LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat...

39
LAPORAN KAJIAN LETHAL OVITRAP SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALIAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit 2016

Transcript of LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat...

Page 1: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

LAPORAN KAJIAN

LETHAL OVITRAP SEBAGAI ALTERNATIF

PENGENDALIAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE

(DBD)

Kementerian Kesehatan Republik IndonesiaBadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

2016

Page 2: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

KATA PENGANTAR

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor dengan jumlah

kasus semakin meningkat dan penyebaran semakin meluas. Semua provinsi di Indonesia

sudah terjangkit DBD dengan jumlah kasus dan kematian bervariasi. Pencegahan DBD

yang efektif dan efisien dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor DBD melalui

kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3 M Plus oleh masyarakat secara mandiri.

Kegiatan "Plus" pada PSN dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi wilayah setempat.

Hasil diskusi dengan program, dalam hal ini Sub Direktorat Pengendalian Penyakit Tular

Vektor dan Zoonosis (Subdit PPTVZ) ketika Rapat Kerja (Raker) Badan Penelitian

Kesehatan tahun 2016, telah memperoleh masukan bahwa perlu dilakukan kajian tentang

penerapan ovitraps sebagai pendukung PSN. Berbagai penelitian tentang ovitraps dan

lethal ovitraps yang telah dilakukan berhasil menurunkan populasi nyamuk vektor secara

signifikan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kajian tentang penerapan ovitraps

sebagai pendukung kegiatan PSN perlu dilakukan, untuk memberikan masukan kepada

program tentang berbagai aspek yang hams dilakukan dalam penerapan ovitraps di

masyarakat, agar dapat berjalan efektif, efisien dan berkesinambungan.

Penulis

Page 3: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

RINGKASAN KAJIAN

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virusdengue. Serotip virus dengue diketahui ada empat, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4yang dapat dibedakan secara serologis. Target angka kesakitan//nc/ctence Rate (IR) DBDtahun 2014 sebesar < 51 per 100.000 penduduk, dan secara nasional target tersebut telahtercapai dengan IR DBD pada tahun 2014 sebesar 39,76 per 100.000 penduduk. Akantetapi, ada 8 provinsi dengan IR > 51 per 100.000 penduduk. Meskipun IR DBD cenderungmeningkat, akan tetapi angka kematian cenderung mengalami penurunan dan pada tahun2014 angka kematian secara nasional sebsar 0,90%. Berdasarkan Rencana StrategisKementerian Kesehatan Rl 2015 - 2019 target yang hams dicapai adalah sebanyak 68%kabupaten/kota dengan IR DBD < 49/100.000 penduduk.

Pencegahan penularan DBD dapat dilakukan dengan memutus rantai penularan,antara lain dengan mengendalikan populasi nyamuk vektor sehingga tidak menjadi masalahdalam penularan DBD. Hal tersebut dapat dilakukan secara fisik/mekanik, kimia dan biologi.Pengendalian vektor yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri dan denganbiaya yang relatif murah adalah pengendalian vektor secara fisik/mekanik melalui kegiatanpemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kegiatan PSN yang dikembangkan oleh programKemenkes Rl saat ini adalah PSN melalui kegiatan 3M Plus. Kegiatan 3 M adalah mengurasdan menyikat tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air danmemanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air.Kegiatan "Plus" antara lain menaburkan bubuk larvasida, memelihara ikan pemakan jentik,serta pemasangan lethal ovitrap.

Dalam perkembangannya ovitrap dapat dilakukan modifikasi menjadi lethal ovitrapdengan memberikan larvasida atau ovisida. Penerapan lethal ovitrap dengan menggunakaninsektisida insektisida pada ovistrip dapat mengurangi kepadatan nyamuk Ae. aegyptidewasa. Beberapa penelitian yang telah dilakukan di Indonesia baik menggunakan ovitrapdengan atractan maupun lethal ovitrap telah berhasil menurunkan kepadatan nyamuk vektorsecara signifikan meskipun pada skala kecil. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan kajianterhadap penerapan ovitrap /lethal ovitrap sebagai altematif nilai "Plus" pada PSN.

Virus dengue ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamukgenus Aedes. Aedes aegypti merupakan vektor utama dan di Indonesia temtama Ae.albopictus merupakan vektor sekunder. Habitat perkembangbiakan Aedes sp. adalahtempat-tempat yang dapat menampung air di dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempat-tempat umum. Cara yang sudah dikenal secara luas di Indonesia dalam pengendalianvektor secara ekologis adalah dengan melakukan pemberantasan habitat jentik nyamukyang dikenal dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Pemberantasan sarangnyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur.Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan 3M Plus pemasangan ovitrap yangdapat dipakai sebagai alat surveilans vektor maupun alat pengendali nyamuk Ae. aegypti.

Ovitrap berarti alat yang digunakan sebagai perangkap telur nyamuk atau dapatdisebut artificial breeding places atau tempat berkembang biak nyamuk buatan. Nyamuk Ae.aegypti dan Ae. albopictus merupakan sasaran dari pemasangan ovitrap, karena keduaspesies tersebut merupakan nyamuk domestik dan berkembangbiak pada tempat-tempatpenampungan air di dalam dan di luar/sekitar rumah. Lethal ovitrap adalah ovitrap yangdimodifikasi dengan memberikan insektisida pada padel/sfrvp sebagai pembunuh nyamukyang hinggap. Lethal ovitrap dapat juga dilakukan dengan menambahkan larvasida pada airdalam ovitrap.

Penerapan lethal ovitrap di lingkungan masyarakat secara prinsip hamsmenyesuaikan dengan kebijakan Kementerian Kesehatan Rl yaitu terpadu, baik dalammetode pengendalian, pengorganisasian, maupun pelaksanaannya dengan melibatkanlintas sektor terkait. Berdasarkan informasi dari WHO, menyatakan bahwa pemasanganovitrap sebagai pengendali vektor dilakukan dalam jumlah yang banyak dan dipasang

Page 4: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

secara periodik. Pemasangan lethal ovitrap sebaiknya pada tempat lembab dan gelap dimana nyamuk Aedes sp suka beristirahat.

Penerapan lethal ovitraps sebaiknya dengan bahan dan metode yang mudah danmurah, sehingga masyarakat dalam menerapkan secara mandiri dan berkesinambungan.Adapun metode penerapan lethal ovitrap disarankan menggunakan kaleng atau gelasplastik/kaca dengan diberi kertas saring atau kain untuk tempat bertelur. Apabila terdapattelur dalam kaleng/gelas, agar tidak berkembang menjadi jentik, maka diberikan larvasidasebagai pembunuh jentik. Sebelum penerapan lethal ovitrap hams diberikan sosialisasikepada masyarakat cara pembuatan dan penerapannya, serta perlu dilakukanpengorganisasian yang baik dengan melibatkan berbagai pemangku pemerintahan agarmemperoleh dukungan untuk kesinambungannya.

Page 5: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

RINGKASAN KAJIAN 3

DAFTAR ISI 5

DAFTAR GAMBAR 7

A. PENDAHULUAN 8

1. Latar Belakang Masalah 8

2. Rumusan Masalah 10

3. Tujuan Kajian 10

3.1.Tujuan umum 10

3.2. Tujuan khusus 10

4. Manfaat Kajian 10

5. Bahan dan Cara 11

5.1.Kerangka Konsep 11

5.2.Desain Kajian 11

5.3.Tempat dan Waktu 11

5.4.lnforman 12

5.5. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data 12

5.6. Pengawasan Kualitas Data 12

5.7.Manajemen Data 12

5.8.Analisis Data 12

6. Definisi Operasional 13

B. INFEKSI DENGUE 13

C. VEKTOR DAN PENGENDALIANNYA 14

1. Vektor Demam Berdarah Dengue 14

2. Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue 15

5

Page 6: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

2.1. Pengendalian secara kimiawi 15

2.2. Pengendalian secara hayati 17

2.3. Pengendalian secara genetik 18

2.4. Pengendalian secara ekologis 18

D. OVITRAP DAN LETHAL OVITRAP 19

1. Definisi Ovitrap dan Lethal ovitrap 19

2. Fungsi Ovitrap dan Lethal ovitrap 20

3. Jenis Ovitrap 20

3.1. Non lethal ovitrap 20

3.2. Lethal ovitrap tanpa insektisida 21

3.3. Lethal ovitrap dengan insektisida 22

4. Prinsip Pengendalian Vektor Menggunakan Ovitrap 23

5. Cara Pemasangan Lethal Ovitrap 24

6. Pemasyarakatan Lethal Ovitrap 25

E. PROGRAM PENGENDALIAN VEKTOR DBD 26

F. ANALISISGAP 27

G. POLICY OPTION DAN PENELITIAN 28

H. KETERBATASAN 30

I. UCAPAN TERIMA KASIH 30

J. DAFTAR PUSTAKA 31

K. PERSETUJUAN ATASAN YANG BERWENANG 35

L SURAT KEPUTUSAN 36

M. SUSUNAN TIM KAJIAN 38

N. JADWAL KEGIATAN KAJIAN 39

6

Page 7: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Non lethalovitrap (Deschamps, 2005) 21

Gambar 2. Lethal ovitrap dengan barrier kawat 21

Gambar 3. Sticky ovitrap sederhana 22

Gambar 4. Double sticky ovitrap 22

Page 8: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue yang termasuk dalam famili Flaviviridae. Serotip virus dengue diketahui

ada empat, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang dapat dibedakan secara

serologis (World Health Organization, 2009; Djunaedi, 2006). Infeksi dari salah satu

serotip tidak melindungi terhadap serotip yang lain. Pengembangan vaksin yang efektif

untuk memberikan imunitas terhadap empat serotip virus dengue saat ini masih

dilakukan (World Health Organization, 2009).

Lebih dari 100 negara anggota WHO termasuk dalam wilayah endemis infeksi

dengue dan diperkirakan 50 juta terjadi infeksi dengue terjadi setiap tahun. Infeksi

dengue yang terjadi, diperkirakan 500.000 merupakan penderita demam berdarah

dengue (DBD) dengan perawatan di rumah sakit dan 2,5% diantaranya mengalami

kematian temtama pada anak-anak (WHO, 2011). Pada tahun 2010 infeksi dengue

telah tersebar di 440 Kab/Kota di 33 Provinsi di Indonesia. Target angka

kesakitan//nc/ctence Rate (IR) DBD tahun 2014 sebesar < 51 per 100.000 penduduk,

dan secara nasional target tersebut telah tercapai dengan IR DBD pada tahun 2014

sebesar 39,76 per 100.000 penduduk. Akan tetapi, ada 8 provinsi dengan IR > 51 per

100.000 penduduk, yaitu di Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan

Barat, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Sulawesi Utara. Meskipun IR

DBD cenderung meningkat, akan tetapi angka kematian cenderung mengalami

penumnan dan pada tahun 2014 angka kematian secara nasional sebsar 0,90%

(Kemenkes Rl 2015a). Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Rl

2015 - 2019 target yang hams dicapai adalah sebanyak 68% kabupaten/kota dengan

IR DBD < 49/100.000 penduduk (Kemenkes, Rl 2015b).

Penularan DBD dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan vektor, dalam

hal ini nyamuk Aedes sp. Spesies nyamuk penular DBD di Indonesia temtama adalah

Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk Aedes sp. mengalami metamorfosis

sempurna, yaitu : telur - jentik (larva) - pupa - nyamuk. Stadium telur hingga pupa

berkembang biak di air. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa kurang lebih

9-10 hari dan umur nyamuk betina mencapai 2-3 bulan (Kemenkes Rl 2015a).

Habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. adalah tempat-tempat yang

dapat menampung air di dalam, di luar atau sekitar rumah/bangunan dan dapat

dikelompokkan, yaitu 1) tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari,

seperti : bak mandi/wc, drum, tempayan, dll; 2) TPA bukan untuk keperluan sehari-

hari, seperti : tempat minum burung, vas bunga, talang tersumbat, barang bekas, dll;

Page 9: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

3) TPA alamiah, seperti : lubang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa/coklat, dll

(WHO SEARO, 2003).

Demam berdarah dengue sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang

spesifik, sehingga upaya penanggulangan ditekankan pada pengobatan dini yang

adekuat dan pencegahan penularan. Cara pencegahan terhadap penularan DBD

dapat dilakukan dengan memutus rantai penularan, antara lain mencegah adanya

gigitan nyamuk dan mengendalikan populasi nyamuk vektor sehingga tidak menjadi

masalah dalam penularan DBD. Hal tersebut dapat dilakukan secara fisik/mekanik,

kimia dan biologi. Pengendalian vektor yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara

mandiri dan dengan biaya yang relatif murah adalah pengendalian vektor secara

fisik/mekanik melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kegiatan PSN

yang dikembangkan oleh program Kemenkes Rl saat ini adalah PSN melalui kegiatan

3M Plus. Kegiatan 3 M adalah menguras dan menyikat tempat penampungan air,

menutup rapat tempat penampungan air dan memanfaatkan atau mendaur ulang

barang-barang bekas yang dapat menampung air. Kegiatan "Plus" antara lain

menaburkan bubuk larvasida, memelihara ikan pemakan jentik, memakai obat anti

nyamuk dan cara lain seperti pemasangan lethal ovitrap (Kemenkes Rl, 2015a).

Oviposition trap atau ovitrap merupakan metode surveilans vektor DBD yang

digunakan untuk mendeteksi adanya Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Ovitrap juga

dapat digunakan sebagai metode evaluasi keberadaan vektor setelah dilakukan suatu

intervensi pengendalian vektor (Focks, 2003). Dalam perkembangannya ovitrap

dilakukan modifikasi menjadi lethal ovitrap yang digunakan sebagai pengendali vektor

dengan memberikan larvasida atau ovisida. Penerapan lethal ovitrap dengan

menggunakan insektisida deltamethrin pada ovistrip di Brazil dapat mengurangi

kepadatan nyamuk Ae. aegypti dewasa. Penggunaan lethal ovitrap merupakan upaya

yang sederhana dan efektif apabila diterapkan dalam jumlah yang cukup banyak serta

sesuai dengan kondisi spesifik wilayah intervensi (World Health Organization, 2009).

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan di Indonesia baik

menggunakan ovitrap dengan atractan maupun lethal ovitrap telah berhasil

menurunkan kepadatan nyamuk vektor secara signifikan meskipun pada skala kecil

(Ramadhani & Wahyudi, 2013; Salim & Tri Baskoro Tunggul Satoto, 2015). Strategi

program pengendalian vektor DBD adalah mengedepankan upaya pemberdayaan

masyarakat dan peran serta masyarakat, dengan tujuan untuk mewujudkan individu

dan masyarakat yang mandiri dalam mencegah dan melindungi diri dari penularan

DBD. Berdasarkan hal-hal tersebut perlu dilakukan kajian terhadap penerapan ovitrap

/ lethal ovitrap sebagai alternatif nilai "Plus" pada PSN yang dapat dilakukan oleh

masyarakat secara mandiri.

Page 10: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang perlu dikaji

adalah bagaimana penerapan PSN 3 M "Plus" pemasangan ovitrap / lethal ovitrap

melalui partisipasi masyarakat sebagai upaya pengendalian vektor DBD secara

mandiri.

3. Tujuan Kajian

3.1. Tujuan umum

Tujuan umum adalah melakukan kajian terhadap penerapan PSN 3 M plus

ovitrap / lethal ovitrap melalui partisipasi masyarakat sebagai upaya pengendalian

vektor DBD secara mandiri.

3.2. Tujuan khusus

a. Mengkaji manfaat ovitrap dan lethal ovitrap dalam pengendalian vektor DBD.

b. Mengkaji metode aplikasi ovitrap / lethal ovitrap di masyarakat sebagai

alternatif pengendalian vektor DBD.

c. Mengkaji pelaksanaan ovitrap / lethal ovitrap di masyarakat di Jawa Tengah

(sampling).

4. Manfaat Kajian

a. Memberikan masukan kepada program untuk pemasyarakatan penerapan ovitrap /

lethal ovitrap sebagai nilai "Plus" pada kegiatan PSN 3M dalam pengendalian

vektor DBD secara tepat (cara, sasaran, tempat).

b. Memberikan masukan kepada program tahap-tahap pemberdayaan masyarakat

dalam penerapan ovitrap/ lethal ovitrap di lingkungan masyarakat.

10

Page 11: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

5. Bahan dan Cara

5.1. Kerangka Konsep

Penatalaksaan

Kasus

Fisik/mekanik

PengelolaanLingkungan

PSN3M

Plus

Ovitrap / Lethalovitrap

i L

Penerapan tepatmelalui pemberdayaan

masyarakat

5.2. Desain Kajian

Kajian ini merupakan review sebagai bentuk evaluasi terhadap penerapan

ovitrap / lethal ovitrap dalam menunjang nilai "Plus" pada kegiatan PSN 3M oleh

masyarakat secara mandiri.

5.3. Tempat dan Waktu

Kajian akan dilakukan di empat Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.

Pemilihan wilayah kabupaten/kota dilakukan secara purposive dan wilayah lokasi

terpilih adalah Kabupaten Pemalang, Kota Semarang, Kabupaten Demak dan

Kota Salatiga. Waktu kajian kurang lebih selama 3 (bulan) pada September -

November Tahun 2016.

11

Page 12: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

5.4. Informan

Kajian ini bersifat kualitatif, sehingga responden yang dalam hal ini disebut

dengan "informan" dipilih secara purposive. Informan yang dipilih berdasarkan

alasan tertentu, yaitu orang yang mengetahui tentang pengendalian vektor DBD,

serta mengetahui tentang penerapan ovitrap I lethal ovitrap pada wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota institusi informan bekerja.

5.5. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

Instrumen dalam kajian ini digunakan sebagai pedoman telaah dokumen

atau untuk data sekunder dan pedoman wawancara mendalam untuk

pelaksanaan dan hasil aplikasi ovitrap. Data sekunder diperoleh dengan

memanfaatkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terpilih khususnya

hasil aplikasi ovitrap atau lethal ovitrap. Data primer diperoleh melalui metode

wawancara mendalam dengan instrumen berupa panduan wawancara mendalam

serta observasi lapangan untuk mengetahui cara penggunaan ovitrap / lethal

ovitrap oleh masyarakat. Data yang dibutuhkan adalah data kasus DBD, angka

bebas jentik (ABJ) antara sebelum dan sesudah penerapan ovitrap I lethal ovitrap,

metode aplikasi ovitrap / lethal ovitrap yang dilakukan, cakupan wilayah untuk

penerapan ovitrap / lethal ovitrap, pemasyarakatan penerapan dan metode

evaluasi yang diterapkan.

5.6. Pengawasan Kualitas Data

Teknik untuk mendapatkan derajat kepercayaan (truthworthiness) dilakukan

dengan pendekatan triangulasi sumber (Murti, 2006). Metode triangulasi dilakukan

adalah dengan wawancara mendalam dengan menggunakan instrumen panduan

wawancara mendalam terhadap informan / sumber lain yaitu kader DBD atau

warga masyarakat yang menggunakan ovitrap I lethal ovitrap.

5.7. Manajemen Data

Hasil rekaman dan catatan hasil wawancara mendalam dibuat transkrip

wawancara. Transkrip yang ada selanjutnya dilakukan koding serta menyusun

kuotasi hal-hal kunci dari setiap informasi. Data sekunder serta hasil observasi

lapangan digabungkan dengan transkrip data primer. Analisis data dilakukan

sebagai dasar pembahasan dalam penyusunan laporan.

5.8. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan baik sebelum maupun

pada saat di lapangan. Pada kajian ini analisis yang digunakan adalah analisis

domain [domain analysis) yaitu analisis kualitatif untuk memperoleh gambaran

12

Page 13: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

umum dan menyelumh terhadap objek penelitian. Untuk memudahkan dalam

melakukan analisis domain terhadap data yang telah dikumpulkan, akan disusun

lembar kerja analisis {domain analysis worksheet) (Sugiyono, 2008).

6. Definisi Operasional

a. Pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh vektor

dengan cara meminimalkan habitat perkembangbiakan vektor, menurunkan

kepadatan dan umur vektor, mengurangi kontak antara vektor dengan manusia

serta memutus mata rantai penularan penyakit sampai batas / nilai ambang yang

tidak membahayakan manusia (Kemenkes Rl, 2015a).

b. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah kegiatan 3 M, yaitu : menguras dan

menyikat tempat penampungan air (TPA), menutup rapat TPA dan memanfaatkan

atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan

sehingga dapat mengurangi tempat perkembangannya (Kemenkes Rl, 2015a).

c. Oviposition trap (ovitrap) adalah perangkap telur dari kaleng / gelas / potongan

bambu dan lainnya yang dicat dengan warna gelap dan didalamnya diberi padel

dari potongan bilah bambu atau kain / kertas dengan permukaan kasar untuk

meletakkan telur, serta diisi air 1/2 - 2/3 bagian. Tujuan pemasangan ovitrap

temtama adalah untuk mengetahui keberadaan vektor, serta melakukan monitoring

terhadap suatu metode pengendalian atau efektivitas dari insektisida (Focks, 2003;

Kemenkes Rl, 2015a).

d. Lethal ovitrap adalah modifikasi ovitrap dengan memberikan insektisida pada

ovistrip atau larvasida pada wadah untuk membunuh nyamuk yang hinggap

maupun larva yang menetas dalam air (Perich era/., 2003; Kemenkes Rl, 2015a).

e. Rekomendasi adalah prosedur analisis kebijakan yang digunakan menghasilkan

informasi mengenai konsekuensi yang mungkin dari serangkaian arah tindakan di

masa depan dan nilai-nilai atau manfaat dari tindakan tersebut (Dunn, 2003).

B. INFEKSI DENGUE

Infeksi dengue terdiri dari 4 kelompok diagnosis, yaitu Demam Dengue (DD),

Demam Berdarah Dengue (DBD), Sindrom Syok Dengue (SSD dan Expanded Dengue

Syndrome (EDS). Demam Dengue (DD) merupakan infeksi dengue yang ditandai dengan

gejala utama demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta, yaitu sakit kepala, nyeri di

belakang bola mata, nyeri otot dan tulang, mam kulit (rash), manifestasi perdarahan,

leukopenia (lekosit < 5000/mm3), trombositopenia (trombosit < 150.000/mm3) dan

peningkatan hematokrit 5 - 10%. Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai dengan

demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi dan terus-menerus, adanya manifestasi

13

Page 14: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

perdarahan yang spontan seperti petekie, perdarahan gusi, melena dan lainnya, maupun

berupa uji tourniquet positif, trombosit < 100.000/mm3, dan kebocoran plasma yang

ditandai dengan peningkatan hematokrit/hemokonsentrasi > 20%, efusi pleura dan asites.

Sindrom Syok Dengue (SSD) dengan gejala yang memenuhi kriteria DBD dan ditemukan

adanya tanda/gejala syok seperti takikardi, perbedaan tekanan sistolik dan diastolik < 20

mmHg, kulit dingin, produksi urin menurun, nadi tidak teraba dan lainnya. Expanded

Dengue Syndrom (EDS) dengan gejala yang memenuhi kriteria DBD, baik yang disertai

syok maupu tidak, dengan manifestasi klinis yang tidak biasa seperti kelebihan cairan,

ensefalopati, ensefalitis, perdarahan hebat, gagal ginjal akut dan gangguan jantung

(Kemenkes Rl 2015a).

Endemisitas DD/DBD di Indonesia termasuk dalam kategori A di wilayah Asia

Tenggara, yaitu wilayah di mana DD/DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat,

kasus dan kematian yang tinggi di rumah sakit temtama pada anak, endemisitas tinggi di

wilayah perkotaan dengan sirkulasi 4 serotipe, dan sudah meluas sampai ke wilayah

pedesaan. Negara lain di Asia Tenggara yang termasuk dalam kategori A adalah

Bangladesh, India, Maldives, Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa kasus

DD/DBD semakin meluas dan jumlah kasus semakin meningkat. Jumlah kasus DD/DBD

pada periode 2000 - 2008 tercatat 1.656.870 kasus yang tersebar di 69 negara di

wilayah Asia Tenggara, Barat Pasific dan Amerika (WHO, 2011).

Kasus DD/DBD pada periode 2004 - 2010, Indonesia menduduki ranking ke-2 di

antara 30 negara endemis DD/DBD anggota WHO. Sedangkan pada tahun 2012

menduduki ranking pertama di wilayah Asia Tenggara, dengan jumlah kasus sebanyak

90.245 penderita. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Rl tahun 2015 tercatat

126.675 kasus dengan 1.229 kematian (CFR = 0,97%). Jumlah kasus tersebut meningkat

dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebanyak 100.347 kasus dengan 907 kematian

(CFR = 0,89%) (WHO, 2011; Kemenkes Rl, 2016; Kemenkes Rl, 2015a).

C. VEKTOR DAN PENGENDALIANNYA

1. Vektor Demam Berdarah Dengue

Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk genus

Aedes dari subgenus Stegomyia. Aedes aegypti merupakan vektor utama, namun

spesies lain seperti Ae. albopictus, Ae. polynesiensis, anggota dari Ae. scutellaris

complex, dan Ae. (Finlaya) niveus juga dilaporkan sebagai vektor sekunder (WHO

SEARO, 2003). Nyamuk betina Ae. aegypti lebih menyukai darah manusia

(anthropophilic) daripada darah binatang (zoophilic), walaupun mungkin akan

menghisap darah hewan berdarah panas lainnya seperti bumng dan mamalia.

14

Page 15: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

Aktivitas menggigit Ae. aegypti adalah beberapa jam di pagi hari dan beberapa jam

sebelum gelap. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bogor menunjukkan

bahwa aktivitas menghisap darah mencapai puncaknya pada jam 10.00 - 11.00, baik

Ae. aegypti maupun Ae. albopictus (Fadilla et al., 2015). Perilaku istirahat nyamuk

Aedes sp ada perbedaan antara Ae. aegypti dengan Ae. albopictus, yaitu Ae. aegypti

cenderung istirahat di dalam rumah temtama pada tempat yang gelap dan lembab.

Akan tetapi Ae. albopictus cenderung istirahat di luar rumah dekat dengan tanah dan

di hutan/kebun. Jangkauan terbang sekitar 30 - 50 meter dari tempat pupa menetas

menjadi nyamuk, tergantung jarak tempat menetas dan pakan darah yang tersedia.

Walaupun demikian, penelitian terbaru di Puerto Rico menunjukkan bahwa nyamuk

betina dewasa menyebar lebih dari 400 meter untuk mencari tempat bertelur. Aectes

aegypti dewasa rata-rata dapat hidup selama 3-4 minggu. Selama musim hujan,

jangka waktunya lebih lama, sehingga risiko penularan virus lebih besar. Habitat

perkembangbiakan Aedes sp. adalah tempat-tempat yang dapat menampung air di

dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempat-tempat umum, yang dapat

dikelompokkan tempat penamgpungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, TPA

bukan untuk keperluan sehari-hari dan tempat penampungan air alamiah (WHO

SEARO, 2003; WHO, 2011).

2. Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue

Salah satu cara untuk mencegah terjadinya penularan DBD dengan cara

memutus rantai penularan melalui pengendalian vektomya. Pengendalian vektor

DBD dapat dilakukan secara kimiawi, hayati, genetik dan ekologis.

2.1. Pengendalian secara kimiawi

2.1.1. Insektisida untuk pengendalian larva

Pada penampungan air yang tidak dapat ditutup atau sulit

dibersihkan secara rutin, insektisida dapat digunakan untuk pengendalian

larva. Larvasida temephos 1% formulasi granul direkomendasikan oleh

WHO untuk aplikasi dan aman digunakan pada air minum. Efek residu

temephos dapat mengendalikan antara 6-8 minggu dalam dosis 1 ppm

(10g/100 liter) (WHO, 2008). Pengendalian terhadap larva dapat juga

menggunakan insect growth regulators (IGRs) untuk mengatur

pertumbuhan nyamuk sebelum dewasa (WHO SEARO, 2003). IGRs

digolongkan dalam dua kelompok :

15

Page 16: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

2.1.1.1.Juvenile hormone analogues, bekerja mencegah perkembangbiakan

larva menjadi pupa atau pupa menjadi nyamuk dewasa dan tidak

membunuh nyamuk secara langsung (Rozendaal, 1997; Yap et al.

1994).

2.1.1.2.Chitin synthesis inhibitors, menghambat proses sintesa/pembentukan

kulit, membunuh larva saat berganti kulit pada stadium akhir (Becker et

al.,2010).

2.1.2. Insektisida untuk pengendalian nyamuk dewasa

Insektisida yang dapat digunakan untuk menolak/melindungi diri

dari gigitan nyamuk, antara lain :

2.1.2.1. Repellent

Repellent atau penolak nyamuk, yaitu bahan kimia yang

diaplikasikan langsung ke kulit untuk mencegah kontak vektor -

manusia (Rozendaal, 1997). Repellent tidak hanya dari bahan

kimiawi, namun dapat juga digunakan bahan alamiah yang

diekstrasi dari tanaman yang mengandung bahan penangkal

nyamuk seperti minyak serai, minyak sitrun dan minyak mimba

(neem oil) (WHO SEARO, 2003).

2.1.2.2. Insektisida rumah tangga

Produk insektisida rumah tangga, seperti obat nyamuk bakar yang

terbuat dari bunga Chrysanthemum cinerariaefolium yang

mengandung bahan aktif pyrethrins (Rozendaal, 1997),

merupakan produk yang paling banyak digunakan oleh rumah

tangga, khususnya di Asia Tenggara (Yap et al., 1994). Produk

lain sebagai perlindungan diri di rumah tangga adalah mats

electric, aerosol spray dan semprotan pompa tangan (spray gun)

(WHO SEARO, 2003; Rozendaal, 1997).

2.1.2.3. Tirai/kelambu yang dicelup larutan insektisida

Kelambu berinsektisida merupakan jaring berlubang terbuat dari

benang polietilen dan polipropilen yang mengandung permethrin

2% mempunyai keuntungan, yaitu lubang jaring yang jarang

memungkinkan proses ventilasi dan sinar berjalan dengan lebih

baik serta pelepasan permethrin secara perlahan-lahan

menjadikan efek residu bertahan lebih lama. Kelambu

berinsektisida ada 2 jenis metode dalam proses pemolesan

16

Page 17: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

insektisida, yaitu metode coted (dicelup sendiri) dan incorporated

(LLIN) yang dikeluarkan oleh perusahaan (WHO SEARO, 2003).

2.1.2.4. Penyemprotan (space spraying)

Pada umumnya, terdapat dua jenis penyemprotan yang

diterapkan untuk pengendalian Ae. aegypti, yaitu pengasapan

panas (thermal fogs) dan pengasapan dingin (cold fogs). Thermal

fogging menggunakan bahan minyak atau air, formula bahan

dasar minyak (diesel) menghasilkan kabut putih tebal dan berbau,

sedangkan formula bahan dasar air menghasilkan kabut yang

cepat menguap. Cold fogs dapat menggunakan kendaraan atau

dijinjing/portad/e. Bagaimanapun, penggunaan insektisida hams

memperhatikan prosedur penggunaannya, serta faktor lainnya

seperti keamanan, waktu, biaya, perilaku vektor, serta peralatan

dan keterampilan petugas operasional (WHO SEARO, 2003;

World Health Organization, 2009)

2.2. Pengendalian secara hayati

Pengendalian secara hayati sebagian besar ditujukan terhadap

pengendalian jentik vektor, seperti predator, parasit dan pathogen. Predator

jentik Aedes sp antara ikan pemakan jentik seperti ikan mas (Cyprinus carpio)

dan ikan guppi (Poecilia reticulata), yang telah banyak digunakan sebagai

pengendali nyamuk An. stephensi dan Ae. aegypti di sungai dan tempat

penyimpanan air yang besar di banyak negara di Asia Tenggara (WHO SEARO,

2003). Predator lain yang efektif terhadap larva Aecfes (Stegommyia) adalah

pemangsa jenis Copepod crustaceans (sejenis ketam laut), yaitu Mesocyclops

aspericornis serta larva nyamuk dari genus Toxorhynchites dan larva capung

(dragonflies). Parasit pada jentik Aecfes sp adalah Nematoda, yang salah

satunya adalah cacing Romanomermis iyengari. Sedangkan pathogen pada

jentik Aecfes sp antara lain adalah fungi dan Bacillus thuringiensis (Rozendaal,

1997).

Endotoxin yang di produksi Bacillus thuringiensis serotype H-14 (Bt. H-

14) dan Bacillus sphaericus (Bs) dinilai efektif untuk mengendalian jentik

nyamuk. Bacillus thuringiensis serotype H-14 efektif terhadap An. stephensi dan

Ae. aegypti, sedangkan Bs efektif terhadap Culex quinquefasciatus yang

berkembangbiak di air terpolusi. Bahan aktif tersebut sudah dijual secara

komersial dengan berbagai merek dan formula yang bervariasi seperti cairan,

granula dan briket (Rozendaal, 1997; Supartha IW, 2008). Penelitian yang

dilakukan di Salatiga menunjukkan bahwa, Bt H-14 galur lokal dalam formulasi

17

Page 18: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

bubuk efektif menurunkan populasi jentik Ae. aegypti sebesar 78% - 100%

(Blondine Ch P & Boewono, 2007). Bacillus thuringiensis isolat Madura juga

efektif untuk jentik Ae. aegyptipada instar 1 hingga 88,89% (Gama et al., 2010).

Bacillus thuringiensis H-14 dalam formulasi cair juga efektif terhadap An.

sundaicus yang merupakan vektor malaria di wilayah Kampung Laut, Kabupaten

Cilacap (Blondine Ch P et al., 2004).

2.3. Pengendalian secara genetik

Pengendalian cara genetik (genetic control) dilakukan melalui teknik

serangga mandul (TSM). Prinsip kerja TSM adalah melepaskan serangga jantan

yang telah dimandulkan ke lingkungan, dengan tujuan apabila terjadi perkawinan

dengan serangga betina memperoleh telur yang steril/mandul. Metode TSM

dapat dilakukan dengan dua metode: pertama, pembiakan individu dan

pemandulan di laboratorium, kemudian dilepas ke lapangan. Kedua adalah

pemandulan langsung terhadap serangga jantan di lapangan. Pemandulan

serangga jantan secara langsung di lapangan dilakukan dengan menggunakan

kemosterilan. Oleh karena kemosterilan merupakan senyawa kimia yang bersifat

mutagenik dan karsinogenik pada hewan maupun manusia, maka teknologi ini

tidak direkomendasikan untuk pengendalian vektor (Nurhayati S, 2005).

Penelitian yang dilakukan di Salatiga menunjukkan bahwa, aplikasi TSM dengan

lima kali pelepasan dapat meningkatkan telur Ae. aegypti mandul sebesar

96,09% di dalam rumah dan 93,25% di luar rumah (Riyani S era/., 2014).

2.4. Pengendalian secara ekologis

Pendekatan ekologis sebagai upaya pengendalian nyamuk dilakukan

dengan penatalaksanaan lingkungan, yang meliputi:

a. Modifikasi lingkungan - transformasi fisik jangka panjang dari habitat vektor

DBD.

b. Manipulasi lingkungan - pembahan temporer pada habitat vektor sebagai

hasil dari aktivitas yang direncanakan untuk menghasilkan kondisi yang

tidak disukai untuk perkembangbiakan vektor.

c. Pembahan habitat melalui pembahan perilaku manusia, sebagai upaya

untuk mengurangi kontak manusia-vektor-patogen (WHO, 1997; World

Health Organization, 2009).

Cara yang sudah dikenal secara luas di Indonesia dalam pengendalian

vektor secara ekologis adalah dengan melakukan pemberantasan habitat jentik

nyamuk yang dikenal dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu :

18

Page 19: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

menguras, menutup dan mengubur. Menguras adalah melakukan kegiatan

menguras tempat penampungan air dengan cara menyikat atau menggosok

dinding dalamnya sebagai upaya untuk menghilangkan telur nyamuk dan jentik.

Menutup adalah melakukan kegiatan penutupan semua tempat tampungan air

baik buatan maupun alami, dengan tujuan tidak memberi peluang bagi nyamuk

Ae. aegypti grafid untuk bertelur. Mengubur adalah mengumpulkan semua

barang bekas (disposable containers) untuk dikubur atau dimusnahkan, agar

tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk saat musim hujan tiba

(Mardihusodo SJ, 2005). Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan

dengan 3M Plus pemasangan ovitrap yang dapat dipakai sebagai alat surveilans

vektor maupun alat pengendali nyamuk Ae, aegypti, seperti yang dilakukan di

Singapura (WHO SEARO, 2003). Hal inilah yang akan dijelaskan dalam kajian

ini, sehingga diperoleh hasil kajian yang dapat memberikan rekomendasi tentang

penerapan ovitrap / lethal ovitrap yang sesuai dengan teori maupun hasil-hasil

penelitian yang dinilai berhasil.

D. OVITRAP DAN LETHAL OVITRAP

1. Definisi Ovitrapdan Lethal ovitrap

Ovitrap berasal dari kata "oviposition" yang berarti peletakan telur dan "trap"

berarti jebakan/perangkap, sehingga ovitrap berarti alat yang digunakan sebagai

perangkap telur nyamuk atau dapat disebut artificial breeding places atau tempat

berkembang biak nyamuk buatan. Ovitrap berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi

keberadaan Aecfes aegypti dan Aedes albopictus (WHO SEARO, 2003). Nyamuk Ae.

aegypti dan Ae. albopictus merupakan sasaran dari pemasangan ovitrap, karena

kedua spesies tersebut merupakan nyamuk domestik dan berkembangbiak pada

tempat-tempat penampungan air di dalam dan di luar/sekitar rumah (Kemenkes Rl,

2015a). Ovitrap pertama kali dikembangkan oleh Fay dan Eliason tahun 1965,

sebagai alat surveilans di Amerika Serikat (Perich et al., 2003).

Lethal ovitrap merupakan pengembangan dari ovitrap yang berarti ovitrap

yang mematikan. Lethal ovitrap adalah ovitrap yang dimodifikasi dengan memberikan

insektisida pada padel/strip sebagai pembunuh nyamuk yang hinggap. Dengan

demikian lethal ovitrap tidak hanya sebagai alat surveilans, akan tetapi sekaligus

dapat digunakan sebagai pengendali nyamuk khususnya Aedes sp. Lethal ovitrap

pertama dikembangkan di Brazil sebagai pengendali nyamuk Aecfes di laboratorium

oleh Zeichner dan Perich pada tahun 1999 dan terbukti secara signifikan dapat

menurunkan populasi nyamuk secara signifikan (Perich era/., 2003).

19

Page 20: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

2. Fungsi Ovitrap dan Lethal ovitrap

Ovitrap pada awalnya digunakan untuk mendeteksi dan memonitor populasi

vektor dengue khususnya pada wilayah dengan populasi nyamuk rendah.

Penggunaan ovitrap sebagai pengendali vektor dengue dilakukan pertama kali di

bandara internasional Singapura pada tahun 1969 (Perich et al., 2003). Salah satu

metode survei vektor dengue adalah dengan melakukan survei telur. Ovitrap yang

diterapkan untuk survei telur bertujuan untuk memperoleh ovitrap index (Ol) dengan

membandingkan antara ovitrap yang ada telurnya dengan ovitrap yang

dipasang/diperiksa (Kemenkes Rl, 2015a).

Berdasarkan penelitian di laboratorium yang dilakukan oleh Zeichner dan

Perich pada tahun 1999, menyatakan bahwa lethal ovitrap (LO) yang didisain dengan

mengoleskan insektisida pada ovistrip dapat mengendalikan vektor dengue secara

signifikan. Selanjutnya, pada tahun 2003 dilakukan uji lapangan di Brazil untuk

penerapan LO dan hasilnya secara signifikan dapat menurunkan populasi vektor

dengue, meskipun pada daerah yang berbeda, hams dilakukan lama perlakuan yang

berbeda pula (Perich er al., 2003).

3. Jenis Ovitrap

3.1. Non lethal ovitrap

Non lethal ovitrap biasa digunakan untuk surveilans (survei telur nyamuk).

Secara umum non lethal ovitrap tersusun dari 3 bagian yaitu bejana penampung

air, bahan attraktan, dan tempat melekatnya telur nyamuk (Gambar 1). Bahan

bejana penampung air yang digunakan untuk ovitrap adalah penampungan air

buatan seperti kaleng bekas, botol plastik, bejana plastik atau ember (Hasyimi et

al., 2000; Umniyati ef al., 2004; Mackay et al., 2013; Sayono et al., 2010).

Pemilihan bahan tersebut sesuai dengan kesukaan nyamuk Aedes spp untuk

bertelur di tempat penampungan air non alamiah di sekitar manusia. Bentuk

ovitrap direkomendasikan memiliki penampang bagian atas yang cukup lebar

sehingga memudahkan nyamuk untuk masuk ke dalam perangkap (PAN

American Health Organization, 1984; WHO, 2011). Warna bejana ovitrap yang

cenderung gelap, seperti warna hitam, merah atau bim lebih disukai nyamuk

Aedes daripada warna terang seperti putih atau kuning (Budiyanto, 2010;

Lenhart ef al., 2005), sebaliknya tidak ada pengamh warna kassa atau kertas

saring pada ovitrap terhadap jumlah nyamuk yang tertangkap (Santoso et al.,

2007).

20

Page 21: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

OvistripLubang untuk

mencegahmeluapnya air

hujan

\ ^^ -^^^^^^ 1

\ \^ /

Air + artraktan

Batu (pemberat) "p -"^

Gambar 1. A/on lethal ovitrap (Deschamps, 2005)

Tempat perlekatan telur nyamuk di dalam ovitrap (ovistrip) dapat terbuat dari

kertas saring, bilah kayu atau bambu dan kain (Salim & Tri Baskoro Tunggul

Satoto 2015; Poison etal., 2002; Hasyimi et al., 2000).

3.2. Lethal ovitrap tanpa insektisida

Ovitrap menggunakan barrier kawat atau kassa anti nyamuk untuk

mencegah larva nyamuk berkembang menjadi nyamuk dewasa. Telur nyamuk

yang melekat di kassa akan tergenang air dan menjadi larva - pupa namun tidak

dapat keluar menjadi nyamuk karena terhalang oleh kawat/kassa anti nyamuk.

Posisi barrier kawat/kassa anti nyamuk bermacam-macam dapat dilihat pada

Gambar 2. Kawat dapat diletakkan di bagian atas penampang bejana (Kemenkes

Rl 2010) atau ditempel dengan gabus agar dapat mengapung di permukaan air

(Umniyati etal., 2004) .

21

Page 22: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

Jenis ovitrap tanpa insektisida yang lain adalah sticky ovitrap atau gravid

ovitrap. Ovitrap dimodifikasi dengan menambahkan zat adhesif untuk membuat

nyamuk Aedes sp betina melekat di dalam ovitrap saat bertelur. Zat adhesif

diletakkan di dinding ovitrap dengan menggunakan kertas berperekat tanpa ada

tutup pelindung atau bertingkat (double sticky ovitrap) dengan menggunakan tutup

dari bejana yang bemkuran hampir sama (Mackay et al., 2013; Chadee & Ritchie

2010).

A= StickysubstratB = Plastic bottle

Gambar 3. Sticky ovitrap sederhana Gambar 4. Double sticky ovitrap

3.3. Lethal ovitrap dengan insektisida

Insektisida ditambahkan ke dalam ovitrap bertujuan untuk membunuh

stadium pra dewasa nyamuk (larvicidal ovitraps), atau stadium nyamuk dewasa

(adulticidal ovitraps). Larvacidal ovitraps bekerja dengan cara mencegah telur

menetas menjadi larva atau mereduksi kemampuan perkembangan larva menjadi

tahap instar selanjutnya. Adulticidal ovitrap dapat mengurangi transmisi penularan

penyakit dengan membunuh nyamuk dewasa betina yang berperan sebagai

vektor penyakit.

Jenis insektisida yang digunakan untuk lethal ovitrap bermacam-macam.

Studi pengendalian populasi nyamuk di Jakarta menggunakan ovitrap yang diberi

temephos dosis 1 ppm. Hasilnya dapat menumnkan kepadatan larva di lokasi

penelitian (Hasyimi et al. 2000). Penelitian di Sumatera Barat menggunakan

ovitrap yang diberi larutan tembaga sulfat (CuSo4) dosis 10 ppm. Hasil studi

membuktikan bahwa larutan tembaga sulfat mampu membunuh larva nyamuk

Aedes spp, namun karena larutan tembaga sulfat berpotensi menimbulkan

22

Page 23: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

pencemaran di badan air, penggunaan larutan ini hams dalam pengawasan yang

ketat (Reza et al. 2016). Ovitrap dapat diberi insektisida cipermetrin yang

diteteskan pada kertas saring dan ditempelkan di sekeliling gelas plastik bagian

dalam (ovistrip) konsentrasi 6 % (Sholichah etal., 2010).

4. Prinsip Pengendalian Vektor Menggunakan Ovitrap

Pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh

vektor dengan cara meminimalkan habitat perkembangan vektor, menurunkan

kepadatan dan umur vektor, mengurangi kontak antara vektor dengan manusia serta

memutus rantai penularan penyakit. Kebijakan pengendalian vektor oleh

Kementerian Kesehatan salah satuanya adalah pengendalian vektor mengutamakan

pendekatan PVT (Pengendalian Vektor Terpadu). Pengendalian vektor terpadu

merupakan kegiatan pengendalian vektor dengan memadukan berbagai metode,

baik fisik, biologi dan kimia, yang dilakukan secara bersama-sama dengan

melibatkan lintas program dan lintas sektor (Kemenkes Rl 2010; Kemenkes Rl

2015a).

Pengendalian vektor terpadu hams mempertimbangkan aspek keamanan,

rasionalitas dan efektifitas serta dengan mempertimbangkan kesinambungannya.

Adapun prinsip-prinsip PVT meliputi: a) pengendalian vektor hams berdasarkan data

tentang bioekologi vektor setempat, dinamika penularan penyakit, ekosistem dan

perilaku masyarakat yang bersifat spesifik lokal (evidence based), b) pengendalian

vektor dilakukan dengan partisipasi aktif berbagai sektor dan program terkait, seperti

LSM, organisasi profesi, dunia usaha/swasta serta masyarakat, c) pengendalian

vektor dilakukan dengan meningkatkan penggunaan metode non kimia dan

menggunakan pestisida secara rasional serta bijaksana, dan d) pengendalian vektor

hams mempertimbangkan kaidah ekologi dan prinsip ekonomi yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan (Kemenkes Rl 2010).

Penerapan lethal ovitrap di lingkungan masyarakat secara prinsip hams

menyesuaikan dengan kebijakan Kementerian Kesehatan Rl yaitu terpadu, baik

dalam metode pengendalian maupun pengorganisasian pelaksanaannya yang

melibatkan berbagai sektor. Dengan mengacu pada prinsip pengendalian vektor

dengan meningkatkan metode non kimia, maka penerapan metode pengendalian

dengan menggunakan lethal ovitrap dapat dipadukan dengan metode pengendalian

secara hayati dan fisik. Salah satu pengendalian vektor DBD yang merupakan pilihan

utama adalah pengendalian secara fisik dengan melakukan pemberantasan sarang

nyamuk (PSN), yang meliputi kegiatan 3M yaitu : menguras dan menyikat tempat

penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air dan memanfaatkan atau

23

Page 24: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan. Kegiatan 3M

diiringi dengan kegiatan "Plus" lainnya, antara lain :1) mengganti air vas bunga,

tempat minum burung atau tempat penampungan air yang sejenis seminggu sekali,

2) menutup lubang potongan bambu atau pagar bambu dengan tanah/pasir,

memelihara ikan pemakan jentik pada penampungan air, 3) memasang kawat kasa

pada lubang-lubang ventilasi, 4) menggunakan kelambu dan pelindung diri lainnya

agar tidak digigit nyamuk, dan 5) memasang lethal ovitrap di dalam dan di luar

rumah.

5. Cara Pemasangan Lethal Ovitrap

Pemasangan lethal ovitrap akan mempengaruhi keberhasilan pengendalian

vektor DBD di suatu wilayah. Keberhasilan penerapan lethal ovitrap dipengamhi oleh

jumlah lethal ovitrap yang dipasang. Penerapan ovitrap di bandara internasional

Singapura di pasang sebanyak 1700 - 1900 buah ovitrap (Focks 2003). Berdasarkan

informasi dari WHO menyatakan bahwa pemasangan ovitrap sebagai pengendali

vektor dilakukan dalam jumlah yang banyak dan dipasang secara periodik (WHO

2011). Namun demikian, penggunaan lethal ovitrap pada skala penelitian, jumlah

rumah yang dipasang lethal ovitrap tidak banyak, ada yang 30 rumah, 50 rumah,

juga 100 rumah di masing-masing wilayah perlakuan dan kontrol. Meskipun jumlah

rumah sedikit, akan tetapi diperoleh hasil dengan efektivitas tinggi dan pada wilayah

yang terbatas (Jahan etal., 2011; Perich etal., 2003; Ramadhani & Wahyudi 2013).

Tempat pemasangan lethal ovitrap juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan dalam upaya pengendalian vektor DBD. Perilaku

nyamuk Aedes sp suka istirahat di tempat gelap dan lembab. Setelah menghisap

darah nyamuk Aedes sp akan beristirahat untuk pematangan telur dan setelah siap

untuk bertelur, akan mencari habitat untuk meletakkan telurnya (Kemenkes Rl

2015a). Pemasangan lethal ovitrap sebaiknya pada tempat lembab dan gelap di

mana nyamuk Aedes sp suka beristirahat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di

Brazil, pemasangan lethal ovitrap di dalam rumah diletakkan di dapur, kamar mandi,

ruang keluarga, kamar tidur dan tempat yang tersembunyi di dalam rumah.

Sedangkan di luar rumah lethal ovitrap diletakkan di tempat-tempat yang lembab dan

tidak terkena sinar matahari secara langsung serta tidak banyak angin (Ritchie er al.,

2014; Perich et al., 2003).

Faktor lain yang berpengamh terhadap keberhasilan penerapan lethal ovitrap

adalah adanya zat yang menarik agar nyamuk bertelur di dalamnya yang disebut

dengan attraktan. Beberapa studi menyebutkan bahwa penambahan attraktan

terbukti meningkatkan jumlah telur maupun nyamuk yang tertangkap di dalam ovitrap

24

Page 25: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

dibandingkan dengan ovitrap yang tidak menggunakan attraktan. Beberapa studi

merekomendasikan larutan rendaman jerami 10% sebagai bahan attraktan nyamuk,

sedangkan penelitian lainnya juga menemukan alternatif zat lain yang dapat

diigunakan untuk memancing nyamuk masuk ke dalam perangkap seperti rendaman

ragi atau rendaman cangkang udang (Reiter et al., 1991; K. A. Poison et al., 2002;

Salim & Satoto 2015; WHO 2011; Prasetyo 2016).

6. Pemasyarakatan Lethal Ovitrap

Salah satu prinsip pengendalian vektor terpadu (PVT) adalah dilakukan

dengan partisipasi aktif berbagai sektor dan program terkait, Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), organisasi profesi, dunia usaha serta masyarakat (Kementerian

Kesehatan Rl 2010). Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam

pembahan yang ditentukan sendiri, dapat juga diartikan keterlibatan masyarakat

dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka (Mikkelsen 2001).

Pemberdayaan masyarakat sebagai upaya penumbuh dan pengembangan

partisipasi masyarakat, khususnya dalam pengendalian vektor DBD melalui PSN

Plus pemasangan lethal ovitrap, dapat dilakukan dengan cara : 1) menumbuhkan

kesadaran bahwa masyarakat hams berpartisipasi dalam pengedalian vektor, 2)

menginformasikan tentang adanya kesempatan bagi masyarakat untuk

berpartisipasi, 3) menunjukkan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

melakukan PSN Plus pemasangan lethal ovitrap yang tepat, dan 4) menggerakkan

kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengendalian vektor DBD

(Mardikanto2010).

Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian vektor DBD hams dilakukan

agar masyarakat dapat secara aktif berperan serta dan memahami arti penting

pencegahan DBD secara mandiri. Habitat vektor DBD temtama adalah

penampungan air di dalam dan di sekitar rumah, maka pemilik rumah itu sendiri yang

hams mampu dan mau untuk memutus perkembangan nyamuk vektor DBD.

Pemerintah, dalam hal ini adalah petugas puskesmas tidak mungkin akan menguras

atau menutup tempat penampungan air di rumah warga di wilayah kerjanya. Hal ini

akan membutuhkan banyak waktu dan belum tentu dapat diterima oleh masyarakat.

Pemberdayaan dalam penerapan lethal ovitrap dapat dilakukan melalui

beberapa tahapan, yaitu 1) penetapan dan pengenalan wilayah kerja, hal ini perlu

disepakati oleh fasilitator, aparat pemerintah setempat, wakil masyarakat dan

pemangku kepentingan lain, 2) sosialisasi kegiatan, hal ini perlu dilakukan untuk

mengkomunikasikan rencana kegiatan yang akan dilakukan, peran masing-masing

pihak terkait, partisipasi yang diharapkan dan langkah-langkah yang akan dilakukan,

25

Page 26: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

3) penyadaran masyarakat, agar masyarakat sadar akan keberadaannya sebagai

individu, anggota masyarakat maupun kondisi lingkungannya, 4) pengorganisasian

masyarakat, pemilihan koordinator dan pembagian kelompok tugas perlu diatur,

karena untuk melakukan pembahan sering kali sulit dilakukan secara individu, 5)

pelaksanaan kegiatan, terdiri dari pelatihan bidang teknis maupun manajerial dan

pengembangan kegiatan antara lain melalui peningkatan pendapatan masyarakat,

dan 6) advokasi kebijakan, agar kegiatan dapat berjalan dengan baik perlu dukungan

kebijakan dari elit masyarakat (tokoh masyarakat, aparat pemerintah, akademisi, dll)

(Mardikanto2010).

E. PROGRAM PENGENDALIAN VEKTOR DBD

Salah satu strategi global dalam pencegahan dan pengendalian DBD menurut

WHO adalah pengendalian vektor yang melibatkan masyarakat dan lintas sektor melalui

metode selektif dan terpadu (Trapsilowati et al., 2015). Hal tersebut yang menjadi acuan

dalam program pengendalian vektor di Indonesia, bahwa pengendalian vektor dilakukan

dengan menggunakan metode pengendalian vektor terpadu dengan mengkombinasikan

beberapa metode pengendalian dengan mempertimbangkan prinsip keamanan,

rasionalitas, efektifitas dan kesinambungan (Kemenkes Rl 2010).

Salah satu tujuan dalam program pengendalian DBD adalah membatasi

penularan DBD dengan mengendalikan populasi vektor sehingga angka bebas jentik

(ABJ) di atas atau sama dengan 95%. Adapun strategi untuk mencapai tujuan tersebut

adalah pengendalian vektor penular DBD dengan mengedepankan upaya

pemberdayaan masyarakat dan peran serta masyarakat dan adanya dukungan

manajemen, termasuk anggaran, peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan

alat/bahan pengendalian DBD. Bentuk peran serta masyarakat dalam pengendalian

DBD yang efektif adalah mewujudkan perilaku hidup bersih dan melalui kegiatan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kegiatan 3M Plus. Sasaran kegiatan

PSN 3M Plus adalah semua keluarga dan pengelola tempat umum melalui Gerakan

Satu Rumah Satu Jumantik (GSRSJ). Pelaksanaan GSRSJ dilakukan dengan setiap

keluarga menunjuk 1 orang anggota keluarga sebagai penanggungjawab menjaga

kebersihan di lingkungannya agar terbebas dari jentik nyamuk Aedes sp. Kegiatan

"Plus" pada PSN 3M disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Kegiatan

tersebut antara lain menggunakan kelambu, memasang kawat kasa, memelihara ikan

pemakan jentik, menutup lubang pada potongan bambu, memasang ovitrap/lethal

ovitrap dan lainnya. Dengan demikian, pemasangan lethal ovitrap bukan merupakan

metode tunggal yang harus diterapkan, akan tetapi terpadu dengan kegiatan

26

Page 27: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

pengendalian lainnya yaitu PSN 3M Plus pemasangan lethal ovitrap (Kemenkes Rl

2015a).

Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, bahwa

kabupaten/kota yang menerapkan ovitrap adalah Kabupaten Pemalang, Kabupaten

Banjarnegara, Kota Semarang, dan Kabupaten Demak. Hasil konfirmasi lapangan di

wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang menunjukkan bahwa di wilayah

tersebut telah dilakukan sosialisasi tentang penggunaan lethal ovitrap (mosquitrap).

Meskipun demikian, setelah dikonfirmasi di Puskesmas dan masyarakat khususnya

kader kesehatan, mereka belum menerapkannya. Berdasarkan informasi, hal tersebut

dikarenakan sosialisasi yang dilakukan merupakan sebagian materi tentang

pengendalian DBD dan belum ada himbauan maupun pengorganisasian untuk

menerapkan lethal ovitrap. Hasil konfirmasi dengan Dinas Kabupaten Kabupaten

Banjarnegara dan Dinas Kabupaten Demak diketahui bahwa pelaksanaan ovitrap di

wilayah tersebut dilakukan adanya penelitian oleh institusi lain. Setelah penelitian

selesai alat berupa ovitrap diambil kembali oleh tim peneliti, sehingga tidak ada lagi

ovitrap yang dipasang di rumah warga. Berbeda dengan Dinas Kesehatan Kota

Semarang, alat berupa ovitrap telah disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang

dan sosialisasi di sebagian wilayah Kota Semarang telah dilakukan. Akan tetapi,

penerapan belum dikoordinasikan sehingga pelaksanaan di lapangan belum dilakukan.

F. ANALISIS GAP

Tujuan pengendalian DBD secara nasional salah satunya adalah membatasi

penularan DBD dengan mengendalikan populasi vektor sehingga ABJ > 95%.

Berdasarkan tujuan di atas dibandingkan dengan kondisi saat ini, dapat dijelaskan

bahwa, angka bebas jentik (ABJ) target yang ingin dicapai sebesar > 95% dan dengan

ABJ tersebut suatu wilayah dapat dimasukkan pada kategori risiko rendah. Kondisi di

lapangan ternyata masih jauh dari yang diharapkan, berdasarkan Profil Kesehatan

Indonesia menunjukkan bahwa ABJ pada tahun 2014 hanya sebesar 24,06%. Data ABJ

tersebut dinyatakan memang tidak valid, karena sebagian besar Puskesmas tidak

melakukan pemantauan jentik berkala (PJB), serta Jumantik pada desa/kelurahan yang

sudah dipilih tidak berjalan karena keterbatasan anggaran. Meskipun demikian, data

ABJ yang terlaporkan pada tahun 2010 - 2013 berkisar antara 76% - 80% (Kemenkes

Rl 2015b). Data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di Kota Semarang pada

tahun 2010 ABJ sebesar 84,77% dan dari penelitian yang dilakukan di Kabupaten Pati

diperoleh ABJ sebesar 61,75% (Trapsilowati & Widiarti 2013; Kusumo er al., 2014).

Data-data ABJ di atas menunjukkan bahwa nilai ABJ yang ada belum ada yang

27

Page 28: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

mencapai standar yang ditetapkan, yaitu > 95%. Kegiatan untuk meningkatkan ABJ

salah satunya melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M Plus. Kegiatan

"Plus" dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing wilayah, antara lain

penebaran ikan pemakan jentik, pemakaian baju panjang, termasuk juga pemasangan

lethal ovitrap di setiap rumah, baik di dalam maupun di luar rumah.

Pemasangan lethal ovitrap sebagai nilai "Plus" pada PSN 3M dapat dilakukan

melalui Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (GSRSJ), dengan harapan masing-masing

rumah tangga mampun melalukan PSN 3 M Plus pemasangan lethal ovitrap secara

tepat, baik tepat metode, tepat sasaran maupun tepat waktu. Kondisi di lapangan,

khususnya pada kabupaten/kota lokasi konfirmasi data, menunjukkan bahwa

pemasangan lethal ovitrap belum ada satupun dinas kesehatan yang menerapkan di

wilayah kerjanya. Pedoman pengendalian DBD dari Kementerian Kesehatan Rl telah

menyebutkan bahwa, salah satu nilai "Plus" pada kegiatan PSN 3M adalah

pemasangan ovitrap. Berdasarkan hasil-hasil penelitian serta melihat kebiasaan dan

perilaku masyarakat Indonesia, maka lethal ovitrap lebih baik digunakan dibanding

ovitrap non insektisida/larvasida.

Kebijakan tentang penerapan lethal ovitrap saat ini belum diterbitkan peraturan

khusus, baik pada level pusat maupun daerah. Efektivitas lethal ovitrap dari berbagai

penelitian menunjukkan hasil yang signifikan, maka hal ini perlu dijadikan pertimbangan

untuk menerapkan di masyarakat. Agar dalam pelaksanaan penerapan lethal ovitrap

sesuai dengan metode yang tepat, maka perlu diatur melalui pedoman atau instruksi

atau peraturan khusus tentang penerapan lethal ovitrap sebagai upaya pengendalian

vektor temtama DBD dengan tetap dipadukan dengan kegiatan PSN oleh masyarakat.

G. POLICY OPTION DAN PENELITIAN

Lethal ovitrap termasuk alat sederhana yang mudah dibuat dan diaplikasikan oleh

masyarakat. Penerapan lethal ovitraps sebaiknya dengan bahan dan metode yang

mudah dan murah, sehingga masyarakat dalam menerapkan secara mandiri dan

berkesinambungan. Adapun metode penerapan lethal ovitrap disarankan menggunakan

kaleng atau gelas plastik/kaca dengan diberi padel atau kertas saring atau kain untuk

tempat bertelur. Apabila terdapat telur dalam kaleng/gelas, agar tidak berkembang

menjadi jentik, maka diberikan larvasida sebagai pembunuh jentik. Dalam rangka

menciptakan kemandirian masyarakat dalam pengendalian vektor DBD menggunakan

metode 3 M Plus pemasangan lethal ovitrap, perlu dilakukan sosialisasi kepada

masyarakat mengenai hal-hal berikut:

28

Page 29: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

a. Pengenalan dan manfaat lethal ovitrap

Alat lethal ovitrap belum banyak dikenal di masyarakat. Sosialisasi bertujuan

agar masyarakat dapat menerima dan mau menggunakan alat tersebut. Sosialisasi

alat dapat dilakukan secara berjenjang dari tenaga kesehatan kepada tokoh

masyarakat dan dari tokoh masyarakat kepada anggota masyarakat.

b. Cara membuat/produksi lethal ovitrap standar

Produksi lethal ovitrap dari bahan yang terjangkau oleh masyarakat menjadi

solusi agar setiap keluarga mampu membuat dan memiliki alat tersebut.

Keseragaman komponen dan ukuran perlu disosialisasikan agar alat yang dipakai

memiliki standar yang sama.

c. Cara pemasangan dan cara pemeliharaan lethal ovitrap yang aman dan benar

Lethal ovitrap yang tidak terpelihara dengan baik akan mengurangi tingkat

efektivitasnya. Sesuai dengan hasil penelitian partisipasi masyarakat di Vietnam,

Kader sebagai pioneer kesehatan, dapat mendampingi masyarakat agar mereka

secara mandiri melakukan pengecekan di lokasi pemasangan lethal ovitrap agar

lethal ovitrap yang digunakan tetap dalam kondisi baik. Hal-hal yang perlu

dimonitoring adalah:

Kondisi alat apakah ada kemsakan, kebocoran atau lubang

Jumlah air di dalam ovitrap

Kelengkapan komponen alat

Keberadaan jentik di dalam ovitrap (apabila larvasida sudah tidak efektif lagi).

d. Evaluasi.

Sesuai dengan teori Health Belief Model (HBM), masyarakat akan lebih

meningkatkan partisipasi dalam upaya pencegahan apabila mereka mengetahui

manfaat dari upaya pencegahan yang dianjurkan. Dalam penerapan Gerakan Satu

Rumah Satu Jumantik (GSRSJ) ditambah dengan pemasangan lethal ovitrap di

setiap rumah, diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan menyadari bahwa

risiko penularan DBD ada di sekitar mereka. Evaluasi penerimaan masyarakat

dapat dilakukan sebagai masukan bagi masyarakat, program dan lintas sektor

terkait untuk melaksanakan dan meningkatkan penerapan lethal ovitrap sebagai

nilai "Plus" pada PSN 3M secara berkesinambungan di masa mendatang.

e. Penerapan lethal ovitrap secara luas

Aplikasi lethal ovitraps dari berbagai penelitian menunjukkan hasil yang efektif

dan efisien, akan tetapi pelaksanaannya masih dalam skala kecil. Sebagai upaya

sosialisasi dan aplikasi dalam skala yang lebih luas, maka penting dilakukan pilot

project dengan menentukan desa atau kecamatan percontohan melalui penelitian

29

Page 30: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

yang lebih luas dan melibatkan berbagai sektor terkait. Di samping itu juga perlu

diujicobakan berbagai bentuk dan variasi lethal ovitraps, serta preferensi dan

penerimaan masyarakat terhadap bentuk dan variasi lethal ovitraps yang aman dan

mudah diterapkan.

H. KETERBATASAN

Konfirmasi data lapangan diperlukan untuk memperkuat analisis dalam suatu

kajian. Dalam kajian ini terdapat keterbatasan yaitu konfirmasi data lapangan di

beberapa wilayah Dinas Kesehatan di Jawa Tengah tidak memperoleh data seperti

yang direncanakan, karena belum ada satu pun Dinas Kesehatan yang menerapkan

ovitrap maupun lethal ovitrap di wilayahnya. Sehingga analisis kajian ini ditekankan

pada hasil-hasil penelitian yang terkait penerapan ovitrap/lethal ovitrap dari referensi

yang terkait.

I. UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) dan Panitia Pembina llmiah

(PPI) yang telah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan serta penyusunan laporan

kajian ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu penyelesaian kajian ini.

30

Page 31: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

J. DAFTAR PUSTAKA

Becker, N. etal., 2010. Mosquitoes and theircontrol, Berlin: Springer.

Blondine Ch P & Boewono, D.T., 2007. Pengendalian vektor DBD Aedes aegyptimenggunakan Bacillus thuringiensis H-14 galur lokal formulasi bubuk (powder) diKota Salatiga. Media Litbang Kesehatan, 17(4), pp.1-7.

Blondine Ch P, Boewono, DT. & Widyastuti, U., 2004. Pengendalian vektor malariaAnopheles sundaicus menggunakan Bacillus thuringiensis H-14 galur lokal yangdibiakkan dalam buah kelapa dengan partisipasi masyarakat di Kampung LautKabupaten Cilacap. Jurnal Ekologi Kesehatan, 3(1), pp.24-36.

Budiyanto, A., 2010. Pengaruh Perbedaan Warna Ovitrap terhadap Jumlah TelurNyamuk Aecfes spp yang Terperangkap Influences of. Aspirator, 2(2), pp.99-102.

Chadee, D.D. & Ritchie, S.A., 2010. Efficacy of sticky and standard ovitraps for Aedesaegypti in Trinidad, West Indies. Journal of Vector Ecology, 35(2), pp.395-400.

Deschamps, T.D., 2005. A Preliminary Study of The Attractiveness of Ovitrap Cups inCollecting Container Species In Massachusetts. Available at:http://www.cmmcp.org/2005ovitrap.htm.

Djunaedi, D., 2006. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, imunopatologi,patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaannya, Malang: UMM Press.

Dunn, 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (terjemahan)., Yogyakarta: GadjahMada University Press.

Fadilla, Z., Hadi, U.K. & Setiyaningsih, S., 2015. Bioekologi vektor demam berdarahdengue ( DBD ) serta deteksi virus dengue pada Aedes aegypti ( Linnaeus ) danAe . albopictus ( Skuse ) ( Diptera: Culicidae ) di kelurahan endemik DBDBantarjati, Kota Bogor. Jurnal Entomologi Indonesia, 12(1), pp.31-38.

Focks, D.A., 2003. A Review of Entomological Sampling Methods and Indicators forDengue Vectors, USA: WHO.

Gama, Yanuwiadi B & Kumiati, 2010. Strategi pemberantasan nyamuk amanlingkungan: potensi Bacillus thuringiensis isolat Madura sebagai musuh alaminyamuk Aedes aegypti. Jurnalpembangunan dan alam lestari, 1(1), pp.1—10.

Hasyimi, M. et al., 2000. Dampak penggunaan ovitrap yang dibubuhi temephosterhadap angka larva nyamuk Aecfes aegypti. Media litbang Kesehatan, IX(4),pp. 10-15.

Jahan, N., Sarwar, M.S. & Riaz, T., 2011. Field evaluation of lethal ovitraps impregnatedwith deltamethrin against dengue vectors in Lahore , Pakistan., 57, pp.7-13.

Kemenkes Rl, 2015a. Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue Di Indonesia,Jakarta: Dirjen PP-PL Kemenkes Rl.

Kemenkes Rl, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor374/Menkes/Per/lll/2010 tentang Pengendalian Vektor.

Kemenkes Rl, 2015b. Profit Kesehatan Indonesia 2014, Jakarta: Kasetsart UniversityPress. Available at: http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf.

Kemenkes Rl, 2015c. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019,

31

Page 32: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

Jakarta. Available at: http://www.depkes.go.id/article/view/2383/diabetes-melitus-penyebab-kematian-nomor-6-di-dunia-kemenkes-tawarkan-solusi-cerdik-melalui-posbindu.html.

Kemenkes Rl, 2016. Situasi DBD di Indonesia, Jakarta: Kemenkes Rl.

Kementerian Kesehatan Rl, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor: 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor, Jakarta:Kemenkes Rl.

Kusumo, R.A., Setiani, O. & Budiyono, 2014. Evaluasi Program Pengendalian PenyakitDemam Berdarah Dengue ( DBD ) di Kota Semarang 2011. Jurnal KesehatanLingkungan Indonesia, 13(1), pp.26-29.

Lenhart, A.E. et al., 2005. Building a better ovitrap for detecting Aedes aegyptioviposition. Acta Tropica, 96(1), pp.56-59.

Mackay, A.J., Amador, M. & Barrera, R., 2013. An improved autocidal gravid ovitrap forthe control and surveillance of Aedes aegypti. Parasites & Vectors, 6(1), p.1.Available at: Parasites & Vectors.

Mardihusodo SJ, 2005. Cara-cara inovatif pengamatan dan pengendalian vektorDemam Berdarah Dengue. In Seminar Kedokteran Tropis. Yogyakarta: PusatKedokteran Tropis Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Mardikanto, 2010. Model-model pemberdayaan masyarakat, Surakarta: Sebelas MaretUniversity Press.

Mikkelsen, 2001. Metode penelitian partisipatoris dan upaya-upaya pemberdayaan.,Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Nurhayati S, 2005. Prospek pemanfaatan radiasi dalam pengendalian vektor penyakitDemam Berdarah Dengue. Buletin Alara, 7(1 & 2), pp.17-23.

PAN American Health Organization, 1984. Epidemiologic Surveillance after NaturalDisaster - A Study Guide.

Perich, M.J. ef al., 2003. Field Evaluation of a Lethal Ovitrap Against Dengue Vectors inBrazil. Mdical and Veterinary Entomology, 17, pp.205-210.

Poison, K.A. etal., 2002. The Use of Ovitraps Baited with Hay Infusion as a SurveillanceTool for Aecfes aegypti Mosquitoes in Cambodia. Dengue Bulletin, 26(January2002), pp.178-184.

Prasetyo, A., 2016. Penggunaan Lethal Ovitrap dengan Berbagai Jenis Attractant untukPengendalian Nyamuk Aedes Sp., Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes,Vol. VII, No. 3, pp.143-148.

Ramadhani, T. & Wahyudi, B.F., 2013. Pengamh Penggunaan Lethal Ovitrap TerhadapPopulasi Nyamuk Aedes SP Sebagai Vektor Demam Berdarah Dengue. BALABA,9(1), pp.21-26.

Reiter, P., Amador, M. a & Colon, N., 1991. Enhancement of the CDC ovitrap with hayinfusions for daily monitoring of Aedes aegypti populations. Journal of theAmerican Mosquito Control Association, 7(1), pp.52-55.

Reza, M., Ilmiawati, C. & Matsuoka, H., 2016. Application of copper-based ovitraps inlocal houses in West Sumatra, Indonesia: a field test of a simple and affordable

32

Page 33: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

larvicide for mosquito control. Tropical Medicine and Health, 44(1), p.11. Availableat: http://tropmedhealth.biomedcentral.eom/articles/10.1186/s41182-016-0007-8.

Ritchie, S.A. et al., 2014. Field Validation of the Gravid Aedes Trap ( GAT ) forCollection of Aedes aegypti ( Diptera: Culicidae )., (Schoof 1967), pp.210-219.

Riyani S et al., 2014. Aplikasi teknik serangga mandul (TSM) terhadap sterilitas telurdan penurunan populasi Aedes aegypti di daerah urban Kota Salatiga. BuletinPenelitian Kesehatan, 42(1), pp. 15-24.

Rozendaal, J., 1997. Vector control: Methods for use by individuals and communities.,Geneva: WHO.

Salim, M. & Satoto, T.B.T., 2015. Uji Efektifitas Atraktan pada Lethal Ovitrap terhadapJumlah dan Daya Tetas Telur Nyamuk Aedes aegypti. Buletin PenelitianKesehatan, 43(3), pp. 147-154.

Salim, M. & Tri Baskoro Tunggul Satoto, 2015. Uji Efektifitas Atraktan pada LethalOvitrap terhadap Jumlah dan Daya Tetas Telur Nyamuk Aedes aegypti. BuletinPenelitian Kesehatan, 43(3), pp. 147-154.

Santoso, J. er al., 2007. Pengaruh Warna Kasa Penutup Autocidal Ovitrap terhadapJumlah Jentik Nyamuk Aedes Aegypti yang Tertangkap. Jurnal KesehatanMasyarakat Indonesia, 4(2), pp.85-90.

Sayono, Amalia, R. & Jamil, I., 2010. Dampak Penggunaan Perangkap dari KalengBekas terhadap Penurunan Populasi Nyamuk Aedes sp. In Prosiding SeminarNasional Unimus 2010. pp. 159-166.

Sholichah, Z., Ramadhani, T. & Ustiawan, A., 2010. Efikasi Insektisida Berbahan AktifCypermethrin dengan Metode Lethal Ovitrap Terhadap Aedes aegypti diLaboratorium. BALABA, 6(2), pp.7-11.

Supartha IW, 2008. Pengendalian terpadu vektor virus Demam Berdarah DengueAedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera : Culicidae). In dalanpertemuan ilmiah Dies Natalis Universitas Udayana tgl 3-6 September 2008.

Trapsilowati, W. et al., 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengendalian VektorDemam Dengue di Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. Vektora, 7(1), pp.15-22.

Trapsilowati, W. & Widiarti, 2013. Evaluasi Implementasi Kebijakan PenanggulanganDemam Berdarah Dengue di Kabupaten Pati. Buletin Penelitian SistemKesehatan, 16(3), pp.305-312.

Umniyati, S.R., Sutomo, A.H. & Laksana, B.E., 2004a. Penggunaan otosidal ovitrapuntuk pengendalian nyamuk vektor penyakit demam berdarah dengue. JurnalLembaga pengabdian kepada masyarakat-Universitas Gadjah Mada, 18, pp.37-41.

Umniyati, S.R., Sutomo, A.H. & Laksana, B.E., 2004b. Penggunaan otosidal ovitrapuntuk pengendalian nyamuk vektor penyakit demam berdarah dengue. JurnalLembaga pengabdian kepada masyarakat-Universitas Gadjah Mada, 18, pp.37-41.

WHO, 2008. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Factsheet, revised: May 2008.,Geneva.

33

Page 34: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

WHO, 1997. Dengue Haemorrhagic Fever; Diagnosis, treatment, prevention and control2nd ed., Geneva: WHO.

WHO, 2011. Prevention and Controlof Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever, India:WHO, Regional Office for South-East Asia.

WHO SEARO, 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam BerdarahDengue. Jakarta: Depkes-RI.

World Health Organization, 2009. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment,Prevention and Control 2009th ed., France: WHO.

Yap, H. et al., 1994. Dengue vector control: Present status and future prospects.Koohsiung Journal Medical Science, 10, pp.102-108.

34

Page 35: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

K. PERSETUJUAN ATASAN YANG BERWENANG

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit,menyatakan bahwa Laporan Kajian: "LETHAL OVITRAP SEBAGAI ALTERNATIFPENGENDALIAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)" telah disetujuisesuai ketentuan yang berlaku.

MenyetujuiKetua Panrtia Pembina llmiah

Dra. Widiarti, M.KesNIP. 195509281984122001

\ Balai

Salatiga, 10 Januari 2017

Ketua Pelaksana

Dr. Wiwik Trapsilowati, SKM, M.KesNIP. 196803171992022001

Kepalaelitian dan Pengembangan

servoir Penyakit/5"

^ko Wjddy%:ST, M.Sc.PH^fotPv196110211986031002

Page 36: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

L. SURAT KEPUTUSAN

'MF1VTFDT A TV 1/1?CT?¥¥ lir..- ™*-~,r-~KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDQnba. *. B«TN PENEL,TIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATANBALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN VEKTOR DAN RESERVOIR PENYA*

Jalan Uasanudin No. 123 PO BOX 290 SalTelepon: (0298) 327006: 312107. Faksimfle :(0298

Sural Llektronik :Mp2vrp(n.litbans.Jepke>.go.id

SURAT KEPUTUSANKEPALA BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKITNOMOR: HK.02.04/IV.4/ 6403 /2016

TENTANG

Kajian dengan judul 'Lethal Ovitrap Sebagai Alternatif Pengendaiian vektor DemamBerdarah Dengue (DBD)"

MtNIMBANG:

1 Bahwa dalam rangka peningkatan kinerja riset di lingkungan Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan yang berfokus pada btdang pnoritas teknologi kesehatankhususnya program pengendalian vektor dan reservoir penyakit maka dipandangperiu dilakukan penetitian.

2. Bahwa mereka yang namanya tercantum dalam Sural Keputusan mi drpandang qakapuntukmelaksanakan penelitian tersebut

WENG1NGAT.

1 Surat Keputusan Menten Kesehatan Republik Indonesia Nomor2347/MENKES/PER/XI/2011 tertangga, 22 November 2011 tentang Organ.sas, danTata Kerja Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

2. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penetitian No. LB.02.01/tV 4/6401/2016 tertanggal 02Agustus 2016 dengan judul penelitian "Lethal Ovitrap Sebagai Alternatif PengendalianVektor Demam Berdarah Dfngue (DBD)""

3. Daftar isian Pelaksanaai iAnggaran Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektordan Rese.votr Penyakit (D1PA B2P2VRP) Tahun Anggaran 2016 berdasarkan NomorSPDIPA-024.11.2.520607/2016 tertanggal 22 Juli 20"6

MENETAPKAN:

Pertama : Membentuk tim peiaksanaan penetitian dengan susunan sebagai benKut1 Ketua Pelaksana Wwik Trapsilowati. SKM, M.Kes2. Anggotatim penelitiansbb

a. Lulus Susanti, SKM. MF;!

b Aryani Puryarrti, SKM. MPH.

36

=

Page 37: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIABADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKITJalan Hasanudin No. 123 PO. BOX 200, Salatiga 50721

Telepon : (0298) 327096 ; 312107, Faksimile : (0298) 322604; 312107Sural Elektronik : [email protected] ; [email protected]

Kedua Tim pelaksanaan penelitian bertug^s:

a. Melaksanakan penelitian sampai selesai dan menyerahkan laporankepada Kepala menurut Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian

Nomor LB.02.01/IV.4/ 6401 /2016tertanggal 02 Agustus2016.

b. Menurut pertanggungjawaban keuangan menurut ketentuan yangberlaku.

Ketiga : Semua pengeluaran untuk pelaksanaan Surat Keputusan ini dibebankanpada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (DIPA B2P2VRP) Tahun

Anggaran 2016 Nomor SP DIPA-024.11.2.520607/2016 tertanggal 22 Juli2016.

Keempat : • Surat Keputusan ini berlaku mulai tanggal 02 Agustus sampai 31 Desember2016 dengan catatan segala sesuatu akan ditinjau kembali apabiladikemudian hari temyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di

Pada tanggal

Salatiga

02 Agustus 2016

Jvlenerima dan menyetujuiTKe

iyo, BSc.,ST„Dipl.EIA.,MSc.PH;%P^t§6i10211986031002

Tembusan:

1. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di Jakarta2. Bendaharawan Rutin Balai BesarPenelitian dan Pengembangan Vektor dan

ReservoirPenyakitdi Salatiga3. Yang bersangkutan

37

Page 38: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

M. SUSUNAN TIM KAJIAN

No. Nama KepakaranKedudukan

dalam tim

Uraian tugas

1. Wiwik Trapsilowati, SKM, M.Kes Perilaku Ketua Bertanggung jawab

kesehatan pelaksana pada semua aspek

teknis dan

administrasi.

2. Lulus Susanti, SKM, MPH Kesehatan

Lingkungan

Anggota Bertanggung jawab

pada aspek teknis

3. Aryani Pujiyanti, SKM, MPH Perilaku

kesehatan

Anggota Bertanggung jawab

pada aspek teknis

38

Page 39: LAPORAN KAJIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id. Laporan-20… · Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M, yaitu : menguras, menutup dan mengubur. Pemberantasan sarang

N. J ADWAL KEGIATAN KAJIAN

No KegiatanTahun 2016

Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des

A. Persiapan

1.Penyusunan Protokol

Kajian

X

2. Koordinasi dengan

Dinkes Prov. Jateng

X

B. Pelaksanaan

1. Pengumpulan data

sekunder

X X X

2. Wawancara mendalam X X X

3. Analisis Data X X X

C. Penyusunan laporan dan

konsultasi

X

D. Diseminasi X

39