LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

109
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN TEKSTIL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Transcript of LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

Page 1: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAPORAN AKUNTABILITAS

KINERJA T A H U N 2 0 1 9

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN TEKSTIL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Page 2: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

i

KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud

kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

pencapaian misi dan tujuan instansi pemerintah dalam rangka perwujudan

penyelenggaraan tugas umum pemerintah dan pembangunan secara baik

dan benar (good governance).

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah, diinstruksikan agar setiap instansi pemerintah

setiap tahun anggaran menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) kepada Presiden dan salinannya kepada Kepala Badan

Pengawas Keuangan dan Pembangunan dengan menggunakan pedoman

penyusunan sistem akuntabilitas kinerja. Pelaporan ini bertujuan untuk

meningkatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan yang lebih

berdaya guna, bersih, dan bertanggung jawab dalam rangka pencapaian visi,

misi, dan tujuan organisasi.

Dengan berakhirnya tahun 2019, Direktorat Jenderal Kimia, Farmasi, dan

Tekstil (Ditjen IKFT) menyusun LAKIP Ditjen IKFT Tahun 2019 yang mencakup

Rencana Strategis, Pengukuran Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Analisa Kinerja

yang menggambarkan tugas pokok dan fungsi dalam rangka pencapaian visi

dan misi yang telah ditetapkan. Disamping itu, LAKIP ini disusun sebagai

bahan masukan bagi Ditjen IKFT guna meningkatkan kinerja di masa

mendatang.

Jakarta , Februari 2020

Direktur Jenderal

Ttd.

Muhammad Khayam

Page 3: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ....................................................... 1

1.2 Peran Strategis Organisasi .......................................................................... 5

1.3 Struktur Organisasi ........................................................................................ 7

II. PERENCANAAN STRATEGIS ............................................................................. 9

2.1 Rencana Strategis Ditjen IKFT Tahun 2015 - 2019 ........................... 11

2.2 Rencana Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 ............................................. 15

2.3 Perjanjian Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 .......................................... 19

2.4 Rencana Anggaran .................................................... ................................... 16

2.5 Dasar Perhitungan Capaian Kinerja .................................................... .... 20

III. AKUNTABILITAS KINERJA ................................................................................. 25

3.1 Capaian Kinerja Organisasi ........................................................................ 25

3.2 Realisasi Anggaran .................................................... ................................... 79

3.3 Realisasi Anggaran .................................................... ................................... 79

IV. PENUTUP ................................................................................................................... 85

4.1 Tinjauan Umum ............................................................................................... 85

4.2 Permasalahan dan Tindak Lajut ................................................................ 86

Page 4: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Penumbuhan dan

Pengembangan IKFT Tahun 2015 – 2019 ................................................ 14

Tabel 2.2 Rencana Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 ................................................. 15

Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 .............................................. 16

Tabel 2.4 Struktur Anggaran Ditjen IKFT Tahun Anggaran 2019 ....................... 18

Tabel 2.5 Dasar Perhitungan Capaian Kinerja ............................................................ 24

Tabel 3.1 Capaian Program Prioritas Ditjen IKFT ...................................... ............. 26

Tabel 3.2 Capaian RPJMN Ditjen IKFT ........................................................... ............. 27

Tabel 3.3 Indikator Tujuan Rencana Strategis ............................................. ............. 29

Tabel 3.4 Tenaga Kerja Sektor Industri .......................................................... ............. 31

Tabel 3.5 Capaian Sasaran Strategis Ditjen IKFT ....................................... ............. 32

Tabel 3.6 Capaian SS 1 : Meningkatnya Populasi Industri ....................... ............. 34

Tabel 3.7 Nilai Efisiensi Sasaran Strategis Meningkatnya Populasi dan

Persebaran Industri ............................................................................. ............. 37

Tabel 3.8 Capaian SS II : Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor

Industri ...................................................................................................... ............. 38

Tabel 3.9 Nilai Efisiensi Sasaran Strategis Meningkatnya Daya Saing dan

Produktivitas Sektor Industri ............................................................ ............. 41

Tabel 3.10 Capaian SS Perspektif Bisnis Internal Ditjen IKFT ....................... ......... 42

Tabel 3.11 Capaian SS Perspektif Kapasitas Kelembagaan ........................ ............. 45

Tabel 3.12 Lokasi Bufferstock Kapas Yang Telah Dibentuk ......................... ............. 52

Tabel 3.13 Bimbingan Teknis Desain Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki Dan

Aneka ....................................................................................................... ............. 67

Tabel 3.14 Kegiatan Promosi Difasilitasi Ditjen IKFT Tahun 2019............ ............. 71

Tabel 3.15 Capaian Output Kerja Tahun 2016, 2017 dan Tahun 2019 .... ............. 72

Tabel 3.16 Realisasi Keuangan Ditjen IKFT Tahun 2019 per Output ...... ............. 80

Page 5: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

iv

Tabel 3.17 Realisasi Keuangan Ditjen IKFT Tahun 2019 per Sasaran

Strategis............. ....................................................................................... ............. 83

Tabel 3.14 Kegiatan Promosi Difasilitasi Ditjen IKFT Tahun 2019............ ............. 71

Tabel 3.15 Capaian Output Kerja Tahun 2016, 2017, 2018 dan 2019 ..... ............. 72

Tabel 3.16 Realisasi Keuangan Ditjen IKFT Tahun 2019 per Output ...... ............. 80

Page 6: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektor IKFT (Persen) ......................... 29

Grafik 3.2 Perkembangan Realisasi Investasi (Rp. Triliun) .................................... 35

Grafik 3.3 Perkembangan Nilai Ekspor-Impor Sektor IKFT (USD Miliar .......... 55

Page 7: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bangun Industri Nasional ....................................................................... 6

Gambar 1.2 Bagan Organisasi Ditjen IKFT ............................................................... 8

Gambar 2.1 Peta Strategi Ditjen IKFT Tahun 2015-2019 ..................................... 12

Page 8: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI

Kemajuan industri merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

ekonomi suatu negara. Berbeda dengan sektor perdagangan dan keuangan,

sektor industri memberikan kontribusi riil terhadap kemakmuran melalui

penguasaan teknologi dan barang modal, serta penciptaan lapangan kerja

dalam jumlah masif. Penguasaan teknologi dan barang modal memberikan

kemampuan penciptaan nilai tambah dan peningkatan daya saing. Sedangkan

penciptaan lapangan kerja berkontribusi dalam peningkatan dan pemerataan

pendapatan perkapita sehingga akan meningkatkan daya beli masyarakat

yang akan berdampak pada sektor perdagangan, jasa, keuangan,

perhubungan, dan sektor lainnya.

Dewasa ini permasalahan umum sektor industri ialah masih lemahnya

daya saing industri nasional, belum kuat dan belum dalamnya struktur industri

nasional, belum optimalnya alokasi sumber daya energi dan bahan baku serta

pembiayaan industri, masih banyaknya ekspor komoditi primer (gas, batu bara,

mineral, minyak sawit, kakao, karet, dan kulit), dan belum memadainya

dukungan sarana prasarana industri (kawasan industri, jaringan energi dan

telekomunikasi, transportasi, dan distribusi).

Maka dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut dan

menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang

berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian

dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam

pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWACITA

yang terdiri sebagai berikut:

Page 9: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

2

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-

daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan

penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-

bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik

8. Melakukan revolusi karakter bangsa

9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

Selain itu, pada tahun 2015-2019 Pemerintah menetapkan Visi

Pembangunan Industri yang diatur dalam Rencana Induk Pembangunan Industri

Nasional (RIPIN). Visi tersebut ialah Menjadi Negara Industri Tangguh yang

bercirikan:

1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat, dan berkeadilan

2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global

3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi

Visi tersebut dapat dicapai dengan misi pembangunan industri yakni: (1)

meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak

perekonomian nasional; (2) memperkuat dan memperdalam struktur industri

nasional; (3) meningkatkan daya saing industri yang mandiri dan berwawasan

lingkungan; (4) menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta

Page 10: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

3

mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau

perseorangan yang merugikan masyarakat; (5) membuka kesempatan berusaha

dan perluasan kesempatan kerja; (6) meningkatkan persebaran pembangunan

industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh

ketahanan nasional; dan (7) meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

masyarakat secara berkeadilan.

1. Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018

tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015

tentang Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil (Ditjen IKFT) mempunyai tugas menyelenggarakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan

penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan

iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri,

teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau,

serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia

hulu, industri kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik,

dan industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil,

industri kulit dan industri alas kaki. Dalam melaksanakan tugas tersebut,

Ditjen IKFT menyelenggarakan fungsi:

2. perumusan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur

industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi

industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,

pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan

penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri

kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri

pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit,

dan industri alas kaki;

Page 11: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

4

3. pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur

industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi

industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,

pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan

penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri

kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri

pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit,

dan industri alas kaki;

4. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,

pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri,

standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri

strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk

dalam negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri

farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri pengolahan bahan

galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit, dan industri alas

kaki;

5. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi atas

pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur

industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi

industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,

pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan

penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri

kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan industri

pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit,

dan industri alas kaki;

Page 12: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

5

6. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendalaman dan

penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan

iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri,

teknologi induski, pengembangan industri strategis dan industri hijau,

serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia

hulu, industri kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik,

dan industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil,

industri kulit, dan industri alas kaki;

7. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil; dan

8. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Ditjen IKFT tersebut dijabarkan

dalam program kegiatan yang mengacu pada Rencana Strategis (Renstra)

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil tahun 2015 – 2019.

Seluruh program kegiatan tersebut bersifat aspiratif, fasilitatif, dan akomodatif

yang dilaksanakan sepanjang tahun anggaran 2018 dengan berpedoman pada

dokumen-dokumen perencanaan dan evaluasi. Untuk memantau capaian

sasaran dan tujuannya, Ditjen IKFT melaporkan akuntabilitas dan kinerjanya

melalui dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999

tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah. Dokumen tersebut memuat sasaran

dan tujuan strategis beserta program kegiatan yang diarahkan untuk

mendukung tercapainya sasaran dan tujuan tersebut. Oleh karena itu, LAKIP

bermanfaat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintahan yang

baik dan kredibel. Sasaran LAKIP adalah untuk menjadikan instansi pemerintah

yang akuntabel sehingga birokrasi berjalan secara efisien, efektif, transparan,

Page 13: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

6

dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan

manfaat LAKIP bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat

terhadap pemerintah.

1.2. PERAN STRATEGIS ORGANISASI

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Ditjen IKFT)

adalah salah satu unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian yang

bertanggung jawab terhadap pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil. Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil berkontribusi cukup signifikan pada

perindustrian nasional. IKFT merupakan subsektor industri yang bercirikan

padat modal, padat teknologi, padat karya, memiliki keterkaitan tinggi mulai

dari hulu hingga hilir, dan menjadi komoditas ekspor penghasil devisa negara.

Dengan memerhatikan karakteristik kompleks tersebut, Ditjen IKFT berupaya

untuk mengembangkan industri binaannya melalui program kegiatan yang

aspiratif, fasilitatif, dan akomodatif. Peran Strategis Ditjen IKFT berdasarkan

Bangun Industri Nasional yang diatur oleh Rencana Induk Pembangunan

Industri Nasional (RIPIN). Bangun industri nasional berisikan industri andalan

masa depan, industri pendukung, dan industri hulu, dimana ketiga kelompok

industri tersebut memerlukan modal dasar berupa sumber daya alam, sumber

daya manusia, serta teknologi, inovasi, dan kreativitas. Pembangunan industri

di masa depan tersebut juga memerlukan prasyarat berupa ketersediaan

infrastruktur dan pembiayaan yang memadai, serta didukung oleh kebijakan

dan regulasi yang efektif. Industri binaan Ditjen IKFT termasuk dalam dua jenis

industri dalam bangun industri nasional, maka peran Ditjen IKFT sangat

penting dalam pembangunan industri nasional. Selengkapnya mengenai

bangun industri nasional dijelaskan dengan gambar berikut:

Page 14: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

7

Gambar 1.1

Bangun Industri Nasional

Selain itu, terdapat penetapan Industri Prioritas berdasarkan

kepentingan nasional sebagai tujuan pembangunan industri, permasalahan

terkait pertumbuhan ekonomi, dan keinginan untuk mengejar ketertinggalan

dari negara maju, serta terkait dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha

Indonesia (KBLI) tahun 2009, maka ditentukan 10 (sepuluh) industri prioritas

yang akan dikembangkan tahun 2015 - 2019. Dari sepuluh industri prioritas

tersebut, industri prioritas yang menjadi Rencana Aksi Direktorat Jenderal

Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil meliputi :

1. Industri Farmasi, Kosmetik, dan Alat Kesehatan;

2. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka;

3. Industri Bahan Galian Bukan Logam; dan

4. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara).

Page 15: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

8

1.3. STRUKTUR ORGANISASI

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil masih menyesuaikan dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

35 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian,

yakni struktur organisasi satuan kerja unit Eselon II yang terdiri dari :

1. Direktorat Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki;

2. Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi;

3. Direktorat Industri Kimia Hulu;

4. Direktorat Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian

Nonlogam;

5. Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.

Page 16: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

9

Gambar 1.2

BAGAN ORGANISASI DITJEN IKFT

Page 17: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 10

BAB II

PERENCANAAN STRATEGIS

Perencanaan strategis organisasi Ditjen IKFT Tahun Anggaran 2019 adalah

mengacu pada RPJMN Tahun 2015 - 2019 Perubahan serta sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi Ditjen IKFT sebagaimana ditetapkan pada Peraturan Menteri

Perindustrian Rl Nomor 107 Tahun 2015. Adapun fungsi utama Ditjen IKFT adalah

sebagai perumus dan pelaksana kebijakan pada Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

dalam mendukung pembangunan industri nasional. Untuk mewujudkan hal

tersebut, Ditjen IKFT telah merumuskan rencana dan peta strateginya sendiri yang

memuat visi, misi, tujuan strategis, sasaran strategis, dan peran strategis

sebagaimana diuraikan sebagai berikut.

2.1 RENCANA STRATEGIS DITJEN IKFT TAHUN 2015 – 2019

Pada Tahun 2015-2019 Pemerintah menetapkan Visi Pembangunan

Industri yang diatur dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional/RIPIN.

Visi tersebut ialah Menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:

1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan

2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global

3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi

Visi tersebut dapat dicapai melalui misi pembangunan industri, yakni: (1)

meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak

perekonomian nasional; (2) memperkuat dan memperdalam struktur industri

nasional; (3) meningkatkan daya saing industri yang mandiri dan berwawasan

Page 18: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 11

lingkungan; (4) menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta

mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau

perseorangan yang merugikan masyarakat; (5) membuka kesempatan berusaha

dan perluasan kesempatan kerja; (6) meningkatkan persebaran pembangunan

industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh

ketahanan nasional; dan (7) meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

masyarakat secara berkeadilan. Selain itu, strategi yang ditempuh untuk

mencapai visi dan misi pembangunan industri nasional adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber daya

alam

2. Pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi

3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia

(SDM) industri

4. Mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah Pusat

Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil

dan Menengah

5. Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan,

penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas kepada industri

kecil dan menengah

6. Pembangunan sarana dan prasarana Industri

7. Pembangunan industri hijau

8. Pembangunan industri strategis

9. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri dan

10. Kerjasama internasional bidang industri

Page 19: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 12

Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan industri tersebut,

Kementerian Perindustrian telah menetapkan visi untuk tahun 2015 - 2019

yaitu Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur

Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan.

Berlandaskan hal tersebut, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil yang hingga tahun 2014 masih bernama Direktorat Jenderal Basis

Industri Manufaktur menetapkan visi tahun 2015 – 2019: “Terwujudnya Industri

Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang

Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam”.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata

dalam bentuk 4 (empat) misi sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat

Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil sebagai berikut:

1. Memperkuat dan memperdalam struktur Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil untuk mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya saing,

maju, dan berwawasan lingkungan

2. Meningkatkan nilai tambah Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil di dalam

negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan

dengan meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi

3. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja

4. Mendukung pemerataan pembangunan industri manufaktur ke seluruh

wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan

nasional

Page 20: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

Gambar 2.1

Peta Strategi Ditjen IKFT Tahun 2017 – 2019

PERSPEKTIF

PEMANGKU

KEPENTINGAN

PERSPEKTIF PROSES

INTERNAL

PERSPEKTIF

PEMBELAJARAN

ORGANISASI

Tujuan.

Meningkatnya peran industri dalam

perekonomian nasional

Terwujudnya Peningkatan Daya Saing

dan Produktivitas Industri

2

Meningkatnya Populasi

1

PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN

SDM ANGGARAN

Tersedianya kebijakan

pembangunan industri yang efektif

Terselenggaranya urusan

pemerintahan di bidang

perindustrian yang berdaya saing

dan berkelanjutan

Terwujudnya ASN yang

profesional dan

berkepribadian

Terkelolanya anggaran

pembangunan secara efisien

dan akuntabel

3 4

5 6

Page 21: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 14

Visi dan misi tersebut didukung oleh tujuan Direktorat Jenderal Industri

Kimia, Farmasi, dan Tekstil yaitu Terbangunnya Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

yang tangguh dan berdaya saing. Visi dan misi tersebut diarahkan untuk

meningkatkan peran Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dalam perekonomian

nasional dengan sasaran strategis dari perspektif pemangku kepentingan sebagai

berikut:

1. Meningkatnya populasi industri;

2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri;

Sedangkan sasaran strategis dari perspektif proses bisnis internal adalah

sebagai berikut:

1. Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif

2. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang adil,

berdaya saing dan berkelanjutan

Sasaran strategis tersebut memiliki besaran capaian yang menjadi indikator

keberhasilan pencapaian sasaran dalam pengembangan IKFT atau dapat disebut

dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut:

Page 22: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 15

Tabel 2.1

Sasaran dan Indikator Kinerja Program Penumbuhan dan Pengembangan

IKFT Tahun 2017 – 2019

Kode

SS

Sasaran Strategis

(SS)

Kode

IKSS

Indikator Kinerja

Sasaran Strategis (IKSS)

Satuan Target

2017 2018 2019

S1 Meningkatnya

populasi dan

persebaran industri

S1.1 Jumlah unit Industri

Kimia, Farmasi, dan

Tekstil

Unit 753 768 858

S1.2 Nilai investasi di sektor

Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil

Rp triliun 109,7 –

119,7

150,7 –

160,3

190,4 –

198,3

S2 Meningkatnya daya

saing dan

produktivitas sektor

industri

S2.1 Kontribusi ekspor produk

Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil terhadap

ekspor nasional.

Persen 4,72 –

4,80

4,72 –

4,80

4,72 –

4,80

S2.2 Produktivitas SDM

Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil

Rp. Juta 336,8 372,9 409,8

T1 Tersedianya

kebijakan

pembangunan

industri yang efektif

T1.1 Jumlah peraturan

perundangan

PP/

Perpres/

Permen

1 4 4

T2 Terselenggaranya

urusan

pemerintahan di

bidang perindustrian

yang berdaya saing

dan berkelanjutan

T2.1 Produk industri

tersertifikasi Tingkat

Komponen Dalam Negeri

Sertifikat 350 350 350

T2.2 Infrastruktur kompetensi

yang terbentuk

RSKKNI 5 4 4

L1 Terwujudnya ASN

Direktorat Jenderal

Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil

yang profesional dan

berkepribadian

L1.1 Rata-rata produktivitas

kinerja pegawai

Direktorat Jenderal

Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil

Jam Kerja 1320 1320 1320

L2 Tersusunnya

perencanaan

program,

pengelolaan

keuangan serta

pengendalian yang

berkualitas dan

akuntabel

L2.1 Akuntabilitas Laporan

Keuangan dan BMN

Nilai Capaian

Standar

Tertinggi

Capaian

Standar

Tertinggi

Capaian

Standar

Tertinggi

L2.2 Status pengelolaan BMN

Direktorat Jenderal

Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil

Persen 70 80 90

L2.3 Anggaran Direktorat

Jenderal Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil yang

diblokir di akhir tahun

Persen 10 5 5

Page 23: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 16

2.2 RENCANA KINERJA DITJEN IKFT TAHUN 2019

Dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan pengembangan Industri

Kimia, Farmasi, dan Tekstil seperti yang telah ditetapkan, maka Ditjen IKFT pada

tahun 2018 telah menyusun Rencana Kinerja dengan tujuan dan sasaran yang

ingin dicapai Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil pada tahun yang akan datang.

Rencana kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Rencana Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target

Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)

1 Meningkatnya populasi industri

Jumlah unit Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Unit 768

Nilai investasi PMDN dan PMA sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Rp triliun 150,7 – 160,3

2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri

Kontribusi ekspor produk Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terhadap ekspor nasional

Persen 26,15 – 26,19

Produktivitas dan kemampuan SDM industri

Juta Rupiah/ orang per tahun

372,5

3 Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif

Jumlah Peraturan Perundangan

Perpres/ PP/ Permen/ Perdirjen

7

4 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan

Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

Sertifikat 350

Infrastruktur kompetensi yang terbentuk

RSKKNI 4

Page 24: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 17

2.3 PERJANJIAN KINERJA

Dalam rangka mewujudkan target kinerja, Ditjen IKFT telah menyusun

Perjanjian Kinerja untuk memandu pelaksanaan program kegiatan Ditjen IKFT dan

sebagai bukti komitmen Ditjen IKFT dalam pencapaian target sasaran. Perjanjian

Kinerja tersebut menyesuaikan target dari Rencana Strategis Kemenperin 2015-

2019 Perubahan dan tidak menyesuaikan rencana kinerja, dikarenakan adanya

perubahan sasaran strategis sedangkan rencana kinerja dibuat sebelum

perubahan sasaran strategis ditetapkan. Berikut adalah tabel Perjanjian Kinerja

Ditjen IKFT Tahun 2019:

Tabel 2.3

Perjanjian Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019

No Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama

(IKU) Satuan Target

1 Meningkatnya peran

industri Kimia, Farmasi

dan Tekstil dalam

perekonomian nasional

1 Pertumbuhan industri Kimia, Farmasi

dan Tekstil 4.60 Persen

2 Kontribusi industriKimia, Farmasi dan

Tekstil terhadap PDB 4.15 Persen

3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri

Kimia, Farmasi dan Tekstil 7.38

Juta

Orang

1. Meningkatnya populasi

dan persebaran industri

1. Unit industri kimia, farmasi, dan tekstil

besar sedang yang tumbuh

Unit 447 - 491

2. Nilai investasi di sektor industri kimia,

farmasi, dan tekstil

Rp Triliun 149,70

2. Meningkatnya daya

saing dan produktivitas

sektor industri

1. Kontribusi ekspor produk industri

kimia, farmasi, dan tekstil terhadap

ekspor nasional

Persen 23,20

2. Produktivitas dan kemampuan SDM

industri kimia, farmasi, dan tekstil

Rp. Juta 219,00

1. Tersedianya kebijakan

pembangunan industri

kimia, farmasi, dan

tekstil yang efektif

1. Peraturan perundangan yang

diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT

PP/ Perpres/

Permen

2

2.

Terselenggaranya

urusan pemerintahan di

bidang perindustrian

yang berdaya saing dan

berkelanjutan

1. Infrastruktur kompetensi yang

terbentuk

RSKKNI 4

2. Infrastruktur standar produk yang

terbentuk

RRegulasi

SNI/ SNI

Wajib

34

Page 25: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 18

2.4 RENCANA ANGGARAN

Pada tahun anggaran 2019 Ditjen IKFT melaksanakan Program

Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Untuk

mencapai kinerja tersebut, Ditjen IKFT memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp.

123.079.282.000,- (Seratus dua puluh tiga miliar tujuh puluh sembilan juta dua

ratus delapan puluh dua ribu rupiah) yang dialokasikan untuk 9 (sembilan)

kegiatan yaitu:

1. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki sebesar

Rp. 5.558.044.000,- (Lima miliar lima ratus lima puluh delapan juta empat

puluh empat ribu rupiah);

2. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan Farmasi sebesar Rp.

9.140.713.000,- (Sembilan miliar seratus empat puluh juta tujuh ratus tiga

belas ribu rupiah);

3. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu sebesar Rp.

14.116.971.000,- (Empat belas miliar seratus enam belas juta Sembilan ratus

tujuh puluh satu ribu rupiah);

4. Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri

Kimia, Farmasi dan Tekstil sebesar Rp. 32.537.098.000,- (Tiga puluh dua miliar

lima ratus tiga puluh tujuh juta sembilan puluh delapan ribu rupiah).

5. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Semen, Keramik dan Pengolahan

Bahan Galian Nonlogam sebesar Rp. 8.373.656.000,- (Delapan miliar tiga ratus

tujuh puluh tiga juta enam ratus lima puluh enam ribu rupiah)

6. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi sebesar Rp.

26.261.702.000,- (Dua puluh enam miliar dua ratus enam puluh satu juta tujuh

ratus dua ribu rupiah)

Page 26: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 19

7. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu sebesar Rp. 300.000.000,-

(Tiga ratus juta rupiah)

8. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Semen, Keramik dan Pengolahan

Bahan Galian Nonlogam sebesar Rp. 352.800.000,- (Tiga ratus lima puluh dua

juta delapan ratus ribu rupiah)

9. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki sebesar Rp.

26.438.298.000,- (Dua puluh enam miliar empat ratus tiga puluh delapan juta

dua ratus Sembilan puluh delapan ribu rupiah)

Anggaran Ditjen IKFT tersebut digunakan untuk melaksanakan 5 (lima)

output Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki; 5

(lima) output Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan Farmasi;

8 (delapan) output Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu; 4

(empat) output Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil; 8 (delapan) output

Penumbuhan dan Pengembangan Industri Semen, Keramik dan Pengolahan

Bahan Galian Nonlogam; 3 (tiga) output Peningkatan Kompetensi SDM Industri

Kimia Hilir dan Farmasi; 1 (satu) output Peningkatan Kompetensi SDM Industri

Kimia Hulu; 1 (satu) output Peningkatan Kompetensi SDM Industri Semen,

Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam; dan 3 (lima) output

Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki.

Page 27: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 20

Tabel 2.4

Struktur Anggaran Ditjen IKFT TA 2019

KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU

6 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

123.079.282.000

1875 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki 5.558.044.000

1875.019 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri

Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki

500.000.000

1875.023 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Peningkatan Daya Saing

Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki

500.000.000

1875.024 Rancangan Standar Nasional Indonesia (rsni) Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki 2.505.363.000

1875.038 Branding Produk Garmen, Fashion Dan Alas Kaki 1.252.681.000

1875.039 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha 800.000.000

1876 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan Farmasi

9.140.713.000

1876.015 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Kimia

Hilir

1.560.381.000

1876.019 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktivitas

Industri Kimia Hilir

1.492.300.000

1876.020 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Kimia Hilir 1.703.647.000

1876.032 Branding Produk Industri Kimia Hilir 1.377.950.000

1876.034 Perusahaan Industri Obat Tradisional Yang Direvitalisasi 3.006.435.000

1877 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu 14.116.971.000

1877.026 Otoritas Nasional Senjata Kimia (prioritas Nasional) 1.503.218.000

1877.030 Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu (prioritas

Nasional)

551.180.000

1877.031 Regulasi Sni Wajib Sektor Industri Kimia Hulu (prioritas Nasional) 100.215.000

1877.041 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Pupuk Dan Pestisida (prioritas

Nasional)

1.027.199.000

1877.042 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Garam Industri (prioritas Nasional) 751.609.000

1877.043 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat (prioritas Nasional) 1.252.681.000

1877.044 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Petrokimia (prioritas Nasional) 351.179.000

1877.045 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha 8.579.690.000

1879 Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan

Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

32.537.098.000

1879.012 Strategi Penumbuhan Dan Pengembangan Daya Saing Sektor Ikft 1.503.218.000

1879.950 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 8.171.534.000

1879.951 Layanan Sarana Dan Prasarana Internal 533.860.000

Page 28: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 21

1879.994 Layanan Perkantoran 22.328.486.000

4910 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi 26.261.702.000

4910.001 Sdm Industri Kimia Hilir Dan Farmasi Yang Dilatih 13.761.702.000

4910.002 Bimbingan Teknis Cpotb, Cpob Dan Cpkb Kepada Industri Obat, Kosmetik Dan

Obat Tradisional

2.500.000.000

4910.003 Pilot Project Industri 4.0 Di Sektor Industri Kimia Hilir Dan Farmasi 10.000.000.000

4911 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu 300.000.000

4911.001 Fasilitasi Penyusunan Rskkni Industri Kimia Hulu 300.000.000

4912 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Semen, Keramik dan Pengolahan

Bahan Galian Nonlogam

352.800.000

4912.001 Fasilitasi Penyusunan Rskkni Industri Semen, Keramik, Dan Pengolahan Bahan

Galian Nonlogam

352.800.000

4913 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki 26.438.298.000

4913.001 Implementasi Making Indonesia 4.0 Sektor Tekstil Dan Busana 10.000.000.000

4913.002 Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Industri

Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki

1.240.000.000

4913.003 Sdm Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki Yang Mengikuti Diklat 15.198.298.000

5881 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Semen, Keramik dan Pengolahan

Bahan Galian Nonlogam

8.373.656.000

5881.001 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Bahan

Galian Nonlogam

857.032.000

5881.004 Pilot Project Industri Bahan Galian Non Logam (prioritas Nasional) 800.000.000

5881.005 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktifitas

Industri Bahan Galian Nonlogam (prioritas Nasional)

1.748.380.000

5881.006 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Bahan Galian Nonlogam 1.296.714.000

5881.007 Sni Wajib Industri Bahan Galian Nonlogam 493.500.000

5881.008 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Menerapkan Standar Mutu 894.588.000

5881.009 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Diawasi Dalam Rangka

Penerapan Sni Wajib

463.992.000

5881.951 Layanan Internal (overhead) 1.819.450.000

T O T A L 123.079.282.000

Page 29: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 22

2.5 DASAR PERHITUNGAN CAPAIAN KINERJA

Data yang digunakan merupakan hasil kompilasi dari kegiatan di

Lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang

melibatkan beberapa instansi terkait lainnya baik di internal Kementerian

Perindustrian maupun instansi eksternal seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 30 Tahun 2017

tentang Jenis-Jenis Industri Dalam Pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan di

Lingkungan Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil membina industri sesuai dengan 2 (dua) Digit KBLI sebagai

berikut:

Tabel 2.5

Daftar Industri Binaan Ditjen IKFT

KODE KBLI

(2 DIGIT) INDUSTRI

13 Industri Tekstil

14 Industri Pakaian Jadi

15 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

20 Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia

21 Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional

22 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

23 Industri Barang Galian Bukan Logam

Adapun perhitungan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang digunakan

adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

PDB sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil merupakan jumlah nilai tambah

yang dihasilkan sektor industri dibawah binaan Direktorat Jenderal Industri

Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Data pertumbuhan PDB industri industri kimia,

farmasi, dan tekstil menggunakan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat

Page 30: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 23

Statistik (BPS). Cara perhitungan Pertumbuhan PDB Sektor Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil menggunakan Data PDB atas Harga Konstan, dengan

rumus sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝐷𝐵 𝐼𝐾𝐹𝑇 = PDB IKFT periode (t) − PDB IKFT periode (−t)

PDB IKFT periode (−t) 𝑥 100 %

2. Kontribusi industri Kimia, Farmasi dan Tekstil terhadap PDB

Sektor industri pengolahan nonmigas merupakan sektor yang memberikan

kontribusi terbesar dalam perkembangan PDB nasional sehingga diharapkan

pertumbuhan PDB sektor industri pengolahan nonmigas terus didorong

dapat tumbuh pesat, salah satunya dari dari sektor ndustri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil. Data kontribusi pertumbuhan PDB industri industri kimia, farmasi, dan

tekstil menggunakan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS). Cara perhitungan Kontribusi Pertumbuhan PDB Sektor Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil menggunakan Data PDB atas Harga Berlaku, dengan

rumus sebagai berikut:

𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑃𝐷𝐵 𝐼𝐾𝐹𝑇 = PDB IKFT periode (t)

PDB periode (−t) 𝑥 100 %

3. Jumlah tenaga kerja di sektor industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

Sehubungan dengan sektor industri merupakan kontributor terbesar dalam

PDB, sektor industri diharapkan menjadi leading sector yang mampu

mengungkit sektor lainnya serta membuka lapangan pekerjaan. Jumlah

tenaga kerja yang terserap di sektor industri dihitung menggunakan data

Sakernas. Data diperoleh berdasarkan Data Survei Angkatan Kerja Nasional

(Sakernas) yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik.

Page 31: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 24

4. Unit Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil besar sedang yang tumbuh

Dasar satuan perhitungan dalam bentuk jumlah Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil sedang dan besar baru yang tumbuh pada tahun 2018. Data diperoleh

dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Perindustrian

berdasarkan data Izin Usaha Industri (IUI) dari BKPM. Data yang diperoleh dari

Pusdatin selanjutnya diolah berdasarkan sektor industri binaaan Ditjen IKFT

berdasarkan Permenperin No 30 Tahun 2017 tentang Jenis-Jenis Industri

Dalam Pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan Di Lingkungan Kementerian

Perindustrian.

5. Nilai investasi di sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Nilai realisasi investasi di sektor

Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dengan satuan Rp. Triliun. Data diperoleh

dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Perindustrian

berdasarkan data Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dari BKPM.

Data yang diperoleh dari Pusdatin selanjutnya diolah berdasarkan sektor

industri binaaan Ditjen IKFT berdasarkan Permenperin No 30 Tahun 2017

tentang Jenis-Jenis Industri Dalam Pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan

Di Lingkungan Kementerian Perindustrian.

6. Perhitungan Kontribusi Ekspor Produk Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

terhadap Ekspor Nasional

Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Perbandingan nilai ekspor produk

Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terhadap nilai ekspor nasional setiap

tahunnya dengan satuan persentase. Data diperoleh dari Pusat Data dan

Informasi (Pusdatin) Kementerian Perindustrian berdasarkan Data Kinerja

Ekspor-Impor yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang

Page 32: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 25

diperoleh kemudian diolah oleh internal Ditjen IKFT dengan rumus sebagai

berikut:

𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇 = 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100 %

7. Produktivitas dan Kemampuan SDM Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Rp. Juta. Produktivitas tenaga kerja

IKFT diperoleh dari nilai tambah Industri Besar Sedang (IBS) sektor IKFT

dibandingkan oleh pekerja di bidang Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.

Data diperoleh dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian

Perindustrian berdasarkan Data PDB serta data tenaga kerja yang diperoleh

dari Data Industri Besar Sedang (IBS) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS). Data diperoleh kemudian diolah berdasarkan rumus :

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇

8. Peraturan perundangan yang diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT

Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Peraturan Pelaksanaan Kebijakan/

Program sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang diselesaikan pada

tahun berjalan dengan satuan PP/Perpres/Permen/Perdirjen. Data diperoleh

dari jumlah peraturan yang telah disusun di lingkungan Ditjen IKFT minimal

yang sudah disampaikan kepada Biro Hukum Kementerian Perindustrian

untuk dilakukan harmonisasi antar instansi terkait.

9. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk

Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Rancangan Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Page 33: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 26

yang diselesaikan pada tahun berjalan dengan satuan RSKKNI. Capaian

dihitung apabila telah selesai dilakukan rapat teknis 2 (dua) dikarenakan pada

tahap tersebut Kewenangan dari masing-masing Direktorat dalam tahap

penyusunan RSKKNI telah selesai, tahap selanjutnya merupakan kewenangan

Pusdiklat Industri untuk disampaikan ke Kementerian Ketenagakerjaan.

10. Infrastruktur standar produk yang terbentuk

Dasar satuan perhitungan dalam bentuk Rancangan Standar Nasional

Indonesia (SNI) dengan satuan RSNI sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

yang diselesaikan pada tahun berjalan. Capaian dihitung apabila telah selesai

dilakukan rapat prakonsensus dikarenakan pada tahap tersebut Kewenangan

dari masing-masing Direktorat dalam tahap penyusunan RSNI telah selesai

yang tahap selanjutnya merupakan kewenangan Badan Standardisasi

Nasional (BSN).

Tabel 2.6

Dasar Perhitungan Capaian Kinerja

NO Indikator Kinerja

Utama (IKU) Penjelasan IKU Komponen Perhitungan

Sumber

Data

1 Pertumbuhan

industri Kimia,

Farmasi dan Tekstil

Pertumbuhan sektor

industri Kimia, Farmasi

dan Tekstil

Rumus perhitungan:

𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝐷𝐵 𝐼𝐾𝐹𝑇

= PDB IKFT (t) − PDB IKFT (−t)

PDB IKFT periode (−t) 𝑥 100 %

BPS

2 Kontribusi industri

Kimia, Farmasi dan

Tekstil terhadap

PDB

Kontribusi sektor industri

Kimia, Farmasi dan

Tekstil terhadap PDB

Rumus perhitungan:

PDB IKFT periode (t)

PDB periode (−t) 𝑥 100 %

BPS

3 Jumlah tenaga

kerja di sektor

industri Kimia,

Farmasi dan Tekstil

Jumlah tenaga kerja di

sektor industri Kimia,

Farmasi dan Tekstil

Data diperoleh berdasarkan

Data Survei Angkatan Kerja

Nasional (Sakernas) yang

dipublikasikan oleh Badan

Pusat Statistik

BPS

Page 34: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 27

4 Unit Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil

besar sedang yang

tumbuh

Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil baru yang

tumbuh (data dan

klasifikasi industri)

Jumlah Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil sedang dan besar

baru yang tumbuh

BKPM

5 Nilai investasi di

sektor Industri

Kimia, Farmasi, dan

Tekstil

Nilai realisasi investasi di

sektor Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil

Data investasi berasal dari

Laporan Kegiatan Penanaman

Modal (LKPM)

BKPM

6 Perhitungan

Kontribusi Ekspor

Produk Industri

Kimia, Farmasi, dan

Tekstil terhadap

Ekspor Nasional

Perbandingan nilai

ekspor produk Industri

Kimia, Farmasi, dan

Tekstil terhadap nilai

ekspor nasional setiap

tahunnya

Dasar perhitungan Kontribusi

Ekspor Produk Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil dengan

rumus sebagai berikut:

𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝐾𝐹𝑇

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100 %

BPS

7 Produktivitas dan

Kemampuan SDM

Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil

Pembagian antara Nilai

tambah dan jumlah

Tenaga Kerja di sektor

Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil

Produktivitas tenaga kerja IKFT

diperoleh dari nilai tambah

Industri Besar Sedang (IBS)

sektor IKFT dibandingkan oleh

pekerja IBS di bidang Industri

Kimia, Farmasi, dan Tekstil

BPS

8 Peraturan

perundangan yang

diselesaikan di

lingkungan Ditjen

IKFT

Peraturan Pelaksanaan

Kebijakan/ Program

sektor Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil yang

diselesaikan pada tahun

berjalan

Peraturan yang telah disusun

oleh Ditjen IKFT minimal yang

sudah disampaikan kepada

Biro Hukum Kementerian

Perindustrian untuk dilakukan

harmonisasi antar instansi

terkait.

Internal

9 Infrastruktur

kompetensi yang

terbentuk

RSKKNI sektor Industri

Kimia, Farmasi, dan

Tekstil yang diselesaikan

pada tahun berjalan

Jumlah RSKKNI yang telah

selesai dibahas dalam Rapat

Teknis 2 oleh Direktorat

Jenderal IKFT

Internal

10 Infrastruktur

standar produk

yang terbentuk

RRegulasi SNI/ SNI Wajib

sektor Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil yang

diselesaikan pada tahun

berjalan

Jumlah RRegulasi SNI/ SNI

Wajib yang telah selesai

dibahas dalam Rapat

Prakonsensus oleh Direktorat

Jenderal IKFT

Internal

Page 35: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 28

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019 merupakan penjabaran tahun

keempat pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang memuat

sasaran, arah kebijakan, dan strategi pembangunan. Berdasarkan Perpres No.72

Tahun 2018 Tentang RKP Tahun 2019, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil memiliki arah kebijakan fokus pengembangan industri nasional yang

menjadi Program Prioritas Nasional. Data yang digunakan berupakan hasil

kompilasi dari kegiatan di Lingkungan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil yang melibatkan beberapa instansi terkait lainnya baik di internal

Kementerian Perindustrian maupun instansi eksternal seperti Badan Pusat Statistik

(BPS) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

3.1.1 Capaian Prioritas Nasional

Pada Tahun 2019, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

memiliki 26 Prioritas Nasional (PN), dari 10 PN tersebut seluruhnya mencapai

target. Secara rinci capaian Prioritas Nasional (PN) dapat dilihat sebagai berikut:

Page 36: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 29

Tabel 3.1

Capaian Prioritas Nasional Ditjen IKFT Tahun 2019

KEGIATAN OUTPUT SATUAN REALISASI

1875-Penumbuhan

dan Pengembangan

Industri Tekstil,

Kulit,dan Alas Kaki

024-Rancangan Standar Nasional

Indonesia (RSNI) industri tekstil, kulit

dan alas kaki

12-RSNI 16 RSNI

038-Branding Produk Garmen,

Fashion dan Alas Kaki

3-Merek 56 Merk

1876-Penumbuhan

dan Pengembangan

Industri Kimia Hilir

dan Farmasi

016-Pilot Project Industri daur ulang

sampah plastik

1-Pilot project 3 Perusahaan

020-Rancangan Standar Nasional

Indonesia Industri Kimia Hilir

12-RSNI 12 RSNI

032-Branding produk industri kimia

hilir

4-Merk 4 Merk

034-Perusahaan Industri Obat

Tradisional yang direvitalisasi

8-Unit

Mesin/Peralatan

11 Mesin /

Peralatan

1877-Penumbuhan

dan Pengembangan

Industri Kimia Hulu

024-Implementasi Inisiatif Perbaikan

Alur Aliran Material Sektor Industri

Kimia - Implementasi Making

Indonesia 4.0

1-Paket

Rekomendasi

Kebijakan

1 Dokumen

026-Otoritas Nasional Senjata Kimia 1-Otoritas 1 Otoritas

027-Fasilitasi Investor Dalam Rangka

Penumbuhan dan Pengembangan

Industri Petrokimia di Teluk Bintuni

1-Paket Fasilitasi

Investor

1 Dokumen

030-Rancangan Standar Nasional

Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu

3-RSNI 3 RSNI

031-Regulasi SNI Wajib Sektor

Industri Kimia Hulu

1-SNI Wajib 1 SNI Wajib

038-Promosi Investasi Dalam

Rangka Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Kimia Hulu

1-Paket Promosi

Investasi

1 Dokumen

039-Fasilitasi Industri Kimia Hulu

Nasional Dalam Rangka Efisiensi dan

Diversifikasi Energi

1-Paket Fasilitasi

Industri

1 Dokumen

041-Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Pupuk dan

Pestisida

1-Rekomendasi 1 Rekomendasi

042-Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Garam

Industri

1-Rekomendasi 1 Rekomendasi

Page 37: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 30

043-Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Bahan Baku

Obat

1-Rekomendasi 1 Rekomendasi

1879-Penyusunan

dan Evaluasi

Program

Penumbuhan dan

Pengembangan

Industri Kimia,

Farmasi dan Tekstil

012-Strategi Penumbuhan dan

Pengembangan Daya Saing Sektor

IKFT

1-Dokumen 1 Dokumen

4910-Peningkatan

Kompetensi SDM

Industri Kimia Hilir

dan Farmasi

001-SDM Industri Kimia Hilir dan

Farmasi yang dilatih

880-orang 880 Orang

002-Bimbingan Teknis CPOTB, CPOB

dan CPKB kepada Industri Obat,

Kosmetik dan Obat Tradisional

120-orang 120 Orang

003-Pilot Project Industri 4.0 di

sektor industri kimia hilir dan

farmasi

1-Pilot project 1 Pilot Project

4911-Peningkatan

Kompetensi SDM

Industri Kimia Hulu

001-Fasilitasi Penyusunan RSKKNI

Industri Kimia Hulu

1-RSKKNI 1 RSKKNI

4912-Peningkatan

Kompetensi SDM

Industri Semen,

Keramik dan

Pengolahan Bahan

Galian Nonlogam

001-Fasilitasi Penyusunan RSKKNI

Industri Semen, Keramik, dan

Pengolahan Bahan Galian

Nonlogam

1-RSKKNI 1 RSKKNI

4913-Peningkatan

Kompetensi SDM

Industri Tekstil, Kulit,

dan Alas Kaki

001-Implementasi Making Indonesia

4.0 Sektor Tekstil dan Busana

1-Pilot project 1 Pilot Project

002-Rancangan Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)

Industri tekstil, kulit dan alas kaki

2-RSKKNI 2 RSKKNI

003-SDM industri tekstil, kulit dan

alas kaki yang mengikuti diklat

1000-orang 1675 Orang

5881-Penumbuhan

dan Pengembangan

Industri Semen,

Keramik Dan

Pengolahan Bahan

Galian Nonlogam

004-PILOT PROJECT INDUSTRI

PASIR SILIKA PRECIPITATED

(Prioritas Nasional)

1-Pilot project 1 Pilot Project

Page 38: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 31

3.1.2 Capaian RPJMN Ditjen IKFT

Indikator dan Target pada RPJMN perlu banyak penyesuaian,

dikarenakan sesuai dengan kondisi industri dan alokasi anggaran. Bila

dibandingkan dengan target output pada tahun 2019, perbedaan terdapat pada

RSKKNI dan RSNI Direktorat Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki serta RSNI di Direktorat

Industri Kimia Hulu, perbedaan ini dikarenakan anggaran yang disetujui pada

tahun 2017 dan usulan dari Asosiasi Industri. Mayoritas lebih tinggi target

RPJMN dibandingkan dengan target output RKA K/L. Secara rinci capaian

Capaian RPJMN dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.2

Capaian RPJMN Ditjen IKFT

SASARAN INDIKATOR SATUAN 2015 2016 2017 2018 2019

T R T R T R T R T R

Meningkatnya

Populasi Industri

Sedang dan

Besar Tekstil dan

Aneka

Fasilitasi

Pembangunan

Bufferstock Bahan

Baku Kapas di Jawa

Barat dan

Bufferstock Kulit di

Jawa Timur

Lokasi

2 0 2 2 2 2 2 3 2 0

Revitalisasi

Industri Tekstil

dan Aneka

RSKKNI Industri

Tekstil dan Aneka RSKKNI

3 4 3 1 3 2 3 1 3 2

Tersusunnya

Standar Produk

RSNI/SNI

Wajib

6 15 12 19 12 12 12 16 12 16

Semula:

Revitalisasi

Perusahaan

Industri Tekstil dan

Aneka

Perusahaan

100 115 120 2 140 0 160 0 180

Menjadi: Evaluasi

kegiatan

restrukturisasi

perusahaan

Industri Tekstil dan

Aneka

dokumen

2 2 0 0 0 0

Keterkaitan industri

Tekstil dan Aneka

Perusa-

haan

300 389 300 539 300 181 300 72 300 200

Hilirisasi hasil

tambang ke

Terfasilitasinya

penyusunan FS Dokumen

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 39: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 32

produk dan jasa

industri

Industri Technical

Textile

Revitalisasi

Industri Kimia

Hilir

Tersusunnya

Standar Produk

RSNI/SNI

Wajib

18 20 18 17 18 18 9 12 10 12

Terfasilitasinya

Pengembangan

Industri Kimia Hilir

Komoditi

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

RSKKNI Industri

Kimia Hilir RSKKNI

2 - 2 - 2 2 2 1 2 0

Hilirisasi hasil

tambang ke

produk dan jasa

industri

Fasilitasi

penyusunan FS

Semen Kupang III

dan industri ban,

keramik, dan kaca

Dokumen

2 2 2 2 0 0 0 0 0 0

Meningkatnya

Populasi Industri

Sedang dan

Besar Kimia

Dasar

Semula:

Terbangunnya

pabrik pupuk NPK

di Aceh 100.000

ton Pabrik

0 - 0 - 1

0 0 1 0

Menjadi:

Terbangunnya

pabrik pupuk NPK

Pengembangan

industri petrokimia Komoditi

3 3 3 3 3 2 3 6 3 3

Tumbuh dan

berkembangnya

klaster industri

petrokimia

Komoditi

3 3 3 3 3 2 3 4 3 3

Fasilitasi

Penumbuhan dan

Berkembanganya

Industri Garam

Unit

1 - 3 1 3 2 3 3 3 3

Revitalisasi

Industri Kimia

Dasar

Terfasilitasinya

revitalisasi dan

pengembangan

industri pupuk

Dokumen

3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

Tersusunnya

Standar Produk

RSNI/ SNI

Wajib

13 8 13 6 13 6 7 7 7 4

Hilirisasi hasil

tambang ke

produk dan jasa

industri

Terbangunnya 1

Pabrik Methanol

berbasis gasifikasi

batubara (low rank

coal) dengan

kapasitas 500.000

ton/tahun

Terbangunnya

pabrik Paracetamol

kapasitas 10.000

ton/th, amoxicilin

kapasitas 750

ton/th, garam

farmasi 6.000

ton/th, Dextrose

for infusion 6.000

Perusa-

haan

- - - - - - - - - -

Page 40: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 33

ton/th, Vitamin C

kapasitas 3.000

ton/th,

Sefalosporin

kapasitas 150

ton/th Fasilitasi

Pembangunan

Pilot Plant EOR

kapasitas 20

ton/hari

Meningkatnya

Penggunaan

Produksi Dalam

Negeri

Tersosialisasikanny

a program

peningkatan

produk dalam

negeri

Sosialisasi

1 1 1 3 1 1 1 - 1 -

Tersertifikasinya

TKDN produk

industri

Sertifikat

1.000 350 1.000 350 1.000 350 500 500 - -

Terfasilitasinya

MoU antara

produsen dan

pengguna di sektor

Pertanian, ESDM,

Pekerjaan Umum,

Perhubungan,

Kesehatan,

Pendidikan dan

Pertahanan

MoU

4 1 4 - - 0 0 -

Fasilitasi

peningkatan

penggunaan

produksi dalam

negeri

Produk

20 0 0 0 0 0 0 -

Kampanye

sistematis dan

kreatif untuk

menumbuhkan

apresiasi

terhadap

kegiatan industri

dalam negeri

Terwujudnya

Business Matching

dan pameran

antara produsen

dan pengguna

Sektor

12 8 12 2 12 6 12 -

3.1.3 Capaian Rencana Strategis

Dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil terdapat indikator kinerja tujuan yang menunjukan bagaimana

merepresentasikan tujuan pembangunan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yaitu

Meningkatnya Peran Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dalam Perekonomian

Nasional. Indikator kinerja tujuan tersebut sebagai berikut:

Page 41: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 34

Tabel 3.3

Indikator Tujuan Rencana Strategis

TUJUAN PROGRAM /INDIKATOR SATUAN TARGET CAPAIAN

2019 2019*

Meningkatnya peran Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil dalam perekonomian nasional

1 Laju pertumbuhan Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil

Persen 4,31 – 4,80 6,08

2 Kontribusi Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

terhadap PDB Nasional

Persen 4,95 – 5,03 8,77

3 Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor Industri

Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Juta

Orang

7,49 – 7,65 7,25

Berdasarkan Indikator Tujuan Rencana Strategis dari 3 (tiga) tujuan indikator

hanya jumlah tenaga kerja yang capaiannya dibawah target.

Sumber: BPS, diolah Ditjen IKFT

Grafik 3.1 Laju Pertumbuhan Sektor IKFT (Persen)

Sejalan dengan pemulihan perekonomian global yang terus menunjukan

adanya peningkatan, pertumbuhan ekonomi domestik turun menjadi 5,03 persen

pada tahun 2019, dari sebelumnya sebesar 6.17 persen di tahun 2018. Adanya

4,88

5,03 5,07 5,17 5,03

5,05

4,43 4,85 4,77

4,34

3,34

1,95

3,07

3,63

6,08

2015 2016 2017 2018 2019

Ekonomi Ind. Pengolahan Non Migas IKFT

Page 42: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 35

perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan tahun 2018 menurut

laporan Badan Pusat Statistik diakibatkan beberapa aspek antara lain i)

Perekonomian global pada Triwulan IV-2019 masih lemah dan belum stabil akibat

masih lemahnya perdagangan global dan investasi; ii) Harga komoditas nonmigas

di pasar internasional pada Triwulan IV-2019 secara umum mengalami

peningkatan (q-to-q) maupun (y-on-y), serta iii) Ekonomi beberapa mitra dagang

Indonesia masih tumbuh positif, namun melambat dibandingkan periode yang

sama pada tahun 2018.

Pada tahun 2019 pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan tekstil terus

membaik dengan 6.08 persen, pada tahun 2018 yang hanya mencapai 3.83 persen.

Pertumbuhan yang signifikan ini didorong oleh pertumbuhan Industri pakaian jadi

yang mencapai 19.48% dibandingkan tahun 2018. Sementara itu, di sektor IKFT

hanya terdapat 3 (tiga) sektor yang mengalami perlambatan yaitu Ind. Kulit, Barang

Kulit dan Alas Kaki (-0.99%), Ind. Barang Galian bukan Logam (-1.03%), Ind. Karet,

Barang dari Karet dan Plastik (-5.52%).

Tabel 3.4

Perkembangan Tenaga Kerja Sektor IKFT (juta orang)

Di lain sisi, kebutuhan tenaga kerja dibidang industri terus mengalami

peningkatan, industri yang selalu berkembang akan selalu membutuhkan tenaga

Page 43: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 36

kerja meskipun adanya perubahan teknologi namun peran tenaga kerja masih

snagat dibutuhkan. Namun hal ini masih menjadi permasalahan dikarenakan

kompetensi tenaga kerja indonesia masih banyak yang belum sesuai dengan

kebutuhan industri sehingga meskipun kebutuhan industri tinggi namun tidak

dapat secara penuh terisi. Pada 2019, sektor IKFT sebesar 7,25 juta tenaga kerja.

Dengan kontribusi terbesar di Industri Tekstil dan Pakaian Jadi sebesar 3,91 juta.

Sektor industri tersebut menjadi salah satu penopang utama dalam penyerapan

tenaga kerja karena merupakan basis industri padat karya.

Beberapa isu yang dihadapi oleh sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil

selama tahun 2019 yaitu sebagai berikut :

➢ Industri Kimia dan Barang Kimia

• Belum terpenuhinya kebutuhan bahan baku industri dalam negeri yang

diakibatkan terbatasnya kapasitas produksi kimia dasar, tingginya impor

bahan baku, dan terbatasnya R&D

• Karakteristik industri kimia hulu padat modal yang membutuhkan nilai

investasi besar dan sebagian besar bahan baku dan bahan penolong

industri tergantung pada import (naphtha)

• Harga gas bumi untuk bahan baku dengan harga mahal dan volume yang

terbatas

• Faktor kerumitan dalam melakukan investasi di daerah

• TKDN industri kimia hulu masih terlalu rendah yang berakibat pada

rendahnya nilai TKDN pada industri kimia hilir

➢ Industri Karet, Barang Karet dan Plastik

• Rendahnya penyerapan penggunaan bahan baku dalam negeri yang

disebabkan permintaan pasar menurun

Page 44: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 37

• Sebanyak 40% kebutuhan bahan baku sektor industri karet hilir dalam

negeri dipasok dari dalam negeri, sedangkan 60% sisanya masih impor

yaitu karet sintetik, rubber chemicals, rubber processing oil, dsb.

• Belum optimalnya implementasi P3DN dalam proses pengadaan

barang/jasa khususnya untuk kebutuhan infrastruktur dan kesehatan

• 1/3 kebutuhan bahan baku plastik dipasok dari dalam negeri, sedangkan

sisanya masih impor

• Belum harmonisnya BM antara produk Hulu, hilir dan antara terutama di

produk plastik

• Belum ada instrumen pengendalian terhadap impor produk jadi plastik

• Adanya peraturan daerah yang kontraproduktif bagi pertumbuhan industri

terkait larangan pemakaian kemasan plastik

• Persepsi yang berbeda antara Kementerian terkait penanganan sampah

plastik

• Pengelompokan data pertumbuhan (KBLI 2 Digit) produk karet dan plastik

masih menjadi satu dengan karet

➢ Industri Farmasi, dan Obat Tradisional

• Pengembangan industri bahan baku obat guna menunjang kinerja industri

produk farmasi di dalam negeri

• Ketergantungan industri farmasi hampir 98% bahan baku obat didapat dari

impor.

• Pangsa pasar produk farmasi di dalam negeri sebesar Rp 80T termasuk

program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang bersumber dari dana

APBN.

• Belum optimalnya penelitian tentang formulasi obat, obat baru dan

fitofarmaka.

Page 45: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 38

• Industri bahan baku obat belum ada di dalam negeri.

• Belum efektifnya pemanfaatan TKDN untuk pengadaan barang/jasa oleh

pemerintah terutama di sektor farmasi atau program JKN.

• Sudah terbitnya PP 45 tahun 2019 tentang supertax deduction namun

belum ada regulasi turunan tentang tatacara pemberian insentif untuk

penelitian/riset.

➢ Industri Barang Galian Bukan Logam

• Ketergantungan terhadap pertumbuhan sektor lainnya seperti infrastruktur

dan properti/real estate

• Meningkatnya pangsa pasar produk impor terhadap kebutuhan nasional

khususnya keramik, barang dari semen untuk struktur bangunan dan batu

tahan api

• Tidak efektifnya penerapan safeguard untuk menahan laju impor keramik

• Tingginya harga gas yang berkonstribusi 30% dari biaya produksi sehingga

menyebabkan kurang berdayasaingnya industri kaca dan keramik nasional.

• Terjadinya over capacity industri semen nasional

• Masih tingginya ketergantungan impor bahan baku di dalam negeri

• Belum efektifnya pemanfaatan TKDN untuk pengadaan barang/jasa oleh

pemerintah terutama di sektor konstruksi dan bangunan

➢ Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

• Ketergantungan impor untuk pemenuhan bahan baku dan bahan penolong

industri masih tinggi

• Meningkatnya pangsa pasar produk impor di dalam negeri

• Lonjakan impor barang jadi tekstil (karpet) dan garmen

• Disharmonisasi tarif bea masuk karena adanya FTA yang berimbas pada

Page 46: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 39

pengenaan BMAD serat dan filament serta diikuti dengan pengenaan

BMTPS pada industri benang dan kain

• Penurunan kapasitas produksi industri tekstil

• Teknologi permesinan yang sudah tua

• Permasalahan lingkungan pada industri di sekitar DAS Citarum

➢ Industri Kulit, Barang Kulit dan Alas Kaki

• Bahan baku kulit masih sangat tergantung dengan impor dengan harga 30-

40% lebih murah dari kulit lokal, bahan baku kulit dalam negeri hanya

mampu memenuhi 40% kebutuhan industri penyamak kulit nasional.

• Supply chain antara industri kulit dan barang dari kulit termasuk alas kaki

belum terbentuk dengan baik

• Bahan baku untuk sepatu olah raga berupa kain mesh/kain kanvas dan

aksesoris sepatu masih sangat tergantung pada impor.

• Dengan terbitnya PMK 612 tahun 2019 tentang Pengenaan Bea Masuk

Tindakan Pengamanan Sementara Terhadap Produk Impor Kain, akan

menambah cost produksi industri alas kaki berbahan tekstil yang sebagian

besar masih impor

• Kurangnya tenaga kerja yang memiliki kompetensi, khususnya di daerah

investasi baru, seperti Jepara dan Garut

• Peningkatan impor yang cukup signifikan untuk alas kaki dengan kualitas

rendah dan harga murah

• Pelabuhan masuk yang langsung mendekati pasar utama menyebabkan

impor yang semakin tinggi

• Pangsa Pasar di dunia yang stagnan dan semakin banyak munculnya

pemain baru dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah

Page 47: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 40

3.1.4 Capaian Sasaran Strategis

Sebagaimana telah diperjanjikan dalam dokumen Perjanjian Kinerja

tahun 2019, kinerja sasaran yang ditetapkan mencakup sasaran strategis dalam

perspektif pemangku kepentingan, perspektif proses pelaksanaan tugas pokok

dan perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan maka berikut ini

pencapaian pada Tahun 2018:

Tabel 3.5

Capaian Sasaran Strategis Ditjen IKFT

No Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama

(IKU) Satuan T R %

Tujuan

1 Meningkatnya peran

industri Kimia, Farmasi

dan Tekstil dalam

perekonomian nasional

1 Pertumbuhan industri

Kimia, Farmasi dan Tekstil 4.60 Persen 6.08 132,17

2 Kontribusi industriKimia,

Farmasi dan Tekstil

terhadap PDB

4.15 Persen 8.77 211,33

3 Jumlah tenaga kerja di

sektor industri Kimia,

Farmasi dan Tekstil

7.38 Juta

Orang 7.25 98,24

Perspektif Pemangku Kepentingan

1. Meningkatnya populasi

dan persebaran industri

1. Unit industri kimia, farmasi,

dan tekstil besar sedang

yang tumbuh

Unit 447 -

491 464 103,80

2. Nilai investasi di sektor

industri kimia, farmasi, dan

tekstil

Rp

Triliun 149,70 54.93 36,69

2. Meningkatnya daya

saing dan produktivitas

sektor industri

1. Kontribusi ekspor produk

industri kimia, farmasi, dan

tekstil terhadap ekspor

nasional

Persen 23,20 22,1 95,26

2. Produktivitas dan

kemampuan SDM industri

kimia, farmasi, dan tekstil

Rp. Juta 219,00 252,7 115,39

Page 48: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 41

Perspektif Proses Bisnis Internal

1. Tersedianya kebijakan

pembangunan industri

kimia, farmasi, dan

tekstil yang efektif

1. Peraturan perundangan

yang diselesaikan di

lingkungan Ditjen IKFT

PP/

Perpres/

Permen

2 2 100

2.

Terselenggaranya

urusan pemerintahan di

bidang perindustrian

yang berdaya saing dan

berkelanjutan

1. Infrastruktur kompetensi

yang terbentuk

RSKKNI 4 4 100

2. Infrastruktur standar

produk yang terbentuk

RRegula

si SNI/

SNI

Wajib

34 44 129,41

Pada Tahun 2019, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

memiliki sebanyak 10 (sepuluh) Indikator Kinerja Utama yang tertuang pada

Perjanjian Kinerja, hingga akhir Tahun 2019, terdapat 3 (tiga) IKU yang tidak

terpenuhi target. Secara total persentase capaian kinerja Direktorat Jenderal

Industi Kimia, Farmasi, dan Tekstil rata-rata sebesar 112.23 % dari target yang

telah ditetapkan.

Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya peran industri Kimia, Farmasi dan

Tekstil dalam perekonomian nasional

Meningkatnya peran industri Kimia, Farmasi dan Tekstil dalam

perekonomian nasional diindikasikan dengan indikator kinerja sasaran strategis

(IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:

1. Pertumbuhan industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

2. Kontribusi industriKimia, Farmasi dan Tekstil terhadap PDB

3. Jumlah tenaga kerja di sektor industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

Sejalan dengan pemulihan perekonomian global yang terus menunjukan

adanya peningkatan, pertumbuhan ekonomi domestik turun menjadi 5,03

persen pada tahun 2019, dari sebelumnya sebesar 6.17 persen di tahun 2018.

Page 49: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 42

Adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan tahun 2018

menurut laporan Badan Pusat Statistik diakibatkan beberapa aspek antara lain

i) Perekonomian global pada Triwulan IV-2019 masih lemah dan belum stabil

akibat masih lemahnya perdagangan global dan investasi; ii) Harga komoditas

nonmigas di pasar internasional pada Triwulan IV-2019 secara umum

mengalami peningkatan (q-to-q) maupun (y-on-y), serta iii) Ekonomi beberapa

mitra dagang Indonesia masih tumbuh positif, namun melambat dibandingkan

periode yang sama pada tahun 2018.

Pada tahun 2019 pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan tekstil terus

membaik dengan 6.08 persen, pada tahun 2018 yang hanya mencapai 3.83

persen. Pertumbuhan yang signifikan ini didorong oleh pertumbuhan Industri

pakaian jadi yang mencapai 19.48% dibandingkan tahun 2018. Sementara itu,

di sektor IKFT hanya terdapat 3 (tiga) sektor yang mengalami perlambatan yaitu

Ind. Kulit, Barang Kulit dan Alas Kaki (-0.99%), Ind. Barang Galian bukan Logam

(-1.03%), Ind. Karet, Barang dari Karet dan Plastik (-5.52%).

Di lain sisi, kebutuhan tenaga kerja dibidang industri terus mengalami

peningkatan, industri yang selalu berkembang akan selalu membutuhkan

tenaga kerja meskipun adanya perubahan teknologi namun peran tenaga kerja

masih snagat dibutuhkan. Namun hal ini masih menjadi permasalahan

dikarenakan kompetensi tenaga kerja indonesia masih banyak yang belum

sesuai dengan kebutuhan industri sehingga meskipun kebutuhan industri tinggi

namun tidak dapat secara penuh terisi. Pada 2019, sektor IKFT sebesar 7,25 juta

tenaga kerja. Dengan kontribusi terbesar di Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

sebesar 3,91 juta. Sektor industri tersebut menjadi salah satu penopang utama

dalam penyerapan tenaga kerja karena merupakan basis industri padat karya.

Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Populasi Industri dan persebaran

industri

Page 50: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 43

Meningkatnya populasi Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil diindikasikan

dengan peningkatan jumlah unit Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil serta

penyerapan tenaga kerja industri besar sedang (IBS) pada sektor Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil khususnya. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari

sasaran strategis ini adalah:

1. Jumlah unit Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.

2. Nilai investasi di sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.

Sasaran ini berdasarkan amanat RPJMN dimana mengharapkan

tumbuhnya 9000 industri baru selama jangka 2015-2019, tentunya dengan

harapan tumbuhnya industri yang cukup besar ditandai pula dengan masuknya

investasi ke Indonesia baik pemodalan asing maupun dalam negeri. Berikut

merupakan hasil capaian Sasaran Strategis yaitu Meningkatnya Populasi Industri

dan persebaran industri:

Tabel 3.6

Pencapaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya Populasi Industri

No Sasaran

Strategis (SS)

Indikator Kinerja Utama

(IKU) Satuan Target Realisasi

Perspektif Pemangku Kepentingan

1. Meningkatnya

populasi dan

persebaran

industri

1. Unit Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil

besar sedang yang

tumbuh

Unit 447 -

491

464

2. Nilai investasi di sektor

Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil

Rp Triliun 149,70 54.93

Sasaran ini merupakan turunan dari RPJMN Tahun 2015 - 2019 dimana

target industri yang tumbuh selama lima tahun adalah 9000 industri. Target

tersebut bila di-cascade tiap tahunnya dan untuk tiga direktorat jenderal teknis

Page 51: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 44

di Kementerian Perindustrian maka target Ditjen IKFT tahun 2019 adalah 447 -

491 unit. Realisasi Tahun 2019 ini sebesar 464 unit, namun angka ini merupakan

prognosa hasil perhitungan tenaga ahli. Unit industri yang tumbuh ini besar

pengaruhnya terhadap pertumbuhan industri tersebut. Meski dampak dari

perlambatan ekonomi dunia masih terasa mempengaruhi pertumbuhan industri,

namun perkiraan industri yang telah terbangun di triwulan IV Tahun 2019 cukup

baik. Rincian realisasi sebagai berikut, industri tekstil, kulit, dan alas kaki tumbuh

129 unit industri; Industri kimia hilir dan farmasi tumbuh 197 unit industri; industri

semen, keramik dan pengolahan bahan galian nonlogam tumbuh 61 unit industri;

dan industri kimia hulu tumbuh 77 unit industri.

Sumber: BKPM, diolah Ditjen IKFT

Grafik 3.2 Perkembangan Realisasi Investasi (Rp. Triliun)

Salah satu faktor tumbuhnya industri ialah adanya investasi baru ataupun

perluasan pada industri tersebut. Investasi dibagi menjadi dua yakni penanaman

modal asing dan penanaman modal dalam negeri. Data investasi yang dimiliki

Ditjen IKFT berasal dari Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dari BKPM,

LKPM cenderung pada investasi yang telah terrealisasi dan memiliki data yang

Page 52: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 45

linier, namun untuk triwulan IV masih merupakan hasil prognosa. Hasil prognosa

dari Tenaga ahli data Ditjen IKFT untuk investasi triwulan IV di sektor IKFT sebesar

54.93 Triliun rupiah. Investasi masih jauh lebih tinggi yang berasal dari asing

dibandingkan dengan penanaman modal dalam negeri. Untuk mendukung

tercapainya sasaran tersebut, Ditjen IKFT melakukan upaya sebagai berikut:

a. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia

Adapun perkembangan kegiatan penumbuhan dan pengembangan

Industri Petrokimia sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Realisasi Investasi PT Chandra Asri Petrochemical

Realisasi Investasi senilai US$ 890 juta untuk pembangunan pabrik baru dan

peningkatan kapasitas produksi, sehingga kapasitas produksi menjadi

sebagai berikut :

No Komoditi Kapasitas Semula

(MT/Tahun)

Kapasitas 2019

(MT/Tahun)

1 Ethylene 860.000 900.000

2 Propylene 470.000 490.000

3 Polyethylene 336.000 736.000

4 Polypropylene 480.000 590.000

• Realisasi Investasi PT Polytama Propindo

Realisasi investasi sebesar US$ 25 juta, sehingga kapasitas produksi

polypropylene menjadi 260.000 MT/Tahun

• Realisasi Investasi PT Enerco RPO Internasional

ERI merupakan perusahaan penanaman modal baru yang berlokasi di Satam

dengan nilai investasi sebesar Rp. 1,29 Triliun dan tenaga kerja sebanyak 15

orang. ERI menghasilkan produk utama berupa RPO TDAE (Rubber

Processing Oil Treated Distillate Aromatic Extract) dan produk samping

Page 53: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 46

berupa Hace dan Asphalt. Masa konstruksi ERI selama 2 tahun (2017 - 2019)

dan beroperasi komersial pada tahun 2019.

ERI merupakan satu-satunya produsen TDAE di Indonesia dengan kapasitas

sebesar 195.000 MT/tahun dan merupakan pabrik TDAE terbesar di Asia.

Pembangunan pabrik RPO TDAE yang dilakukan oleh ERI telah

mendapatkan fasilitas Tax Holiday sesuai dengan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 268/KM .3/2019 tentang Pemberian Fasilitas

Pengurangan Pajak Penghasilan Badan kepada PT. Enerco RPO

Internasional tanggal 15 Mei 2019 dengan jangka waktu selama 7 tahun dan

pengurangan PPh 50% selama 2 tahun.

• Investasi PT. Polyplex Films Indonesia (Polyplex)

Polyplex merupakan perusahaan penanaman modal baru yang berlokasi di

Serang Banten dengan nilai investasi sebesar Rp. 269 Miliar dan tenaga kerja

sebanyak 50 orang. Polyplex menghasilkan resin PET dengan kapasitas

87.500 MT/tahun. Akhir masa konstruksi pada Oktober 2019 dan beroperasi

komersial pada Oktober 2019 Polyplex telah mendapatkan fasilitas Tax

Allowance sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

645/KM .3/2019 tentang Persetujuan Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan

untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di

Daerah-Daerah Tertentu.

• Investasi PT. Megah Energy Khatulistiwa (MEK)

MEK merupakan perusahaan penanaman modal baru yang berlokasi di

Bulungan Kalimantan Utara yang menghasilkan produk utama berupa semi

coke dengan kapasitas 600.000 MT/tahun dan produk samping berupa coal

tar dengan kapasitas 50.000 MT/tahun. Nilai investasi MEK sebesar Rp. 1,09

Triliun dan tenaga kerja sebanyak 51 orang. Konstruksi MEK telah selesai

Page 54: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 47

dilakukan pada tahun 2019 dan saat ini sedang mengajukan fasilitas Tax

Holiday.

• Progress Rencana Investasi Gasifikasi Batubara oleh PT. Bukit Asam

PT Bukit Asam berencana berinvestasi pada proyek pembangunan Gasifikasi

Batubara yaitu:

Proyek gasifikasi batubara di Tanjung Enim Sumatera Selatan yang

merupakan konsorsium antara PTBA, PT. Pupuk Indonesia, PT. Pertamina

dan PT. Chandra Asri Petrochemical dengan rincian proyek sebagai berikut:

- Proyek gasifikasi ini menghasilkan syngas yang selanjutnya diolah

menjadi produk-produk akhir berupa pupuk dengan kapasitas

sebesar 570.000 MT/tahun, polypropylene sebesar 450.000 MT/tahun

dan DME sebesar 400.000 ton/tahun

- Saat ini Bankable Feasibility Study (FS) telah selesai disusun dan

diperkirakan dapat beroperasi komersial pada tahun 2025. Nilai

investasi pada proyek gasifikasi batubara di Tanjung Enim

diperkirakan sebesar US$ 5,3 Miliar.

Proyek gasifikasi batubara di Peranap Riau yang merupakan konsorsium

antara PTBA, PT. Pertamina dan PT. Air Products Indonesia dengan rincian

proyek sebagai berikut:

- Proyek gasifikasi ini menghasilkan syngas yang selanjutnya diolah

menjadi produk-produk akhir berupa DME dengan kapasitas sebesar

1.400.000 MT/tahun, metanol sebesar 300.000 MT/tahun dan MEG

sebesar 250.000 MT/tahun. Nilai investasi pada proyek gasifikasi

batubara di Peranap diperkirakan sebesar US$ 3,5 Miliar dan

diperkirakan dapat beroperasi komersial pada tahun 2025.

Page 55: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 48

- Saat ini, tahap FS telah selesai dilakukan oleh Wison pada bulan Juni

2019 bahwa dengan asumsi penetapan harga DME oleh Pertamina

sebesar US$420 / Ton, dapat ditentukan bahwa IRR untuk proyek ini

berada pada 9,24%. Sementara PTBA menilai bahwa angka IRR yang

layak untuk investasi ini adalah sebesar 12%. Berdasarkan kalkulasi

lanjutan, dapat diproyeksikan bahwa beberapa kebijakan insentif dari

pemerintah berpotensi dapat mendorong IRR hingga 10,99%. Rincian

kebijakan insentif tersebut antara lain pemberian Tax Holiday PPh

Badan selama 20 tahun, pengurangan PPn jasa pengolahan,

pengurangan PPn EPC dengan kandungan lokal, pemberian insentif

tarif khusus bahan baku batubara dan pembebasan royalti batubara.

- Beberapa kandidat teknologi yang akan dipilih untuk proyek ini

berasal dari Air Product, Amerika Serikat dan CECO yang merupakan

anak perusahaan dari China Aerospace.

Isu dan tantangan yang dihadapi pada proyek pembangunan Gasifikasi

Batubara di Tanjung Enim Sumatera Selatan dan Peranap Riau adalah

sebagai berikut:

- Kandungan energi DME hanya 63% bila dibandingkan dengan LPG.

Selain itu, DME tidak bisa dipasarkan secara tunggal dan harus

blending dengan LPG. Hal ini menjelasakan bahwa volume DME di

pasar akan mengembang sebesar 2 kali lipat. Sehingga PT. Pertamina

perlu mengembangkan infrastruktur tabung gas baik secara standar

khusus untuk DME maupun secara kuantitas.

- Disamping itu, PT. Pertamina perlu mendapatkan kejelasan

pemerintah dalam kebijakan subsidi bahan bakar berbasis DME.

Mengingat PSO subsidi mencapai 80% dari pengadaan seluruh bahan

bakar nasional.

Page 56: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 49

• Progres Rencana Investasi PT Lotte Chemical Indonesia

LCI berencana membangun integrated petrochemical complex dengan

lokasi di Cilegon Banten. Nilai investasi pembangunan proyek ini

diperkirakan sebesar US$ 4,4 Miliar. Integrated petrochemical complex

menggunakan bahan baku berupa naphtha/LPG dengan kebutuhan sebesar

3.000 KTA dan menghasilkan produk berupa ethylene dengan kapasitas

sebear 1.000 KTA, propylene 520 KTA, polyethylene 700 KTA, polypropylene

400 KTA, butadiene 130 KTA dan BTX 370 KTA. Konstruksi proyek ini dimulai

pada tahun 2020 dan diharapkan selesai konstruksi dan beroperasi

komersial pada tahun 2023.

• Progress Rencana Investasi PT. Chandra Asri Perkasa

CAP melalui anak usahanya PT. Chandra Asri Perkasa berencana

membangun kompleks petrokimia kedua dengan nilai investasi sebesar

US$ 5 Miliar yang menghasilkan ethylene dengan kapasitas sebear 1.100

KTA,b propylene 600 KTA, polyethylene 750 KTA, polypropylene 450 KTA,

butadiene 175 KTA dan BTX 363 KTA. KTA. Konstruksi proyek ini dimulai

pada tahun 2020 dan diharapkan selesai konstruksi dan beroperasi

komersial pada tahun 2023.

• Progress Rencana Investasi PT. Pertamina

Pertamina berencana membangun petrochemical complex yang berlokasi

di Balongan Jawa Barat. Proyek ini telah masuk dalam Rencana Jangka

Panjang Perusahaan (RJPP) tahun 2020 - 2026 dan telah menyelesaikan

proses FS yang dibutuhkan. Nilai investasi proyek ini diperkirakan sebesar

US$ 8 Miliar dengan lingkup proyek berupa main unit naphtha cracker dan

8 unit downstream dengan 23 jenis produk. Adapun jenis produk yang akan

dihasilkan dan kapasitasnya adalah sebagai berikut: ethylene 1.000 KTA,

propylene 520 KTA, butadiene 120 KTA, butadiene raffinate 110 KTA,

Page 57: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 50

benzene 130 KTA, toluene 82 KTA, mixed xylene 57 KTA, C9+ 40 KTA,

MEGIDEGITEG 792 KTA, LLDPE 380 KTA, styrene monomer 720 KTA, ABS 800

KTA, AN 260 KTA, MMA 85 KTA, PP 400 KTA, MTBE 50 KTA, MEK 50 KTA,

MA 40 KTA, DTBP 50 KTA. Pembangunan proyek petrochemical complex

akan dimulai pada tahun 2020 dan diharapkan selesai pada tahun

2022/2023.

• Progress Rencana Investasi PT. Nippon Shokubai Indonesia (NSI)

NSI berencana melakukan investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi

acrylic acid dan super absorbent polymer. Beberapa rencana investasi NSI

yaitu:

- Pembangunan pabrik baru acrylic acid dengan kapasitas sebesar

100.000 MT/tahun. Nilai investasi pembangunan pabrik baru ini

adalah US$ 200 juta. Masa konstruksi 2020 - 2021 .

- Oebott/enecking peningkatan kapasitas produksi super absorbent

polymer (SAP) dengan kapasitas 24.000 MT/tahun dan nilai investasi

sebesar US$ 5 juta. Masa konstruksi 2020 - 2021 .

- Pembangunan pabrik baru super absorbent polymer dengan

kapasitas sebesar 55.000 MT/tahun. Saat ini sedang dalam tahap

feasibility study oleh Nippon Shokubai Co., Ltd dan penyelesaian

proyek diharapkan dapat dilakukan pada tahun 2023.

- Proyek pembangunan pabrik baru acrylic acid dengan kapasitas

sebesar 100.000 MT/tahun telah mendapatkan fasilitas Tax Holiday

sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 470/KM.3/2019.

NSI tidak mengalami kendala pada rencana investasi dimaksud.

• Progress Rencana Investasi PT. Cabot Asia Pacific South (CAPS)

CAPS merupakan perusahaan penanaman modal baru yang berlokasi di

Page 58: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 51

Cilegon Banten yang menghasilkan produk berupa carbon black dengan

kapasitas 90.000 MT/tahun dan masterbatch dengan kapasitas 20.000

MT/tahun. Nilai investasi CAPS sebesar Rp. 1,41 Triliun. CAPS akan memulai

konstruksi pada tahun 2020 dan diharapkan selesai konstruksi pada tahun

2021. CAPS telah mendapatkan fasilitas Tax Holiday sesuai dengan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 474/KM.3/2019 tentang Pemberian

Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan kepada PT. Cabot Asia

Pacific South. CAPS tidak mengalami kendala pada rencana investasi

dimaksud.

• Progress Rencana Investasi PT. Asahimas Chemical (ASC)

ASC berencana meningkatkan kapasitas produksi PVC sebesar 200.000

MT/tahun sehingga nantinya kapasitas PVC yang dihasilkan oleh ASC

sebesarn 750.000 MT/tahun. Nilai investasi untuk proyek ini sebesar US$ 90

juta. Proyek pembangunan sudah mulai dilaksanakan pada tahun 2019 dan

diharapkan dapat selesai tahun 2021 .

• Peletakan Batu Pertama (Groundbreaking) Pembangunan Pabrik PT.

Cabot Asia Pacific South (CAPS)

Peletakan batu pertama CAPS dilaksanakan pada tanggal 21 Nopember

2019 oleh Menteri Perindustrian RI . Dengan berdirinya pabrik CAPS ini,

maka Indoesia akan mampu mensubstitusi impor produk carbon black

dengan volume sebanyak 90.000 MT/tahun. Hal ini juga akan berpotensi

menghemat devisa hingga mencapai Rp. 1,5 Triliun/tahun.

• Peresmian Pabrik New Polyethylene (NPE) PT. Chandra Asri

Petrochemical, Tbk (CAP)

Peresmian NPE CAP dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2019 oleh

Presiden RI didampingi oleh beberapa Menteri Anggota Kabinet Indonesia

Page 59: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 52

Maju. Dengan berdirinya pabrik NPE CAP ini, maka Indoesia akan mampu

mensubstitusi impor produk polyethylene dengan volume sebanyak

400.000 MT/tahun. Hal ini juga akan berpotensi menghemat devisa hingga

mencapai Rp. 8 Triliun/tahun dan berpeluang penciptaan lapangan kerja

baru di industri plastik hilir sebanyak 17.500 orang.

b. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri

Adapun perkembangan kegiatan penumbuhan dan pengembangan Industri

Garam Industri sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Adanya peningkatan penyerapan garam lokal oleh industri Garam Industri

pada Tahun 2019 yaitu sebesar 1.100.000 Ton, meningkat sebesar 50.000

Ton dibandingkan Tahun 2018 sebesar 1.050.000 Ton.

• Adanya realisasi investasi lahan garam industri di daerah Nusa Tenggara

Timur dengan Rincian Sebagai berikut

• Capaian Renstra

Capaian renstra secara keseluruhan terlihat gap yang cukup besar dengan

target diakhir tahun, dimana pada tahun 2019 tumbuh 464 industri

mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2016, 2017, dan 2018

capaian stagnan pada sekitar 600 industri. Sedangkan untuk investasi nilai

capaian pada tahun ini mengalami gap yang sangat besar dari target pada

Page 60: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 53

tahun 2019 sebesar Rp 149 Triliun hanya terealisasi sebesar Rp 54.93 Triliun.

Penentuan target dan cascading nilai investasi akan dipertimbangkan

berikutnya pada penuntuan perjanjian kinerja dan revisi renstra sehingga

tidak sangat tinggi.

• Perbaikan perencanaan

Melihat ketidaktercapainya target tahun 2018 dan capaian ditjen teknis lain

di Kementerian Perindustrian, maka diajukan penyesuaian target pada

tahun 2019 yang semula ditetapkan 768 unit industri sektor IKFT yang

tumbuh, menjadi 447 - 491 unit. Selain itu juga mengalami penurunan

target investasi pada tahun 2019 dari semula Rp. 150,7 – 160,3 Triliun

menjadi Rp. 149,70 Triliun. Pada Tahun 2020 ini pun sedang dirumuskan

target dengan mempertimbangkan capaian pada tahun 2019.

Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor

Industri

Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri diindikasikan

dengan 1) Kontribusi ekspor produk Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

terhadap ekspor nasional serta 2) Produktivitas dan kemampuan SDM Industri

Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Berikut merupakan hasil capaian Sasaran Strategis

yaitu Meningkatnya Populasi Industri dan persebaran industri:

Tabel 3.8

Capaian Sasaran II : Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor

Industri

Page 61: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 54

No. Sasaran

Strategis (SS)

Indikator Kinerja Utama

(IKU) Satuan Target Realisasi

Perspektif Pemangku Kepentingan

2. Meningkatnya

daya saing dan

produktivitas

sektor industri

1 Kontribusi ekspor produk

Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil terhadap

ekspor nasional

Persen 23,20 22,1

2 Produktivitas dan

kemampuan SDM Industri

Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Rp. Juta/

orang

219,00 252,7

Peningkatan penguasaan pasar di dalam dan luar negeri dapat dilihat

dari indikator berupa kontribusi ekspor produk Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil terhadap industri nasional yang hingga 22.1 persen. Nilai ini belum cukup

mencapai target. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2015

tentang Sumber Daya Industri besar harapan untuk meningkatkan penguasan

pasar di dalam negeri. Terbukanya keran impor dengan adanya kerjasama

dengan negara ASEAN, sedikit banyak menjadi ancaman bagi industri dalam

negeri, namun sebenarnya impor untuk beberapa komoditi memang diperlukan

dikarenakan ketersediaan bahan baku didalam negeri yang masih terbatas.

Sementara itu produktivitas tenaga kerja Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil Tahun 2019 sebesar 252,7 juta per orang didapatkan dari nilai tambah

Industri besar sedang (IBS) sektor IKFT dibandingkan oleh pekerja IBS di bidang

Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil. Penyumbang produktivitas terbesar ialah

industri kimia dan barang kimia, dikarenakan termasuk kategori industri padat

modal, namun tenaga kerja sedikit. Di sisi lain diseimbangkan dengan industri

tekstil dimana tenaga kerjanya besar sehingga nilai pembaginya menjadi besar.

Sasaran Strategis Perspektif Bisnis Internal Ditjen IKFT

Sasaran Strategis Perspektif Bisnis Internal Ditjen IKFT diindikasikan

dengan 1) Peraturan perundangan yang diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT;

Page 62: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 55

3) Infrastruktur kompetensi yang terbentuk; dan 4) Infrastruktur standar produk

yang terbentuk. Berikut merupakan hasil capaian Sasaran Strategis yaitu

Meningkatnya Populasi Industri dan persebaran industri:

Tabel 3.10

Capaian Sasaran Strategis Perspektif Bisnis Internal Ditjen IKFT

No Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama

(IKU) Satuan Target Realisasi

Perspektif Proses Bisnis Internal

1. Tersedianya kebijakan

pembangunan industri

kimia, farmasi, dan tekstil

yang efektif

1. Peraturan perundangan

yang diselesaikan di

lingkungan Ditjen IKFT

PP/

Perpres/

Permen

2 2

2. Terselenggaranya urusan

pemerintahan di bidang

perindustrian yang

berdaya saing dan

berkelanjutan

1. Infrastruktur kompetensi

yang terbentuk

RSKKNI 4 4

2. Infrastruktur standar

produk yang terbentuk

RRegulasi

SNI/ SNI

Wajib

34 44

Peningkatan penguasaan pasar di dalam dan luar negeri dapat dilihat dari

indikator berupa kontribusi ekspor produk industri kimia, farmasi, dan tekstil

terhadap industri nasional yang hingga 22,1 persen. Terbukanya keran impor

dengan adanya kerjasama dengan negara ASEAN, sedikit banyak menjadi

ancaman bagi industri dalam negeri.

Kinerja Ekspor di sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil bervariasi

dengan sebagian besar mengalami tren peningkatan dari bulan Januari hingga

bulan Desember 2019. Hanya Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat

Tradisonal serta Industri Karet, barang Karet dan Plastik yang mengalami tren

Page 63: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 56

menurun.

Sementara itu produktivitas tenaga kerja Industri Kimia, Farmasi dan

Tekstil Rp. 252,7 juta didapatkan dari nilai tambah dibandingkan oleh pekerja di

bidang Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil hingga Triwulan IV tahun 2019. Data

yang disajikan masih merupakan prognosa dari tenaga ahli Ditjen IKFT. Untuk

mengupayakan tercapainya sasaran tersebut, Ditjen IKFT melakukan upaya

sebagai berikut:

a. Pemberlakuan SNI Wajib serta perumusan RSNI

Seiring dengan perkembangan jaman dan liberalisasi perdagangan seperti

tantangan Masyarakat Ekonomi Asean, maka peta perdagangan tekstil

sebagai salah satu komoditas di bawah binaan Direktorat Jenderal Industri

Kimia, Farmasi, dan Tekstil semakin terbuka luas dengan tingkat persaingan

yang semakin ketat. Negara-negara maju akan berusaha memproteksi diri

melalui penerapan-penerapan Non-Tariff Barrier (isu sosial, ingkungan,

dumping, tenaga kerja, dll). Pemerintah terus berupaya sekuat tenaga dalam

rangka menghadapi persaingan global yang semakin ketat. Dalam rangka

pengamanan industri domestik terhadap masuknya produk impor, maka

diperlukan SNI sebagai non tarif barier dalam rangka perlindungan

konsumen, produk dan industrinya sendiri. Sebelum terbentuknya SNI, perlu

dilakukan Rancangan SNI (RSNI). Tujuan standardisasi adalah meningkatkan

kepastian dan efisiensi transaksi perdagangan, memberikan acuan bagi

pelaku usaha dan membentuk persaingan pasar yang transparan, melindungi

kepentingan konsumen dalam aspek kesehatan, keselamatan dan keamanan

masyarakat, dan perlindungan kelestarian fungsi lingkungan serta

meningkatkan efisiensi pasar dalam kelancaran perdagangan internasional.

Pada tahun 2019 ditargetkan 34 (tiga puluh empat) RRegulasi SNI/ SNI Wajib

yang disusun oleh Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Page 64: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 57

pada Tahun 2019. Hingga Triwulan IV tahun 2019 beberapa penyusunan

RRegulasi SNI/ SNI Wajib telah mencapai tahap konsensus dan akan

dilanjutkan ke BSN untuk ditetapkan, sementara saat ini sudah terdapat 44

RSNI/SNI Wajib yang telah disusun oleh Ditjen IKFT yang meliputi :

1. RSNI – Sajadah

2. RSNI – Mukena

3. RSNI – Geotekstil nirtenun poliester dan polipropilena untuk perkuatan

tanah

4. RSNI – Analisis kimia kuantitatif Bagian 4

5. RSNI – Analisis kimia kuantitatif Bagian 7

6. RSNI – Analisis kimia kuantitatif Bagian 11

7. RSNI – Cara uji amina aromatik tertentu turunan dari zat warna azo

Bagian 1

8. RSNI – Cara uji amina aromatik tertentu turunan dari zat warna azo

Bagian 3

9. RSNI – Ukuran Rok Wanita

10. RSNI – Ukuran Gaun Wanita

11. RSNI – Penentuan Ukuran Pakaian Bagian 1 : Definisi Antropometrik

untuk Pengukuran Tubuh

12. RSNI – Penentuan Ukuran Pakaian Bagian 2 : Indikator Dimensi Primer

dan Sekunder

13. RSNI – Personal Protective Equipment – Safety Footwear

14. RSNI – Uji Kualitas Kekuatan Sandal

15. RSNI – Syarat Mutu dan Metode Uji – Flat Shoes

16. RSNI – Istilah dan Definisi Kulit dan Cara Pengolahannya

17. RSNI – Sistem perpipaan plastik untuk penyaluran bahan bakar gas –

Polietilena (PE) – Bagian 1 : Umum

Page 65: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 58

18. RSNI – Sistem perpipaan plastik untuk penyaluran bahan bakar gas –

Polietilena (PE) – Bagian 1 : Pipa

19. RSNI – Sistem perpipaan plastik untuk penyaluran bahan bakar gas –

Polietilena (PE) – Bagian 1 : Fitting

20. RSNI – Sistem perpipaan plastik untuk penyaluran bahan bakar gas –

Polietilena (PE) – Bagian 1 : Katup

21. RSNI – Polietilena massa jenis tinggi dengan klasifikasi PE100 untuk

aplikasi penyaluran bahan baku gas

22. RSNI – Shampoo

23. RSNI – Pasta gigi

24. RSNI – Sabun cuci batangan

25. RSNI – Cat dan pernis – Perlindungan struktur baja dari korosi dengan

sistem cat protektif – Bagian 5: Sistem cat protektif

26. RSNI – Sistem pengecatan ulang kendaraan Bagian 4: Base coat

27. RSNI – Cat dan pernis – Perlindungan struktur baja dan korosi dengan

sistem cat protektif – Bagian 6 : Metode pengujian secara laboratorium

28. RSNI – Cat dasar dan cat akhir berbahan resin alkid sebagai pelindung

baja dari korosi

29. RSNI – Sodium Tripolipospat

30. RSNI – Asam Terepthalat Murni

31. RSNI – Sistem Harmonisasi Global

32. SNI Wajib – Garam Konsumsi Beryodium

33. RSNI – Kaca Berpola

34. RSNI – Kaca Isolasi untuk lemari pendingin untuk pintu transparan

35. RSNI – Ampul gelas untuk obat suntuk

36. RSNI – Vial gelas untuk obat suntik

37. RSNI – Kaca pengaman untuk sarana perkeretaapian

Page 66: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 59

38. RSNI – Ubin Keramik (Definisi, Klasifikasi, Karakteristik, dan penandaan

ceramic tiles)

39. RSNI – Ubin Keramik bagian 2 : Penentuan dimensi dan mutu permukaan

40. RSNI – Ubin Keramik bagian 6 : Penentuan ketahanan abrasi untuk ubin

tak berglasir

41. RSNI – Semen Masonry

42. RSNI – Lembaran Rata Kalsium Silikat

43. RSNI – Spesifikasi Lembaran Gypsum

44. RSNI – Mortar Siap pakai bagian 1 ; perekat ubin keramik dan batu alam

b. Peningkatan SDM Industri

Ditjen IKFT berperan aktif dan ikut serta melaksanakan Pembinaan dan

Pengembangan SMK Berbasis Kompetensi yang Link and Match Dengan

Industri berkoordinasi dengan Badan Pengembangan SDM Industri di

Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Kegiatan vokasi di Ditjen IKFT ini merupakan kegaitan pendukung program

BSDMI Kemenperin yang menjadi Prioritas Nasional, maka dalam

pelaksanaannya terdapat kendala dalam pengganggaran di beberapa

Direktorat, karena anggaran untuk kegiatan lain menjadi berkurang, dan

diperlukan sumber daya serta pengalihan kepada kegiatan ini.

Selain itu, dalam rangka peningkatan SDM Industri di sektor IKFT, Dit. Industri

Tekstil, kulit, dan Alas Kaki menargetkan pada tahun 2019 akan dilaksanakan

Diklat sebanyak 1.000 orang hingga Tw IV telah dilakukan diklat untuk 1.675

orang peserta. Sementara di Dit. Industri Kimia Hilir dan Farmasi ditargetkan

pada tahun 2019 akan melatih sebanyak 880 orang hingga saat ini telah

melakukan Diklat sebanyak 44 angkatan atau 880 orang peserta.

c. Penyusunan Regulasi Pendukung Kebijakan

Dalam pelaksanaan kegiatan di Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil dibutuhkan kebijakan atau peraturan yaang medukung kegiatan

Page 67: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 60

tersebut. Saat ini telah ditetapkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014,

dalam pelaksanaannya diperlukan peraturan turunan dari Undang-undang

tersebut, maka ditargetkan 2 (dua) peraturan pendukung yang disusun oleh

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil pada Tahun 2019.

Hingga Triwulan IV Tahun 2019 sudah terdapat 2 (dua) peraturan

perundangan yang telah terealisasi yaitu:

1. Permenperin No 19 tahun 2019 tentang Pencegahan dan

Penanggulangan Keadaan Darurat Bahan Kimia dalam Kegiatan Usaha

Industri Kimia

2. Permenperin No 21 tahun 2019 tentang Pemberlakukan SNI Asam Sulfat

Pekat Teknis Secara Wajib

d. Penyusunan RSKKNI SDM Industri

Perubahan dunia kerja yang terjadi dalam era perdagangan bebas, akan

berpengaruh terhadap kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh

masyarakat industri. Kualitas tenaga kerja yang dimaksud adalah memiliki

kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri, yaitu memiliki pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan standar kompetensi kerja yang

dipersyaratan serta senantiasa berupaya untuk mengembangkan

kompetensinya sesuai perkembangan teknologi untuk memperoleh

peningkatan produktivitasnya. Dalam kondisi yang demikian hanya tenaga

kerja yang berkualitas yang mampu bersaing dalam menghadapi setiap sendi

kehidupan. Salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia

melalui standardisasi dan sertifikasi kompetensi. Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia (SKKNI) adalah uraian kemampuan yang mencakup

pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja minimal yang harus dimilki

seseorang untuk menduduki jabatan tertentu yang berlaku secara Nasional.

Pada tahun 2019 ditargetkan 4 (empat) RSKKNI yang disusun oleh Direktorat

Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil pada Tahun 2019. Hingga Tw IV

Page 68: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 61

tahun 2019 telah diselesaikan 4 (empat) RSKKNI, yaitu:

1. RSKKNI Industri Pemintalan Sub Bidang Manajerial

2. RSKKNI Industri Alas Kaki

3. RSKKNI Operator Lapangan Industri Semen

4. RSKKNI Bidang Pengolahan Garam

Sasaran Strategis Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

Sasaran strategis yang telah dibahas sebelumnya merupakan perspektif

pemangku kepentingan dan proses bisnis internal, selain itu terdapat sasaran

strategis dari Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, capaiannya

sebagai berikut:

Tabel 3.11

Pencapaian SS Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

No. Sasaran Strategis

(SS)

Indikator Kinerja Utama

(IKU) Satuan Target Realisasi

1. Tersusunnya

Perencanaan

Program,

Pengelolaan

Keuangan serta

Pengendalian yang

Berkualitas dan

Akuntabel

1. Akuntabilitas Laporan

Keuangan dan BMN Nilai 80 89.50

2. Status pengelolaan BMN

Ditjen IKFT Persen 80 85

3. Anggaran Ditjen IKFT

yang diblokir Persen 10 2.33

4. Kesesuaian rencana

program dan kegiatan

prioritas dengan Rencana

Kerja Pemerintah

Persen 90 100

2 Terwujudnya ASN

Kementerian

Perindustrian yang

Profesional dan

Berkepribadian

1. Rata-rata produktivitas

kinerja minimum pegawai

Ditjen IKFT

Jam

Kerja 1320 1999,99

a. Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN

Page 69: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 62

Setditjen IKFT mempunyai kewajiban untuk berperan dalam meningkatkan

kualitas pelaporan keuangan. Hal ini tercermin dari nilai yang diberikan oleh

Biro Keuangan terhadap laporan keuangan dengan anggaran yang telah

teraudit. Kualitas laporan keuangan dan BMN yang dinilai pertahun oleh Biro

Keuangan dilakukan setelah tahun anggaran berjalan. Setditjen IKFT telah

mendokumentasi laporan keuangan dan BMN dengan tepat waktu. Penilaian

laporan keungan untuk tahun anggaran 2019 belum dilaksanakan sementara

pada tahun 2018 telah dilaksanakan penilaian laporan keuangan untuk tahun

anggaran 2018 sengan nilai capaian nilai sebesar 89.50 dengan target 80.

Pada tahun 2019 baru telah dilakukan penilaian untuk Laporan Keuangan dan

BMN 2018 dengan nilai sebesar 89.50.

b. Status pengelolaan BMN Ditjen IKFT

Penetapan Status pengelolaan BMN Ditjen IKFT melalui proses pelaksanaan,

penghitungan pemindahan tangan BMN merupakan kumulatif dari tahun

sebelumnya. Sementara pada tahun 2019 tidak dapat kendala yang berarti

sehingga telah mencapai 85 persen.

Adapun sampai dengan berakhirnya Triwulan IV tahun 2019, proses BMN yang

telah serah terima sebanyak 10 (sepuluh) Bantuan yang diberikan kepada

Pemerintah Daerah.

Tabel 3.5

Bantuan Pemerintah Ditjen IKFT Tahun 2019

No Dinas Penerima Bantuan Mesin/Alat Wilayah Bantuan Alat yang

diterima Kab/Kota

1 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kab. Sukoharjo

Sukoharjo Mesin Pengisi Cairan

Mesin Vacum Evaporator

Mesin Pengisi Cairan

Mesin Packaging Sachet

Mesin Rotary Dryer

Mesin Pencuci Empon-

Page 70: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 63

empon

Mesin Packaging Sachet

Mesin Pemasak Instan

Simplisia

2 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kab. Banyumas

Banyumas Mesin Packaging Sachet

Mesin Powdering

3 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kab. Pekalongan

Pekalongan Mesin Powdering

Mesin Oven

4 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kab. Bogor

Bogor Mesin Pengisi Cairan

Mesin Pengisi Kapsul

5 Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian

Kab. Bantul

Bantul Mesin Teh Celup

Mesin Shrinking

Mesin Vacum Evaporator

Mesin Powdering

Mesin Packaging Sachet

Mesin Oven

Mesin Mixing

Mesin Teh Celup

6 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kab. Purbalingga

Purbalingga Mesin Pengisi Cairan

Mesin Conveyor

7 Dinas Ketenagakerjaan dan

Perindustrian Kab. Cilacap

Cilacap Mesin Vacum Evaporator

Mesin Pengisi Cairan

Mesin Vacum Evaporator

Mesin Pemasak Instan

Simplisia

Mesin Powdering

Mesin Vacum Evaporator

8 Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja

Kab. Badung

Badung Mesin Pengisi Pasta

Mesin Oven

9 Dinas Koperasi, UKM , Perindustrian

dan Perdagangan Kabupaten Nagekeo

Prov. NTT

Nagekeo

NTT

Peralatan Proses Pupuk

Organik

10 Dinas Koperasi, Perdagangan,

Perindustrian dan UMKM Kab

Sumbawa Barat Prov. NTB

Sumbawa

NTB

Peralatan Proses Pupuk

Organik

c. Anggaran Ditjen IKFT yang diblokir

Pada awal penetapan DIPA Ditjen IKFT Tahun Anggaran 2019, Ditjen IKFT

mempunyai Anggaran terblokir sebesar 27,68%. Besarnya Anggaran yang

Page 71: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 64

terblokir dikarenakan pada Tahun 2019 hampir 60% merupakan taging

pendidikan. Setditjen IKFT sudah menyampaikan permohonan pembukaan

blokir anggaran kepada Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan hingga bulan

Oktober 2019, hingga akhir Tw IV 2019 anggaran yang terblokir bekurang

menjadi Rp. 2.869.480.000,- atau 2.33% dari total anggaran Ditjen IKFT Tahun

2019 yang sebesar Rp 123.079.282.000,- dengan rincian anggaran yang

terblokir antara lain sebagian akun pada output 4910.001 SDM Industri Kimia

Hilir dan Farmasi yang dilatih, sebagian akun pada output 4910.003 Pilot Project

Industri 4.0 di sektor industri kimia hilir dan farmasi, sebagian akun pada output

4913.001 Implementasi Making Indonesia 4.0 Sektor Tekstil dan Busana,

sebagian akun pada output 4913.002 Rancangan Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia (RSKKNI) Industri tekstil, kulit dan alas kaki, dan sebagian

akun pada output 4913.003 SDM industri tekstil, kulit dan alas kaki yang

mengikuti diklat.

d. Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan Rencana Kerja

Pemerintah

Indikator kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen

perencanaan ini digunakan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas

perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan yang memang sesuai

dengan kebutuhan dalam rangka pembangunan industri sektor kimia, farmasi,

dan tekstil. Indikator kinerja ini diukur dengan melakukan penilaian kesesuaian

antara rencana program dan kegiatan prioritas yang terdapat dalam dokumen

Trilateral Meeting dengan dokumen Rencana Kerja (Renja) dengan didasarai

presentase realisasi jumlah output dengan output Dokumen Trilateral Meeting

yaitu kesesuaian Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga (RKA-KL)

dengan Pagu Indikatif yang telah ditetapkan. Dengan adanya proses trilateral

meeting yang melibatkan Direktorat Jenderal Anggaran (Kementerian

Page 72: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 65

Keuangan), Kementerian PPN/Bappenas, Biro Perencanaan (Kementerian

Perindustrian) serta pada Direktorat Sektor dapat dikatakan rencana kerja dan

anggaran sudah sesuai (tercapai 100 persen). Kondisi ini mencerminkan bahwa

penyusunan rencana program dan kegiatan prioritas di lingkungan Direktorat

Jenderal IKFT sejauh ini telah dilakukan dengan baik dan terukur.

e. Rata-rata produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal

Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

Pegawai negeri sebagai unsur aparatur negara bertugas untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat secara profesional jujur, adil, merata, dalam

penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Pegawai

Negeri Sipil merupakan pilar terpenting dalam pelaksanaan tugas-tugas

pemerintahan dan pembangunan, disamping pilar kelembagaan (organisasi)

dan ketatalaksana (mekanisme/prosedur). Dengan kata lain, Pegawai Negeri

Sipil atau birokrat sesungguhnya menjadi penyangga bagi berjalannya suatu

pemerintahan. Apabila Pegawai Negeri Sipil mampu melakukan pelayanan yang

baik, maka pemerintahan akan berjalan dengan baik. Maka dari itu,

produktivitas kinerja pegawai menjadi penting dalam indikator Kinerja Satuan

Kerja. Pada Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terdapat 136

pegawai sampai dengan Tw IV Tahun 2019, rata-rata produktivitas kinerja

pegawai sebesar 1999,99 jam kerja.

3.1.5 Program/Kegiatan Pendukung

Pada Tahun 2019, Direktorat Jenderal IKFT telah melakukan atau

menetapkan kebijakan untuk mendukung Penumbuhan dan Pengembangan

Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil, antara lain:

3.1.5.1 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida

Page 73: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 66

Adapun perkembangan kegiatan penumbuhan dan pengembangan industri

pupuk dan pestisida sampai dengan 2019 adalah sebagai berikut:

• Telah tersusunnya dokumen pelaporan Matriks B03, B06, B09 dan B12

kegiatan Revitalisasi Industri Pupuk kepada Sekretariat Kabinet.

• Telah diselesaikannya polemik kebijakan kenaikan harga gas dibeberapa

daerah oleh PT PGN, sehingga harga gas tetap seperti keadaan semula

• Telah disusun rancangan SoU antara Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia dengan Kementerian Federal untuk Lingkungan, Konservasi Alam,

dan Keamanan Nuklir Jerman mengenai pengurangan emisi N2O global dari

produksi asam nitrat

• Telah disusun rancangan tanggapan dari Kementerian Perindustrian terkait

RPP B3 dan rancangan road map pengurangan penggunaan paraquat

diklorida.

• Telah dilaksanakannya proses relokasi peralatan mesin pupuk organik dari

kabupaten Magelang ke Kabupaten Pangandaran

3.1.5.2 Telah disusun Neraca Garam Industri Nasional Tahun 2019

Telah disusun format rancangan laporan triwulanan dalam rangka penentuan

iklim masa pengolahan garam industri dengan cakupan : Data Umum

Rekomendasi Impor Yang Telah Terbit, Data Stok Awal, Persetujuan Impor Yang

Disetujui, Realisasi Impor, Jumlah Penggunaan dan Stok Akhir.

3.1.5.3 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat

Adapun perkembangan kegiatan penumbuhan dan pengembangan Industri

Bahan Baku Obat sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

Page 74: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 67

• Telah dilaksanakan proses Pengadaan Reaktor Re-arrangement

menghasilkan p-Aminofenol dan Asetilasi menghasilkan Parasetamol dan

diserahkan kepada Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada untuk

dimanfaatkan dalam rangka penelitian bahan baku obat Parasetamol

• Terdapat 3 realisasi investasi baru industri bahan baku obat antara lain PT

Kimia Farma Sungwun Pharmacopeia yang memproduksi senyawa Active

Pharmaceutical Ingredient (API) dan High Functional Chemical (HFC), PT

Kimia Farma di Jombang yang memproduksi garam farmasi, dan PT Kalbio

Global Medika yang memproduksi Erithropoethin (EPO).

• Telah disiapkannya rancangan TOR mengenai penelitian benzene menjadi

nitrobenzen yang merupakan tahap awal pembuatan parasetamol

• Telah dilaksanakan rapat yang menghasilkan keputusan sebagai berikut :

1. Pada tahun 2020 Direktorat Industri Kimia Hulu akan membuat Detail

Engineering Design (DED) pembangunan industri BBO sefalosporin

karena Feasibility Study (FS) telah dilaksanakan oleh PT. KFSP bekerja

sama dengan LAPI-ITB

2. Penganggaran Detail Engineering Design (DED) pembangunan industri

BBO sefalosporin sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab Direktorat

Industri Kimia Hulu

3.1.5.4 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir

a. Revitalisasi industri obat tradisional

Industri obat tradisional sebagai warisan budaya nusantara

merupakan salah satu industri andalan yang dikembangkan oleh

Kementerian Perindustrian. Mulai tahun 2017, Kementerian

Perindustrian, dalam hal ini Direktorat Industri Kimia Hilir dan

Farmasi telah melaksanakan kegiatan revitalisasi perusahaan

Page 75: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 68

industri obat tradisional melalui pemberian bantuan peralatan dan

mesin. Pada tahun anggaran 2019, Direktorat Industri Kimia Hilir

dan Farmasi menargetkan 8 perusahaan industri obat tradisional

yang akan menerima bantuan peralatan dan mesin tersebut.

Bantuan peralatan dan mesin tersebut bertujuan untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi obat tradisional.

Dengan demikian, industri obat tradisional diharapkan dapat

meningkatkan daya saing di tengah persaingan yang semakin

kompetitif saat ini. Kegiatan revitalisasi industri obat tradisional ini

merupakan komitmen aktif Kementerian Perindustrian dalam

melakukan penguatan dan pengembangan industri obat tradisional.

Pada triwulan keempat tahun anggaran 2019, , Direktorat Industri

Kimia Hilir dan Farmasi telah melakukan revitalisasi perusahaan

industri obat tradisional berupa pemberian bantuan

mesin/peralatan yang ditempatkan pada 11 lokasi di beberapa

wilayah. Kesebelas lokasi penembatan bantuan mesin/peralatan

tersebut adalah:

Tabel 3.1

Daftar Dinas Penerima Bantuan Mesin/Peralatan dan Lokasi

Penempatan Mesin/Peralatan

Dinas Penerima

Bantuan

Mesin/Peralatan

Lokasi Penempatan

Mesin/Peralatan Jenis Mesin Jumlah

Dinas Perindustrian

dan Tenaga Kerja

Kabupaten Skoharjo

UD. Gatut Kaca Mesin Pengisian (Filling)

Kapsul

1

CV. Herba Nusantara Mesin Vacuum

Evaporator (90 L)

1

Mesin Filling Sachet

Serbuk

1

PJ Suti Sehati

Mesin Tea Bag

Packaging dengan

1

Page 76: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 69

Dinas Penerima

Bantuan

Mesin/Peralatan

Lokasi Penempatan

Mesin/Peralatan Jenis Mesin Jumlah

Packaging dengan

tag/label

CV Wisnu JKW Mesin Vacuum

Evaporator (90 L)

1

Mesin Filling Sachet Cair 1

Rhemanya Indonesia Mesin Filling Sachet Cair 1

Dinas Perindustrian

dan Perdagangan

Provinsi Nusa

Tenggara Barat

CV Tri Utami Jaya Mesin Penggiling Serbuk

(Powdering)

1

Dinas Koperasi, UKM

dan Perindustrian

Kabupaten Bantul

CV Dewi Makmur Mesin Shrink Powerpack 1

CV Allatief Herbal Mesin Filling Sachet

Serbuk

1

CV Almanar Herbafit Mesin Vacuum

Evaporator (400 L)

1

CV Centerindo Kurnia

Tirtama

Mesin Tea Bag

Packaging dengan

Packaging dengan

tag/label

1

PT. Mustika Ratu Mesin Filling Sachet

Serbuk

1

Mesin Tea Bag

Packaging dengan

Packaging dengan

tag/label

1

b. Bimbingan Teknis kepada Perusahaan industri obat, kosmetik dan

obat tradisional dan sertifikasi CPOTB, CPOB dan CPKB

Kementerian Perindustrian, dalam hal ini Direktorat IKHF, merupakan

instansi pemerintah yang bertugas membina industri obat, kosmetik

dan obat tradisional berkomitmen untuk meningkatkan daya saing

industri dalam negeri untuk jenis produk tersebut. Demi

mewujudkannya, Direktorat IKHF melakukan bimbingan sertifikasi

untuk industri obat, kosmetik dan obat tradisional agar perusahaan –

perusahaan yang bergerak dalam industri tersebut dapat

memperoleh sertifikat CPOB, CPOTB dan CPKB.

Page 77: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 70

Sertifikasi tersebut merupakan bagian dari syarat mutu yang harus

dimiliki oleh perusahaan – perusahaan yang bergerak pada jenis

industri tersebut sebelum produk yang dihasilkan beredar di

masyarakat.

Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam

yang jenis dan sifat kandungannya beragam sehingga untuk

menjamin mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang

baik dengan lebih memperhatikan proses produksi dan

penanganan bahan baku. CPOTB meliputi seluruh aspek yang

menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk

menjamin agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi

persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan

penggunaannya. Dari kriteria tersebut dapat diketahui bahwa

CPOTB mengatur 11 aspek yang terdiri dari :

a. Manajemen Mutu

b. Personalia

c. Bangunan, Fasilitas dan Peralatan

d. Sanitasi dan Higiene

e. Dokumentasi

f. Produksi

g. Pengawasan Mutu

h. Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak

i. Cara penyimpanan dan pengiriman obat tradisional yang baik

j. Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembalian

produk dan produk

k. Inspeksi Diri

Page 78: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 71

Mengingat pentingnya penerapan standar mutu pada industri obat,

kosmetik dan obat tradisional, Direktorat IKHF memfasilitasi industri

tersebut untuk dapat menerapkan CPOB, CPOTB dan CPKB secara

terus menerus kepada 100 unit usaha obat tradisional. Sertifikasi yang

juga diakui oleh dunia internasional ini juga terus menerus dibangun,

dimantapkan dan diterapkan sehingga kebijakan yang ditetapkan

dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Pada tahun 2018,

Direktorat Industri Kimia Hilir melakukan kegiatan Bimtek Sertifikasi

CPOTB pada industri obat tradisional. Bimtek ini dilaksanakan untuk

menyiapkan industri obat tradisional dalam proses pemenuhan

persyaratan sertifikasi CPOTB.

c. SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi yang dilatih

Pengembangan industri kimia hilir dan farmasi membutuhkan

penanganan yang komprehensif mulai dari penguasaan teknologi

baik pengolahan maupun peningkatan nilai tambah, ketersediaan

infrastruktur, iklim usaha yang kondusif, kesediaan dana, serta

sumber daya lainnya untuk menjamin efektifitas, efisiensi dan

kontinuitas industri kimia hilir dan farmasi nasional. Namun yang

tak kalah pentingnya adalah faktor Sumber Daya Manusia (SDM)

yang berkualitas. Disisi lain rendahnya mutu SDM Indonesia salah

satunya ditandai dengan belum optimalnya sistem pendidikan

baik dasar, menengah maupun tinggi. Untuk itu, pemerintah

melalui Kementerian perindustrian melakukan program

pembangunan yang berbasis ilmu pengetahuan untuk mengejar

ketertinggalan mutu SDM industri. Salah satu program tersebut

adalah sertifikasi SDM pada industri kimia hilir dan farmasi.

Page 79: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 72

Program bimbingan teknis dan pelatihan SDM industri merupakan

upaya pemerintah untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja

industri pada bidang tertentu hingga mendapatkan sertifikasi

kompetensi kerja. Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah proses

pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis

dan objektif melalui uji kompetensi sesuai Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia, Standar Internasional, dan/atau Standar

Khusus. Sehingga sistim sertifikasi ini mempunyai fleksibilitas

berharmonisasi dengan berbagai sistem nasional maupun

internasional.

Bimbingan teknis dan pelatihan SDM industri yang dilakukan oleh

Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi mencakup seluruh

industri binaan Direktorat IKHF. Kegiatan tersebut juga merupakan

komitmen dari Direktorat IKHF untuk mendukung program vokasi

yang dicanangkan oleh pemerintah. Melalui program ini,

diharapkan SDM industri dapat meningkatkan kinerja yang

berorientasi hasil.

Pada tahun 2019, Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi

ditargetkan melaksanakan bimbingan teknis terhadap SDM industri

sebanyak 880 orang. Bimbingan teknis SDM industri dilaksanakan

sebanyak 44 angkatan dengan jumlah peserta masing – masing

angkatan adalah sebanyak 20 orang. Bimbingan teknis tersebut

dilaksanakan secara berkala setiap bulannya dengan jenis

bimbingan sebagai berikut:

1. Bimbingan teknis Petugas Pengambil Contoh (PPC)

2. Bimbingan teknis Petugas Pengawas Standar Industri (PPSI)

Page 80: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 73

3. Bimbingan teknis branding strategy

4. Bimbingan teknis supply chain management

5. Bimbingan teknis system manajemen mutu

6. Bimbingan teknis proses produksi

7. Bimbingan teknis konservasi energy

8. Bimbingan teknis peraturan standardisasi dan registrasi produk

obat tradisional

d. Pilot Project Industri 4.0 di Sektor Industri Kimia Hilir dan Farmasi

Perubahan besar yang dihadapi oleh sektor manufaktur dalam

penerapan revolusi industri keempat memaksa sektor tersebut

untuk membangun sistem yang inovatif dan berkelanjutan. Pada

revolusi industri generasi keempat, disruptif teknologi hadir begitu

cepat dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan

incumbent. Lebih dari itu, pada era industri generasi keempat ini,

ukuran besar perusahaan tidak menjadi jaminan, namun kelincahan

perusahaan menjadi kunci keberhasilan meraih prestasi dengan

cepat.

Untuk menghadapi era revolusi industri yang keempat, pemerintah

dalam hal ini Kementerian Perindustrian telah menyiapkan empat

strategi untuk menghadapi gelombang perubahan tersebut.

Keempat strategi tersebut adalah:

• Pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan

industri. Angkatan kerja di Indonesia harus didorong untuk

terus belajar dan meningkatkan keterampilannya untuk

Page 81: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 74

memahami penggunaan teknologi Internet of things atau

mengintegrasikan kemampuan Internet dengan lini produksi di

industri.

• Pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas

dan daya saing bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM)

sehingga mampu menembus pasar ekspor melalui program e-

smart IKM.

• Penggunaan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous

Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality.

• Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi memfasilitasi

kegiatan Penyusunan Peta Kesiapan Industri Kimia Hilir dan

Farmasi dalam Penerapan Industri 4.0; Penyusunan Roadmap

dan Arsitektur Penerapan Industri 4.0; Penerapan Lean

Management System Pada Sektor Industri Kimia Hilir dan

Farmasi; serta Bimbingan Teknis Lean Management System.

3.1.5.5 Pengembangan Sektor Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan

Galian Nonlogam

a. Pengembangan industri semen di Timika, Papua

Lokasi pabrik semen nasional terkonsentrasi di wilayah Barat

Indonesia (Sumatera dan Jawa) sebesar 90% dari kapasitas produksi

nasional dan sisanya di wilayah Timur Indonesia (Sulawesi, NTT, dan

Papua Barat). Kebutuhan semen untuk wilayah Timur Indonesia saat

ini dipasok dari Tonasa, Makasar, Gresik, Jakarta dan Papua Barat.

Besarnya biaya transportasi menyebabkan harga semen di Papua

menjadi sangat mahal.

Page 82: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 75

Papua dan Papua Barat memiliki potensi bahan baku semen yang

besar, selain itu pasar di daerah ini akan berkembang sejalan

dengan program pembangunan infrastruktur di Papua seperti jalan

trans Papua dan pembangunan industri petrokimia serta produk

turunannya. Saat ini terdapat 1 (satu) pabrik semen terintegrasi di

Manokwari, Papua Barat sedangkan di Papua belum ada pabrik

semen. Mengingat luas daerah yang cukup besar dan potensi pasar

dimasa depan maka pendirian pabrik penggilingan semen di Timika,

Papua perlu didorong agar investor dapat membangun industri

semen di daerah tersebut. Peluang untuk membangun pabrik

semen maupun unit pendukungnya sangat potensial baik dari skala

teknis maupun ekonomis. Dit, ISKBGNL telah menyusun kajian

kelayakan pembangunan pabik semen di Timika, Papua. Hasil dari

kajian tersebut adalah pabrik semen di Timika tidak terkendala

bahan baku serta secara keekonomian akan menguntungkan untuk

pasar Timika dan sekitarnya. Namun, terkendala pembebasan/

penggunaan lahan adat. Oleh karena itu, sejauh ini hasil kajian

merekomendasikan agar pabrik semen di Timika didirikan setelah

mendapat kepastian pembebasan lahan.

b. Pengembangan industry calcined dolomite

Indonesia memiliki potensi cadangan dolomite yang cukup besar,

yaitu sebesar 1,6 Milyar Ton yang tersebar di Provinsi Nusa

Tenggara Timur, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Nanggroe Aceh

Darussalam, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah. Sejauh ini dolomite

local mayoritas hanya digunakan untuk industry pupuk dan industry

besi/baja. Padahal dolomite memiliki potensi peningkatan nilai

tambah dari dolomite yang bernilai USD 4 per Ton menjadi calcined

Page 83: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 76

dolomite yang bernilai USD 225 per Ton, bahkan hingga menjadi

magnesium alloy yang bernilai USD 5500 per Ton. Berdasarkan

kondisi tersebut, Dit. ISKBGNL berupaya mengembangkan calcined

dolomite agar hilirisasi bahan galian nonlogam lainnya dapat

dimulai bertahap untuk selanjutnya menuju substitusi bahan baku

impor.

c. Pengembangan industry soda ash

Soda ash merupakan bahan baku penting pada industry kaca dan

keramik, yaitu sebagai katalis peleburan adonan kaca/keramik. Saat

ini Indonesia belum bisa memproduksi soda ash sehingga harus

diimpor dari Amerika Serikat, China, dan Turki (negara asal impor

terbesar). Mengingat kebutuhan soda ash di Indonesia sangat besar,

yaitu lebih dari 300 Ribu Ton dengan harga sekitar USD 240 per Ton.

Indonesia memiliki potensi bahan baku untuk memproduksi soda

ash, yaitu limestone (batu gamping) dan ammonia. Oleh karena itu,

Dit. ISKBGNL menyusun Detail Engineering Design industry soda

ash sebagai bahan promosi investasi.

d. Pengembangan pasir kuarsa sebagai pengganti pasir Ottawa

Pasir Ottawa yang diimpor dari Kanada digunakan untuk pengujian

kualitas semen. Saat ini kebutuhan pasir Ottawa untuk pengujian

semen adalah sebanyak 150 Ton per Tahun. Namun, pasir Ottawa

merupakan salah satu produk yang terdampak pembatasan kuota

ekspor oleh Negara eksportirnya (Kanada). Oleh karena itu,

mengingat saat ini Indonesia sedang gencar meningkatkan

pembangunan insfrastruktur sehingga terjadi peningkatan

Page 84: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 77

kapasitas industry semen sebanyak 107,9 Juta Ton, maka kebutuhan

pasir Ottawa untuk pengujian semen local tidak dapat dipenuhi.

Oleh karena itu, Dit. ISKBGNL mengembangkan substitusi pasir

Ottawa melalui pengolahan pasir Sidrap

3.1.5.6 Fasilitasi Penyelesaian Permasalahan pada industri

Dalam rangka mengatasi permasalahan yang dihadapi industri di sektor IKFT

maka dilakukan berbagai upaya untuk membantu meringkankan beban industri.

Beberapa kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan antara lain :

1. Mengembalikan desain kapasitas Pabrik Aromatis PT Trans Pasific

Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban agar memproduksi BTX (Benzene

Toluene Xylene) sebagai bahan baku obat dan farmasi, deterjen, serat ban,

tekstil dan bahan kimia khusus lainnya (FOAM untuk furnitur, plastik).

2. Fasilitasi penyelesaian permasalahan untuk industri Kimia Hilir, meliputi:

• Peningkatan kapasitas perusahaan pelayaran internasional untuk

mengatasi terkait ketepatan waktu pengiriman barang karena

kurangnya armada pelayaran

• Membuka akses hambatan non tarif di negara tujuan ekspor

• Insentif BMDTP untuk industri ban dan bahan baku kimia pembersih

3. Fasilitasi penyelesaian permasalahan untuk industri Kimia Hulu, meliputi:

• Restrukturisasi mesin/peralatan terutama pada industri alas kaki melalui

insentif Pemerintah dengan memberikan potongan harga 10%

• Pembebasan PPN bahan baku lokal untuk keperluan ekspor langsung

diberikan tanpa mekanisme restitusi

Page 85: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 78

• Percepatan proses impor bahan baku, bahan penolong dan sampel

produk di semua instansi terkait, terutama untuk perusahaan yang

berorientasi ekspor

• Pengembangan industri kain mesh/bahan sepatu olahraga di dalam

negeri

• Percepatan FTA dengan EU (IEU CEPA) dan FTA/PTA dengan AS

3.1.5.7 Fasilitasi BMDTP

Setditjen IKFT pada tahun ini juga melaksanakan kegiatan penunjang industri

seperti koordinasi Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP). BMDTP

merupakan salah satu instrumen fiskal Ditjen IKFT yang bertujuan untuk

penciptaan iklim usaha kondusif. Pada tahun 2018, sesuai dengan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 209 Tahun 2018 tentang Bea Masuk Ditanggung

Pemerintah Sektor Industri Tertentutahun Anggaran 2019, Ditjen Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil (IKFT) sebagai salah satu Ditjen pembina sektor industri

penerima fasilitas BMDTP mendapatkan total pagu fasilitas BMDTP TA 2019

sebesar Rp 268.850.000.000, untuk 15 sektor industri. Total nilai yang telah

terrealisasi sebesar Rp 182.949.778.000 atau 68,04 persen dari pagu. Jumlah

perusahaan yang menggunakan BMDTP Tahun 2019 sebanyak 77 perusahaan.

Sektor industri yang mendapatkan BMDTP yaitu pembuatan frit, pembuatan

gypsum, pembuatan amplas, pembuatan calcinated petroleum coke, pembuatan

bahan kimia khusus / masterbatch, pembuatan pupuk borate, pembuatan resin,

pembuatan karpet / permadani, pembuatan serat / benang, penyamakan kulit,

pembuatan kemasan plastik, pembuatan polyester berlapis logam dan kaca

film, pembuatan kosmetik, pembuatan cat, pembuatan alat pemadam api.

Page 86: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

Tabel 3.15

Capaian Output Kerja Tahun 2016, 2017, 2018, dan 2019

No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019

Keterangan T R T R T R T R

PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL, KULIT, DAN ALAS KAKI

1 Rekomendasi Kebijakan Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Tekstil

Kulit, Alas Kaki, dan Aneka 1 1 Usulan Kebijakan

2 Revitalisasi Perusahaan Industri Tekstil Kulit, Alas Kaki, dan Aneka 40 Prsh 2 Dokumen

Evaluasi

3 Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)

Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki 2 1 2 2 1 1 2 2 RSKKNI

4 Sertifikasi Sumber Daya Manusia Industri Tekstil Kulit, Alas Kaki, dan

Aneka 400 400 550 550 Orang

5 Standar Nasional Indonesia (SNI) Produk Industri Tekstil Kulit, Alas Kaki,

dan Aneka 5 17 15 16 2 2 SNI

6 Sarana Dan Prasarana Laboratorium Pengujian Standar Industri Tekstil

Kulit, Alas Kaki, dan Aneka 1 0 Lab Uji

7 Pengembangan Merk (branding) Industri Tekstil Kulit, Alas Kaki, dan

Aneka 20 77 Perusahaan

8 Pendirian Bufferstock Kapas Dan Material Center 2 2 2 3 Bufferstock

9 Dokumen Perencanaan, Pelaporan Dan Data Industri 2 2 Dokumen

10 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi

Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki 1 1 1 1 1 1 Dokumen

11 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Peningkatan Daya

Saing Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki 1 1 1 1 1 1 Dokumen

Page 87: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019

Keterangan T R T R T R T R

12 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Industri Tekstil, Kulit, dan

Alas Kaki 12 12 12 16 12 16 RSNI

13 SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki yang Mengikuti Diklat 200 360 1000 1675 Orang

14 Pusat Desain, Bahan Baku dan Inovasi Produk Industri TPT dan Alas Kaki 2 3 Unit

15 Perusahaan Garmen, Fashion dan Alas Kaki Yang Dikembangkan Sebagai

Merk Nasional (National Branding) 20 11 Perusahaan

16 Implementasi Making Indonesia 4.0 Sektor Tekstil dan Busana (Pilot

Project) 1 3 Pilot Project

17 Branding Produk Garmen, Fashion dan Alas Kaki (Merek) 5 56 Merk

18 Layanan Internal (Overhead) / Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan

Tata Usaha 3 3 2 2 3 3 Layanan

PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KIMIA HILIR DAN FARMASI

1 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir 2 2 1 1 1 1 RSKKNI

2 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Produk Industri Kimia Hilir 10 10/16s 12 12 10 8 12 12 RSNI

3 Verifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Industri Kimia

Hilir 150 145 100 100 50 182 Komoditi

4 Peningkatan akses pasar dalam dan luar negeri 20 90 Perusahaan

5 Standar Nasional Indonesia Wajib Produk Industri Kimia Hilir 1 1 1 5 SNI Wajib

Page 88: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019

Keterangan T R T R T R T R

6 Fasilitasi Industri Kimia Hilir 5,5 5,5 Komoditi

7 Bantuan mesin dan peralatan 1 0 1 1 Unit

8 Dukungan Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Unit 1 1 Dokumen

9 Bimbingan Teknis Industri Kimia Hilir 20 20 Orang

10 Rekomendasi kebijakan dalam rangka mendorong iklim investasi industri

kimia hilir 1 1 1 1 1 1 Dokumen

11 Rekomendasi kebijakan dalam rangka peningkatan daya saing dan

produktivitas industri kimia hilir 1 1 1 1 1 1 Dokumen

12 Perusahaan industri kimia hilir yang menerapkan standar mutu 3 3 Perusahaan

13 Pengawasan SNI Wajib Industri Kimia Hilir 5 5 5 5 Perusahaan

14 SDM Industri kimia hilir yang disertifikasi 40 40 40 40 Orang

15 SDM industri kimia hilir yang mengikuti diklat 60 60 880 880 Orang

16 Branding produk industri kimia hilir 4 4 3 3 4 4 Merk

17 Perusahaan Industri Obat, Kosmetik dan Obat Tradisional Yang

Memperoleh Bimbingan Teknis dan Sertifikasi CPOTB, CPOB dan CPKB 100 100 Perusahaan

18 Bimbingan Teknis CPOTB, CPOB dan CPKB kepada Industri Obat,

Kosmetik dan Obat Tradisional 120 120 Orang

Page 89: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019

Keterangan T R T R T R T R

19 Pilot Project Industri 4.0 di sektor industri kimia hilir dan farmasi 1 1 Pilot Project

20 Perusahaan Industri Obat Tradisional Yang Direvitalisasi 18 32 8 11 Perusahaan

21 Layanan Internal / Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan Tata Usaha 1 1 1 1 2 2 Layanan

PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KIMIA HULU

1 Revitalisasi/penumbuhan Industri Pupuk 3 1 1 1 Dokumen

2 Optimalisasi Pengoperasian Bantuan Peralatan Proses Pupuk Organik 2 1 Pabrik

3 Fasilitasi Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam 2 1 Unit/Industri

4 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Sektor Industri Kimia Hulu 6 6 6 6 6 6 3 3 RSNI

5 Penerapan SNI Wajib Industri Kimia Hulu 3 0 3 3 1 1 1 1 SNI Wajib

6 Peningkatan kerjasama, iklim usaha, promosi dan investasi 5 1 Laporan

7 Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hulu 1 0 1 1 1 1 1 1 RSKKNI

8 Peningkatan Kompetensi SDM Industri 85 35 85 85 Orang

9 Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia 3 1 1 1 1 1 Otoritas

Page 90: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019

Keterangan T R T R T R T R

10 Fasilitasi Pengembangan Industri Petrokimia di Papua Barat 2 1 Industri

11 Fasilitasi Pengembangan Industri Petrokimia Berbasis Migas 1 1 Komoditi

12 Pengoperasian Center of Excellence Industri Petrokimia 1 1 CoE

13 Penyusunan Program Dan Evaluasi Kinerja Industri Kimia Hulu 3 3 Dokumen

14 Bantuan Peralatan/Mesin dalam rangka Optimalisasi Pupuk Organik 2 0 Pabrik

15 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Investasi Industri

Kimia Hulu 12 12 Dokumen

16 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing dan

Produktifitas Industri 16 16 3 3 Dokumen

17 Produk Industri Kimia Hulu Yang Tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam

Negeri (TKDN) 25 25 25 25 Produk

18 Rekomendasi Penumbuhan Industri Garam Industri 1 1 Rekomendasi

19 Rekomendasi Penumbuhan Industri Berbasis Migas (kimia) Di Masela,

Bintuni, Donggisenoro, Mesuji, Muara Enim, Berau 1 1 Rekomendasi

20 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida 1 1 Rekomendasi

21 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri 1 1 Rekomendasi

22 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat 1 1 Rekomendasi

Page 91: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019

Keterangan T R T R T R T R

23 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia 1 1 Rekomendasi

24 Layanan Internal / Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan Tata Usaha 3 3 3 3 2 2 Layanan

PENYUSUNAN DAN EVALUASI PROGRAM PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN TEKSTIL

1 Dokumen Perencanaan, Penganggaran, Monitoring, Evaluasi, Data Dan

Sistem Informasi 10 10 Dokumen

2 Laporan Sistem Tata Kelola Keuangan 1 1 Dokumen

3 Pembinaan Kompetensi SDM Aparatur 168 180 Orang

4 Dokumen Administrasi Dan Layanan Kepegawaian Serta Layanan Publik 5 5 Dokumen

5 Rekomendasi Peningkatan Iklim Usaha, Mutu Produk Dan Kerjasama

Industri 168 1 Dokumen

6 Verifikasi Dan Sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk Industri

Kimia, Farmasi, dan Tekstil 350 350 350 350 500 699 Sertifikat

7 Business Matching P3DN Pada Sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil 17 4 Sektor

8 Perencanaan 2 2 2 2 Laporan

9 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 5 5 5 5 1 1 Layanan

10 Output Cadangan 1 1 Cadangan

Page 92: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019

Keterangan T R T R T R T R

11 Layanan Internal (overhead) 1 1 Layanan

12 Layanan Perkantoran

12 12 12 12 Bulan

1 1 1 1 Layanan

13 Layanan Sarana dan Prasarana Internal 1 1 Layanan

14 Strategi Penumbuhan dan Pengembangan Daya Saing Sektor IKFT 1 1 Dokumen

15 Perangkat Pengolah Data Dan Komunikasi 210 144 Unit

16 Gedung/bangunan 1300 1300 M2

PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI SEMEN, KERAMIK, DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN NON-LOGAM

1 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi

Industri Bahan Galian Nonlogam 1 1 1 1 Rekomendasi

2 Bantuan Mesin Dan/atau Peralatan Dalam Rangka Penumbuhan Populasi

Industri Bahan Galian Non Logam 1 1 Unit

3 Pilot Project Industri Bahan Galian Non Logam 1 1 1 2 Pilot

4 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan

Produktifitas Industri Bahan Galian Nonlogam 6 6 2 2 1 4 1 1 Dokumen

5 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Bahan Galian Nonlogam 6 5 4 4 4 6 6 12 RSNI

Page 93: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

No. Program/Kegiatan 2016 2017 2018 2019

Keterangan T R T R T R T R

6 SNI Wajib Industri Bahan Galian Nonlogam 3 2 2 2 2 1 2 2 SNI Wajib

7 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Menerapkan Standar

Mutu 5 5 10 13 10 10 Perusahaan

8 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Diawasi Dalam Rangka

Penerapan SNI Wajib 30 0 20 20 10 10 10 10 Perusahaan

9 Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)

Industri Bahan Galian Nonlogam 2 1 1 3 1 1 RSKKNI

10 SDM Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Disertifikasi 60 40 Orang

11 SDM Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Mengikuti Diklat 110 110 40 30 Orang

12 Bantuan Mesin Dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan

Industri Bahan Galian Non Logam 1 1 Unit

13 Produk Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Tersertifikasi Tingkat

Komponen Dalam Negeri (TKDN) 30 75 10 10 10 12 Produk

14 Dukungan Penyelenggaraan Tugas Dan Fungsi Unit Eselon II 3 3 Dokumen

15 Layanan Internal (Overhead) 3 3 3 3 1 1 Layanan

Page 94: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 87

Output pada tahun 2019 terdapat beberapa perubahan dengan output tahun

2016 dan 2017 maka agak sulit menyandingkan secara langsung, namun

dengan 2018 ada beberapa yang masih sesuai sehingga apabila dilihat dari

kategori yang sama maka capaian 2019 secara keseluruhan lebih baik

dibandingkan dengan tahun 2018. Pada tahun 2019 ini target telah

menyesuaikan anggaran yang diberikan, jika pada tahun 2018 anggaran

dipotong tanpa adanya perubahan target output maka menyebabkan

banyaknya target yang tidak tercapai akhir tahun. Pada tahun 2019 tidak

terdapat pemotongan anggaran hanya saja masih ada beberapa output yang

anggarannya terblokir.

3.2 REALISASI ANGGARAN

Seluruh program kegiatan Ditjen IKFT Tahun 2019 telah terlaksana

dengan cukup baik karena diantaranya telah terbukti mampu mencapai sasaran

strategis dan target Indikator Kinerja Utama (IKU). Namun, disamping

pencapaian fisik tersebut, Ditjen IKFT perlu menyandingkan aspek akuntabilitas

keuangan berdasarkan sasaran strategis sehingga diketahui berapa nilai alokasi

dan realisasi anggaran untuk mendukung pencapaian sasaran Ditjen IKFT. Hal

ini relevan dengan pergeseran paradigma penganggaran dari penganggaran

berbasis pengeluaran rutin dan pembangunan menjadi Penganggaran Berbasis

Kinerja (PBK).

Untuk itu, Ditjen IKFT menerapkan PBK untuk meningkatkan efektifitas

alokasi anggaran melalui perancangan program/ kegiatan yang diarahkan

untuk mencapai hasil dan keluaran yang ditetapkan sehingga meningkatkan

efisiensi, kredibilitas, serta akuntabilitas kinerja. Pada tahun 2019 terdapat 2.23

Page 95: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 88

persen anggaran yang diblokir dari seluruh anggaran di Ditjen IKFT, terdiri dari

Direktorat ITKAK sebesar Rp. 573.809.000 dan Direktorat Industri Kimia Hilir dan

Farmasi sebesar Rp.2.295.671.000.

Capaian anomali pada indikator Anggaran Ditjen IKFT yang diblokir

dikarenakan di awal tahun blokir Ditjen IKFT cukup besar. Pada awal penetapan

DIPA Ditjen IKFT Tahun Anggaran 2019, Ditjen IKFT mempunyai Anggaran

terblokir sebesar 27,68%. Besarnya Anggaran yang terblokir dikarenakan pada

Tahun 2019 hampir 60% merupakan tagging pendidikan.

Berikut disajikan tabel realisasi DIPA Ditjen IKFT Tahun 2019 :

Tabel 3.16

Realisasi Keuangan Ditjen IKFT Tahun 2019 per Output

KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU REALISASI

TOTAL %

6 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

123.079.282.000 115.827.371.674 94,11

1875 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit,dan Alas Kaki

5.262.027.000 4.720.383.100 89,71

1875.019 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki

486.060.000 461.200.500 94,89

1875.023 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Peningkatan Daya Saing Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki

495.216.000 446.032.000 90,07

1875.024 Rancangan Standar Nasional Indonesia (rsni) Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki

2.282.095.000 1.986.868.900 87,06

1875.038 Branding Produk Garmen, Fashion Dan Alas Kaki

1.231.356.000 1.125.782.700 91,43

1875.039 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha

767.300.000 700.499.000 91,29

1876 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Kimia Hilir Dan Farmasi

8.557.419.000 8.364.063.176 97,74

1876.015 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Kimia Hilir

1.560.381.000 1.558.740.850 99,89

Page 96: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 89

1876.019 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktivitas Industri Kimia Hilir

387.700.000 386.151.300 99,60

1876.02 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Kimia Hilir

1.678.607.000 1.658.415.600 98,80

1876.032 Branding Produk Industri Kimia Hilir 1.287.204.000 1.238.824.500 96,24

1876.034 Perusahaan Industri Obat Tradisional Yang Direvitalisasi

2.926.475.000 2.808.448.048 95,97

1876.035 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha

717.052.000 713.482.878 99,50

1877 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Kimia Hulu

13.693.149.000 13.594.382.692 99,28

1877.026 Otoritas Nasional Senjata Kimia (prioritas Nasional)

1.366.719.000 1.357.889.429 99,35

1877.03 Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu (prioritas Nasional)

551.180.000 544.982.600 98,88

1877.031 Regulasi Sni Wajib Sektor Industri Kimia Hulu (prioritas Nasional)

90.099.000 83.248.400 92,40

1877.041 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Pupuk Dan Pestisida (prioritas Nasional)

973.324.000 932.925.400 95,85

1877.042 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Garam Industri (prioritas Nasional)

731.377.000 720.282.597 98,48

1877.043 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat (prioritas Nasional)

1.202.681.000 1.197.992.000 99,61

1877.044 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Petrokimia (prioritas Nasional)

351.179.000 350.909.500 99,92

1877.045 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha

8.426.590.000 8.406.152.766 99,76

1879 Penyusunan Dan Evaluasi Program Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi Dan Tekstil

34.313.716.000 34.089.096.640 99,35

1879.012 Strategi Penumbuhan Dan Pengembangan Daya Saing Sektor Ikft

1.423.218.000 1.423.114.000 99,99

1879.95 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 8.146.854.000 8.085.467.712 99,25

1879.951 Layanan Sarana Dan Prasarana Internal 30.000.000 25.439.700 84,80

1879.994 Layanan Perkantoran 24.713.644.000 24.555.075.228 99,36

4910 Peningkatan Kompetensi Sdm Industri Kimia Hilir Dan Farmasi

26.261.702.000 23.451.005.428 89,30

4910.001 Sdm Industri Kimia Hilir Dan Farmasi Yang Dilatih

13.761.702.000 13.634.091.778 99,07

4910.002 Bimbingan Teknis Cpotb, Cpob Dan Cpkb Kepada Industri Obat, Kosmetik Dan Obat Tradisional

2.500.000.000 2.408.602.900 96,34

4910.003 Pilot Project Industri 4.0 Di Sektor Industri Kimia Hilir Dan Farmasi

10.000.000.000 7.408.310.750 74,08

4911 Peningkatan Kompetensi Sdm Industri Kimia Hulu

300.000.000 285.398.254 95,13

Page 97: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 90

4911.001 Fasilitasi Penyusunan Rskkni Industri Kimia Hulu

300.000.000 285.398.254 95,13

4912 Peningkatan Kompetensi Sdm Industri Semen, Keramik Dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam

352.800.000 350.939.450 99,47

4912.001 Fasilitasi Penyusunan Rskkni Industri Semen, Keramik, Dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam

352.800.000 350.939.450 99,47

4913 Peningkatan Kompetensi Sdm Industri Tekstil, Kulit, Dan Alas Kaki

26.438.298.000 23.281.736.974 88,06

4913.001 Implementasi Making Indonesia 4.0 Sektor Tekstil Dan Busana

10.000.000.000 8.632.564.963 86,33

4913.002 Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki

1.240.000.000 685.791.000 55,31

4913.003 Sdm Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki Yang Mengikuti Diklat

15.198.298.000 13.963.381.011 91,87

5881 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Semen, Keramik Dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam

7.900.171.000 7.690.365.960 97,34

5881.001 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Bahan Galian Nonlogam

842.800.000 834.588.325 99,03

5881.004 Pilot Project Industri Bahan Galian Non Logam (prioritas Nasional)

781.796.000 756.805.525 96,80

5881.005 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktifitas Industri Bahan Galian Nonlogam (prioritas Nasional)

2.005.983.000 1.955.243.302 97,47

5881.006 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Bahan Galian Nonlogam

1.242.336.000 1.204.510.687 96,96

5881.007 Sni Wajib Industri Bahan Galian Nonlogam

469.980.000 417.548.000 88,84

5881.008 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Menerapkan Standar Mutu

878.918.000 867.170.000 98,66

5881.009 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Diawasi Dalam Rangka Penerapan Sni Wajib

369.848.000 350.619.900 94,80

5881.017 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, Dan Tata Usaha

844.930.000 840.850.221 99,52

5881.951 Layanan Internal (overhead) 463.580.000 463.030.000 99,88

T O T A L 123.079.282.000 115.827.371.674 94,11

Pagu anggaran telah disesuaikan untuk sasaran strategis utama yakni

sasaran strategis tujuan dan perspektif pemangku kepentingan, dimana pada

sasaran strategis tersebut pagu anggaran paling banyak digunakan, termasuk

Page 98: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 91

untuk menjalankan program prioritas yang telah ditetapkan. Secara garis besar

pelaksanaan realisasi angaran tidak ada hambatan yang berarti hanya terdapat

beberapa kegiatan yang mengalami keterlambatan terutama terkait proses

lelang, dikarenakan diawal tahun masih dalam blokir sehingga diperlukan

waktu dalam proses pembukaan blokir. Dalam merealisasi anggaran tidak

terdapat kendalan berarti.

Tabel 3.17

Realisasi Keuangan Ditjen IKFT Tahun 2019 per Sasaran Strategis

No Sasaran Strategis

(SS)

Indikator Kinerja Utama Pagu Realisasi Persen

(IKU)

Tujuan

1

Meningkatnya

peran industri

Kimia, Farmasi dan

Tekstil dalam

perekonomian

nasional

1 Pertumbuhan industri Kimia,

Farmasi dan Tekstil 4,255,618,000 4,145,316,031 97.41

2

Kontribusi industri Kimia,

Farmasi dan Tekstil terhadap

PDB

1,423,218,000 1,423,114,000 99.99

3

Jumlah tenaga kerja di sektor

industri Kimia, Farmasi dan

Tekstil

28,960,000,000 27,597,472,789 95.30

Perspektif Pemangku Kepentingan

1

Meningkatnya

populasi dan

persebaran industri

1

Unit industri kimia, farmasi, dan

tekstil besar sedang yang

tumbuh

23,708,271,000 19,606,129,286 82.70

2 Nilai investasi di sektor industri

kimia, farmasi, dan tekstil 6,147,802,000 6,056,639,172 98.52

2

Meningkatnya

daya saing dan

produktivitas

sektor industri

1

Kontribusi ekspor produk

industri kimia, farmasi, dan

tekstil terhadap ekspor

nasional

3,397,478,000 3,231,777,200 95.12

2

Produktivitas dan kemampuan

SDM industri kimia, farmasi,

dan tekstil

2,500,000,000 2,408,602,900 96.34

Page 99: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 92

Perspektif Proses Bisnis Internal

1

Tersedianya

kebijakan

pembangunan

industri kimia,

farmasi, dan tekstil

yang efektif

1

Peraturan perundangan yang

diselesaikan di lingkungan

Ditjen IKFT

4,088,427,000 4,055,453,706 99.19

2

Terselenggaranya

urusan

pemerintahan di

bidang

perindustrian yang

berdaya saing dan

berkelanjutan

1 Infrastruktur kompetensi yang

terbentuk 1,892,800,000 1,322,128,704 69.85

2 Infrastruktur standar produk

yang terbentuk 6,684,145,000 6,246,194,087 93.45

Perspektif Kelembagaan

1

Tersusunnya

perencanaan

program,

pengelolaan

keuangan serta

pengendalian yang

berkualitas dan

akuntabel

1 Akuntabilitas Laporan

Keuangan dan BMN 24,713,644,000 24,555,075,228 99.36

2 Status pengelolaan BMN Ditjen

IKFT 1,635,370,800 1,622,181,482 99.19

3 Anggaran Ditjen IKFT yang

diblokir 463,580,000 463,030,000 99.88

4

Kesesuaian rencana program

dan kegiatan prioritas dengan

Rencana Kerja Pemerintah

10,755,872,000 10,660,984,865 99.12

2

Terwujudnya ASN

Kementerian

Perindustrian yang

profesional dan

berkepribadian

1 Rata-rata produktivitas kinerja

minimum pegawai Ditjen IKFT 2,453,056,200 2,433,272,224 99.19

TOTAL 123,079,282,000 115,827,371,674 94.11

3.3 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya di lingkungan Direktorat

Jenderal IKFT, Setditjen IKFT berusaha dalam memaksimalkan pencapaian

kinerja, baik terhadap output, maupun outcome. Adapun salah satu upaya

dalam memaksimalkan capaian tersebut adalah melaksanakan efisiensi

sumber daya, supaya sumber daya dapat digunakan secara efektif untuk

Page 100: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 93

mencapai target kerja dan pelayanan sesuai tugas dan fungsi dimaksud.

Adapun dalam analisis efisiensi penggunaan sumber daya ini,

perbandingan yang digunakan adalah rata-rata presentase capaian pada

Perjanjian Kinerja (Tabel 3.5) dan hasil rata-rata realisasi anggaran per

Indikator Kinerja Utama (Tabel 3.17). Dari perbandingan tersebut dapat

diketahui, bahwa dengan realisasi anggaran Sekretariat Direktorat Jenderal

sebesar 94,11 %, maka dihasilkan efisiensi anggaran sebesar 5,89 % (1 - 94,11

%), di mana dari efisiensi tersebut dapat menghasilkan realisasi rata-rata IKU

sebesar 112,23 %.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa capaian Kinerja Direktorat

Jenderal IKFT mampu melaksanakan efisiensi.

3.4 KENDALA

Kendala yang dihadapi Ditjen IKFT dalam pelaksanaan program dan

kegiatan pada Triwulan IV ini antara lain masih terdapat beberapa anggaran

yang masih terblokir sebanyak 2.33% dari total pagu anggaran Ditjen IKFT.

Besarnya blokir dikarenakan adanya anggaran yang termasuk tagging

pendidikan sehingga perlu adanya pembahasan secara khusus antara

Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, dan Kementerian

PPN/Bappenas. Selain itu hambatan yang dihadapi sehingga terdapat beberapa

Indikator yang belum tercapai antara lain:

1. Adanya perubahan nomenklatur dari Direktorat Jenderal Industri Kimia,

Tekstil, dan Aneka menjadi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil mengakibatkan pelaksanaan kegiatan ada yang sedikit tertunda

Page 101: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 94

dikarenakan pada DIPA masih tercantum Direktorat Jenderal Industri

Kimia, Tekstil, dan Aneka.

2. Besarnya anggaran yang terblokir diawal tahun anggaran sehingga

beberapa kegiatan tidak bisa langsung di eksekusi.

3. Belum optimalnya koordinasi pelaksanaan kegiatan antar sektor dalam

lingkup Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terutama yang bersifat lintas

sektoral.

4. Adanya beberapa kegiatan yang belum dapat dilaksanakan secara

maksimal dikarenakan masih ada anggaran yang terblokir

5. Masih belum konsistensinya pelaksanaan jadwal kegiatan dan penarikan

anggaran bahkan masih banyaknya kegiatan yang menumpuk di akhir

tahun sehingga mengakibatkan belum maksimalnya penyerapan

anggaran.

3.5 TINDAK LANJUT EVALUASI

Berdasarkan hasil penilaian LAKIP Ditjen IKFT Tahun 2018 maka telah dilakukan

tindak lanjut berupa:

1. Terkait penjadwalan, pada tahun 2019 ini ROK telah disusun lebih baik;

2. Pengajuan pengadaan barang/jasa sudah lebih baik, terlihat dengan

berjalannya seluruh kegiatan di Tahun 2019.

3. Harus lebih ditingkatkan koordinasi / sinkronisasi / sinergi antar unit dalam

lingkup Ditjen IKFT terutama terkait penyusunan program/kegiatan hingga

penyelesaian permasalahan anggaran

Page 102: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 95

4. Pemangku kepentingan kedepannya perlu memperhatikan dan membahas

secara intern khususnya terkait penyerapan anggaran secara berkala

5. Penjadwalan dan pelaksanaan kegiatan harus konsisten dari awal hingga

akhir tahun sehingga sesuai dengan jadwal penarikan anggaran

6. Diperlukan pengawasan dan pengawalan terkait kelengkapan dokumen

data dukung dalam rangka penyusunan program/kegiatan ditahun

selanjutnya sehingga akan semakin kecil anggaran yang terblokir di awal

tahun anggaran.

Page 103: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 96

BAB IV

PENUTUP

1.1 TINJAUAN UMUM

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil selama tahun 2019 telah

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan Direktorat Jenderal

Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil sasaran yang ditetapkan. Berdasarkan hasil

pengukuran Evaluasi Kinerja, secara umum telah berhasil melaksanakan

Program/kegiatan dengan baik dengan beberapa capaian antara lain :

1. Pada Tahun 2019, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

memiliki sebanyak 10 (sepuluh) Indikator Kinerja Utama yang tertuang

pada Perjanjian Kinerja, hingga akhir Tahun 2019, terdapat 3 (tiga) IKU

yang tidak terpenuhi target. Secara total persentase capaian kinerja

Direktorat Jenderal Industi Kimia, Farmasi, dan Tekstil rata-rata sebesar

112.23 % dari target yang telah ditetapkan.

2. Dari sisi realisasi anggaran, Ditjen IKFT secara umum mencapai realisasi

penggunaaan anggaran sebesar 94.11 persen atau sebesar Rp.

115.827.371.674,-, nilai sudah menjalankan seluruh kegiatan hanya saja

terdapat beberapa kegiatan yang masih terblokir.

3. Meskipun masih terdapat capaian sasaran strategis yang tidak tercapai

seperti indikator jumlah tenaga kerja, investasi, dan kontribusi ekspor yang

tidak mencapai target. Target populasi dan investasi industri ditetapkan

terlalu tinggi dari capaian terbaru sektor Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil maka diharapkan ditahun berikutnya target dapat disesuaikan.

Page 104: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 97

1.2 PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT

1. SEKTOR INDUSTRI KIMIA HULU

➢ Isu Aktual

• Belum terpenuhinya kebutuhan bahan baku industry dalam negeri yang

diakibatkan terbatasnya kapasitas produksi kimia dasar, tingginya impor

bahan baku, dan terbatasnya research and development

• Isu lingkungan

• Safety management di sector industry kimia

➢ Kendala dan Pemasalahan

• Karakteristik industry kimia hulu padat modal yang membutuhkan nilai

investasi besar dan sebagian besar bahan baku dan bahan penolong

industry tergantung pada import (naphtha)

• Industri kimia hulu memperoleh harga gas bumi untuk bahan baku

dengan harga mahal dan volume yang terbatas

• Faktor kerumitan dalam melakukan investai di daerah (kebijakan dan

peraturan di daerah dan pusat sering bertentangan)

• TKDN industry kimia hulu masih terlalu rendah yang berakibat pada

rendahnya nilai TKDN pada industry kimia hilir

➢ Upaya Mengatasi Permasalahan

• Mendorong investasi baru atau peningkatan kapasitas melalui insentif

bagi industry yang melakukan R&D

• Mendorong kepastian harga gas sebagai implementasi pelaksanaan

Perpres 40/2016

• Mendukung percepatan implementasi omnibus law dalam rangka

mengharmonisasikan kebijakan antar K/L

Page 105: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 98

• Menyusun regulasi yang memihak industry untuk memenuhi kebutuhan

bahan baku

➢ Upaya Program / Kegiatan

• Membuat studi kelayakan dan bisnis plan industry substitusi bahan baku

dan bahan penolong

• Business matching dan market sounding proyek investasi industry kimia

hulu

• Penyusunan konsep manajemen pengolahan limbah industri kimia hulu

dalam mendukung circular economy

• Perbaikan alur aliran material bahan baku sebagai implementasi Making

Indonesia 4.0

2. SEKTOR INDUSTRI KARET, BARANG KARET, DAN PLASTIK

➢ Isu Aktual

• Rendahnya penyerapan penggunaan bahan baku dalam negeri yang

disebabkan permintaan pasar menurun

• Terjadi penurunan pertumbuhan Industri Karet, Barang Karet dan Plastik

➢ Kendala dan Pemasalahan

• Sebanyak 40% kebutuhan bahan baku sector industri karet hilir dalam

negeri dipasok dari dalam negeri, sedangkan 60% sisanya masih impor

yaitu karet sintetik, rubber chemicals, rubber processing oil, dsb.

• Belum optimal nya implementasi P3DN dalam proses pengadaan

barang/jasa khususnya untuk kebutuhan infrastruktur dan kesehatan

• 1/3 kebutuhan bahan baku plastik dipasok dari dalam negeri, sedangkan

sisanya masih impor

• Belum harmonisnya BM antara produk Hulu, hilir dan antara terutama di

produk plastic

• Belum ada instrumen pengendalian terhadap impor produk jadi plastik

Page 106: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 99

• Adanya peraturan daerah yang kontraproduktif bagi pertumbuhan

industri terkait larangan pemakaian kemasan plastic

• Persepsi yang berbeda antara Kementerian terkait penanganan sampah

plastik

• Pengelompokan data pertumbuhan (KBLI 2 Digit) produk karet dan

plastik masih menjadi satu dengan karet

➢ Upaya Mengatasi Permasalahan

• Mendorong investasi untuk bahan baku dan bahan baku penolong

untuk sector industri karet hilir serta investasi untuk sector hulu plastik

• Implementasi P3DN

• Melakukan pengendalian impor barang jadi karet dan plastik

• Melakukan link and match antara hasil riset dengan kebutuhan industri

• Melakukan harmonisasi tariff untuk sebagian bahan baku plastic yang

belum ada rencana investasi dalam waktu dekat seperti Acrylonitrile

Butadiene Styrene (ABS), Polycarbonate, Polyvinyl Acetate.

• Kampanye dan sosialisasi terkait penanganan sisa pemakaian plastik

yang baik

➢ Upaya Program / Kegiatan

• Menyusun kajian regulasi tata niaga impor barang jadi

• Fasilitasi transformasi dan implementasi industri 4.0 untuk optimalisasi

rantai pasok bahan baku dan pasar

• Business matching industry karet dan plastik hilir

• Verifikasi dalam rangka mengoptimalkan implementasi P3DN pada

sektor pengguna

• Iklan layanan masyarakat tentang pengelolaan plastic yang baik

Page 107: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 100

3. SEKTOR INDUSTRI FARMASI

➢ Isu Aktual

• Pengembangan industri bahan baku obat guna menunjang kinerja

industri produk farmasi di dalam negeri

• Ketergantungan industri farmasi hampir 98% bahan baku obat didapat

dari impor.

• Pangsa pasar produk farmasi di dalam negeri sebesar 80 T termasuk

program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang bersumber dari dana

APBN.

• Belum optimalnya penelitian tentang formulasi obat, obat baru dan

fitofarmaka

➢ Kendala dan Pemasalahan

• Industri bahan baku obat belum ada di dalam negeri.

• Belum efektifnya pemanfaatan TKDN untuk pengadaan barang/jasa oleh

pemerintah terutama di sektor farmasi atau program JKN.

• Defisit neraca perdagangan antara bahan baku obat impor dengan

produk farmasi.

• Sudah terbitnya PP 45 tahun 2019 tentang supertax deduction namun

belum ada regulasi turunan tentang tatacara pemberian insentif untuk

penelitian/riset

➢ Upaya Mengatasi Permasalahan

• Mendorong percepatan pengembangan industri bahan baku obat di

dalam negeri melalui investasi dan pemberian insentif di bidang

investasi (tax holiday, tax allowance, dan masterlist)

• Mempercepat terbitnya regulasi TKDN Farmasi

• Perlu upaya peningkatan ekspor dengan membuka pasar baru selain

pasar yang sudah ada, dan melakukan pengaturan investasi baru serta

Page 108: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 101

perluasan dengan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) yang

sesuai dengan peraturan perundangan.

• Menpercepat terbitnya regulasi turunan dari PP No. 45 tahun 2019

➢ Upaya Program / Kegiatan

• Promosi Investasi dalam negeri dan luar negeri

• Menyiapkan SDM, infrastruktur, sosialisasi, bimbingan teknis, dalam

melaksanakan TKDN Farmasi

• Promosi produk melalui pameran, branding, business matching,

roadshow dalam dan luar negeri

• Koordinasi dengan kementerian terkait untuk mempercepat terbitnya

regulasi turunan dari PP No. 45 tahun 2019.

• Pilot project produksi dan promosi fitofarmaka hasil riset

4. SEKTOR INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM

➢ Isu Aktual

• Terjadi penurunan pertumbuhan Industri Barang Galian Bukan Logam

dari tahun 2015 sampai 2019*

• Ketergantungan terhadap pertumbuhan sector lainnya seperti

infrastruktur dan properti/real estate

• Meningkatnya pangsa pasar produk impor terhadap kebutuhan nasional

khususnya keramik, barang dari semen untuk struktu bangunan dan

batu tahan api

➢ Kendala dan Pemasalahan

• Tidak efektifnya penerapan safeguard untuk menahan laju impor

keramik

• Tingginya harga gas yang berkonstribusi 30% dari biaya produksi

sehingga menyebabkan kurang berdaya saingnya industry kaca dan

keramik nasional.

Page 109: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019

LAKIP Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2019 102

• Terjadinya over capacity industri semen nasional

• Masih tingginya ketergantungan impor bahan baku di dalam negeri

• Belum efektifnya pemanfaatan TKDN untuk pengadaan barang/jasa oleh

pemerintah terutama di sektor konstruksi dan bangunan

➢ Upaya Mengatasi Permasalahan

• Perlu upaya pengendalian impor keramik melalui kebijakan tata niaga

lainnya

• Perlu upaya peningkatan ekspor dengan membuka pasar baru selain

pasar yang sudah ada dan melakukan pengaturan investasi baru serta

perluasan dengan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan

• Mendorong investasi baru industri pengolahan bahan baku contohnya :

soda ash yang saat ini 100 % diimpor akan dilakukan upaya percepatan

pembangunan pabrik soda ash di dalam negeri.

• Akan dibuat masterlist yang memuat supply-demand untuk pengadaan

barang/jasa pemerintah

• Mensyaratkan penggunaan produk dalam negeri dalam setiap

pengadaan barang/jasa pemerintah sesuai dengan masterlist

➢ Upaya Program / Kegiatan

• Melakukan pilot project substitusi bahan baku impor (soda ash, calcinate

dolomite, dll)

• Melakukan restrukturisasi mesin/peralatan produksi industri keramik