Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja … · 2020-01-21 · Tahun...
Transcript of Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja … · 2020-01-21 · Tahun...
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
1
i
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas perkenanNya
Deputi Bidang Investigasi dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kinerja
Tahun 2019. Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2019 berpedoman pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja ini merupakan media
pertanggungjawaban Deputi Bidang Investigasi kepada Kepala BPKP selaku
pemberi mandat, atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai.
Laporan Kinerja memberikan gambaran mengenai pertanggungjawaban
atas pemanfaatan sumber daya yang dikelola Deputi Bidang Investigasi
beserta seluruh jajarannya dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya.
Kegiatan dalam rangka mencapai sasaran program dan sasaran kegiatan
terealisasi melebihi target yang telah ditetapkan. Namun, masih terdapat
permintaan penugasan yang belum dipenuhi. Dengan penuh kesadaran hal
tersebut akan menjadi perhatian bagi seluruh jajaran di lingkungan Deputi
Bidang Investigasi untuk meningkatkan kinerja dengan lebih baik dan
profesional pada tahun-tahun mendatang.
Jakarta, Januari 2020
Deputi Kepala BPKP
Bidang Investigasi,
Iswan Elmi
NIP 19600127 198102 1 001
ii
Pada tahun 2019 Deputi Bidang Investigasi melaksanakan satu
program dengan lima sasaran program dengan sepuluh Indikator Kinerja
Program (Outcome). Rata-rata capaian kinerja outcome adalah sebesar
127,94% yang dihitung berdasarkan indikator :
1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di
persidangan sebesar 38,84% atau mencapai 64,74% dari target 60%.
2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh
APH sebesar 100% atau mencapai 133,33% dari target 75%.
3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K sebesar 79,17% atau mencapai 113,10% dari target sebesar
70%.
4. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K sebesar 100% atau mencapai 125,00% dari target sebesar 80%.
5. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K sebesar
100% atau mencapai 125,00% dari target sebesar 80%.
6. Persentase penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan sebesar
96,15% atau mencapai 120,19% dari target sebesar 80%.
7. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk FRA)
sebesar 87,74% atau mencapai 159,52% dari target sebesar 55%.
8. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard & soft competency)
di bidang pencegahan sebesar 85,24% atau mencapai 131,14% dari
target sebesar 65%.
9. Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK)
yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat sebesar
94,74% atau mencapai 135,34% dari target sebesar 70%.
10. Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian sebesar
111,79% atau mencapai 171,99% dari target sebesar 65%.
Capaian kinerja outcome menunjukkan rata-rata sebesar 127,94%. Dana
yang digunakan untuk melaksanakan seluruh kegiatan adalah sebesar
Rp6.273.673.219,00 atau 98,32% dari anggaran sebesar
Rp6.344.000.000,00.
iii
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi ........................................ 1
B. Aspek Strategis Organisasi .............................................................. 2
C. Kegiatan dan Produk Organisasi ...................................................... 4
D. Struktur Organisasi ......................................................................... 4
E. Sistematika Penyajian ...................................................................... 8
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ............................................. 10
A. Rencana Strategis 2015-2019 ........................................................ 10
1. Pernyataan Visi ........................................................................... 12
2. Pernyataan Misi .......................................................................... 12
3. Tujuan dan Sasaran Strategis ...................................................... 17
4. Program dan Kegiatan ................................................................ 22
5. Sasaran Program ........................................................................ 23
6. Indikator Kinerja Utama (IKU) ...................................................... 23
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2019 ....................................................... 26
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ................................................................................ 30
A. Capaian Kinerja ............................................................................. 30
B. Analisis Capaian Kinerja ................................................................ 35
C. Penugasan/Kegiatan Lain............................................................. 107
D. Realisasi Keuangan ...................................................................... 127
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 130
LAMPIRAN
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
1
A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi
esuai dengan Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Republik Indonesia nomor 5 tahun 2019
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan, Deputi Bidang Investigasi
mempunyai tugas membantu Kepala di bidang pelaksanaan
pengawasan kelancaran pembangunan termasuk program lintas
sektoral, pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga, audit
klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang
berindikasi merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian
keuangan negara dan pemberian keterangan ahli. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, Deputi Bidang Investigasi menyelenggarakan fungsi:
1. pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis di bidang
investigasi;
2. penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi;
3. penyusunan pedoman dan pemberian bimbingan teknis investigasi
dan pencegahan kolusi, korupsi dan nepotisme;
4. pengoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat
kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral;
5. pelaksanaan audit atas penyesuaian harga, audit klaim dan audit
investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi
merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian
keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli pada instansi
pusat dan daerah, dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian
keuangannya dibiayai oleh anggaran negara dan/atau subsidi
termasuk badan usaha dan badan lainnya yang di dalamnya terdapat
S
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
2
kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah, serta upaya pencegahan korupsi;
6. pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis program anti korupsi
kepada masyarakat, dunia usaha, aparat pemerintahan dan badan-
badan lainnya;
7. pelaksanaan perencanaan, analisis, evaluasi dan pengolahan hasil
pengawasan bidang penugasan investigasi; dan
8. pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan
pemerintah di bidang keinvestigasian sesuai peraturan perundang-
undangan.
B. Aspek Strategis Organisasi
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah yang memberikan mandat kepada
BPKP sebagai pengawas intern akuntabilitas keuangan negara dan
pembina penyelenggaraan SPIP. Dengan terbitnya PP ini, cakupan
penugasan BPKP semakin luas dan terjadi perubahan paradigma
yang lebih mengedepankan pencegahan melalui pembangunan
suatu sistem yang mampu mencegah dan mendeteksi
kecurangan/penyimpangan.
2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, menyatakan bahwa BPKP
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BPKP
diharapkan berkontribusi pada pencapaian tujuan pemerintah dan
pembangunan yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan
memberikan rekomendasi untuk peningkatan kinerja program
pembangunan pusat, daerah, dan korporasi.
3. Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik
Indonesia nomor 5 tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
4. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
3
Presiden menginstruksikan Kepala BPKP untuk:
a. Meningkatkan pengawasan atas tata kelola (governance)
percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
b. Melakukan audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap
kasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pelanggaran
administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional.
c. Menghitung jumlah (besaran) kerugian keuangan negara dalam
hal ditemukan adanya kerugian negara dalam pelaksanaan audit
investigatif/audit tujuan tertentu terhadap penyalahgunaan
wewenang (pelanggaran administrasi) dalam percepatan
pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
d. Melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut atas hasil audit
yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada
kementerian/lembaga dalam hal ditemukan adanya kerugian
keuangan negara.
e. Melakukan pendampingan dalam rangka pengadaan barang/jasa
tertentu dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
berdasarkan permintaan menteri/kepala lembaga atau Komite
Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP).
5. Dalam kondisi masih banyaknya kasus korupsi, masih besar pula
harapan Aparat Penegak Hukum (APH) dan Kementerian
/Lembaga/Pemerintah Daerah/Korporasi meminta BPKP untuk
melakukan audit atas kasus TPK.
6. Adanya produk-produk unggulan yang dibutuhkan oleh stakeholders
seperti Fraud Control Plan (FCP) dan Pengumpulan dan
Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE) atau Digital
Forensics yang memungkinkan BPKP melakukan penugasan sesuai
dengan kebutuhan stakeholders.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
4
C. Kegiatan dan Produk Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan Peraturan BPKP
Nomor 17 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengelolaan Kegiatan Bidang
Investigasi (PPKBI), Deputi Bidang Investigasi melaksanakan kegiatan
bidang investigasi untuk memenuhi akuntabilitas yang menjadi
perhatian para stakeholders. Kegiatan tersebut meliputi:
1. Audit Investigatif
2. Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
3. Pemberian Keterangan Ahli
4. Audit Penyesuaian Harga
5. Audit Klaim
6. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan
7. Pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK)
8. Fraud Control Plan (FCP)
9. Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (PEBDE)
10. Penjaminan Kualitas (Quality Assurance) Kegiatan Bidang Investigasi
11. Penanganan Pengaduan Masyarakat
12. Penilaian Risiko Kecurangan (Fraud Risk Analysis)
13. Analisis Akar Penyebab Masalah (Root Cause Analysis)
14. Kajian Peraturan Berpotensi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Produk dari kegiatan tersebut di atas berupa Laporan Hasil Pengawasan,
Laporan Hasil Kajian, Laporan Hasil Evaluasi, dan Laporan Kegiatan.
D. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019, struktur organisasi Deputi
Bidang Investigasi terdiri atas 4 (empat) Direktorat. Masing-masing
Direktorat mempunyai Sub Direktorat dan Kelompok Pejabat
Fungsional. Untuk urusan Tata Usaha, Deputi Bidang Investigasi
memperoleh staf perbantuan dari Sekretariat Utama.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
5
BAGAN 1. 1
STRUKTUR ORGANISASI
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
1. Direktorat Investigasi I
Tugas dan fungsi:
Direktorat lnvestigasi I mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan kelancaran pembangunan termasuk program lintas
sektoral, pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga,
audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara,
audit penghitungan kerugian keuangan negara dan pemberian
keterangan ahli pada objek pengawasan instansi pemerintah
pusat bidang perekonomian, objek pengawasan badan usaha
agrobisnis, infrastruktur, perdagangan, energi dan
pertambangan, objek pengawasan pemerintah daerah, badan
usaha milik daerah, dan badan usaha milik desa wilayah
Sumatera, dan objek pengawasan kegiatan lain yang seluruh atau
sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara dan/atau
subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang di
dalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain
dari Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
6
2. Direktorat Investigasi II
Tugas dan fungsi:
3. Direktorat Investigasi III
Tugas dan fungsi:
Direktorat lnvestigasi II mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan kelancaran pembangunan termasuk program lintas
sektoral, pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga,
audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara,
audit penghitungan kerugian keuangan negara dan pemberian
keterangan ahli pada objek pengawasan instansi pemerintah
pusat bidang politik, hukum, keamanan, pembangunan manusia
dan kebudayaan, objek pengawasan badan usaha konektivitas,
pariwisata, kawasan industri, perumahan, dan jasa air, objek
pengawasan pemerintah daerah, badan usaha milik daerah, dan
badan usaha milik desa wilayah Jawa dan Kalimantan, dan objek
pengawasan kegiatan lain yang seluruh atau sebagian
keuangannya dibiayai oleh anggaran negara dan/atau subsidi
termasuk badan usaha dan badan lainnya yang di dalamnya
terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari
Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah.
Direktorat lnvestigasi III mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan kelancaran pembangunan termasuk program lintas
sektoral, pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga,
audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara,
audit penghitungan kerugian keuangan negara dan pemberian
keterangan ahli pada objek pengawasan instansi pemerintah
pusat bidang kemaritiman, objek pengawasan badan usaha jasa
keuangan, jasa penilai, dan manufaktur, objek pengawasan
pemerintah daerah, badan usaha milik daerah, dan badan usaha
milik desa wilayah Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, dan Nusa
Tenggara, dan objek pengawasan kegiatan lain yang seluruh
atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara
dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang
di dalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan
lain dari Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
7
4. Direktorat Investigasi IV
Tugas dan fungsi:
5. Kepala Subbagian Tata Usaha Deputi Bidang Investigasi
Tugas dan fungsi:
Jumlah pegawai Deputi Bidang Investigasi per 31 Desember 2019
sebanyak 113 orang. Jika dibandingkan dengan posisi per 1 Januari
2018 sebanyak 130 orang, maka secara total terjadi pengurangan
jumlah pegawai sebanyak 17 orang. Jumlah pegawai tersebut dapat
diklasifikasikan berdasarkan golongan dan jabatan, seperti terlihat pada
Bagan 1.2.
Subbagian Tata Usaha Deputi Bidang Investigasi mempunyai
tugas melaksanakan kegiatan keuangan, keprotokolan,
kesekretariatan, kepegawaian, dan umum pada Deputi Bidang
Investigasi
Direktorat Investigasi IV mempunyai tugas membantu
Deputi Bidang Investigasi mengimplementasikan kebijakan
teknis pengawasan, melaksanakan koordinasi perencanaan,
analisis, dan evaluasi kegiatan bidang investigasi dan pelaporan
hasil pengawasan dan kinerja serta pengembangan kapabilitas
bidang investigasi, melaksanakan pembinaan dan pengelolaan
kegiatan forensik digital, melaksanakan pengelolaan dan
pengembangan informasi bidang investigasi.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
8
BAGAN 1. 2
JUMLAH PEGAWAI DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
PER 31 DESEMBER 2019
E. Sistematika Penyajian
Laporan Kinerja menginformasikan pencapaian kinerja Deputi Bidang
Investigasi selama Tahun 2019 dibandingkan dengan Perjanjian Kinerja
(PK) Tahun 2019 yang merupakan komitmen Deputi Bidang Investigasi
untuk mencapai kinerja sebagai upaya memenuhi misi organisasi.
Melalui pembandingan tersebut akan diperoleh celah kinerja
(Performance Gap) untuk disempurnakan kembali dalam rencana
kinerja berikutnya.
Sistematika penyajian Laporan Kinerja Tahun 2019, adalah sebagai
berikut:
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
9
Berisi uraian umum mengenai tugas, fungsi dan
wewenang Deputi Bidang Investigasi, aspek strategis,
kegiatan dan produk, struktur organisasi serta
sistematika penyajian.
Berisi uraian singkat mengenai Rencana Strategis
(Renstra) 2015-2019 yang menggambarkan visi, misi,
tujuan dan sasaran, Indikator Kinerja Utama (IKU).
Selain itu akan diuraikan juga mengenai Perjanjian
Kinerja tahun 2019.
Berisi uraian mengenai capaian kinerja yang meliputi
sasaran strategis dan sasaran program Deputi Bidang
Investigasi, kinerja lainnya, serta akuntabilitas
keuangan tahun 2019.
Berisi uraian singkat mengenai keberhasilan dan
kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang
berkaitan dengan kinerja kedeputian, serta langkah-
langkah perbaikan kinerja yang akan dilaksanakan
pada tahun mendatang.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
10
A. Rencana Strategis 2015-2019
encana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen
perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program, dan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas dan
fungsi yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi. Renstra
Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015-2019 tidak terlepas dari Renstra
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan disusun dengan
memperhatikan:
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2015-2019.
2. Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tanggal
16 Agustus 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tanggal
21 November 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tanggal 18 April 2006 tentang
Pengesahan United Nations Convention Against Corruption 2003
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi 2003).
4. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tanggal 28
Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
Sesuai dengan peraturan ini, delegasi yang diemban BPKP adalah
sebagai auditor Presiden yang memiliki tugas melakukan
pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan
sebagai pembina SPIP untuk seluruh Instansi Pemerintah.
Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara
dilaksanakan atas kegiatan tertentu meliputi kegiatan yang bersifat
lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara, dan kegiatan
lain berdasarkan penugasan dari Presiden. BPKP khususnya Deputi
R
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
11
Bidang Investigasi melakukan pengawasan intern melalui audit
dengan tujuan tertentu.
5. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014
tentang Administrasi Pemerintahan.
7. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tanggal 31 Desember
2014 tentang BPKP. Sesuai dengan pasal 27, Deputi Bidang
Investigasi melaksanakan tugas membantu Kepala di bidang
pelaksanaan pengawasan kelancaran pembangunan termasuk
program lintas sektoral, pencegahan korupsi, audit atas
penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-
kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara,
audit penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian
keterangan ahli.
8. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014
tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan
Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam rangka
Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.
9. Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-080/K/2001
tanggal 20 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP.
10. Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-1314/K/D6/2012 tanggal
16 Oktober 2012 tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi.
11. Peraturan BPKP Nomor 17 Tahun 2017 tanggal 21 Desember 2017
tentang Pedoman Pengelolaan Kegiatan Bidang Investigasi.
12. Peraturan BPKP Nomor 5 Tahun 2019 tanggal 29 Maret 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja BPKP.
Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan visi yang menjadi arah
perkembangan organisasi di masa mendatang. Visi yang telah
ditetapkan merupakan kesepakatan yang harus dicapai oleh seluruh
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
12
jajaran Deputi Bidang Investigasi. Untuk mencapai visi tersebut
ditetapkan 5 (lima) misi.
1. Pernyataan Visi
BPKP sebagai pengawas internal pemerintah yang bertanggung
jawab langsung kepada Presiden diharapkan mampu meningkatkan
efektivitas sistem pengawasan nasional dalam memberantas KKN
dan mendorong terwujudnya good governance baik dalam sektor
pemerintahan maupun sektor publik. Deputi Bidang Investigasi
sebagai bagian integral dari BPKP, harus ikut mereposisi dan
meredefinisi perannya untuk mendukung visi BPKP demi
terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta
tercapainya kelancaran pembangunan yang berkesinambungan.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang
Investigasi telah menetapkan visi yang menjadi arah perkembangan
organisasi di masa mendatang.
Visi Deputi Bidang Investigasi:
2. Pernyataan Misi
Visi yang telah ditetapkan merupakan kesepakatan yang harus
dicapai oleh seluruh jajaran Deputi Bidang Investigasi. Untuk
mencapai visi tersebut Deputi Bidang Investigasi menetapkan 5
(lima) misi sebagai berikut:
PUSAT UNGGULAN SOLUSI KECURANGAN
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
13
Misi 1 dilatarbelakangi adanya Peraturan Presiden Nomor 192
tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan. Salah satu tugas pemerintah yang
dilaksanakan oleh BPKP, khususnya Deputi Bidang Investigasi adalah
melaksanakan audit investigatif terhadap kasus-kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara, audit
penghitungan kerugian keuangan negara, pemberian keterangan
ahli, serta penugasan investigasi lainnya yang berkaitan dengan
upaya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Penyelenggaraan pengawasan keinvestigasian bertujuan untuk
mendeteksi, mengungkap, dan menindaklanjuti kejadian KKN sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dalam upaya penegakan
1•Menyelenggarakan pengawasan
keinvestigasian
2
•Menyelenggarakan pengawasan intern
terhadap kasus yang menghambat
kelancaran pembangunan
3•Mengembangkan sistem pencegahan
kecurangan di K/L/P/K
4
•Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
anti korupsi terhadap K/L/P/K dan
masyarakat
5
•Mengembangkan kapabilitas pengawasan
intern keinvestigasian yang profesional
dan kompeten
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
14
hukum. Pelaksanaan penugasan bekerjasama dengan Aparat
Penegak Hukum (APH) dan Instansi Lain.
Misi 2 dilatarbelakangi pelaksanaan pembangunan sering
terkendala dan tidak mencapai hasil dan manfaat seperti yang
diharapkan. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi antar
instansi pemerintah dan korporasi yang mengakibatkan adanya
hambatan pelaksanaan pembangunan yang berdampak pada
lambatnya pencapaian tujuan nasional. Sejalan dengan fungsi BPKP
melakukan pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern
terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat
menghambat kelancaran pembangunan termasuk program lintas
sektoral, maka BPKP melakukan mediasi dan memberikan solusi
kepada instansi pemerintah dan korporasi untuk menyelesaikan
permasalahan yang menghambat pembangunan, sehingga
pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan lancar.
Misi 3 dilatarbelakangi adanya perubahan paradigma yang lebih
mengedepankan pencegahan korupsi dengan membangun suatu
sistem yang mampu mencegah atau memudahkan pendeteksian
adanya kecurangan/penyimpangan, mendorong Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya Deputi Bidang
Investigasi untuk terus meningkatkan efektifitas pencegahan
korupsi.
Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama
adalah penciptaan dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan
yang kedua adalah pengkajian risiko korupsi serta membangun
sikap yang konkrit guna meminimalkan risiko serta menghilangkan
kesempatan terjadinya korupsi. Organisasi dapat menghilangkan
atau mengurangi kesempatan terjadinya korupsi melalui langkah
berikut:
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
15
a. Mengidentifikasi sumber serta mengukur risiko korupsi.
b. Mengimplementasikan pengendalian pencegahan dan
pendeteksian.
c. Menciptakan pemantauan secara luas melalui peran serta
pegawai, pelanggan dan masyarakat.
d. Memfungsikan pengecekan independen, termasuk fungsi audit
dan standar investigasi.
Untuk mencegah korupsi seperti tersebut di atas dapat dilakukan
dengan mengimplementasikan Program Anti Korupsi atau Fraud
Control Plan (FCP) termasuk Fraud Risk Assesment (FRA). FCP
merupakan pengendalian yang dirancang secara spesifik, teratur,
dan terukur oleh suatu organisasi, untuk mencegah, menangkal, dan
memudahkan pendeteksian, jumlah, serta frekuensi kemungkinan
terjadinya korupsi/kecurangan yang ditandai dengan eksistensi dan
implementasi beberapa atribut dalam kerangka upaya mencapai
tujuan organisasi secara keseluruhan.
Misi 4 dilatarbelakangi Deputi Bidang Investigasi bermaksud
memperluas dan mempertajam strategi edukatif anti korupsi dengan
mengimplementasikan konsep masyarakat pembelajar (learning
society) yang selaras dengan strategi BPKP sebagaimana tertuang
dalam Perencanaan Strategis 2015- 2019 dan terintegrasi dengan
strategi pengembangan Deputi Bidang Investigasi sebagai Pusat
Keunggulan Solusi Kecurangan.
Konsep masyarakat pembelajar anti korupsi akan dilaksanakan
melalui:
a. Kegiatan pelatihan dalam bentuk: sosialisasi/ seminar/workshop
anti korupsi, iklan layanan masyarakat
b. Kegiatan fasilitatif dalan bentuk: bimbingan konsultasi
pengembangan perilaku dan sistem whistleblowing, dan
bimbingan konsultasi pengembangan partisipasi publik dalam
pengawasan pembangunan.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
16
Secara konseptual, kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan
pemahaman dan kepedulian peserta belajar mengenai anti korupsi.
Secara operasional, outcome kegiatan tersebut tercermin dari dua
aspek yaitu:
a. Kepedulian pegawai untuk ber-whistleblowing, dan
b. Kepedulian masyarakat untuk melakukan pengaduan atas
indikasi korupsi
Agar kepedulian pegawai tersebut terwujud dan terkelola maka
K/L/P/K memerlukan sistem yaitu sistem whistleblowing atau sistem
pengaduan masyarakat.
Misi 5 dilatarbelakangi tingginya kasus korupsi pada sektor
pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, menjadi bukti
bahwa fungsi aparatur pengawasan belum maksimal, SDM
pengawasan kurang profesional, serta lemahnya bisnis proses
pengawasan. Kondisi tersebut harus segera diperbaiki secara
mendasar dan komprehensif. Selain itu, pelaksanaan tugas pada
Deputi Bidang Investigasi di BPKP maupun auditor investigasi pada
APIP lainnya, memiliki beberapa risiko yang lebih tinggi
dibandingkan tugas-tugas auditor lainnya, hal ini terkait dengan
risiko gugatan hukum atas hasil audit investigatif maupun audit
penghitungan kerugian keuangan negara.
Berdasarkan kenyataan tersebut dan tantangan besar yang akan
dihadapi di masa mendatang, maka APIP diharapkan mampu
mencegah, menangkal, mendeteksi tindakan pelanggaran terhadap
ketentuan, prosedur termasuk mendeteksi dan mencegah korupsi,
serta meningkatkan ketaatan pada peraturan, kebijakan, dan
prosedur. Selain itu, perlu adanya peningkatan kompetensi bagi
auditor investigasi, dalam upaya meningkatkan profesionalitas dan
meminimalisir gugatan hukum.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
17
3. Tujuan dan Sasaran Strategis
Penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan
dicapai dalam jangka waktu satu sampai lima tahun dituangkan
dalam tujuan strategis Deputi Bidang Investigasi. Tujuan akan
menjadi arah perjalanan Deputi Bidang Investigasi dan perbaikan-
perbaikan yang diinginkan sesuai dengan tugas dan fungsi Deputi
Bidang Investigasi.
Dalam rangka mencapai misi yang telah ditetapkan, Deputi Bidang
Investigasi telah menetapkan tujuan strategis sebagai berikut:
BAGAN 2.1
TUJUAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
Terkait dengan tujuan tersebut, Deputi Bidang Investigasi menetapkan
sasaran strategis sebagai berikut:
a. Meningkatnya efektivitas pemanfaatan hasil pengawasan
keinvestigasian.
3. Melakukan penanggulangan korupsi melalui pencegahan
korupsi dengan membangun suatu sistem yang mampu
mencegah atau memudahkan pendeteksian adanya
kecurangan/penyimpangan.
1. Meningkatkan manfaat hasil pengawasan dalam rangka
pemberantasan korupsi dan mewujudkan tata kelola
pemerintahan dan korporasi yang baik.
2. Meningkatkan manfaat hasil pengawasan dalam mengatasi
hambatan kelancaran pembangunan.
4. Meningkatkan kepedulian K/L/P/K dan masyarakat terhadap
korupsi.
5. Meningkatkan kapabilitas pengawasan intern pemerintah di
bidang keinvestigasian.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
18
Adanya ekspektasi stakeholders agar BPKP mendorong pengelolaan
kepemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance)
dan meningkatkan upaya pemberantasan korupsi, mendorong
Deputi Bidang Investigasi untuk terus melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara efisien dan efektif. Hasil pengawasan
keinvestigasian harus berkualitas agar dapat dimanfaatkan oleh
Aparat Penegak Hukum (APH) dalam mengungkap dan menindak
kejadian korupsi. Hasil pengawasan keinvestigasian juga diharapkan
dapat dimanfaatkan oleh K/L/P/K untuk dijadikan masukan oleh
pimpinan dalam pengambilan keputusan, antara lain untuk
menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidaktertiban;
mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidaktertiban
tersebut; mencari cara yang lebih baik atau membina yang telah baik
untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi.
Hasil pengawasan akan bermakna apabila dapat diikuti langkah-
langkah tindak lanjut yang nyata dan tepat.
b. Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan pembangunan
nasional.
Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP) adalah kondisi dimana
proses pembangunan tidak dapat mencapai hasil dan manfaat yang
telah ditetapkan karena adanya masalah yang tidak dapat
diselesaikan dengan menggunakan kewenangan para pihak terkait.
Untuk mengatasi hal ini BPKP memberikan kontribusi melalui
pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
yang dapat menghambat kelancaran pembangunan termasuk
program lintas sektoral melalui kegiatan evaluasi HKP. Hasil evaluasi
HKP diharapkan dapat digunakan oleh penanggung jawab atau
pelaksana program/kegiatan atau pihak yang terkait lainnya untuk
menyelesaikan masalah yang menghambat kelancaran
program/kegiatan pembangunan.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
19
c. Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi
dalam pencegahan korupsi.
Masalah pemberantasan korupsi tidak cukup hanya dilaksanakan
dengan pendekatan bersifat represif, tetapi juga bersifat preventif
dan edukatif. Tanpa langkah preventif pemberantasan korupsi hanya
akan berhasil mengatasi gejalanya saja dan bukan menghancurkan
akar penyebab dan sumber penyakit korupsi. Selain itu, adanya
perubahan paradigma yang lebih mengedepankan pencegahan
korupsi dengan membangun suatu sistem yang mampu mencegah
atau memudahkan pendeteksian adanya
kecurangan/penyimpangan, mendorong Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya Deputi Bidang
Investigasi untuk terus meningkatkan efektifitas pencegahan
korupsi.
Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama
adalah penciptaan dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan
yang kedua adalah pengkajian risiko korupsi serta membangun
sikap yang konkrit guna meminimalkan risiko serta menghilangkan
kesempatan terjadinya korupsi. Program yang diperlukan untuk
mencegah korupsi seperti tersebut dikenal dengan Program Anti
Korupsi atau Fraud Control Plan (FCP). Pengendalian tersebut
dirancang secara spesifik, teratur, dan terukur oleh suatu organisasi,
untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pendeteksian,
jumlah, serta frekuensi kemungkinan terjadinya korupsi/kecurangan
yang ditandai dengan eksistensi dan implementasi beberapa atribut
dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi secara
keseluruhan.
Sehubungan dengan hal ini, hasil penugasan FCP termasuk FRA
diharapkan dapat diimplementasikan oleh K/L/P/K untuk perbaikan
tata kelola, mencegah dan menanggulangi terjadinya fraud.
d. Meningkatnya kepedulian K/L/P/K dan masyarakat terhadap
korupsi.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
20
Deputi Bidang Investigasi memperluas dan mempertajam strategi
edukatif anti korupsi dengan mengimplementasikan konsep
masyarakat pembelajar (learning society) melalui pengembangan
Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK). MPAK adalah
paradigma dalam pemberantasan korupsi yang menempatkan
pembelajaran anti korupsi sebagai faktor kunci keberhasilan
pemberantasan korupsi. Pembelajaran anti korupsi adalah proses
interaksi peserta belajar dengan BPKP sebagai sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar dimana BPKP berperan dalam membantu,
mendorong dan memfasilitasi peserta belajar agar dapat
memperoleh pengetahuan dan menguasai ketrampilan/keahlian
mengenai anti korupsi serta mengubah sikap peserta belajar
menjadi anti korupsi berdasarkan usaha peserta belajar.
Kegiatan yang dilakukan oleh MPAK adalah membentuk Komunitas
Pembelajar Anti Korupsi (KPAK). KPAK merupakan sekelompok
pihak–pihak yang berkepentingan (internal dan eksternal) dari suatu
instansi pemerintah atau korporasi negara/daerah yang mempunyai
tujuan yang sama yaitu mewujudkan kepemerintahan yang baik dan
pemerintahan yang bersih. KPAK melakukan pertemuan secara rutin
dan berkelanjutan maupun secara insidentil untuk berkolaborasi
melakukan aktivitas pembelajaran anti korupsi secara aktif,
partisipatif dan interaktif dalam rangka menghasilkan dan
menyebarluaskan data, informasi maupun pengetahuan mengenai
anti korupsi.
Secara konseptual, kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan
pemahaman dan kepedulian peserta belajar mengenai anti korupsi.
Secara operasional, outcome kegiatan tersebut tercermin dari dua
aspek yaitu:
1) Kepedulian pegawai untuk ber-whistleblowing, dan
2) Kepedulian masyarakat untuk melakukan pengaduan atas
indikasi korupsi
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
21
Agar kepedulian pegawai tersebut terwujud dan terkelola maka
K/L/P/K memerlukan sistem yaitu sistem whistleblowing atau sistem
pengaduan masyarakat.
e. Meningkatkan kapabilitas pengawasan intern pemerintah di bidang
keinvestigasian.
Untuk mempercepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik,
keberadaan APIP menjadi sangat penting dan strategis, mulai sejak
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban APBN/APBD serta pemberian rekomendasi
perbaikan pada setiap kebijakan yang telah dan/atau akan
diimplementasikan. APIP diharapkan dapat bekerja lebih profesional
dan peka terhadap permasalahan negara yang dinamis dan
mengedukasi upaya-upaya pencegahan korupsi di semua bidang.
Sehubungan dengan hal tersebut, APIP perlu meningkatkan kualitas
hasil audit intern dan perlu meningkatkan kemampuan (kapabilitas)
organisasinya, termasuk meningkatkan kompetensi auditor
sehingga mampu meningkatkan kualitas hasil pengawasan.
Untuk meningkatkan kompetensi auditor dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan dan kinerja di bidang pengawasan, Deputi Bidang
investigasi merencanakan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1) Mengikutsertakan auditor investigasi pada pendidikan formal
Strata 2 dan Strata 3.
2) Mengikutsertakan auditor investigasi pada Diklat/Uji kompetensi
CFE dan CFrA.
3) Menyelenggarakan Diklat yang mendukung penugasan bidang
investigasi.
4) Mengikutsertakan auditor investigasi pada Diklat yang
mendukung penugasan bidang investigasi.
5) Menyelenggarakan workshop yang mendukung penugasan
bidang investigasi.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
22
4. Program dan Kegiatan
Program Deputi Bidang Investigasi mencerminkan tugas dan fungsi
yang berisi kegiatan untuk mewujudkan sasaran strategis yang telah
ditetapkan. Program tersebut adalah Pengawasan Intern
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP.
Kegiatan pengawasan mencerminkan tugas dan fungsi Direktorat
yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran (output).
Kegiatan pengawasan Deputi Bidang Investigasi terdiri atas:
a. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait
Investigasi pada Kementerian/ Lembaga.
b. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait
Investigasi pada BUMN/BUMD.
c. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait
Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan.
d. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan
Penyelenggaraan Investigasi terkait Investigasi I.
e. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan
Penyelenggaraan Investigasi terkait Investigasi II.
f. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan
Penyelenggaraan Investigasi terkait Investigasi III.
g. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan
Penyelenggaraan Investigasi terkait Investigasi IV.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
23
5. Sasaran Program
Sasaran program menunjukkan berfungsinya output pengawasan
intern yang dilakukan oleh BPKP. Output pengawasan berupa
rekomendasi hasil pengawasan yang berkualitas dan dapat
dilaksanakan oleh K/L/P/K akan memberikan hasil berupa perbaikan
atas pengelolaan program strategis/program prioritas nasional.
Deputi Bidang Investigasi menetapkan sasaran program sebagai
berikut:
6. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Untuk menggambarkan tingkat pencapaian sasaran program,
ditetapkan indikator kinerja utama sebagai berikut:
a. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian dimanfaatkan di
persidangan.
b. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh APH.
c. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K.
d. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K.
e. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K.
Sasaran Program
1. Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan
keinvestigasian.
2. Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan
pembangunan nasional.
3. Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan
korporasi dalam pencegahan korupsi.
4. Meningkatnya kepedulian K/L/P dan masyarakat terhadap
korupsi.
5. Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah
di bidang keinvestigasian.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
24
f. Persentase penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan.
g. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk
FRA).
h. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft
competency) di bidang pencegahan.
i. Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi
(KPAK) yang mengimplementasikan sistem pengaduan
masyarakat.
j. Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian.
Target IKU tahun 2015 dan 2016 sebagai berikut:
Tabel 2. 1
Target Kinerja Sasaran Program (Outcome)
Program Sasaran
Program
Indikator Kinerja
Uraian Target
2015
Target
2016
Pengawasan
Intern
Akuntabilitas
Pengelolaan
Keuangan
Negara dan
Pembinaan
Penyelenggaraan
SPIP pada Deputi
Bidang
Investigasi
Perbaikan
Pengelolaan
Program
Prioritas
Nasional dan
Pengelolaan
Keuangan
Negara Bidang
Pengawasan
Keinvestigasian
Penyerahan Hasil
Pengawasan
Keinvestigasian
kepada Aparat
Penegak
Hukum/Kementerian
/Lembaga/
Pemerintah Daerah/
Korporasi
40% 50%
Pada tahun 2016 Deputi Bidang Investigasi melakukan reviu Renstra
dan mengembangkan IKU tahun 2017 s.d 2019 menjadi sebagai
berikut:
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
25
Tabel 2. 2
Target Kinerja Sasaran Program (Outcome)
No. Sasaran
Program
Indikator Kinerja Target
2017 2018 2019
1. Meningkatnya
efektifitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
a. Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan di
persidangan
40% 50% 60%
b. Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh
APH
70% 72% 75%
c. Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
60% 65% 70%
d. Persentase hasil
audit penyesuaian
harga yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
70% 75% 80%
e. Persentase hasil
audit klaim yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
70% 75% 80%
2. Meningkatnya
penyelesaian
hambatan
pelaksanaan
pembangunan
nasional
Persentase
penyelesaian hambatan
kelancaran
pembangunan
70% 75% 80%
3. Meningkatnya
kualitas tata
a. Persentase K/L/P/K
yang
50% 52% 55%
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
26
kelola
pemerintah dan
korporasi dalam
pencegahan
korupsi
mengimplementasik
an FCP (termasuk
FRA)
b. Persentase auditor
yang memiliki
kompetensi (hard &
soft competency) di
bidang pencegahan
60% 62% 65%
4. Meningkatnya
kepedulian
K/L/P/K dan
masyarakat
terhadap
korupsi
Persentase K/L/P/K
anggota Komunitas
Pembelajar Anti
Korupsi (KPAK) yang
mengimplementasikan
sistem pengaduan
masyarakat
60% 65% 70%
5. Meningkatkan
kapabilitas
pengawasan
intern
pemerintah di
bidang
keinvestigasian
Persentase auditor
yang memiliki
kompetensi
keinvestigasian
60% 62% 65%
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2019
Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen yang berisi
penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan
instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang
disertai dengan indikator kinerja. Dokumen ini berisi sasaran strategis,
sasaran program, sasaran kegiatan, indikator kinerja, dan target kinerja
yang diperjanjikan dalam satu tahun serta memuat rencana anggaran
untuk program dan kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran
strategis.
Target dari indikator kinerja sasaran program dan sasaran kegiatan
ditetapkan dalam bentuk satuan yang berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik indikator yang digunakan. Satuan ditetapkan dalam bentuk
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
27
kuantitatif yang dapat dihitung dan diukur, sehingga dapat dinilai untuk
menentukan tingkat keberhasilan dari masing-masing program.
Program yang disertai dengan indikator hasil program dan indikator
hasil kegiatan dituangkan dalam satu dokumen Perjanjian Kinerja (PK).
Kegiatan dan anggaran Deputi Bidang Invetigasi sesuai dengan
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2. 3
Perjanjian Kinerja Tahun 2019
No. Sasaran
Strategis/Program/
Kegiatan
Indikator Kinerja Target
Sasaran Program
1. Meningkatnya
efektivitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
1.1 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian
yang
dimanfaatkan di
persidangan
60%
1.2 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian
yang
dimanfaatkan oleh
APH
75%
1.3 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian
yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
70%
1.4 Persentase hasil
audit penyesuaian
harga yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
80%
1.5 Persentase hasil
audit klaim yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
80%
2. Meningkatnya
penyelesaian hambatan
pelaksanaan
pembangunan nasional
2.1 Persentase
penyelesaian
hambatan
kelancaran
pembangunan
80%
3. Meningkatnya kualitas
tata kelola pemerintah
3.1 Persentase K/L/P/K
yang
mengimplementas
55%
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
28
No. Sasaran
Strategis/Program/
Kegiatan
Indikator Kinerja Target
dan korporasi dalam
pencegahan korupsi
ikan FCP
(termasuk FRA)
3.2 Persentase auditor
yang memiliki
kompetensi (hard
& soft
competency) di
bidang
pencegahan
65%
4. Meningkatnya
kepedulian K/L/P/K dan
masyarakat terhadap
korupsi
4.1 Persentase K/L/P/K
anggota Komunitas
Pembelajar Anti
Korupsi (KPAK)
yang
mengimplementasi
kan sistem
pengaduan
masyarakat
70%
5. Meningkatnya
kapabilitas pengawasan
intern pemerintah di
bidang keinvestigasian
5.1 Persentase auditor
yang memiliki
kompetensi
keinvestigasian
65%
Sasaran Kegiatan
1. Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi
Instansi Pemerintah
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern
pada Direktorat
Investigasi Instansi
Pemerintah
25 laporan
2. Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi I
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern
pada Direktorat
Investigasi I
38 laporan
3. Tersedianya informasi
hasil pengawasan pada
Direktorat Investigasi
Hambatan Kelancaran
Pembangunan
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern
pada Direktorat
Investigasi Hambatan
Kelancaran
Pembangunan
36 laporan
4. Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi II
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern
pada Direktorat
Investigasi II
31 laporan
5. Tersedianya informasi
hasil pengawasan pada
Direktorat Investigasi
BUMN dan BUMD
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern
pada Direktorat
Investigasi BUMN/D
13 laporan
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
29
No. Sasaran
Strategis/Program/
Kegiatan
Indikator Kinerja Target
6. Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi III
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern
pada Direktorat
Investigasi III
30 laporan
7. Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi IV
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern
pada Direktorat
Investigasi IV
15 laporan
Anggaran untuk melaksanakan program dan kegiatan
Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan
SPIP pada Deputi Bidang Investigasi
Rp5.344.000.000,00
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya
Rp1.000.000.000,00
Jumlah Rp6.344.000.000,00
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
30
kuntabilitas Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban
kinerja Deputi Bidang Investigasi dalam tahun 2019 yang
ditujukan untuk memenuhi target rencana kinerja yang telah
ditetapkan. Dalam uraian berikut disajikan pula akuntabilitas
Deputi Bidang Investigasi dari aspek keuangan, sumber daya manusia, dan
sarana prasarana sebagai unsur penunjang pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan. Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja yang
mencakup penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator
kinerja untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran
dalam rangka mewujudkan misi yang telah ditetapkan.
A. Capaian Kinerja
Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Rencana
Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT). Pengukuran
kinerja mencakup penilaian indikator kinerja sasaran yang tertuang
dalam Perjanjian Kinerja (PK). Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara
membandingkan antara target dengan realisasinya. Persentase capaian,
dihitung dengan rumus bahwa semakin tinggi realisasi menggambarkan
pencapaian rencana tingkat capaian yang semakin baik.
Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Tahun 2019, Deputi Bidang Investigasi
menetapkan 5 (lima) sasaran program dengan 10 (sepuluh) indikator
program dan 7 (tujuh) sasaran kegiatan dengan 7 (tujuh) indikator
kegiatan. Capaian sasaran program tersebut disajikan pada Tabel 3.1,
sedangkan capaian sasaran kegiatan disajikan pada Tabel 3.2.
A
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
31
Tabel 3. 1
Capain Kinerja Outcome
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target
2019
Realisasi Capaian
2019
2018 2019
1. Meningkatnya
efektivitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
1.1 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian
yang
dimanfaatkan di
persidangan
60% 36,77% 39,03% 64,74%
1.2 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian
yang
dimanfaatkan
oleh APH
75% 100,00% 100,00% 133,33%
1.3 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian
yang
dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
70% 84,61% 75,00% 113,10%
1.4 Persentase hasil
audit
penyesuaian
harga yang
dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
80% 100,00% 100,00% 125,00%
1.5 Persentase hasil
audit klaim yang
dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
80% 100,00% 100,00% 125,00%
2. Meningkatnya
penyelesaian
hambatan
pelaksanaan
pembangunan
nasional
2.1 Persentase
penyelesaian
hambatan
kelancaran
pembangunan
80% 100,00% 96,15% 120,19%
3. Meningkatnya
kualitas tata
kelola
pemerintah dan
korporasi dalam
pencegahan
korupsi
3.1 Persentase
K/L/P/K yang
mengimplementa
sikan FCP
(termasuk FRA)
55% 64,06% 87,74% 159,52%
3.2 Persentase
auditor yang
memiliki
kompetensi
(hard & soft
competency) di
bidang
pencegahan
65% 87,80% 85,24% 131,14%
4. Meningkatnya
kepedulian
K/L/P/K dan
4.1 Persentase
K/L/P/K anggota
Komunitas
70% 100,00% 94,74% 135,34%
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
32
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target
2019
Realisasi Capaian
2019
2018 2019
masyarakat
terhadap
korupsi
Pembelajar Anti
Korupsi (KPAK)
yang
mengimplementa
sikan sistem
pengaduan
masyarakat
5. Meningkatnya
kapabilitas
pengawasan
intern
pemerintah di
bidang
keinvestigasian
5.1 Persentase
auditor yang
memiliki
kompetensi
keinvestigasian
65% 110,04% 111,79% 171,99%
Rata-rata capaian 127,94%
Rata-rata capaian outcome tahun 2019 sebesar 127,94% atau turun
sebesar 5,93% dari rata-rata capaian tahun 2018 sebesar 133,87%.
Indikator kinerja outcome tahun 2019 dicapai melalui kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP.
Tabel 3. 2
Capain Kinerja Output Tahun 2019
No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target
2019
Realisasi Capaian
2019
%
2018 2019
1. Tersedianya
informasi hasil
pengawasan pada
Direktorat
Investigasi
Instansi
Pemerintah
Jumlah laporan
hasil pengawasan
intern pada
Direktorat
Investigasi Instansi
Pemerintah
25 lap 209 lap
76 lap 120,63% 2. Tersedianya
Informasi Hasil
Pengawasan
Keinvestigasian
pada Direktorat
Investigasi I
Jumlah laporan
hasil pengawasan
intern pada
Direktorat
Investigasi I
38 lap -
3. Tersedianya
informasi hasil
pengawasan pada
Direktorat
Investigasi
Hambatan
Kelancaran
Pembangunan
Jumlah laporan
hasil pengawasan
intern pada
Direktorat
Investigasi
Hambatan
Kelancaran
Pembangunan
36 lap 80 lap
81 lap 120,90%
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
33
No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target
2019
Realisasi Capaian
2019
%
2018 2019
4. Tersedianya
Informasi Hasil
Pengawasan
Keinvestigasian
pada Direktorat
Investigasi II
Jumlah laporan
hasil pengawasan
intern pada
Direktorat
Investigasi II
31 lap -
5. Tersedianya
informasi hasil
pengawasan
pada Direktorat
Investigasi
BUMN dan
BUMD
Jumlah laporan
hasil pengawasan
intern pada
Direktorat
Investigasi
BUMN/D
13 lap 73 lap
52 lap 120,45%
6. Tersedianya
Informasi Hasil
Pengawasan
Keinvestigasian
pada Direktorat
Investigasi III
Jumlah laporan
hasil pengawasan
intern pada
Direktorat
Investigasi III
30 lap -
7. Tersedianya
Informasi Hasil
Pengawasan
Keinvestigasian
pada Direktorat
Investigasi IV
Jumlah laporan
hasil pengawasan
intern pada
Direktorat
Investigasi IV
15 lap - 18 lap 120,00%
Jumlah 188 lap 362 lap 227 lap 120,74%
Pada tahun 2016 Deputi Bidang Investigasi menetapkan satu sasaran
program dengan 1 (satu) indikator kinerja program. Pada tahun 2017,
Deputi Bidang Investigasi melakukan revisi Rencana Strategis (Renstra)
dengan menetapkan 5 (lima) sasaran program dengan 10 indikator
kinerja program yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Sehubungan
dengan perubahan tersebut, realisasi dan capaian kinerja untuk masing-
masing indikator kinerja tahun 2017 sampai dengan 2019 tidak dapat
dibandingkan dengan realisasi kinerja sebelumnya.
Perkembangan capaian IKU tahun 2015 sampai dengan tahun 2016
disajikan pada Tabel 3.3, sedangkan perkembangan capaian IKU tahun
2017 sampai dengan tahun 2019 disajikan pada Tabel dan 3.4.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
34
Tabel 3. 3
Capaian Outcome Tahun 2015 dan 2016
No. Sasaran Program Indikator Kinerja
Utama
Satuan Capaian Outcome
Tahun
2015
Tahun
2016
1 Perbaikan
pengelolaan
program Prioritas
Nasional dan
Pengelolaan
Keuangan Negara
Bidang Pengawasan
Keinvestigasian
Penyerahan Hasil
Pengawasan
Keinvestigasian
kepada Aparat
Penegak Hukum,
Kementerian,
Lembaga, Korporasi
% 166,34 144,97
Tabel 3. 4
Capaian Outcome Tahun 2017 s.d 2019
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Satuan Capaian Outcome
2017 2018 2019
1. Meningkatnya
efektivitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
1.1 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian
yang
dimanfaatkan di
persidangan
% 104,03% 73,72% 64,74%
1.2 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian
yang
dimanfaatkan
oleh APH
% 142,86% 138,89% 133,33%
1.3 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian
yang
dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
% 115,38% 130,17% 113,10%
1.4 Persentase hasil
audit
penyesuaian
harga yang
dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
% 142,86% 133,33% 125,00%
1.5 Persentase hasil
audit klaim yang
dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
% 142,86% 133,33% 125,00%
2. Meningkatnya
penyelesaian
hambatan
pelaksanaan
2.1 Persentase
penyelesaian
hambatan
kelancaran
pembangunan
% 142,86% 133,33% 120,19%
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
35
pembangunan
nasional
3. Meningkatnya
kualitas tata
kelola
pemerintah dan
korporasi dalam
pencegahan
korupsi
3.1 Persentase
K/L/P/K yang
mengimplementa
sikan FCP
(termasuk FRA)
% 161,54% 123,19% 159,52%
3.2 Persentase
auditor yang
memiliki
kompetensi
(hard & soft
competency) di
bidang
pencegahan
% 105,53% 141,61% 131,14%
4. Meningkatnya
kepedulian
K/L/P/K dan
masyarakat
terhadap
korupsi
4.1 Persentase
K/L/P/K anggota
Komunitas
Pembelajar Anti
Korupsi (KPAK)
yang
mengimplementa
sikan sistem
pengaduan
masyarakat
% 156,87% 153,85% 135,34%
5. Meningkatnya
kapabilitas
pengawasan
intern
pemerintah di
bidang
keinvestigasian
5.1 Persentase
auditor yang
memiliki
kompetensi
keinvestigasian
% 113,13% 177,48% 171,99%
Rata-rata capaian 132,79% 133,89% 127,94%
B. Analisis Capaian Kinerja
Tahun 2015 dan 2016, Deputi Bidang Investigasi menetapkan satu
sasaran program dan tiga sasaran kegiatan. Sasaran program tersebut
adalah:
“Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan
Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Pengawasan
Keinvestigasian”
Untuk mengukur capaian ini ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU)
“Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak
Hukum/Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Korporasi”.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
36
Penyerahan Hasil Pengawasan Keinvestigasian kepada Aparat Penegak
Hukum (APH), Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Korporasi
adalah tingkat penyelesaian penugasan bidang investigasi atas
permintaan APH dan K/L/P/K serta pengaduan masyarakat pada tahun
2016 yang dapat ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh APH dan
K/L/P/K. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan yang
diserahkan ke APH/Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/
Korporasi dibandingkan dengan jumlah permintaan penugasan.
Target dan realisasi IKU tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada Tabel
3.5.
Tabel 3. 5
Target dan Realisasi IKU Penyerahan Hasil Pengawasan
Keinvestigasian kepada Aparat Penegak Hukum dan K/L/P/K
Tahun 2015 s.d 2016
No. Tahun Penyerahan Hasil Pengawasan
Keinvestigasian kepada APH dan
K/L/P/K
Satuan Target Realisasi Capaian (%)
1. 2015 % 50 83,17 166,34%
2. 2016 % 60 86,98 144,97%
Target dan realisasi IKU tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 dapat
digambarkan dengan Grafik 3.1.
Grafik 3. 1
Target dan Realisasi IKU Penyerahan Hasil Pengawasan
Keinvestigasian kepada APH dan /K/L/P/K
Tahun 2015 dan 2016
TARGET REALISASI
2015 50,00 83,17
2016 60,00 86,98
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
37
Dari Grafik 3.1 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2015 dan tahun
2016 melampaui target yang telah ditetapkan. Meningkatnya realisasi
kinerja sebesar 3,81% disebabkan tim audit dapat menyelesaikan
penugasan dan penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat
waktu.
Capaian IKU tahun 2016 sebesar 144,97% atau turun 21,37% dari
capaian tahun 2015 sebesar 166,34%. Perkembangan capaian dari tahun
2015 sampai dengan tahun 2016 terlihat pada Grafik 3.2.
Grafik 3. 2
Perkembangan Capaian IKU Penyerahan Hasil Pengawasan
Keinvestigasian kepada APH/K/L/P/K
Tahun 2015 dan 2016
Dari Grafik 3.2 terlihat capaian IKU tahun 2016 sebesar 144,97% atau
turun sebesar 21,37% dari capaian tahun 2015 sebesar 166,34%, namun
realisasi outcome di atas 100%. Penurunan ini disebabkan adanya
perbedaan persepsi antara Deputi Bidang Investigasi dengan APH dan
K/L/P/K atas suatu permasalahan sehingga permasalahan tersebut
belum/tidak dapat ditindaklanjuti penugasan.
Keberhasilan capaian sasaran program ini didukung oleh kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi Bidang
Investigasi dan Bidang Investigasi pada Perwakilan BPKP, dengan
indikator kinerja output sebagaimana terdapat pada Tabel 3.6.
2015 2016
Capaian 166,34 144,97
130
135
140
145
150
155
160
165
170
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
38
Tabel 3. 6
Capaian Kinerja Output
Tahun 2015 dan 2016
No. Sasaran
Kegiatan
Indikator
Kinerja
Satuan Tahun 2015 Tahun 2016
Target Reali
sasi
Capaian
%
Target Reali
sasi
Capaian
%
1. Tersedianya
informasi hasil
pengawasan
pada
Direktorat
Investigasi
Instansi
Pemerintah
Rekomendasi
Pengawasan
Keinvestigasian
Rekomendasi 101 170 168,32 84 84 100
Rekomendasi
Perbaikan
Pencegahan
Korupsi pada
Kementerian/
Lembaga/
Pemerintah
Daerah
Rekomendasi 59 116 196,61 64 64 100
Rekomendasi
Pengawasan
Keinvestigasian
Bansos
Rekomendasi - - - 1 1 100
2. Tersedianya
informasi hasil
pengawasan
dalam
mencapai pada
Direktorat
Investigasi
BUMN dan
BUMD
Rekomendasi
Pengawasan
Keinvestigasian
Rekomendasi 54 59 109,26 61 61 100
Rekomendasi
Perbaikan
Pencegahan
Korupsi pada
Korporasi
Rekomendasi 30 27 90,00 21 21 100
Rekomendasi
Pengawasan
Keinvestigasian
KUR
Rekomendasi - - - 1 1 100
3. Tersedianya
informasi
hasil
pengawasan
pada
Direktorat
Investigasi
HKP
Rekomendasi
Hasil
Pengawasan
atas Hambatan
Kelancaran
Pembangunan
Rekomendasi 66 84 127,27 60 60 100
Rekomendasi
Perbaikan
Pencegahan
Korupsi pada
Korporasi
Rekomendasi 13 21 161,54 - - -
Rekomendasi
Pengawasan
Bidang
Infrastruktur
Rekomendasi - - - 1 1 100
Jumlah 323 477 147,68 293 293 100
Pada tahun 2017, Deputi Bidang Investigasi menetapkan 5 (lima) sasaran
program dengan 10 indikator kinerja program. Realisasi dan capaian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
39
kinerja untuk masing-masing indikator kinerja tahun 2019
dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 dan target akhir periode
Renstra adalah sebagai berikut:
Sasaran Program 1
Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan keinvestigasian
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk menilai capaian sasaran
strategis ini adalah:
1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di
persidangan.
2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh APH.
3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K.
4. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K.
5. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K.
Uraian capaian indikator kinerja tersebut adalah sebagai berikut:
1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang
dimanfaatkan di persidangan
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di
persidangan adalah tingkat pemanfaatan laporan hasil pengawasan
keinvestigasian berupa Laporan Hasil Audit dalam rangka
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) dan Laporan
Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (LPEBDE) pada
sidang di pengadilan. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan
jumlah Laporan Pemberian Keterangan Ahli (LPKA) di pengadilan
dibandingkan dengan Laporan Hasil Audit dalam rangka
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) dan Laporan
Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (LPEBDE) yang
diterbitkan.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
40
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 38,84% lebih rendah
dibandingkan dari target sebesar 60% atau mencapai 64,74%.
Realisasi kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan pemberian
keterangan ahli di pengadilan sebanyak 376 laporan dibandingkan
dengan jumlah Laporan Hasil Audit dalam rangka Penghitungan
Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) dan Laporan Pengumpulan dan
Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (LPEBDE) yang diterbitkan
sebanyak 968 laporan.
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 38,84% lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 sebesar 36,77% dan lebih
rendah jika dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra
sebesar 60%. Hal ini terjadi karena proses pelimpahan perkara dari
APH ke Pengadillan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga
LHPKKN dan LPEBDE yang diterbitkan pada tahun 2019 belum
seluruhnya dilimpahkan ke Pengadilan. Selain itu, terdapat perkara
yang melibatkan beberapa terdakwa dilakukan dalam satu
persidangan.
Realisasi kinerja tahun 2019 didukung oleh penugasan pemberian
keterangan ahli, audit dalam rangka penghitungan kerugian
keuangan negara, dan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen
Elektronik (PEBDE) yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan
Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP. Rincian penugasan
pendukung realisasi kinerja terdapat pada Tabel 3.7.
Tabel 3. 7
LHPKKN dan LPEBDE
Tahun 2017-2019
No. Tahun LHPKKN LPEBDE Jumlah PKA Realisasi
Kinerja
1 2017 397 8 405 - -
2 2018 334 6 340 - -
3 2019 218 5 223 376 -
Jumlah 968 376 38,84
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
41
Target dan realisasi kinerja dari tahun 2017 sampai dengan tahun
2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 8
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan di persidangan
Tahun 2017-2019
No. Tahun Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan di
persidangan
Target (%) Realisasi (%) Capaian (%)
1. 2017 40 41,61 104,03
2. 2018 50 36,77 73,54
3. 2019 60 38,84 64,74
Target dan realisasi tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 dapat
digambarkan dengan Grafik 3.3.
Grafik 3. 3
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan di persidangan
Tahun 2017-2019
Dari Grafik 3.3 dapat dilihat bahwa realisasi kinerja tahun 2017
melampaui target yang ditetapkan. Sedangkan realisasi tahun 2018
dan tahun 2019 lebih rendah dari target yang telah ditetapkan.
Perkembangan capaian dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
terlihat pada Grafik 3.4.
2017 2018 2019
Target 40 50 60
Realisasi 41,61 36,77 38,84
0
10
20
30
40
50
60
70
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
42
Grafik 3. 4
Capaian IKU Persentase hasil pengawasan keinvestigasian
dimanfaatkan di persidangan
Tahun 2017-2019
Dari Grafik 3.4 terlihat bahwa capaian kinerja terus menurun,
capaian tahun 2018 lebih rendah sebesar 30,49% dibandingkan
dengan capaian tahun dari tahun 2017. Capaian tahun 2019 lebih
rendah sebesar 8,80% dibandingkan dengan capaian tahun 2018.
Hal ini disebabkan proses pelimpahan perkara dari APH ke
Pengadillan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga LHPKKN
dan LPEBDE yang diterbitkan belum seluruhnya dilimpahkan ke
Pengadilan.
Untuk meningkatkan capaian kinerja, BPKP khususnya Deputi Bidang
Investigasi akan terus menjalin komunikasi yang baik dengan APH
dan menyelesaikan penugasan dengan cepat agar APH dapat segera
menuntaskan perkara korupsi yang ditangani.
Pencapaian sasaran tahun 2019 didukung penggunaan dana sebesar
Rp1.146.114.369,00 atau 100,65% dari anggaran sebesar
Rp1.138.697.407,00.
2017 2018 2019
capaian 104,03 73,54 64,74
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Capaian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
43
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 4.032 OH atau 117,65% dari
rencana sebanyak 3.427 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini belum dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 64,74%, lebih kecil
daripada capaian penggunaan dana sebesar 100,65%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 64,74%, lebih kecil
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 117,65%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian dimanfaatkan di persidangan” terdapat pada Tabel
3.9.
Tabel 3. 9
Target dan Realisasi Output LPKA, LHPKKN, dan LPEBDE
Tahun 2019
Uraian Target (laporan) Realisasi
(laporan)
% capaian
LPKA 665 665 100,00
LHPKKN 246 218 88,62
LPEBDE 3 5 166,67
Jumlah 914 888 97,16
Realisasi penugasan pemberian keterangan ahli di pengadilan
sebanyak 665 laporan terdiri dari:
a. Pemberian keterangan ahli di hadapan Penyidik (Kejaksaan,
Kepolisian, dan KPK) sebanyak 289 laporan.
b. Pemberian keterangan ahli di Pengadilan sebanyak 376 laporan.
Penugasan pemberian keterangan ahli di Pengadilan yang
dilaksanakan pada tahun 2019 antara lain:
a. Pemberian Keterangan Ahli pada persidangan atas Perkara
Dugaan Tindak Pidana Korupsi dalam Kegiatan Penyediaan
Sarana Air Bersih Perkotaan Tahun Anggaran 2007-2010 (Multi
Years) pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Berau atas nama
Terdakwa Cahyo Adhi Oktaviari dan Ir. Sutirto Bachrun dengan
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
44
nilai temuan kerugian keuangan negara sebesar
Rp45.353.565.721,98.
b. Pemberian Keterangan Ahli pada persidangan perkara dugaan
TPK terkait pembebasan tanah untuk kepentingan umum dalam
program Normalisasi Kali Pesanggrahan di Kelurahan Lebak
Bulus Kecamatan Cilandak kota Administrasi Jakarta Selatan
Tahun 2013 atas nama Terdakwa Hasan S. Hanapi dengan nilai
temuan kerugian keuangan negara sebesar
Rp32.502.128.900,00.
c. Pemberian Keterangan Ahli pada persidangan atas Perkara
Dugaan TPK Pekerjaan Pembangunan Fasilitas Pameran Kawasan
NTT Fair TA 2018 a.n terdakwa Ir. YuliaAfra, Dona Fabiola, dan
Ir. Hadmen Puri.
LHPKKN yang terbit pada tahun 2019 dan jumlah kerugian keuangan
negara disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3. 10
LHPKKN yang diserahkan ke APH
Tahun 2019
No. Instansi
Penyidik
Jumlah
laporan
Nilai kerugian keuangan negara
Rupiah USD
1 Kejaksaan 81 3.459.659.183.887,01 -
2 Kepolisian 137 211.126.052.823,61 -
Jumlah 218 3.670.785.236.710,62
LHPKKN yang terbit tahun 2019 antara lain:
a. Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atas Perkara
Dugaan Tindak Pidana Korupsi pada kegiatan Pengadaan Boiler
Unit 4 PLTU Lati Circulated Fluidized Bed (CFB) Kecamatan
Gunung Tabur Kabupaten Berau yang mengakibatkan kerugian
keuangan negara sebesar Rp14.850.000.000,00.
b. Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atas KMK
Kontrak dan KMK Yasa Griya pada PT BTN (Persero) Cabang
Gresik dan Cabang Semarang yang dinovasi namun tidak sesuai
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
45
ketentuan yang berlaku
mengakibatkan kerugian keuangan
negara sebesar Rp58.654.243.276,00
masing-masing pada Cabang Gresik
sebesar Rp12.899.413.652,00 dan
Cabang Semarang sebesar
Rp45.754.829.624,00.
c. Audit Penghitungan Kerugian Keuangn Negara atas Dugaan TPK
pada Kegiatan Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana
Sosial dan Ekonomi di Kawasan Transmigrasi Desa Tanjung
Melayu, Kabupaten Indragiri Hilir pada Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi, dan Kependudukan Provinsi Riau TA 2016 yang
mengakibatkan kerugian keuangan negara sebesar
Rp8.414.259.598,30.
Penugasan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik
(PEBDE) yang dilaksanakan pada tahun 2019 antara lain:
a. Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik atas E-
Procurement Melalui SPSE untuk Keperluan Penyidikan Perkara
Dugaan Tindak Pidana Korupsi pada Badan Pengusahaan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang
(BPKPBPBS) atas Pekerjaan Perencanaan untuk Paket Kegiatan
Pembangunan Terminal Pelabuhan Penyeberangan Balohan-
Sabang tahun Anggaran 2016.
b. Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik dalam
rangka Audit Tujuan Tertentu atas Kegiatan Pelaksanaan Proyek
Pembangunan Blast Furnace Complex PT Krakatau Steel
(PERSERO) Tbk. yang dilaksanakan oleh PT Krakatau Engineering.
c. Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik untuk
Keperluan Audit Investigatif atas Penempatan Investasi Saham
oleh PT Asabri (Persero) Periode 2012 s.d. 2017.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
46
2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh APH
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh Aparat Penegak Hukum (APH) adalah tingkat pemanfaatan hasil
audit investigatif oleh APH. Pengukuran kinerja dihitung
berdasarkan jumlah laporan hasil audit investigatif yang dapat
ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh APH dibandingkan dengan
jumlah Laporan Hasil Audit Investigatif (LHAI) yang diterbitkan.
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 100% lebih tinggi dibandingkan
dengan target sebesar 75% atau mencapai 133,33%. Realisasi kinerja
dihitung berdasarkan jumlah LHAI yang ditindaklanjuti dan
dimanfaatkan oleh APH sebanyak 47 laporan dibandingkan dengan
jumlah LHAI yang diterbitkan sebanyak 47 laporan.
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 100% dibandingkan dengan
realisasi tahun 2018 sama dan lebih tinggi dibandingkan dengan
target pada akhir periode Renstra sebesar 75%.
Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan audit
investigatif yang diserahkan ke Aparat Penegak Hukum (APH) yang
dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP.
Tabel 3. 11
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH
Tahun 2017-2019
No. Tahun Persentase hasil pengawasan keinvestigasian
yang dimanfaatkan oleh APH
Target (%) Realisasi (%) Capaian (%)
1. 2017 70 100,00 142,86
2. 2018 72 100,00 138,89
3. 2019 75 100,00 133,33
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
digambarkan dengan Grafik 3.5.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
47
Grafik 3. 5
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH
Dari Grafik 3.5 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 sampai
dengan tahun 2019 melampaui target yang telah ditetapkan. Faktor
pendukung tercapainya IKU adalah adanya komunikasi dan
kerjasama yang baik dengan APH, serta peran APH untuk
menyelesaikan kasus yang sedang ditangani.
Perkembangan capaian IKU tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
digambarkan Grafik 3.6.
Grafik 3. 6
Capaian IKU Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh APH
2017 2018 2019
Target 70 72 75
Realisasi 100,00 100,00 100,00
-
20
40
60
80
100
120
2017 2018 2019
capaian 142,86 138,89 133,33
128,00
130,00
132,00
134,00
136,00
138,00
140,00
142,00
144,00
Capaian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
48
Dari Grafik 3.6 terlihat bahwa capaian kinerja terus menurun, lebih
rendah dari tahun sebelumnya, namun melebihi target yang
ditetapkan. Hal ini disebabkan perkara yang telah dilakukan
penyelidikan memerlukan waktu yang cukup lama untuk diproses ke
tahap selanjutnya, serta naiknya target setiap tahun sedangkan
realisasi sudah tercapai maksimal (100%).
Pencapaian sasaran tahun 2019 didukung penggunaan dana sebesar
Rp40.310.621,00 atau 81,74% dari anggaran sebesar
Rp49.317.668,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 200 OH atau 100% dari
rencana sebanyak 200 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 133,33%, lebih kecil
daripada capaian penggunaan dana sebesar 81,74%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 133,33%, lebih kecil
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 100%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH” terdapat pada Tabel
3.12.
Tabel 3. 12
Target dan Realisasi Output LHAI
Tahun 2019
Uraian Target
(laporan)
Realisasi (laporan) % capaian
LHAI 72 47 65,28
LHAI yang diserahkan ke APH pada tahun 2019 dan jumlah kerugian
keuangan negara terdapat pada Tabel 3.13.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
49
Tabel 3. 13
LHAI yang diserahkan ke APH
Tahun 2019
No. Instansi Penyidik Jumlah
laporan
Nilai kerugian keuangan negara
1. Kejaksaan 4 1.701.732.512,45
2. Kepolisian 43 58.385.572.579,69
Jumlah 47 60.087.305.092,14
LHAI yang ditindaklanjuti oleh APH antara lain:
a. Investigatif atas Dugaan Penyimpangan Penarikan Pinjaman
Kredit Modal Kerja (KMK) Pada PT BRI
Kantor Cab. Kabanjahe Periode Tahun
2017 s.d Maret 2018 dengan potensi
kerugian keuangan negara sebesar
Rp6.130.000.000,00.
b. Audit Investigatif atas Kegiatan Pemeliharaan Rutin/Berkala
Gedung Kantor di Lingkup Dinas Pendidikan Kabupaten Konawe
Tahun Anggaran 2016 dengan potensi kerugian keuangan
negara sebesar Rp4.255.000.000,00.
c. Audit Investigatif atas Pelaksanaan Kegiatan Tembok Penahan
Desa Tanah Kamal dan Desa Talang Pangeran TA 2017 pada
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ogan
Hilir dengan potensi kerugian keuangan negara sebesar
Rp5.942.438.913,82.
3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K adalah tingkat pemanfaatan laporan hasil pengawasan
keinvestigasian oleh K/L/P/K untuk perbaikan tata kelola dan/atau
mencegah TPK berulang. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan
jumlah laporan hasil pengawasan keinvestigasian berupa laporan
hasil audit Investigatif, laporan hasil pengawasan atas current
issues, dan laporan hasil pengawasan dalam rangka pemberian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
50
rekomendasi strategis yang ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh
K/L/P/K dibandingkan dengan jumlah laporan hasil pengawasan
keinvestigasian yang diterbitkan.
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 79,17% lebih tinggi
dibandingkan dengan target sebesar 70% atau mencapai 113,10%.
Realisasi kinerja dihitung berdasarkan jumlah LHAI dan laporan hasil
pengawasan dalam rangka pemberian rekomendasi strategis yang
ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh K/L/P/K sebanyak 19 laporan
dibandingkan dengan jumlah laporan hasil audit Investigatif yang
diterbitkan sebanyak 22 laporan dan laporan hasil pengawasan
dalam rangka pemberian rekomendasi strategis yang diterbitkan
sebanyak 5 (lima) laporan.
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 79,17% lebih rendah
dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 sebesar 84,61%, namun
lebih tinggi dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra
sebesar 70%.
Tabel 3. 14
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Tahun 2017-2019
No. Tahun Persentase hasil pengawasan keinvestigasian
yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Target (%) Realisasi (%) Capaian (%)
1. 2017 60 69,23 115,38
2. 2018 65 84,61 130,17
3. 2019 70 79,17 113,10
Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan pengawasan
yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi Bidang
Investigasi dan Perwakilan BPKP.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
digambarkan dengan Grafik 3.7.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
51
Grafik 3. 7
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Dari Grafik 3.7 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 sampai
dengan tahun 2019 melampaui target yang telah ditetapkan.
Perkembangan capaian IKU tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
digambarkan dengan Grafik 3.8.
Grafik 3. 8
Capaian IKU Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Dari Grafik 3.8 terlihat bahwa capaian IKU tahun 2018 lebih tinggi
dibandingkan dengan capaian tahun 2017. Capaian IKU tahun 2019
2017 2018 2019
Target 60 65 70
Realisasi 69,23 84,61 79,17
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2017 2018 2019
capaian 115,38 130,17 113,10
100,00
105,00
110,00
115,00
120,00
125,00
130,00
135,00
Capaian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
52
lebih rendah dari capaian tahun 2018. Namun capaian IKU tahun
2017 sampai dengan tahun 2019 lebih dari 100%. Tercapainya
capaian kinerja disebabkan peran aktif auditan dalam
menindaklanjuti rekomendasi atas hasil audit. Selain itu tim audit
dapat menyelesaikan penugasan dan penyusunan laporan hasil
pengawasan tepat waktu.
Pencapaian sasaran tahun 2019 didukung penggunaan dana sebesar
Rp506.775.821,00 atau 96,04% dari anggaran sebesar
Rp527.698.685,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 4.205 OH atau 112,98% dari
rencana sebanyak 3.722 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 113,10%, lebih kecil
daripada capaian penggunaan dana sebesar 96,04%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 113,10%, lebih kecil
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 112,98%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K” terdapat pada
Tabel 3.15.
Tabel 3. 15
Laporan Hasil Pengawasan yang diserahkan ke K/L/P/K
Tahun 2019
Uraian Target
(laporan)
Realisasi
(laporan)
% capaian
LHAI 19 19 100,00
Laporan hasil pengawasan
dalam rangka pemberian
rekomendasi strategis
5 5 100,00
Jumlah 24 24 100,00
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
53
LHAI yang diserahkan ke K/L/P/K pada tahun 2019 antara lain:
a. Audit Investigatif atas Pengadaan
Pesawat Udara ATR 72-600 pada PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk
periode Tahun 2012 sampai Tahun
2017 dengan potensi kerugian
keuangan negara sebesar USD18.118.326,00.
b. Audit Investigatif atas Dugaan Penyimpangan pada Penyaluran
Kredit Bakulan/Kredit Kepada UMKM pada kantor Cabang Utama
PT Permodalan Ekonomi Rakyat (PT PER) tahun 2013 s.d 2015
yang berpotensi merugikan keuangan negara sebesar
Rp1.298.082.000,00.
c. Audit Investigatif BUMN atas enam Pengelolaan Investasi pada
BUMN-BUMN Jasa Asuransi dan Penjaminan periode tahun 2012
s.d. 2018 dengan potensi kerugian keuangan negara
Rp10.856.080.133.285,00 antara lain Penempatan Investasi
Saham oleh PT Asabri (Persero) periode tahun 2012 s.d. 2017
dengan potensi kerugian keuangan negara sebesar
Rp10.787.025.614.685,00.
Dalam rangka mendukung Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun
2019, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan penugasan sebagai
berikut:
a. Fraud Risk Assessment (FRA) atas Program Stunting
Penilaian risiko pada Kegiatan Prioritas Percepatan Penurunan
Stunting dilaksanakan di seluruh wilayah perwakilan BPKP di 34
Provinsi dengan subjek penilaian satu pemerintah daerah.
Penilaian risiko kecurangan menghasilkan 283 risiko yang telah
diklasifikasi seluruhnya kedalam risiko korupsi sebagaimana UU
no. 20 tahun 2001 dengan uraian sebagai berikut:
1) Penggelapan dalam jabatan
a) Penggunaan Aset milik pemerintah secara tidak benar
untuk kepentingan pribadi
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
54
b) Sengaja tidak mencatat penerimaan aset milik
pemerintah untuk selain kepentingan pemerintah
c) Menaikkan pengajuan kebutuhan obat anti kecacingan
untuk keuntungan pribadi
Risiko di atas secara umum disebabkan oleh:
a) Rangkap jabatan antara Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan (PPHP) dan pengelola barang persediaan
b) Belum tersedia SOP pengamanan aset/persediaan
c) Lemahnya eksistensi integritas dan nilai etika di
lingkungan organisasi.
2) Pemerasan
Pengenaan tambahan biaya/pungutan di luar ketentuan atas
berbagai kegiatan di antaranya penyaluran dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK), pembayaran biaya perjalanan
dinas, pemantauan dan evaluasi.
Hal ini disebabkan oleh:
a) Lemahnya penerapan integritas dan nilai etika di
lingkungan organisasi.
b) Belum optimalnya penggunaan sarana pengaduan
internal.
3) Gratifikasi
Penerimaan imbalan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN)
berkaitan dengan proses pengadaan barang dan jasa.
Hal ini disebabkan oleh:
a) Lemahnya penerapan integritas dan nilai etika di
lingkungan organisasi.
b) Pemahaman yang lemah atas gratifikasi, kickback dll.
4) Kerugian Keuangan Negara
a) Duplikasi pembiayaan
b) Kegiatan fiktif
c) Kekurangan volume hasil pekerjaan
d) Penerimaan barang hasil pekerjaan tidak sesuai
spesifikasi
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
55
e) Kolusi
Hal ini disebabkan oleh lemahnya integritas dan nilai etika di
lingkungan organsiasi.
Berbagai risiko di atas menunjukan adanya kerentanan pada
pelaksanaan kegiatan prioritas percepatan penurunan stunting
terhadap risiko kecurangan. Atas hal tersebut Menteri Kesehatan
disarankan agar:
1) Meningkatkan pemahaman dan kepedulian ASN di
lingkungan Kementerian Kesehatan dan Pelaksana Urusan
Kesehatan Pemerintah Daerah melalui upaya edukasi dan
mengembangkan penerapan budaya anti korupsi di
lingkungan organisasi masing-masing.
2) Mengoptimalkan penerapan sistem pengaduan internal.
3) Melengkapi pengelolaan persediaan dengan prosedur
pengamanan aset dan pemisahan fungsi antara fungsi
pengelola barang persediaan dengan fungsi penerima hasil
pekerjaan.
b. Fraud Risk Assessment (FRA) atas Program Reforma Agraria
di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional
Penilaian risiko kecurangan atau fraud risk assessment adalah
proses proaktif yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mengatasi kerentanan organisasi atas kecurangan yang
dilakukan pihak internal ataupun pihak eksternal. Penilaian
risiko kecurangan pada Program Reforma Agraria di Lingkungan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
(ATR/BPN) menghasilkan peta risiko fraud pada empat kegiatan
yaitu:
1) Inventarisasi Penguatan Pemilikan Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah (IP4T)
2) Redistribusi Tanah
3) Pendaftaran Tanah Sistem Lengkap (PTSL)
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
56
4) Penataan Akses.
Penilaian risiko fraud pada program reforma agraria tersebut
berhasil mengidentifikasi 687 risiko fraud yang terdistribusi
pada keempat bidang kegiatan dengan rincian seperti Grafik 3.9.
Grafik 3. 9
Risiko Fraud Teridentifikasi
Risiko fraud yang teridentifikasi kemudian diklasifikasi dalam
kategori korupsi sebagaimana yang ada dalam Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Kerugian Keuangan Negara
a) Petugas lapangan secara sengaja (intentionaly)
melaporkan pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai
dengan realisasi;
b) Markup harga pengadaan formulir/ATK/penunjang
komputer/peralatan kerja untuk menutupi kekurangan
biaya operasional pelaksanaan kegiatan; dan
c) Kolusi dalam penetapan penerima bantuan Tanah Objek
Reforma Agraria (TORA).
2) Suap
Petugas menerima suap/gratifikasi sehubungan dengan
proses penerbitan sertifikat tanah atau pada penetapan
TORA dalam kegiatan penataan akses.
127 136
315
109
687
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Kegiatan IP4T RedistribusiTanah
PTSL Penataan akses Total
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
57
3) Penyalahgunaan Dalam Jabatan
a) Manipulasi data fisik tanah dan kelengkapan
administratif untuk memenuhi persyaratan yuridis
penerbitan sertifikat atas tanah;
b) Kolusi antara pihak terkait dalam proses penetapan
sertifikat hak atas tanah; dan
c) Rekayasa bukti pertanggungjawaban belanja kegiatan
penyuluhan
4) Pemerasan
Petugas di lapangan melakukan pungutan liar kepada
masyarakat dalam menjalankan kegiatan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL), IP4T, Redistribusi Tanah, dan
Penataan akses.
5) Perbuatan Curang
Penggelapan Lahan ex-HGU Perusahaan yang dialokasikan
untuk redistribusi tanah.
6) Benturan Kepentingan
Mark-up penetapan besaran ganti kerugian harga tanah
kelebihan maksimum dan absentee.
7) Gratifikasi
Petugas menerima suap/gratifikasi pada saat pengukuran
bidang tanah.
Terkait risiko fraud yang telah teridentifikasi dalam pelaksanaan
Program Reforma Agraria di Lingkungan Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, sebagai bahan
pertimbangan mitigasi direkomendasikan kepada Menteri
ATR/BPN agar:
1) Dalam penyusunan target kegiatan mempertimbangkan
ketersediaan sumber daya pada setiap unit kerja;
2) Meningkatkan efektivitas reviu sebagai pengendalian atas
proses penyusunan laporan kegiatan;
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
58
3) Penyusunan anggaran kegiatan Kementerian ATR/BPN
disusun berdasarkan usulan Rencana Kegiatan Anggaran
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan memperhitungkan
seluruh komponen biaya kegiatan tersebut (termasuk
transport, akomodasi, honor dll.);
4) Menetapkan kebijakan anti fraud meliputi namun tidak
terbatas pada definisi konflik kepentingan dan
pengungkapan adanya konflik kepentingan;
5) Berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah terkait
kegiatan penataan akses terutama transparansi penetapan
penerima bantuan TORA;
6) Mengefektifkan pengendalian mutu verifikasi data fisik dan
yuridis pada proses penerbitan sertifikat atas tanah;
7) Mengefektifkan lingkungan pengendalian dengan
menegakkan integritas dan nilai etika pada seluruh jajaran
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, Kanwil dan Kementerian
ATR/BPN;
8) Meningkatkan kendali mutu verifikasi pada proses
penerbitan sertifikat atas tanah;
9) Menerapkan sanksi yang tegas dan berat bagi yang terbukti
melanggar integritas dan nilai etika organisasi;
10) Menyelenggarakan program edukasi anti korupsi dalam
rangka membangun/mengoptimalkan sistem pelaporan
perilaku fraud dan mengembangkan budaya organisasi anti
korupsi;
11) Menyempurnakan SOP Redistribusi Tanah dengan
menambahkan prosedur pengujian silang untuk lahan yang
berasal dari ex-HGU;
12) Menggunakan tenaga ahli secara independen yang dipilih
melalui mekanisme yang menjamin transparansi dan
akuntabilitas untuk menilai harga tanah untuk ditetapkan
nilai ganti ruginya; dan
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
59
13) Melakukan inspeksi untuk memastikan tidak terjadi
penyimpangan dalam pemberian layanan kepada
masyarakat.
c. Penilaian Risiko Fraud Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
1) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Penilaian risiko fraud Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang dilaksanakan oleh 24 Perwakilan BPKP. Hasil penilaian
risiko fraud teridentifikasi 263 risiko yang diklasifikasikan
berdasarkan risiko korupsi menurut UU Nomor 20 Tahun
2001 atas perubahan UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan uraian
sebagai berikut:
a) Kerugian Keuangan Negara
Risiko yang teridentifikasi:
Mark up pengadaan barang dan jasa
Hasil pekerjaan/pengadaan barang dan jasa tidak
dapat dimanfaatkan
Kualitas, spesifikasi dan volume
pekerjaan/pengadaan barang dan jasa tidak sesuai
kontrak
Persediaan material hilang/ dicuri
Pertanggungjawaban/kegiatan fiktif
Penerima bantuan rumah layak huni yang tidak tepat
sasaran.
Penyebab:
Rendahnya integritas pegawai dan organisasi.
Tidak ada mekanisme pengawasan dan pengendalian
dalam pelaksanaan kegiatan.
Konflik kepentingan dalam penentuan penerima
bantuan.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
60
Rekomendasi:
Menciptakan budaya anti korupsi di lingkungan
organisasi.
Meningkatkan soft skill pegawai dan kesadaran anti
korupsi.
Memperkuat mekanisme pengawasan dan
pengendalian atas kegiatan.
b) Pemerasan
Risiko yang teridentifikasi adalah adanya pungutan yang
dilakukan oleh oknum pegawai kepada pemenang lelang
di luar ketentuan yang berlaku.
Penyebab:
Rendahnya integritas pegawai.
Tidak ada mekanisme pengawasan dan pengendalian
dalam pelaksanaan kegiatan.
Rekomendasi:
Menciptakan budaya anti korupsi di lingkungan
organisasi.
Meningkatkan soft skill pegawai dan kesadaran anti
korupsi.
Memperkuat mekanisme pengawasan dan
pengendalian atas kegiatan.
c) Penggelapan dalam jabatan
Risiko yang teridentifikasi:
Manipulasi laporan keuangan dan laporan
pertanggungjawaban kegiatan.
Merekayasa bukti pertanggungjawaban keuangan.
Penyebab:
Belum terdapat SOP penggunaan dan pemanfaatan
barang milik daerah.
Prosedur pembayaran yang masih menggunakan
uang tunai
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
61
Rendahnya integritas pegawai dan organisasi.
Rekomendasi:
Menyusun SOP pengelolaan barang milik daerah.
Menyusun SOP pengendalian pengeluaran kas melalui
mekanisme pembayaran non tunai/transfer.
Meningkatkan soft skill pegawai dan kesadaran anti
korupsi.
d) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Risiko yang teridentifikasi:
Program kegiatan disusun tidak sesuai dengan
prioritas kebutuhan, namun berdasarkan
kepentingan pihak tertentu.
Pengaturan pemenang lelang pekerjaan.
Kolusi antara pegawai dengan calon rekanan.
Penyebab:
Intervensi pihak tertentu untuk melaksanakan
kegiatan yang bukan merupakan skala prioritas.
Rendahnya integritas pegawai dan adanya konflik
kepentingan.
SOP Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)/TOR
Tahun 2012 belum mengatur secara detil syarat-
syarat penyusunan KAK.
Rekomendasi:
Meningkatkan soft skill pegawai dan kesadaran anti
korupsi.
Merevisi SOP Kerangka Acuan Kerja (KAK)/TOR Tahun
2012 dengan mengatur secara detil syarat-syarat
penyusunan KAK.
e) Perbuatan Curang
Nama Risiko:
Pembocoran informasi pengadaan yang bersifat
rahasia.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
62
Program kegiatan baru tidak sesuai dokumen
perencanaan.
Pelaksana pekerjaan melaksanakan pekerjaan tidak
sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak.
Konsultan pengawas melaksanakan pengawasan
pelaksanaan kontrak tidak sesuai dengan tupoksinya.
Penyebab:
Konflik kepentingan pegawai untuk memenangkan
pihak tertentu.
Intervensi pihak tertentu untuk melaksanakan
kegiatan yang bukan merupakan skala prioritas.
Rendahnya integritas pegawai dan adanya konflik
kepentingan.
Rekomendasi:
Meningkatkan soft skill pegawai dan kesadaran anti
korupsi.
Memperkuat mekanisme pengawasan dan
pengendalian atas kegiatan.
2) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Penilaian risiko fraud bidang Perencanaan Pembangunan
Daerah telah dilaksanakan oleh perwakilan BPKP di 18
Provinsi. Penilaian risiko fraud mengidentifikasi 175 risiko
yang diklasifikasikan berdasarkan risiko korupsi menurut UU
Nomor 20 Tahun 2001 atas perubahan UU Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan tindak Pidana Korupsi dengan
uraian sebagaimana berikut:
a) Kerugian Keuangan Negara
Risiko teridentifikasi:
Pertanggungjawaban/kegiatan fiktif
Mark Up kegiatan dan belanja
Kualitas pekerjaan tidak sesuai dengan standar
Kekurangan volume pekerjaan
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
63
Hasil pekerjaan tidak bisa dimanfaatkan
Penyebab:
Rendahnya integritas pegawai dan organisasi.
Tidak ada mekanisme pengawasan dan pengendalian
dalam pelaksanaan kegiatan.
Rekomendasi:
Menciptakan budaya anti korupsi di lingkungan
organisasi.
Meningkatkan soft skill ASN.
Memperkuat mekanisme pengawasan dan
pengendalian atas pelaksanaan kegiatan OPD.
b) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Risiko teridentifikasi:
Pengajuan usulan musrenbang didominasi oleh
kelompok tertentu.
Terdapat kegiatan dalam Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) dan Renja OPD titipan dan tidak
berdasarkan prioritas usulan masyarakat, kebutuhan
masyarakat dan RPJMD.
Pengaturan pemenang lelang pekerjaan.
Penyebab:
Adanya intervensi dari pihak-pihak lain seperti Kepala
OPD, DPRD, dan Kepala Daerah.
Rendahnya integritas pegawai dan adanya konflik
kepentingan.
Rekomendasi:
Menyusun regulasi dan proteksi melalui aplikasi
SIMDA Integrasi yang akan dilakukan oleh BAPPEPAN,
sebagai kontrol terhadap perubahan usulan prioritas
kegiatan
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
64
Mengintegrasikan Aplikasi SIMDA Perencanaan dan
SIMDA Keuangan.
Meningkatkan soft skill pegawai dan kesadaran anti
korupsi.
c) Gratifikasi
Risiko teridentifikasi
Penerimaan imbalan atas proses perencanaan
kegiatan.
Penerimaan imbalan atas proses pengadaan barang
dan jasa.
Penyebab:
Rendahnya integritas dari pegawai untuk
mendapatkan keuntungan tertentu.
Adanya pressure/tekanan dari pimpinan.
Kurangnya mekanisme pengawasan dan
pengendalian dalam pelaksanaan kegiatan.
Rekomendasi
Memperkuat mekanisme pengawasan dan
pengendalian atas kegiatan.
Meningkatkan soft skill pegawai dan kesadaran anti
korupsi.
Membentuk wilayah anti gratifikasi
d) Penggelapan dalam jabatan
Risiko yang teridentifikasi
Memaksakan kegiatan hasil pokok pikiran DPRD yang
dikawal ke dalam Renja OPD.
Kemungkinan adanya kegiatan yang tidak terlaksana
dan tidak sesuai dengan rekening belanja yang
seharusnya.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
65
Menggunakan/menggelapkan uang dengan tidak
menyetor ke kas negara.
Mempertanggungjawabkan laporan keuangan dengan
tidak di dukung bukti yang valid.
Penyebab:
Rendahnya integritas dari pegawai untuk
mendapatkan keuntungan tertentu.
Adanya pressure/tekanan dari pimpinan.
Kurangnya mekanisme pengawasan dan
pengendalian dalam pelaksanaan kegiatan.
Rekomendasi
Memperkuat mekanisme pengawasan dan
pengendalian atas kegiatan.
Meningkatkan soft skill pegawai dan kesadaran anti
korupsi.
3) Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa
Penilaian risiko fraud Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa
dilaksanakan oleh perwakilan BPKP di 11 Provinsi. Penilaian
risiko fraud mengidentifikasi 76 risiko yang diklasifikasikan
berdasarkan risiko korupsi menurut UU Nomor 20 Tahun
2001 atas perubahan UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan tindak Pidana Korupsi dengan uraian
sebagaimana berikut:
a) Kerugian Keuangan Negara
Risiko teridentifikasi:
Volume/kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan tidak
sesuai dengan kontrak.
Pertanggungjawaban/kegiatan fiktif.
Pembiayaan ganda kegiatan.
Mark up pertanggungjawaban kegiatan.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
66
Penyebab:
Tidak ada mekanisme pengawasan dan pengendalian
dalam pelaksanaan kegiatan.
Rendahnya integritas pegawai dan organisasi.
b) Penggelapan dalam Jabatan
Risiko teridentifikasi:
Adanya penggelapan uang/modal BUMDes oleh
oknum perangkat desa.
Penggelapan aset desa oleh oknum aparat desa
dengan memanipulasi data aset desa.
Penggunaan aset Pemda/Kantor untuk kepentingan
pribadi oknum perangkat desa.
Manajer BUMDes tidak independen dalam
memberikan pinjam atas simpan pinjam BUMDes.
Penyebab:
Rendahnya integritas pegawai.
Belum adanya SOP pengelolaan dan pengamanan
asset desa.
Konflik kepentingan dalam menentukan calon
penerima pinjaman.
c) Pemerasan
Risiko teridentifikasi adalah adanya permintaan
imbalan/pungutan berbagai kegiatan penyaluran dan
pencairan dana desa diluar ketentuan yang berlaku.
Penyebab:
Rendahnya integritas pegawai.
Kurangnya sosialisasi atas penggunaan asset desa
secara gratis.
Tidak ada mekanisme pengawasan dan pengendalian
dalam pelaksanaan kegiatan.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
67
d) Perbuatan Curang
Risiko teridentifikasi:
Penyusunan HPS disusun oleh pihak lain/penyedia
jasa.
Penyedia jasa melaksanakan kegiatan fisik Dana Desa
tidak sesuai dengan RAB.
Rekayasa pertanggungjawaban penyerapan dana
desa dengan mendongkrak progres Realisasi Fisik
dan Keuangan oleh aparat pemerintah desa.
Penyebab:
Tidak ada mekanisme pengawasan dan pengendalian
dalam pelaksanaan kegiatan.
Rendahnya integritas pegawai.
Berbagai risiko tersebut menunjukkan adanya kelemahan
pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Desa
yang dapat mengakibatkan adanya kecurangan. Oleh
karena itu disarankan kepada Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Desa agar:
Meningkatkan soft skill pegawai dan kesadaran anti
korupsi di lingkungan organisasi.
Memperkuat mekanisme pengawasan dan
pengendalian atas kegiatan organisasi.
Menyusun dan mensosialisasikan SOP atas
pengelolaan dan pengamanan aset desa.
4) Dinas Pendidikan
Penilaian risiko fraud Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa
telah dilaksanakan oleh perwakilan BPKP di 28 Provinsi.
Penilaian risiko fraud mengidentifikasi 361 risiko yang
diklasifikasikan berdasarkan risiko korupsi menurut UU
Nomor 20 Tahun 2001 atas perubahan UU Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan tindak Pidana Korupsi dengan
uraian sebagaimana berikut:
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
68
a) Kerugian Keuangan Negara
Risiko teridentifikasi:
Pengadaan barang dan jasa tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis dan tidak dapat dimanfaatkan.
Pengadaan barang dan jasa tidak sesuai kebutuhan.
Pertanggungjawaban kegiatan fiktif.
Penggelembungan/mark up kegiatan.
Penyaluran dana kegiatan tidak tepat sasaran.
Pembiayaan ganda kegiatan.
Penyebab:
Tidak ada mekanisme pengawasan dan pengendalian
dalam pelaksanaan kegiatan.
Adanya intervensi dari pihak tertentu dalam
pengadaan.
Rendahnya integritas pegawai dan organisasi.
Skala prioritas kegiatan belum akurat dan tidak
dilengkapi proyeksi satu tahun ke depan.
b) Perbuatan Curang
Risiko teridentifikasi:
Pembocoran informasi pengadaan yang bersifat
rahasia oleh konsultan perencana.
Proses pengadaan hanya dilakukan secara formalitas.
Pelaksana pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak.
Rekayasa laporan progress pekerjaan fisik.
Kolusi antara PPHP dengan rekanan.
Penyebab:
Rendahnya integritas pegawai.
Intervensi pihak tertentu dalam proses pengadaan.
Tidak ada mekanisme pengawasan dan pengendalian
dalam pelaksanaan kegiatan.
Kurang efektifnya peran komite sekolah dalam
pengawasan kegiatan.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
69
c) Penggelapan dalam Jabatan
Risiko teridentifikasi:
Aset tidak dicatat secara benar.
Penggunaan asset kantor untuk kepentingan pribadi.
Penyalahgunaan/penggelapan dana kegiatan.
Manipulasi bukti laporan kegiatan.
Jual beli kursi calon peserta didik baru.
Penyebab:
Tidak ada SOP pengelolaan dan pengamanan asset.
Rendahnya integritas pegawai.
Tidak berfungsinya sarana pengaduan terkait
d) Penyuapan
Risiko teridentifikasi:
Praktik suap terkait jabatan, mutasi, dan dalam
penugasan.
Praktik suap terkait pengadaan barang dan jasa.
Praktik suap penerimaan siswa didik baru.
Penyebab:
Rendahnya integritas pegawai.
Kurang berfungsinya sarana pengaduan.
Tidak ada mekanisme pengawasan dan pengendalian
dalam pelaksanaan kegiatan.
Kurangnya sosialisasi penerimaan siswa didik baru.
e) Gratifikasi
Risiko teridentifikasi:
Penerimaan imbalan atas jabatan.
Penerimaan imbalan atas proses pengadaan barang
dan jasa.
Penyebab:
Rendahnya integritas dari pegawai untuk
mendapatkan keuntungan tertentu.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
70
Lemahnya lingkungan anti gratifikasi dalam
organisasi.
Kurangnya mekanisme pengawasan dan
pengendalian dalam pelaksanaan kegiatan.
Berbagai risiko tersebut menunjukkan adanya kelemahan
pelaksanaan kegiatan pada Dinas Pendidikan yang dapat
mengakibatkan adanya kecurangan. Oleh karena itu,
disarankan kepada Dinas Pendidikan agar:
Meningkatkan soft skill pegawai dan kesadaran anti
korupsi di lingkungan organisasi.
Menciptakan lingkungan anti korupsi dalam
organisasi.
Memperkuat mekanisme pengawasan dan
pengendalian kegiatan organisasi.
Menyusun dan mensosialisasikan SOP pengelolaan
dan pengamanan asset organisasi.
Memperkuat sarana pengaduan masyarakat terhadap
tindakan kecurangan.
d. Kajian Rekomendasi Strategis Terhadap Arah Hambatan
Kelancaran Pembangunan Kebijakan Pembangunan Ekonomi
Pangan Dan Pertanian Pada Tata Kelola Beras Tahun 2020-
2024
Sesuai dengan amanah Perpres 192 Tahun 2014 tentang Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan pasal 2 dan pasal 28,
BPKP telah melaksanakan kegiatan pengawasan keuangan dan
pengawasan pembangunan nasional terhadap kegiatan
pembangunan yang mengalami hambatan kelancaran
pembangunan. Kegiatan kajian ini menguraikan risiko hambatan
kelancaran pembangunan terhadap arah kebijakan
pembangunan ekonomi pangan dan pertanian sampai 5 tahun
mendatang (RPJMN Tahun 2020-2024) pada tata kelola beras
dalam negeri. Kajian didasarkan pada hasil penilaian risiko
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
71
kecurangan yang menjadi hambatan kelancaran pembangunan
dalam tata kelola beras di 11 (sebelas) wilayah provinsi yang
menjadi sasaran penilaian, yaitu:
1) Provinsi Sumatera Utara;
2) Provinsi Sumatera Barat;
3) Provinsi Sumatera Selatan;
4) Provinsi Banten;
5) Provinsi Jawa Barat;
6) Provinsi Jawa Tengah;
7) Provinsi Jawa Timur;
8) Provinsi Nusa Tenggara Barat;
9) Provinsi Kalimantan Timur;
10) Provinsi Sulawesi Selatan;
11) Provinsi Sulawesi Utara
Ruang lingkup Kajian meliputi 10 unsur penilaian dalam tata
kelola beras, yaitu:
1) Sumber Daya Manusia;
2) Lahan;
3) Infrastruktur;
4) Alat dan Teknologi;
5) Pola Tanam;
6) Asuransi;
7) Benih;
8) Pupuk;
9) Konsumsi, Produksi, Penyimpanan dan Distribusi Beras; dan
10) Kebijakan.
Kajian Rekomendasi Strategis dilaksanakan dengan
menggunakan metode Fraud Risk Assessment (FRA) atau
Penilaian Risiko Kecurangan dalam proses bisnis tata kelola
beras. Pelaksanaan FRA diawali dengan tahap penilaian mandiri
(Risk Control Self-Assessment) oleh pemangku kepentingan yang
terlibat dalam proses bisnis tata kelola beras antara lain
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
72
Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian, PT Pupuk Sriwijaya,
BULOG, Penyuluh Pertanian, dan Petani/Kelompok Tani. Hasil
dari Risk Control Self-Assessment kemudian dibahas bersama
dengan BPKP melalui tahap Focus Group Discussion (FGD) untuk
memperoleh keyakinan memadai terhadap akurasi identifikasi
risiko, analisis risiko (menilai kemungkinan keterjadian risiko
kecurangan dan dampak risiko kecurangan), dan penilaian
efektivitas pengendalian terhadap pencapaian tujuan tata kelola
beras.
Melalui metode FRA diperoleh Risk Register yang memuat
informasi risiko kecurangan yang terjadi dalam tiap tahapan
pada proses bisnis tiap unsur dalam tata kelola beras. Setiap
risiko kecurangan tersebut dilengkapi dengan informasi terkait
kemungkinan skenario yang digunakan, kemungkinan
keterjadiannya (likelihood), dan nilai dampaknya terhadap
pencapaian tujuan tata kelola beras. Hubungan antara
kemungkinan keterjadian dan dampak (skala kemungkinan x
skala dampak) kemudian menghasilkan status risiko yang
berfungsi sebagai dasar untuk menyusun peta risiko dan sarana
untuk menyusun mitigasi atas risiko kecurangan tersebut.
FRA atas 10 (sepuluh) unsur Tata Kelola Beras dilakukan uji petik
pada 11 (sebelas) provinsi, selanjutnya berdasarkan kompilasi
Risk Register pada 11 (sebelas) provinsi tersebut dipilih risiko
kecurangan atau risiko hambatan kelancaran pembangunan
yang berpotensi menjadi atau mengandung risiko kecurangan
dengan status risiko Sangat Tinggi (skala 15-25) yang kemudian
diolah menjadi risiko strategis yang berkaitan langsung pada
perbaikan tata kelola beras.
Berdasarkan Kajian Rekomendasi Strategis yang dilakukan
dengan metode Fraud Risk Assessment (FRA) atau Penilaian
Risiko Kecurangan dalam proses bisnis tata kelola beras,
diperoleh risiko strategis pada tata kelola beras sebagai berikut:
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
73
1) Tidak terpenuhinya kebutuhan sumber daya manusia (petani
dan penyuluh) baik secara jumlah dan kualitas yang
merupakan poin utama dalam produksi beras di tingkat
teknis;
2) Semakin berkurangnya luas lahan sawah dari tahun ke tahun;
3) Lahan sawah yang tidak dialiri irigasi teknis;
4) Penyaluran Alat dan Teknologi Pertanian (Alsintan) yang tidak
tepat sasaran;
5) Penurunan produktivitas pertanian;
6) Terhambatnya keberlangsungan kegiatan produksi pertanian
sebagai dampak gagal panen;
7) Penyaluran bantuan benih yang tidak tepat sasaran;
8) Penyaluran pupuk bersubsidi yang tidak tepat sasaran;
9) Tidak terpenuhinya kebutuhan pangan di suatu wilayah
khususnya beras, yang disebabkan oleh kurangnya validitas
dan tidak terintegrasinya data ketersediaan beras antara
Kementerian Pertanian, Bulog, dan BPS;
10) Penerapan kebijakan tidak dapat dilaksanakan dengan
optimal; dan
11) Belum adanya badan usaha milik negara yang menangani tata
kelola beras dari hulu sampai hilir secara terintegrasi.
Terkait risiko strategis yang ditemukan dalam pelaksanaan
Pembangunan Ekonomi Pangan dan Pertanian pada Tata Kelola
Beras, sebagai bahan pertimbangan mitigasi direkomendasikan
kepada Menteri Pertanian agar:
1) Melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan pengambil
kebijakan terkait untuk menggunakan hasil kajian ini sebagai
salah satu pertimbangan dalam upaya perbaikan terintegrasi
Tata Kelola Beras yang mendorong optimalisasi peran setiap
unsur dalam Tata Kelola Beras dalam peningkatan
produktivitas pertanian (sawah) menuju Ketahanan Pangan
Nasional; dan
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
74
2) Menyampaikan bahan pertimbangan kepada Presiden untuk
membentuk suatu badan usaha milik negara yang akan
mengelola sepuluh unsur tata kelola beras tersebut
sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan pada Pasal 127.
e. Kajian Risiko Fraud atas Pengelolaan Investasi pada BUMN-
BUMN Jasa Asuransi dan Penjaminan Periode Tahun 2012 s.d.
2018
Kajian Risiko Fraud atas Pengelolaan Investasi pada BUMN-BUMN
Jasa Asuransi dan Penjaminan ditujukan untuk mengidentifikasi
risiko fraud pada pengelolaan investasi saham dan reksadana
dan menganalisis atas penyebab timbulnya risiko fraud yang
didasarkan pada hasil audit dengan tujuan tertentu dan/atau
audit investigatif atas penempatan dana investasi pada tujuh
BUMN Asuransi (PT Taspen, PT Jasa Raharja, PT Jamkrindo,
PT Jasindo, PT Askrindo, PT Asuransi Jiwasraya, dan PT ASABRI)
untuk periode tahun 2012 sampai dengan 2018. Atas risiko
fraud yang teridentifikasi tersebut dan penyebabnya, diusulkan
rekomendasi perbaikan kepada para pemangku kepentingan
guna meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko – risiko fraud
tersebut di masa depan pada BUMN-BUMN Asuransi dan
Penjaminan.
Berdasarkan kajian yang telah dilaksanakan, terdapat risiko
fraud pada pengelolaan investasi khususnya pada instrumen
saham dan reksadana yang dapat menimbulkan kerugian baik
bagi BUMN Asuransi dan Penjaminan maupun pada industri jasa
asuransi dan penjaminan secara umum yang dapat berujung
pada menurunnya kepercayaan masyarakat pada industri jasa
asuransi dan penjaminan nasional. Risiko fraud terkait dengan
pengelolaan investasi pada instrumen saham dan reksadana
adalah sebagai berikut:
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
75
1) Penempatan investasi pada saham-saham berkapitalisasi
rendah dan tidak likuid yang diarahkan ke saham-saham
milik oknum pegawai/direksi/pihak tertentu yang memiliki
hubungan istimewa dengan oknum pegawai/direksi BUMN
dengan imbalan fee/kickback tertentu;
2) Pemberian aliran dana yang tidak wajar kepada oknum
pegawai/direksi BUMN melalui perusahaan swasta yang
dimiliki oleh oknum pegawai/direksi BUMN dengan cara
mengatur agar BUMN tersebut membeli saham tertentu dari
perusahaan swasta dengan harga di atas harga pasar dan
menjualnya kembali ke perusahaan tersebut dengan harga di
bawah harga pasar;
3) Pemberian keuntungan yang tidak wajar kepada oknum
pegawai/direksi BUMN melalui skema insider trading,
dengan cara mengatur agar BUMN tersebut membeli saham
yang dimiliki oleh oknum pegawai/direksi BUMN dalam
jumlah besar untuk menaikkan harga pasar dan
menguntungkan oknum pegawai/direksi BUMN tersebut;
4) Transaksi yang dilakukan antara BUMN dengan pihak lainnya
secara terus menerus dengan jumlah tertentu berdasarkan
suatu kesepakatan dengan tujuan untuk menaikkan harga
saham pada akhir periode pelaporan untuk menciptakan
keuntungan, untuk kemudian dijual kepada investor lain;
5) Transaksi pembelian dan penjualan saham dengan diri
sendiri antar dana kelolaan dengan menggunakan SID yang
berbeda untuk membukukan keuntungan semu;
6) Conflict of interest dalam penempatan investasi pada reksa
dana berbasis saham yang dikelola oleh manajer investasi
yang memiliki hubungan afiliasi dengan oknum direksi BUMN
dan/atau oknum swasta tertentu yang dekat dengan oknum
direksi BUMN, dengan imbalan fee/kickback;
7) Menghapuskan kerugian yang belum direalisasi atas saham
dan/atau obligasi yang dipegang BUMN dengan bekerja sama
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
76
dengan manajer investasi agar manajer investasi membeli
saham-saham yang dimiliki BUMN melalui pasar negosiasi
dengan harga di atas harga wajar; dan
8) Pemindahan kerugian yang belum direalisasi atas investasi
reksa dana yang dimiliki dengan bekerja sama dengan
manajer investasi di mana Investor dan Manajer Investasi
membentuk reksa dana baru untuk membeli saham dan/atau
obligasi yang dimiliki oleh reksa dana lama melalui pasar
negosiasi dengan harga di atas harga wajar, sehingga reksa
dana lama dapat dicairkan dengan membukukan
keuntungan.
Atas hasil kajian tersebut, direkomendasikan beberapa hal
sebagai berikut:
1) Perbaikan peraturan perundang-undangan
a) Dirumuskannya peraturan turunan dari Undang–Undang
No. 9 tahun 1995 tentang Pasar Modal khususnya yang
secara lebih spesifik mengatur Bab XI: Penipuan,
Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam, pasal
90 sampai dengan pasal 99;
b) Pengaturan lebih lanjut yang melarang/membatasi
transaksi-transaksi yang dapat dilakukan di pasar
negosiasi;
c) Pengaturan lebih lanjut terkait batasan–batasan investasi
yang dapat ditempatkan oleh BUMN Asuransi, khususnya
terkait investasi dalam bentuk penempatan pada saham–
saham dengan kapitalisasi rendah, sedang, dan
tinggi/blue-chip untuk menghindari permasalahan
likuiditas dan mengendalikan risiko investasi; dan
d) Perlunya dilakukan kajian hukum atas Peraturan Menteri
Pertahanan Republik Indonesia nomor 44 tahun 2014
tentang Investasi Iuran Dana Pensiun pasal 3, dan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
77
53/PMK.02/2016 tentang Pengelolaan Akumulasi Iuran
Pensiun Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Dan Pegawai
Aparatur Sipil Negara Di Lingkungan Kementerian
Pertahanan Dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
pasal 14. Kedua peraturan tersebut masih berlaku namun
terdapat pasal–pasal dalam kedua peraturan tersebut
yang saling bertentangan.
2) Penyempurnaan tata kelola, pengendalian intern dan
manajemen risiko
a) Evaluasi dan Koordinasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Kementerian Keuangan, Lembaga Profesi Aktuaris,
dan lembaga lainnya terhadap produk–produk asuransi
yang berbalut investasi termasuk yang menjanjikan imbal
hasil tertentu, khususnya terhadap kewajaran atas imbal
hasil yang ditawarkan dan asumsi–asumsi yang
digunakan;
b) Optimalisasi pengawasan dari Kementerian Keuangan
terhadap profesi Akuntan dan Aktuaris secara berkala
untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam transaksi
investasi;
c) Peningkatan koordinasi pengawasan antara PT Bursa Efek
Indonesia (BEI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan lembaga
lainnya untuk secara periodik mengidentifikasi dan
menginvestigasi transaksi–transaksi mencurigakan yang
berpotensi melanggar peraturan pasar modal terutama
yang dilakukan melalui mekanisme pasar negosiasi;
d) Optimalisasi peran Komite Investasi dalam proses
pengambilan keputusan investasi, dengan membentuk
struktur Komite Investasi sesuai ketentuan, dengan akses
informasi dan pengawasan dari Dewan Komisaris;
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
78
e) Dibentuknya forum diskusi antara pihak Auditor
Pemerintah, Aparat Penegak Hukum, Kementerian BUMN,
dan BUMN-BUMN Asuransi untuk membahas pendapat
dan perlakuan hukum atas kerugian yang direalisasikan
dengan melakukan jual rugi/cut-loss;
f) Perbaikan Pedoman Investasi dan SOP di lingkungan
BUMN Asuransi yang mengatur pembatasan pada
investasi saham berkapitalisasi rendah dan SOP Analisis
penempatan investasi yang memadai.
4. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K adalah tingkat pemanfaatan hasil audit penyesuaian harga
oleh penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa untuk
pengambilan keputusan penyesuaian harga. Pengukuran kinerja
dihitung berdasarkan jumlah laporan hasil audit penyesuaian harga
yang dimanfaatkan oleh penanggung jawab kegiatan atau pengguna
barang/jasa dibandingkan jumlah laporan hasil audit penyesuaian
harga yang diterbitkan.
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 100% lebih tinggi dibandingkan
dengan target sebesar 80% atau mencapai 125,00%. Realisasi kinerja
dihitung berdasarkan jumlah laporan hasil audit penyesuaian harga
yang ditindaklanjuti oleh penanggung jawab kegiatan atau
pengguna barang/jasa sebanyak 63 laporan dibandingkan jumlah
laporan audit penyesuaian harga yang diterbitkan sebanyak 63
laporan.
Realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 sebesar
100%.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
79
Tabel 3. 16
Target dan Realisasi IKU Persentase Hasil Audit Penyesuaian
Harga yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Tahun 2017-2019
No. Tahun Persentase hasil audit penyesuaian harga yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Target (%) Realisasi (%) Capaian (%)
1. 2017 70 100,00 142,86
2. 2018 75 100,00 133,33
3. 2019 80 100,00 125,00
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
digambarkan dengan Grafik 3.10.
Grafik 3. 10
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil audit penyesuaian
harga yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Dari Grafik 3.10 dapat dilihat bahwa realisasi tahun 2017 sampai
dengan tahun 2019 melampaui target yang telah ditetapkan.
Tercapainya realisasi kinerja disebabkan tim auditor dapat
menyelesaikan penugasan dan penyelesaian laporan dengan tepat
waktu, serta peran aktif auditan dalam menggunakan hasil
pengawasan untuk mengambil keputusan penyesuaian harga.
Perkembangan capaian tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
dapat digambarkan dengan Grafik 3.11.
2017 2018 2019
Target 70 75 80
Realisasi 100,00 100,00 100,00
-
20
40
60
80
100
120
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
80
Grafik 3. 11
Capaian IKU Persentase hasil audit penyesuaian harga yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Dari Grafik 3.11 terlihat meskipun capaian kinerja tahun 2017
sampai dengan tahun 2019 menurun, namun capaian tersebut di
atas 100%. Penurunan disebabkan naiknya target dari tahun 2017
sampai dengan 2019, sedangkan realisasi kinerja sudah mencapai
maksimal (100%).
Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar
Rp355.804.430,00 atau 92,00% dibandingkan dengan anggaran
sebesar Rp386.742.759,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 1.760 OH atau 136,75% dari
rencana sebanyak 1.287 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 125,00%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 92,00%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 125,00%, lebih kecil
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 136,75%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil audit
penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K” terdapat pada
Tebel 3.17.
115,00
120,00
125,00
130,00
135,00
140,00
145,00
2017 2018 2019
Capaian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
81
Tabel 3. 17
Target dan Realisasi Laporan Audit Penyesuaian Harga
Tahun 2019
Uraian Target (laporan) Realisasi (laporan) % capaian
Laporan Hasil
Audit
Penyesuaian
Harga
60 63 105,00
Penugasan Audit Penyesuaian Harga yang dilaksanakan pada tahun
2019 antara lain:
a. Penyesuaian Harga terhadap Kontrak Nomor:
DJT/SU.61/S.PERJ.06/I/2016 tanggal 15 Januari 2016 atas
Pembangunan Jalan Tol Ruas Palembang Simpang Indralaya
untuk Periode Januari 2017 s.d. Juli 2018 dengan nilai koreksi
sebesar Rp16.729.939.589,06.
b. Penyesuaian Harga atas Paket Pekerjaan Pembangunan
Bendungan Logung (MYC) Kabupaten Kudus pada SNVT
Pembanguanan Bendungan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali
Juana Untuk Periode Desember 2015 - November 2018 dengan
nilai koreksi sebesar Rp7.090.974.759,39.
c. Penyesuaian Harga Terhadap Kontrak Nomor
DJT/SU.60/S.Perj.05/I/2016 Tanggal 15 Januari 2016 atas
Pelaksanaan Pembangunan Jalan Tol Ruas Medan-Binjai Untuk
Periode Januari 2017 s.d. Agustus 2018 Pada PT Hutama Karya
(Persero) dengan nilai koreksi sebesar Rp4.006.455.950,97.
Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga yang diserahkan ke K/L/P/K
pada tahun 2019 beserta koreksi auditnya terdapat pada Tabel 3.18.
Tabel 3. 18
Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga yang diserahkan ke
K/L/P/K
Tahun 2019
Uraian Jumlah
Laporan
Usulan panitia Hasil audit Koreksi
Laporan Hasil
Audit
Penyesuaian
Harga
63 Rp868.803.140.470,65
USD69,297.00
Yen 125,478,471.00
Rp695.164.304.771,87
USD68,539.61
Yen87,515,657.00
Rp173.638.835.698,78
USD757.39
Yen37,962,814.00
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
82
5. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K adalah
tingkat pemanfaatan laporan hasil audit klaim berupa laporan hasil
audit dalam rangka penghitungan terhadap nilai klaim sebagai
dampak dari perubahan kondisi yang menyebabkan pekerjaan
tambah. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan
hasil audit klaim yang ditindaklanjuti oleh penanggung jawab
kegiatan atau pengguna barang/jasa dibandingkan jumlah laporan
audit klaim.
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 100% atau mencapai 125,00%
dari target sebesar 80%. Realisasi kinerja dihitung berdasarkan
jumlah laporan hasil audit klaim yang ditindaklanjuti oleh
penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa sebanyak
14 laporan dibandingkan jumlah laporan audit klaim yang
diterbitkan sebanyak 14 laporan.
Realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 sebesar
100%.
Tabel 3. 19
Target dan Realisasi IKU Persentase Hasil Audit Klaim yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Tahun 2017-2019
No. Tahun Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
Target (%) Realisasi (%) Capaian (%)
1. 2017 70 100,00 142,86
2. 2018 75 100,00 133,33
3. 2019 80 100,00 125,00
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
digambarkan dengan Grafik 3.12.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
83
Grafik 3. 12
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil audit klaim yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Dari Grafik 3.12 dapat dilihat bahwa realisasi tahun 2017 sampai
dengan tahun 2019 melampaui target yang telah ditetapkan.
Tercapainya kinerja tersebut disebabkan tim audit dapat
menyelesaikan penugasan dan penyusunan laporan hasil
pengawasan dengan tepat waktu, serta peran aktif pihak terkait
menggunakan hasil pengawasan untuk menyelesaikan klaim.
Perkembangan capaian tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
dapat digambarkan dengan Grafik 3.13.
2017 2018 2019
Target 70 75 80
Realisasi 100,00 100,00 100,00
-
20
40
60
80
100
120
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
84
Grafik 3. 13
Capaian IKU Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
Dari Grafik 3.13 terlihat bahwa capaian kinerja tahun 2017 sampai
dengan tahun 2019 menurun, namun di atas 100%. Penurunan
disebabkan naiknya target dari tahun 2017 sampai dengan 2019,
sedangkan realisasi kinerja sudah mencapai maksimal (100%)
Sasaran tahun 2019 didukung penggunaan dana sebesar
Rp134.754.856,00 atau 99,71% dibandingkan anggaran sebesar
Rp135.147.500,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 1.225 OH atau 132,72% dari
rencana sebanyak 923 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 125,00%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 99,71%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 125,00%, lebih kecil
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 132,72%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil audit klaim
yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K” terdapat pada Tabel 3.20.
2017 2018 2019
Capaian 142,86 133,33 125,00
115,00
120,00
125,00
130,00
135,00
140,00
145,00
Capaian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
85
Tabel 3. 20
Target dan Realisasi Laporan Hasil Audit Klaim
Tahun 2019
Uraian Target
(laporan)
Realisasi (laporan) % capaian
Laporan Hasil
Audit Klaim
21 14 66,67
Laporan Hasil Audit Klaim yang diserahkan ke K/L/P/K pada tahun
2019 beserta koreksi auditnya terdapat pada Tabel 3.21.
Tabel 3. 21
Laporan Hasil Audit Klaim yang diserahkan ke K/L/P/K
Tahun 2019
Uraian Jumlah
laporan
Usulan panitia Hasil audit Koreksi
Laporan
Hasil Audit
Klaim
14 Rp525.059.075.162,67
USD2,728,425.00
Rp498.917.129.827,35
USD2,728,425.00
Rp26.031.945.335,22
Penugasan audit klaim yang dilaksanakan pada tahun 2019 antara
lain:
a. Klaim Akibat Keterlambatan Pembayaran Termin, Perpanjangan
Penyelesaian Pekerjaan, Perubahan Tata Cara Pembayaran, dan
Perubahan Perhitungan Kemajuan Pekerjaan atas Kontrak
Pembangunan Pabrik Gula Terpadu Glenmore, Banyuwangi
dengan koreksi audit sebesar Rp10.785.402.562,78.
b. Klaim atas Kontrak Nomor 28.PJ/121/PIKITRING/2010 tanggal
23 Desember 2010 Pekerjaan Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Uap Tanjung Selor (2x7 MW) dengan koreksi audit
sebesar Rp4.379.102.205,00.
c. Klaim atas Pekerjaan Pengembangan Fasilitas Bandara
Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali Paket 4: Pekerjaan
Perencanaan dan Pembuatan Perluasan Lt. 2 Counter Check In
Penumpang di Terminal Internasional Bandara Internasional
I Gusti Ngurah Rai Bali Tahun 2018 dengan koreksi audit sebesar
Rp2.124.141.800,00.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
86
Sasaran Program 2
Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan
pembangunan nasional
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk menilai capaian sasaran
strategis ini adalah persentase penyelesaian hambatan kelancaran
pembangunan yaitu tingkat penyelesaian hambatan kelancaran
pembangunan berupa Laporan Hasil Evaluasi dalam rangka
penyelesaian terhadap hambatan kelancaran pembangunan sebagai
dampak dari dispute diantara kedua belah pihak terhadap suatu
permasalahan yang ada. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan
jumlah laporan Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan (EHKP)
yang ditindaklanjuti kesepakatannya oleh para pihak dibandingkan
jumlah laporan EHKP.
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 96,15% lebih tinggi
dibandingkan dengan target sebesar 80% atau mencapai 120,19%.
Realisasi kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan Evaluasi
Hambatan Kelancaran Pembangunan (EHKP) yang ditindaklanjuti
kesepakatannya oleh para pihak sebanyak 25 laporan dibandingkan
jumlah laporan EHKP yang diterbitkan sebanyak 26 laporan.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
sebagai berikut:
Tabel 3. 22
Target dan Realisasi IKU Persentase Hasil Evaluasi HKP
Tahun 2017-2019
No. Tahun Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
Target (%) Realisasi (%) Capaian (%)
1. 2017 70 100,00 142,86
2. 2018 75 100,00 133,33
3. 2019 80 96,15 120,19
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
87
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 96,15% lebih rendah
dibandingkan dengan realisasi tahun 2018, namun lebih tinggi jika
dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra sebesar
80%.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
digambarkan dengan Grafik 3.14.
Grafik 3. 14
Target dan Realisasi IKU Persentase penyelesaian hambatan
kelancaran pembangunan
Dari Grafik 3.14 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 sampai
dengan tahun 2019 melampaui target yang telah ditetapkan.
Tercapainya realisasi kinerja disebabkan tim audit dapat
menyelesaikan penugasan dan penyusunan laporan hasil
pengawasan dengan tepat waktu, serta peran aktif para pihak dalam
menyelesaikan hambatan kelancaran pembangunan sesuai dengan
kesepakatan yang diperoleh melalui proses mediasi.
Perkembangan capaian tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
dapat digambarkan dengan Grafik 3.15.
2017 2018 2019
Target 70 75 80
Realisasi 100,00 100,00 96,15
-
20
40
60
80
100
120
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
88
Grafik 3. 15
Capaian IKU Persentase hasil EHKP yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
Dari Grafik 3.15 terlihat bahwa capaian kinerja tahun 2017 sampai
dengan tahun 2019 menurun, namun masih di atas 100%. Hal ini
disebabkan terdapat hasil kesepakatan pada tahun 2019 yang belum
ditindaklanjuti oleh pihak terkait kasus hambatan kelancaran
pembangunan.
Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar
Rp504.807.029,00 atau 97,62% dibandingkan dengan anggaran
sebesar Rp517.088.750,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 543 OH atau 125,12% dari
rencana sebanyak 434 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 120,19 %, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 97,62%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 120,19%, lebih kecil
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 125,12%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase penyelesaian
hambatan kelancaran pembangunan” terdapat pada Tabel 3.23.
2017 2018 2019
Capaian 142,86 133,33 120,19
105,00
110,00
115,00
120,00
125,00
130,00
135,00
140,00
145,00
Capaian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
89
Tabel 3. 23
Target dan Realisasi Laporan EHKP
Tahun 2019
Uraian Target
(laporan)
Realisasi
(laporan)
% capaian
Laporan EHKP 30 26 86,67
Penugasan evaluasi hambatan kelancaran pembangunan yang
dilaksanakan pada tahun 2019 antara lain:
a. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Permasalahan
Proyek Arun LNG Receiving Hub and Regasification Terminal
antara PT Perta Arun Gas dan PT Rekayasa Industri.
b. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan pada
Pembangunan Terminal Petikemas Kalibaru Utara Tahap I
Pelabuhan Tanjung Priok.
c. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Kontrak
Nomor 070.PJ/WRKR/2011 Tanggal 4 April 2011 Tentang
Pembangunan PLTU Tembilahan (2x7 MW) antara PT PLN
(Persero) Unit Induk Pembangunan Pembangkit Sumatera dan
PT Adhi Karya (Persero), Tbk.
Sasaran Program 3
Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan
korporasi dalam pencegahan korupsi
Indikator kinerja yang tetapkan untuk menilai capaian sasaran
strategis ini adalah:
1. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP.
2. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft
competency) di bidang pencegahan.
Uraian capaian indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk
FRA)
Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk
FRA) adalah tingkat penyelesaian penugasan Fraud Control Plan
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
90
(FCP) termasuk Fraud Risk Assessment (FRA) baik atas
permintaan K/L/P/K dan inisiatif sendiri pada salah satu dari
tahapan:
a. Sosialisasi
b. Diagnostic Assessment
c. Bimbingan Teknis Implementasi
d. Evaluasi
e. Monitoring
yang dapat ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 87,74% dibandingkan
dengan target sebesar 55% atau mencapai 159,52%. Realisasi
dihitung berdasarkan jumlah K/L/P/K yang
mengimplementasikan FCP sebanyak 26 K/L/P/K ditambah
dengan penugasan FRA sebanyak 160 penugasan, dibandingkan
dengan jumlah seluruh penugasan FCP ditambah penugasan FRA
sebanyak 212 penugasan.
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 87,74% lebih tinggi sebesar
23,86% dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 sebesar
64,06%, dan lebih tinggi dibandingkan dengan target pada akhir
periode Renstra sebesar 55%.
Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan Fraud
Control Plan (termasuk FRA) meliputi tahapan sosialisasi,
diagnostic assessment, bimbingan teknis implementasi, Evaluasi,
dan monitoring yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan
Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun
2019 sebagai berikut:
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
91
Tabel 3. 24
Target dan Realisasi IKU Persentase K/L/P/K yang
mengimplementasikan FCP (termasuk FRA)
Tahun 2017-2019
No. Tahun Persentase K/L/P/K yang
mengimplementasikan FCP (termasuk
FRA)
Target (%) Realisasi (%) Capaian (%)
1. 2017 50 80,77 161,54
2. 2018 52 64,06 123,19
3. 2019 55 87,74 159,53
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun
2019 digambarkan pada Grafik 3.16.
Grafik 3. 16
Target dan Realisasi IKU Persentase K/L/P/K yang
Mengimplementasikan FCP
Dari Grafik 3.16 dapat dilihat bahwa realisasi tahun 2017 sampai
dengan tahun 2019 melampaui target yang telah ditetapkan.
Perkembangan capaian tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
terlihat pada Grafik 3.17.
2017 2018 2019
Target 50 52 55
Realisasi 80,77 64,06 87,74
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
92
Grafik 3. 17
Capaian IKU Persentase K/L/P/K yang Mengimplemetasikan
FCP
Dari Grafik 3.17 terlihat bahwa capaian tahun 2019 lebih tinggi
dibandingkan dengan capaian tahun 2018. Capaian tahun 2018
lebih rendah dibandingkan dengan capaian tahun 2017 namun
melampaui target yang telah ditetapkan.
Faktor pendukung tercapainya kinerja adalah upaya BPKP
khususnya Deputi Bidang Investigasi dalam menjalin komunikasi
yang baik dengan melakukan pendekatan ke K/L/P/K.
Pendekatan tersebut dimaksudkan agar K/L/P/K melakukan
pencegahan fraud melalui kegiatan FRA dan menerapkan FCP.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase K/L/P/K yang
mengimplementasikan FCP” terdapat pada Grafik 3.18.
2017 2018 2019
Capaian 161,54 123,19 159,53
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
Capaian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
93
Grafik 3. 18
Penugasan Fraud Control Plan
Pencapaian sasaran tahun 2018 didukung penggunaan dana
sebesar Rp189.236.833,00 atau 99,08% dari anggaran sebesar
Rp190.993.257,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 1.211 OH atau 124,46%
dari rencana sebanyak 973 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara
efisien. Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 159,53%,
lebih besar daripada capaian penggunaan dana sebesar 99,08%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara
efisien. Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 159,53%,
lebih besar daripada capaian penggunaan SDM sebesar 124,46%.
Penugasan Fraud Control Plan yang dilaksanakan pada tahun
2019 antara lain:
a. Kerjasama antara BPKP dengan PT Pupuk Indonesia Holding
Company (Persero) (PIHC) grup untuk membangun FCP
dimulai pada tahun 2018 dengan dilaksanakannya
Diagnostic Assessment (DA) FCP pada PT Pupuk Indonesia
(Persero), PT Pupuk Sriwidjaja, PT Pupuk Kalimantan Timur,
dan PT Petrokimia Gresik. Kegiatan tersebut kemudian
SosialisasiDiagnostic
AssessmentBimtek/Implem
entasiEvaluasi
Jumlah Penugasan 24 15 10 1
2415
10
1
0
5
10
15
20
25
30
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
94
dilanjutkan pada tahun 2019, dimana PIHC mengembangkan
lagi pelaksanaan FCP dengan melakukan DA pada 3 (tiga)
anak perusahaan lainnya yaitu PT Rekayasa Industri,
PT Pupuk Iskandar Muda, dan PT Pupuk Kujang. Selain itu,
PIHC juga menindaklanjuti hasil DA FCP pada PT Pupuk
Indonesia (Persero) sebelumnya dengan pelaksanaan
bimbingan teknis (bimtek).
b. Diagnostic Assessment (DA) FCP pada RSUD Meuraxa Kota
Banda Aceh Tahun 2013.
c. Bimtek FCP pada RSUD Labuhan Provinsi Maluku Utara.
2. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft
competency) di bidang pencegahan
Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft
competency) di bidang pencegahan, yaitu kompetensi untuk
melakukan kegiatan Fraud Control Plan (FCP), Fraud Risk
Assesment (FRA), Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK),
dan Penilaian Budaya Organisasi Anti Korupsi (PBOAK).
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 85,24% lebih tinggi
dibandingkan dengan target sebesar 65% atau mencapai
131,14%. Realisasi dihitung berdasarkan jumlah auditor yang
telah melakukan FCP/FRA/MPAK/PBOAK kepada K/L/P/K
sebanyak 543 auditor dibandingkan dengan jumlah seluruh
auditor sebanyak 637 auditor.
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 85,24% lebih rendah
sebesar 2,56% dibandingkan dengan realisasi tahun 2018
sebesar 87,80%, namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan
target pada akhir periode Renstra sebesar 65%.
Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan Fraud
Control Plan (FCP), Fraud Risk Assesment (FRA), Masyarakat
Pembelajar Anti Korupsi (MPAK) kepada K/L/P/K yang
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
95
dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi Bidang
Investigasi dan Perwakilan BPKP.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun
2019 digambarkan pada Grafik 3.19.
Grafik 3. 19
Target dan Realisasi IKU Persentase Auditor yang Memiliki
Kompetensi (Hard and Soft Competency) di Bidang Pencegahan
Dari Grafik 3.19 dapat dilihat bahwa realisasi tahun 2017 sampai
dengan tahun 2019 melampaui target yang telah ditetapkan.
Perkembangan capaian dari tahun 2017 sampai dengan tahun
2019 terlihat pada Grafik 3.20.
2017 2018 2019
Target 60 62 65
Realisasi 63,32 87,80 85,24
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
96
Grafik 3. 20
Capaian IKU Persentase Auditor yang Memiliki Kompetensi (Hard
and Soft Competency) di Bidang Pencegahan
Dari Grafik 3.20 terlihat bahwa capaian tahun 2018 meningkat
dibandingkan dengan capaian tahun 2017. Capaian tahun 2019
menurun dibandingkan dengan capaian tahun 2018, namun di
atas 100%.
Faktor pendukung tercapainya kinerja adalah BPKP khususnya
Deputi Bidang Investigasi yang terus mendorong auditor untuk
meningkatkan kompetensi di bidang pencegahan dan
mengikutsertakan auditor dalam kegiatan pencegahan korupsi
seperti Fraud Control Plan (FCP), Fraud Risk Assesment (FRA),
Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK), dan Penilaian
Budaya Organisasi Anti Korupsi (PBOAK).
Pencapaian sasaran tahun 2019 didukung penggunaan dana
sebesar Rp14.866.455,00 atau 97,54% dari anggaran sebesar
Rp15.241.390,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 165 OH atau 106,45% dari
rencana sebanyak 155 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini dicapai telah secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 131,14%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 97,54%.
2017 2018 2019
Capaian 105,53 141,61 131,14
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
Capaian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
97
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 131,14%, lebih kecil
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 106,45%.
Sasaran Program 4
Meningkatnya kepedulian K/L/P/K dan masyarakat
terhadap korupsi
Mulai tahun 2017 Deputi Bidang Investigasi melaksanakan kegiatan
pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK).
Kegiatan pengembangan MPAK merupakan salah satu perwujudan
dari strategi pencegahan korupsi yang terintegrasi dalam rangka
mencapai visi Deputi Bidang Investigasi BPKP sebagai Pusat
Keunggulan Solusi Kecurangan. Pada tahun 2019 dilaksanakan
kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Masyarakat Pembelajar Anti
Korupsi (MPAK) di 34 Perwakilan BPKP. Sasaran Pengembangan
MPAK adalah Program Pemerataan dan Pengentasan
Kemiskinan/Program Penanggulangan Kemiskinan.
Untuk menilai capaian sasaran program, ditetapkan Indikator kinerja
Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi
(KPAK) yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat.
Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi
(KPAK) yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat
adalah rasio K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di lingkungan K/L/P
atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi yang memenuhi tiga
unsur kriteria yaitu:
1. Mempunyai Daftar Risiko Fraud yang terungkap dari hasil
kegiatan pembelajaran KPAK;
2. Mempunyai rencana penanganan risiko fraud yang dibahas
bersama dengan anggota KPAK;
3. Mempunyai peraturan K/L/P/K mengenai sistem pengaduan
masyarakat/whistleblowing, atau belum mempunyai peraturan
KLPK mengenai sistem pengaduan masyarakat/ whistleblowing
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
98
namun menyatakan kesediaannya untuk dilakukan bimtek
pengembangan sistem pengaduan masyarakat/ whistleblowing.
dibandingkan dengan K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di
lingkungan KLP atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi yang
telah menjadi anggota dari Komunitas Pembelajar Anti Korupsi.
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 94,74% dibandingkan dengan
target sebesar 70% atau mencapai 135,34%. Realisasi kinerja
dihitung berdasarkan jumlah K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di
lingkungan K/L/P atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi
yang telah memenuhi tiga unsur kriteria sebanyak 36 K/L/P/K
dibandingkan dengan jumlah K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di
lingkungan /KL/P atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi
yang telah menjadi anggota dari Komunitas Pembelajar Anti Korupsi
sebanyak 38 unit kerja.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
dapat disajikan pada Tabel 3.25.
Tabel 3. 25
Target dan Realisasi IKU Persentase K/L/P/K anggota
Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK) yang
mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat
Tahun 2017-2019
No. Tahun Persentase K/L/P/K anggota Komunitas
Pembelajar Anti Korupsi (KPAK) yang
mengimplementasikan sistem
pengaduan masyarakat
Target (%) Realisasi (%) Capaian (%)
1. 2017 60 94,12 156,87
2. 2018 65 100,00 153,85
3. 2019 70 94,74 135,34
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
digambarkan dengan Grafik 3.21.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
99
Grafik 3. 21
Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti
korupsi (KPAK) yang Mengimplementasikan Sistem Pengaduan
Masyarakat
Dari Grafik 3.21 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 sampai
dengan tahun 2019 melampaui target yang telah ditetapkan.
Perkembangan capaian tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
dapat digambarkan dengan Grafik 3.22.
Grafik 3. 22
Capain Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti
korupsi (KPAK) yang Mengimplementasikan Sistem Pengaduan
Masyarakat
2017 2018 2019
Target 60 65 70
Realisasi 94,12 100,00 94,74
-
20
40
60
80
100
120
2017 2018 2019
Capaian 156,87 153,85 135,34
120,00
125,00
130,00
135,00
140,00
145,00
150,00
155,00
160,00
Capaian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
100
Dari Grafik 3.23 terlihat bahwa capaian tahun 2017 sampai dengan
tahun 2019 menurun, namun di atas 100%.
Faktor pendukung keberhasilan capaian sasaran program adalah
peran aktif Deputi Bidang Investigasi dalam membantu, mendorong
dan memfasilitasi peserta belajar agar dapat memperoleh
pengetahuan dan menguasai ketrampilan/keahlian mengenai anti
korupsi serta mengubah sikap peserta belajar menjadi anti korupsi
berdasarkan usaha peserta belajar. Selain itu Komunitas Pembelajar
Anti Korupsi (KPAK) melakukan pertemuan secara rutin dan
berkelanjutan maupun secara insidentil untuk berkolaborasi
melakukan aktivitas pembelajaran anti korupsi secara aktif,
partisipatif, dan interaktif.
Capaian kinerja Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar
Anti Korupsi (KPAK) yang mengimplementasikan sistem pengaduan
masyarakat didukung penggunaan dana sebesar Rp32.234,812,00
atau 93,53% dibandingkan dengan anggaran sebesar
Rp34.463.180,00 dan menyerap SDM sebanyak 165 OH atau
106,45% dari rencana sebanyak 155 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 135,34%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 93,53%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 135,34%, lebih besar
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 106,45%.
Sasaran Program 5
Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah
di bidang keinvestigasian
Indikator kinerja yang tetapkan untuk menilai capaian sasaran
strategis ini adalah persentase auditor yang memiliki kompetensi
keinvestigasian. Persentase auditor yang memiliki kompetensi
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
101
keinvestigasian yaitu kompetensi yang harus dimiliki oleh auditor
investigatif meliputi pengetahuan dan keterampilan di bidang:
1. Hukum
2. Keuangan
3. Audit dan Akuntansi
4. Ekonomi
5. Penyelidikan
6. Komputer
7. Investigasi
8. Manajemen
Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian
dihitung berdasarkan jumlah auditor yang mengikuti diklat
keinvestigasian pada tahun 2019 dibagi dengan jumlah seluruh
auditor pada tahun 2019 dikalikan dengan 100%. Realisasi kinerja
tahun 2019 sebesar 111,79% lebih tinggi dibandingkan target
sebesar 65% atau mencapai 171,99%. Realisasi dihitung berdasarkan
jumlah auditor yang mengikuti diklat keinvestigasian sebanyak 455
auditor dibandingkan dengan jumlah seluruh auditor auditor pada
tahun 2019 sebanyak 407 auditor.
Realisasi kinerja tahun 2019 sebesar 111,79% lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 sebesar 110,64% dan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan target pada akhir periode
Renstra sebesar 65%.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
digambarkan pada Grafik 3.23.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
102
Grafik 3. 23
Target dan Realisasi IKU Persentase Auditor yang Memiliki
Kompetensi Keinvestigasian
Dari Grafik 3.23 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 sampai
dengan tahun 2019 melampaui target yang telah ditetapkan.
Perkembangan capaian tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
dapat digambarkan dengan Grafik 3.24.
Grafik 3. 24
Capaian IKU Persentase Auditor yang Memiliki Kompetensi
Keinvestigasian
2017 2018 2019
Target 60 62 65
Realisasi 67,88 110,04 111,79
-
20
40
60
80
100
120
2017 2018 2019
Capaian 113,13 177,48 171,98
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
200,00
Capaian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
103
Dari Grafik 3.24 terlihat bahwa capaian tahun 2018 meningkat
dibandingkan dengan capaian tahun 2017. Capaian tahun 2019
turun dibandingkan dengan capaian tahun 2018, namun masih di
atas 100%.
Faktor pendukung tercapainya kinerja adalah Deputi Bidang
Investigasi terus menjalin komunikasi yang baik dengan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP dan Lembaga lain
dengan mengusulkan untuk menyelenggarakan Diklat
Keinvestigasian dalam rangka meningkatkan kapabilitas auditor
investigasi.
Pencapaian sasaran tahun 2019 didukung penggunaan dana sebesar
Rp287.008.500,00 atau 93,49% dari anggaran sebesar
Rp307.006.000,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 189 OH atau 133,10% dari
rencana sebanyak 142 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 171,99%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 93,49%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 171,99%, lebih besar
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 133,10%.
Rincian kegiatan peningkatan kapabilitas pengawasan di bidang
keinvestigasian yang dilaksanakan pada tahun 2019 antara lain:
1. Workshop Pengembangan Budaya Organisasi/ Korporasi Anti
Korupsi
Pada tanggal 15 April 2019
sampai dengan 16 April 2019,
Deputi Bidang Investigasi
melaksanakan workshop
Pengembangan Budaya
Organisasi/ Korporasi Anti
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
104
Korupsi bertempat di Kantor BPKP Pusat. Workshop diikuti oleh
Kepala Sub Direktorat dan Auditor di lingkungan Deputi Bidang
Investigasi dengan narasumber dari Kolaborasi Integritas Nasional.
Penyelenggaraan workshop ini bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi, pemahaman dan pengetahuan auditor pada Kedeputian
Bidang Investigasi terkait budaya organisasi anti korupsi, dengan
materi workshop yang disampaikan sebagai berikut:
a. Kuat Berprinsip; Teknik Wow Effect dan Seeding; dan Visium,
Kompetensi Keunggulan, dan Indikator Perilaku.
b. Deployment Nilai dan Perilaku dalam Proses Bisnis dan Indikator
Kinerja; Praktek Internalisasi Nilai dan Perilaku “MAU & SAI”
(Permanensi Sikap dan Perilaku); dan Strategic Learning dan
Budaya Organisasi.
2. Workshop Dasar-Dasar Intelligence
Pada tanggal 6 Mei 2019, Deputi Bidang Investigasi
menyelenggarakan
Workshop Dasar-Dasar
Intelligence. Maksud dan
tujuan penyelenggaraan
Workshop Dasar-Dasar
Intelligence adalah untuk
mendukung strategi
preventif dan represif
dalam pemberantasan
korupsi adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan pemahaman auditor pada Kedeputian Bidang
Investigasi terkait tujuan dan konsep dasar intelligence.
b. Meningkatkan kemampuan auditor untuk menjalankan siklus
intelligence dan menggunakan metode perolehan data.
c. Meningkatkan kompetensi auditor pada Kedeputian Bidang
Investigasi dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan
pengawasan.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
105
Materi disampaikan oleh Dwi Siska Susanti selaku Certified Assesor
& Penyuluh Anti Korupsi LSP KPK. Materi yang disampaikan meliputi:
a. Konsep dasar dan tujuan intelligence.
b. Siklus intelligence.
c. Sumber dan metode perolehan data, termasuk metode
surveillance.
3. Workshop Public Speaking
Pada tanggal 7 dan 8 Mei 2019, Deputi Bidang Investigasi
menyelenggarakan Workshop Public Speaking untuk mendukung
implementasi budaya korporasi/organisasi anti korupsi dan strategi
preventif pemberantasan
korupsi dengan Narasumber
Asep Chaerullah dan Ryan
Herviansyah Utama dari
Yayasan Indonesia Bahagia
Sejahtera. Materi yang
disampaikan adalah Teknik
Spesial Public Speaking yang
disingkat dengan I MISS U (
Impromptu, Multi, Impact,
Spiritual, Sugestif dan Utilization).
a. IMPROMPTU, yaitu bagaimana kita bisa berbicara secara
mendadak dengan sistematis dan tetap bermakna (auto
speaking).
b. MULTI, artinya ketika kita menjadi pembicara harus
menggunakan Multi sarana yang kita miliki, seperti talenta,
media, metode dan modality. Agar bisa menjadi pembicara yang
handal, semua hal yang dapat digunakan untuk menarik
perhatian audiens harus digunakan, bisa dengan dua atau lebih
kombinasi hal-hal tersebut.
c. IMPACT speaking. Terdapat 4 (empat) kategori kondisi yang
dihadapi oleh pembicara terkait content dan fun ketika
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
106
berhadapan dengan audiens, yaitu high content low fun, high
content high fun, low content low fun dan low content high fun.
d. SPIRITUAL, Narasumber menjelaskan bagaimana agar bisa
menjadi pembicara yang ucapannya dapat dijiwai. Kiatnya adalah
memperkuat aura/kharisma, melatih intonasi bicara sehingga
dapat menarik perhatian audiens.
e. SUGESTIF, Bagaimana agar pembicara dapat melakukan hal-hal
yang dapat mengajak audiens nya untuk mendengarkan dan mau
mengikuti apa yang dikatakan oleh pembicara.
f. UTILIZATION, Pembicara diharapkan mampu menggunakan
semua sumber daya yang dimilikinya untuk mengajak seluruh
audiensnya ke dalam materi yang disampaikan pembicara.
4. Workshop Microsoft Power BI
Pada tanggal 16 dan 17 Desember 2019, Deputi Bidang Investigasi
menyelenggarakan workshop Microsoft Power BI. Microsoft Power BI
adalah software intelligence bisnis bentukan Microsoft yang berguna
untuk mengolah data lebih
detail dan menampilkan
dengan baik dan interaktif.
Aplikasi ini dapat
memvisualisasikan data
yang telah di-input atau
data yang sudah
terkoneksi oleh sistem
ketiga. Microsoft Power BI
membantu menganalisa data seperti dashboard, report, dan
datasets.
Materi yang disampaikan dalam workshop, meliputi:
a. Introduction to Microsoft Power BI.
b. Architecture – How it works?.
c. Understanding features of the Power BI Desktop Application-1.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
107
d. Understanding features of the Power BI Desktop Application-2.
e. Importing data set into Power BI.
f. Editing and cleaning data in Power BI – Changing values/data
types.
g. Writing queries.
h. Creating different types of charts.
i. Bringing it all together.
j. Deploying cloud workspace on Power BI online.
k. Asking questions about the data from reporting engine.
Kegiatan peningkatan kompetensi menggunakan dana
Rp287.008.500,00 atau mencapai 93,49% dari anggaran sebesar
Rp307.006.000,00 dan menggunakan SDM sebesar 189 OH atau
mencapai 133,10% dari target OH sebesar 142 OH.
C. Penugasan/Kegiatan Lain
Selain melaksanakan penugasan dalam rangka pencapaian sasaran
program tersebut di atas, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan
penugasan/kegiatan berikut:
1. Pengendalian terhadap penugasan keinvestigasian
Deputi Bidang Investigasi melakukan pengendalian yang memadai
terhadap setiap penugasan bidang investigasi. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk menjamin kualitas audit, mempercepat proses
penugasan, dan mencari jalan keluar atas permasalahan-
permasalahan yang timbul selama penugasan. Pengendalian
dilakukan melalui kegiatan penyamaan persepsi, koordinasi
pengawasan, quality assurance, peer reviu atas laporan penugasan
bidang investigasi, dan pemantauan tindak lanjut.
Target dan realisasi penugasan pada tahun 2019 terdapat pada
Tabel 3.26.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
108
Tabel 3. 26
Target dan Realisasi Dalam Rangka Pengendalian Terhadap
Penugasan Keinvestigasian
No. Uraian Penugasan
Target
(laporan)
Realisasi
(laporan)
1 Penyamaan Persepsi 33 32
2 Koordinasi Pengawasan 10 12
3 Quality Assurance 31 38
4 Peer reviu atas laporan
penugasan investigasi
11 11
5 Penanganan pengaduan 9 9
Jumlah 94 102
Kegiatan ini menggunakan SDM sebanyak 2.287 OH atau 102,05%
dari rencana 2.241 OH. Realisasi penggunaan dana sebesar
Rp1.976.543.031.00 atau 100,24% dari anggaran sebesar
Rp1.971.839.932,00.
2. Kajian Pengawasan
Pada tahun 2019, Deputi Bidang Investigasi melakukan kajian
pengawasan sebagai berikut:
a. Kajian Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Rencana
Kerjasama PT Bhanda Ghara Reksa (BGR) dengan Perum
Perumnas tentang Optimalisasi Aset Lahan Milik PT BGR.
PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) didirikan di Jakarta pada
tanggal 11 April 1977 sebagai sebuah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa pergudangan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 1976 di bawah Kementerian Perdagangan. Kegiatan usaha
utama
PT BGR adalah perusahaan yang menyediakan, menyewakan dan
mengelola ruangan gudang, baik tertutup maupun terbuka (open
storage) dan menyelenggarakan jasa pergudangan lainnya.
PT BGR memiliki aset berupa lahan seluas ± 4,2 Ha yang
berlokasi di Jalan Boulevard BGR No 1, Perintis Kemerdekaan,
Kelapa Gading Barat-Jakarta Utara yang sampai saat ini belum
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
109
dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai area pergudangan
karena bertentangan dengan Peraturan Daerah DKI Nomor
1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi yang memperuntukkan lahan tersebut sebagai Zona
Perkantoran, Perdagangan, dan Jasa. Dalam rangka melakukan
pendayagunaan aset tetap tersebut, PT BGR melakukan Nota
Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MOU) dengan
Perum Perumnas Nomor Perum Perumnas
Dirut/0268/10/II/2018 dan Nomor PT BGR
003/DUT/HK.MOU/II/2018 tanggal 22 Februari 2018 untuk
bekerja sama membangun Retail, Office (Lease), Office (Strata),
dan Rumah Susun Milik dengan pola long lease dengan jangka
waktu kerjasama 50 (lima puluh) tahun.
Skema kerjasama yang direncanakan adalah Bangun Guna Serah
(BGS) dengan pola kerjasama usaha (KSU) sebagaimana tertuang
dalam Surat Direktur Utama PT BGR kepada Menteri BUMN Nomor
0025/U/SPh/VII/2019 tanggal 26 Juli 2019 perihal Permohonan
Persetujuan RUPS atas Rencana Kerjasama Pendayagunaan Aset
Tetap Melalui Sinergi BUMN antara PT BGR (Persero) dengan
Perum Perumnas di atas Lahan yang Terletak di Kelapa Gading-
Jakarta Utara. PT BGR akan memberikan kontribusi berupa tanah
dan Perum Perumnas memberikan kontribusi berupa
development cost. PT BGR akan memberikan Hak Guna Bangunan
(HGB) di atas Hak Pengelolaan Lahan (HPL) atas lahan kerjasama
tersebut. Selama jangka waktu kerjasama, PT BGR akan
memperoleh penggantian atas biaya perolehan hak atas lahan
sesuai dengan kesepakatan dan kontribusi tahunan atas
pemanfaatan lahan oleh Mitra sesuai kesepakatan. Masing-
masing pihak akan memperoleh sharing profit sesuai komposisi
persentase kontribusi yang telah disepakati bersama.
PT BGR dan Perum Perumnas mengajukan Permohonan Pendapat
BPKP atas Rencana Kerja Sama PT Bhanda Ghara Reksa (BGR)
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
110
dengan Perum Perumnas tentang Optimalisasi Aset Lahan milik
PT BGR tersebut, khususnya penguatan aspek tata kelola dalam
pemilihan bentuk kerjasama dan penyusunan perjanjian
kerjasama berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait
dan peraturan internal direksi masing-masing, serta
meminimalisir risiko perselisihan antara para pihak.
Berdasarkan penelusuran atas peraturan perundang-undangan
terkait pendayagunaan aset BUMN, belum terdapat peraturan
yang mengatur variasi pola kerjasama “Bangun Guna Serah (BGS)
dengan pola operasional Kerjasama Usaha (KSU)”. Kondisi ini
apabila dikaitkan dengan Pasal 11 ayat 10 huruf g dalam
Anggaran Dasar PT BGR dalam Akta Notaris Ratih Gondokusumo
Siswono SH Nomor 19 Tanggal 15 Agustus 2008, maka PT BGR
dapat mengadakan kerjasama setelah mendapat tanggapan
tertulis dari Dewan Komisaris dan Persetujuan dari Rapat Umum
Pemegang Saham. Oleh karena itu pemilihan bentuk Kerjasama
Pendayagunaan Aset Tetap Melalui Sinergi BUMN antara PT BGR
(Persero) dengan Perum Perumnas di atas Lahan yang Terletak di
Kelapa Gading-Jakarta Utara dapat dilaksanakan sesuai
persetujuan Menteri BUMN selaku RUPS yang sedang dalam
proses pengajuan. Setelah memperoleh persetujuan Menteri
selaku RUPS atas rencana Kerjasama PT Bhanda Ghara Reksa
(BGR) dengan Perum Perumnas tentang Optimalisasi Aset Lahan
milik PT BGR dalam bentuk Bangun Guna Serah (BGS) dengan pola
operasional Kerjasama Usaha (KSU), prosedur dalam pemilihan
mitra dan penyusunan perjanjian kerjasama dilaksanakan sesuai
dengan alur prosedur dalam Keputusan Direksi PT BGR Nomor
1162/SKD/PU/I/2019 tentang Standar Operasional Prosedur
Kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap PT Bhanda Ghara Reksa
(Persero).
Selanjutnya dalam memproses Rencana Kerjasama PT Bhanda
Ghara Reksa (BGR) dengan Perum Perumnas tentang Optimalisasi
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
111
Aset Lahan Milik PT BGR, Direksi PT Bhanda Ghara Reksa (BGR)
dengan Direksi Perum Perumnas agar memperhatikan Peraturan
Menteri BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada
Badan Usaha Milik Negara dan Surat Edaran Menteri BUMN Nomor
SE-2/MBU/07/2019 tentang Pengelolaan Badan Usaha Milik
Negara yang Bersih Melalui Implementasi Pencegahan Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme dan Penanganan Benturan Kepentingan
serta Penguatan Pengawasan Intern.
b. Kajian Hambatan Kelancaran Pembangunan dalam Rencana
Penjualan Saham PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. di
PT Prima Multi Terminal.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 2016
tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik
Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero)
PT PP (Persero) Tbk., Pemerintah Indonesia telah melakukan
penambahan penyertaan modal ke dalam modal saham PT PP
sebesar Rp2.250.000.000.000,00 (dua triliun dua ratus lima
puluh miliar rupiah). Sesuai surat Menteri BUMN nomor S-
367/MBU/06/2016 tanggal 22 Juni 2016, penambahan
Penyertaan Modal Negara (PMN) tersebut akan digunakan untuk
mendukung investasi PT PP dalam 7 (tujuh) proyek infrastruktur
dalam daftar proyek strategis nasional sesuai Lampiran Perpres
Nomor 3 Tahun 2016, yang salah satunya adalah Proyek
Pembangunan Kuala Tanjung Multipurpose Terminal (KTMT)
dengan rencana investasi dari dana Tambahan PMN sebesar
Rp166.000.000.000,00 (seratus enam puluh enam miliar
rupiah). Seluruh kegiatan konstruksi Proyek Pembangunan KTMT
telah selesai dilaksanakan sesuai dengan Berita Acara Serah
Terima Pertama Pekerjaan Pembangunan Terminal Multipurpose
dan Fasilitas Pendukung di Pelabuhan Kuala Tanjung Nomor:
UM.57/4/12/PMT/19 pada tangal 20 Juni 2019. Dengan
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
112
selesainya konstruksi Proyek Pembangunan KTMT, PT PP
berencana untuk melepas kepemilikan di PT PMT, baik yang
bersumber dari internal PT PP maupun yang bersumber dari dana
Tambahan PMN.
Kajian atas Rencana Penjualan Saham PT PP (Persero) Tbk di PT
Prima Multi Terminal Proyek Pelabuhan Serbaguna Kuala Tanjung
berdasarkan Surat Tugas Direktur Investigasi II Nomor ST-
151/D502/3/2019 tanggal 21 Oktober 2019 dan Perpanjangan
Surat Tugas Nomor ST-196/D502/3/2019 tanggal 05 Desember
2019, menindaklanjuti Surat Direktur Utama PT PP (Persero) Tbk
Nomor Surat Direktur Utama PT PP (Persero) Tbk Nomor
422/EXT/PP/PD/2019 tanggal 11 Oktober 2019 perihal
Permohonan Kajian atas Rencana Penjualan Saham PT PP
(Persero) Tbk di PT Prima Multi Terminal Proyek Pelabuhan
Serbaguna Kuala Tanjung.
Kajian dilakukan melalui tinjauan Peraturan Perundang-
Undangan, serta analisis dokumen dan informasi yang diperoleh.
Berdasarkan dokumen/informasi yang diberikan dan melalui
proses analisis atas kesesuaian dengan peraturan perundang-
undangan yang terkait, serta identifikasi prosedur yang harus
ditempuh, terhadap hambatan kelancaran pembangunan dalam
Rencana Penjualan Saham PT PP di PT PMT, disimpulkan bahwa:
1) Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-
11/MBU/09/2015 tentang Perubahan Peraturan Menteri
BUMN Nomor PER-08/MBU/06/2015 tentang Pedoman
Pelaporan Realisasi Penggunaan Tambahan Dana Penyertaan
Modal Negara kepada Badan Usaha Milik Negara dan
Perseroan Terbatas, rencana PT PP untuk menjual sahamnya
di PT PMT yang hasilnya akan digunakan sebagai tambahan
modal investasi di Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang-
Demak dimungkinkan untuk dilaksanakan. Rencana tersebut
memenuhi kriteria yaitu dapat memberikan dampak
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
113
ekonomis yang lebih baik serta tidak mengubah esensi
pemanfaatan tambahan dana PMN baik dalam memberikan
kontribusi terhadap perekonomian maupun terhadap
kepentingan masyarakat luas;
2) Mengacu pada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor PER-02/MBU/2010 tentang Tata Cara
Penghapusbukuan dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap
BUMN, dan pengaturan khusus terhadap pengelolaan dan
pelaporan dana Tambahan PMN sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
PER-08/MBU/06/2015 tentang Pedoman Pelaporan Realisasi
Penggunaan Tambahan Dana Penyertaan Modal Negara
kepada BUMN dan Perseroan Terbatas dan Lampirannya,
serta perubahannya pada Nomor PER-11/MBU/09/2015,
rencana penjualan saham harus memperoleh persetujuan
RUPS/Menteri BUMN dan dilaporkan kepada Menteri
Keuangan.
3) Pemanfaatan hasil pelepasan saham PT PP pada PT PMT
sudah sejalan dengan tujuan penambahan PMN sebagaimana
diatur dalam Pasal 7 PP Nomor 44 Tahun 2005, yaitu
memperbaiki struktur permodalan dan/atau meningkatkan
kapasitas usaha PT PP.
4) Dalam merealisasikan penjualan saham PT PP di PT PMT,
PT PP perlu menempuh prosedur yang diatur dalam
ketentuan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, UU No 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Anggaran
Dasar PT PMT, serta Prosedur Divestasi PT PP Nomor:
PP/DIVPB/P/003 tanggal 1 Juli 2019, Poin 6 Ketentuan
Umum.
c. Kajian Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Rencana
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Melakukan
Pengalihan Sisa Dana Tambahan PMN dari Proyek Tol Balikpapan
Samarinda ke Proyek Tol Serang Panimbang
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
114
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 2016
tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik
Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Pembangunan Perumahan Tbk., Pemerintah Indonesia telah
melakukan penambahan penyertaan modal ke dalam modal
saham PT PP (Persero) Tbk sebesar Rp2.250.000.000.000,00
(dua triliun dua ratus lima puluh miliar rupiah). Sesuai surat
Menteri BUMN nomor S-367/MBU/06/2016 tanggal 22 Juni 2016,
penambahan penyertaan modal negara (PMN) tersebut akan
digunakan untuk mendukung investasi PT PP dalam 7 (tujuh)
proyek infrastruktur, yang salah satunya adalah Proyek
Pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda dengan rencana
investasi dari dana tambahan PMN sebesar
Rp449.000.000.000,00 (empat ratus empat puluh sembilan
miliar rupiah).
Dalam perkembangannya, investasi PT PP dari dana Tambahan
PMN hingga Proyek Pembangunan Jalan Tol Balikpapan-
Samarinda diselesaikan pada akhir tahun 2019, hanya
membutuhkan biaya sebesar Rp394.286.162.040,00 (tiga ratus
Sembilan puluh empat miliar dua ratus delapan puluh enam juta
seratus enam puluh dua ribu empat puluh rupiah). Dengan
demikian terdapat sisa dana PMN sebesar Rp54.713.837.960,00
yang tidak digunakan untuk kegiatan pembangunan ruas tol
tersebut. Terhadap sisa dana Tambahan PMN yang tidak
digunakan dalam Proyek Pembangunan Jalan Tol Balikpapan-
Samarinda, PT PP bermaksud mengalihkan penggunaannya
untuk kegiatan investasi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol
Serang Panimbang, di mana PT PP memiliki share sebesar 15%
pada PT Wika Serang Panimbang yang memegang konsesi Tol
Serang-Panimbang. Total investasi yang direncanakan pada Jalan
Tol Serang-Panimbang adalah 5,329 triliun rupiah, di mana PT PP
masih memiliki kewajiban investasi sebesar Rp239,85 miliar.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
115
Melalui proses analisis atas kesesuaian dengan peraturan
perundang-undangan yang terkait, benchmarking dengan
permasalahan yang serupa, serta identifikasi prosedur yang
harus ditempuh, terhadap hambatan kelancaran pembangunan
atas rencana PT PP untuk mengalihkan dana Tambahan PMN dari
Proyek Tol Balikpapan-Samarinda ke Proyek Tol Serang-
Panimbang, disimpulkan bahwa:
1) Rencana pengalihan penggunaan sisa dana Tambahan PMN
dari Proyek Tol Balikpapan-Samarinda ke Proyek Tol Serang-
Panimbang dimungkinkan berdasarkan Lampiran Bab III
huruf B angka 1-4 Peraturan Menteri BUMN Nomor
PER11/MBU/09/2015 tentang Perubahan Peraturan Menteri
BUMN Nomor PER08/MBU/06/2015 tentang Pedoman
Pelaporan Realisasi Penggunaan Tambahan Dana Penyertaan
Modal Negara kepada Badan Usaha Milik Negara dan
Perseroan Terbatas, karena memenuhi kriteria memberikan
dampak ekonomis yang lebih baik serta tidak mengubah
esensi pemanfaatan tambahan dana PMN baik dalam
memberikan kontribusi terhadap perekonomian maupun
terhadap kepentingan masyarakat luas.
2) Prosedur yang harus ditempuh untuk melakukan pengalihan
penggunaan dana Tambahan PMN tersebut harus
mempertimbangkan anggaran dasar PT PP, peraturan
perundang-undangan terkait perseroan, Peraturan Menteri
BUMN Nomor PER-11/MBU/09/2015 tentang Perubahan
Peraturan Menteri BUMN Nomor PER08/MBU/06/2015
tentang Pedoman Pelaporan Realisasi Penggunaan Tambahan
Dana Penyertaan Modal Negara kepada Badan Usaha Milik
Negara dan Perseroan Terbatas dan Lampirannya, serta
status PT PP sebagai perusahaan terbuka, sehingga dalam
pengalihan penggunaan sisa Dana Tambahan PMN tersebut
harus memperoleh persetujuan Menteri BUMN dan
dilaporkan kepada Menteri Keuangan.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
116
d. Kajian Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Rencana
Pengalihan Dana PMN Proyek Tol Pandaan – Malang dan Tol
Manado – Bitung ke Proyek Tol Semarang – Demak
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 2016
tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik
Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Pembangunan Perumahan Tbk., Pemerintah Indonesia telah
melakukan penambahan penyertaan modal ke dalam modal
saham PT PP (Persero) Tbk sebesar Rp2.250.000.000.000,00
(dua triliun dua ratus lima puluh miliar rupiah). Sesuai surat
Menteri BUMN Nomor S-367/MBU/06/2016 tanggal 22 Juni
2016, penambahan penyertaan modal negara (PMN) tersebut
akan digunakan untuk mendukung investasi PT PP dalam
7 (tujuh) proyek infrastruktur. Rencana penggunaan dana PMN
tersebut telah mengalami perubahan alokasi sesuai Surat
Menteri BUMN Nomor S-271/MBU/04/2019 tanggal 29 April
2019 perihal Persetujuan Realokasi Anggaran Penyertaan Modal
Negara 2016 PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
sebagai berikut:
No Proyek Nilai (Rp miliar)
1 Proyek Multipurpose Terminal Kuala
Tanjung
166,00
2 Jalan Tol Medan - Kualanamu - Tebing
Tinggi
174,00
3 Jalan Tol Depok-Antasari 62,00
4 Jalan Tol Balikpapan-Samarinda 394,30
5 Jalan Tol Pandaan-Malang 627,00
6 Jalan Tol Manado-Bitung 231,00
7 Pembangunan Apartemen Menengah 541,00
8 Jalan Tol Serang-Panimbang 54,70
Total 2.250,00
Dalam perkembangannya, investasi PT PP dari dana Tambahan
PMN untuk Proyek Tol Pandaan – Malang hanya membutuhkan
setoran modal sebesar Rp562.443.000.000,00 dari rencana
semula Rp627.000.000.000,00 dan menyisakan dana sebesar
Rp64.557.000.000,00 yang disebabkan adanya efisiensi nilai
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
117
investasi. Sementara itu, Proyek Tol Manado – Bitung hanya
membutuhkan setoran modal sebesar Rp109.440.000.000,00
dari rencana semula Rp231.000.000.000,00 dan menyisakan
dana sebesar Rp121.560.000.000,00 karena adanya kendala
pembebasan lahan. Dengan demikian terdapat sisa dana PMN
sebesar Rp186.117.000.000,00 yang tidak digunakan untuk
kegiatan pembangunan ruas tol tersebut. Terhadap sisa dana
Tambahan PMN yang tidak digunakan dalam Proyek Tol Pandaan
– Malang dan Proyek Tol Manado – Bitung, PT PP bermaksud
mengalihkan penggunaannya untuk kegiatan investasi pada
Proyek Tol Semarang – Demak, dimana PT PP memiliki share
sebesar 65% pada PT PP Semarang Demak (PT PPSD) yang
memegang konsesi Tol Semarang – Demak. Total investasi yang
direncanakan pada Jalan Tol Semarang – Demak adalah sebesar
Rp5.440.788.568.049,00 yang berasal dari pinjaman utang
sebesar Rp3.808.551.997.634,00 (70%) dan modal sendiri
sebesar Rp1.632.236.570.415,00 (30%), sehingga setoran modal
yang harus disetor PT PP sebesar Rp1.060.953.770.770,00
Melalui proses analisis atas kesesuaian dengan peraturan
perundang-undangan yang terkait, benchmarking dengan
permasalahan yang serupa, serta identifikasi prosedur yang
harus ditempuh, terhadap hambatan kelancaran pembangunan
atas rencana PT PP untuk mengalihkan Dana PMN Proyek Tol
Pandaan – Malang dan Tol Manado – Bitung ke Proyek Tol
Semarang – Demak, disimpulkan bahwa:
1) Rencana Pengalihan Dana PMN Proyek Tol Pandaan – Malang
dan Tol Manado – Bitung ke Proyek Tol Semarang – Demak
dimungkinkan berdasarkan Lampiran Bab III huruf B angka
1-4 Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-11/MBU/09/2015
tentang Perubahan Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-
08/MBU/06/2015 tentang Pedoman Pelaporan Realisasi
Penggunaan Tambahan Dana Penyertaan Modal Negara
kepada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas,
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
118
karena memenuhi kriteria tidak mengubah esensi
pemanfaatan tambahan dana PMN baik dalam memberikan
kontribusi terhadap perekonomian maupun terhadap
kepentingan masyarakat luas.
2) Prosedur yang harus ditempuh untuk melakukan pengalihan
penggunaan dana Tambahan PMN tersebut harus
mempertimbangkan anggaran dasar PT PP, peraturan
perundang-undangan terkait perseroan, Peraturan Menteri
BUMN Nomor PER-11/MBU/09/2015 tentang Perubahan
Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-08/MBU/06/2015
tentang Pedoman Pelaporan Realisasi Penggunaan Tambahan
Dana Penyertaan Modal Negara kepada Badan Usaha Milik
Negara dan Perseroan Terbatas dan Lampirannya, serta
status PT PP sebagai perusahaan terbuka, sehingga dalam
pengalihan penggunaan sisa Dana Tambahan PMN tersebut
harus memperoleh persetujuan Menteri BUMN dan
dilaporkan kepada Menteri Keuangan
e. Kajian Hambatan Kelancaran Pembangunan dalam Rencana
Penjualan Saham PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. di
PT Jasamarga Kualanamu Tol (PT JMKT)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 2016
tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik
Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero)
PT PP (Persero) Tbk., Pemerintah Indonesia telah melakukan
penambahan penyertaan modal ke dalam modal saham PT PP
sebesar Rp2.250.000.000.000,00 (dua triliun dua ratus lima
puluh miliar rupiah). Sesuai surat Menteri BUMN Nomor
S-367/MBU/06/2016 tanggal 22 Juni 2016, penambahan
penyertaan modal negara (PMN) tersebut akan digunakan untuk
mendukung investasi PT PP dalam 7 (tujuh) proyek infrastruktur
dalam daftar proyek strategis nasional sesuai Lampiran Perpres
Nomor 3 Tahun 2016, yang salah satunya adalah Proyek
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
119
Pembangunan Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (MKTT)
dengan rencana investasi dari dana Tambahan PMN sebesar
Rp174.000.000.000,00 (seratus tujuh puluh empat miliar
rupiah).
Realisasi setoran modal PT PP pada PT JMKT yang memiliki hak
konsesi jalan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi hingga Januari
2019 adalah sebesar Rp202.605.000.000,00 di mana
Rp28.655.000.000,00 bersumber dari dana internal PT PP dan
Rp173.950.000.000,00 bersumber dari dana Tambahan PMN.
Selain bertindak sebagai pemegang saham pada PT JMKT, PT PP
juga menjadi pelaksana pekerjaan konstruksi pada beberapa
ruas jalan tol Medan-Kualanamu Tebing Tinggi. Seluruh kegiatan
konstruksi jalan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi telah
selesai dilaksanakan. Ruas tol Seksi I sampai dengan seksi VI
(Tanjung Morawa-Sei Rampah) telah beroperasi, sedangkan seksi
VII (Sei Rampah-Tebing Tinggi) saat ini sedang dalam proses uji
coba untuk operasional yang diperkirakan pada triwulan 1 tahun
2019.
Dengan telah selesainya kegiatan konstruksi Jalan Tol MKTT,
tidak ada lagi kontrak pekerjaan skala besar yang diharapkan
dapat diperoleh PT PP di lokasi tersebut. PT PP hanya menyisakan
kepemilikan saham sebesar 15% pada PT JMKT yang akan
memberikan kontribusi pada pendapatan PT PP dari hasil
pengelolaan jalan tol.
Berdasarkan dokumen/informasi yang diberikan dan melalui
proses analisis atas kesesuaian dengan peraturan perundang-
undangan yang terkait, serta identifikasi prosedur yang harus
ditempuh, terhadap hambatan kelancaran pembangunan dalam
Rencana Penjualan Saham PT PP di PT JMKT, disimpulkan bahwa:
1) Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-
11/MBU/09/2015 tentang Perubahan Peraturan Menteri
BUMN Nomor PER-08/MBU/06/2015 tentang Pedoman
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
120
Pelaporan Realisasi Penggunaan Tambahan Dana Penyertaan
Modal Negara kepada Badan Usaha Milik Negara dan
Perseroan Terbatas, rencana PT PP untuk menjual sahamnya
di PT JMKT yang hasilnya akan digunakan sebagai tambahan
modal investasi di Proyek Pengembangan Kereta Api
Makassar – ParePare dan Jalan Tol Serang – Panimbang
dimungkinkan untuk dilaksanakan. Rencana tersebut
memenuhi kriteria yaitu dapat memberikan dampak
ekonomis yang lebih baik serta tidak mengubah esensi
pemanfaatan tambahan dana PMN baik dalam memberikan
kontribusi terhadap perekonomian maupun terhadap
kepentingan masyarakat luas;
2) Mengacu pada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor PER-02/MBU/2010 tentang Tata Cara
Penghapusbukuan dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap
BUMN, dan pengaturan khusus terhadap pengelolaan dan
pelaporan dana Tambahan PMN sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
PER-08/MBU/06/2015 tentang Pedoman Pelaporan Realisasi
Penggunaan Tambahan Dana Penyertaan Modal Negara
kepada BUMN dan Perseroan Terbatas dan Lampirannya serta
perubahannya pada Nomor PER-11/MBU/09/2015, rencana
penjualan saham dimaksud harus memperoleh persetujuan
Menteri BUMN dan dilaporkan kepada Menteri Keuangan.
Kegiatan kajian pengawasan menggunakan dana Rp54.357.840,00
atau mencapai 99,22% dari anggaran sebesar Rp54.786.520,00 dan
menggunakan SDM sebesar 348 OH atau mencapai 116,78% dari
target OH sebesar 298 OH.
3. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Keinvestigasian
Pemantauan tindak lanjut pada tahun 2019 dilaksanakan atas hasil
pengawasan keinvestigasian dalam rangka membantu Aparat
Penegak Hukum (APH) Kejaksaan Agung tahun 2019 dan Hasil
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
121
Pengawasan Keinvestigasian pada Kementerian Ketenagakerjaan dan
Kementerian Pariwisata dengan hasil sebagai berikut:
a. Berdasarkan Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
Keinvestigasian di Kejaksaan Agung RI Tahun 2019 diperoleh
hasil sebagai berikut:
1) Tujuh laporan penugasan investigasi diputus oleh Majelis
Hakim Pengadilan TIPIKOR dan telah mempunyai Kekuatan
Hukum Tetap (inkracht)
2) Dua laporan penugasan investigasi masih dalam tahap
penyidikan
3) Satu laporan penugasan investigasi telah dinaikan ke tahap
penyidikan
4) Satu laporan penugasan investigasi sedang dalam tahap
pemberkasan
b. Berdasarkan Pemantauan Tindak Lanjut atas Laporan Hasil
Pengawasan Keinvestigasian pada Kementerian Ketenagakerjaan
dan Kementerian Pariwisata diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Tindak Lanjut atas Laporan Audit Investigatif atas Proses
Pemanfaatan Tanah Milik Kementerian Ketenagakerjaan RI
yang dikuasai dan digunakan oleh Yayasan Tenaga Kerja
Indonesia (YTKI) sampai dengan saat ini masih proses
pembahasan terkait serah terima aset lahan YTKI kepada
Kementerian Ketenagakerjaan dimana YTKI masih terikat
perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga yaitu PT Wisata
Citra Legian (PT WCL).
2) Tindak Lanjut atas Laporan Audit Investigatif atas
Pengelolaan Anggaran Kegiatan di Asisten Deputi
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan
Kementerian Pariwisata Tahun 2016 telah dilakukan oleh
Kementerian Pariwisata dengan melakukan penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar
Rp182.643.513,00 (tuntas).
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
122
Kegiatan pemantauan tindak lanjut menggunakan dana
Rp5.760.000,00 atau mencapai 76,19% dari anggaran sebesar
Rp7.560.000,00 dan menggunakan SDM sebesar 100 OH atau
mencapai 166,67% dari target OH sebesar 60 OH.
4. Penyusunan Pedoman Penilaian Budaya Organisasi Anti Korupsi
(PBOAK)
Pada tahun 2019, Deputi Bidang Investigasi menyusun pedoman
PBOAK yang akan digunakan sebagai acuan dan standar mutu
penilaian PBOAK dalam lingkup instansi pemerintah baik pusat
maupun daerah. Penilaian Budaya Organisasi Anti Korupsi (PBOAK)
merupakan instrumen pencegahan korupsi untuk membantu
organisasi memahami serta mengenali kecenderungan budaya
organisasi yang ada, untuk kemudian diupayakan dilakukan proses
reframing atau reengineering budaya melalui strategi dan rencana
aksi yang mengubah budaya organisasi yang cenderung permisif
terhadap perilaku koruptif menuju ke arah budaya organisasi yang
anti korupsi.
Penilaian budaya organisasi anti korupsi dilakukan terhadap instansi
pemerintah baik pusat maupun daerah yang terdiri atas
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Badan Usaha dan Badan
Lainnya, meliputi:
a. Menilai kondisi budaya organisasi anti korupsi dari sisi artefak,
ritual, nilai-nilai dan belief;
b. Menilai kondisi riil implementasi budaya organisasi anti korupsi
serta potensi korupsi yang mungkin terjadi di organisasi;
c. Mengidentifikasi perbedaan implementasi budaya organisasi anti
korupsi yang terbentuk dengan budaya organisasi anti korupsi
yang diharapkan;
d. Mengidentifikasi langkah intervensi budaya yang diperlukan
dalam rangka memperkuat budaya organisasi anti.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
123
5. Penyusunan Buku Modus Operandi
Buku Modus Operandi Korupsi menguraikan modus operandi atas
kasus-kasus yang telah dilakukan audit oleh Deputi Bidang
Investigasi. Adanya buku modus operandi korupsi diharapkan dapat:
a. Memberikan masukan pemikiran khususnya penanganan
terhadap tindak pidana korupsi dan karakteristik tertentu
tentang tindak pidana korupsi.
b. Menjadi bahan masukan dalam rangka pelaksanaan penugasan
keinvestigasian.
c. Digunakan sebagai dasar untuk melakukan pemetaan terhadap
daerah yang dinilai mempunyai potensi rawan terhadap korupsi.
Buku modus operandi korupsi dipisahkan menjadi dua bagian yaitu
modus operandi korupsi pada Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah dan modus operandi korupsi pada Korporasi.
6. Penandatanganan Pakta Integritas
Pada tanggal 10 Januari 2019
dilaksanakan penandatanganan
Pakta Integritas di lingkungan
Deputi Bidang Investigasi.
7. Forum Investigasi
Pada tanggal 13 sampai dengan 15 Agustus 2019 Deputi Bidang
Investigasi melaksanakan Forum Investigasi bertempat di Kantor
BPKP Pusat mengambil tema “Penguatan Kelembagaan, Proses
Bisnis, dan Kompetensi Bidang Investigasi Menghadapi Tantangan
dan Kebutuhan Terkini BPKP”. Forum Investigasi diikuti oleh Pejabat
Struktural di lingkungan Deputi Bidang Investigasi, Koordinator
Pengawasan JFA Bidang Investigasi Perwakilan BPKP, dan auditor di
Lingkungan Deputi Bidang Investigasi.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
124
Forum Investigasi 2019
menghasilkan sejumlah rumusan
gagasan dan sikap. Pada tataran
kebijakan, terbitnya Standar
Kerja Pengawasan Internal (SKPI)
di awal tahun 2019 membawa
konsekuensi perlunya penataan
kembali pedoman.
Pengembangan instrumen
merespon kebutuhan terkini
perlu diakomodasi dalam
kebijakan, seperti pengukuran keefektifan pencegahan korupsi,
fraud early warning system, audit tujuan tertentu bidang
investigasi, dst. Kebijakan pengembangan kompetensi terpadu yang
lebih masif juga diperlukan sehubungan syarat kompetensi untuk
mengemban misi semakin kompleks.
Pada isu implementasi instrumen menghasilkan beberapa catatan:
a. Audit investigatif yang menjadi mandat khas Deputi Bidang
Investigasi harus secara serius diperkuat mengingat
perkembangan di luar BPKP semakin kompetitif. Penggunaan
Worksheet Audit Investigatif yang bukan sekedar Kertas Kerja
Audit, optimalisasi tools analisis data forensik, & penguatan
kompetensi pembuktian adalah contoh strategi untuk itu.
b. Orientasi penugasan AI/PKKN mestinya juga harus dapat
diarahkan untuk pemberian rekomendasi strategis kepada
K/L/P/K.
c. Instrumen pencegahan masih sarat tantangan. Harus diakui
realitas bahwa perhatian stakeholders belum sesuai harapan dan
harus diakui pula kompetensi untuk men-deliver instrumen
belum cukup dikuasai. Pendekatan preventif berciri kolaboratif
sehingga komunikasi dan koordinasi menjadi strategi
terpenting. Strategi penugasan yang terintegrasi (dengan unit
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
125
lain), kerjasama sesama APIP, aliansi dengan pihak lain (misalnya
KPK) sangat disarankan. Penguatan kompetensi mutlak dan
kompetensi multi-spesialist dibutuhkan mengingat
implementasi sistem antikorupsi multidimensional.
Di bidang ke-HKP-an, penugasan yang lebih berorientasi
preventif (“represif persuasif”) perlu dikedepankan melalui
tindakan koordinasi proaktif internal-eksternal. Titik kritis
penugasan di bidang ini adalah analisis kausalitas berkenaan
timbulnya klaim dan dispute untuk kemudian menemukan
benang merah sehingga dapat menghasilkan rekomendasi
strategis mengatasi berbagai hambatan kelancaran
pembangunan.
d. Masih perlunya diskursus lebih lanjut mengenai pengembangan
instrumen inovatif, seperti reviu kapabilitas pengelolaan risiko
korupsi, pengembangan parameter keefektifan pencegahan
korupsi, dan pengauditan proaktif (proactive auditing).
Pengembangan strategi baru diperlukan mengingat lingkungan
pengawasan yang sangat dinamis, namun harus dilakukan lebih
hati-hati demi mengantisipasi risiko kegagalan, yakni tatkala
implementasi instrumen justru kontra-produktif karena hanya
dirasakan sebagai tambahan beban.
8. Rapat Kerja (Raker) Deputi Bidang Investigasi
Pada tanggal 20 s.d. 22 November 2019, Deputi Bidang Investigasi
menyelenggarakan rapat kerja di Hotel Alana, Sentul, Bogor, dengan
tema “Penguatan Tata Kelola
dan SDM Deputi Bidang
Investigasi dalam Menghadapi
Tantangan Tahun 2020“.
Peserta rapat kerja berjumlah
50 orang yang terdiri dari para
pejabat struktural, pejabat
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
126
fungsional auditor, dan staf pendukung di ketatausahaan Deputi
Bidang Investigasi.
Materi yang dibahas dalam rapat kerja meliputi:
a. Penyelesaian buku modus kecurangan/fraud di lingkungan
K/L/P dan BUMN/BUMD/Badan Usaha Lainnya.
b. Pencapaian kinerja (target dan ouput) Tahun 2019 termasuk
penyerapan anggaran
c. Program Peningkatan Kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Deputi Bidang Investigasi dalam rangka mendukung Government
Internal Auditor Corporate University (GIA Corpu).
d. Finalisasi Draft Revisi Pedoman Pengelolaan Kegiatan Bidang
Investigasi (PPKBI).
e. Pohon Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2020.
9. Kegiatan Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi
a. Pada tanggal 14 Januari 2019, dilaksanakan Jam Pimpinan oleh
Deputi Bidang Investigasi Iswan
Elmi dengan didampingi oleh
Kepala Perwakilan BPKP
Provinsi Kepulauan Riau Indra
Khaira Jaya. Materi yang
disampaikan adalah Audit
Investigatif sebagai Bagian dari Strategi Terintegrasi
Pengendalian Fraud.
b. Pada tanggal 24 Juni 2019, Iswan
Elmi selaku Deputi Kepala BPKP
Bidang Investigasi memberikan
pengarahan Manajemen Risiko
Korupsi pada KLPK di Perwakilan
BPKP Kalimantan Selatan.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
127
c. Pada tanggal 14 Januari 2019,
Iswan Elmi membuka Diklat
Audit Investigatif di lingkungan
Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan yang dilaksanakan di
Ruangan Kelas Diklat
Perwakilan BPKP Provinsi
Kepulauan Riau pada tanggal
14 s.d 18 Januari 2019.
d. Kejagung RI Lakukan Studi Tiru Manajemen Laboratorium
Komputer Forensik BPKP
Pada tanggal 21 Agustus 2019, Tim Direktorat E (Teknologi
Informasi dan Produksi Intelijen) Jamintel Kejaksaan Agung
(Kejagung) melaksanakan kegiatan Studi Tiru Manajemen
Laboratorium Forensik Digital Deputi Bidang Investigasi BPKP.
Rombongan Kejagung RI dipimpin oleh Direktur E Jamintel
Kejaksaan Agung RI Ade Adhyaksa dan diterima oleh Direktur
Investigasi IV Buntoro, Kasubdit Forensik Digital dan PKPBI Totok
Prihantoro, beserta jajarannya di Kantor Pusat BPKP. Kegiatan
yang dilaksanakan berupa sharing session pengelolaan
Laboratorium Forensik Digital Deputi BIdang Investigasi dan
dilanjutkan dengan mengunjungi Laboratorium Komputer
Forensik.
D. Realisasi Keuangan
Anggaran Deputi Bidang Investigasi tahun 2019 sebesar
Rp6.344.000.000,00 terealisir sebesar Rp6.237.673.219,00 atau
98,32% dari anggaran. Rincian anggaran dan realisasi keuangan per
program terdapat pada Tabel 3.27.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
128
Tabel 3. 27
Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Program
Tahun 2019
No. Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
1. Program Dukungan
Manajeman dan
Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya (3670)
1.000.000.000 996.524.584 99,65
2. Pengendalian/ Pelaksanaan
Pengawasan Intern
Akuntabilitas Keuangan
Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP
terkait Investigasi pada
Kementerian/Lembaga
(3681)
371.486.000 370.719.150 99,79
3. Pengendalian/ Pelaksanaan
Pengawasan Intern
Akuntabilitas Keuangan
Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP
terkait Investigasi I (4226)
1.129.496.000 1.087.583.405 96,29
4. Pengendalian/ Pelaksanaan
Pengawasan Intern
Akuntabilitas Keuangan
Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP
terkait HKP (3680)
751.287.000 750.938.997 99,95
5. Pengendalian/ Pelaksanaan
Pengawasan Intern
Akuntabilitas Keuangan
Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP
terkait Investigasi II(4227)
907.701.000 889.214.548 97,96
6. Pengendalian/ Pelaksanaan
Pengawasan Intern
Akuntabilitas Keuangan
Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP
terkait Investigasi pada
BUMN dan BUMD (3679)
518.771.000 518.102.947 99,87
7. Pengendalian/ Pelaksanaan
Pengawasan Intern
Akuntabilitas Keuangan
Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP
terkait Investigasi III (4228)
958.956.000 940.527.793 98,08
8. Pengendalian/ Pelaksanaan
Pengawasan Intern
706.303.000 684.061.795 96,85
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
129
No. Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
Akuntabilitas Keuangan
Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP
terkait Investigasi IV (4229)
Jumlah 6.344.000.000 6.273.673.219 98,32
Anggaran dan realisasi keuangan per jenis belanja terdapat pada Tabel
3.28.
Tabel 3. 28
Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Jenis Belanja
Tahun 2018
Uraian Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp)
%
Belanja Barang 6.344.000.000 6.237.673.219 98,32
Jumlah 6.344.000.000 6.237.673.219 98,32
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
130
aporan kinerja merupakan media pertanggungjawaban Deputi
Bidang Investigasi dalam melaksanakan program dan kegiatan
yang telah dilakukan. Pada tahun 2019 capaian kinerja outcome
program menunjukkan rata-rata sebesar 127,94% sedangkan
capaian kinerja output menunjukkan rata-rata sebesar 120,74%. Dana yang
digunakan oleh Deputi Bidang Investigasi melaksanakan seluruh kegiatan
adalah sebesar Rp6.237.673.219,00 atau 98,32% dari anggaran sebesar
Rp6.344.000.000,00. Target kinerja outcome maupun output yang telah
ditetapkan pada Renstra 2015-2019 secara keseluruhan dapat disimpulkan
tercapai. Rata-rata capaian kinerja tahun 2019 diatas 100%.
Deputi Bidang Investigasi BPKP terus mengembangkan diri sebagai
pusat unggulan pada bidang Fraud Solution (Centre of Excellence for Fraud
Solution/CEFRaS). Pembinaan dan peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) sebagai aset utama dalam mencapai keberhasilan untuk
mewujudkan visi, dan misi terus ditingkatkan. Deputi Bidang Investigasi
akan menyusun strategi pencapaian kinerja dengan upaya memecahkan
sekat antar unit kerja, menyatukan seluruh pegawai, dan memperkuat
CEFRaS.
Akhirnya, dengan memahami berbagai kendala dan keterbatasan yang
ada, Deputi Bidang Investigasi bertekad untuk terus meningkatkan kinerja
sebagai perwujudan dari pertanggungjawaban amanah yang diemban.
L
Lampiran 1
Anggaran Realisasi % Target Realisasi %
3 4 5 6=5/4 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10
1.1 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan di persidangan
% 60 38,84 64,74 1.146.114.369 1.138.697.407 99,35 3.427 4.032 117,65
1.2 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh APH
% 75 100,00 133,33 49.317.668 40.310.621 81,74 200 200 -
1.3 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
% 70 79,17 113,10 527.698.685 506.775.821 96,04 3.722 4.205 112,98
1.4 Persentase hasil audit
penyesuaian harga yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
% 80 100,00 125,00 386.742.759 355.804.430 92,00 1.286 1.760 136,86
1.5 Persentase hasil audit klaim yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
% 80 100,00 125,00 135.147.500 134.754.856 99,71 923 1.225 132,72
2. Meningkatnya
penyelesaian hambatan
pelaksanaan
pembangunan nasional
2.1 Persentase penyelesaian
hambatan kelancaran
pembangunan
% 80 96,15 120,19 517.088.750 504.807.029 97,62 434 543 125,12
3.1 Persentase K/L/P/K yang
mengimplementasikan FCP
(termasuk FRA)
% 55 87,74 159,52 190.993.257 189.236.833 99,08 973 1.211 124,46
3.2 Persentase auditor yang memiliki
kompetensi (hard and soft
competency ) di bidang
pencegahan
% 65 85,24 131,14 15.241.390 14.866.455 97,54 125 345 276,00
4. Meningkatnya
kepedulian K/L/P/K
dan masyarakat
terhadap korupsi
4.1 Persentase K/L/P/K anggota
Komunitas Pembelajar Anti
Korupsi (KPAK) yang
mengimplementasikan sistem
pengaduan masyarakat
% 70 94,74 135,34 34.463.180 32.234.812 93,53 155 165 106,45
5. Meningkatnya
kapabilitas pengawasan
intern pemerintah di
bidang keinvestigasian
5.1 Persentase auditor yang memiliki
kompetensi keinvestigasian
% 65 111,79 171,99 307.006.000 287.008.500 93,49 142 189 133,10
Capaian
Kinerja (%)
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2019
Satuan Target
SDM (OH)Dana (Rp)
Realisasi
3. Meningkatnya kualitas
tata kelola pemerintah
dan korporasi dalam
pencegahan korupsi
1. Meningkatnya
efektivitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
Indikator Kinerja Utama
21
Sasaran Program
Lampiran 2
Satuan Target Realisasi
Th 2018
Realisasi
Th 2019
Realisasi
dibanding
Target
3 4 5 6 7
1.1 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan di persidangan
% 60 36,77 38,84 64,74
1.2 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh APH
% 75 100,00 100,00 133,33
1.3 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
% 70 84,61 79,17 113,10
1.4 Persentase hasil audit penyesuaian
harga yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
% 80 100,00 100,00 125,00
1.5 Persentase hasil audit klaim yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
% 80 100,00 100,00 125,00
1. Meningkatnya
efektivitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
Sasaran ProgramIndikator Kinerja Utama
1 2
TARGET DAN REALISASI IKU
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2019
Satuan Target Realisasi
Th 2018
Realisasi
Th 2019
Realisasi
dibanding
Target
Sasaran ProgramIndikator Kinerja Utama
2. Meningkatnya
penyelesaian
hambatan pelaksanaan
pembangunan nasional
2.1 Persentase penyelesaian hambatan
kelancaran pembangunan
% 80 100,00 96,15 120,19
3.1 Persentase K/L/P/K yang
mengimplementasikan FCP
(termasuk FRA)
% 55 64,06 87,74 159,52
3.2 Persentase auditor yang memiliki
kompetensi (hard and soft
competency ) di bidang pencegahan
% 65 87,80 85,24 131,14
4. Meningkatnya
kepedulian K/L/P/K
dan masyarakat
terhadap korupsi
4.1 Persentase K/L/P/K anggota
Komunitas Pembelajar Anti
Korupsi (KPAK) yang
mengimplementasikan sistem
pengaduan masyarakat
% 70 100,00 94,74 135,34
5. Meningkatnya
kapabilitas
pengawasan intern
pemerintah di bidang
keinvestigasian
5.1 Persentase auditor yang memiliki
kompetensi keinvestigasian
% 65 110,04 111,79 171,99
3. Meningkatnya kualitas
tata kelola pemerintah
dan korporasi dalam
pencegahan korupsi
Lampiran 3
Pagu Anggaran Realisasi % Target Realisasi %
2 3 4 5 6=5/4 7 8 9 10=9/8 10 11 12=11/10 13Sasaran Kegiatan
1 Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi
Instansi Pemerintah
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi
Instansi Pemerintah
Laporan 25 371.486.000 371.486.000 370.719.150 99,79
2 Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi I
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi I
Laporan 38 1.129.496.000 1.129.496.000 1.087.583.405 96,29
3 Tersedianya informasi
hasil pengawasan pada
Direktorat Investigasi
Hambatan Kelancaran
Pembangunan
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi
Hambatan Kelancaran
Pembangunan
Laporan 36 751.287.000 751.287.000 750.938.997 99,95
4 Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi II
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi II
Laporan 31 907.701.000 907.701.000 889.214.548 97,96
5 Tersedianya informasi
hasil pengawasan pada
Direktorat Investigasi
BUMN dan BUMD
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi
BUMN/D
Laporan 13 518.771.000 518.771.000 518.102.947 99,87
6 Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi III
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi III
Laporan 30 958.956.000 958.956.000 940.527.793 98,08
7 Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi IV
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi IV
Laporan 15 18 120,00 706.303.000 706.303.000 684.061.795 96,85 1.117 1.473 131,87
5.344.000.000 5.344.000.000 5.241.148.635 98,08 13.985 17.642 126,15
4.084 4.281
CAPAIAN KINERJA OUTPUT
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2019
Sasaran KegiatanIndikator Kinerja
OutputSatuan Target Realisasi %
Dana (Rp) SDM (OH)
Program
104,82
JUMLAH
1
Pengawasan
Intern
Akuntabilitas
Keuangan
Negara dan
Pembinaan
Penyelenggaraa
n Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerintah
76 120,63
81 120,90
52 120,93
5.982 7.281 121,72
2.802 4.607 164,42
Lampiran 4
Indikator Kinerja
OutputSatuan Target
Realisasi
Th 2018
Realisasi
Th 2019% Program
3 4 5 6 7=6/4 81 Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi
Instansi Pemerintah
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi
Instansi Pemerintah
Laporan 25
2 Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi I
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi I
Laporan 38
3 Tersedianya informasi
hasil pengawasan pada
Direktorat Investigasi
Hambatan Kelancaran
Pembangunan
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi
Hambatan Kelancaran
Pembangunan
Laporan 36
4 Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi II
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi II
Laporan 31
5 Tersedianya informasi
hasil pengawasan pada
Direktorat Investigasi
BUMN dan BUMD
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi
BUMN/D
Laporan 13
6 Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi III
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi III
Laporan 30
CAPAIAN KINERJA OUTPUT
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2019
1
Pengawasan Intern
Akuntabilitas
Keuangan Negara
dan Pembinaan
Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah
73 52
120,93
Sasaran Kegiatan
209 76
120,63
80 81
120,90
Indikator Kinerja
OutputSatuan Target
Realisasi
Th 2018
Realisasi
Th 2019% Program
3 4 5 6 7=6/4 81
Sasaran Kegiatan
7 Tersedianya Informasi
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian pada
Direktorat Investigasi IV
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi IV
Laporan 15 - 18 120,00
Pengawasan Intern
Akuntabilitas
Keuangan Negara
dan Pembinaan
Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah