LAPORAN AKHIR PENELITIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · LAPORAN AKHIR PENELITIAN...

132
LAPORAN AKHIR PENELITIAN Studi Marker Protein Prediktor Diabetes Melitus pada Individu dengan Pre-Diabetes Disusun oleh: dr. Asri Werdhasari, M.Biomed dan Tim PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2017

Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · LAPORAN AKHIR PENELITIAN...

  • i

    LAPORAN AKHIR PENELITIAN

    Studi Marker Protein Prediktor Diabetes Melitus pada Individu

    dengan Pre-Diabetes

    Disusun oleh:

    dr. Asri Werdhasari, M.Biomed dan Tim

    PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

    BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHATAN

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    2017

  • ii

    SURAT KEPUTUSAN (SK) PEMBENTUKAN TIM

    PELAKSANA PENELITIAN

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    SUSUNAN TIM PENELITI

    No Nama Keahlian/

    Kesarjanaan

    Kedudukan dalam

    Tim Uraian Tugas

    1. 1 dr. Asri Werdha

    Sari, M. Biomed Biomed Ketua Penelitian

    Bertanggung jawab pada

    keseluruhan penelitian

    (Bertanggung jawab atas

    perencanaan, pelaksanaan,

    kualitas dan evaluasi serta

    laporan penelitian)

    2. 2 drh. Win

    Winarno,M.Kes. Dr hewan Peneliti

    Bertanggung jawab pada

    reviu internal pelaporan dan

    diseminasi hasil penelitian

    3. drh. Uly Alfi

    Nikmah, M.Biomed. Biomed Peneliti

    Bertanggung jawab atas

    pengajuan etik, bahan

    penelitian, membantu

    penyelenggaraan pertemuan

    koordinasi

    penelitian/pelatihan,

    pembuatan protokol,

    penyusunan

    RAB/RPD/RPK, pengajuan

    etik, analisis data dan

    pembuatan laporan

    4. 3 dr. Frans Dany Dokter umum Peneliti

    Bertanggung jawab atas

    penelusuran jurnal,

    pembuatan

    protokol,pemisahan plasma

    dan buffy coat, ekstraksi

    DNA, pemeriksaan variasi

    genetik (polimorfisme) dan

    analisis hasil pemeriksaan

    5. 4 drh. Risqa Novita,

    M.KM. Dokter hewan Peneliti

    Bertanggung jawab

    penghubung administrasi,

    penyelenggaraan pertemuan

    koordinasi

    penelitian/pelatihan,

    membantu pengajuan bahan

    penelitian dan pembuatan

    laporan

    6. 5 Holy Arif Wibowo,

    S.Si Biologi Peneliti

    Bertanggung jawab atas

    ekstraksi DNA,

    pemeriksaan variasi genetik

    (polymorfism) dan analisis

    hasil pemeriksaan

  • viii

    7. drh. Putri Reno Intan Dokter hewan Peneliti

    Bertanggung jawab atas

    pemisahan buffycoat,

    ekstraksi DNA dan

    pemeriksaan protein

    8. Rosa Adelina, M.Si,

    Apt Biomedik Peneliti

    Bertanggung jawab atas

    pemisahan buffycoat,

    ekstraksi DNA dan

    pemeriksaan protein

    9. Sehatman, S.Si,

    M.Sc Biomedik Peneliti

    Bertanggung jawab atas

    pemisahan buffycoat,

    ekstraksi DNA dan

    pemeriksaan protein

    10. Dwi Febriyana, S.Si Biologi Pembantu Peneliti Membantu pelaksanaan

    pemeriksaan laboratorium

    11. 1 Daryanto, S.Kom Sarjana

    Komputer IT

    Bertanggung jawab atas

    manajemen data dan

    spesimen

    12. 1 Driya Shintia Dewi

    Adianti, S.Biotech Bioteknologi Pembantu Peneliti

    Membantu pelaksanaan

    pemeriksaan laboratorium

    13. 1 Wika

    Sumartyaningsih,

    S.Biotech

    Bioteknologi Pembantu Peneliti Membantu pelaksanaan

    pemeriksaan laboratorium

    14. 1 Tati Febrianti, S.Si Biologi Pembantu Peneliti Membantu pelaksanaan

    pemeriksaan laboratorium

    15. 1 Primarasprabu IT Pembantu Peneliti Membantu dalam

    manajemen sampel

    16. 1 Anggi Aris Faisal Analis

    kesehatan Pembantu Peneliti

    Membantu dalam

    manajemen sampel

    17. 2 Kristina

    Retnoningtyas

    Palupi, S.Si

    Biologi Pembantu Peneliti Membantu pelaksanaan

    pemeriksaan laboratorium

    18. 2 Rulina Novianti,

    S.Si

    Analis

    kesehatan Pembantu Peneliti

    Membantu pelaksanaan

    pemeriksaan laboratorium

    19. Juwita Kurniawati,

    Amd. Ak.

    Analis

    kesehatan Pembantu Peneliti

    Membantu pelaksanaan

    pemeriksaan laboratorium

    20. Adit Prasetyo Analis

    kesehatan Pembantu Peneliti

    Membantu pelaksanaan

    pemeriksaan laboratorium

    21. 2 Fri Handayani, Amd. SE Administrator Melaksanakan administrasi

    keuangan

    22. 2 Yuswanto SE Administrator Melaksanakan administrasi

    keuangan

  • ix

    PERSETUJUAN ETIK

  • x

  • xi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan laporan

    penelitian Studi Marker Protein Prediktor Diabetes Melitus pada Individu dengan

    Pre Diabetes tahun 2017. Terima kasih tim peneliti haturkan pada Kepala

    Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan (PBTDK) dan seluruh

    jajarannya sehingga penelitian ini dapat dibiayai melalui DIPA PBTDK tahun

    2017. Terima kasih pula kepada tim Panitia Pembina Ilmiah PBTDK yang telah

    memberi arahan substansial, kepada tim Komisi Etik Penelitian Badan Litbangkes

    yang telah mengeluarkan Persetujuan Etik dan kepada ibu Dr. Efriwati, M.Si yang

    telah mereviu dan memberi masukan membangun sehingga tersusunlah laporan

    penelitian ini. Terima kasih kepada seluruh tim peneliti dan tenaga honor yang

    ikut membantu dengan segenap daya upaya menyelesaikan penelitian ini dan

    kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada program

    penanggulangan penyakit tidak menular. Marker genetik dan protein yang

    ditemukan secara statistik bermakna pada populasi penelitian, dapat dilakukan

    eksplorasi lebih lanjut untuk dapat diterapkan sebagai salah satu mekanisme untuk

    mendeteksi faktor risiko secara dini sebelum munculnya gejala.

    Tim peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat

    dalam upaya pencegahan penyakit tidak menular, terutama diabetes melitus. Suatu

    penyakit yang merupakan faktor risiko bagi munculnya penyakit lainnya.

    Tim Peneliti

  • xii

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Diabetes mellitus tipe-2 (DM) merupakan faktor risiko dari penyakit tidak

    menular lainnya, seperti kardiovaskuler, gagal ginjal dan lain-lain.Secara ekonomi,

    DM menjadi penyakit yang mahal, karena prevalensi serta progresivitasnya yang

    meningkat. Kondisi sebelum DM, yang ditandai dengan peningkatan kadar gula

    darah puasa (GDPT) atau peningkatan kadar gula darah setelah pembebanan

    glukosa (TGT) disebut pre-DM. Pre-DM ini telah menimbulkan adanya gangguan

    metabolisme dan komplikasi. Hal ini telah menjadi beban bagi individu maupun

    masyarakat dan pemerintah. Sehingga pencegahan pre-DM menjadi DM dan

    mengembalikan kondisi pre-DM menjadi kembali normal sangatlah penting

    dilakukan.

    Salah satu cara yang sedang dikembangkan untuk pencegahan hal tersebut

    adalah dengan penggunaan marker untuk deteksi dini pre-DM dan DM. Marker

    tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai prediktor pre-DM dan DM,

    sehingga dapat menurunkan angka kejadian pre-DM dan DM. Single nucleotide

    polymorphisms (SNPs) merupakan variasi sekuen DNA yang dapat dihubungkan

    dengan kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit seperti DM.

    Penelitian ini ingin mengetahui hubungan variasi gen dan kadar protein

    terkait terhadap kejadian DM dan pre DM pada suatu populasi, yaitu populasi .

    yang sama dengan studi kohor untuk faktor risiko penyakit tidak menular (FR-

    PTM). Dimana studi kohor FR-PTM ini merupakan studi berbasis masyarakat

    yang dilakukan Badan Litbangkes sejak tahun 2011 untuk mengamati penyakit

    stroke, jantung koroner (PJK), DM dan hipertensi. Data dasar berupa hasil

    wawancara berisi riwayat, gejala penyakit, perilaku dan frekuensi diet, serta hasil

    pemeriksaan fisik berupa antropometri, tekanan darah, elektrokardiografi, rontgen

    dada dan neurologi sudah terkumpul dalam studi kohor FR-PTM sebelumnya.

    Penelitian ini, berupa marker genetik DM diharapkan dapat melengkapi data studi

    tersebut.

    Biomarker yang dianalisis dalam studi ini adalah single nucleotide

    polymorphisms (SNPs) pada 8 gen yaitu gen UCP2 rs660339, DUSP9/MKP4

    rs5945326, SLC30A8 rs13266634, Resistin (RETN) rs3745367, IGF2BP2

  • xiii

    rs16860234, KCNQ1 rs2237892, ADIPOQ rs6773957 dan KLF14 rs972283.

    Selain itu, penelitian ini dilengkapi dengan pengamatan ekspresi variasi biomarker

    genetik gen-gen tersebut berupa pengukuran kadar protein resistin, insulin,

    c-peptide dan adiponektin.

    Hasil penelitian menunjukkan alel gen DUSP9/MKP4, RETN, ADIPOQ

    dan KLF14 mutan meningkatkan risiko timbulnya DM yang lebih tinggi

    dibandingkan alel asal. Gen IGF2BP2, UCP2 dan KCNQ1 alel asal justru

    meningkatkan risiko menjadi DM dibandingkan alel mutannya. Sementara itu,

    ketidakseimbangan hukum Hardy-Weinberg dijumpai pada semua gen. Dengan

    demikian, sebagian alel mutan dan alel asal menjadi faktor risiko timbulnya DM

    dan terindikasi sudah berevolusi.

    Gangguan kadar protein sudah dijumpai pada individu prediabetes, yaitu

    protein adiponektin, resistin dan insulin. Kadar protein c-peptide paling rendah

    dijumpai pada kelompok DM. Perubahan ekspresi sebagian protein yang paling

    mencolok pada kelompok prediabetes dapat digunakan sebagai penanda genetik.

    Biomarker tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai prediktor dini

    prediabetes.

  • xiv

    ABSTRACT

    Prevalence of type 2 diabetes mellitus (DM) continues to increase in

    worldwide, including Indonesia based on Riskesdas 2007 and 2013 data. A

    number of studies indicate genetic marker variations being determinants of blood

    sugar metabolism impairment and some developed countries have started using

    such biomarker screening as early detection or prevention. This research was

    conducted to identifythose biomarkers and use them as DM predictor, hopefully

    decreasingits incidence rate. This study used a cohort sample population in Bogor,

    West Java. The biomarkers analyzed in this study were single nucleotide

    polymorphisms (SNPs) on UCP2 rs660339, DUSP9/MKP4 rs5945326, SLC30A8

    rs13266634, Resistin (RETN) rs3745367, IGF2BP2 rs16860234, KCNQ1

    rs2237892, ADIPOQ rs6773957 and KLF14 rs972283 gene. Protein level of

    resistin, insulin, c-peptide and adiponectin were also measured to complement the

    findings on these genetic biomarker variation expression. RETN, DUSP9/MKP4,

    IGF2BP2, ADIPOQ and KLF14 mutant gene alleles increased risk of developing

    DM, at least compared to their normal counterparts. Meanwhile, Hardy-

    Weinberg's inequilibriumwas found in all genes. Impaired protein levels are found

    particularly in prediabetes individuals, except the lowest levels of c-peptide found

    in the DM group. Thus, some mutant alleles became risk factors for DM and

    seemed to evolve. However, the protein expression changes were most prominent

    in the prediabetes group.Hence,thosebiomarker genetic markers can also be

    further developed as prediabetes early predictors.

    Keywords: diabetes mellitus, kohort, single nucleotide polymorphisms (SNPs),

    Hardy-Weinberg, protein, Bogor

  • xv

    ABSTRAK

    Peningkatan prevalensi diabetes melitus (DM) tipe 2 terus terjadi di seluruh

    dunia, termasuk di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas terjadi peningkatan dari

    1,1% (tahun 2007) menjadi 2,1% (tahun 2013). Sejumlah studi menunjukkan

    adanya variasi penanda genetik yang menjadi determinan timbulnya gangguan

    metabolisme gula darah. Penelitian ini dilakukan untuk identifikasi biomarker

    timbulnya DM dan digunakan sebagai prediktor DM untuk menurunkan angka

    kejadian DM. Studi ini menggunakan populasi sampel studi kohor faktor risiko

    Penyakit Tidak Menular (FR-PTM) di Bogor, Jawa Barat. Biomarker yang

    dianalisis adalah single nucleotide polymorphisms (SNPs) pada gen UCP2

    rs660339, DUSP9/MKP4 rs5945326, SLC30A8 rs13266634, Resistin (RETN)

    rs3745367, IGF2BP2 rs16860234, KCNQ1 rs2237892, ADIPOQ rs6773957 dan

    KLF14 rs972283. Selain itu pengukuran kadar protein resistin, insulin, c-peptide

    dan adiponektin dilakukan untuk melengkapi temuan adanya ekspresi variasi

    biomarker genetik gen-gen tersebut. Alel mutan gen RETN rs3745367,

    DUSP9/MKP4 rs5945326, ADIPOQ rs6773957 dan KLF14 rs972283

    meningkatkan risiko timbulnya DM yang lebih tinggi dibandingkan alel normal.

    Namun sebaliknya, gen IGF2BP2 rs16860234, UCP2 rs660339 dan KCNQ1

    rs2237892 alel asal justru meningkatkan risiko menjadi DM yang lebih tinggi

    dibandingkan alel mutan. Ketidakseimbangan hukum Hardy-Weinberg dijumpai

    pada semua gen. Gangguan kadar protein adiponektin, resistin dan insulin sudah

    dijumpai pada individu prediabetes. Dengan demikian, sebagian alel mutan atau

    bahkan alel asal dapat menjadi faktor risiko timbulnya DM dan terindikasi

    berevolusi. Namun, perubahan ekspresi sebagian protein paling mencolok pada

    kelompok prediabetes sehingga penanda genetik biomarker tersebut dapat juga

    dikembangkan lebih lanjut sebagai prediktor dini prediabetes.

    Kata kunci: diabetes melitus, kohort, single nucleotide polymorphisms (SNPs),

    Hardy-Weinberg, protein, Bogor

  • xvi

    DAFTAR ISI

    SUSUNAN TIM PENELITI ................................................................................. vii

    PERSETUJUAN ETIK .......................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi

    RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................ xii

    ABSTRACT ........................................................................................................... xiv

    ABSTRAK ............................................................................................................. xv

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xvi

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii

    PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

    I.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1

    1.2. Perumusan Masalah ...................................................................................... 2

    I.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2

    I.3.1. Tujuan Umum ......................................................................................... 2

    I.3.2. Tujuan Khusus ........................................................................................ 2

    I.4. Manfaat dan Luaran Penelitian ...................................................................... 2

    TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 3

    METODE PENELITIAN ......................................................................................... 8

    III.1. Kerangka Teori............................................................................................ 8

    III.2. Kerangka Konsep ........................................................................................ 8

    III.3. Desain dan Jenis Penelitian ......................................................................... 9

    III.4. Tempat dan Waktu ...................................................................................... 9

    III.5. Populasi dan Sampel ................................................................................... 9

    III.5.1. Populasi ................................................................................................ 9

    III.5.2. Sampel ................................................................................................ 10

    III.5.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi .............................................................. 10

    III.5.4. Estimasi Besar Sampel, Cara Pemilihan dan Penarikan Sampel ....... 10

    III.5.5. Variabel .............................................................................................. 10

    III.5.6. Definisi Operasional........................................................................... 11

    III.6. Alur Penelitian .......................................................................................... 11

    III.7. Bahan dan Prosedur Kerja ......................................................................... 11

    III.7.1. Bahan dan alat .................................................................................... 11

    III.7.2. Prosedur kerja..................................................................................... 12

  • xvii

    III.8. Manajemen dan Analisis Data .................................................................. 20

    III.9. Pertimbangan Etik Penelitian .................................................................... 21

    III.10. Pertimbangan Izin Penelitian .................................................................. 21

    HASIL PENELITIAN ............................................................................................ 22

    PEMBAHASAN .................................................................................................... 49

    KESIMPULAN & SARAN ................................................................................... 54

    VI.1. Kesimpulan ............................................................................................... 54

    VI.2. Saran ......................................................................................................... 55

    UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. 56

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 57

    LAMPIRAN ........................................................................................................... 59

  • xviii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Odds ratio antara genotipe dengan kejadian DM atau pre DM pada gen

    UCP2 rs660339. ...................................................................................... 40

    Tabel 2. Odds ratio antara genotipe dengan kejadian DM atau pre DM pada gen

    KCNQ1 rs2237892. ................................................................................ 40

    Tabel 3. Odds ratio antara genotipe dengan kejadian DM atau pre DM pada gen

    RETN rs3745367. ................................................................................... 41

    Tabel 4. Odds ratio antara genotipe dengan kejadian DM atau pre DM pada gen

    DUSP9/MKP4 rs5945326. ..................................................................... 41

    Tabel 5. Odds ratio antara genotipe dengan kejadian DM atau pre DM pada gen

    SLC30A8 rs13266634. ........................................................................... 41

    Tabel 6. Odds ratio antara genotipe dengan kejadian DM atau pre DM pada gen

    IGF2BP2 rs16860234. ............................................................................ 42

    Tabel 7. Odds ratio antara genotipe dengan kejadian DM atau pre DM pada gen

    ADIPOQ rs6773957. .............................................................................. 42

    Tabel 8. Odds ratio antara genotipe dengan kejadian DM atau pre DM pada gen

    KLF14 rs972283. .................................................................................... 42

    Tabel 9. Larutan Standar Kadar C-peptide. .......................................................... 43

    Tabel 10. Hasil Pemeriksaan Protein. ................................................................... 44

    Tabel 11. Larutan Standar Adinponektin. ............................................................. 45

    Tabel 12. Hasil Pemeriksaan Kadar Adiponektin dalam Plasma Darah

    Responden. ............................................................................................ 45

    Tabel 13. Larutan Standar Insulin. ........................................................................ 46

    Tabel 14. Hasil Pemeriksaan Insulin. .................................................................... 47

    Tabel 15. Larutan Standar Resistin. ...................................................................... 47

    Tabel 16. Hasil Pemeriksaan Protein Resistin. ..................................................... 48

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada gen UCP2 rs660339 pada

    responden DM, Studi Kohor Faktor Risiko PTM, Kota Bogor tahun

    2016. .................................................................................................... 23

    Gambar 2. Distribusi alel a/a, a/g dan g/g pada gen ucp2 rs660339 pada responden

    normal, Studi Kohor Faktor Risiko PTM, Kota Bogor, 2016. ............ 23

    Gambar 3. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada gen UCP2 rs660339 pada

    responden dengan pre DM, Studi Kohor Faktor Risiko PTM, Kota

    Bogor, 2016. ........................................................................................ 24

    Gambar 4. Distribusi alel T/T, C/T dan C/C pada gen KCNQ1 rs2237892 pada

    responden DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    ............................................................................................................. 25

    Gambar 5. Distribusi alel T/T, C/T dan C/C pada gen KCNQ1 rs2237892 pada

    responden normal, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun

    2016. .................................................................................................... 25

    Gambar 6. Distribusi alel T/T, C/T dan C/C pada gen KCNQ1 rs2237892 pada

    responden dengan pre DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor

    tahun 2016. .......................................................................................... 26

    Gambar 7. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada Gen RETN rs3745367 pada

    responden DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    ............................................................................................................. 27

    Gambar 8. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada Gen RETN rs3745367 pada

    responden normal, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun

    2016. .................................................................................................... 27

    Gambar 9. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada Gen RETN rs3745367 pada

    responden dengan pre DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor

    tahun 2016. .......................................................................................... 28

    Gambar 10. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada Gen DUSP9/MKP4

    rs5945326 pada responden DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota

    Bogor tahun 2016. ............................................................................... 29

    Gambar 11. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada Gen DUSP9/MKP4

    rs5945326 pada responden normal, studi kohor faktor risiko PTM, kota

    Bogor tahun 2016. ............................................................................... 29

    Gambar 12. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada Gen DUSP9/MKP4

    rs5945326 pada responden pre DM, studi kohor faktor risiko PTM,

    kota Bogor tahun 2016. ....................................................................... 30

    Gambar 13. Distribusi genotipeC/C, C/T dan T/T pada Gen SLC30A8 rs13266634

    pada responden DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun

    2016. .................................................................................................... 31

  • xx

    Gambar 14. Distribusi alel C/C, C/T dan T/T pada Gen SLC30A8 rs13266634

    pada responden normal, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor

    tahun 2016. .......................................................................................... 31

    Gambar 15. Distribusi alel C/C, C/T dan T/T pada Gen SLC30A8 rs13266634

    pada responden pre DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor

    tahun 2016. .......................................................................................... 32

    Gambar 16. Distribusi genotipe A/A, A/C dan C/C pada Gen IGF2BP2

    rs16860234 pada responden DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota

    Bogor tahun 2016. ............................................................................... 33

    Gambar 17. Distribusi genotipe A/A, A/C dan C/C pada Gen IGF2BP2

    rs16860234 pada responden normal, studi kohor faktor risiko PTM,

    kota Bogor tahun 2016. ....................................................................... 33

    Gambar 18. Distribusi genotipe A/A, A/C dan C/C pada Gen IGF2BP2

    rs16860234 pada responden pre DM, studi kohor faktor risiko PTM,

    kota Bogor tahun 2016. ....................................................................... 34

    Gambar 19. Distribusi genotipe KLF14 rs972283 pada responden DM, studi

    kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016. .............................. 35

    Gambar 20. Distribusi genotipe KLF14 rs972283 pada responden normal, studi

    kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016. .............................. 35

    Gambar 21. Distribusi genotipe KLF14 rs972283 pada responden pre DM, studi

    kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016. .............................. 36

    Gambar 22. Distribusi genotipe gen ADIPOQ rs6773957 pada responden DM,

    studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016. ..................... 37

    Gambar 23. Distribusi genotipe gen ADIPOQ rs6773957 pada responden normal,

    studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016. ..................... 38

    Gambar 24. Distribusi genotipe gen ADIPOQ rs6773957 pada responden pre DM,

    studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016. ..................... 39

    Gambar 25. Kurva Standar C-peptide. .................................................................. 44

    Gambar 26. Kurva Standar Adiponektin. .............................................................. 45

    Gambar 27. Kurva standar Insulin. ....................................................................... 46

    Gambar 28. Kurva Standar Resistin ...................................................................... 47

  • xxi

    DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

    PTM : Penyakit Tidak Menular

    DM : Diabetes Mellitus

    Pre DM : Kondisi gangguan metabolisme sebelum masuk pada

    kondisi DM

    TGT : Toleransi Glukosa Terganggu

    GDPT : Glukosa Darah Puasa Terganggu

    SNP : Single Nucleotide Polymorphisms

    RT PCR : Real Time Polimerase Chain Reaction

    Isolated IFG : Isolated Impaired Fasting Glucose; keadaan ketika

    kadar glukosa darah puasa di atas normal tetapi tidak

    cukup tinggi untuk memenuhi kriteria DM (GDP = 100-

    125 mg/dL) tetapi kadar glukosa darah 2 jam pasca

    pembebanan masih dalam kisaran normal (OGTT < 140

    mg/dL)

    Isolated IGT : Isolated Impaired Glucose Tolerance; keadaan ketika

    kadar glukosa darah 2 jam pasca pembebanan di atas

    normal tetapi tidak cukup tinggi untuk memenuhi

    kriteria DM (OGTT = 140-199 mg/dL) tetapi kadar

    glukosa darah puasa masih dalam kisaran normal (GDP

    < 100 mg/dL

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Diabetes Melitus (DM) tipe 2 merupakan ibu dari beberapa penyakit

    degeneratif lainnya, sehingga merupakan masalah kesehatan yang serius. Kondisi

    gangguan metabolisme tubuh yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah

    melebihi nilai ambang, dikenal dengan prediabetes. Pada kondisi ini risiko

    terhadap penyakit kardiovaskuler dan kematian total juga meningkat hampir dua

    kali lipat, karena dikaitkan dengan adanya komplikasi mikrovaskular.

    Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RKD) 2013 terdapat peningkatan

    prevalensi DM dibandingkan dengan data sebelumnya (RKD 2007). Pada tahun

    2007 prevalensi DM di area perkotaan Indonesia dari 5,7% dan menjadi 6,8%

    pada tahun 2013 pada seluruh wilayah Indonesia.

    Faktor risiko DM tipe 2 terutama disebabkan oleh pola hidup yang kurang

    sehat serta riwayat DM dalam keluarga, sehingga dimungkinkan erat kaitannya

    dengan faktor genetik. Oleh karena itu, upaya pencegahan perlu dilakukan sedini

    mungkin dengan perubahan gaya hidup atau pengendalian faktor risiko yang

    sudah ada.

    Beberapa studi di negara maju sudah mempertimbangkan penggunaan

    biomarker sebagai salah satu upaya skrining pencegahan awal penyakit metabolik,

    mulai dari penanda genetik sampai protein. Penanda genetik yang digunakan

    antara lain adanya Single Nucleotide Polymorphisms (SNPs), yang merupakan

    variasi sekuen DNA yang dapat dihubungkan dengan kerentanan seseorang

    terhadap suatu penyakit, antara lain DM tipe-2. Namun, hasil sejumlah penelitian

    menunjukkan adanya variasi marker tersebut yang dapat disebabkan perbedaan

    etnis atau gaya hidup yang menyertainya.

  • 2

    1.2 Perumusan Masalah

    Hasil penelitian SNPs pada berbagai etnis / daerah menunjukkan hasil yang

    berbeda terhadap risiko kejadian DM. Perbedaan variasi alel pada SNPs dapat

    dijadikan sebagai prediktor DM yang khas untuk populasi Indonesia. Hasil

    penelitian ini diharapkan dapat menganalisis kandidat 8 gen SNPs yang diperiksa

    dengan membandingkan SNPs yang dimiliki antar kelompok individu dengan

    kriteria kadar glukosa darah normal, prediabetes dan DM.

    I.3 Tujuan Penelitian

    I.3.1. Tujuan Umum:

    Menentukan marker genetik yang berpotensi sebagai prediksi kejadian DM.

    I.3.2 Tujuan Khusus:

    1. Menentukan prevalensi variasi genetik gen-gen pengkode faktor resiko

    DM pada populasi studi kohor faktor risiko PTM.

    2. Mendapatkan besaran asosiasi polimorfisme gen-gen tersebut terhadap

    kejadian penyakit DM pada populasi studi kohor faktor risiko PTM.

    3. Melengkapi data studi kohor faktor risiko PTM dari faktor risiko

    genomik dan identifikasi protein penanda DM / pre DM.

    I.4. Manfaat dan Luaran Penelitian

    1. Dapat memberikan gambaran epidemiologi genetik yang berbasis

    masyarakat di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

    2. Data yang diperoleh dapat digunakan sebagai masukan untuk

    merancang program pencegahan dan pengendalian PTM, khususnya

    DM dengan mempertimbangkan aspek genomik.

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan ibu dari beberapa penyakit

    degeneratif lainnya, sehingga merupakan masalah kesehatan yang serius. Menurut

    Konsensus Pengendalian dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia tahun 2011,

    kriteria DM apabila:

    1. Terdapat gejala klasik DM, yaitu polifagia (banyak makan), polidipsi (banyak

    minum) dan poliuria (banyak buang air kecil) dan kadar glukosa plasma > 126

    mg/dL, atau

    2. Kadar glukosa plasma pada TTGO (tes toleransi glukosa oral dengan

    pembebanan glukosa 75 g) > 200 mg/dL

    Kondisi gangguan metabolisme tubuh yang ditandai dengan kenaikan kadar

    gula darah melebihi nilai normal namun belum mencapai tahap DM, dikenal

    dengan prediabetes. Prediabetes meliputi Impaired Fasting Glucose (IFG) atau

    Gula Darah Puasa Terganggu (GDPT)dan Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau

    Toleransi Glukosa Terganggu (TGT). Kriteria TGT yaitu kadar gula darah puasa

    100-125 mg/dL dan 2 jam setelah pembebanan glukosa 140 – 199 mg/dL (ADA,

    2011). Sedangkan prediabetes eksklusif meliputi Isolated Impaired Glucose

    Tolerance/Isolated IGT atau TGT tersendiri dan Isolated Impaired Fasting

    Glucose/Isolated IFG atau GDPT tersendiri, dengan kriteria:

    1. Isolated IGT atau TGT tersendiri, yaitu glukosa plasma 2 jam setelah

    pembebanan antara 140-199 mg/dL dan GDPT

  • 4

    prevalensi TGT sebesar 19,4%. Diperkirakan terdapat 314 juta orang dengan

    prediabetes diseluruh dunia dan akan meningkat menjadi 418 juta pada tahun

    2025 (Manaf,2013).

    Kondisi risiko terhadap penyakit kardiovaskuler dan kematian total juga

    meningkat hampir dua kali lipat karena dikaitkan dengan adanya komplikasi

    mikrovaskular. Komplikasi baik prediabetes maupun DM berawal dari kerusakan

    mikro maupun makrovaskular, sehinggaakan menampilkan komplikasi yang

    multiple danyang menjadi penyebab kematian tersering adalah penyakit

    kardiovaskular (Manaf 2013).

    Faktor risiko DM tipe 2 terutama disebabkan oleh pola hidup yang kurang

    sehat serta riwayat DM dalam keluarga, sehingga dimungkinkan erat kaitannya

    dengan faktor genetik. Prediabetes juga merupakan faktor risiko yang kuat

    terhadap DM.Prediabetes dapat berkembang menjadi DM, hipertensi, penyakit

    jantung koroner, stroke dll. Siraj MAT (2010) dalam reviu artikel memperlihatkan

    kira-kira sepertiga TGT menjadi DM, konversi diestimasi 5,8% pertahun.

    Menurut hasil penelitian Zyriak dkk. (2013), individu dengan prediabetes secara

    signifikan berhubungan dengan DM tipe 2. Sekitar 5-10% individu prediabetes

    yang tidak tertangani akan berkembang menjadi diabetes atau menjadi normal

    kembali (Zyriak, 2013).

    Komplikasi tersebut merupakan beban bagi individu maupun masyarakat

    dan pemerintah, maka dari itu pencegahan dari prediabetes menjadi DM sangat

    penting.Karena itu, upaya pencegahan perlu dilakukan sedini mungkin dengan

    perubahan gaya hidup atau pengendalian faktor risiko yang sudah ada.

    Salah satu cara yang sedang dikembangkan untuk pencegahan tersebut

    adalah penggunaan marker yang dapat dipercaya untuk deteksi dini DM. Marker

    tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai prediktor DM sehingga dapat

    menurunkan angka kejadian prediabetes dan DM.

    Salah satu penemuan dalam Human Genome Project adalah Single

    Nucleotide Polymorphisms (SNPs). SNPs merupakan alel minor dengan

    keberadaannya lebih dari 1%. Apabila SNPs terjadi pada gene coding regions bisa

    mengakibatkan synonymous (tidak menyebabkan perubahan asam amino) atau

    non synonymous. Akan tetapi pada penelitian beberapa tahun terakhir SNP

  • 5

    synonymous mendorong terjadinya evolusi yang mendorong terjadinya suatu

    penyakit (Komar, 2009). SNP synonymous dapat mengubah struktur, fungsi dan

    ekspresi protein. Polimorfisme synonymous dapat menyebabkan splicing RNA,

    stabilitas dan struktur protein dapat rusak. Perubahan ini dapat menyebabkan efek

    signifikan pada fungsi protein dan perubahan respon seluler. Sebagian besar SNPs

    merupakan non coding region yang merupakan dasar variasi genetik pada manusia

    dan mengacu pada perbedaan basa tunggal antar individu (Kwook, 2003).

    Zachavora dkk. mendapatkan SNPs +45 T/G dan +276 G/T dari gen

    adiponektin sebagai prediktor untuk konversi TGT menjadi DM.Pada individu

    dengan DM akan mempunyai nilai adiponektin dalam darah yang rendah.

    Hipoadiponektinemia berhubungan dengan resistensi insulin dan disfungsi

    endotelium vaskuler, dan menyebabkan peningkatan stres oksidatif yang menjadi

    penyebab penting aterosklerosis dan berlanjut pada kejadian penyakit

    kardiovaskuler. Gen pengkode protein adiponektin adalah ADIPOQ, berlokasi di

    kromosom 3q27. Gen ADIPOQ bervariasi pada posisi 11377 (11377 C>G) dan

    diidentifikasi sebagai lokus yang rentan untuk sindrom metabolisme, DM dan

    penyakit kardiovaskuler. Variasi tipe ADIPOQ telah diteliti berhubungan dengan

    risiko kardiovaskular. Pada penelitian di Malaysia oleh Lau CH, et al. bahwa

    SNP+1212A>G (rs6773957) berhubungan bermakna dengan penurunan kadar

    adiponektin. Peningkatan kadar protein yang berhubungan dengan DM tipe 2

    adalah Leptin dan Interleukin-6.

    Lau CH, et al. (2009) juga melaporkan bahwa gen resistin (RETN) pada

    +299(G>A) (rs3745367) berhubungan bermakna dengan hiperresistinemia.

    Resistin menekan diferensiasi adiposit yang diduga berakibat penumpukan

    ektopik asam lemak dan lipotoksisitas terhadap jaringan non-adiposit. Pada Studi

    potong lintang di Singapura oleh Tan JT, et al. (2009) sebanyak 3734 responden

    usia 18-69 tahun (2520 ras Tiongkok, 693 ras Melayu dan 521 ras India),

    polimorfisme gen KCNQ1 (Rs 2237892, 2237892 dan 2283228) bermakna pada

    ras Melayu. Hal ini sejalan dengan penelitian Genome Wide Association Study

    (GWAS) oleh Saif-Ali R, et al. (2011) di Malaysia yang menggunakan 411

    responden berusia 30-70 tahun (234 responden dengan DM dan 177 responden

    normal).

  • 6

    Studi kasus kontrol menggunakan 620 sampel kontrol (254 ras Melayu, 204

    ras Tiongkok, 162 ras India) dan 1107 responden DM yang mempunyai hasil

    negatif untuk antibodi terhadap glutamic acid decarboxylase, terdapat asosiasi

    kuat pada rs7651090, rs16860234 dan rs6777038 gen IGF2BP2 pada ras

    Tiongkok. Gen IGF2BP2 diduga mengatur fungsi sel beta pankreas. Sementara

    pada ras Melayu hanya rs16860234 yang bermakna (Saleem SD, 2012).

    Penelitian polimorfisme gen yang berhubungan dengan DM pernah

    dilakukan oleh kolaborasi peneliti dari Eijkman, Jakarta dan Universitas Udayana,

    Bali di Bali. Penentuan Bali sebagai pilot project dengan alasan masyarakat Bali

    cenderung tertutup, kebanyakan orang menikah dengan sesama suku Bali. Pada

    pemeriksaan polimorfisme pada gen Uncoupling protein 2 (UCP2), tim peneliti

    melaporkan bahwa polimorfisme gen UCP2 Ala55Val (C544T) berhubungan

    dengan DM di Legian, Kuta, Bali (n=287) (Saraswati MR, 2012). Subjek yang

    berada pada perkotaan dan memiliki polimorfisme pada gen UCP2G(âˆ‟866)A

    and Ala55Val juga mempunyai body mass index (BMI) yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan subjek yang memiliki genotip yang sama namun berada

    pada pedesA/An. Penelitian ini menunjukkan adanya kerentanan seseorang

    terhadap kejadian DM dan obesitas jika individu tersebut melakukan gaya hidup

    perkotaan (Oktavianthi, 2012). Peneliti mengakui penelitian ini belum sempurna

    dan baru merupakan pilot project karena baru terbatas pada Bali dan dengan

    jumlah sampel yang masih sedikit 603 responden (278 urban dan 325 rural).

    Berbagai penelitian melaporkan bahwa variasi genetik ini berhubungan

    dengan variasi etnik dan jenis kelamin. Skrining dilakukan berdasarkan penelitian

    sebelumnya yang menyatakan bahwa variasi genetik berhubungan dengan variasi

    etnik dan jenis kelamin (Gainer JV, et.al. 2001 & Palmer BR, et.al. 2003), maka

    untuk populasi masyarakat Indonesia perlu dilakukan skrining terlebih dahulu.

    Dengan mengetahui variasi genetik pada populasi di Indonesia, efektifitas kontrol

    faktor-faktor risiko DM diharapkan dapat diprediksi. Data ini akan menjadi

    masukan yang bermanfaat dalam merancang strategi yang tepat pada program

    pencegahan dan pengendalian PTM, khususnya DM. Dengan demikian biaya

    pengobatan dan kontrol faktor-faktor risiko DM dapat ditangani dengan lebih baik,

    sehingga angka morbiditas dan mortalitasnya dapat ditekan.

  • 7

    Penelitian ini ingin diketahui bagaimana marker prediktor DM pada

    populasi studi kohor FR-PTM.Penelitian ini bertujuan mencari besarnya

    hubungan antara faktor penyakit DMyang tidak dapat diubah yaitu faktor genetik,

    dalam hal ini adalah polimorfisme gen yang berkaitan dengan kejadian DM,

    dengan kejadian penyakit DM. Penelitian ini juga bertujuan mendapatkan besaran

    asosiasi polimorfisme gen-gen tersebut terhadap kejadian penyakit DM. Untuk itu,

    karena DM merupakan penyakit yang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan,

    seperti gaya hidup berupa aktifitas fisik, pola makan, riwayat merokok dan minum

    alkohol, maka data-data tersebut diperlukan untuk dapat mengukur besaran

    asosiasi pengaruh gen terhadap kejadian DM. Munculnya penyakit atau faktor

    risiko lain yang mempunyai pencetus yang sama juga sangat berpengaruh

    terhadap prediksi kejadian DM, antara lain obesitas, terutama obesitas sentral,

    hipertensi dan dislipidemia.

    Studi kohor FR-PTM merupakan studi kohor prospektif untuk melihat

    faktor-faktor risiko PTM (stroke, PJK, DM, hipertensi) berbasis masyarakat yang

    dilakukan di Kota Bogor Tengah dan telah dimulai sejak tahun 2011 dengan

    responden yang akan terus diikuti sampai dengan tahun 2019. Data yang

    dikumpulkan berupa demografi, riwayat penyakit, faktor risiko perilaku,

    kebiasaan makan, riwayat penyakit keluarga, pemeriksaan antropometri, tekanan

    darah, elektrokardiografi, saraf, rontgen torak dan laboratorium (gula darah,

    kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida) setiap dua tahun sekali. Jumlah

    responden sebanyak sekitar 5000 responden dibagi menjadi 2 tahap (baseline data

    tahap 1 dimulai tahun 2011 sebanyak 2100 responden dan tahap 2 tahun 2012

    sebanyak 2900 responden). Sehingga penelitian ini dibagi dalam 2 tahap

    pengambilan sampel, yaitu tahap 1 tahun 2015 yang dihadiri 1173 responden dan

    tahap 2 pada tahun 2016 dihadiri oleh 2172 responden.

    Hasil uji multinomial regresi logistik pada penelitian Variasi Marker

    Genetik Prediktor DM tahun 2015 menunjukkan bahwa individu dengan alel

    homozigot mutan A/A untuk SNP rs972283 pada gen KLF14 dan rs3745367

    dalam gen RETN (resistin), serta genotipe G/G pada rs5945326 gen

    DUSP9/MKP4 memiliki kecenderungan untuk menjadi DM sekitar 2 kali lipat

    dibandingkan dengan individu alel homozigot asal.

  • 8

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    III.1. Kerangka Teori

    Keterangan: Karakteristik individu dan gaya hidup akan memicu faktor risiko

    penyakit. Penelitian akan dilakukan dengan memeriksa gen-gen

    pemicu dan yang berhubungan dengan DM.

    III. 2. Kerangka Konsep

    Keterangan: Individu normal dan prediabetes diantaranya mempunyai genetik

    yang rentan terhadap DM, menjadi faktor resiko genetik. Faktor

    risiko lain seperti umur, jenis kelamin, merokok, aktifitas fisik,

    asupan makanan, sosial ekonomi, obesitas, hipertensi dan

    dislipidemia, tidak dianalisis dalam penelitian ini karena sudah

    diteliti oleh studi kohor PTM. Namun data penelitian ini akan

    dihubungkan dengan data studi kohor PTM terutama yang terkait

    dengan DM dan data genomik dan marker protein ini akan

    Gen KCNQ1, IGF2BP2,

    DUSP9/MKP4 Gangguan sekresi insulin

    Gen UCP2, KLF14

    Karakteristik individu Lifestyle

    Jenis kelamin, usia,

    TB/BB, Pekerjaan, Genetik Kurang olah raga, pola makan

    tinggi kalori dan lemak

    Gen RETN, SLC30A8

    Obesitas DM

    Resistensi insulin

    Hipoadiponektinemia

    Gen ADIPOQ

    Gangguan metabolisme pada

    jaringan adiposa

    Gen Leptin Pengaturan rasa lapar

    Pre-DM

    Studi Kohor PTM:

    - Identifikasi PTM dan faktor risiko PTM

    - Data demografi, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,

    EKG, rontgen & laboratorium

    Studi Marker Genetik Prediktor

    DM PBTDK:

    - Pemeriksaan gen petanda DM

    - Pemeriksaan protein penanda DM

    Normal

    DM

    Output:

    data faktor

    risiko PTM

  • 9

    melengkapi dan memperkaya data studi kohor faktor risiko PTM

    Badan Litbangkes.

    III.3 Desain dan Jenis Penelitian

    Penelitian ini dirancang menggunakan desain potong lintang non

    eksperimental pada responden studi kohor PTM. Penelitian berbasis laboratorium

    biologi molekular.

    III.4 Tempat dan Waktu

    Pemeriksaan menggunakan bahan biologis tersimpan (BBT) di

    Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi (PPI) P3BTDK, Jakarta yang

    merupakan sampel Studi Kohor FR-PTM.

    III.5 Populasi dan Sampel

    III.5.1. Populasi

    Populasi penelitian ini adalah semua responden studi kohor faktor risiko

    PTM (laki-laki dan perempuan umur 25 – 65 tahun).

    Penelitian studi kohor PTM telah berjalan sejak tahun 2011 dengan

    pengambilan sampel secara 2 tahap. Tahap pertama 2100 responden (direkrut

    tahun 2011, kemudian diikuti kesehatannya dan dilakukan pemeriksaan

    kesehatan pada tahun 2013 dan 2015). Tahap kedua 2900 responden (direkrut

    tahun 2012, kemudian diikuti kesehatannya dan dilakukan pemeriksaan

    kesehatan pada tahun 2014 dan 2016). Namun karena ada beberapa responden

    drop out karena pindah domisili atau menolak dilakukan pemeriksaan

    kesehatan), maka jumlah responden studi kohor PTM yang dilakukan

    pemeriksaan kesehatan pada tahun 2015 berkurang menjadi 1173 responden

    dan 2016 sebanyak 2172 responden.

    Pemeriksaan marker genetik pada penelitian studi Variasi marker genetik

    prediktor DM (tahap I) diambil dari responden studi kohor PTM tahap ke-1

    tahun 2015 dan Studi Marker Protein Prediktor DM Pada Individu Dengan Pre-

    Diabetes diambil dari responden studi kohor PTM tahap ke-2 tahun 2016.

  • 10

    III.5.2 Sampel

    Responden studi kohor PTM yang menderita diabetes atau pre diabetes

    dan kontrol normal (responden dengan kadar gula darah normal) yang dipilih

    secara acak sesuai presentase jumlah diabetes dan pre diabetes.

    III.5.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

    III.5.3.1. Kriteria Inklusi

    Sampel responden studi kohor PTM yang tersimpan.

    III.5.3.2. Kriteria Eksklusi

    - Sampel rusak/ tidak mencukupi kadar/volumenya

    - Tidak tersedia data kesmas (data gula darah/ riwayat DM)

    III.5.4 Estimasi Besar Sampel, Cara Pemilihan dan Penarikan Sampel

    Pemeriksaan genotyping pada seluruh sampel DM dan pre DM, serta

    sebagian sampel normal sebagai kontrol, dengan jumlah seimbang. Karena

    berdasarkan pemeriksaan gula darah didapatkan presentase DM sekitar 10%

    dari jumlah populasi dan pre DM sekitar 30%, maka diambil kontrol normal

    sebanyak 40% dari populasi. Sehingga dilakukan pemeriksaan genotyping pada

    seluruh sampel DM dan pre DM, serta 40% dari sampel normal yang dipilih

    secara acak. Total sebanyak 1475 sampel untuk pemeriksaan polimorfisme

    pada gen UCP2 rs660339, DUSP9/MKP4 rs5945326, SLC30A8 rs13266634,

    Resistin (RETN) rs3745367, IGF2BP2 rs16860234 dan KCNQ1 rs2237892.

    Pemeriksaan protein resistin, insulin, c-peptide dan adiponektin

    dilakukan pada sebagian sampel DM, pre DM dan normal, diambil secara acak

    dengan total sampel 744 plasma.

    III.5.5 Variabel

    Variabel bebas/independen: individu normal, pre diabetes dan DM

    Variable terikat/dependen:

    - Marker genetik, yaitu: adanya SNP pada gen UCP2 rs660339,

    DUSP9/MKP4 rs5945326, SLC30A8 rs13266634, Resistin (RETN)

  • 11

    rs3745367, IGF2BP2 rs16860234, KCNQ1 rs2237892, ADIPOQ

    rs6773957 dan KLF14 rs972283.

    - Marker protein, yaitu: kadar protein resistin, insulin, c-peptide dan

    adiponektin

    III.5.6 Definisi Operasional

    Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    Diabetes

    melitus

    Kadar glukosa setelah 2 jam beban glukosa >200 mg/dL atau

    pernah diagnosis DM

    Prediabetes Yang tergolong TGT (Kadar glukosa plasma 2 jam setelah beban

    antara 140 – 199 mg/dL) dan GDPT (Kadar glukosa plasma

    puasa antara 100 – 125 mg/dL dan 2 jam beban glukosa

  • 12

    pemeriksaan kadar protein menggunakan kit elisa dari Sygma, pembacaan

    menggunakan elisa reader dan berbagai bahan habis pakai.

    III.7.2. Prosedur kerja

    III.7.2.1. Pengambilan sampel

    Sampel berupa Bahan Biologi Tersimpan (BBT) dari sampel studi

    kohor FR-PTM yang telah diambil tahun 2016 dan diolah menjadi

    buffycoat, DNA dan plasma, serta telah disimpan di biorepository

    laboratorium penelitian penyakit infeksi Badan Litbangkes.

    III. 7.2.2. Pengukuran kadar dan kemurnian DNA

    Sampel DNA didapatkan dari biorepository Puslitbang Biomedis dan

    Teknologi Dasar Kesehatan. Masing-masing sampel DNA yang akan

    diperiksa, diambil 2µL untuk diukur konsentrasi dan kemurniannya dengan

    alat kalkulator DNA NanoVue spectrofotometer (GE, USA). Tahapan

    pemeriksaan ini dilakukan sebelum pemeriksaan polimorfisme gen. Tujuan

    pemeriksaan untuk melakukan pengecekan terhadap kemurnian dan

    konsentrasi DNA. Tahapan ini penting untuk melihat kemurnian DNA

    terhadap kontaminan hasil ekstraksi. Selain itu, untuk mendapatkan hasil

    konsentrasi dari DNA untuk menentukan pengenceran terhadap DNA untuk

    pemeriksaan polimorfisme gen.

    III.7.2.3. Persiapan Sampel

    Sampel yang akan diperiksa harus diencerkan dulu konsentrasi

    DNAnya sehingga dalam kisaran 1-10 ng/µl. Pengenceran dilakukan dengan

    menambahkan nuclease free water dan menyamakan konsentrasi menjadi 5

    ng/µl. Sampel yang memiliki konsentrasi DNA rendah (

  • 13

    III.7.2.4. Pemeriksaan Variasi Genetik (Polimorfisme)

    Sebelum dilakukan pemeriksaan sampel dilakukan optimasi sampel

    terlebih dahulu dengan mengambil beberapa sampel untuk diperiksa. Hal ini

    dilakukan untuk menghindari hasil pemeriksaan yang buruk dan tidak

    terbaca.

    Pemeriksaan polimorfisme gen-gen yang dituju dilakukan dengan

    menggunakan metode SNP TaqMan genotyping assay (Applied Biosystem,

    USA). Dalam assay tersebut DNA responden akan direaksikan dengan

    sepasang primer yang meliputi titik dimana nukleotida bermutasi, sepanjang

    sekitar 100 basa. Di dalam reaksi SNP genotyping tersebut juga terkandung

    dua (2) tipe probe, dimana keduanya mempunyai ikatan reporter

    fluorochrome yang berbeda dan akan terikat pada target yang spesifik untuk

    masing-masing probe; satu probe akan terikat pada alel asli (alel wild type)

    dan probe lainnya pada alel yang telah bermutasi (alel mutan). Reaksi SNP

    genotyping akan berjalan dalam mesin real time PCR, dengan menggunakan

    enzim DNA polymerase dan suplai dNTPs. Hasil reaksi tersebut akan

    berupa grafik yang akan menunjukkan type gen berdasarkan titik mutasi

    nukleotida yang telah ditentukan untuk masing-masing gen. Sampel yang

    digunakan adalah DNA hasil ekstraksi dengan konsentrasi 5 ng/ul sehingga

    digunakan 10ng tiap reaksi dengan paduan master mix dan SNP genotyping

    assay sesuai instruksi manual dari produk.

    Analisa hasil reaksi SNP genotyping assay akan dilakukan dengan

    memanfaatkan perangkat lunak dalam mesin real time PCR (Applied

    Biosystem, USA) dan Taqman Genotyper.

    Persiapan bahan

    Master mix

    Taqman genotyping assay master mix 12,5µl

    Taqman genotyping SNP 1,25µl

    RT PCR grade water 9,25µl

    Sampel

    Sampel yang telah diencerkan dengan nuclease free water 2 µl

    Total volume persampel 25µl

  • 14

    Prosedur pemeriksaan :

    Masukkan master mix terlebih dahulu 24,8µl ke dalam mikroplate 96

    well 0,1 ml, kemudian sampel 0,2µl

    Hindari terbentuknya bubble saat memasukkan master mix maupun

    sampel

    Atur alat sesuai ketentuan dalam kit

    Baca hasil

    Gen-gen yang akan diperiksa adalah sebagai berikut:

    No. Gen Fungsi

    1. ADIPOQ Mengatur produksi hormone adiponektin yang menginisiasi

    pembakaran lemak dan proses penggunaan glukosa yang

    berperan pada penurunan lemak dan peningkatan sensitivitas

    insulin. Diperkirakan berkaitan dengan resistensi insulin dan

    disfungsi endotel

    SNP+1212A>G (rs6773957).

    2. KLF14 Master regulator ekspresi gen pada jaringan adipose

    rs972283

    3. Uncoupling

    protein 2

    (UCP2) gene

    Peran UCP berhubungan degan metabolisme energi dan

    obesitas. UCP1 terekspresi di jaringan lemak coklat, UCP2 di

    sistem limfe dan pankreas, berkaitan dgn pengaturan sekresi

    insulin. UCP3 di otot rangka, berkaitan dgn metabolisme lipid.

    rs660339

    4. DUSP9/MKP4 Dual specificity Phosphatase atau mitogen-activatedprotein

    kinase phosphatase-4, berfungsi sebagai negative regulator pada

    pathway insulin-stimulated

    rs5945326

    5. SLC30A8 Solute carrier family 30 (zinc transporter) member 8,

    merupakan gen yang mengkode transporter zink yang

    berhubungan dengan sekresi insulin pada manusia

    rs13266634

    6. Resistin

    (RETN)

    Mengkode hormon (adipokin) resistin yang dihasilkan jaringan

    lemak putih. Resistin menekan diferensiasi adiposit yang diduga

  • 15

    berakibat penumpukan ektopik asam lemak dan lipotoksisitas

    terhadap jaringan non-adiposit.

    SNP+299(G>A) (rs3745367).

    7. IGF2BP2 gen ini diduga mengatur fungsi sel beta (IGF2BP2 and obesity

    interaction analysis for type 2 diabetes mellitus in Chinese Han

    population, Wu HH et al. 2014).

    Ras Melayu: rs16860234

    8. KCNQ1. Mengkode subunit α kanal kalium, yang terutama terekspresi di

    jantung, tetapi juga terekspresi di organ lain seperti pankreas.

    Melayu: rs2283228 dan rs2237892 (C>T)

    III.7.2.5. Pemeriksaan Protein

    Pemeriksaan protein dilakukan pada plasma responden dengan pre

    diabetes dengan normal dan DM sebagai kontrol. Pemeriksaan protein

    dilakukan dengan metode elisa menggunakan kit komersial dari Sigma

    Aldrich berdasarkan petunjuk dari produsen dan hasil optimasi. Protein

    yang diperiksa: Adiponektin, resistin, c-peptide, insulin.

    Petunjuk penyimpanan, isi komponen kit dan pengenceran buffer

    sama pada semua protein. Berikut ini contoh metode pengenceran buffer

    yang diambil dari kit pemeriksaan protein insulin.

    Keterangan produk:

    Kit ELISA Insulin manusia untuk serum, plasma dan supernatan

    sel kultur. Nomor Produk : RAB 0327. Lot No : 0313E0259.

    Penyimpanan :

    Kit disimpan pada freezer -20ºC. Masa aktif 1 tahun. Hindarkan

    dari pengulangan thawing. Standar harus di simpan pada suhu -20ºC atau

    70ºC (disarankan -70ºC ). Microplate strips atau reagen yang sudah

    terbuka bisa disimpan sampai dengan 1 bulan pada suhu 2-8ºC. Taruh

    kembali wells yang tidak terpakai pada kemasan yang bersih dan kering

    dan tutup rekat sepanjang tepinya.

  • 16

    Komponen :

    1. Human Insulin Antibody-coated ELISA Plate (Item A) – RAB0327A-

    EA; 96wells (12 stripsx8 wells) coated with anti-Human Insulin.

    2. 20x Wash Buffer (Item B) – RAB WASH4

    3. Lyophilized Human Insulin Protein Standar (Item C) – RAB0327C-

    1VL

    4. Biotinylated Human Insulin DeteC/Tion Antibody (Item F) –

    RAB0327D-1VL

    5. HRP-Streptavidin (Item G) – RABHRP5

    6. ELISA Colorimetric TMB Reagent (HRP Substrate, Item H) –

    RABTMB3

    7. ELISA Stop Solution (Item l) – RABSTOP3

    8. ELISA 1x Assay/Sample Diluent Buffer A (Item D1) – RABELADA-

    30ML

    9. ELISA 5x Assay/Sample Diluent Buffer B (Item E1) – RABELADB-

    15ML

    Susun peta sampel di mikroplate yang akan digunakan untuk reaksi.

    Sampel dan reagen yang akan digunakan sebaiknya ditempatkan pada

    suhu ruang (18-250C). Letakkan reagen pada es selama persiapan reagen.

    Biarkan plate pada suhu ruang sebelum membuka penutupnya (Persiapan,

    langkah 1).

    Pengenceran buffer untuk sampel/cairan assay (Persiapan, langkah2):

    Assay/sampe buffer diluent B (item E1) harus diencerkan 5 kali dengan

    air distillasi sebelum digunakan.

    Pengenceran buffer untuk sampel / cairan assay (Persiapan, langkah 3):

    Pengenceran buffer sampel A (item D1) digunakan untuk

    pengenceran dari serum atau sampel plasma. Persiapan untuk dilusi

    sampel. Sampel yang akan diuji memiliki konsentrasi yang berbeda-

    beda. Saran pengenceran untuk serum/plasma normal adalah 2 – 10 kali

    (Insulin), 20-200 kali (Resistin), dan 20.000 kali (Adiponektin). Untuk

    pemeriksaan protein C-peptide, encerkan sampel dengan buffer sampel A

    dan biotinylated C-peptidesebanyak 4 kali pengenceran dengan

  • 17

    menambahkan 2,5 µL biotinylated C-peptide yang telah diencerkan 10

    kali, 185 µL buffer A dan 62,5 µL sampel.

    Keterangan : level protein bisa bervariasi antara sampel yang berbeda.

    Faktor pengenceran optimal dari tiap sampel harus

    ditentukan oleh peneliti.

    Hasil optimasi pengenceran sampel:

    - Protein Insulin: Plasma tidak diencerkan.

    - Protein Adiponektin: Pengenceran plasma dilakukan sebanyak 20000

    kali. Urutan langkah yang dilakukan adalah: tambahkan 2 µl plasma

    ke dalam tube dengan 398 µl larutan Human Acrp 30 antibody coated

    elisa plate untuk menyiapkan pengenceran sampel sebanyak 200 kali.

    Campur perlahan dan ambil 2 µl dari sampel yang sudah diencerkan

    sebanyak 200 kali tersebut. Masukkan juga 198 µl larutan Human

    Acrp 30 antibody coated elisa plate untuk mengencerkan sampel

    menjadi 20000 kali.

    - Protein Resistin: Pengenceran plasma dilakukan sebanyak 200 kali.

    Urutan langkah yang dilakukan adalah: tambahkan 1 µl plasma ke

    dalam tube antibody coated elisa plate dengan 198 µl larutan buffer A

    untuk menyiapkan pengenceran sampel sebanyak 200 kali.

    - Protein C-peptide: Plasma tidak diencerkan. Sebanyak 62,5 µL sampel

    plasma ditambahkan 2,5 µL biotinylated C-peptide yang telah

    diencerkan 10 kali dan 185 µL Buffer A.

    Pengenceran masing- masing reagen yang akan digunakan, yaitu

    Wash buffer,Enzyme conjugate, Biotnylated DeteC/Tion Antibody, dan

    HRP- Streptavidin concentrate.

    Penyiapan bahan standar (Persiapan, langkah 4):

    Lakukan pemutaran (sentrifugasi) sebanyak satu buah vial item C,

    tambahkan 400µl cairan assay A (untuk sampel serum/plasma) atau 1x

    cairan assay B (untuk supernatan sel kultur) ke dalam vial item C untuk

    membuat 1400 µlU/ml standar. Larutkan bubuk seluruhnya dan lakukan

    pencampuran secara lembut. Tambahkan 150 µl standar insulin (1400

    µlU/ml) dari vial item C, ke dalam tabung dengan 550 µl cairan assay A

  • 18

    atau 1x cairan assay B untuk mempersiapkan larutan standar. Pipet

    sebanyak 300 µl cairan assay A atau 1x cairan assay B ke dalam tiap

    tabung. Gunakan larutan standar sebanyak 300 µl untuk memproduksi

    seri pengenceran/larutan (seperti pada gambar. Campur setiap tube

    keseluruhan sebelum berpindah. Cairan assay A atau 1x cairan assay B

    bertindak sebagai standar nol (0 µlU/ml).

    Persiapan deteksi antibody Biotinylates (Persiapan, langkah 5) :

    Lakukan pemutaran vial deteksi antibodi (ITEMF) sebelum

    digunakan. Tambahkan 100 µl fari 1x cairan buffer B (Item E1) ke dalam

    vial untu persiapan cairan konsentrat deteksi antibodi. Pipet dengan

    menarik dan lepas untuk mencampur secara lembut (konsentrat dapat di

    simpan pada suhu 4ºC selama 5 hari). Konsentrat deteksi antibodi harus

    diencerkan 80 kali dengan 1x cairan Buffer B (Item E1) dan digunakan

    pada prosedur, langkah 4.

    Pengenceran HRP-Streptavidin konsentrat (persiapan, langkah 6) :

    Lakukan pemutaran vial konsentrat HRP-Streptavidin dan campur

    secara lembut menggunakan pipet sebelum digunakan, karena lapisan

    endapan bisa terbentuk saat penyimpanan. Konsentrat HRP-Streptavidin

    harus diencerkan 500 kali dengan 1x cairan buffer B (item E1).

    Sebagai contoh : lakukan pemutaran vial (Item G) dan campur

    dengan pipet secara lembut. Tambahkan 30 µl konsentrat HRP-

    Streptavidin ke dalam tabung dengan 15 ml 1x cairan Assay B untuk

    mempersiapkan pengenceran sebanyak 500 kali larutan HRP-

  • 19

    Streptavidin (jangan menyimpan larutan untuk digunakan keseokan

    harinya). Campurlah dengan merata.

    Prosedur Kerja:

    1. Susun peta sampel pada masing- masing mikroplate

    2. Pipet sebanyak 25 μL dari insulin standar, kontrol, dan sera dalam

    masing- masing well

    3. Tambahkan 100 μL dari “ Working Insulin Enzyme Conjugate” 1X

    pada masing- masing well

    4. Di canpurkan selama 10 detik

    5. Inkubasi selama 60 menit pada suhu ruang (18-260C).

    6. Buang cairan dari semua well dan cuci sebanyak 3 kali dengan

    300μL dengan menggunakan 1x Wash Buffer.

    7. Tambahkan 100 μL TMB Substrat pada masing- masing well

    8. Inkubasi selama 15 Menit pada suhu ruang

    9. Tambahkan 50 μL “Stop Solution” pada masing- masing well dan

    dihomogenkan

    10. Baca Absorban di Elisa Reader pada panjang gelombang 450 nm.

    Typical Data

    Sensitifitas :

    Minimun dosis untuk deteksi human insulin yang ditentukan adalah

    4 µlU/ml.

    Dosis minimum yang dapat di deteksi didefinisikan sebagai

    konsentrasi analit yang menghasilkan absorbansi yaitu 2 standar deviasi

    yang lebih tinggi dari pada blanko (cairan buffer).

  • 20

    Recovery (perbaikan) :

    Perbaikan ditentukan dengan mengacu pada level dari human

    insulin yang bervariasi pada type sampel seperti pada daftar berikut.

    Rata-rata perbaikan sebagai berikut :

    Linearitas

    Spesifisitas :

    Kit ELISA ini tidak menunjukan reaktifitas silang dengan cytokine

    yang sudah diuji yaitu : Human BDNF, BLC, ENA-78, IL-1 alpha, IL-1

    beta, IL-2, IL-3, IL-5, IL-6, IL-7, IL-8, IL-9, IL-11, IL-12p70, IL-

    12p40,IL13,IL-15, I-309, IP-10, G-CSF, GM-CSF, IFN-gamma, Leptin

    (OB), MCP-1, MCP-2, MCP-3, MDC, MIP-1 alpha, MIP-1 beta, MIP-1

    delta, PARC, PDGF, RANTES, SCF, TARC, TGF-beta, TIMP-1, TNF-

    alpha, TNF-beta, TPO, VEGF.

    III.8. Manajemen dan Analisis Data

    Data identitas, demografi dan riwayat penyakit serta hasil pemeriksaan

    laboratorium akan didapatkan dari studi kohor PTM. Analisa data akan dilakukan

    dengan mengunakan perangkat lunak SPSS dan Taqman Genotyper. Analisis

    Hardy-Weinberg Equilibrium (HWE) dan odds ratio menggunakan software

    online dari www.oege.org. Tingkat kemaknaan () ditentukan pada nilai

    probabilitas (p) kurang dari 5%.

    http://www.oege.org/

  • 21

    III.9. Pertimbangan Etik Penelitian

    Data sosiodemografi dan spesimen darah diperoleh dari data dan spesimen

    responden studi Kohor PTM, Badan Litbangkes. Dalam studi Kohor PTM,

    responden telah dimintakan persetujuan setelah penjelasan dan di dalamnya telah

    menyebutkan kesedeiaan diambil darah dan dilakukan pemeriksaan faktor risiko

    genomik PTM, termasuk DM.

    Persetujuan etik didapatkan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan

    Litbangkes No. LB.02.01/2/KE.235/2017tanggal 19 Juni 2017.

    III.10. Pertimbangan Izin Penelitian

    Tidak memerlukan izin penelitian khusus karena merupakan penelitian

    laboratorium dan dikerjakan di laboratorium PPI, P3BTDK dengan sampel studi

    Kohor PTM tahun 2016.

  • 22

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    Spesimen darah yang diterima dari Studi kohort faktor risiko PTM sebanyak

    2173 dan diproses menjadi plasma dan buffycoat. Spesimen buffycoat yang

    terkumpul dilakukan ekstraksi DNA untuk dilakukan tahap pemeriksaan

    selanjutnya. DNA dan buffycoat disimpan di repository Puslitbang Biomedis dan

    Teknologi Dasar Kesehatan. Penelitian ini dilakukan terhadap spesimen tersimpan

    dari responden yang menderita DM, pre DM dan sampel normal sebagai kontrol.

    Pemeriksaan genotyping dilakukan pada seluruh responden dengan DM, pre

    DM dan sebagian responden dengan gula darah normal yang dipilih secara acak,

    sehingga berjumlah 1475 sampel. Namun tidak seluruh sampel menampilkan hasil

    genotyping, sehingga jumlah data yang dianalisis pada tiap gen berbeda-beda.

    Jumlah sampel DM sebanyak 199, pre DM 633 dan normal sebanyak 643 sampel.

    Pemeriksaan protein resistin, insulin, c-peptide dan adiponektin dilakukan pada

    sampel DM, pre DM dan kontrol normal dengan jumlah sampel DM sebanyak 88,

    pre DM 280 dan normal sebanyak 376 sampel, total sampel 744 plasma.

    Hasil Ekstraksi DNA

    Nilai rerata konsentrasi DNA hasil ekstraksi adalah 213 ng/ul dan

    kemurniannya 1,85. Hasil konsentrasi ini dijadikan rujukan untuk melakukan

    pengenceran hingga 10 ng/ul untuk melakukan pemeriksaan SNP genotyping.

    Nilai konsentrasi dan kemurnian tertuang dalam Lampiran 1.

    Polimorfisme Gen UCP2 rs660339

    Gen UCP2, yaitu salah satu gen yang berperan dalam metabolisme energi

    dan terjadinya obesitas. UCP2 terekspresi di sistem limfe dan pankreas, berkaitan

    dengan pengaturan sekresi insulin. Dijumpai polimorfisme G>A pada rs660339.

  • 23

    Gambar 1. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada gen UCP2 rs660339 pada responden DM,

    Studi Kohor Faktor Risiko PTM, Kota Bogor tahun 2016.

    Gambar 1 menyajikan distribusi alel homozygot wildtype dan mutan serta

    heterozygot pada rs660339 gen UCP2 pada kasus DM. Proporsi genotipe Gen

    UCP2 dengan polimorfisme G>A pada responden DM terbesar adalah A/G

    45,50%, dikuti G/G 36%, lalu A/A (mutan) 18,5%. Frequensi alel A adalah 41,3%

    dan G 58,7%. Tidak ada perbedaan bermakna antara ketiga genotipe dengan p

    value 0,413.

    Gambar 2. Distribusi alel a/a, a/g dan g/g pada gen ucp2 rs660339 pada responden normal,

    Studi Kohor Faktor Risiko PTM, Kota Bogor, 2016.

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

  • 24

    Gambar 2 menyajikan distribusi alel homozygot wildtype dan mutan serta

    heterozygot pada rs660339 gen UCP2 pada populasi normal. Terlihat proporsi

    genotipe A/A paling sedikit, sebanyak 19%, G/G33,5% dan heterozygot A/G

    paling banyak pada kelompok normal, yaitu sebesar 47,5%. Frekuensi alel A

    42,8% dan alel G 57,2%. Tidak ada perbedaan bermakna antara ketiga genotipe

    dengan p value sebesar 0,449.

    Gambar 3. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada gen UCP2 rs660339 pada responden

    dengan pre DM, Studi Kohor Faktor Risiko PTM, Kota Bogor, 2016.

    Gambar 3 menyajikan distribusi alel homozygot wild dan mutan serta

    heterozygot pada rs660339 gen UCP2 pada populasi pre DM. Proporsi homozygot

    A/A paling sedikit sebesar 14,3%, heterozygot A/G 38,8%, sedangkan homozygot

    G/G terbesar, yaitu 46,9%. Frekuensi alel A 33,7% dan G 66,3%. Nilai p value

    0,008, menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara ketiga kelompok alel

    tersebut pada kelompok pre DM.

    Polimorfisme Gen KCNQ1 rs2237892

    Gen KCNQ1 yang diduga mengatur fungsi sel beta pankreas mempengaruhi

    produksi insulin. Dijumpai polimorfisme C>T pada rs2237892. Frekuensi

    polimorfisme pada gen KCNQ1 rs2237892 pada kelompok DM disajikan dalam

    Gambar 4.

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

  • 25

    Gambar 4. Distribusi alel T/T, C/T dan C/C pada gen KCNQ1 rs2237892 pada responden

    DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Tampak dalam Gambar 4 frekuensi homozygot T/T paling sedikit, yaitu

    10,1%, diikuti heterozygot C/T 32,3% dan yang paling banyak adalah homozygot

    C/C (wildtype) pada kelompok DM, lebih dari separuh populasi yaitu 57,6%.

    Frekuensi alel C 73,7% dan T 26,3%. Dengan nilai p sebesar 0,036 menunjukkan

    terdapat perbedaan bermakna proporsi genotipe pada kelompok DM.

    Gambar 5. Distribusi alel T/T, C/T dan C/C pada gen KCNQ1 rs2237892 pada responden

    normal, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Keterangan:

    Biru : T/T

    Hijau : C/T

    Merah : C/C

    Keterangan:

    Biru : T/T

    Hijau : C/T

    Merah : C/C

  • 26

    Gambar 5 menyajikan distribusi alel homozygot wild dan mutan serta

    heterozygot pada rs2237892 Gen KCNQ1 pada responden normal. Terlihat

    proporsi homozygot mutan T/T paling sedikit yaitu 15,6%, diikuti C/C 37,3% dan

    heterozygot C/T paling banyak pada kelompok normal, yaitu 47,1%. Frekuensi

    alel C 60,8% dan T 39,2%. Nilai p sebesar 0,6 menunjukkan tidak ada perbedaan

    bermakna proporsi ketiga genotipe pada kelompok normal.

    Gambar 6 menyajikan distribusi alel homozygot wild dan mutan serta

    heterozygot pada rs2237892 Gen KCNQ1 pada reponden dengan pre DM.

    Terlihat proporsi homozygot mutan T/T paling sedikit, yaitu 16,3%, diikuti C/T

    sebesar 32,4% dan homozygot C/C paling banyak pada kelompok pre DM, yaitu

    51,3%. Frekuensi alel C 67,5% dan T 32,5%. Nilai p pada kelompok ini sebesar

    0,0 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara ketiga genotipe.

    Gambar 6. Distribusi alel T/T, C/T dan C/C pada gen KCNQ1 rs2237892 pada responden

    dengan pre DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Polimorfisme Gen RETN rs3745367

    Gen RETN, yaitu gen yang mengkode resistin, suatu sitokin atau faktor

    sekretorik yang spesifik dihasilkan jaringan adiposa. Resistin diduga berperan

    pada timbulnya obesitas dan diabetes melitus tipe 2. Dijumpai polimorfisme G>A

    pada rs3745367. Frekuensi polimorfisme gen RETN rs3745367 pada penderita

    DM disajikan dalam Gambar 7.

    Keterangan:

    Biru : T/T

    Hijau : C/T

    Merah : C/C

  • 27

    Gambar 7. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada Gen RETN rs3745367 pada responden

    DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Apabila dilihat proporsinya pada penderita DM, maka terlihat frekuensi

    terbesar penderita DM pada studi ini adalah mempunyai genotipe A/G, yaitu

    47,2%, diikuti G/G sebesar 40,7% dan terkecil genotipe A/A, yaitu 12,1%.

    Frekuansi alel A pada kelompok DM sebesar 35,7% dan G 64,3%. Nilai p sebesar

    0,681. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara ketiga genotipe pada kelompok

    DM. Sedangkan pada kelompok normal dan pre DM ditampilkan pada Gambar 8

    dan 9.

    Gambar 8. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada Gen RETN rs3745367 pada responden

    normal, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

  • 28

    Gambar 8 menunjukkan proporsi terbesar pasangan alel pada Gen RETN

    rs3745367 pada responden normal adalah heterozygot A/G yaitu sebesar 55%,

    sekitar separuh responden normal. Diikuti genotipe homozygot G/G sebesar

    38,2% dan A/A terkecil yaitu 6,8%. Terdapat perbedaan bermakna antara ketiga

    genotipe pada kelompok normal, dengan nilai p 0,0. Frekuensi alel A pada

    kelompok normal sebesar 34,3% dan G sebesar 65,7%. Gambar 9 menyajikan

    distribusi alel pada responden pre DM.

    Gambar 9 menunjukkan proporsi terbesar pada kelompok pre DM adalah

    heterozygot A/G, yaitu hampir separuh dari responden 54,5%. Diikuti G/G

    sebesar 35,3% dan A/A 10,3%. Gambaran ini hampir sama dengan kelompok

    normal, namun terdapat pola kecenderungan proporsi genotipe A/A semakin kecil

    pada kelompok normal dan paling besar pada kelompok DM. Frekuensi alel A

    37,5% dan G 62,5%. Nilai p 0,0 menunjukkan terdapat perbedaanyang bermakna

    antara ketiga genotipe pada responden pre DM.

    Gambar 9. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada Gen RETN rs3745367 pada responden

    dengan pre DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Polimorfisme gen DUSP9/MKP4 rs5945326

    Salah satu gen yang berperan sebagai regulator negatif pada jalur stimulasi

    penghasil insulin, yaitu gen DUSP9/MKP4. Terdapat polimorfisme A>G pada

    rs5945326. Frekuensi pasangan alel pada rs5945326 gen DUSP9/MKP4 pada

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

  • 29

    kelompok DM disajikan dalam Gambar 10. Sedangkan pada kelompok normal

    disajikan dalam Gambar 11.

    Gambar 10. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada Gen DUSP9/MKP4 rs5945326 pada

    responden DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Pada Gambar 10 terlihat proporsi terbesar pada kelompok DM adalah

    genotipeG/G yaitu 48,7% hampir separuh responden. Diikuti A/A 37% dan A/G

    14,3%. Frekuensi alel A 44,2% dan G 55,8%. Nilai p sebesar 0,0 menunjukkan

    terdapat perbedaan bermakna antara kelompok genotipe pada responden DM.

    Gambar 11. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada Gen DUSP9/MKP4 rs5945326 pada

    responden normal, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

  • 30

    Gambar 11 menyajikan distribusi alel pada Gen DUSP9/MKP4 rs5945326

    pada responden normal. Proporsi terbesar adalah genotipe G/G, yaitu 57,7% lebih

    dari separuh responden. Diikuti A/G 33% dan A/A 29%. Nilai p 0,0 menunjukkan

    terdapat perbedaan bermakna pada ketiga genotipe ini pada responden normal.

    Frekuensi alel A 35,6% dan G 64,4%.

    Gambar 12. Distribusi alel A/A, A/G dan G/G pada Gen DUSP9/MKP4 rs5945326 pada

    responden pre DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Gambar 12 menyajikan distribusi genotipe DUSP9/MKP4 rs5945326 pada

    responden pre DM. Terlihat proporsi terbesar adalah genotipe G/G, yaitu 53,1%

    lebih dari separuh responden. Diikuti A/A 30,2% dan A/G 16,8%. Nilai p 0,0

    menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada ketiga genotipe ini pada

    responden pre DM. Frekuensi alel A 38,5% dan G 61,5%.

    Polimorfisme Gen SLC30A8 rs13266634

    Gen SLC30A8, yaitu transporter ion seng (Zn) yanng merupakan solute

    carrier family 30 member 8, merupakan gen yang mengkode transporter Zn yang

    berhubungan dengan sekresi insulin pada manusia. Dijumpai polimorfisme C>T

    pada rs13266634. Distribusi genotipe gen SLC30A8 rs13266634 pada kelompok

    DM disajikan dalam Gambar 13, sedangkan pada kelompok normal disajikan

    dalam Gambar 14. Terlihat genotipe terbesar pada kelompok DM adalah C/T,

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

  • 31

    yaitu 40,7%. Diikuti C/C 31,9% dan T/T 27,4%. Nilai p 0,03 menunjukkan

    terdapat perbedaan bermakna pada ketiga genotipe ini pada responden DM.

    Frekuensi alel C 52,2% dan T 47,8%.

    Gambar 13. Distribusi genotipeC/C, C/T dan T/T pada Gen SLC30A8 rs13266634 pada

    responden DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Terlihat pada Gambar 14 bahwa genotipe terbesar pada kelompok normal

    pada gen SLC30A8 rs13266634 adalah C/C, yaitu 37,6%. Diikuti C/T 33,7% dan

    T/T 28,7%. Nilai p 0,0 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara ketiga

    genotipe ini pada responden normal. Frekuensi alel C 54,5% dan T 45,5%.

    Gambar 14. Distribusi alel C/C, C/T dan T/T pada Gen SLC30A8 rs13266634 pada

    responden normal, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Keterangan:

    Biru : T/T

    Hijau : C/T

    Merah : C/C

    Keterangan:

    Biru : T/T

    Hijau : C/T

    Merah : C/C

  • 32

    Gambar 15 menyajikan variasi genotipe SLC30A8 rs13266634 pada

    kelompok responden dengan pre DM. Terlihat bahwa genotipe terbanyak pada

    kelompok pre DM adalah C/C, yaitu 39,2%. Diikuti C/T 36,8% dan T/T 24,1%.

    Nilai p 0,0 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada ketiga kelompok

    genotipe ini pada responden pre DM. Frekuensi alel C 57,5% dan T 42,5%.

    Gambar 15. Distribusi alel C/C, C/T dan T/T pada Gen SLC30A8 rs13266634 pada

    responden pre DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Polimorfisme Gen IGF2BP2 rs16860234

    Gen IGF2BP2 yang diduga mengatur fungsi sel beta pankreas

    mempengaruhi produksi insulin. Dijumpai polimorfisme A>C pada rs16860234.

    Distribusi genotipe pada gen IGF2BP2 rs16860234 disajikan dalam Gambar 16

    untuk kelompok DM, Gambar 17 pada kelompok normal dan Gambar 18 pada

    kelompok pre DM.

    Keterangan:

    Biru : T/T

    Hijau : C/T

    Merah : C/C

  • 33

    Gambar 16. Distribusi genotipe A/A, A/C dan C/C pada Gen IGF2BP2 rs16860234 pada

    responden DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Gambar 16 menyajikan variasi gen IGF2BP2 rs16860234 pada kelompok

    responden dengan DM. Terlihat bahwa genotipe terbanyak pada kelompok DM

    adalah A/C, yaitu 47,6%. Diikuti A/A 41,9% dan C/C 10,5%. Nilai p 0,429

    menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada ketiga kelompok genotipe

    ini pada responden DM. Frekuensi alel A 65,7% dan C34,4%.

    Gambar 17. Distribusi genotipe A/A, A/C dan C/C pada Gen IGF2BP2 rs16860234 pada

    responden normal, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016

    Keterangan:

    Biru : C/C

    Hijau : AC

    Merah : A/A

    Keterangan:

    Biru : C/C

    Hijau : AC

    Merah : A/A

  • 34

    Gambar 17 menyajikan variasi genotipe IGF2BP2 rs16860234pada

    kelompok responden normal. Terlihat bahwa genotipe terbanyak pada kelompok

    normal adalah A/C, yaitu 49,7%. Diikuti A/A 44,2% dan C/C 6,1%. Nilai p 0,449

    menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada ketiga kelompok genotipe

    ini pada responden DM. Frekuensi alel A 69,0% dan C 31,0%.

    Gambar 18. Distribusi genotipe A/A, A/C dan C/C pada Gen IGF2BP2 rs16860234 pada

    responden pre DM, studi kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Gambar 18 menyajikan variasi genotipe IGF2BP2 rs16860234pada

    kelompok responden dengan pre DM. Terlihat bahwa genotipe terbanyak pada

    kelompok pre DM adalah A/C, yaitu 38,9%. Diikuti A/A 52,4% dan C/C 8,6%.

    Nilai p 0,430 menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada ketiga

    kelompok genotipe ini pada responden pre DM. Frekuensi alel A 71,9% dan C

    28,1%.

    Polimorfisme Gen KLF14 rs972283

    Gen KLF14, yaitu salah satu gen yang berperan sebagai master regulator

    ekspresi gen pada jaringan adipose pada rs972283 dijumpai polimorfisme A>G.

    distribusi genotipe pada gen KLF14 rs972283 di kelompok responden dengan DM

    disajikan dalam Gambar 19.

    Keterangan:

    Biru : C/C

    Hijau : AC

    Merah : A/A

  • 35

    Gambar 19. Distribusi genotipe KLF14 rs972283 pada responden DM, studi kohor faktor

    risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Gambar 19 menyajikan variasi genotipe KLF14 rs972283 pada kelompok

    responden DM. Terlihat bahwa genotipe terbanyak pada kelompok DM adalah

    A/G, yaitu 43,2%, hampir separuh responden DM. Diikuti G/G37,9% dan

    A/A18,9%. Nilai p 0,136 menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada

    ketiga kelompok genotipe ini pada responden DM. Frekuensi alel A 40,5% dan

    G59,5%.

    Gambar 20. Distribusi genotipe KLF14 rs972283 pada responden normal, studi kohor faktor

    risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

  • 36

    Gambar 20 menyajikan variasi genotipe KLF14 rs972283 pada kelompok

    responden normal. Terlihat bahwa genotipe terbanyak pada kelompok normal

    adalah A/G, yaitu 53,3%, lebih dari separuh responden normal. Diikuti G/G

    35,9% dan A/A 10,6%. Nilai p 0,0 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna

    pada ketiga kelompok genotipe ini pada responden normal. Frekuensi alel A

    37,4% dan G 62,6%.

    Gambar 21 menyajikan variasi genotipe KLF14 rs972283 pada kelompok

    responden dengan pre DM. Terlihat bahwa genotipe terbanyak pada kelompok pre

    DM adalah G/G, yaitu 65,1%. Diikuti A/G 20,6% dan A/A14,3%. Nilai p 0,0

    menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada ketiga kelompok genotipe ini

    pada responden pre DM. Frekuensi alel A 24,6% dan G75,4%.

    Gambar 21. Distribusi genotipe KLF14 rs972283 pada responden pre DM, studi kohor

    faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Polimorfisme Gen ADIPOQ rs6773957

    Gen ADIPOQ, mengatur produksi hormon adiponektin yang menginisiasi

    pembakaran lemak dan proses penggunaan glukosa yang berperan pada penurunan

    lemak dan peningkatan sensitivitas insulin. Diperkirakan berkaitan dengan

    resistensi insulin dan disfungsi endotel. Dijumpai polimorfisme A>G pada

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

  • 37

    rs6773957. Distribusi genotipe pada gen ADIPOQ rs6773957 disajikan dalam

    Gambar 22 untuk responden DM, Gambar 23 untuk responden normal dan

    Gambar 24 untuk responden pre DM.

    Gambar 22. Distribusi genotipe gen ADIPOQ rs6773957 pada responden DM, studi kohor

    faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Gambar 22 menyajikan variasi genotipe ADIPOQ rs6773957 pada

    kelompok responden DM. Terlihat bahwa genotipe terbanyak pada kelompok DM

    adalah A/A, yaitu 38,4%. Diikuti A/G 33,8% dan A/A 27,8%. Nilai p 0,0

    menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada ketiga kelompok genotipe ini

    pada responden DM. Frekuensi alel A 55,3% dan G 44,7%.

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

  • 38

    Gambar 23. Distribusi genotipe gen ADIPOQ rs6773957 pada responden normal, studi

    kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Gambar 23 menyajikan variasi genotipe ADIPOQ rs6773957 pada

    kelompok responden normal. Terlihat bahwa genotipe terbanyak pada kelompok

    normal adalah A/A, yaitu 56,3%, lebih dari separuh responden normal. Diikuti

    A/G 25,4% dan G/G18,3%. Nilai p 0,0 menunjukkan terdapat perbedaan

    bermakna pada ketiga kelompok genotipe ini pada responden normal. Frekuensi

    alel A 69% dan G 31%.

    Keterangan:

    Biru : G/G

    Hijau : A/G

    Merah : A/A

  • 39

    Gambar 24. Distribusi genotipe gen ADIPOQ rs6773957 pada responden pre DM, studi

    kohor faktor risiko PTM, kota Bogor tahun 2016.

    Gambar 24 menyajikan variasi genotipe ADIPOQ rs6773957pada kelompok

    responden dengan pre DM. Terlihat bahwa genotipe terbanyak pada kelompok pre

    DM adalah A/A, yaitu 56%. Diikuti A/G 28,3% dan G/G15,7%. Nilai p 0,0

    menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada ketiga kelompok genotipe ini

    pada responden pre DM. Frekuensi alel A 70,2% dan G 29,8%.

    Analisis Hardy-Weinberg Equilibrium (HWE) dan Odds Ratio

    Analisis Hardy-Weinberg Equilibrium (HWE) dan odds ratio menggunakan

    software online dari www.oege.org. Seluruh gen yang diperiksa pada populasi

    Studi Kohor Faktor Risiko PTM tidak dalam kesetimbangan HWE. Dimana nilai

    p pada rs660339 dan rs16860234 sebesar 0,001-0,005; pada rs2237892,

    rs3745367, rs5945326, rs6773957, rs972283 dan rs13266634 p

  • 40

    Tabel 1. Odds ratio antara genotipe dengan kejadian DM atau pre DM pada gen UCP2

    rs660339.

    Test Odds Ratio 95% CI Chi sq p TestOdds

    Ratio95% CI Chi sq p Test

    Odds

    Ratio95% CI Chi sq p

    Het vs

    Common

    Hz

    0,88 0,62-1,25 0,49 >0,05

    Het vs

    Common

    Hz

    0,58 0,46-0,74 18,65 0,05

    Rare Hz vs

    Het0,95 0,71-1,28 0,10 >0,05

    Rare Hz vs

    Common

    Hz

    0,91 0,58-1,42 0,19 >0,05

    Rare Hz vs

    Common

    Hz

    0,54 0,39-0,75 13,78

  • 41

    Tabel 3. Odds ratio antara genotipe dengan kejadian DM atau pre DM pada gen RETN rs3745367.

    Test Odds Ratio 95% CI Chi sq p TestOdds

    Ratio95% CI Chi sq p Test

    Odds

    Ratio95% CI Chi sq p

    Het vs

    Common

    Hz

    0,80 0,58-1,12 1,64 >0,05

    Het vs

    Common

    Hz

    1,07 0,84-1,36 0,29 >0,05

    Het vs

    Common

    Hz

    0,99 0,79-1,23 0,01 >0,05

    Rare Hz vs

    Het2,07 1,21-3,54 7,37 0,005-0,01

    Rare Hz vs

    Het1,54 1,02-2,32 4,25 0,01-0,05

    Rare Hz vs

    Het1,67 1,14-2,44 7,13 0,005-0,01

    Rare Hz vs

    Common

    Hz

    1,67 0,97-2,87 3,44 >0,05

    Rare Hz vs

    Common

    Hz

    1,64 1,07-2,51 5,30 0,01-0,05

    Rare Hz vs

    Common

    Hz

    1,65 1,12-2,44 6,40 0,01-0,05

    Normal vs DM SNP374 Normal vs PreDM SNP374 Normal vs (PreDM+DM) SNP374

    Hasil analisis OR gen DUSP9/MKP4 rs5945326 menunjukkan genotipe

    mutan G/G berisiko 1,5x lebih besar daripada genotipe A/A untuk menjadi DM,

    dengan p yang bermakna. Hal ini disajikan dalam Tabel 4.

    Tabel 4. Odds ratio antara genotipe dengan kejadian DM atau pre DM pada gen

    DUSP9/MKP4 rs5945326.

    Test Odds Ratio 95% CI Chi sq p TestOdds

    Ratio95% CI Chi sq p Test

    Odds

    Ratio95% CI Chi sq p

    Het vs

    Common

    Hz

    1,25 0,78-2,01 0,87 >0,05

    Het vs

    Common

    Hz

    1,37 0,99-1,9 3,72 >0,05

    Het vs

    Common

    Hz

    1,34 0,99-1,81 3,69 >0,05

    Rare Hz vs

    Het1,21 0,74-1,99 0,58 >0,05

    Rare Hz vs

    Het0,82 0,58-1,17 1,17 >0,05

    Rare Hz vs

    Het0,92 0,66-1,27 0,27 >0,05

    Rare Hz vs

    Common

    Hz

    1,52 1,08-2,14 5,73 0,01-0,05

    Rare Hz vs

    Common

    Hz

    1,13 0,88-1,46 0,91 >0,05

    Rare Hz vs

    Common

    Hz

    1,23 0,98-1,55 3,13 >0,05

    Normal vs DM SNP594 Normal vs PreDM SNP594 Normal vs (PreDM+DM) SNP594

    Hasil analisis OR genotipeSLC30A8 rs13266634terhadap kejadian DM

    maupun pre DM menunjukkan tidak ada yang bermakna, dengan nilai p >0,05 dan

    95%CI melewati angka 1. Hal ini disajikan dalam Tabel 5.

    Tabel 5. Odds ratio antara genotipe dengan kejadian DM atau pre DM pada gen SLC30A8

    rs13266634.

    Test Odds Ratio 95% CI Chi sq p TestOdds

    Ratio95% CI Chi sq p Test

    Odds

    Ratio95% CI Chi sq p

    Het vs

    Common

    Hz

    1,44 0,99-2,08 3,72 >0,05

    Het vs

    Common

    Hz

    1,05 0,81-1,37 0,15 >0,05

    Het vs

    Common