (-0.99%), Ind. Barang Galian bukan Logam
(-1.03%), Ind. Karet, Barang dari Karet dan Plastik (-5.52%).
Di lain sisi, kebutuhan tenaga kerja dibidang industri terus mengalami
peningkatan, industri yang selalu berkembang akan selalu membutuhkan
tenaga kerja meskipun adanya perubahan teknologi namun peran tenaga kerja
masih snagat dibutuhkan. Namun hal ini masih menjadi permasalahan
dikarenakan kompetensi tenaga kerja indonesia masih banyak yang belum
sesuai dengan kebutuhan industri sehingga meskipun kebutuhan industri tinggi
namun tidak dapat secara penuh terisi. Pada 2019, sektor IKFT sebesar 7,25 juta
tenaga kerja. Dengan kontribusi terbesar di Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
sebesar 3,91 juta. Sektor industri tersebut menjadi salah satu penopang utama
dalam penyerapan tenaga kerja karena merupakan basis industri padat karya.
Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Populasi Industri dan persebaran
industri
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 43
Meningkatnya populasi Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil diindikasikan
dengan peningkatan jumlah unit Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil serta
penyerapan tenaga kerja industri besar sedang (IBS) pada sektor Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil khususnya. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari
sasaran strategis ini adalah:
1. Jumlah unit Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.
2. Nilai investasi di sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.
Sasaran ini berdasarkan amanat RPJMN dimana mengharapkan
tumbuhnya 9000 industri baru selama jangka 2015-2019, tentunya dengan
harapan tumbuhnya industri yang cukup besar ditandai pula dengan masuknya
investasi ke Indonesia baik pemodalan asing maupun dalam negeri. Berikut
merupakan hasil capaian Sasaran Strategis yaitu Meningkatnya Populasi Industri
dan persebaran industri:
Tabel 3.6
Pencapaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Populasi Industri
No Sasaran
Strategis (SS)
Indikator Kinerja Utama
(IKU) Satuan Target Realisasi
Perspektif Pemangku Kepentingan
1. Meningkatnya
populasi dan
persebaran
industri
1. Unit Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil
besar sedang yang
tumbuh
Unit 447 -
491
464
2. Nilai investasi di sektor
Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil
Rp Triliun 149,70 54.93
Sasaran ini merupakan turunan dari RPJMN Tahun 2015 - 2019 dimana
target industri yang tumbuh selama lima tahun adalah 9000 industri. Target
tersebut bila di-cascade tiap tahunnya dan untuk tiga direktorat jenderal teknis
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 44
di Kementerian Perindustrian maka target Ditjen IKFT tahun 2019 adalah 447 -
491 unit. Realisasi Tahun 2019 ini sebesar 464 unit, namun angka ini merupakan
prognosa hasil perhitungan tenaga ahli. Unit industri yang tumbuh ini besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan industri tersebut. Meski dampak dari
perlambatan ekonomi dunia masih terasa mempengaruhi pertumbuhan industri,
namun perkiraan industri yang telah terbangun di triwulan IV Tahun 2019 cukup
baik. Rincian realisasi sebagai berikut, industri tekstil, kulit, dan alas kaki tumbuh
129 unit industri; Industri kimia hilir dan farmasi tumbuh 197 unit industri; industri
semen, keramik dan pengolahan bahan galian nonlogam tumbuh 61 unit industri;
dan industri kimia hulu tumbuh 77 unit industri.
Sumber: BKPM, diolah Ditjen IKFT
Grafik 3.2 Perkembangan Realisasi Investasi (Rp. Triliun)
Salah satu faktor tumbuhnya industri ialah adanya investasi baru ataupun
perluasan pada industri tersebut. Investasi dibagi menjadi dua yakni penanaman
modal asing dan penanaman modal dalam negeri. Data investasi yang dimiliki
Ditjen IKFT berasal dari Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dari BKPM,
LKPM cenderung pada investasi yang telah terrealisasi dan memiliki data yang
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 45
linier, namun untuk triwulan IV masih merupakan hasil prognosa. Hasil prognosa
dari Tenaga ahli data Ditjen IKFT untuk investasi triwulan IV di sektor IKFT sebesar
54.93 Triliun rupiah. Investasi masih jauh lebih tinggi yang berasal dari asing
dibandingkan dengan penanaman modal dalam negeri. Untuk mendukung
tercapainya sasaran tersebut, Ditjen IKFT melakukan upaya sebagai berikut:
a. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia
Adapun perkembangan kegiatan penumbuhan dan pengembangan
Industri Petrokimia sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:
• Realisasi Investasi PT Chandra Asri Petrochemical
Realisasi Investasi senilai US$ 890 juta untuk pembangunan pabrik baru dan
peningkatan kapasitas produksi, sehingga kapasitas produksi menjadi
sebagai berikut :
No Komoditi Kapasitas Semula
(MT/Tahun)
Kapasitas 2019
(MT/Tahun)
1 Ethylene 860.000 900.000
2 Propylene 470.000 490.000
3 Polyethylene 336.000 736.000
4 Polypropylene 480.000 590.000
• Realisasi Investasi PT Polytama Propindo
Realisasi investasi sebesar US$ 25 juta, sehingga kapasitas produksi
polypropylene menjadi 260.000 MT/Tahun
• Realisasi Investasi PT Enerco RPO Internasional
ERI merupakan perusahaan penanaman modal baru yang berlokasi di Satam
dengan nilai investasi sebesar Rp. 1,29 Triliun dan tenaga kerja sebanyak 15
orang. ERI menghasilkan produk utama berupa RPO TDAE (Rubber
Processing Oil Treated Distillate Aromatic Extract) dan produk samping
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 46
berupa Hace dan Asphalt. Masa konstruksi ERI selama 2 tahun (2017 - 2019)
dan beroperasi komersial pada tahun 2019.
ERI merupakan satu-satunya produsen TDAE di Indonesia dengan kapasitas
sebesar 195.000 MT/tahun dan merupakan pabrik TDAE terbesar di Asia.
Pembangunan pabrik RPO TDAE yang dilakukan oleh ERI telah
mendapatkan fasilitas Tax Holiday sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 268/KM .3/2019 tentang Pemberian Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan kepada PT. Enerco RPO
Internasional tanggal 15 Mei 2019 dengan jangka waktu selama 7 tahun dan
pengurangan PPh 50% selama 2 tahun.
• Investasi PT. Polyplex Films Indonesia (Polyplex)
Polyplex merupakan perusahaan penanaman modal baru yang berlokasi di
Serang Banten dengan nilai investasi sebesar Rp. 269 Miliar dan tenaga kerja
sebanyak 50 orang. Polyplex menghasilkan resin PET dengan kapasitas
87.500 MT/tahun. Akhir masa konstruksi pada Oktober 2019 dan beroperasi
komersial pada Oktober 2019 Polyplex telah mendapatkan fasilitas Tax
Allowance sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
645/KM .3/2019 tentang Persetujuan Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan
untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di
Daerah-Daerah Tertentu.
• Investasi PT. Megah Energy Khatulistiwa (MEK)
MEK merupakan perusahaan penanaman modal baru yang berlokasi di
Bulungan Kalimantan Utara yang menghasilkan produk utama berupa semi
coke dengan kapasitas 600.000 MT/tahun dan produk samping berupa coal
tar dengan kapasitas 50.000 MT/tahun. Nilai investasi MEK sebesar Rp. 1,09
Triliun dan tenaga kerja sebanyak 51 orang. Konstruksi MEK telah selesai
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 47
dilakukan pada tahun 2019 dan saat ini sedang mengajukan fasilitas Tax
Holiday.
• Progress Rencana Investasi Gasifikasi Batubara oleh PT. Bukit Asam
PT Bukit Asam berencana berinvestasi pada proyek pembangunan Gasifikasi
Batubara yaitu:
Proyek gasifikasi batubara di Tanjung Enim Sumatera Selatan yang
merupakan konsorsium antara PTBA, PT. Pupuk Indonesia, PT. Pertamina
dan PT. Chandra Asri Petrochemical dengan rincian proyek sebagai berikut:
- Proyek gasifikasi ini menghasilkan syngas yang selanjutnya diolah
menjadi produk-produk akhir berupa pupuk dengan kapasitas
sebesar 570.000 MT/tahun, polypropylene sebesar 450.000 MT/tahun
dan DME sebesar 400.000 ton/tahun
- Saat ini Bankable Feasibility Study (FS) telah selesai disusun dan
diperkirakan dapat beroperasi komersial pada tahun 2025. Nilai
investasi pada proyek gasifikasi batubara di Tanjung Enim
diperkirakan sebesar US$ 5,3 Miliar.
Proyek gasifikasi batubara di Peranap Riau yang merupakan konsorsium
antara PTBA, PT. Pertamina dan PT. Air Products Indonesia dengan rincian
proyek sebagai berikut:
- Proyek gasifikasi ini menghasilkan syngas yang selanjutnya diolah
menjadi produk-produk akhir berupa DME dengan kapasitas sebesar
1.400.000 MT/tahun, metanol sebesar 300.000 MT/tahun dan MEG
sebesar 250.000 MT/tahun. Nilai investasi pada proyek gasifikasi
batubara di Peranap diperkirakan sebesar US$ 3,5 Miliar dan
diperkirakan dapat beroperasi komersial pada tahun 2025.
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 48
- Saat ini, tahap FS telah selesai dilakukan oleh Wison pada bulan Juni
2019 bahwa dengan asumsi penetapan harga DME oleh Pertamina
sebesar US$420 / Ton, dapat ditentukan bahwa IRR untuk proyek ini
berada pada 9,24%. Sementara PTBA menilai bahwa angka IRR yang
layak untuk investasi ini adalah sebesar 12%. Berdasarkan kalkulasi
lanjutan, dapat diproyeksikan bahwa beberapa kebijakan insentif dari
pemerintah berpotensi dapat mendorong IRR hingga 10,99%. Rincian
kebijakan insentif tersebut antara lain pemberian Tax Holiday PPh
Badan selama 20 tahun, pengurangan PPn jasa pengolahan,
pengurangan PPn EPC dengan kandungan lokal, pemberian insentif
tarif khusus bahan baku batubara dan pembebasan royalti batubara.
- Beberapa kandidat teknologi yang akan dipilih untuk proyek ini
berasal dari Air Product, Amerika Serikat dan CECO yang merupakan
anak perusahaan dari China Aerospace.
Isu dan tantangan yang dihadapi pada proyek pembangunan Gasifikasi
Batubara di Tanjung Enim Sumatera Selatan dan Peranap Riau adalah
sebagai berikut:
- Kandungan energi DME hanya 63% bila dibandingkan dengan LPG.
Selain itu, DME tidak bisa dipasarkan secara tunggal dan harus
blending dengan LPG. Hal ini menjelasakan bahwa volume DME di
pasar akan mengembang sebesar 2 kali lipat. Sehingga PT. Pertamina
perlu mengembangkan infrastruktur tabung gas baik secara standar
khusus untuk DME maupun secara kuantitas.
- Disamping itu, PT. Pertamina perlu mendapatkan kejelasan
pemerintah dalam kebijakan subsidi bahan bakar berbasis DME.
Mengingat PSO subsidi mencapai 80% dari pengadaan seluruh bahan
bakar nasional.
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 49
• Progres Rencana Investasi PT Lotte Chemical Indonesia
LCI berencana membangun integrated petrochemical complex dengan
lokasi di Cilegon Banten. Nilai investasi pembangunan proyek ini
diperkirakan sebesar US$ 4,4 Miliar. Integrated petrochemical complex
menggunakan bahan baku berupa naphtha/LPG dengan kebutuhan sebesar
3.000 KTA dan menghasilkan produk berupa ethylene dengan kapasitas
sebear 1.000 KTA, propylene 520 KTA, polyethylene 700 KTA, polypropylene
400 KTA, butadiene 130 KTA dan BTX 370 KTA. Konstruksi proyek ini dimulai
pada tahun 2020 dan diharapkan selesai konstruksi dan beroperasi
komersial pada tahun 2023.
• Progress Rencana Investasi PT. Chandra Asri Perkasa
CAP melalui anak usahanya PT. Chandra Asri Perkasa berencana
membangun kompleks petrokimia kedua dengan nilai investasi sebesar
US$ 5 Miliar yang menghasilkan ethylene dengan kapasitas sebear 1.100
KTA,b propylene 600 KTA, polyethylene 750 KTA, polypropylene 450 KTA,
butadiene 175 KTA dan BTX 363 KTA. KTA. Konstruksi proyek ini dimulai
pada tahun 2020 dan diharapkan selesai konstruksi dan beroperasi
komersial pada tahun 2023.
• Progress Rencana Investasi PT. Pertamina
Pertamina berencana membangun petrochemical complex yang berlokasi
di Balongan Jawa Barat. Proyek ini telah masuk dalam Rencana Jangka
Panjang Perusahaan (RJPP) tahun 2020 - 2026 dan telah menyelesaikan
proses FS yang dibutuhkan. Nilai investasi proyek ini diperkirakan sebesar
US$ 8 Miliar dengan lingkup proyek berupa main unit naphtha cracker dan
8 unit downstream dengan 23 jenis produk. Adapun jenis produk yang akan
dihasilkan dan kapasitasnya adalah sebagai berikut: ethylene 1.000 KTA,
propylene 520 KTA, butadiene 120 KTA, butadiene raffinate 110 KTA,
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 50
benzene 130 KTA, toluene 82 KTA, mixed xylene 57 KTA, C9+ 40 KTA,
MEGIDEGITEG 792 KTA, LLDPE 380 KTA, styrene monomer 720 KTA, ABS 800
KTA, AN 260 KTA, MMA 85 KTA, PP 400 KTA, MTBE 50 KTA, MEK 50 KTA,
MA 40 KTA, DTBP 50 KTA. Pembangunan proyek petrochemical complex
akan dimulai pada tahun 2020 dan diharapkan selesai pada tahun
2022/2023.
• Progress Rencana Investasi PT. Nippon Shokubai Indonesia (NSI)
NSI berencana melakukan investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi
acrylic acid dan super absorbent polymer. Beberapa rencana investasi NSI
yaitu:
- Pembangunan pabrik baru acrylic acid dengan kapasitas sebesar
100.000 MT/tahun. Nilai investasi pembangunan pabrik baru ini
adalah US$ 200 juta. Masa konstruksi 2020 - 2021 .
- Oebott/enecking peningkatan kapasitas produksi super absorbent
polymer (SAP) dengan kapasitas 24.000 MT/tahun dan nilai investasi
sebesar US$ 5 juta. Masa konstruksi 2020 - 2021 .
- Pembangunan pabrik baru super absorbent polymer dengan
kapasitas sebesar 55.000 MT/tahun. Saat ini sedang dalam tahap
feasibility study oleh Nippon Shokubai Co., Ltd dan penyelesaian
proyek diharapkan dapat dilakukan pada tahun 2023.
- Proyek pembangunan pabrik baru acrylic acid dengan kapasitas
sebesar 100.000 MT/tahun telah mendapatkan fasilitas Tax Holiday
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 470/KM.3/2019.
NSI tidak mengalami kendala pada rencana investasi dimaksud.
• Progress Rencana Investasi PT. Cabot Asia Pacific South (CAPS)
CAPS merupakan perusahaan penanaman modal baru yang berlokasi di
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 51
Cilegon Banten yang menghasilkan produk berupa carbon black dengan
kapasitas 90.000 MT/tahun dan masterbatch dengan kapasitas 20.000
MT/tahun. Nilai investasi CAPS sebesar Rp. 1,41 Triliun. CAPS akan memulai
konstruksi pada tahun 2020 dan diharapkan selesai konstruksi pada tahun
2021. CAPS telah mendapatkan fasilitas Tax Holiday sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 474/KM.3/2019 tentang Pemberian
Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan kepada PT. Cabot Asia
Pacific South. CAPS tidak mengalami kendala pada rencana investasi
dimaksud.
• Progress Rencana Investasi PT. Asahimas Chemical (ASC)
ASC berencana meningkatkan kapasitas produksi PVC sebesar 200.000
MT/tahun sehingga nantinya kapasitas PVC yang dihasilkan oleh ASC
sebesarn 750.000 MT/tahun. Nilai investasi untuk proyek ini sebesar US$ 90
juta. Proyek pembangunan sudah mulai dilaksanakan pada tahun 2019 dan
diharapkan dapat selesai tahun 2021 .
• Peletakan Batu Pertama (Groundbreaking) Pembangunan Pabrik PT.
Cabot Asia Pacific South (CAPS)
Peletakan batu pertama CAPS dilaksanakan pada tanggal 21 Nopember
2019 oleh Menteri Perindustrian RI . Dengan berdirinya pabrik CAPS ini,
maka Indoesia akan mampu mensubstitusi impor produk carbon black
dengan volume sebanyak 90.000 MT/tahun. Hal ini juga akan berpotensi
menghemat devisa hingga mencapai Rp. 1,5 Triliun/tahun.
• Peresmian Pabrik New Polyethylene (NPE) PT. Chandra Asri
Petrochemical, Tbk (CAP)
Peresmian NPE CAP dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2019 oleh
Presiden RI didampingi oleh beberapa Menteri Anggota Kabinet Indonesia
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 52
Maju. Dengan berdirinya pabrik NPE CAP ini, maka Indoesia akan mampu
mensubstitusi impor produk polyethylene dengan volume sebanyak
400.000 MT/tahun. Hal ini juga akan berpotensi menghemat devisa hingga
mencapai Rp. 8 Triliun/tahun dan berpeluang penciptaan lapangan kerja
baru di industri plastik hilir sebanyak 17.500 orang.
b. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri
Adapun perkembangan kegiatan penumbuhan dan pengembangan Industri
Garam Industri sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:
• Adanya peningkatan penyerapan garam lokal oleh industri Garam Industri
pada Tahun 2019 yaitu sebesar 1.100.000 Ton, meningkat sebesar 50.000
Ton dibandingkan Tahun 2018 sebesar 1.050.000 Ton.
• Adanya realisasi investasi lahan garam industri di daerah Nusa Tenggara
Timur dengan Rincian Sebagai berikut
• Capaian Renstra
Capaian renstra secara keseluruhan terlihat gap yang cukup besar dengan
target diakhir tahun, dimana pada tahun 2019 tumbuh 464 industri
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2016, 2017, dan 2018
capaian stagnan pada sekitar 600 industri. Sedangkan untuk investasi nilai
capaian pada tahun ini mengalami gap yang sangat besar dari target pada
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 53
tahun 2019 sebesar Rp 149 Triliun hanya terealisasi sebesar Rp 54.93 Triliun.
Penentuan target dan cascading nilai investasi akan dipertimbangkan
berikutnya pada penuntuan perjanjian kinerja dan revisi renstra sehingga
tidak sangat tinggi.
• Perbaikan perencanaan
Melihat ketidaktercapainya target tahun 2018 dan capaian ditjen teknis lain
di Kementerian Perindustrian, maka diajukan penyesuaian target pada
tahun 2019 yang semula ditetapkan 768 unit industri sektor IKFT yang
tumbuh, menjadi 447 - 491 unit. Selain itu juga mengalami penurunan
target investasi pada tahun 2019 dari semula Rp. 150,7 – 160,3 Triliun
menjadi Rp. 149,70 Triliun. Pada Tahun 2020 ini pun sedang dirumuskan
target dengan mempertimbangkan capaian pada tahun 2019.
Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor
Industri
Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri diindikasikan
dengan 1) Kontribusi ekspor produk Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
terhadap ekspor nasional serta 2) Produktivitas dan kemampuan SDM Industri
Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Berikut merupakan hasil capaian Sasaran Strategis
yaitu Meningkatnya Populasi Industri dan persebaran industri:
Tabel 3.8
Capaian Sasaran II : Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor
Industri
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 54
No. Sasaran
Strategis (SS)
Indikator Kinerja Utama
(IKU) Satuan Target Realisasi
Perspektif Pemangku Kepentingan
2. Meningkatnya
daya saing dan
produktivitas
sektor industri
1 Kontribusi ekspor produk
Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil terhadap
ekspor nasional
Persen 23,20 22,1
2 Produktivitas dan
kemampuan SDM Industri
Kimia, Farmasi, dan Tekstil
Rp. Juta/
orang
219,00 252,7
Peningkatan penguasaan pasar di dalam dan luar negeri dapat dilihat
dari indikator berupa kontribusi ekspor produk Industri Kimia, Farmasi, dan
Tekstil terhadap industri nasional yang hingga 22.1 persen. Nilai ini belum cukup
mencapai target. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2015
tentang Sumber Daya Industri besar harapan untuk meningkatkan penguasan
pasar di dalam negeri. Terbukanya keran impor dengan adanya kerjasama
dengan negara ASEAN, sedikit banyak menjadi ancaman bagi industri dalam
negeri, namun sebenarnya impor untuk beberapa komoditi memang diperlukan
dikarenakan ketersediaan bahan baku didalam negeri yang masih terbatas.
Sementara itu produktivitas tenaga kerja Industri Kimia, Farmasi, dan
Tekstil Tahun 2019 sebesar 252,7 juta per orang didapatkan dari nilai tambah
Industri besar sedang (IBS) sektor IKFT dibandingkan oleh pekerja IBS di bidang
Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Penyumbang produktivitas terbesar ialah
industri kimia dan barang kimia, dikarenakan termasuk kategori industri padat
modal, namun tenaga kerja sedikit. Di sisi lain diseimbangkan dengan industri
tekstil dimana tenaga kerjanya besar sehingga nilai pembaginya menjadi besar.
Sasaran Strategis Perspektif Bisnis Internal Ditjen IKFT
Sasaran Strategis Perspektif Bisnis Internal Ditjen IKFT diindikasikan
dengan 1) Peraturan perundangan yang diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT;
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 55
3) Infrastruktur kompetensi yang terbentuk; dan 4) Infrastruktur standar produk
yang terbentuk. Berikut merupakan hasil capaian Sasaran Strategis yaitu
Meningkatnya Populasi Industri dan persebaran industri:
Tabel 3.10
Capaian Sasaran Strategis Perspektif Bisnis Internal Ditjen IKFT
No Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama
(IKU) Satuan Target Realisasi
Perspektif Proses Bisnis Internal
1. Tersedianya kebijakan
pembangunan industri
kimia, farmasi, dan tekstil
yang efektif
1. Peraturan perundangan
yang diselesaikan di
lingkungan Ditjen IKFT
PP/
Perpres/
Permen
2 2
2. Terselenggaranya urusan
pemerintahan di bidang
perindustrian yang
berdaya saing dan
berkelanjutan
1. Infrastruktur kompetensi
yang terbentuk
RSKKNI 4 4
2. Infrastruktur standar
produk yang terbentuk
RRegulasi
SNI/ SNI
Wajib
34 44
Peningkatan penguasaan pasar di dalam dan luar negeri dapat dilihat dari
indikator berupa kontribusi ekspor produk industri kimia, farmasi, dan tekstil
terhadap industri nasional yang hingga 22,1 persen. Terbukanya keran impor
dengan adanya kerjasama dengan negara ASEAN, sedikit banyak menjadi
ancaman bagi industri dalam negeri.
Kinerja Ekspor di sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil bervariasi
dengan sebagian besar mengalami tren peningkatan dari bulan Januari hingga
bulan Desember 2019. Hanya Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat
Tradisonal serta Industri Karet, barang Karet dan Plastik yang mengalami tren
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 56
menurun.
Sementara itu produktivitas tenaga kerja Industri Kimia, Farmasi dan
Tekstil Rp. 252,7 juta didapatkan dari nilai tambah dibandingkan oleh pekerja di
bidang Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil hingga Triwulan IV tahun 2019. Data
yang disajikan masih merupakan prognosa dari tenaga ahli Ditjen IKFT. Untuk
mengupayakan tercapainya sasaran tersebut, Ditjen IKFT melakukan upaya
sebagai berikut:
a. Pemberlakuan SNI Wajib serta perumusan RSNI
Seiring dengan perkembangan jaman dan liberalisasi perdagangan seperti
tantangan Masyarakat Ekonomi Asean, maka peta perdagangan tekstil
sebagai salah satu komoditas di bawah binaan Direktorat Jenderal Industri
Kimia, Farmasi, dan Tekstil semakin terbuka luas dengan tingkat persaingan
yang semakin ketat. Negara-negara maju akan berusaha memproteksi diri
melalui penerapan-penerapan Non-Tariff Barrier (isu sosial, ingkungan,
dumping, tenaga kerja, dll). Pemerintah terus berupaya sekuat tenaga dalam
rangka menghadapi persaingan global yang semakin ketat. Dalam rangka
pengamanan industri domestik terhadap masuknya produk impor, maka
diperlukan SNI sebagai non tarif barier dalam rangka perlindungan
konsumen, produk dan industrinya sendiri. Sebelum terbentuknya SNI, perlu
dilakukan Rancangan SNI (RSNI). Tujuan standardisasi adalah meningkatkan
kepastian dan efisiensi transaksi perdagangan, memberikan acuan bagi
pelaku usaha dan membentuk persaingan pasar yang transparan, melindungi
kepentingan konsumen dalam aspek kesehatan, keselamatan dan keamanan
masyarakat, dan perlindungan kelestarian fungsi lingkungan serta
meningkatkan efisiensi pasar dalam kelancaran perdagangan internasional.
Pada tahun 2019 ditargetkan 34 (tiga puluh empat) RRegulasi SNI/ SNI Wajib
yang disusun oleh Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 57
pada Tahun 2019. Hingga Triwulan IV tahun 2019 beberapa penyusunan
RRegulasi SNI/ SNI Wajib telah mencapai tahap konsensus dan akan
dilanjutkan ke BSN untuk ditetapkan, sementara saat ini sudah terdapat 44
RSNI/SNI Wajib yang telah disusun oleh Ditjen IKFT yang meliputi :
1. RSNI – Sajadah
2. RSNI – Mukena
3. RSNI – Geotekstil nirtenun poliester dan polipropilena untuk perkuatan
tanah
4. RSNI – Analisis kimia kuantitatif Bagian 4
5. RSNI – Analisis kimia kuantitatif Bagian 7
6. RSNI – Analisis kimia kuantitatif Bagian 11
7. RSNI – Cara uji amina aromatik tertentu turunan dari zat warna azo
Bagian 1
8. RSNI – Cara uji amina aromatik tertentu turunan dari zat warna azo
Bagian 3
9. RSNI – Ukuran Rok Wanita
10. RSNI – Ukuran Gaun Wanita
11. RSNI – Penentuan Ukuran Pakaian Bagian 1 : Definisi Antropometrik
untuk Pengukuran Tubuh
12. RSNI – Penentuan Ukuran Pakaian Bagian 2 : Indikator Dimensi Primer
dan Sekunder
13. RSNI – Personal Protective Equipment – Safety Footwear
14. RSNI – Uji Kualitas Kekuatan Sandal
15. RSNI – Syarat Mutu dan Metode Uji – Flat Shoes
16. RSNI – Istilah dan Definisi Kulit dan Cara Pengolahannya
17. RSNI – Sistem perpipaan plastik untuk penyaluran bahan bakar gas –
Polietilena (PE) – Bagian 1 : Umum
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 58
18. RSNI – Sistem perpipaan plastik untuk penyaluran bahan bakar gas –
Polietilena (PE) – Bagian 1 : Pipa
19. RSNI – Sistem perpipaan plastik untuk penyaluran bahan bakar gas –
Polietilena (PE) – Bagian 1 : Fitting
20. RSNI – Sistem perpipaan plastik untuk penyaluran bahan bakar gas –
Polietilena (PE) – Bagian 1 : Katup
21. RSNI – Polietilena massa jenis tinggi dengan klasifikasi PE100 untuk
aplikasi penyaluran bahan baku gas
22. RSNI – Shampoo
23. RSNI – Pasta gigi
24. RSNI – Sabun cuci batangan
25. RSNI – Cat dan pernis – Perlindungan struktur baja dari korosi dengan
sistem cat protektif – Bagian 5: Sistem cat protektif
26. RSNI – Sistem pengecatan ulang kendaraan Bagian 4: Base coat
27. RSNI – Cat dan pernis – Perlindungan struktur baja dan korosi dengan
sistem cat protektif – Bagian 6 : Metode pengujian secara laboratorium
28. RSNI – Cat dasar dan cat akhir berbahan resin alkid sebagai pelindung
baja dari korosi
29. RSNI – Sodium Tripolipospat
30. RSNI – Asam Terepthalat Murni
31. RSNI – Sistem Harmonisasi Global
32. SNI Wajib – Garam Konsumsi Beryodium
33. RSNI – Kaca Berpola
34. RSNI – Kaca Isolasi untuk lemari pendingin untuk pintu transparan
35. RSNI – Ampul gelas untuk obat suntuk
36. RSNI – Vial gelas untuk obat suntik
37. RSNI – Kaca pengaman untuk sarana perkeretaapian
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 59
38. RSNI – Ubin Keramik (Definisi, Klasifikasi, Karakteristik, dan penandaan
ceramic tiles)
39. RSNI – Ubin Keramik bagian 2 : Penentuan dimensi dan mutu permukaan
40. RSNI – Ubin Keramik bagian 6 : Penentuan ketahanan abrasi untuk ubin
tak berglasir
41. RSNI – Semen Masonry
42. RSNI – Lembaran Rata Kalsium Silikat
43. RSNI – Spesifikasi Lembaran Gypsum
44. RSNI – Mortar Siap pakai bagian 1 ; perekat ubin keramik dan batu alam
b. Peningkatan SDM Industri
Ditjen IKFT berperan aktif dan ikut serta melaksanakan Pembinaan dan
Pengembangan SMK Berbasis Kompetensi yang Link and Match Dengan
Industri berkoordinasi dengan Badan Pengembangan SDM Industri di
Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Kegiatan vokasi di Ditjen IKFT ini merupakan kegaitan pendukung program
BSDMI Kemenperin yang menjadi Prioritas Nasional, maka dalam
pelaksanaannya terdapat kendala dalam pengganggaran di beberapa
Direktorat, karena anggaran untuk kegiatan lain menjadi berkurang, dan
diperlukan sumber daya serta pengalihan kepada kegiatan ini.
Selain itu, dalam rangka peningkatan SDM Industri di sektor IKFT, Dit. Industri
Tekstil, kulit, dan Alas Kaki menargetkan pada tahun 2019 akan dilaksanakan
Diklat sebanyak 1.000 orang hingga Tw IV telah dilakukan diklat untuk 1.675
orang peserta. Sementara di Dit. Industri Kimia Hilir dan Farmasi ditargetkan
pada tahun 2019 akan melatih sebanyak 880 orang hingga saat ini telah
melakukan Diklat sebanyak 44 angkatan atau 880 orang peserta.
c. Penyusunan Regulasi Pendukung Kebijakan
Dalam pelaksanaan kegiatan di Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil dibutuhkan kebijakan atau peraturan yaang medukung kegiatan
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 60
tersebut. Saat ini telah ditetapkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014,
dalam pelaksanaannya diperlukan peraturan turunan dari Undang-undang
tersebut, maka ditargetkan 2 (dua) peraturan pendukung yang disusun oleh
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil pada Tahun 2019.
Hingga Triwulan IV Tahun 2019 sudah terdapat 2 (dua) peraturan
perundangan yang telah terealisasi yaitu:
1. Permenperin No 19 tahun 2019 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Keadaan Darurat Bahan Kimia dalam Kegiatan Usaha
Industri Kimia
2. Permenperin No 21 tahun 2019 tentang Pemberlakukan SNI Asam Sulfat
Pekat Teknis Secara Wajib
d. Penyusunan RSKKNI SDM Industri
Perubahan dunia kerja yang terjadi dalam era perdagangan bebas, akan
berpengaruh terhadap kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
masyarakat industri. Kualitas tenaga kerja yang dimaksud adalah memiliki
kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri, yaitu memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan standar kompetensi kerja yang
dipersyaratan serta senantiasa berupaya untuk mengembangkan
kompetensinya sesuai perkembangan teknologi untuk memperoleh
peningkatan produktivitasnya. Dalam kondisi yang demikian hanya tenaga
kerja yang berkualitas yang mampu bersaing dalam menghadapi setiap sendi
kehidupan. Salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia
melalui standardisasi dan sertifikasi kompetensi. Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) adalah uraian kemampuan yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja minimal yang harus dimilki
seseorang untuk menduduki jabatan tertentu yang berlaku secara Nasional.
Pada tahun 2019 ditargetkan 4 (empat) RSKKNI yang disusun oleh Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil pada Tahun 2019. Hingga Tw IV
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 61
tahun 2019 telah diselesaikan 4 (empat) RSKKNI, yaitu:
1. RSKKNI Industri Pemintalan Sub Bidang Manajerial
2. RSKKNI Industri Alas Kaki
3. RSKKNI Operator Lapangan Industri Semen
4. RSKKNI Bidang Pengolahan Garam
Sasaran Strategis Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Sasaran strategis yang telah dibahas sebelumnya merupakan perspektif
pemangku kepentingan dan proses bisnis internal, selain itu terdapat sasaran
strategis dari Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, capaiannya
sebagai berikut:
Tabel 3.11
Pencapaian SS Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
No. Sasaran Strategis
(SS)
Indikator Kinerja Utama
(IKU) Satuan Target Realisasi
1. Tersusunnya
Perencanaan
Program,
Pengelolaan
Keuangan serta
Pengendalian yang
Berkualitas dan
Akuntabel
1. Akuntabilitas Laporan
Keuangan dan BMN Nilai 80 89.50
2. Status pengelolaan BMN
Ditjen IKFT Persen 80 85
3. Anggaran Ditjen IKFT
yang diblokir Persen 10 2.33
4. Kesesuaian rencana
program dan kegiatan
prioritas dengan Rencana
Kerja Pemerintah
Persen 90 100
2 Terwujudnya ASN
Kementerian
Perindustrian yang
Profesional dan
Berkepribadian
1. Rata-rata produktivitas
kinerja minimum pegawai
Ditjen IKFT
Jam
Kerja 1320 1999,99
a. Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 62
Setditjen IKFT mempunyai kewajiban untuk berperan dalam meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan. Hal ini tercermin dari nilai yang diberikan oleh
Biro Keuangan terhadap laporan keuangan dengan anggaran yang telah
teraudit. Kualitas laporan keuangan dan BMN yang dinilai pertahun oleh Biro
Keuangan dilakukan setelah tahun anggaran berjalan. Setditjen IKFT telah
mendokumentasi laporan keuangan dan BMN dengan tepat waktu. Penilaian
laporan keungan untuk tahun anggaran 2019 belum dilaksanakan sementara
pada tahun 2018 telah dilaksanakan penilaian laporan keuangan untuk tahun
anggaran 2018 sengan nilai capaian nilai sebesar 89.50 dengan target 80.
Pada tahun 2019 baru telah dilakukan penilaian untuk Laporan Keuangan dan
BMN 2018 dengan nilai sebesar 89.50.
b. Status pengelolaan BMN Ditjen IKFT
Penetapan Status pengelolaan BMN Ditjen IKFT melalui proses pelaksanaan,
penghitungan pemindahan tangan BMN merupakan kumulatif dari tahun
sebelumnya. Sementara pada tahun 2019 tidak dapat kendala yang berarti
sehingga telah mencapai 85 persen.
Adapun sampai dengan berakhirnya Triwulan IV tahun 2019, proses BMN yang
telah serah terima sebanyak 10 (sepuluh) Bantuan yang diberikan kepada
Pemerintah Daerah.
Tabel 3.5
Bantuan Pemerintah Ditjen IKFT Tahun 2019
No Dinas Penerima Bantuan Mesin/Alat Wilayah Bantuan Alat yang
diterima Kab/Kota
1 Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kab. Sukoharjo
Sukoharjo Mesin Pengisi Cairan
Mesin Vacum Evaporator
Mesin Pengisi Cairan
Mesin Packaging Sachet
Mesin Rotary Dryer
Mesin Pencuci Empon-
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 63
empon
Mesin Packaging Sachet
Mesin Pemasak Instan
Simplisia
2 Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kab. Banyumas
Banyumas Mesin Packaging Sachet
Mesin Powdering
3 Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kab. Pekalongan
Pekalongan Mesin Powdering
Mesin Oven
4 Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kab. Bogor
Bogor Mesin Pengisi Cairan
Mesin Pengisi Kapsul
5 Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian
Kab. Bantul
Bantul Mesin Teh Celup
Mesin Shrinking
Mesin Vacum Evaporator
Mesin Powdering
Mesin Packaging Sachet
Mesin Oven
Mesin Mixing
Mesin Teh Celup
6 Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kab. Purbalingga
Purbalingga Mesin Pengisi Cairan
Mesin Conveyor
7 Dinas Ketenagakerjaan dan
Perindustrian Kab. Cilacap
Cilacap Mesin Vacum Evaporator
Mesin Pengisi Cairan
Mesin Vacum Evaporator
Mesin Pemasak Instan
Simplisia
Mesin Powdering
Mesin Vacum Evaporator
8 Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Kab. Badung
Badung Mesin Pengisi Pasta
Mesin Oven
9 Dinas Koperasi, UKM , Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Nagekeo
Prov. NTT
Nagekeo
NTT
Peralatan Proses Pupuk
Organik
10 Dinas Koperasi, Perdagangan,
Perindustrian dan UMKM Kab
Sumbawa Barat Prov. NTB
Sumbawa
NTB
Peralatan Proses Pupuk
Organik
c. Anggaran Ditjen IKFT yang diblokir
Pada awal penetapan DIPA Ditjen IKFT Tahun Anggaran 2019, Ditjen IKFT
mempunyai Anggaran terblokir sebesar 27,68%. Besarnya Anggaran yang
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 64
terblokir dikarenakan pada Tahun 2019 hampir 60% merupakan taging
pendidikan. Setditjen IKFT sudah menyampaikan permohonan pembukaan
blokir anggaran kepada Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan hingga bulan
Oktober 2019, hingga akhir Tw IV 2019 anggaran yang terblokir bekurang
menjadi Rp. 2.869.480.000,- atau 2.33% dari total anggaran Ditjen IKFT Tahun
2019 yang sebesar Rp 123.079.282.000,- dengan rincian anggaran yang
terblokir antara lain sebagian akun pada output 4910.001 SDM Industri Kimia
Hilir dan Farmasi yang dilatih, sebagian akun pada output 4910.003 Pilot Project
Industri 4.0 di sektor industri kimia hilir dan farmasi, sebagian akun pada output
4913.001 Implementasi Making Indonesia 4.0 Sektor Tekstil dan Busana,
sebagian akun pada output 4913.002 Rancangan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (RSKKNI) Industri tekstil, kulit dan alas kaki, dan sebagian
akun pada output 4913.003 SDM industri tekstil, kulit dan alas kaki yang
mengikuti diklat.
d. Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan Rencana Kerja
Pemerintah
Indikator kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen
perencanaan ini digunakan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas
perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan yang memang sesuai
dengan kebutuhan dalam rangka pembangunan industri sektor kimia, farmasi,
dan tekstil. Indikator kinerja ini diukur dengan melakukan penilaian kesesuaian
antara rencana program dan kegiatan prioritas yang terdapat dalam dokumen
Trilateral Meeting dengan dokumen Rencana Kerja (Renja) dengan didasarai
presentase realisasi jumlah output dengan output Dokumen Trilateral Meeting
yaitu kesesuaian Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga (RKA-KL)
dengan Pagu Indikatif yang telah ditetapkan. Dengan adanya proses trilateral
meeting yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran (Kementerian
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 65
Keuangan), Kementerian PPN/Bappenas, Biro Perencanaan (Kementerian
Perindustrian) serta pada Direktorat Sektor dapat dikatakan rencana kerja dan
anggaran sudah sesuai (tercapai 100 persen). Kondisi ini mencerminkan bahwa
penyusunan rencana program dan kegiatan prioritas di lingkungan Direktorat
Jenderal IKFT sejauh ini telah dilakukan dengan baik dan terukur.
e. Rata-rata produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
Pegawai negeri sebagai unsur aparatur negara bertugas untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara profesional jujur, adil, merata, dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Pegawai
Negeri Sipil merupakan pilar terpenting dalam pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan, disamping pilar kelembagaan (organisasi)
dan ketatalaksana (mekanisme/prosedur). Dengan kata lain, Pegawai Negeri
Sipil atau birokrat sesungguhnya menjadi penyangga bagi berjalannya suatu
pemerintahan. Apabila Pegawai Negeri Sipil mampu melakukan pelayanan yang
baik, maka pemerintahan akan berjalan dengan baik. Maka dari itu,
produktivitas kinerja pegawai menjadi penting dalam indikator Kinerja Satuan
Kerja. Pada Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terdapat 136
pegawai sampai dengan Tw IV Tahun 2019, rata-rata produktivitas kinerja
pegawai sebesar 1999,99 jam kerja.
3.1.5 Program/Kegiatan Pendukung
Pada Tahun 2019, Direktorat Jenderal IKFT telah melakukan atau
menetapkan kebijakan untuk mendukung Penumbuhan dan Pengembangan
Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil, antara lain:
3.1.5.1 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 66
Adapun perkembangan kegiatan penumbuhan dan pengembangan industri
pupuk dan pestisida sampai dengan 2019 adalah sebagai berikut:
• Telah tersusunnya dokumen pelaporan Matriks B03, B06, B09 dan B12
kegiatan Revitalisasi Industri Pupuk kepada Sekretariat Kabinet.
• Telah diselesaikannya polemik kebijakan kenaikan harga gas dibeberapa
daerah oleh PT PGN, sehingga harga gas tetap seperti keadaan semula
• Telah disusun rancangan SoU antara Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia dengan Kementerian Federal untuk Lingkungan, Konservasi Alam,
dan Keamanan Nuklir Jerman mengenai pengurangan emisi N2O global dari
produksi asam nitrat
• Telah disusun rancangan tanggapan dari Kementerian Perindustrian terkait
RPP B3 dan rancangan road map pengurangan penggunaan paraquat
diklorida.
• Telah dilaksanakannya proses relokasi peralatan mesin pupuk organik dari
kabupaten Magelang ke Kabupaten Pangandaran
3.1.5.2 Telah disusun Neraca Garam Industri Nasional Tahun 2019
Telah disusun format rancangan laporan triwulanan dalam rangka penentuan
iklim masa pengolahan garam industri dengan cakupan : Data Umum
Rekomendasi Impor Yang Telah Terbit, Data Stok Awal, Persetujuan Impor Yang
Disetujui, Realisasi Impor, Jumlah Penggunaan dan Stok Akhir.
3.1.5.3 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat
Adapun perkembangan kegiatan penumbuhan dan pengembangan Industri
Bahan Baku Obat sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 67
• Telah dilaksanakan proses Pengadaan Reaktor Re-arrangement
menghasilkan p-Aminofenol dan Asetilasi menghasilkan Parasetamol dan
diserahkan kepada Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada untuk
dimanfaatkan dalam rangka penelitian bahan baku obat Parasetamol
• Terdapat 3 realisasi investasi baru industri bahan baku obat antara lain PT
Kimia Farma Sungwun Pharmacopeia yang memproduksi senyawa Active
Pharmaceutical Ingredient (API) dan High Functional Chemical (HFC), PT
Kimia Farma di Jombang yang memproduksi garam farmasi, dan PT Kalbio
Global Medika yang memproduksi Erithropoethin (EPO).
• Telah disiapkannya rancangan TOR mengenai penelitian benzene menjadi
nitrobenzen yang merupakan tahap awal pembuatan parasetamol
• Telah dilaksanakan rapat yang menghasilkan keputusan sebagai berikut :
1. Pada tahun 2020 Direktorat Industri Kimia Hulu akan membuat Detail
Engineering Design (DED) pembangunan industri BBO sefalosporin
karena Feasibility Study (FS) telah dilaksanakan oleh PT. KFSP bekerja
sama dengan LAPI-ITB
2. Penganggaran Detail Engineering Design (DED) pembangunan industri
BBO sefalosporin sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab Direktorat
Industri Kimia Hulu
3.1.5.4 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir
a. Revitalisasi industri obat tradisional
Industri obat tradisional sebagai warisan budaya nusantara
merupakan salah satu industri andalan yang dikembangkan oleh
Kementerian Perindustrian. Mulai tahun 2017, Kementerian
Perindustrian, dalam hal ini Direktorat Industri Kimia Hilir dan
Farmasi telah melaksanakan kegiatan revitalisasi perusahaan
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 68
industri obat tradisional melalui pemberian bantuan peralatan dan
mesin. Pada tahun anggaran 2019, Direktorat Industri Kimia Hilir
dan Farmasi menargetkan 8 perusahaan industri obat tradisional
yang akan menerima bantuan peralatan dan mesin tersebut.
Bantuan peralatan dan mesin tersebut bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi obat tradisional.
Dengan demikian, industri obat tradisional diharapkan dapat
meningkatkan daya saing di tengah persaingan yang semakin
kompetitif saat ini. Kegiatan revitalisasi industri obat tradisional ini
merupakan komitmen aktif Kementerian Perindustrian dalam
melakukan penguatan dan pengembangan industri obat tradisional.
Pada triwulan keempat tahun anggaran 2019, , Direktorat Industri
Kimia Hilir dan Farmasi telah melakukan revitalisasi perusahaan
industri obat tradisional berupa pemberian bantuan
mesin/peralatan yang ditempatkan pada 11 lokasi di beberapa
wilayah. Kesebelas lokasi penembatan bantuan mesin/peralatan
tersebut adalah:
Tabel 3.1
Daftar Dinas Penerima Bantuan Mesin/Peralatan dan Lokasi
Penempatan Mesin/Peralatan
Dinas Penerima
Bantuan
Mesin/Peralatan
Lokasi Penempatan
Mesin/Peralatan Jenis Mesin Jumlah
Dinas Perindustrian
dan Tenaga Kerja
Kabupaten Skoharjo
UD. Gatut Kaca Mesin Pengisian (Filling)
Kapsul
1
CV. Herba Nusantara Mesin Vacuum
Evaporator (90 L)
1
Mesin Filling Sachet
Serbuk
1
PJ Suti Sehati
Mesin Tea Bag
Packaging dengan
1
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 69
Dinas Penerima
Bantuan
Mesin/Peralatan
Lokasi Penempatan
Mesin/Peralatan Jenis Mesin Jumlah
Packaging dengan
tag/label
CV Wisnu JKW Mesin Vacuum
Evaporator (90 L)
1
Mesin Filling Sachet Cair 1
Rhemanya Indonesia Mesin Filling Sachet Cair 1
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Provinsi Nusa
Tenggara Barat
CV Tri Utami Jaya Mesin Penggiling Serbuk
(Powdering)
1
Dinas Koperasi, UKM
dan Perindustrian
Kabupaten Bantul
CV Dewi Makmur Mesin Shrink Powerpack 1
CV Allatief Herbal Mesin Filling Sachet
Serbuk
1
CV Almanar Herbafit Mesin Vacuum
Evaporator (400 L)
1
CV Centerindo Kurnia
Tirtama
Mesin Tea Bag
Packaging dengan
Packaging dengan
tag/label
1
PT. Mustika Ratu Mesin Filling Sachet
Serbuk
1
Mesin Tea Bag
Packaging dengan
Packaging dengan
tag/label
1
b. Bimbingan Teknis kepada Perusahaan industri obat, kosmetik dan
obat tradisional dan sertifikasi CPOTB, CPOB dan CPKB
Kementerian Perindustrian, dalam hal ini Direktorat IKHF, merupakan
instansi pemerintah yang bertugas membina industri obat, kosmetik
dan obat tradisional berkomitmen untuk meningkatkan daya saing
industri dalam negeri untuk jenis produk tersebut. Demi
mewujudkannya, Direktorat IKHF melakukan bimbingan sertifikasi
untuk industri obat, kosmetik dan obat tradisional agar perusahaan –
perusahaan yang bergerak dalam industri tersebut dapat
memperoleh sertifikat CPOB, CPOTB dan CPKB.
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 70
Sertifikasi tersebut merupakan bagian dari syarat mutu yang harus
dimiliki oleh perusahaan – perusahaan yang bergerak pada jenis
industri tersebut sebelum produk yang dihasilkan beredar di
masyarakat.
Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam
yang jenis dan sifat kandungannya beragam sehingga untuk
menjamin mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang
baik dengan lebih memperhatikan proses produksi dan
penanganan bahan baku. CPOTB meliputi seluruh aspek yang
menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk
menjamin agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi
persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Dari kriteria tersebut dapat diketahui bahwa
CPOTB mengatur 11 aspek yang terdiri dari :
a. Manajemen Mutu
b. Personalia
c. Bangunan, Fasilitas dan Peralatan
d. Sanitasi dan Higiene
e. Dokumentasi
f. Produksi
g. Pengawasan Mutu
h. Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak
i. Cara penyimpanan dan pengiriman obat tradisional yang baik
j. Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembalian
produk dan produk
k. Inspeksi Diri
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 71
Mengingat pentingnya penerapan standar mutu pada industri obat,
kosmetik dan obat tradisional, Direktorat IKHF memfasilitasi industri
tersebut untuk dapat menerapkan CPOB, CPOTB dan CPKB secara
terus menerus kepada 100 unit usaha obat tradisional. Sertifikasi yang
juga diakui oleh dunia internasional ini juga terus menerus dibangun,
dimantapkan dan diterapkan sehingga kebijakan yang ditetapkan
dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Pada tahun 2018,
Direktorat Industri Kimia Hilir melakukan kegiatan Bimtek Sertifikasi
CPOTB pada industri obat tradisional. Bimtek ini dilaksanakan untuk
menyiapkan industri obat tradisional dalam proses pemenuhan
persyaratan sertifikasi CPOTB.
c. SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi yang dilatih
Pengembangan industri kimia hilir dan farmasi membutuhkan
penanganan yang komprehensif mulai dari penguasaan teknologi
baik pengolahan maupun peningkatan nilai tambah, ketersediaan
infrastruktur, iklim usaha yang kondusif, kesediaan dana, serta
sumber daya lainnya untuk menjamin efektifitas, efisiensi dan
kontinuitas industri kimia hilir dan farmasi nasional. Namun yang
tak kalah pentingnya adalah faktor Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas. Disisi lain rendahnya mutu SDM Indonesia salah
satunya ditandai dengan belum optimalnya sistem pendidikan
baik dasar, menengah maupun tinggi. Untuk itu, pemerintah
melalui Kementerian perindustrian melakukan program
pembangunan yang berbasis ilmu pengetahuan untuk mengejar
ketertinggalan mutu SDM industri. Salah satu program tersebut
adalah sertifikasi SDM pada industri kimia hilir dan farmasi.
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 72
Program bimbingan teknis dan pelatihan SDM industri merupakan
upaya pemerintah untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja
industri pada bidang tertentu hingga mendapatkan sertifikasi
kompetensi kerja. Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah proses
pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis
dan objektif melalui uji kompetensi sesuai Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia, Standar Internasional, dan/atau Standar
Khusus. Sehingga sistim sertifikasi ini mempunyai fleksibilitas
berharmonisasi dengan berbagai sistem nasional maupun
internasional.
Bimbingan teknis dan pelatihan SDM industri yang dilakukan oleh
Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi mencakup seluruh
industri binaan Direktorat IKHF. Kegiatan tersebut juga merupakan
komitmen dari Direktorat IKHF untuk mendukung program vokasi
yang dicanangkan oleh pemerintah. Melalui program ini,
diharapkan SDM industri dapat meningkatkan kinerja yang
berorientasi hasil.
Pada tahun 2019, Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi
ditargetkan melaksanakan bimbingan teknis terhadap SDM industri
sebanyak 880 orang. Bimbingan teknis SDM industri dilaksanakan
sebanyak 44 angkatan dengan jumlah peserta masing – masing
angkatan adalah sebanyak 20 orang. Bimbingan teknis tersebut
dilaksanakan secara berkala setiap bulannya dengan jenis
bimbingan sebagai berikut:
1. Bimbingan teknis Petugas Pengambil Contoh (PPC)
2. Bimbingan teknis Petugas Pengawas Standar Industri (PPSI)
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 73
3. Bimbingan teknis branding strategy
4. Bimbingan teknis supply chain management
5. Bimbingan teknis system manajemen mutu
6. Bimbingan teknis proses produksi
7. Bimbingan teknis konservasi energy
8. Bimbingan teknis peraturan standardisasi dan registrasi produk
obat tradisional
d. Pilot Project Industri 4.0 di Sektor Industri Kimia Hilir dan Farmasi
Perubahan besar yang dihadapi oleh sektor manufaktur dalam
penerapan revolusi industri keempat memaksa sektor tersebut
untuk membangun sistem yang inovatif dan berkelanjutan. Pada
revolusi industri generasi keempat, disruptif teknologi hadir begitu
cepat dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan
incumbent. Lebih dari itu, pada era industri generasi keempat ini,
ukuran besar perusahaan tidak menjadi jaminan, namun kelincahan
perusahaan menjadi kunci keberhasilan meraih prestasi dengan
cepat.
Untuk menghadapi era revolusi industri yang keempat, pemerintah
dalam hal ini Kementerian Perindustrian telah menyiapkan empat
strategi untuk menghadapi gelombang perubahan tersebut.
Keempat strategi tersebut adalah:
• Pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan
industri. Angkatan kerja di Indonesia harus didorong untuk
terus belajar dan meningkatkan keterampilannya untuk
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 74
memahami penggunaan teknologi Internet of things atau
mengintegrasikan kemampuan Internet dengan lini produksi di
industri.
• Pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas
dan daya saing bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM)
sehingga mampu menembus pasar ekspor melalui program e-
smart IKM.
• Penggunaan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous
Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality.
• Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi memfasilitasi
kegiatan Penyusunan Peta Kesiapan Industri Kimia Hilir dan
Farmasi dalam Penerapan Industri 4.0; Penyusunan Roadmap
dan Arsitektur Penerapan Industri 4.0; Penerapan Lean
Management System Pada Sektor Industri Kimia Hilir dan
Farmasi; serta Bimbingan Teknis Lean Management System.
3.1.5.5 Pengembangan Sektor Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan
Galian Nonlogam
a. Pengembangan industri semen di Timika, Papua
Lokasi pabrik semen nasional terkonsentrasi di wilayah Barat
Indonesia (Sumatera dan Jawa) sebesar 90% dari kapasitas produksi
nasional dan sisanya di wilayah Timur Indonesia (Sulawesi, NTT, dan
Papua Barat). Kebutuhan semen untuk wilayah Timur Indonesia saat
ini dipasok dari Tonasa, Makasar, Gresik, Jakarta dan Papua Barat.
Besarnya biaya transportasi menyebabkan harga semen di Papua
menjadi sangat mahal.
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 75
Papua dan Papua Barat memiliki potensi bahan baku semen yang
besar, selain itu pasar di daerah ini akan berkembang sejalan
dengan program pembangunan infrastruktur di Papua seperti jalan
trans Papua dan pembangunan industri petrokimia serta produk
turunannya. Saat ini terdapat 1 (satu) pabrik semen terintegrasi di
Manokwari, Papua Barat sedangkan di Papua belum ada pabrik
semen. Mengingat luas daerah yang cukup besar dan potensi pasar
dimasa depan maka pendirian pabrik penggilingan semen di Timika,
Papua perlu didorong agar investor dapat membangun industri
semen di daerah tersebut. Peluang untuk membangun pabrik
semen maupun unit pendukungnya sangat potensial baik dari skala
teknis maupun ekonomis. Dit, ISKBGNL telah menyusun kajian
kelayakan pembangunan pabik semen di Timika, Papua. Hasil dari
kajian tersebut adalah pabrik semen di Timika tidak terkendala
bahan baku serta secara keekonomian akan menguntungkan untuk
pasar Timika dan sekitarnya. Namun, terkendala pembebasan/
penggunaan lahan adat. Oleh karena itu, sejauh ini hasil kajian
merekomendasikan agar pabrik semen di Timika didirikan setelah
mendapat kepastian pembebasan lahan.
b. Pengembangan industry calcined dolomite
Indonesia memiliki potensi cadangan dolomite yang cukup besar,
yaitu sebesar 1,6 Milyar Ton yang tersebar di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Nanggroe Aceh
Darussalam, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah. Sejauh ini dolomite
local mayoritas hanya digunakan untuk industry pupuk dan industry
besi/baja. Padahal dolomite memiliki potensi peningkatan nilai
tambah dari dolomite yang bernilai USD 4 per Ton menjadi calcined
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 76
dolomite yang bernilai USD 225 per Ton, bahkan hingga menjadi
magnesium alloy yang bernilai USD 5500 per Ton. Berdasarkan
kondisi tersebut, Dit. ISKBGNL berupaya mengembangkan calcined
dolomite agar hilirisasi bahan galian nonlogam lainnya dapat
dimulai bertahap untuk selanjutnya menuju substitusi bahan baku
impor.
c. Pengembangan industry soda ash
Soda ash merupakan bahan baku penting pada industry kaca dan
keramik, yaitu sebagai katalis peleburan adonan kaca/keramik. Saat
ini Indonesia belum bisa memproduksi soda ash sehingga harus
diimpor dari Amerika Serikat, China, dan Turki (negara asal impor
terbesar). Mengingat kebutuhan soda ash di Indonesia sangat besar,
yaitu lebih dari 300 Ribu Ton dengan harga sekitar USD 240 per Ton.
Indonesia memiliki potensi bahan baku untuk memproduksi soda
ash, yaitu limestone (batu gamping) dan ammonia. Oleh karena itu,
Dit. ISKBGNL menyusun Detail Engineering Design industry soda
ash sebagai bahan promosi investasi.
d. Pengembangan pasir kuarsa sebagai pengganti pasir Ottawa
Pasir Ottawa yang diimpor dari Kanada digunakan untuk pengujian
kualitas semen. Saat ini kebutuhan pasir Ottawa untuk pengujian
semen adalah sebanyak 150 Ton per Tahun. Namun, pasir Ottawa
merupakan salah satu produk yang terdampak pembatasan kuota
ekspor oleh Negara eksportirnya (Kanada). Oleh karena itu,
mengingat saat ini Indonesia sedang gencar meningkatkan
pembangunan insfrastruktur sehingga terjadi peningkatan
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 77
kapasitas industry semen sebanyak 107,9 Juta Ton, maka kebutuhan
pasir Ottawa untuk pengujian semen local tidak dapat dipenuhi.
Oleh karena itu, Dit. ISKBGNL mengembangkan substitusi pasir
Ottawa melalui pengolahan pasir Sidrap
3.1.5.6 Fasilitasi Penyelesaian Permasalahan pada industri
Dalam rangka mengatasi permasalahan yang dihadapi industri di sektor IKFT
maka dilakukan berbagai upaya untuk membantu meringkankan beban industri.
Beberapa kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan antara lain :
1. Mengembalikan desain kapasitas Pabrik Aromatis PT Trans Pasific
Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban agar memproduksi BTX (Benzene
Toluene Xylene) sebagai bahan baku obat dan farmasi, deterjen, serat ban,
tekstil dan bahan kimia khusus lainnya (FOAM untuk furnitur, plastik).
2. Fasilitasi penyelesaian permasalahan untuk industri Kimia Hilir, meliputi:
• Peningkatan kapasitas perusahaan pelayaran internasional untuk
mengatasi terkait ketepatan waktu pengiriman barang karena
kurangnya armada pelayaran
• Membuka akses hambatan non tarif di negara tujuan ekspor
• Insentif BMDTP untuk industri ban dan bahan baku kimia pembersih
3. Fasilitasi penyelesaian permasalahan untuk industri Kimia Hulu, meliputi:
• Restrukturisasi mesin/peralatan terutama pada industri alas kaki melalui
insentif Pemerintah dengan memberikan potongan harga 10%
• Pembebasan PPN bahan baku lokal untuk keperluan ekspor langsung
diberikan tanpa mekanisme restitusi
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 78
• Percepatan proses impor bahan baku, bahan penolong dan sampel
produk di semua instansi terkait, terutama untuk perusahaan yang
berorientasi ekspor
• Pengembangan industri kain mesh/bahan sepatu olahraga di dalam
negeri
• Percepatan FTA dengan EU (IEU CEPA) dan FTA/PTA dengan AS
3.1.5.7 Fasilitasi BMDTP
Setditjen IKFT pada tahun ini juga melaksanakan kegiatan penunjang industri
seperti koordinasi Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP). BMDTP
merupakan salah satu instrumen fiskal Ditjen IKFT yang bertujuan untuk
penciptaan iklim usaha kondusif. Pada tahun 2018, sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 209 Tahun 2018 tentang Bea Masuk Ditanggung
Pemerintah Sektor Industri Tertentutahun Anggaran 2019, Ditjen Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil (IKFT) sebagai salah satu Ditjen pembina sektor industri
penerima fasilitas BMDTP mendapatkan total pagu fasilitas BMDTP TA 2019
sebesar Rp 268.850.000.000, untuk 15 sektor industri. Total nilai yang telah
terrealisasi sebesar Rp 182.949.778.000 atau 68,04 persen dari pagu. Jumlah
perusahaan yang menggunakan BMDTP Tahun 2019 sebanyak 77 perusahaan.
Sektor industri yang mendapatkan BMDTP yaitu pembuatan frit, pembuatan
gypsum, pembuatan amplas, pembuatan calcinated petroleum coke, pembuatan
bahan kimia khusus / masterbatch, pembuatan pupuk borate, pembuatan resin,
pembuatan karpet / permadani, pembuatan serat / benang, penyamakan kulit,
pembuatan kemasan plastik, pembuatan polyester berlapis logam dan kaca
film, pembuatan kosmetik, pembuatan cat, pembuatan alat pemadam api.
Tabel 3.15
Capaian Output Kerja Tahun 2016, 2017, 2018, dan 2019
No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019
Keterangan T R T R T R T R
PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL, KULIT, DAN ALAS KAKI
1 Rekomendasi Kebijakan Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Tekstil
Kulit, Alas Kaki, dan Aneka 1 1 Usulan Kebijakan
2 Revitalisasi Perusahaan Industri Tekstil Kulit, Alas Kaki, dan Aneka 40 Prsh 2 Dokumen
Evaluasi
3 Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)
Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki 2 1 2 2 1 1 2 2 RSKKNI
4 Sertifikasi Sumber Daya Manusia Industri Tekstil Kulit, Alas Kaki, dan
Aneka 400 400 550 550 Orang
5 Standar Nasional Indonesia (SNI) Produk Industri Tekstil Kulit, Alas Kaki,
dan Aneka 5 17 15 16 2 2 SNI
6 Sarana Dan Prasarana Laboratorium Pengujian Standar Industri Tekstil
Kulit, Alas Kaki, dan Aneka 1 0 Lab Uji
7 Pengembangan Merk (branding) Industri Tekstil Kulit, Alas Kaki, dan
Aneka 20 77 Perusahaan
8 Pendirian Bufferstock Kapas Dan Material Center 2 2 2 3 Bufferstock
9 Dokumen Perencanaan, Pelaporan Dan Data Industri 2 2 Dokumen
10 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi
Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki 1 1 1 1 1 1 Dokumen
11 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Peningkatan Daya
Saing Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki 1 1 1 1 1 1 Dokumen
No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019
Keterangan T R T R T R T R
12 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Industri Tekstil, Kulit, dan
Alas Kaki 12 12 12 16 12 16 RSNI
13 SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki yang Mengikuti Diklat 200 360 1000 1675 Orang
14 Pusat Desain, Bahan Baku dan Inovasi Produk Industri TPT dan Alas Kaki 2 3 Unit
15 Perusahaan Garmen, Fashion dan Alas Kaki Yang Dikembangkan Sebagai
Merk Nasional (National Branding) 20 11 Perusahaan
16 Implementasi Making Indonesia 4.0 Sektor Tekstil dan Busana (Pilot
Project) 1 3 Pilot Project
17 Branding Produk Garmen, Fashion dan Alas Kaki (Merek) 5 56 Merk
18 Layanan Internal (Overhead) / Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan
Tata Usaha 3 3 2 2 3 3 Layanan
PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KIMIA HILIR DAN FARMASI
1 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir 2 2 1 1 1 1 RSKKNI
2 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Produk Industri Kimia Hilir 10 10/16s 12 12 10 8 12 12 RSNI
3 Verifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Industri Kimia
Hilir 150 145 100 100 50 182 Komoditi
4 Peningkatan akses pasar dalam dan luar negeri 20 90 Perusahaan
5 Standar Nasional Indonesia Wajib Produk Industri Kimia Hilir 1 1 1 5 SNI Wajib
No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019
Keterangan T R T R T R T R
6 Fasilitasi Industri Kimia Hilir 5,5 5,5 Komoditi
7 Bantuan mesin dan peralatan 1 0 1 1 Unit
8 Dukungan Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Unit 1 1 Dokumen
9 Bimbingan Teknis Industri Kimia Hilir 20 20 Orang
10 Rekomendasi kebijakan dalam rangka mendorong iklim investasi industri
kimia hilir 1 1 1 1 1 1 Dokumen
11 Rekomendasi kebijakan dalam rangka peningkatan daya saing dan
produktivitas industri kimia hilir 1 1 1 1 1 1 Dokumen
12 Perusahaan industri kimia hilir yang menerapkan standar mutu 3 3 Perusahaan
13 Pengawasan SNI Wajib Industri Kimia Hilir 5 5 5 5 Perusahaan
14 SDM Industri kimia hilir yang disertifikasi 40 40 40 40 Orang
15 SDM industri kimia hilir yang mengikuti diklat 60 60 880 880 Orang
16 Branding produk industri kimia hilir 4 4 3 3 4 4 Merk
17 Perusahaan Industri Obat, Kosmetik dan Obat Tradisional Yang
Memperoleh Bimbingan Teknis dan Sertifikasi CPOTB, CPOB dan CPKB 100 100 Perusahaan
18 Bimbingan Teknis CPOTB, CPOB dan CPKB kepada Industri Obat,
Kosmetik dan Obat Tradisional 120 120 Orang
No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019
Keterangan T R T R T R T R
19 Pilot Project Industri 4.0 di sektor industri kimia hilir dan farmasi 1 1 Pilot Project
20 Perusahaan Industri Obat Tradisional Yang Direvitalisasi 18 32 8 11 Perusahaan
21 Layanan Internal / Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan Tata Usaha 1 1 1 1 2 2 Layanan
PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KIMIA HULU
1 Revitalisasi/penumbuhan Industri Pupuk 3 1 1 1 Dokumen
2 Optimalisasi Pengoperasian Bantuan Peralatan Proses Pupuk Organik 2 1 Pabrik
3 Fasilitasi Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam 2 1 Unit/Industri
4 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Sektor Industri Kimia Hulu 6 6 6 6 6 6 3 3 RSNI
5 Penerapan SNI Wajib Industri Kimia Hulu 3 0 3 3 1 1 1 1 SNI Wajib
6 Peningkatan kerjasama, iklim usaha, promosi dan investasi 5 1 Laporan
7 Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hulu 1 0 1 1 1 1 1 1 RSKKNI
8 Peningkatan Kompetensi SDM Industri 85 35 85 85 Orang
9 Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia 3 1 1 1 1 1 Otoritas
No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019
Keterangan T R T R T R T R
10 Fasilitasi Pengembangan Industri Petrokimia di Papua Barat 2 1 Industri
11 Fasilitasi Pengembangan Industri Petrokimia Berbasis Migas 1 1 Komoditi
12 Pengoperasian Center of Excellence Industri Petrokimia 1 1 CoE
13 Penyusunan Program Dan Evaluasi Kinerja Industri Kimia Hulu 3 3 Dokumen
14 Bantuan Peralatan/Mesin dalam rangka Optimalisasi Pupuk Organik 2 0 Pabrik
15 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Investasi Industri
Kimia Hulu 12 12 Dokumen
16 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan
Produktifitas Industri 16 16 3 3 Dokumen
17 Produk Industri Kimia Hulu Yang Tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam
Negeri (TKDN) 25 25 25 25 Produk
18 Rekomendasi Penumbuhan Industri Garam Industri 1 1 Rekomendasi
19 Rekomendasi Penumbuhan Industri Berbasis Migas (kimia) Di Masela,
Bintuni, Donggisenoro, Mesuji, Muara Enim, Berau 1 1 Rekomendasi
20 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida 1 1 Rekomendasi
21 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri 1 1 Rekomendasi
22 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat 1 1 Rekomendasi
No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019
Keterangan T R T R T R T R
23 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia 1 1 Rekomendasi
24 Layanan Internal / Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan Tata Usaha 3 3 3 3 2 2 Layanan
PENYUSUNAN DAN EVALUASI PROGRAM PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN TEKSTIL
1 Dokumen Perencanaan, Penganggaran, Monitoring, Evaluasi, Data Dan
Sistem Informasi 10 10 Dokumen
2 Laporan Sistem Tata Kelola Keuangan 1 1 Dokumen
3 Pembinaan Kompetensi SDM Aparatur 168 180 Orang
4 Dokumen Administrasi Dan Layanan Kepegawaian Serta Layanan Publik 5 5 Dokumen
5 Rekomendasi Peningkatan Iklim Usaha, Mutu Produk Dan Kerjasama
Industri 168 1 Dokumen
6 Verifikasi Dan Sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk Industri
Kimia, Farmasi, dan Tekstil 350 350 350 350 500 699 Sertifikat
7 Business Matching P3DN Pada Sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil 17 4 Sektor
8 Perencanaan 2 2 2 2 Laporan
9 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 5 5 5 5 1 1 Layanan
10 Output Cadangan 1 1 Cadangan
No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019
Keterangan T R T R T R T R
11 Layanan Internal (overhead) 1 1 Layanan
12 Layanan Perkantoran
12 12 12 12 Bulan
1 1 1 1 Layanan
13 Layanan Sarana dan Prasarana Internal 1 1 Layanan
14 Strategi Penumbuhan dan Pengembangan Daya Saing Sektor IKFT 1 1 Dokumen
15 Perangkat Pengolah Data Dan Komunikasi 210 144 Unit
16 Gedung/bangunan 1300 1300 M2
PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI SEMEN, KERAMIK, DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN NON-LOGAM
1 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi
Industri Bahan Galian Nonlogam 1 1 1 1 Rekomendasi
2 Bantuan Mesin Dan/atau Peralatan Dalam Rangka Penumbuhan Populasi
Industri Bahan Galian Non Logam 1 1 Unit
3 Pilot Project Industri Bahan Galian Non Logam 1 1 1 2 Pilot
4 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan
Produktifitas Industri Bahan Galian Nonlogam 6 6 2 2 1 4 1 1 Dokumen
5 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Bahan Galian Nonlogam 6 5 4 4 4 6 6 12 RSNI
No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019
Keterangan T R T R T R T R
6 SNI Wajib Industri Bahan Galian Nonlogam 3 2 2 2 2 1 2 2 SNI Wajib
7 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Menerapkan Standar
Mutu 5 5 10 13 10 10 Perusahaan
8 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Diawasi Dalam Rangka
Penerapan SNI Wajib 30 0 20 20 10 10 10 10 Perusahaan
9 Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)
Industri Bahan Galian Nonlogam 2 1 1 3 1 1 RSKKNI
10 SDM Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Disertifikasi 60 40 Orang
11 SDM Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Mengikuti Diklat 110 110 40 30 Orang
12 Bantuan Mesin Dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan
Industri Bahan Galian Non Logam 1 1 Unit
13 Produk Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Tersertifikasi Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) 30 75 10 10 10 12 Produk
14 Dukungan Penyelenggaraan Tugas Dan Fungsi Unit Eselon II 3 3 Dokumen
15 Layanan Internal (Overhead) 3 3 3 3 1 1 Layanan
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 87
Output pada tahun 2019 terdapat beberapa perubahan dengan output tahun
2016 dan 2017 maka agak sulit menyandingkan secara langsung, namun
dengan 2018 ada beberapa yang masih sesuai sehingga apabila dilihat dari
kategori yang sama maka capaian 2019 secara keseluruhan lebih baik
dibandingkan dengan tahun 2018. Pada tahun 2019 ini target telah
menyesuaikan anggaran yang diberikan, jika pada tahun 2018 anggaran
dipotong tanpa adanya perubahan target output maka menyebabkan
banyaknya target yang tidak tercapai akhir tahun. Pada tahun 2019 tidak
terdapat pemotongan anggaran hanya saja masih ada beberapa output yang
anggarannya terblokir.
3.2 REALISASI ANGGARAN
Seluruh program kegiatan Ditjen IKFT Tahun 2019 telah terlaksana
dengan cukup baik karena diantaranya telah terbukti mampu mencapai sasaran
strategis dan target Indikator Kinerja Utama (IKU). Namun, disamping
pencapaian fisik tersebut, Ditjen IKFT perlu menyandingkan aspek akuntabilitas
keuangan berdasarkan sasaran strategis sehingga diketahui berapa nilai alokasi
dan realisasi anggaran untuk mendukung pencapaian sasaran Ditjen IKFT. Hal
ini relevan dengan pergeseran paradigma penganggaran dari penganggaran
berbasis pengeluaran rutin dan pembangunan menjadi Penganggaran Berbasis
Kinerja (PBK).
Untuk itu, Ditjen IKFT menerapkan PBK untuk meningkatkan efektifitas
alokasi anggaran melalui perancangan program/ kegiatan yang diarahkan
untuk mencapai hasil dan keluaran yang ditetapkan sehingga meningkatkan
efisiensi, kredibilitas, serta akuntabilitas kinerja. Pada tahun 2019 terdapat 2.23
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 88
persen anggaran yang diblokir dari seluruh anggaran di Ditjen IKFT, terdiri dari
Direktorat ITKAK sebesar Rp. 573.809.000 dan Direktorat Industri Kimia Hilir dan
Farmasi sebesar Rp.2.295.671.000.
Capaian anomali pada indikator Anggaran Ditjen IKFT yang diblokir
dikarenakan di awal tahun blokir Ditjen IKFT cukup besar. Pada awal penetapan
DIPA Ditjen IKFT Tahun Anggaran 2019, Ditjen IKFT mempunyai Anggaran
terblokir sebesar 27,68%. Besarnya Anggaran yang terblokir dikarenakan pada
Tahun 2019 hampir 60% merupakan tagging pendidikan.
Berikut disajikan tabel realisasi DIPA Ditjen IKFT Tahun 2019 :
Tabel 3.16
Realisasi Keuangan Ditjen IKFT Tahun 2019 per Output
KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU REALISASI
TOTAL %
6 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil
123.079.282.000 115.827.371.674 94,11
1875 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit,dan Alas Kaki
5.262.027.000 4.720.383.100 89,71
1875.019 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki
486.060.000 461.200.500 94,89
1875.023 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Peningkatan Daya Saing Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki
495.216.000 446.032.000 90,07
1875.024 Rancangan Standar Nasional Indonesia (rsni) Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki
2.282.095.000 1.986.868.900 87,06
1875.038 Branding Produk Garmen, Fashion Dan Alas Kaki
1.231.356.000 1.125.782.700 91,43
1875.039 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha
767.300.000 700.499.000 91,29
1876 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Kimia Hilir Dan Farmasi
8.557.419.000 8.364.063.176 97,74
1876.015 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Kimia Hilir
1.560.381.000 1.558.740.850 99,89
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 89
1876.019 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktivitas Industri Kimia Hilir
387.700.000 386.151.300 99,60
1876.02 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Kimia Hilir
1.678.607.000 1.658.415.600 98,80
1876.032 Branding Produk Industri Kimia Hilir 1.287.204.000 1.238.824.500 96,24
1876.034 Perusahaan Industri Obat Tradisional Yang Direvitalisasi
2.926.475.000 2.808.448.048 95,97
1876.035 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha
717.052.000 713.482.878 99,50
1877 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Kimia Hulu
13.693.149.000 13.594.382.692 99,28
1877.026 Otoritas Nasional Senjata Kimia (prioritas Nasional)
1.366.719.000 1.357.889.429 99,35
1877.03 Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu (prioritas Nasional)
551.180.000 544.982.600 98,88
1877.031 Regulasi Sni Wajib Sektor Industri Kimia Hulu (prioritas Nasional)
90.099.000 83.248.400 92,40
1877.041 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Pupuk Dan Pestisida (prioritas Nasional)
973.324.000 932.925.400 95,85
1877.042 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Garam Industri (prioritas Nasional)
731.377.000 720.282.597 98,48
1877.043 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat (prioritas Nasional)
1.202.681.000 1.197.992.000 99,61
1877.044 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Petrokimia (prioritas Nasional)
351.179.000 350.909.500 99,92
1877.045 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha
8.426.590.000 8.406.152.766 99,76
1879 Penyusunan Dan Evaluasi Program Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi Dan Tekstil
34.313.716.000 34.089.096.640 99,35
1879.012 Strategi Penumbuhan Dan Pengembangan Daya Saing Sektor Ikft
1.423.218.000 1.423.114.000 99,99
1879.95 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 8.146.854.000 8.085.467.712 99,25
1879.951 Layanan Sarana Dan Prasarana Internal 30.000.000 25.439.700 84,80
1879.994 Layanan Perkantoran 24.713.644.000 24.555.075.228 99,36
4910 Peningkatan Kompetensi Sdm Industri Kimia Hilir Dan Farmasi
26.261.702.000 23.451.005.428 89,30
4910.001 Sdm Industri Kimia Hilir Dan Farmasi Yang Dilatih
13.761.702.000 13.634.091.778 99,07
4910.002 Bimbingan Teknis Cpotb, Cpob Dan Cpkb Kepada Industri Obat, Kosmetik Dan Obat Tradisional
2.500.000.000 2.408.602.900 96,34
4910.003 Pilot Project Industri 4.0 Di Sektor Industri Kimia Hilir Dan Farmasi
10.000.000.000 7.408.310.750 74,08
4911 Peningkatan Kompetensi Sdm Industri Kimia Hulu
300.000.000 285.398.254 95,13
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 90
4911.001 Fasilitasi Penyusunan Rskkni Industri Kimia Hulu
300.000.000 285.398.254 95,13
4912 Peningkatan Kompetensi Sdm Industri Semen, Keramik Dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam
352.800.000 350.939.450 99,47
4912.001 Fasilitasi Penyusunan Rskkni Industri Semen, Keramik, Dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam
352.800.000 350.939.450 99,47
4913 Peningkatan Kompetensi Sdm Industri Tekstil, Kulit, Dan Alas Kaki
26.438.298.000 23.281.736.974 88,06
4913.001 Implementasi Making Indonesia 4.0 Sektor Tekstil Dan Busana
10.000.000.000 8.632.564.963 86,33
4913.002 Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki
1.240.000.000 685.791.000 55,31
4913.003 Sdm Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki Yang Mengikuti Diklat
15.198.298.000 13.963.381.011 91,87
5881 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Semen, Keramik Dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam
7.900.171.000 7.690.365.960 97,34
5881.001 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Bahan Galian Nonlogam
842.800.000 834.588.325 99,03
5881.004 Pilot Project Industri Bahan Galian Non Logam (prioritas Nasional)
781.796.000 756.805.525 96,80
5881.005 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktifitas Industri Bahan Galian Nonlogam (prioritas Nasional)
2.005.983.000 1.955.243.302 97,47
5881.006 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Bahan Galian Nonlogam
1.242.336.000 1.204.510.687 96,96
5881.007 Sni Wajib Industri Bahan Galian Nonlogam
469.980.000 417.548.000 88,84
5881.008 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Menerapkan Standar Mutu
878.918.000 867.170.000 98,66
5881.009 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Diawasi Dalam Rangka Penerapan Sni Wajib
369.848.000 350.619.900 94,80
5881.017 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, Dan Tata Usaha
844.930.000 840.850.221 99,52
5881.951 Layanan Internal (overhead) 463.580.000 463.030.000 99,88
T O T A L 123.079.282.000 115.827.371.674 94,11
Pagu anggaran telah disesuaikan untuk sasaran strategis utama yakni
sasaran strategis tujuan dan perspektif pemangku kepentingan, dimana pada
sasaran strategis tersebut pagu anggaran paling banyak digunakan, termasuk
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 91
untuk menjalankan program prioritas yang telah ditetapkan. Secara garis besar
pelaksanaan realisasi angaran tidak ada hambatan yang berarti hanya terdapat
beberapa kegiatan yang mengalami keterlambatan terutama terkait proses
lelang, dikarenakan diawal tahun masih dalam blokir sehingga diperlukan
waktu dalam proses pembukaan blokir. Dalam merealisasi anggaran tidak
terdapat kendalan berarti.
Tabel 3.17
Realisasi Keuangan Ditjen IKFT Tahun 2019 per Sasaran Strategis
No Sasaran Strategis
(SS)
Indikator Kinerja Utama Pagu Realisasi Persen
(IKU)
Tujuan
1
Meningkatnya
peran industri
Kimia, Farmasi dan
Tekstil dalam
perekonomian
nasional
1 Pertumbuhan industri Kimia,
Farmasi dan Tekstil 4,255,618,000 4,145,316,031 97.41
2
Kontribusi industri Kimia,
Farmasi dan Tekstil terhadap
PDB
1,423,218,000 1,423,114,000 99.99
3
Jumlah tenaga kerja di sektor
industri Kimia, Farmasi dan
Tekstil
28,960,000,000 27,597,472,789 95.30
Perspektif Pemangku Kepentingan
1
Meningkatnya
populasi dan
persebaran industri
1
Unit industri kimia, farmasi, dan
tekstil besar sedang yang
tumbuh
23,708,271,000 19,606,129,286 82.70
2 Nilai investasi di sektor industri
kimia, farmasi, dan tekstil 6,147,802,000 6,056,639,172 98.52
2
Meningkatnya
daya saing dan
produktivitas
sektor industri
1
Kontribusi ekspor produk
industri kimia, farmasi, dan
tekstil terhadap ekspor
nasional
3,397,478,000 3,231,777,200 95.12
2
Produktivitas dan kemampuan
SDM industri kimia, farmasi,
dan tekstil
2,500,000,000 2,408,602,900 96.34
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 92
Perspektif Proses Bisnis Internal
1
Tersedianya
kebijakan
pembangunan
industri kimia,
farmasi, dan tekstil
yang efektif
1
Peraturan perundangan yang
diselesaikan di lingkungan
Ditjen IKFT
4,088,427,000 4,055,453,706 99.19
2
Terselenggaranya
urusan
pemerintahan di
bidang
perindustrian yang
berdaya saing dan
berkelanjutan
1 Infrastruktur kompetensi yang
terbentuk 1,892,800,000 1,322,128,704 69.85
2 Infrastruktur standar produk
yang terbentuk 6,684,145,000 6,246,194,087 93.45
Perspektif Kelembagaan
1
Tersusunnya
perencanaan
program,
pengelolaan
keuangan serta
pengendalian yang
berkualitas dan
akuntabel
1 Akuntabilitas Laporan
Keuangan dan BMN 24,713,644,000 24,555,075,228 99.36
2 Status pengelolaan BMN Ditjen
IKFT 1,635,370,800 1,622,181,482 99.19
3 Anggaran Ditjen IKFT yang
diblokir 463,580,000 463,030,000 99.88
4
Kesesuaian rencana program
dan kegiatan prioritas dengan
Rencana Kerja Pemerintah
10,755,872,000 10,660,984,865 99.12
2
Terwujudnya ASN
Kementerian
Perindustrian yang
profesional dan
berkepribadian
1 Rata-rata produktivitas kinerja
minimum pegawai Ditjen IKFT 2,453,056,200 2,433,272,224 99.19
TOTAL 123,079,282,000 115,827,371,674 94.11
3.3 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya di lingkungan Direktorat
Jenderal IKFT, Setditjen IKFT berusaha dalam memaksimalkan pencapaian
kinerja, baik terhadap output, maupun outcome. Adapun salah satu upaya
dalam memaksimalkan capaian tersebut adalah melaksanakan efisiensi
sumber daya, supaya sumber daya dapat digunakan secara efektif untuk
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 93
mencapai target kerja dan pelayanan sesuai tugas dan fungsi dimaksud.
Adapun dalam analisis efisiensi penggunaan sumber daya ini,
perbandingan yang digunakan adalah rata-rata presentase capaian pada
Perjanjian Kinerja (Tabel 3.5) dan hasil rata-rata realisasi anggaran per
Indikator Kinerja Utama (Tabel 3.17). Dari perbandingan tersebut dapat
diketahui, bahwa dengan realisasi anggaran Sekretariat Direktorat Jenderal
sebesar 94,11 %, maka dihasilkan efisiensi anggaran sebesar 5,89 % (1 - 94,11
%), di mana dari efisiensi tersebut dapat menghasilkan realisasi rata-rata IKU
sebesar 112,23 %.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa capaian Kinerja Direktorat
Jenderal IKFT mampu melaksanakan efisiensi.
3.4 KENDALA
Kendala yang dihadapi Ditjen IKFT dalam pelaksanaan program dan
kegiatan pada Triwulan IV ini antara lain masih terdapat beberapa anggaran
yang masih terblokir sebanyak 2.33% dari total pagu anggaran Ditjen IKFT.
Besarnya blokir dikarenakan adanya anggaran yang termasuk tagging
pendidikan sehingga perlu adanya pembahasan secara khusus antara
Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, dan Kementerian
PPN/Bappenas. Selain itu hambatan yang dihadapi sehingga terdapat beberapa
Indikator yang belum tercapai antara lain:
1. Adanya perubahan nomenklatur dari Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Tekstil, dan Aneka menjadi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan
Tekstil mengakibatkan pelaksanaan kegiatan ada yang sedikit tertunda
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 94
dikarenakan pada DIPA masih tercantum Direktorat Jenderal Industri
Kimia, Tekstil, dan Aneka.
2. Besarnya anggaran yang terblokir diawal tahun anggaran sehingga
beberapa kegiatan tidak bisa langsung di eksekusi.
3. Belum optimalnya koordinasi pelaksanaan kegiatan antar sektor dalam
lingkup Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terutama yang bersifat lintas
sektoral.
4. Adanya beberapa kegiatan yang belum dapat dilaksanakan secara
maksimal dikarenakan masih ada anggaran yang terblokir
5. Masih belum konsistensinya pelaksanaan jadwal kegiatan dan penarikan
anggaran bahkan masih banyaknya kegiatan yang menumpuk di akhir
tahun sehingga mengakibatkan belum maksimalnya penyerapan
anggaran.
3.5 TINDAK LANJUT EVALUASI
Berdasarkan hasil penilaian LAKIP Ditjen IKFT Tahun 2018 maka telah dilakukan
tindak lanjut berupa:
1. Terkait penjadwalan, pada tahun 2019 ini ROK telah disusun lebih baik;
2. Pengajuan pengadaan barang/jasa sudah lebih baik, terlihat dengan
berjalannya seluruh kegiatan di Tahun 2019.
3. Harus lebih ditingkatkan koordinasi / sinkronisasi / sinergi antar unit dalam
lingkup Ditjen IKFT terutama terkait penyusunan program/kegiatan hingga
penyelesaian permasalahan anggaran
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 95
4. Pemangku kepentingan kedepannya perlu memperhatikan dan membahas
secara intern khususnya terkait penyerapan anggaran secara berkala
5. Penjadwalan dan pelaksanaan kegiatan harus konsisten dari awal hingga
akhir tahun sehingga sesuai dengan jadwal penarikan anggaran
6. Diperlukan pengawasan dan pengawalan terkait kelengkapan dokumen
data dukung dalam rangka penyusunan program/kegiatan ditahun
selanjutnya sehingga akan semakin kecil anggaran yang terblokir di awal
tahun anggaran.
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 96
BAB IV
PENUTUP
1.1 TINJAUAN UMUM
Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil selama tahun 2019 telah
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil sasaran yang ditetapkan. Berdasarkan hasil
pengukuran Evaluasi Kinerja, secara umum telah berhasil melaksanakan
Program/kegiatan dengan baik dengan beberapa capaian antara lain :
1. Pada Tahun 2019, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
memiliki sebanyak 10 (sepuluh) Indikator Kinerja Utama yang tertuang
pada Perjanjian Kinerja, hingga akhir Tahun 2019, terdapat 3 (tiga) IKU
yang tidak terpenuhi target. Secara total persentase capaian kinerja
Direktorat Jenderal Industi Kimia, Farmasi, dan Tekstil rata-rata sebesar
112.23 % dari target yang telah ditetapkan.
2. Dari sisi realisasi anggaran, Ditjen IKFT secara umum mencapai realisasi
penggunaaan anggaran sebesar 94.11 persen atau sebesar Rp.
115.827.371.674,-, nilai sudah menjalankan seluruh kegiatan hanya saja
terdapat beberapa kegiatan yang masih terblokir.
3. Meskipun masih terdapat capaian sasaran strategis yang tidak tercapai
seperti indikator jumlah tenaga kerja, investasi, dan kontribusi ekspor yang
tidak mencapai target. Target populasi dan investasi industri ditetapkan
terlalu tinggi dari capaian terbaru sektor Industri Kimia, Farmasi, dan
Tekstil maka diharapkan ditahun berikutnya target dapat disesuaikan.
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 97
1.2 PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT
1. SEKTOR INDUSTRI KIMIA HULU
➢ Isu Aktual
• Belum terpenuhinya kebutuhan bahan baku industry dalam negeri yang
diakibatkan terbatasnya kapasitas produksi kimia dasar, tingginya impor
bahan baku, dan terbatasnya research and development
• Isu lingkungan
• Safety management di sector industry kimia
➢ Kendala dan Pemasalahan
• Karakteristik industry kimia hulu padat modal yang membutuhkan nilai
investasi besar dan sebagian besar bahan baku dan bahan penolong
industry tergantung pada import (naphtha)
• Industri kimia hulu memperoleh harga gas bumi untuk bahan baku
dengan harga mahal dan volume yang terbatas
• Faktor kerumitan dalam melakukan investai di daerah (kebijakan dan
peraturan di daerah dan pusat sering bertentangan)
• TKDN industry kimia hulu masih terlalu rendah yang berakibat pada
rendahnya nilai TKDN pada industry kimia hilir
➢ Upaya Mengatasi Permasalahan
• Mendorong investasi baru atau peningkatan kapasitas melalui insentif
bagi industry yang melakukan R&D
• Mendorong kepastian harga gas sebagai implementasi pelaksanaan
Perpres 40/2016
• Mendukung percepatan implementasi omnibus law dalam rangka
mengharmonisasikan kebijakan antar K/L
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 98
• Menyusun regulasi yang memihak industry untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku
➢ Upaya Program / Kegiatan
• Membuat studi kelayakan dan bisnis plan industry substitusi bahan baku
dan bahan penolong
• Business matching dan market sounding proyek investasi industry kimia
hulu
• Penyusunan konsep manajemen pengolahan limbah industri kimia hulu
dalam mendukung circular economy
• Perbaikan alur aliran material bahan baku sebagai implementasi Making
Indonesia 4.0
2. SEKTOR INDUSTRI KARET, BARANG KARET, DAN PLASTIK
➢ Isu Aktual
• Rendahnya penyerapan penggunaan bahan baku dalam negeri yang
disebabkan permintaan pasar menurun
• Terjadi penurunan pertumbuhan Industri Karet, Barang Karet dan Plastik
➢ Kendala dan Pemasalahan
• Sebanyak 40% kebutuhan bahan baku sector industri karet hilir dalam
negeri dipasok dari dalam negeri, sedangkan 60% sisanya masih impor
yaitu karet sintetik, rubber chemicals, rubber processing oil, dsb.
• Belum optimal nya implementasi P3DN dalam proses pengadaan
barang/jasa khususnya untuk kebutuhan infrastruktur dan kesehatan
• 1/3 kebutuhan bahan baku plastik dipasok dari dalam negeri, sedangkan
sisanya masih impor
• Belum harmonisnya BM antara produk Hulu, hilir dan antara terutama di
produk plastic
• Belum ada instrumen pengendalian terhadap impor produk jadi plastik
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 99
• Adanya peraturan daerah yang kontraproduktif bagi pertumbuhan
industri terkait larangan pemakaian kemasan plastic
• Persepsi yang berbeda antara Kementerian terkait penanganan sampah
plastik
• Pengelompokan data pertumbuhan (KBLI 2 Digit) produk karet dan
plastik masih menjadi satu dengan karet
➢ Upaya Mengatasi Permasalahan
• Mendorong investasi untuk bahan baku dan bahan baku penolong
untuk sector industri karet hilir serta investasi untuk sector hulu plastik
• Implementasi P3DN
• Melakukan pengendalian impor barang jadi karet dan plastik
• Melakukan link and match antara hasil riset dengan kebutuhan industri
• Melakukan harmonisasi tariff untuk sebagian bahan baku plastic yang
belum ada rencana investasi dalam waktu dekat seperti Acrylonitrile
Butadiene Styrene (ABS), Polycarbonate, Polyvinyl Acetate.
• Kampanye dan sosialisasi terkait penanganan sisa pemakaian plastik
yang baik
➢ Upaya Program / Kegiatan
• Menyusun kajian regulasi tata niaga impor barang jadi
• Fasilitasi transformasi dan implementasi industri 4.0 untuk optimalisasi
rantai pasok bahan baku dan pasar
• Business matching industry karet dan plastik hilir
• Verifikasi dalam rangka mengoptimalkan implementasi P3DN pada
sektor pengguna
• Iklan layanan masyarakat tentang pengelolaan plastic yang baik
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 100
3. SEKTOR INDUSTRI FARMASI
➢ Isu Aktual
• Pengembangan industri bahan baku obat guna menunjang kinerja
industri produk farmasi di dalam negeri
• Ketergantungan industri farmasi hampir 98% bahan baku obat didapat
dari impor.
• Pangsa pasar produk farmasi di dalam negeri sebesar 80 T termasuk
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang bersumber dari dana
APBN.
• Belum optimalnya penelitian tentang formulasi obat, obat baru dan
fitofarmaka
➢ Kendala dan Pemasalahan
• Industri bahan baku obat belum ada di dalam negeri.
• Belum efektifnya pemanfaatan TKDN untuk pengadaan barang/jasa oleh
pemerintah terutama di sektor farmasi atau program JKN.
• Defisit neraca perdagangan antara bahan baku obat impor dengan
produk farmasi.
• Sudah terbitnya PP 45 tahun 2019 tentang supertax deduction namun
belum ada regulasi turunan tentang tatacara pemberian insentif untuk
penelitian/riset
➢ Upaya Mengatasi Permasalahan
• Mendorong percepatan pengembangan industri bahan baku obat di
dalam negeri melalui investasi dan pemberian insentif di bidang
investasi (tax holiday, tax allowance, dan masterlist)
• Mempercepat terbitnya regulasi TKDN Farmasi
• Perlu upaya peningkatan ekspor dengan membuka pasar baru selain
pasar yang sudah ada, dan melakukan pengaturan investasi baru serta
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 101
perluasan dengan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) yang
sesuai dengan peraturan perundangan.
• Menpercepat terbitnya regulasi turunan dari PP No. 45 tahun 2019
➢ Upaya Program / Kegiatan
• Promosi Investasi dalam negeri dan luar negeri
• Menyiapkan SDM, infrastruktur, sosialisasi, bimbingan teknis, dalam
melaksanakan TKDN Farmasi
• Promosi produk melalui pameran, branding, business matching,
roadshow dalam dan luar negeri
• Koordinasi dengan kementerian terkait untuk mempercepat terbitnya
regulasi turunan dari PP No. 45 tahun 2019.
• Pilot project produksi dan promosi fitofarmaka hasil riset
4. SEKTOR INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM
➢ Isu Aktual
• Terjadi penurunan pertumbuhan Industri Barang Galian Bukan Logam
dari tahun 2015 sampai 2019*
• Ketergantungan terhadap pertumbuhan sector lainnya seperti
infrastruktur dan properti/real estate
• Meningkatnya pangsa pasar produk impor terhadap kebutuhan nasional
khususnya keramik, barang dari semen untuk struktu bangunan dan
batu tahan api
➢ Kendala dan Pemasalahan
• Tidak efektifnya penerapan safeguard untuk menahan laju impor
keramik
• Tingginya harga gas yang berkonstribusi 30% dari biaya produksi
sehingga menyebabkan kurang berdaya saingnya industry kaca dan
keramik nasional.
LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 102
• Terjadinya over capacity industri semen nasional
• Masih tingginya ketergantungan impor bahan baku di dalam negeri
• Belum efektifnya pemanfaatan TKDN untuk pengadaan barang/jasa oleh
pemerintah terutama di sektor konstruksi dan bangunan
➢ Upaya Mengatasi Permasalahan
• Perlu upaya pengendalian impor keramik melalui kebijakan tata niaga
lainnya
• Perlu upaya peningkatan ekspor dengan membuka pasar baru selain
pasar yang sudah ada dan melakukan pengaturan investasi baru serta
perluasan dengan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
• Mendorong investasi baru industri pengolahan bahan baku contohnya :
soda ash yang saat ini 100 % diimpor akan dilakukan upaya percepatan
pembangunan pabrik soda ash di dalam negeri.
• Akan dibuat masterlist yang memuat supply-demand untuk pengadaan
barang/jasa pemerintah
• Mensyaratkan penggunaan produk dalam negeri dalam setiap
pengadaan barang/jasa pemerintah sesuai dengan masterlist
➢ Upaya Program / Kegiatan
• Melakukan pilot project substitusi bahan baku impor (soda ash, calcinate
dolomite, dll)
• Melakukan restrukturisasi mesin/peralatan produksi industri keramik