LAPORAN AKHIR PENELITIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id · SUSUNAN TIM PENELITI No Nama Unit Kerja...
Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN - e-riset.litbang.kemkes.go.id · SUSUNAN TIM PENELITI No Nama Unit Kerja...
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
KEARIFAN LOKAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENULARAN MALARIA PADA ANAK DAN IBU HAMIL DI KABUPATEN
PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG
OLEH : Santoso (Peneliti Madya)
Indah Margarethy (Peneliti Pertama) I Gede Wempi DSP (Peneliti Pertama)
Maya Arisanti (Peneliti Pertama) Rizki Nurmaliani (Calon Peneliti)
Betriyon (Calon Litkayasa) Katarina Sri Rahayu (Teknisi Litkayasa Pelaksana)
Zamriadi (Administrasi)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
LOKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG
BATURAJA
i
SK TIM PENELITI
ii
iii
iv
v
SUSUNAN TIM PENELITI
No Nama Unit Kerja Kedudukan dalam tim
Keahlian/ Kesarjanaan
Uraian Tugas
1 Santoso Loka Litbang
Baturaja Ketua
Pelaksana S2-
Parasitologi
Bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
penelitian
2 Indah
Margarethy Loka Litbang
Baturaja Peneliti S2- Sosiologi
Bertanggung jawab terhadap analisis data
kualitatif
3 I Gede Wempi
Loka Litbang Baturaja
Peneliti Dokter Hewan Bertanggung jawab
terhadap pemeriksaan RDT
4 Maya
Arisanti Loka Litbang
Baturaja Peneliti
S1-Kesehatan Masyarakat
Bertanggung jawab terhadap análisis data
sekunder
5 Rizki
Nurmaliani Loka Litbang
Baturaja Peneliti
S1-Kesehatan Masyarakat
Bertanggungjawab terhadap pengolahan
data sekunder
6 Betriyon Loka Litbang
Baturaja Litkayasa
S1-Kesehatan Masyarakat
Bertanggung jawab terhadap pemeriksaan
slide
7 Katarina Sri
Rahayu Loka Litbang
Baturaja Litkayasa SMA
Membantu pengumpulan data
8 Zamriadi Loka Litbang
Baturaja Administrasi SMA
Bertanggung jawab terhadap administrasi
penelitian
vi
ETHICAL CLEARANCE
vii
PERSETUJUAN ATASAN YANG BERWENANG
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya maka laporan hasil penelitian yang berjudul: “Kearifan Lokal
yang Berhubungan dengan Penularan Malaria pada Anak dan Ibu Hamil di
Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan hasil penelitian ini memiliki kekurangan dan keterbatasan, sehingga
kami memngharapkan kritikan dan saran yang membangun guna perbaikan di masa
datang. Laporan yang disampaikan merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan tim
peneliti maupun tim pendukung yang telah bekerjasama dengan kemampuan masing-
masing secara maksimal.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan berperan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan
proposal dan protokol penelitian, pelaksanaan kegiatan penelitian serta pembuatan
laporan hasil penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan hasil penelitian ini dapat
bermanfaat sebagai masukan khususnya bagi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,
khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran dalam upaya penanggulangan
Malaria serta bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan terutama dalam rangka
mendukung program Eliminasi Malaria di Indonesia.
Baturaja, Desember 2016
Ketua Tim Penelitian
Santoso, SKM., M.Sc.
NIP 197303161998031002
ix
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kearifan Lokal yang Berhubungan dengan Penularan Malaria pada Anak dan Ibu Hamil di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung
Santoso, Indah Margarety, I Gede Wempi DSP., Maya Arisanti, Rizki Nurmaliani, Betriyon, Katarina Sri Rahayu, Zamriadi
Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah endemis malaria. Jumlah
kabupaten endemis malaria sebanyak 12 dari 14 kabupaten yang ada. Kabupaten dengan
prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Pesawaran dengan API sebesar 4,8‰. Tahun
2013 terjadi KLB malaria di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Peningkatan kasus
terjadi di Desa Lempasing dari Januari s/d Desember 2013 diwilayah ini ditemukan
penderita positif malaria sebesar 1.200 penderita (API 178‰) dan juga ditemukan 1
kematian ibu hamil akibat malaria.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi budaya lokal yang menunjang
pencegahan terhadap malaria pada penduduk, khususnya anak dan ibu hamil.
Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Hanura, Kabupaten
Pesawaran selama empat bulan (April–Juli 2016). Sampel dalam penelitian ini adalah
ibu hamil dan balita yang ada di wilayah Puskesmas Hanura. Lokasi pemilihan adalah
Desa Sukajaya Lempasing yang merupakan desa dengan endemisitas tertinggi di
wilayah kerja Puskesmas Lempasing. Jumlah sampel minimal berdasarkan hasil
perhitungan sampel adalah 100 orang ibu hamil dan balita. Penentuan sampel terpilih
berdasarkan informasi dari Bidan Desa di lokasi penelitian. Bila sampel sudah mencapai
100 orang maka pengambilan darah dihentikan.
Pengambilan darah dilakukan dengan kunjungan ke rumah ibu hamil atau balita
dengan menggunakan dua metode, yaitu dengan rapid diagnostic test (RDT) dan secara
mikroskopis. Hasil pemeriksaan RDT dapat diketahui langsung hasilnya di lokasi
penelitian, sedangkan pemeriksaan mikroskopis dilakukan di Laboratorium Parasitologi
Loka Litbang P2B2 Baturaja. Selain pengambilan darah terhadap ibu hamil dan balita
juga dilakukan wawancara singkat terhadap ibu hamil dan orang tua atau wali dari balita
yang menjadi sampel. Pertanyaan dalam wawancara singkat ini meliputi riwayat
demam, perilaku pencegahan dan pengobatan malaria serta kondisi lingkungan di
sekitar rumahnya. Selain pengambilan darah juga dilakukan wawancara mendalam
terhadap petugas pengelola program malaria Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Dinas
Kesehatan Kabupaten Pesawaran dan Puskesmas Hanura. Pertanyaan dalam wawancara
x
mendalam mencakup masalah malaria, kegiatan penanggulangan serta pengobatannya
di wilayah kerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Kabupaten Pesawaran dan
Puskesmas Hanura. Penelitian ini semula juga akan melakukan wawancara mendalam
terhadap penduduk yang mengetahui tentang budaya setempat untuk mengetahui
kearifan lokal yang berhubungan dengan pencegahan malaria di lokasi penelitian,
namun karena adanya efisiensi anggaran penelitian maka kegiatan terakhir tidak dapat
dilakukan.
Hasil pengambilan darah terhadap 100 orang penduduk di Desa Lempasing,
Kabupaten Pesawaran yang terdiri dari 64 balita dan 36 ibu hamil mendapatkan tiga
orang positif malaria dengan menggunakan RDT (1 balita dan 2 ibu hamil). Hasil
konfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopis tidak menemukan adanya slide positif
malaria dalam darah sampel. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penduduk yang
pernah mengalami demam yang merupakan salah satu gejala klinis malaria adalah
sebesar 46%. Sebagian besar responden (84%) memiliki kebiasaan yang baik dalam
upaya pencegahan malaria yaitu dengan menggunakan kelambu pada saat tidur malam
hari. Perilaku pengobatan responden sebagian besar (94%) menunjukkan perilaku baik,
yaitu dengan berobat ke Puskesmas bila mengalami demam. Responden sebagian besar
(86%) memiliki kebiasaan tidur di atas jam 22.00 WIB dengan kebiasaan sebelum tidur
sebagian besar (65%) melakukan aktifitas di dalam rumah. Ketika melakukan aktifitas
di dalam maupun di luar rumah sebelum tidur sebagian besar (56%) tidak melakukan
upaya pencegahan gigitan nyamuk. Hasil observasi di lingkungan responden untuk
mengetahui keberadaan genangan air di sekitar rumah mendapatkan bahwa sebagian
besar (73%) lingkungan di sekitar rumah responden terdapat genangan air. Responden
yang pernah kontak dengan penderita malaria sebanyak 72%. Hasil analisis bivariat
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara signifikan antara riwayat demam
dengan riwayat kontak dengan penderita malaria. Hal ini menunjukkan bahwa
penduduk yang pernah kontak dengan penderita malaria sebelumnya memiliki risiko
untuk mengalami demam yang merupakan salah satu gejala klinis malaria.
Hasil wawancara mendalam terhadap petugas Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung, Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran dan Puskesmas Hanura mendapatkan
bahwa permasalahan malaria masih belum menjadi masalah yang berarti bagi
masyaakat, meskipun pernah terjadi kematian karena malaria. Masyarakat masih
menganggap bahwa malaria merupakan penyakit yang biasa. Kerjasama lintas sector
dan lintas program telah dilaksanakan di tingkat provinsi, kabupaten maupun
xi
kecamatan. Kegiatan yang dilakukan diantaranya pengelolaan bekas tambak udang yang
sudah tidak terpakai dengan menaburkan ikan pemakan jentik dan, reboisasi hutan
bakau. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan malaria di tingkat provinsi dan
puskesmas sudah cukup, namun di tingkat kabupaten masih kurang, karena terbatasnya
alat penyemprotan sehingga bila ada kegiatan maka harus meminjam dari instansi lain.
Sistem pelaporan malaria di seluruh tingkatan sudah berjalan dengan baik dan ada
evaluasi dari pelaporan tersebut. Masalah utama yang dihadapi Dinas Kesehatan
Kabupaten dalam penanggulangan malaria adalah keterbatasan anggaran yang
dialokasikan untuk kegiatan penanggulangan malaria sehingga pelaksanaan program
tidak berjalan dengan optimal.
Penduduk yang memiliki riwayat kontak dengan penderita malaria memiliki risiko
lebih besar untuk mengalami demam yang merupakan gejala awal malaria, sehingga
bila ditemukan penderita positif di keluarga atau di sekitar rumah maka perlu ada upaya
pencegahan gigitan nyamuk. Upaya pencegahan gigitan nyamuk perlu dilakukan baik
pada saat sebelum tidur maupun pada saat tidur malam. Upaya yang dapat dilakukan
untuk menghindari gigitan nyamuk sebelum tidur malam adalah dengan penggunaan
repellent (krim anti nyamuk), penggunaan obat anti nyamuk bakar, semprot maupun
elektrik pada saat melakukan aktifitas di dalam maupun di luar rumah pada malam hari.
Pencegahan gigitan nyamuk yang paling efektif pada saat tidur malam adalah dengan
penggunaan kelambu berinsektisida yang telah diberikan dari Puskesmas Hanura bagi
ibu hamil dan balita.
Baturaja, Desember 2016
Tim Peneliti
xii
ABSTRAK
Latar Belakang: Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah endemis malaria. Jumlah kabupaten endemis malaria sebanyak 12 dari 14 kabupaten yang ada. Kabupaten dengan prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Pesawaran dengan API sebesar 4,8‰. Tahun 2013 terjadi KLB malaria di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Peningkatan kasus terjadi di Desa Lempasing dari Januari s/d Desember 2013 diwilayah ini ditemukan penderita positif malaria sebesar 1.200 penderita (API 178‰) dan juga ditemukan 1 kematian ibu hamil akibat malaria. Metode: Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Hanura, Kabupaten Pesawaran selama empat bulan (April–Juli 2016). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil dan balita yang ada di wilayah Desa Sukaja Lempasing Puskesmas Hanura. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 100 orang ibu hamil dan balita. Informan dalam untuk wawancara mendalam adalah petugas pengelola program Dinkes Provinsi Lampung, Kabupaten Pesawaran dan Puskesmas Hanura. Hasil: Hasil pengambilan darah dengan RDT terhadap 100 sampel mendapatkan tiga sampel positif malaria falsiparum. Hasil pemeriksaan mikroskopis tidak ditemukan slide positif plasmodium. Penduduk yang pernah mengalami demam sebanyak 42%. Hasil analisis bivariat mendapatkan adanya hubungan yang bermakna antara riwayat demam dengan riwayat kontak dengan penderita malaria sebelumnya. Kesimpulan: Penggunaan kelambu pada saat tidur sudah merupakan kebiasaan masyarakat khususnya ibu hamil dan balita untuk mencegah gigitan nyamuk.
Kata kunci: malaria, kearifan lokal, KLB, Puskesmas Hanura
xiii
DAFTAR ISI
SK TIM PENELITI ......................................................................................................... i
SUSUNAN TIM PENELITI .......................................................................................... v
ETHICAL CLEARANCE ............................................................................................... vi
PERSETUJUAN ATASAN YANG BERWENANG ................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. viii
RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................ ix
ABSTRAK ..................................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C. Tujuan .......................................................................................................... 3
D. Manfaat ........................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5
A. Malaria pada Anak dan Ibu Hamil .............................................................. 5
B. Pengendalian Malaria .................................................................................. 7
C. Kearifan Lokal ............................................................................................. 7
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 9
A. Kerangka Teori ............................................................................................ 9
B. Kerangka Konsep ........................................................................................ 9
C. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................ 10
D. Tempat dan Waktu .................................................................................... 11
E. Disain Penelitian ....................................................................................... 11
F. Populasi, Sampel dan Informan ................................................................ 11
G. Cara Penarikan Sampel dan Informan ....................................................... 12
H. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ..................................................................... 12
I. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data .................................................... 12
J. Manajemen dan Analisis Data ................................................................... 15
K. Pertimbangan Etik Penelitian .................................................................... 15
xiv
L. Pertimbangan Ijin Penelitian ..................................................................... 15
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................. 16
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ....................................................... 16
1. Provinsi Lampung ................................................................................ 16
2. Kabupaten Pesawaran ........................................................................... 19
3. Puskesmas Hanura ................................................................................ 23
B. Program Penanggulangan Malaria ............................................................ 26
1. Metode Pengendalian Vektor Malaria .................................................. 26
2. Kebijakan .............................................................................................. 28
C. Hasil Pemeriksaan Darah Pada Anak dan Ibu Hamil ................................ 28
1. Hasil Pemeriksaan Darah dan Karakteristik Sampel ............................ 28
4. Perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria .......................... 29
D. Kearifan Lokal ........................................................................................... 30
1. Pengelolaan tambak udang terlantar ..................................................... 31
2. Pengangkatan lumut di desa Hanura .................................................... 31
3. Pengendalian vektor ............................................................................. 31
E. Hasil wawancara mendalam terhadap Informan ....................................... 31
1. Endemisitas dan permasalahan malaria ................................................ 31
4. Peran lintas program dan lintas sektor .................................................. 33
5. Upaya penanggulanan malaria.............................................................. 35
6. Sarana prasarana penunjang kegiatan pengendalian malaria ............... 36
7. Pelaporan dan evaluasi ......................................................................... 38
BAB V PEMBAHASAN ........................................................................................... 40
A. Malaria pada Anak dan Ibu Hamil ............................................................ 40
B. Kearifan Lokal dalam Penanggulangan Malaria ....................................... 43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 45
A. Kesimpulan ................................................................................................ 45
B. Saran .......................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 46
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................................ 48
LAMPIRAN .................................................................................................................. 49
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Variabel dan Definisi Operasional .................................................................. 10
Tabel 2. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Provinsi Lampung Tahun 2015 ................................................................... 17
Tabel 3. Distribusi Kasus dan Kematian Karena Malaria di Provinsi Lampung Tahun 2014 dan 2015 ...................................................................................... 19
Tabel 4. Distribusi Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Pesawaran Tahun 2016 ................................................................. 20
Tabel 5. Distribusi KLB Malaria di Kabupaten Pesawaran Tahun 2014-2015 ............ 21
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Status dan Kelompok Umur di Wilayah Puskesmas Hanura tahun 2016 ....................................................................... 29
Tabel 7. Karakteristik Sampel Berdasarkan Riwayat Demam, Riwayat Kontak dengan Penderita Malaria dan Lama Tinggal di Wilayah Puskesmas Hanura Tahun 2016 ......................................................................................... 29
Tabel 8. Distribusi Hubungan Perilaku Responden dengan Riwayat Demam pada Anak dan Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Hanura Tahun 2016 .................. 30
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................ 9
Gambar 2. Peta Provinsi Lampung .............................................................................. 16
Gambar 3. Grafik API di Kabupaten Pesawaran per Puskesmas Tahun 2014 dan 2015 ............................................................................................................ 22
Gambar 4. Peta Stratifikasi Desa Endemis Malaria di Kabupaten Pesawaran Tahun 2015 ................................................................................................. 23
Gambar 5. Distribusi AMI Per Desa di Wilayah Puskesmas Hanura Tahun 2015 ...... 25
Gambar 6. Angka Malaria Klinis Per Bulan (MoMI) per Desa di Wilayah Puskesmas Hanura sampai Bulan Mei 2016 .............................................. 25
Gambar 7. Angka Malaria Positif Per Bulan (MoPI) per Desa di Wilayah Puskesmas Hanura sampai Bulan Mei 2016 .............................................. 26
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan profil
kesehatan tahun 2013, jumlah penduduk yang berisiko tertular malaria di Indonesia
sebanyak 248.422.956 dengan angka parasit per tahun (annual parasite
incidence/API sebesar 1,38 per 1000 penduduk). Penyebaran malaria di Sumatera
meliputi seluruh provinsi1. Malaria merupakan salah satu penyebab utama
kematian. Berdasarkan laporan WHO, kematian karena malaria di Indonesia sekitar
3000 per tahun2.
Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah endemis malaria. Jumlah
kabupaten endemis malaria sebanyak 12 dari 14 kabupaten yang ada. Kabupaten
dengan prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Pesawaran dengan API sebesar
4,8‰3. Tahun 2013 terjadi KLB malaria di Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Peningkatan kasus terjadi di Desa Lempasing dari Januari s/d Desember 2013
diwilayah ini ditemukan penderita positif malaria sebesar 1.200 penderita (API
178‰) dan juga ditemukan 1 kematian ibu hamil akibat malaria4.
Penduduk yang memiliki risiko tinggi untuk terserang malaria adalah balita
dan ibu hamil. Salah satu upaya untuk mengurangi risiko kematian karena malaria
pada balita dan ibu hamil adalah dengan penggunaan kelambu berinsektisida, long-
lasting insecticidal net (LLIN). Penggunaan kelambu dengan tepat dapat
menghindari kontak dengan nyamuk vektor malaria, sehingga dapat mengurangi
risiko penularan malaria, khususnya pada bayi dan ibu hamil5.
Kegiatan pembagian kelambu dengan sasaran bayi dan ibu hamil di
Kabupaten Pesawaran telah dilakukan sejak tahun 2010. Kegiatan pembagian
kelambu merupakan upaya preventif, yaitu untuk mencegah gigitan nyamuk vektor
malaria. Pembagian kelambu perlu didukung dengan perilaku masyarakat,
khususnya bayi dan ibu hamil untuk memanfaatkan kelambu tersebut secara tepat3.
Upaya pengobatan malaria telah menggunakan metode pengobatan baru,
yaitu Artemisinin-based combination therapy (ACT) terhadap penderita malaria
dengan konfirmasi laboratorium (pemeriksaan slide) maupun rapid diagnostic test
(RDT). Permasalahan yang dihadapi oleh petugas kesehatan adalah perilaku
masyarakat yang sering melakukan pengobatan malaria sendiri tanpa konfirmasi
2
laboratorium. Hal ini menghambat program penemuan dan pengobatan malaria
secara rasional, efektif dan efisien4.
Penelitian sejenis pernah dilakukan, yaitu di Kabupaten Bulukumba yang
meneliti tentang penggunaan kelambu terhadap pengendalian malaria. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 98% penduduk yang mendapatkan kelambu
menggunakan kelambu pada malam hari6. Penelitian sejenis yang dilakukan di
Kabupaten Tanah Bumbu mendapatkan mendapatkan bahwa penggunaan kelambu
terbukti dapat menurunkan kejadian malaria7.
Hasil analisis Riskesdas tahun 2007 mendapatkan adanya faktor pelayanan
kesehatan yang berhubungan dengan kesakitan malaria, yaitu waktu tempuh ke
sarana kesehatan dan pemanfaatan sarana kesehatan. Penggunaan kelambu juga
berhubungan dengan kejadian malaria8.
Penelitian lain yang membahas tentang persepsi dan pola kebiasaan
masyarakat berkaitan dengan malaria juga pernah dilakukan di Provinsi Sumatera
Utara9. Penelitian ini tidak mebahas tentang kearifan lokal yang berhubungan
dengan perilaku pencegahan atau perilaku berisiko terhadap malaria.
Penelitian yang membahas tentang budaya lokal berkaitan dengan malaria
juga pernah dilakukan di Kota Palu, Sulawesi Tengah, namun dalam penelitian ini
tidak dihubungkan dengan perilaku pencegahan10.
Penelitian ini terdapat variabel yang belum pernah diteliti sebelumnya, yaitu
pengamatan perilaku penduduk (anak dan ibu hamil) pada sore hari sebelum tidur
menggunakan kelambu. Penelitian ini juga akan mengidentifikasi budaya lokal
yang berhubungan dengan penularan malaria, baik perilaku pencegahan maupun
perilaku berisiko. Selanjutnya, budaya yang berhubungan dengan perilaku berisiko
diharapkan dapat dicegah dan budaya mendukung pencegahan penularan malaria
diharapkan dapat diterapkan dalam masyarakat.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
pemakaian kelambu dengan risiko kejadian malaria. Namun berdasarkan data
pembagian kelambu dan data kasus malaria yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Pesawaran menunjukkan adanya permasalahan yang perlu diteliti lebih
lanjut, yaitu tentang perilaku masyarakat sebelum tidur. Penduduk berisiko telah
mendapat kelambu berinsektisida namun masih dapat terserang malaria, hal ini
diketahui dari data KLB malaria yang terjadi pada tahun 2013 dengan proporsi anak
yang terserang malaria sebesar 30% dan terdapat ibu hamil yang meninggal karena
3
malaria3. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kearifan lokal dalam pencegahan
malaria pada anak dan ibu hamil, karena risiko kematian akibat malaria pada anak
dan ibu hamil lebih besar dibandingkan dengan kelompok penduduk lain (penduduk
dewasa).
B. Rumusan Masalah
Pengobatan malaria dengan ACT dan pencegahan penularan malaria melalui
pembagian kelambu terhadap bayi dan ibu hamil telah dilakukan sejak tahun 2010,
namun masih terjadi peningkatan kasus dan kematian karena malaria pada ibu
hamil. Malaria bersifat lokal spesifik, sehingga dalam pengendalian malaria
diperlukan informasi tentang budaya lokal yang dapat mendukung kegiatan
penanggulangan malaria. Budaya lokal yang mendukung upaya pencegahan
penularan malaria seperti kebiasaan tidur dalam kelambu, kebiasaan menggunakan
pakaian panjang, kebiasaan gotong royong membersihkan lingkungan merupakan
suatu kearifan lokal, sehingga perlu diidentifikasi budaya tersebut dalam penelitian
ini.
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian tentang kearifan lokal
yang berhubungan dengan perilaku pencegahan malaria pada anak dan ibu hamil.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi budaya lokal yang menunjang pencegahan terhadap
malaria pada penduduk, khususnya anak dan ibu hamil.
2. Tujuan Khusus
a. Identifikasi angka kejadian malaria pada bayi dan ibu hamil;
b. Identifikasi karakteristik subyek;
c. Identifikasi perilaku subyek yang berhubungan dengan malaria;
d. Identifikasi budaya lokal yang menunjang pencegahan penularan malaria.
D. Manfaat
1. Bagi Program Pengendalian Malaria
Melalui penelitian ini diharapkan dapat teridentifikasi kearifan lokal yang
menunjang upaya pencegahan penularan malaria khsususnya pada anak dan ibu
hamil.
4
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan tentang budaya lokal dalam pencegahan malaria di lokasi penelitian
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Malaria pada Anak dan Ibu Hamil
Ibu hamil dan bayi di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang
memiliki risiko tinggi untuk terjadinya malaria berat. Hal ini karena pengobatan
malaria terhadap kelompok ini lebih sulit dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Penanganan penyakit malaria yang tidak tepat terhadap kedua kelompok ini dapat
menghambat penyembuhan penyakit, bahkan dapat menimbulkan kematian.
Anak pada mulanya menjadi letargik (lemas), mengantuk atau gelisah,
anoreksia (tidak nafsu makan), pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala dan
mual. Demam selalu dijumpai tetapi bervariasi. Muntah, nyeri perut dan diare agak
jarang dijumpai. Pembesaran hati sering dijumpai pada anak. Pada serangan akut,
pembesaran hati biasanya terjadi pada awal perjalanan penyakit (padaakhir minggu
pertama) dan lebih sering terjadi daripada pembesaran limpa. Hati biasanya lunak
dan terus membesar sesuai dengan progresifitas penyakit, namun fungsinya jarang
terganggu dibandingkan dengan orang dewasa. Ikterus (kuning) dapat dijumpai
pada beberapa anak, terutama berhubungan dengan hemolisis. Kadar transaminase
darah sedikit meningkat untuk waktu singkat. Limpa yang membesar umumnya
dapat diraba pada minggu kedua; pembesaran limpa progresif sesuai dengan
perjalanan penyakit. Pada anak yang telah mengalami serangan berulang, limpa
dapat sangat besar dengan konsistensi keras. Anemia merupakan akibat penting
malaria tropika pada anak. Pada infeksi akut, beratnya anemia berhubungan
langsung dengan derajat parasitemia. Malaria ovale mempunyai gejala klinis lebih
ringan daripada malaria tertiana. Pada hari terakhir masa inkubasi, anak menjadi
gelisah, anoreksia sedangkan anak besar mengeluh nyeri kepala dan nausea.
Demam periodik tiap 48 jam tetapi stadium dingin dan menggigil jarang dijumpai
pada bayi dan balita. Selama periode demam, anak selalu merasa dingin dan
menggigil dalam waktu singkat. Demam sering terjadi pada sore hari. Pada anak
jarang terjadi parasitemia berat, terdapat pada kurang dari 2%. Malaria tertiana dan
ovale jarang disertai anemia berat. Hati pada umumnya membesar dan teraba pada
akhir minggu pertama. Bilirubin total dapat meningkat tetapi jarang disertai ikterus,
sedangkan kadar transaminase sedikit meningkat untuk waktu singkat. Limpa
bertambah besar selama serangan dan dapat teraba pada minggu kedua. Kejang
6
dapat terjadi pada saat demam tinggi pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. Kematian
pada anak sangat jarang terjadi, tetapi dapat terjadi bila disertai berbagai penyakit
lain yang berat, gizi buruk, dan anemia berat. Pada malaria tertiana dan ovale
bentuk dormant dari parasit dapat tetap berada dalam hati dan dapat menyebabkan
relaps. Relaps dapat terjadi pada kasus yang mendapat pengobatan hanya dengan
obat skizontosida saja. Gambaran klinis malaria kuartana menyerupai malaria
tertiana, hanya periode demam terjadi tiap 72 jam. Sindrom nefrotik dapat terjadi
pada umur 2 sampai 12 tahun dengan puncak pada usia 5-7 tahun. Dijumpai edema
berat, proteinuria berat yang menetap, hipoproteinemia berat dan asites. Serum
albumin kurang dari 2g/dL bahkan pada 95% kurang dari l g/dL. Tekanan darah
biasanya normal dan tidak jelas adanya azotemia dan hematuria.11
Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan, tergantung
pada tingkat kekebalan seseotrang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas
(jumlah kehamilan). Ibu hamil dari daerah endemi yang tidak mempunyai
kekebalan dapat. Strategi kontrol malaria saat ini untuk kehamilan masih
merupakan pemberian kemoprofilaksis anti malaria yang rutin yaitu klorokuin pada
setiap wanita hamil dalam daerah endemi malaria. Beberapa penelitian menunjukan
bahwa kemoprofilaksis dapat mengurangi anemia pada ibu dan menambah berat
badan lahir terutama pada kelahiran pertama. Resiko malaria dan konsekwensi
bahayanya tidak meningkat selama kehamilan kedua pada wanita yang menerima
kemoprofilaksis selama kehamilan pertama. Pada daerah endemisitas tinggi untuh
P. falciparun infeksi malaria selama kehamilan menyebabkan rendahnya berat bayi
lahir merupakan faktor resiko yang paling besar untuk mortalitas neonatal17.
Kemoprofilaksis yang diberikan selama kehamilan dapat meningkatkan berat
kelahiran rata-rata, terutama pada kehamilan pertama dn menurunkan tingkat
mortalitas bayi kira-kira 20%11. Rata-rata bayi yang dilahirkan pada kehamilan
pertama bagi ibu yang menerima kemoprofilaksis lebih tinggi daripada berat bayi
yang ibunya tidak menerima kemoprofilaksis. Kelahiran mati dan setelah mati lahir
lebih kurang pada bayi dan ibu-ibu yang menerima kemoprofilaksis dibandingkan
denghan bayi dari ibu-ibu yang tidak mendapat kemoprofilaksis12.
7
B. Pengendalian Malaria
Salah satu target dan indikator Millenium Development Goals (MDG’s) di
Indonesia adalah memerangi penyakit HIV AIDS, Malaria dan penyakit menular
lainnya. Guna mendukung program tersebut maka disusun suatu rencana promosi
kesehatan untuk eliminasi malaria dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat
yang hidup sehat dan terbebas dari malaria secara bertahap sampai tahun 2030.
Strategi yang diterapkan meliputi advokasi, bina suasana, pemberdayaan
masyarakat dan kemitraan13.
Penularan malaria disebabkan karena adanya interaksi antara host (pejamu),
agent (sumber penyakit) dan environment (lingkungan). Pejamu meliputi manusia
sebagai host intermediate dan nyamuk anopheles sebagai host devinitive.
Penanganan terhadap manusia sebagai host intermediate dengan cara pemberian
obat dan pencegahan kontak dengan nyamuk sebagai host definitive sehingga
plasmodium sebagai agent penyakit tidak dapat berkembang dalam tubuh manusia.
Penanganan terhadap nyamuk dengan cara pengendalian vektor untuk
menekan/mengendalikan kepadatan nyamuk. Agent penyakit malaria, yaitu
plasmodium dapat dikendalikan dengan pemberian obat untuk membunuh
plasmodium yang telah menginfeksi manusia. Lingkungan yang berperan dalam
penularan malaria meliputi lingkungan fisik (suhu dan kelembaban udara, curah
hujan, kecepatan dan arah angin, sinar matahari, dan arus air), kimiawi ( salinitas
dan pH air), biologi (keberadaan tanaman air dan hewan predator jentik nyamuk di
air), lingkungan social budaya (perilaku masyarakat, adat istiadat serta budaya
daerah). Faktor lingkungan budaya terkadang memiliki peran yang lebih besar
dalam penularan malaria, sehingga pengendalian malaria juga harus
mempertimbangkan aspek lingkungan sosial budaya setempat14.
C. Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan suatu tradisi atau budaya daerah tertentu dan
menunjang kegiatan yang bersifat positif. Kearifan lokal sebenarnya sudah ada
dalam masyarakat yang berlangsung secara turun temurun. Budaya atau kearifan
lokal tersebut seringkali tidak disadari oleh masyarakat tersebut sebagai budaya
yang bernilai positif dan perlu dikembangkan karena dapat mendukung kegiatan
pengendalian penyakit. Contoh kearifan yang ditemui pada masyarakat di
8
Kabupaten Timor Tengah Utara yaitu adanya budaya Naketi. Budaya ini
merupakan suatu kearifan lokal yang dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu
hamil yang akan melahirkan. Naketi merupakan pengakuan dosa/kesalahan istri
kepada suami dan dilanjutkan dengan pengakuan dosa istri dan suami kepada
keluarga besar sebelum proses persalinan. Hal tersebut dapat mengurangi beban
psikologis istri pada saat melahirkan sehingga proses persalinan dapat berjalan
dengan lancar15.
Salah satu upaya pengendalian malaria di Indonesia adalah dengan
melakukan pengendalian vektor. Upaya pengendalian vektor perlu juga
memperhatikan kearifan lokan di daerah setempat. Kearifan lokal dalam
pengendalian vektor adalah teknologi lokal dalam pengendalian vektor yang telah
dibuktikan secara ilmiah memenuhi persyaratan keamanan dan efektifitas16.
9
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Teori
Penularan malaria dapat terjadi karena adanya interaksi antara host, agent
dan lingkungan. Manusia adalah host (pejamu) yang bisa terinfeksi penyakit
malaria. Kerentanan manusia untuk terkena malaria tergantung beberapa faktor,
diantaranya umur, jenis kelamin, ras, sosial ekonomi, hereditas, status gizi dan
imunitas. Agent penyebab malaria adalah plasmodium (P.falciparum, P.vivax,
P.ovale, P.malariae). Lingkungan yang mempengaruhi penularan malaria meliputi
lingkungan fisik, biologi dan sosial ekonomi. Nyamuk termasuk dalam lingkungan
biologi yang dapat berperan sebagai vektor penular malaria. Keberadaan nyamuk
vektor malaria merupakan salah satu faktor yang dapat menularkan malaria.
Lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap penularan malaria diantaranya
perilaku, baik perilaku pencegahan maupun pengobatan malaria14. Perilaku berisiko
yang berhubungan dengan kejadian malaria diantaranya kebiasaan di luar rumah
pada malam hari dan kebiasaan menggunakan kelambu waktu tidur17. Kebiasaan
masyarakat dalam menggunakan kelambu merupakan merupakan salah satu
kearifan lokal yang dapat mencegah penularan malaria.
B. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori maka dibangun konsep penelitian yang akan
dilakukan mengidentifikasi determinan faktor risiko malaria terhadap bayi dan ibu
hamil. Berikut kerangka konsep penelitian:
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
PENDERITA
MALARIA
Karakteristik Subyek: - Jumlah anggota keluarga - Lama tinggal - Riwayat demam - Riwayat kontak dengan
penderita malaria
Kearifan Lokal: - Perilaku pencegahan terhadap
malaria - Tindakan terhadap malaria
Perilaku Suyek: - Kebiasaan sebelum tidur - Penggunaan kelambu - Lama pemakaian kelambu - Pencucian kelambu - Perilaku pengobatan
10
C. Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 1. Variabel dan Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara
Pengukuran/Cara mendapatkan
Hasil ukur
1 Kearifan lokal Pengetahuan dan budaya/kebiasaan masyarakat yang dapat mencegah penularan malaria di lokasi penelitian berdasarkan informasi maupun pengamatan
Observasi dan wawancara mendalam
2 Jumlah anggota keluarga
Banyaknya anggota keluarga yang tinggal dan tidur dalam satu rumah dengan penderita malaria/subyek penelitian
Wawancara …
3 Lama tinggal Lamanya subyek tinggal di lokasi penelitian terhitung sejak pertama kali menetap di lokasi penelitian sampai penelitian dilaksanakan
Wawancara … tahun
4 Riwayat demam Riwayat subyek mengalami demam dalam 1 tahun terakhir Wawancara 1. Tidak pernah 2. Ya, pernah
5 Riwayat kontak dengan penderita
Riwayat kontak dengan penderita malaria lain dalam keluarga atau tetangga terdekat
Wawancara 1. Ya 2. Tidak
6 Kebiasaan sebelum tidur
Kebiasaan yang dilakukan oleh ibu/balita sebelum tidur pada malam hari.
Wawancara 1.Nonton televisi 2.Ngobrol/main di luar rumah 3.Ngobrol/main di dalam rumah
7 Penggunaan kelambu Penggunaan kelambu pada waktu tidur malam hari Wawancara 1. Tidak 2. Ya
8 Lama pemakaian kelambu
Lama kelambu digunakan dari pertama kali mendapat dan menggunakan sampai penelitian dilakukan
Wawancara 1.> 5 tahun 2. 3-5 tahun 3.< 3 tahun
9 Pencucian kelambu Berapa kali kelambu dicuci semenjak mendapatkan dan menggunakan kelambu
Wawancara
10 Perilaku pengobatan saat demam
Perilaku pencarian pengobatan subyek penelitian pada saat mengalami demam
Wawancara mendalam
11 Perilaku pencegahan Adat atau kebiasaan masyarakat dalam upaya pencegahan penularan malaria
Wawancara mendalam
11
D. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilakukan selama 10 bulan (Februari-November 2016) di
wilayah Puskesmas Hanura, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
E. Disain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan
pendekatan anthropologi.
F. Populasi, Sampel dan Informan
1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh penduduk yang ada di Kabupaten
Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan target populasi adalah penduduk yang
tinggal di wilayah Puskesmas Hanura. Pemilihan Puskesmas Hanura sebagai
lokasi penelitian karena di wilayah Puskesmas ini angka malaria dilaporkan
paling tinggi dan pernah terjadi KLB dengan kematian ibu hamil.
2. Sampel
Jumlah sampel penduduk yang dibutuhkan untuk menentukan angka
malaria dalam penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah sampel minimal
dengan rumus18:
n =
���
��
� P(1 − P)N
d�(N − 1) + ���
��
� P(1 − P)
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan (73)
Z1-/2 = Standar skor yang dikaitkan dengan taraf nyata diinginkan
P = Proporsi yang diharapkan (0,05)
N = Jumlah populasi (417.732)
d = Nilai presisi absolut yang dibutuhkan (5%)
Berdasarkan perhitungan besar sampel minimal yang dibutuhkan sebesar
73 orang anak/ibu hamil. Jumlah sampel ditambah 10% untuk antisipasi drop
out sehingga jumlah sampel menjadi 80.
12
3. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh
adat, tokoh pemuda serta orang yang memahami budaya lokat yang berkaitan
dengan pencegahan malaria. Jumlah informan yang dibutuhkan sebanyak 30
orang.
G. Cara Penarikan Sampel dan Informan
1. Sampel untuk pemeriksaan darah
Cara penarikan sampel untuk penentuan angka malaria berdasarkan
metode lingkaran obat nyamuk, yaitu dengan melakukan pemeriksaan terhadap
seluruh ibu hamil dan anak yang ada di wilayah Puskesmas Hanura.
Pemeriksaan dimulai dari rumah ibu hamil yang dilaporkan meninggal karena
malaria dan dilanjutkan dengan pemeriksaan pada ibu hamil/anak yang tinggal
di sekitarnya sampai jumlah sampel mencapai 80. Perbandingan antara ibu hamil
dan anak yang akan diperiksa tidak ditentukan.
2. Informan kualitatif untuk wawancara mendalam
Cara penarikan inrofman untuk penentuan wawancara mendalam
menggunakan metode snow ball.
H. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria inklusi
a. Penduduk yang pernah mendapat kelambu.
b. Bersedia terlibat penelitian.
2. Kriteria eksklusi
a. Menolak untuk diperiksa
b. Menderita penyakit berat yang berisiko terjadi komplikasi pengobatan
malaria apabila hasil pemeriksaan menunjukkan positif malaria.
I. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
1. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data bayi dan ibu hamil
adalah laporan dari Puskesmas di wilayah penelitian. Instrumen untuk
memperoleh data penderita adalah perlengkapan pengambilan darah dan
13
formulir untuk mencatat data hasil pemeriksaan darah. Instrumen untuk
identifikasi budaya lokal adalah peneliti, yaitu dengan melakukan wawancara
mendalam terhadap informan terpilih.
2. Cara pengumpulan data
a. Persiapan
Sebelum melakukan kegiatan penelitian, terlebih dahulu berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Dinas Kesehatan Kabupaten
Pesawaran untuk merencanakan teknis pengambilan data di lapangan.
Koordinasi dilakukan untuk menentukan titik lokasi penelitian, penentuan
petugas yang dapat membantu kegiatan penelitian serta teknik dalam
pengumpulan data di lapangan.
b. Persiapan alat dan bahan
Setelah dilakukan koordinasi dengan petugas terkait, maka disusun
kebutuhan alat dan bahan sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil di
tiap titik lokasi pengambilan sampel.
c. Pengambilan darah
Pengambilan darah dilakukan dengan cara kunjungan ke rumah subyek
terpilih sesuai dengan data jumlah bayi dan ibu hamil yang diperoleh dari
masing-masing Puskesmas. Pengambilan darah dilakukan pada pagi hingga
sore hari di rumah subyek penelitian.
Bahan dan alat pengambilan darah adalah: alkohol 70%, lanset, kapas,
RDT, kaca benda, soft click, giemsa, aquades dan mikroskop compound.
Pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu dengan RDT untuk
menjaring penderita dan apabila hasilnya positif maka dilakukan pengambilan
kembali untuk pemeriksaan mikroskopis. Pengambilan darah pada bayi
dilakukan pada ujung ibu jari kaki bayi dengan menggunakan soft click.
Pengambilan darah pada ibu hamil dilakukan pada jari manis. Darah yang
telah diambil dan diteteskan pada slide dan diberi pewarnaan dengan giemsa
5% dan diperiksa di bawah mikroskop.
Prosedur pengambilan darah pada ibu hamil dilakukan dengan cara: 1)
membersihkan ujung jari manis bagian kiri dengan kapas alkohol; 2)
menusukkan lanset pada jari manis tersebut; 3) membersihkan darah pertama
14
yang keluar dari jari menggunakan kapas kering; 4) meneteskan darah ke
dalam RDT; 5) membaca hasil pemeriksaan. Bila pembacaan hasil
menunjukkan positif malaria, maka dilakukan pengambilan darah kembali
untuk pemeriksaan secara mikroskopis.
Prosedur pengambilan darah pada anak dilakukan dengan cara: 1)
membersihkan ujung ibu jari kaki/tangan dengan kapas alkohol; 2)
menusukkan lanset pada jari manis tersebut; 3) membersihkan darah pertama
yang keluar dari jari menggunakan kapas kering; 4) meneteskan darah ke
dalam RDT; 5) membaca hasil pemeriksaan. Bila pembacaan hasil
menunjukkan positif malaria, maka dilakukan pengambilan darah kembali
untuk pemeriksaan secara mikroskopis.
d. Identifikasi kearifan lokal
Pengumpulan data kearifan lokal dilakukan dengan wawancara
mendalam terhadap informan terpilih yang dianggap mengetahui tentang
budaya lokal yang berhubungan dengan pencegahan penularan malaria.
Jumlah informan yang dibutuhkan sebanyak 30 orang. Sumber informan yang
dapat dipilih diantaranya tokoh adat, tokoh agama, dukun bayi serta pemuka
adat lainnya.
Pengumpulan data dari informan dilakukan dengan cara terlibat
langsung dalam kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Tim peneliti akan
tinggal di salah satu rumah penduduk selama beberapa hari. Tim akan
membaur dengan penduduk setempat dan mencari informasi tentang kearifan
lokal setempat terhadap beberapa informan terpilih. Pengumpulan informasi
dilakukan pada pagi, siang atau malam hari sesuai dengan ketersediaan waktu
yang diberikan oleh informan. Informasi yang diberikan oleh informan
direkam dengan menggunakan alat perekam atau dicatat dalam log book
peneliti.
Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap penduduk yang menjadi
subyek dalam pengambilan darah. Wawancara mendalam terhadap ibu hamil
dilakukan terhadap subyek penelitian langsung, sedangkan wawancara
mendalam pada anak dilakukan terhadap ibu atau orang terdekat yang
mengetahui riwayat/perkembangan anak.
15
Selain wawancara mendalam juga dilakukan pengamatan terhadap
kebiasaan/perilaku penduduk dalam pencegahan penularan malaria.
J. Manajemen dan Analisis Data
Analisis data kuantitatif dilakukan secara univariat dalam bentuk table dan
grafik, sedangkan analisis data kualitatif dilakukan dengan analisis content.
K. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini akan melibatkan manusia sebagai subyek penelitian sehingga
perlu ada pertimbangan etik dari komisi etik Badan Litbangkes RI.
L. Pertimbangan Ijin Penelitian
Penelitian ini akan melibatkan masyarakat dan instansi pemerintah sehingga
perlu mendapatkan ijin penelitian dari instansi pemerintah di lokasi penelitian.
16
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
1. Provinsi Lampung
Gambar 2. Peta Provinsi Lampung Sumber: http://bakosurtanal.go.id/peta-provinsi/
Daerah Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 Km²
termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara
pulau sumatera, dibatasi oleh19:
Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu;
Sebelah Selatan dengan Selat Sunda;
Sebelah Timur dengan Laut Jawa;
Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.
Ibukota Provinsi Lampung adalah Bandar Lampung yang merupakan
penyatuan antara dua kota yaitu Tanjungkarang dan Telukbetung. Secara
Geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan: Timur - Barat berada
antara 103040' BT sampai 105050' BT dan Utara - Selatan 6045' LS sampai 3045'
LS.
Topografi Daerah Lampung dibagi dalam lima bagian yaitu: 1) Daerah
topografis berbukit sampai bergunung; 2) Daerah topografis berombak sampai
17
bergelombang; 3) Daerah dataran alluvial; 4) Daerah rawa pasang surut; dan 5)
Daerah river basin.
Temperatur udara pada daerah dengan ketinggian 30-60 meter di atas
permukaan laut berkisar antara 26-28oC. Temperatur maksimum yang sangat
jarang dialami adalah 33,4oC dan temperature minimum 21,7oC. Kelembaban
rata-rata berkisar antara 75-87%.
Provinsi Lampung terletak dibawah katulistiwa yaitu 50 LS, beriklim
Tropis humid dengan angin laut lembah yang bertiup dari Samudera Indonesia.
Setiap tahun ada dua musim angin yaitu November s/d Maret angin bertiup dari
arah barat dan barat laut dan Juli s/d Agustus angin bertiup dari arah timur dan
tenggara dengan kecepatan rata-rata 5,83 km/jam.
Jumlah Penduduk Provinsi Lampung tahun 2015 berdasarkan data diolah
oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung sebesar 8.117.268 jiwa yang
terdiri dari 4.162.437 jiwa laki-laki dan 3.954.831 jiwa perempuan. Secara
Administratif Daerah Provinsi Lampung, dibagi 15 Kabupaten dan Kota, 227
kecamatan dan 2643 desa/kelurahan20.
Tabel 2. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Provinsi Lampung Tahun 2015
No Kabupaten Jumlah
Kecamatan
Jumlah Desa/
Kelurahan
Jumlah Penduduk
1 Lampung Barat 15 136 293.105 2 Tanggamus 20 302 573.940 3 Lampung Selatan 17 260 972.579 4 Lampung Timur 24 264 1.008.797 5 Lampung Tengah 28 314 1.239.096 6 Lampung Utara 23 247 606.092 7 Way Kanan 14 227 432.914 8 Tulang Bawang 15 151 429.515 9 Pesawaran 11 144 426.389 10 Pringsewu 9 131 386.891 11 Mesuji 7 105 195.682 12 Tulang Bawang Barat 8 96 264.712 13 Pesisir Barat 11 118 149.890 14 Bandar Lampung 20 126 979.287 15 Metro 5 22 158.415 Jumlah 227 2.643 8.117.268
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2015
Provinsi Lampung merupakan daerah endemis malaria yang berpotensi
untuk berkembang seperti pedesaan yang mempunyai rawa-rawa, genangan air
payau di tepi laut dan tambak-tambak ikan yang tidak terurus.
18
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2014 disebutkan
bahwa desa endemis malaria diprovinsi Lampung berjumlah 223 desa atau 10%
dari seluruh jumlah desa yang ada, dengan angka kesakitan malaria per tahun
0,4‰.
Provinsi Lampung terdapat 12 species dari nyamuk Anopheles spp yaitu
An. Vagus, An, Sundaicus, An. Barbirotris, An. Acconitus, An. Indefinitus, An.
Kochi, An. Subpictus. An. Tesselatus, An. Minimus, An. Maculatus.
Sesuai dengan rencana strategis program malaria sampai dengan tahun
2020 Provinsi Lampung akan mencapai bebas malaria (Eliminasi Malaria).
Pencapaian program malaria di tahun 2015 adalah dari 15 Kabupaten/Kota yang
ada di Provinsi Lampung yang sudah menerima sertifikat bebas malaria
(eliminasi malaria) sebanyak 5 kabupaten yaitu Kota Metro, Kabupaten
Pringsewu, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat dan
Kabupaten Way Kanan. Jika dibandingkan tahun 2014 ada perbedaan kualitas
hasil kegiatan program malaria kasus malaria yang dikonfirmasi laboratorium
mulai mengalami peningkatan begitu pula dengan akses pengobatan terhadap
ACT, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan aktifitas kegiatan Program malaria
mempunyai dampak terhadap pencapaian tujuan program malaria.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Lampung, pada tahun 2014,
terdapat 3916 kasus malaria (API= 0,49/1000 penduduk beresiko) dengan 5
orang meninggal atau CFR 0,13. Tahun 2015 terdapat 3.248 kasus
(API=0,44/1000 penduduk beresiko) dengan 2 kematian atau CFR 0.06.
Sementara target rencana Strategi Kementerian Kesehatan untuk angka
kesakitan malaria (API/annual parasite incidence) tahun 2015 <1 per 1.000
penduduk berisiko. Dengan demikian cakupan API 2015 mencapai target
Renstra 2014.
Berdasarkan hasil evaluasi program P2 Malaria di Provinsi Lampung
tahun 2015, terlihat dari 15 Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Provinsi
Lampung Kabupaten Pesawaran menduduki kasus tertinggi selama satu tahun
sebesar 4,5‰, sedangkan untuk kabupaten/kota yang lain kasus penderita
malaria sudah dapat di turunkan di bawah 1‰ sesuai dengan target Renstra di
Provinsi Lampung tahun 2015 yaitu kasus malaria yang ditemukan < 1‰.
Jumlah kasus dan kematian akibat malaria tahun 2014-2015 per kabupaten dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:20
19
Tabel 3. Distribusi Kasus dan Kematian Karena Malaria di Provinsi Lampung Tahun 2014 dan 2015
No Kabupaten/ Kota Jumlah 2014 Jumlah 2015 API
(‰) Kasus Kematian Kasus Kematian 1 Lampung Barat 159 0 32 0 0,0 2 Tanggamus 38 0 23 0 0,0 3 Lampung Selatan 149 0 230 0 0,2 4 Lampung Timur 29 0 3 0 0,0 5 Lampung Tengah 26 0 8 0 0,0 6 Lampung Utara 20 0 0 0 0,0 7 Way Kanan 2 0 9 0 0,0 8 Tulang Bawang 28 0 0 0 0,0 9 Pesawaran 3.033 5 2.712 2 4,5 10 Pringsewu 16 0 0 0 0,0 11 Mesuji 11 0 4 0 0,0 12 Tulang bawang barat 3 0 3 0 0,0 13 Pesisir barat 0 0 0 0 0,0 14 Bandar lampung 561 0 486 0 0,5 15 Metro 0 0 0 0 0,0 Provinsi 3.916 5 3.510 2 0,44
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2015
2. Kabupaten Pesawaran
Secara geofrafis Kabupaten Pesawaran terletak pada koordinat 104,92º -
105,34º Bujur Timur dan 5,12º - 5,84º Lintang Selatan. Secara administratif luas
wilayah Kabupaten Pesawaran adalah 1.173,77 km2 dengan batas-batas wilayah
adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara dengan Kabupaten Lampung Tengah;
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tanggamus;
Sebelah Barat dengan Kabupaten Tanggamus;
Sebelah Timur dengan Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar
Lampung.
Pada tahun 2007 hingga sekarang, jumlah kecamatan di Kabupaten
Pesawaran telah mengalami perubahan akibat adanya pemekaran dengan
penambahan 4 kecamatan sehingga total menjadi 11 kecamatan yaitu : Padang
Cermin, Punduh Pidada, Kedondong, Way Lima, Gedong Tataan, Negeri Katon,
Tegineneng, Marga Punduh, Way Khilau, Way Ratai, Teluk Pandan.
Luas Kabupaten Pesawaran secara keseluruhan adalah 117.377 Ha dengan
Kecamatan Negeri Katon sebagai kecamatan terluas, yaitu 15.269 Ha. Dari luas
keseluruhan Kabupaten Pesawaran tersebut,15.465 Ha digunakan sebagai lahan
sawah, sedangkan sisanya yaitu 101.912 Ha merupakan lahan bukan sawah dan
lahan bukan pertanian. Jenis penggunaan lahan sawah yang terbanyak adalah
20
irigasi teknis dengan dua kali penanaman padi dalam setahun. Sedangkan jenis
penggunaan lahan bukan sawah yang terbanyak adalah tagal/kebun.
Kabupaten Pesawaran merupakan daerah tropis, dengan curah hujan
ratarata sebesar 152,98 mm3/bulan, suhu udara rata-rata sebesar 26,690C/bulan,
dan rata-rata kelembaban udara sebesar 78,06%/bulan.
Kabupaten Pesawaran pada tahun 2014 terbagi dalam 9 kecamatan dan
144 desa. Semua desa sudah berstatus definitive. Penduduk Kabupaten
Pesawaran berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak 436.389 jiwa
yang terdiri atas 219.587 jiwa penduduk laki-laki dan 296.802 jiwa penduduk
perempuan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Pesawaran tahun 2015 mencapai
363,26 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang.
Kepadatan Penduduk di 11 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan
penduduk tertinggi terletak di kecamatan Gedong Tataan dengan kepadatan
sebesar 1.469 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Marga Punduh sebesar 106
jiwa/Km2. Distribusi jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan di
Kabupaten Pesawaran disajikan dalam Tabel 3 berikut: 21
Tabel 4. Distribusi Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
No Kecamatan
Luas Area Penduduk Kepadatan
Penduduk
(orang/km²) Km² % Jumlah %
1 Punduh Pidada 113,19 9,64 13.390 3,11 118,30
2 Marga Punduh 127,34 10,85 13.512 3,14 106,11
3 Padang Cermin 67,00 5,71 27.405 6,33 409,03
4 Teluk Pandan 99,83 8,51 35.692 8,24 357,53
5 Way Ratai 97,06 8,27 34.505 8,17 355,50
6 Kedondong 152,69 13,01 33.707 7,91 220,75
7 Way Khilau 151,26 12,89 26.762 6,28 176,93
8 Way Lima 111,00 9,46 30.582 7,16 275,51
9 Gedung Tataan 64,11 5,46 94.204 22,29 1.469,41
10 Negeri Katon 77,34 6,59 64.707 15,21 836,66
11 Tegineneng 112,95 9,62 51.923 12,17 459,70
Total 1.173,37 100,00 426.389 100,00 363,26
Sumber: BPS, 2016
Kabupaten Pesawaran memiliki beberapa sungai yang berada di
Kecamatan Punduh Pidada, Padang Cermin, Kedondong. Way Lima, Gedong
Tataan, Negeri Katon, dan Tegineneng. Sungai terpanjang adalah Sungai Way
Semah di Kecamatan Gedong Tataan dengan panjang 54 km, dan sungai
21
terpendek adalah sungai Way Kepayang di Kecamatan Kedondong dengan
panjang 5 km.
Berdasarkan laporan bulanan penemuan dan pengobatan malaria Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pesawaran, terdapat 3.037 kasus dan 3 kematian
akibat malaria tahun 2014 (CFR 0,10%) yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Pedada (2 orang) dan Puskesmas Hanura (1 orang). Tahun 2015
terdapat 2.712 kasus dan 2 kematian akibat malaria (CFR sebesar 0,07%) yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Pedada (1 orang) dan Puskesmas Hanura (1
orang) (Tabel 5).
Tabel 5. Distribusi KLB Malaria di Kabupaten Pesawaran Tahun 2014-2015
Lokasi KLB Jumlah AR CFR
Puskesmas Desa Kasus Kematian Berisiko
Pedada Pahawang 14 (2014) 1 1.706 0,170 7,14
Pahawang 103 (2014) 1 1.445 7,130 0,97
Hanura Hanura 33 (2014) 1 8.051 1,930 3,03
Hanura Sukajaya 1 (2015) 1 27.732 0,004 100,00
Hurun 23 (2015) 1 34.713 0,07 4,35
Sumber Profil Kesehatan Kab. Pesawaran Tahun 2014 dan 2015
Kasus positif malaria selama tahun 2014 dan 2015, hanya terjadi di 3
wilayah kerja puskesmas. Puskesmas dengan kasus tertinggi pada tahun 2014
dan 2015 yaitu Puskesmas Hanura (dengan jumlah kasus terbanyak yaitu 2.276
kasus dengan API 65,65‰), Puskesmas Pedada (320 kasus dengan API 11,54),
dan Puskesmas Padang Cermin (116 kasus dengan API 4,91). Sedangkan 9
puskesmas lainnya bukan merupakan wilayah endemik malaria.
Berdasarkan data endemisitas malaria dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Pesawaran tahun 2015, menunjukkan bahwa sebagian besar desa di Wilayah
Kabupaten Pesawaran merupakan desa tanpa kasus malaria. Sebanyak 144 desa
yang ada terdapat 18 desa HCI (High case Insidence), dan 10 desa dengan MCI
dan 2 desa dengan LCI sedangkan 114 desa lainnya adalah desa tanpa kasus
malaria. Desa endemisitas malaria dengan LCI, MCI dan LCI hanya terdapat di
3 di wilayah Puskesmas Hanura, Pedada dan Padang Cermin. Berikut data
endemisitas malaria di Kabupaten Pesawaran Berdasarkan API tahun 2014 dan
2015 (Gambar 4)22–24.
22
Gambar 3. Grafik API di Kabupaten Pesawaran per Puskesmas Tahun 2014 dan 2015
Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa tiga wilayah Puskesmas merupakan
daerah endemis malaria yang selalu ada kasus dari tahun 2014-2015.
Peningkatan kasus dari tahun 2014-2015 terjadi di wilayah Puskesmas Hanura
yang merupakan lokasi penelitian, yaitu dari API 51,6‰ pada tahun 2014
menjadi 65,6‰ pada tahun 2015.
38.3
10.1
0.0
51.6
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
11.5
4.9
0.0
65.6
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
AP
I (‰
)
Puskesmas
API 2014 API 2015
23
Gambar 4. Peta Stratifikasi Desa Endemis Malaria di Kabupaten Pesawaran Tahun 2015 Sumber : Seksi P2P, Dinas Kesehatan Kab. Pesawaran, 2015
3. Puskesmas Hanura
Wilayah kerja UPT.Puskesmas Hanura terletak di Kecamatan Teluk
Pandan Kabupaten Pesawaran. Luas wilayah kerja Puskesmas Hanura adalah
9056,5 hektar, yang terdiri dari lahan dan kebun 45,2%, pemukiman dan
perkarangan 35,9%, hutan dan tambak 3,7%, dan laguna 1,9%.Sebagian besar
penduduk bermukim di pesisir pantai. Batas wilayah kerja Puskesmas Hanura
adalah:
Sebelah Barat dengan hutan kawasan dan Kabupaten Tanggamus
Sebelah Timur dengan pesisir Teluk Lampung
Sebelah Utara dengan wilayah Kota Madya Bandar Lampung.
Sebelah Selatan dengan wilayah kerja Puskesmas Padang Cermin
24
Puskesmas Hanura memiliki 10 desa binaan yaitu Desa Sukajaya
Lempasing, Hurun, Hanura, Sidodadi, Gebang, Tanjung Agung, Munca, Talang
Mulya, Cilimus, dan Batu Menyan. Beberapa wilayah kerja Puskesmas Hanura
(Talang Mulya, Tanjung Agung, Pancur, dan Pulau Tegal) berada di daerah
pebukitan dan memiliki sarana transportasi yang sulit. Bila hujan daerah tersebut
menjadi sulit untuk dilalui sehingga pelayanan kesehatan di daerah ini sangat
minim.
Sebagian wilayah kerja Puskesmas Hanura adalah daerah perbukitan dan
perkarangan. Hanya sebagian kecil saja yang merupakan daerah sawah dan
pemukiman. Data lengkapnya pihak Puskesmas Hanura tidak memilikinya.
Secara umum iklim di Puskesmas Hanura sama dengan wilayah Indonesia yang
lain yaitu beriklim tropis dengan curah hujan 2.264mm-2868mm dan jumlah hari
hujan 90-176hari/tahun.Suhu udara rata-rata tertinggi 36,6 C dan terendah 22 C ,
kelembaban udara antara 37-97% dengan kecepatan angin di antara 01-15 knot.
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah
dalam mengukur tingkat pembangunan manusia. Melalui pengetahuan,
pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan
yang dipengaruhi tingkat pendidikan merupakan faktor pencetus (predisposisi)
yang berperan dalam mempengaruhi seseorang mengambil keputusan untuk
berperilaku hidup sehat. Menurut data yang dimiliki puksesmas Hanura jumlah
murid sekolah (tahun 2014) murid SD 3996 siswa, SLTP 640 siswa dan SLTA
480 siswa dan juga 35 siswa Mts dan 32 siswa MA.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Haura pada tahun 2015
berjumlah 34.712 jiwa. Persebaran penduduk di wilayah Puskesmas Hanura
tahun 2011-2015 tertinggi berada di Desa Lempasing dan terendah di desa
Munca.
Kasus malaria di wilayah Puskesmas Hanura hamper menyebar di seluruh
desa. Jumlah desa endemis malaria sebanyak delapan dari 10 desa yang ada.
Kasus malaria tertinggi baik klinis maupun konfirmasi ditemukan paling banyak
di Desa Sukajaya Lempasing (Gambar 5). Kasus malaria tidak ditemukan di
Desa Tanjung Mulya dan Tanjung Agung.
25
Gambar 5. Distribusi AMI Per Desa di Wilayah Puskesmas Hanura Tahun 2015
Kasus malaria di wilayah Puskesmas Hanura sampai dengan Bulan Mei
2016 masih ditemukan di beberapa desa. Angka malaria klinis dan positif per
bulan paling tinggi ditemukan di Desa Sukayaja Lempasing (Gambar 6 & 7).
Gambar 6. Angka Malaria Klinis Per Bulan (MoMI) per Desa di Wilayah Puskesmas Hanura sampai Bulan Mei 2016
294.2
257.8
151.0132.7
63.7 55.0
24.96.3 0.4 0.8
169.8153.6
85.370.1
36.914.3 7.7 1.4 0.0 0.0
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
AM
I (‰
)
Desa
AMI (‰) API (‰)
16.9
47.5
50.7
47.5
30.2
15.6
21.0
10.2
29.1
6.5
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
Januari Februari Maret April Mei
AM
I (‰
)
Sukajaya Lempasing Muncak Hurun Cilimus
Tanjung Mulya Hanura Sidodadi Gebang
Batu Menyan Tanjung Agung
26
Gambar 7. Angka Malaria Positif Per Bulan (MoPI) per Desa di Wilayah Puskesmas Hanura sampai Bulan Mei 2016
B. Program Penanggulangan Malaria
1. Metode Pengendalian Vektor Malaria
Terdapat beberapa program pemberantasan malaria di Kabupaten
Pesawaran yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan maupun oleh puskesmas atau
puskesmas sebagai pelaksana program Dinas Kesehatan. Sebagian besar
kegiatan pengendalian proram malaria masih bersumber APBN dan APBD
Provinsi Lampung. Dukungan politis dan pendanaan bersumber APBD
Kabupaten Pesawaran masih dirasakan kurang. Berikut proram pembasmian
malaria yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/dilaporkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Pesawaran.
a. Program kelambu berinsektisida (LLINs) massal
Terdapat laporan program kelambu berinsektida yang bersumber dari
dana APBN, sedangkan untuk operasional berasala dari Global Fund dan
APBD Provinsi Lampung selama tahun 2014 dan 2015. Bahan aktif yang
digunakan pada kelambu berinsektisida adalah cypermetrin. Pembagian
13.2
18.6
49.0
14.2
11.0
1.6
5.9
1.0 0.0 0.50.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
Januari Februari Maret April Mei
Mo
PI (
‰)
Sukajaya Lempasing Muncak Hurun Cilimus
Tanjung Mulya Hanura Sidodadi Gebang
Batu Menyan Tanjung Agung
27
kelambu telah dibagikan sejak tahun 2010-2015. Pada tahun 2014, terdapat
program pembagian kelambu sebanyak 287.245 buah. Kelambu tersebut
dibagikan secara massal ke penduduk di 9 wilayah puskesmas. Pada tahun
2015 sebanyak 6.869 buah kelambu dibagikan ke seluruh ibu hamil di
wilayah puskesmas Pedada, Padang Cermn dan Hanura yang merupakan
daerah dengan HCL dan MCL.
b. Program larvasidasi
Untuk pemberantasan malaria pada tahun 2014, Program larvasidasi
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran dengan bantuan
operasional dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran dan BOK Puskesmas
sedangkan untuk larvacida merupakan bantuan APBD Provinsi Lampung.
Jenis larvacida yang digunakan adalah Sumilarv. Kegiatan larvasidasi
dilaksanakan di 12 TPU (tempat periindukan vektor seperti laguna dan
tambak terlantar) di wilayah dengan HCI. Pada tahun 2015, kegiatan
larvasidasi dilakukan di 10 TPU juga di daerah dengan HCI. Pada tahun 2015
juga dilakukan IRS untuk 500 rumah pada dengan biaya dari Global Fund
IRS
Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran melakukan program Indoor
Residual Spraying (IRS) dengan jenis Lambdacihalotrin sejak tahun 2013.
Pada tahun 2014 dilakukan IRS di 2000 rumah di desa HCI/MCI.
c. Program Ikan pemakan jentik
Tidak terdapat program ikan pemakan jentik yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Pesawaran selama tahun 2014 dan 2015.
d. Program lainnya
Selain program pengendalian malaria yang telah dilakukan, masih ada
lagi program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten yaitu
1) Pengadaan Alat dan Bahan meliputi Reagen Giemsa. kecuali untuk
pengadaan Reagen Giemsa sebagian ACT meggunakan dana APBD
Kabupaten Pesawaran.
2) Pembinaan Program Malaria bersamaan dengan kegiatan Bimbingan
Teknis (Bimtek) terutama untuk Puskesmas endemis Malaria yaitu
Puskesmas Hanura, Puskesmas Padang Cermin dan Puskesmas Pedada.
3) Mass Blood Survey (MBS) bersumber dana Global Fund (GF)
28
4) Skrining malaria pada Ibu Hamil menggunakan RDT
5) Kabupaten Pesawaran mendapat bantuan dalam bentuk dana dan
manajemen program untuk pengendalian malaria dari Global Fund (GF)
Sedangkan kegiatan pengendalian malaria yang dilakukan oleh
puskesmas yaitu:
1) Penjaringan kasus malaria melalui trias malaria dipuskesmas Gedung
Tataan
2) Penyuluhan secara berkala oleh puskesmas Trimulyo dan Bernung.
3) Jumat Bersih dengan gotong royong membersihkan lingkungan oleh
Puskesmas Hanura.
2. Kebijakan
Belum adanya kebijakan daerah Kabupaten Pesawaran dalam bentuk
payung hukum yang jelas tentang upaya pengendalian malaria seperti Perbup
atau Perda tentang Eliminasi Malaria. Kebijakan yang mendasari pelaksanaan
program pemberantasan malaria di tingkat dinas kesehatan dan tingkat
puskesmas hanya berupa buku pedoman dari pusat.
Sebagian besar Puskesmas telah memperlihatkan buku acuan malaria yang
digunakan sedangkan sebagian kecil lainnya tidak bisa menunjukkan buku yang
digunakan dengan alasan masih disimpan di gudang proses pindah puskesmas
atau dipinjam.Buku acuan yang digunakan hanya bersumber dari pusat yaitu
Direktoral Jenderal P2PL (pusat).
C. Hasil Pemeriksaan Darah Pada Anak dan Ibu Hamil
1. Hasil Pemeriksaan Darah dan Karakteristik Sampel
Pemeriksaan darah jari dilakukan terhadap 100 penduduk di wilayah
Puskesmas Hanura. Penduduk yang diperiksa terdiri dari 64 balita (64%) dan 36
ibu hamil (36%). Hasil pemeriksaan mendapatkan tiga sampel positif hasil
pemeriksaan dengan rapid diagnostic test (RDT) dengan angka parasit sebesar
3%. Hasil konfirmasi laboratorium dengan pemeriksaan mikroskopis tidak
ditemukan adanya slide positif malaria (Tabel 6).
29
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Status dan Kelompok Umur di Wilayah Puskesmas Hanura tahun 2016
Kelompok
Umur
Status Jumlah
Balita Ibu Hamil
Diperiksa Positif Diperiksa Positif Diperiksa Positif
0-4 tahun 64 1 0 0 64 1
5-16 tahun 0 0 2 0 2 0
17-46 tahun 0 0 34 2 34 2
64 1 36 2 100 3
Umur ibu hamil yang paling muda hasil penelitian ini adalah 16 tahun dan
umur paling tua adalah 46 tahun. Selain dilakukan pemeriksaan darah juga
dilakukan wawancara singkat terhadap ibu hamil dan orang tua atau wali dari
balita tentang riwayat demam, lama tinggal dan riwayat kontak dengan penderita
malaria. Hasil wawancara singkat disajikan dalam Tabel 7 berikut:
Tabel 7. Karakteristik Sampel Berdasarkan Riwayat Demam, Riwayat Kontak dengan Penderita Malaria dan Lama Tinggal di Wilayah Puskesmas Hanura Tahun 2016
Karakteristik
Riwayat Demam Jumlah
Pernah Tidak pernah
n % n % n %
Riwayat kontak dengan
penderita malaria:
- Pernah 35 48,6 37 51,4 72 100,0
- Tidak pernah 7 25,0 21 75,0 28 1000,
Lama tinggal:
- > 10 tahun 7 70,0 3 30,0 10 100,0
- 6-10 tahun 7 70,0 3 30,0 10 100,0
- 1-5 tahun 20 35,7 36 64,3 56 100,0 - < 1 tahun 8 33,3 16 66,7 24 100,0 42 42,0 48 48,0 100 100,0
2. Perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria
Analisis hubungan antara perilaku dengan kejadian malaria tidak
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, hal ini karena jumlah penderita
positif dari hasil pemeriksaan RDT hanya tiga sampel. Selanjutnya dilakukan
analisis hubungan antara riwayat demam yang merupakan gejala klinis malaria
dengan perilaku. Hasil analisis disajikan dalam Tabel 8 berikut:
30
Tabel 8. Distribusi Hubungan Perilaku Responden dengan Riwayat Demam pada Anak dan Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Hanura Tahun 2016
Perilaku Riwayat Demam
Total OR 95%CI
P value
Pernah Tidak n % n % N %
Penggunaan kelambu: - Tidak - Ya
6 36
37,5 42,9
10 48
62,5 57,1
16 84
100,0 100,0
0,8 0,266-2,405
0,787
Perilaku pengobatan: - Buruk - Baik
3 39
50,0 41,5
3 55
50,0 58,5
6
94
100,0 100,0
1,4 0,270-7,358
0,694
Jam tidur malam: - > jam 22.00 - < jam 22.00
5 37
35,7 43,0
9 49
64,3 57,0
14 86
100,0 100,0
0,7 0,228-2,379
0,772
Kebiasaan sebelum tidur: - Main di luar rumah - Main di dalam rumah
15 27
42,9 41,5
20 38
57,1 58,5
35 65
100,0 100,0
1,0 0,460-2,425
1,000
Menghindari gigitan nyamuk: - Tidak - Ya
23 19
41,1 43,2
33 25
58,9 56,8
56 44
100,0 100,0
0,9 0,412-2,040
0,841
Keberadaan genangan air: - Ya - Tidak
30 12
41,1 44,4
43 15
58,9 55,6
73 27
100,0 100,0
0,9 0,358-2,125
0,821
Riwayat kontak penderita: - Pernah - Tidak
35 7
48,6 25,0
37 21
51,4 75,0
72 27
100,0 100,0
2,8 1,073-7,503
0,042
Jumlah 42 42,0 58 58,0 100 100,0
Berdasarkan hasil analisis bivariat pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa
perilaku yang berhubungan dengan kejadian demam hanya pada variable riwayat
kontak dengan penderita malaria sebelumnya. Variabel yang lain tidak
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara signifikan.
D. Kearifan Lokal
Sesuai dengan metode penelitian dalam prorokol penelitian, identifikasi
kearifan lokal dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap informan yang
dianggap dapat memberikan informasi tentang budaya lokal. Selain wawancara
mendalam juga akan dilakukan pengamatan terhadap kebiasaan penduduk di lokasi
penelitian. Namun kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan karena adanya
pemotongan anggaran penelitian, sehingga penelitian tidak dapat dilanjutkan
sampai selesai.
Informasi tentang kearifan lokal hanya diperoleh melalui wawancara
mendalam terhadap petugas malaria Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung,
Dinkes Kabupaten Pesawaran dan Puskesmas Hanura.
31
Beberapa kegiatan yang merupakan kearifan lokal dalam pengendalian
malaria di wilayah Puskesmas Hanura diantaranya:
1. Pengelolaan tambak udang terlantar
Salah satu tempat pperkembangbiakan vektor malaria yang potensial
adalah tambak udang yang sudah tidak terpakai. Tambak udang tersebut
digenangi air yang dapat menjadi tempat bagi nyamuk Anopheles spp untuk
berkembangbiak. Upaya yang dilakukan masyarakat Desa Padang Cermin di
sekitar lokasi tambak udang tersebut adalah dengan dengan menabur ikan nila.
Semula kegiatan yang dilakukan bukan untuk membasmi malaraia, tapi sejak
adanya kegiatan pengelolaan tambak ikan terlantar tersebut, kasus malaria turun
secara drastis.
2. Pengangkatan lumut di desa Hanura
Kegiatan lain yang dilakukan masyarakat di Desa Hanura adalah dengan
membersihkan genangan air yang banyak ditumbuhi oleh lumut. Upaya tersebut
dilakukan agar air tidak tergenang dan tidak menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk vektor malaria.
3. Pengendalian vektor
Sedangkan kegiatan pengendalian vektor malaria lokal spesifk yang
dilakukan oleh masyarakat adalah reboisasi hutan bakau yang dilakukan oleh
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Desa Sidodadi yang berada dii wilayah
Puskesmas Hanura.
E. Hasil wawancara mendalam terhadap Informan
1. Endemisitas dan permasalahan malaria
Menurut petugas malaria Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, malaria di
Provinsi Lampung tidak termasuk dalam 10 besar penyakit dan secara
endemisitas termasuk dalam kategori low case incidence (LCI). Kabupaten yang
memiliki tingkat endemisitas tertinggi adalah Kabupaten Pesawaran yang masuk
dalam kategori moderate case incidence (MCI) dengan annual parasite
incidence (API) sebesar 4,5‰. Namun menurut petugas provinsi, Kabupaten
Pesawaran masuk kategori high case incidence (HCI). Hasil konfirmasi dari
laporan program malaria passive case detection (PCD) diketahui bahwa API di
32
Kabupaten Pesawaran tahun 2015 sebesar 6,5‰ dan masuk dalam kategori HCI.
Meskipun di wilayah Kabupaten Pesawaran khususnya di Wilayah Puskesmas
Hanura termasuk daerah malaria tinggi, namun menurut informan, malaria
belum menjadi masalah yang mengganggu aktifitas penduduk, seperti
disampaikan oleh informan berikut:
… Yah jadi gini karena kita masuk low endemis kan untuk kabupaten dua kabupaten aja kita yang bermasalah yah pesawaran itu daerah high endemis kemudian lampung selatan jadi dampaknya kalo di pasawaran kan kita lihat dari 12 puskes di pesawaran itu hanya 3 puskes yang tinggi hanura, padang cermin, sama pidada. Dampaknya menurut saya sih sekarang ini kalo untuk sektor pariwisata belum begitu keliatan yah belum begitu misalnya e... ada stigma itu daerah endemis malaria jangan masuk situ itu belum belum muncul isu-isu kayak gitu….
(Dinkes Prov. Lampung)
… kalo secara langsung ya, secara langsung, ee, dampak ekonomi itu emang nggak nggak belum langsung dirasain ya sama masyarakat di sana ya, karena terutama, ee, mungkin juga kekurangtahuan juga masalahnya…
… Tapi kalo misalnya secara apa ya hitung-hitungan ekonominya, kami sendiri jujur aja dari kabupaten memang belum belum punya apa ya belum punya, data ya berapa sih kerugiannya kita misalnya orang yang kena malaria itu misalnya belum punya datanya, kemudian gimana sih dampaknya ke arah wisata belum belum ada. Kalo saya pribadi ya mbak ngeliatnya nggak tau kalo penelitian yang memang sudah pernah ngelakuin ya kalo saya sendiri ngeliat mereka tuh bahkan belum menganggap kadang kadang malaria itu bagi mereka itu bukan masalah loh mbak, kemarin aja yang waktu kita yang belum sempat ketemu kemarin ya dengan dengan tim ya, saya dateng, saya ngobrol dengan bapak itu, malaria itu nggak ada masalah kok bagi, bagi kami, dia bilang, bagi kami yang tinggal di sini karna kami udah nggak sakit kok kena malaria, digigit nyamuk biasa ajalah gitu tapi kalo orang pendatang nah itu anggaplah sebagai salam perkenalan itu, itu, itu, hampir hampir sering banyak yang ngomong kayak gitu mbak di situ…
(Dinkes Kab. Pesawaran) … kalau untuk saat ini sih permasalahannya belum ada, memang mungkin ada satu / dua orang pengunjung, mungkin ada yang pernah kena malaria, gitu, Cuma kita deteksi memang terkenanya di daerah sini…
… nah itu memang, salah satu memang masyarakat di lingkungan situ kan kumuh, rapat, kemudian banyak selokan – selokan yang kotor, sudah saya bicarakan dengan warga sebagian untuk kebersihan lingkungan itu penting ya masyarakat itu tanggapannya dia sudah terbiasa dengan lingkungan seperti itu, karena itu sudah menjadi pola hidup mereka, intinya mereka tidak mau mengubah pola hidup mereka, itulah yang menjadi kendalanya... (Puskesmas Hanura).
33
4. Peran lintas program dan lintas sektor
Upaya penanggulangan malaria telah disampaikan pada kegiatan rapat
koordinasi dengan lintas sektor maupun lintas program baik di tingkat provinsi,
kabupaten maupun kecamatan. Kegiatan penanggulangan malaria yang
melibatkan lintas sektor difokuskan di Kabupaten Pesawaran yang merupakan
daerah malaria tertinggi. Dukungan dari pemerintah daerah (Pemda) khususnya
Pemda kabupaten belum optimal karena usulan kegiatan yang disampaikan
dalam kegiatan Rapat Kerja tidak sepenuhnya difasilitasi. Kerja sama lintas
sektor yang terbentuk hanya pada tingkat provinsi dan kabupaten, sementara
untuk tingkat Puskesmas menurut informan belum ada kerja sama, seperti
pernyataan informan berikut:
… Ada sering kita. Jadi kalo yang baru-baru ini yah kita kemaren ngadaian pertemuan lintas sektor lintas program di pemda pesawaran itu kita menghadirkan pembicara kita itu dari ini BTKL Jakarta kemudian Subdit Malaria diikutin oleh lintas sektor yang ada di Kabupaten Pesawaran ada bupati kemudian Bappeda, Dinas Perikanan, Pendidikan terus LSM sama Perikanan tadi sudah yah Perikanan Pendidikan terus e Bappeda Kehutanan satu lagi Kehutanan yah disitu kita bahas tentang e... gambaran situasi malarialah di Kabupaten Pesawaran yang tinggi yah di Lampung kan cuma disitu masalahnya terus masalahnya tuh banyak tambak-tambak yang selama ini menjadi tempat budidaya perikanan terlantar dijadikan breeding place anopheles itu…
… Ada itu kan kalo kita lihat di rawa-rawa kita di lagon kan ada ikan kepala timah kan itu salah satunya pernah kita tahun 2013 dibantu sama dinas perikanan dinas perikanan dari provinsi dan kabupaten dulu melepas ikan nila…
(Dinkes Provinsi). … Ya, jadi kita itu sebenernya sudah sering masukan ya mbak ya, masukan baik dari kayak gini penelitian ataupun kita sendiri nyadar juga ya karna kan malaria itu ada bantuan global fund mas nahh ada global fund mbak, jadi itulah, ee, kabupaten kami nih kan termasuk yang baru terbentuk, jadi dua ribu tujuh baru terbentuk kemudian perkembangan nya lambat sehingga kalo mereka sudah menge, seolah-olah ya saya ngerasanya kalo misalnya Pemda kami itu sudah dibantu oleh, ee, funding gitu ya sudah, dana yang ada tuh lebih baik dialihkan ke tempat lain gitu loh, jadi bukannya didukung gitu, jadi akhirnya kami ya sering juga bawain ini, misalnya kan apalagi global fund tuh sekarang tinggal 25 persen mas untuk ini nya kan apa ya namanya area cakupannya ya. Harapannya kan, ee, APBD nya bisa dibesarkan tapi ternyata nggak, akhirnya kami sudah bawa itu misalnya di pertemuan rapat, ee, rapat rapat koordinasi SKPD namanya, rapat koordinasi SKPD itu dipimpin bupati, jadi setiap satker itu bupati minta apa masalah anda, malaria itu
34
sudah masuk, masuk terus, kita coba mas, waktu jaman yang kadis yang lama dan kadis yang baru nih selalu kita masukkan bahan rakor, walaupun disandingkan dengan masalah yang lain kan. Tapi selalu ya itulah mentok nya hanya dipembahasan-pembahasan aja, nggak punya nggak punya apa namanya action nya gitu, kita sudah rinci misalnya tugasnya ee dinas pekerjaan umum misalnya di malaria itu misalnya membuat self reduction misalnya, mengalirkan lagun yang terperangkap, air yang ter, terperangkap ke laut, itukan nggak mungkin puskesmas atau kami yang buat dari dinas kesehatan tapi PU, ya mereka cukup hanya tau aja akhirnya kayak nggak punya ini itu apa, karna, ya bagi mereka ya malaria itu ya diurus malaria ya sakit malaria itu diobatin lah sama, sama dinas kesehatan gitu loh, belum ada belum apa namanya belum terpadu gitu loh mas upaya pencegahannya…
… Yang yang ada itu sebetulnya justru dari LSM, jadi ada di sana itu yang namanya, ee, Mitra Bentala, jadi Mitra Bentala itu sebenarnya mereka tadinya nggak mikir itu bagus buat malaria tapi kami memandangnya gitu loh, karna dia itu punya prog, program penghijauan daerah sisi pantai mas, hutan bakau, nah itukan juga salah satu nya kalo misalnya bakau itu hidup di pinggir pantai itu kan dibawahnya akan ada ikan, kalo ada ikan kemudian ee dia bersarang di situ, misalnya ada jentik nyamuk yang mau, yang, yang, yang datang dari dari apa namanya sekitar pesisir itu, ya dia akan makan kan, dimakan sama ikan-ikan itukan, nah tapi kalo misalnya dibabat semua, ee, ini nya bakau nya, ya sudah, ikan nya bakal kabur dari situ kan, ya dia akan berkembang biak, nah dia, Mitra Bentala itu fokusnya pada penghijauan bakau mas, iya jadi dia reboisasi hutan, kemudian dia tanam di situ dihijaukan ya itu kami anggap sebagai sesuatu yang positif untuk mala, untuk program malaria, artinya mereka, ee, bisa mengurangi tempat perindukan vektor malaria, ya kami barusan ngingetin mereka, eh Pak Mitra Bentala, ternyata kamu juga mendukung kami gitu, oh kayak gitu ya Pak, dia juga baru kaget juga, ternyata kami mendukung malaria, dia juga baru tau gitu, waktu ya, rakor rakor itu...
(Dinkes Kabupaten)
… Untuk saat ini memang selama saya megang ini belum ada, cuma sudah kita sosialisasikan ke dinas kebersihan lingkungan, untuk membantu, sudah dikonsultasikan, namun tindakan mereka belum, belum ada gitu, tujuan saya itu untuk membantu salah satunya masalah tambak yang sudah tidak terpakai, gimana caranya tambak itu kalau bisa dibumi hanguskan saja, karena itu memang tempat perindukan nyamuk itu…
… kendala nya memang sebenarnya kegiatan irs, atau kegiatan larvaseding, atau kegiatan lain itu. Itu kan bukan rutin bu ya, khususnya penyemprotan ya, baik yang penyemprotan di tambak maupun yang di rumah itu seharusnya yang efektif, yang efektif itu ya seharusnya tiga bulan, cuma kan karena faktor hambatan biaya tadi, anggaran kan, sehingga kegiatan itu terkadang dilakukan enam bulan sekali…
(Puskesmas Hanura)
35
5. Upaya penanggulanan malaria
Kegiatan penanggulangan malaria telah dilakukan di daerah endemis
malaria di wilayah Provinsi Lampung, khususnya di Kabupaten Pesawaran.
Kegiatan yang dilakukan meliputi upaya pencegahan dan pengobata. Upaya
pencegahan yang dilakukan diantaranya penyemprotan rumah (Indoor residual
Spraying/IRS), larvasiding dan pembagian kelambu berinsektisida. Upaya
penemuan dan pengobatan penderita dilakukan dengan mass blood survey
(MBS), yaitu pemeriksaan darah missal terhadap penduduk di daerah endemis
yang ditindaklanjuti dengan kegiatan pengobatan penderita positif, seperti
pernyataan informan berikut:
… Iya, kalo di kita yah kita kan ada kalo untuk pengobatan yah pengobatan itu kita kegiatannya penemuan aktif penderita jadi kita tidak hanya menemukan secara pasif di puskesmas pasien yang datang ke puskesmas tapi kita juga ada kegiatan-kegiatan aktif e... mbs itu yang kayak kemaren kita kerjakan itu terus mass vektor survei terus penyemprotan irs penyemprotan rumah yang larvasiding terus penyemprotan larvasiding terus mbs penyuluhan terus pembagian kelambu. Pembagian kelambu itu kelambu yang kita bagi di puskesmas daerah endemis yang tiga itu yah padang cermin hanura pidada itu rata-rata satu rumah itu tiga kelambu… … Ada dua kegiatan kita untuk kita kan yang rutin itu integrasi jadi pemberian pada kelambu pada kegiatan amc ibu hamil yang datang ke bidan setiap sekali anu satu dalam waktu kehamilannya dikasih satu kelambu terus kemudian ada lagi yang massal, massal itu pembagian yang gak melihat hamil dan tidak, itu kita bagi kelambu itu satu rumah dua…
(Dinkes Provinsi)
… malaria, eliminasi malaria mbak, he em, jadi kita sudah pernah punya, punya draf, draf untuk ee, perda awalnya, draf perda eliminasi malaria Kabupaten Pesawaran waktu itu kita buat kayak gitu, jadi tahapannya jelas mbak, saya saya nggak saya nggak bawa ya, tahapannya jelas betul waktu itu dalam satu dua tahun pertama ini kita mau daerah mana yang mau kita eliminasi, kemudian ee lima tahun berikutnya di mana, sampai tahun berapa kita harus eliminasi ada di situ, kemudian tugas satuan kerja lain itu jelas juga di situ, kemudian apa namanya evaluasinya juga begitu, dinas kesehatan itu mengevaluasi apa, kemudian PU mengevaluasi apa, kemudian ee, dinas kelautan perikanan itu mengevaluasi apa, tambak itu punya siapa perijinan dan sebagainya di situ jelas, tapi akhir nya terakhir kali karna sudah bener-bener nggak punya payung hukum kita di malaria itu, kita buat akhirnya kita buat pokja kemarin, kelompok kerja…
… ya, paling kita itu hanya dua ribu lima belas nggak ada ya mbak, kalo untuk dua ribu enam belas ini kita ada hanya penyemprotan rumah, ada penyemprotan rumah, kemudian ada larvasiding penaburan larva, ee, apa
36
bubuk larvasida itu, kemudian ada juga kegiatan kita itu tu ee MBS, mass blood survey, mass blood survey, udah tiga itu aja, itupun IRS nya, itu operasionalnya yang kita mas, dana APBD, kemudian, larva, apa insektisida nya kita dari provinsi, kemudian yang larvasida juga sama yang apa namanya larvasiding, jadi kita operasionalnya, larvasida nya kita minta ke provinsi, jadi masih kegiatannya masih begitu lah, hanya sekitar, berapa ya saya lupa angkanya, cuma item kegiatannya kayak gitu mbak, jadi MBS, IRS, dengan larvasiding…
(Dinkes Kabupaten)
… kelambu sudah, di tahun 2015 akhir, bulan Desember, untuk lempasing sudah, paling banyak, untuk Gebang juga ada, tapi paling banyak lempasing. pembagian ini yaitu pendataan di RT, khususnya daerah-daerah yang endemis, minta data dari RT, kemudian dari RT data di kirim ke saya, kemudian saya kasih ke RT lagi, nanti RT yang membagikan kelambunya, alhamdulillah saya cek ya sampai ke warga… Kegiatan irs pun saya fokuskan ke daerah lempasing juga bu, di daerah yang endemis di desa suka jaya itu sama batumenyan… Larvasiding, ini penyemprotan di tambak-tambak yang sudah tidak terpakai, jentik-jentik nyamuk kan banyak… memang setiap ada kegiatan MBS gak harus ada kasus, ataupun wabah, memang itu pun saya arahkan ke desa lempasing juga bu, yang paling banyak, memang ada desa lain, itu memang ada, cuma gak begitu banyak, misalkan ada mbs tiga lokasi, dua lokasi untuk lempasing, satu lokasi untuk daerah lain, tapi desa lain itu saya pilih juga yang memang keamananya ada lumayan banyak juga…
(Puskesmas Hanura)
6. Sarana prasarana penunjang kegiatan pengendalian malaria
Sarana dan prasarana penunjang kegiatan pengendalian malaria di tingkat
provinsi dan kabupaten masih kurang, sementara di tingkat Puskesmas sudah
mencukupi. Hal ini karena untuk wilayah provinsi tidak semua kabupaten
merupakan daerah endemis malaria, sehingga sarana dan prasarana hanya
difokuskan pada kabupaten endemis malaria. Hal ini juga ditemukan pada
penanggulangan malaria di tingkat kabupaten yang hanya memfokuskan sarana
dan prasarana untuk Puskesmas yang endemis malaria, seperti pernyataan
informan berikut:
… Ya itu yang kalo di pesawaran yah, dengan tingkat endemisitas yang tinggi pertama kendala kita itu e... biaya apa yah operasional biaya operasional itu gak rutin, gak rutin dalam artian gini misalnya dalam satu tahun itu kita harus ada penyemprotan e... dua siklus gitu yah kadang-kadang kita terputus hanya satu siklus dua siklus berikutnya kita masih nunggu bahannya kalo gak misalnya kelambu yang mestinya harus kita bagikan di tahun ini karena tahun ini tidak ada kelambu akhirnya
37
pembagian kelambu harus nunggu pengadaan. Jadi kendala-kendala kita itu yang sebenarnya pertama itu biaya operasional yang ini yang gak rutin itu biaya operasional yang masih kurang sarana dan prasarananya kemudian e... puskesmas sendiri tidak bisa untuk menggali dana sendiri secara swadaya masyarakat yah masih selama ini banyak menggandalkan dari pemerintah itu itu yang menjadikan kita itu menurut saya sih yang jadi ini jadi kegiatan kita itu tidak maksimal kalo misalya ada swadaya bantuan dari masyarakat ya misalnya masyarakat bisa swadaya membeli kelambu sendiri atau misalnya pas e... kegiatan-kegiatan larvasiding itu yah larvasiding kita gak usah lagi ngongkosin orang kan misalnya masyarakat dengan kesadaran sendiri mau membantu kita kita kasih bahannya obatnya gitu kan selama ini belum berjalan jadi selama ini banyak masyarakat banyak menggandalkan kegiatan-kegiatan operasional dari pemerintah dari kita sementara kita kan terbatas juga anggarannya. Kalo sudah 10 desa yang harus kita semprot insektisida kita hanya cukup cuma dua desa yang desa lainnya enggak. Kemudian harusnya dua siklus karena biaya operasional terbatas kadang-kadang kita nyemprot hanya satu siklus saja…
… Oh gak gak ada gak masalah kita seluruh sdm kita didaerah endemis kita cukup, dari bidan desa udah rata-rata sudah meng... Sudah pernah dilatih semua terus untuk petugas malarianya yang tiga puskes itu semua sudah dilatih kemudian kader-kader kita juga gitu jadi klo kita mau kegiatan operasional sebenarnya kalo ada bahan alat kemudian dana operasionalnya tersedia itu semua tenaganya udah pada siap semua…
(Dinkes Provinsi)
… Kalo kami ngerasa jauh bener lah mbak, jauh bener kurangnya jadi misalnya sarana, misalnya ya, itu spray-can misalnya spray-can aja ya yang untuk IRS itu paling paling sekarang, paling banyak hanya sekitar lima belas sampai dua puluh itu untuk kabupaten loh, sementara kan daerah endemik kita ada tiga atau lima itu, sudah itu misalnya, untuk ini, apa namanya, ee, larvasiding kalo larvasiding itu kan ada banyak alatnya ya ada vektobag yang untuk nyemprot itu loh mbak, nah itu kita selama ini, Alhamdulillah ya berbaik hati aja ya provinsi tuh mau minjemin gitu, minjemin, karna ya mungkin karna Pesawaran masih dianggep, masih belum mandiri lah ya, sudah itu masih tergolong tinggi di Provinsi Lampung jadi masih mereka pinjemin ya Alhamdulillah kami bisa pake, kalo yang punya daerah ya belum ada mbak, belum ada…
(Dinkes Kabupaten)
… untuk saat ini fasilitas sudah cukup ya, karena kita juga punya tenaga lab ada dua orang, dibantu dengan satu tenaga dari honor, jadi tiga, alhamdulillah setiap mbs biasanya satu kali lokasi mbs itu kan 500 persediaan darah ya, itu gak ada kewalahan gak ada, mereka sudah terlatih…, kalau untuk lab sih gak bu, tenaganya cukup, alatnya pun cukup, gak ada masalah…
(Puskesmas Hanura)
38
7. Pelaporan dan evaluasi
Kegitan pencatatan dan pelaporan kasus malaria serta evaluasi hasil
laporan sudah berjalan dengan baik di semua tingkatan, seperti pernyataan
informan berikut:
… Ada laporan bulanan lewat assesmal, electronic surveilans malaria rutin bulanan jadi dari puskesmas nanti ngirim ke kabupaten kabupaten ke provinsi nanti provinsi rekap lagi ke pusat…, kan evaluasi kita kan tahunan ada laporan setengah tahunan tahunan terus nanti kan dampaknya yang kita kerjakan tadi kan berapa rumah yang disemprot berapa yang dilarvasiding kelambu yang dibagi berapa nanti dilihat dampaknya di angka apinya itu. Iya ada evaluasi tahunan sama setengah semesteran kan ngitungnya dampak aja pada angka api. Feedbacknya dari evaluasi ini kita ngadain monev kan setiap 6 bulan monev di provinsi jadi setiap tahun kita ada 2 kali monev nih pertemuan monitoring dan evaluasi satu semesteer sekali jadi satu tahun 2 kali jadi disitu kita paparin data-data kita, kita panggil lintas sektor lintas program untuk melihat data kita terus mana kira-kira yang bisa dikasih masukan dari data kita terus kemudian kita juga bikin itu data-data yang sudah kita rekap selama satu tahun kita feedbackkan ke pemda…
(Dinkes Provinsi).
… Kalo kita buat itu kita rutinkan biasa nya, cuma laporannya itu kita buat setel, kalo ada kegiatan misalnya IRS, IRS itu nggak tiap bulan laporannya mbak, kalo ada kegiatan aja, laporan IRS namanya, ada formatnya, kemudian MBS juga sama, ada yang dari mereka pada saat dateng ke masyarakat itu namanya MBS 01 isinya by name, kemudian yang dilaporkan mereka ke kita namanya MBS 02, itu sudah agregat mbak, trus yang dari kami ke provinsi namanya MBS 03, nahh itu kami laporkan rutin…, Kita ada di di bidang itu namanya evaluasi bidang mbak ya, memang evaluasi bidang nih, ee, agak, agak, agak terbatasnya karna P2PL itu menangani banyak juga kan penyakit menularnya banyak ada tujuh belas kalo nggak salah ya yang harus kita laporin ya, kemudian belum lagi yang surveilans, kemudian yang penyehatan lingkungan kan masuk subbid kita tuh, jadi kepala bidang itu nggak fokus ke dalam, ke dalam satu ini ya, satu penyakit, kalo kami sendiri menyadari mbak itu, kami analisa itu, jadi mungkin batasnya itu hanya sampai seksi ya, he eh, belum sampe bidang mbak, apa lagi dinas gitu loh, makanya mbak, mas fitra ini kemaren ngangguk-ngangguk dia, nih kok bagus amat data kamu ini man tapi nggak dipake oleh perencanaan untuk mem, membuat anggaran dia bilang gitu, itu advokasinya berarti lemah karna, apa namanya, pemanfaatan data nya nggak ada dia bilang gitu, kami menyadari benar, kami pada tiap seksi itu rutin membuat, kami satukan kan itu, evaluasi seksi P2 namanya, tapi hanya batas kami, nggak kami, jujur nggak kami, nggak kami laporkan buat resmi ke, perencanaan, ini laporan kami evaluasi kami mohon dimanfaatkan untuk pengusulan anggaran, nggak, diminta juga nggak juga, diminta juga hanya data-data per bulan gitu kan, nggak nggak analisis nya nggak… (Dinkes Kabpaten).
39
… secara rutin alhamdulilllah setiap bulan, di awal bulan…. untuk laporan ada, salah satunya eksismal yang dilaporkan setiap awal bulan. kita ada data itu, ada yang pasien itu langsung datang ke puskesmas, berarti pemeriksaan dia lewat mikroskop, kemudian yang kedua ada data itu yang di ambil dari bidan desa, yaitu dari rdt, itu di kirim ke puskes, sehingga kita bentuk laporannya ada dua, di eksis maupun yang laporan bulanan itu, ada yang dia keterangannya dari mikroskop, ada dia yang dari rdt, kalau mikroskop sudah pasti pasien datang ke puskesmas, kalau rdt dia sudah pasti tidak datang ke puskesmas, melainkan ke bidan desa atau puskesmas pembantu…
(Puskesmas Hanura)
40
BAB V PEMBAHASAN
A. Malaria pada Anak dan Ibu Hamil
Pemeriksaan pada ibu hamil dan balita dengan menggunakan metode RDT
mendapatkan angka insiden sebesar 3% yang terdiri dari dua orang ibu hamil dan
satu balita. Hasil pemeriksaan tidak mendapatkan slide positif, hal ini kemungkinan
karena ibu hamil dan balita tersebut sudah sembuh dari malaria karena sudah
mendapatkan pengobatan. Berdasarkan laporan dari Puskesmas Hanura, pada bulan
Mei 2016 dilaporkan bahwa angka malaria positif per bulan (Month Parasite
Incidence/MoPI) di Puskesmas Hanura pada Bulan Mei sebesar 3,1‰ dengan MoPI
tertinggi di Desa Sukajaya Lempasing yang merupakan lokasi penelitian, yaitu
sebesar 11,0‰25. Sedangkan angka malaria klinis per bulan (Month Malaria
Incidence/MoMI) dilaporkan pada bulan Mei sebesar 12,2‰ dengan MoMI
tertinggi juga ditemukan di Desa Sukajaya Lempasing sebesar 30,2‰. Angka kasus
malaria di wilayah Puskesmas Hanura pada tahun 2015 juga tinggi dan masuk
kategori High Case Incidence (HCI) karena memiliki AMI sebesar 120,8‰ dan
API sebesar 65,6‰. Angka kasus malaria tertinggi pada tahun 2015 juga ditemukan
di Desa Sukajaya Lempasing dengan AMI sebesar 294,2‰ dan API sebesar
170,1‰26.
Kejadian malaria pada ibu hamil dan balita di wilayah Puskesmas Hanura
relatif tinggi. Tahun 2015 dilaporkan kejadian malaria pada ibu hamil sebanyak 10
orang dan pada balita sebanyak 95 balita26. Sementara sampai dengan bulan Mei
2015, jumlah kasus malaria pada ibu hamil sebanyak tiga orang dan pada balita
sebanyak 47 balita25.
Ibu hamil dan balita merupakan kelompok risiko tinggi untuk terjadinya
kematian akibat malaria14. Hal ini juga terjadi di wilayah Puskesmas Hanura
dengan ditemukannya kematian karena malaria pada ibu hamil pada tahun 2013
sehingga Puskesmas Hanura dinyatakan telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)
malaria4.
Risiko tinggi malaria pada ibu hamil karena malaria dapat mengakibatkan
anemia yang disebabkan karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun
tidak terinfeksi. Risiko ibu hamil trimester pertama untuk menderita malaria berat
semakin meningkat karena tidak dapat dilakukan pengobatan terhadap ibu hamil tri
41
mester pertama dengan pengobatan standar (Dihidroartemisinin + Piperaquine +
Primaquine) yang digunakan saat ini27.
Pencegahan dan pengendalian malaria pada ibu hamil sangat penting. Salah
satu upaya pencegahan malaria pada ibu hamil adalah dengan perilaku pencegahan
gigitan nyamuk dengan penggunaan kelambu berinsektisida. Kegiatan pembagian
kelambu berinsektisida kepada ibu hamil telah dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Hanura. Namun, meskipun ibu hamil telah mendapatkan kelambu
berinsektisida sebagai upaya pencegahan kontak dengan nyamuk, ibu hamil masih
memiliki risiko untuk terkena malaria. Perilaku pencegahan kontak dengan nyamuk
sebelum tidur juga perlu dipertimbangkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden tidak melakukan upaya pencegahan nyamuk pada saat
melakukan aktifitas sebelum tidur. Pemeriksaan dini terhadap ibu hamil untuk
diagnosis malaria juga perlu dilakukan untuk mencegah penyakit berkembang
menjadi berat28.
Upaya pencegahan malaria pada ibu hamil dapat dilakukan dengan pemberian
kemoprofilaksis anti malaria yang rutin, yaitu klorokuin. Pemberian
kemoprofilaksis terbukti dapat mengurangi anemia dan menambah berat badan ibu
hamil. Risiko dan bahaya malaria berat tidak meningkat selama kehamilan kedua
pada wanita yang mendapat kemoprofilaksis12.
Risiko balita untuk menderita malaria berat juga lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok umur lainnya. Hal ini karena penemuan dan pengobatan malaria
pada kelompok umur ini yang relatif lebih sulit. Gejala klinis awal penderita
malaria berupa demam merupakan gejala umum yang juga ditemukan pada
penyakit lain. Diagnosis pasti untuk menentukan seseorang menderita malaria atau
tidak adalah dengan pemeriksaan darah baik dengan RDT maupun mikroskopis.
Keterbatasan sarana dan prasarana serta tenaga mikroskopis yang terampil juga
merupakan kendala dalam penentuan atau diagnosis malaria secara pasti.
Berdasarkan kebijakan Kementerian Kesehatan RI, pengobatan malaria saat ini
sudah menggunakan obat baru, yaitu Artemisinin Combination Therapy (ACT).
Pengobatan malaria dengan ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan darah, baik
secara mikroskopis maupun dengan RDT27. Efek samping penggunaan obat anti
malaria dengan menggunakan ACT lebih berat dibandingkan dengan obat
sebelumnya (klorokuin), sehingga menimbulkan penurunan kepatuhan minum obat
khususnya balita yang menderita malaria. Efek samping berupa mual yang sering
42
timbul akibat meminum obat ACT tersebut mengakibatkan dosis obat yang
diberikan tidak sesuai karena tidak semua obat tertelan oleh balita.
Pengawasan minum obat malaria, khususnya balita yang menderita malaria
sangat dibutuhkan agar balita yang menderita malaria dapat minum obat sesuai
dosis sehingga dapat sembuh dari malaria. Hasil studi tentang angka kesembuhan
malaria pada anak di Gabon telah dilakukan selama satu tahun (Juli 2004-Juni
2005). Sebanyak 61 anak penderita malaria diberikan pengobatan dengan ACT dan
dilakukan diperiksa pada hari ke-28 dengan menggunakan metode Polymerase
Chain Reaction (PCR) untuk mengetahui adanya plasmodium falciparum dalam
darahnya setelah pengobatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok anak
yang mendapat pengawasan minum obat memiliki angka kesembuhan 86% (25 dari
29 anak; CI 69-95%) sedangkan pada anak yang tidak diawasi angka
kesembuhannya sebesar 63% (20 dari 32 anak; CI 45-77%) dengan nilai p sebesar
0,04. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kesembuhan antara
kelompok anak yang mendapat pengawasan minum obat dengan yang tidak
mendapat pengawasan, dengan tingkat kesembuhan lebih tinggi pada kelompok
anak yang mendapat pengawasan29.
Perilaku penggunaan kelambu pada ibu hamil dan balita menunjukkan
proporsi yang cukup tinggi (84%). Meskipun menurut informasi dari petugas
Puskesmas Hanura seluruh ibu hamil dan balita telah mendapat kelambu, namun
masih terdapat 16% ibu hamil dan balita yang tidak menggunakan kelambu.
Perilaku penggunaan kelambu amat penting untuk mencegah ibu hamil dan balita
kontak dengan nyamuk sehingga dapat mencegah penularan malaria. Tingkat
pendidikan kepala keluarga memegang peranan penting dalam upaya peningkatan
perilaku penggunaan kelambu. Hasil penelitian di Zambia menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perilaku penggunaan kelambu30.
Perilaku pencarian pengobatan berpengaruh terhadap perkembangan penyakit
malaria. Penduduk yang sering melakukan pencarian pengobatan sendiri dan tidak
ke sarana kesehatan memiliki risiko untuk terjadinya resistensi terhadap obat anti
malaria. Hal ini karena pengobatan yang dilakukan sendiri tidak sesuai dengan
dosis, sehingga tidak menghilangkan seluruh plasmodium yang ada di dalam
darahnya. Perilaku pengobatan ibu hamil dan balita dalam penelitian ini sebagian
besar menunjukkan perilaku baik, yaitu berobat ke Puskesmas atau Bidan Desa.
Hasil penelitian di wilayah Kota Palu mendapatkan bahwa perilaku masyarakat
43
pencarian pengobatan cukup baik, yaitu dengan melakukan pengobatan ke sarana
kesehatan. Namun demikian masih ditemukan adanya kepercayaan tentang
penyebab sakit dan cara penyembuhan penyakit yang berdasarkan aturan adat10.
Salah satu strategi dalam penanggulangan malaria dapat dilakukan dengan cara
pendekatan terhadap tokoh adat setempat. Hal ini karena tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap tokoh adat yang masih relative tinggi. Penyampaian informasi
tentang malaria, khususnya yang berkaitan dengan upaya pengenalan dan
penemuan penderita (gejala malaria), pengobatan serta pencegahan dapat
dilakukan melalui tokoh adat setempat.
Keberadaan genangan air di sekitar rumah dapat meningkatkan risiko tertular
malaria. Genangan air merupakan tempat berkembangbiak nyamuk penular malaria.
Hasil studi sebelumnya yang dilakukan di lokasi penelitian mendapatkan bahwa
lingkungan fisik (tempat perkembangbiakan nyamuk) dan perilaku (penggunaan
kawat kasa, pemakaian obat nyamuk, ke luar rumah malam hari) merupakan factor
risiko malaria31.
Penelitian yang dilakukan di daerah endemis Malaria di Kalimantan Selatan
mendapatkan bahwa faktor lingkungan berupa rawa-rawa dan kondisi kandang
ternak yang dekat dengan pemukiman memicu adanya tempat perkembangbiakan
vektor malaria sehingga menghambat upaya masyarakat dalam pencegahan
malaria32.
Penularan malaria terjadi karena adanya interaksi antara sumber penular
(agent), nyamuk sebagai vektor dan tuan rumah (host), baik orang sehat maupun
sakit. Keberadaan orang sakit malaria di suatu daerah dapat menjadi sumber
penular malaria bagi penduduk di sekitarnya. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara riwayat kontak dengan penderita malaria dengan
riwayat demam yang merupakan gejala klinis awal malaria.
B. Kearifan Lokal dalam Penanggulangan Malaria
Kearifan lokal dalam pengendalian malaria merupakan budaya atau kebiasaan
masyarakat setempat yang dapat menurunkan risiko penularan malaria. Informasi
kearifan lokal dalam penelitian ini tidak dapat diperoleh dari masyarakat setempat
karena tidak dilakukan pengumpulan data terhadap masyarakat baik wawancara
maupun observasi lingkungan.
44
Kearifan lokal dalam upaya pengendalian malaria diperoleh dari data
sekunder baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran maupun Puskesmas
Hanura. Kegiatan yang dilakukan diantaranya dengan pengelolaan tambak udang
yang tidak terpakai, pengangkatan lumut pada genangan air, dan reboisasi hutan
bakau. Upaya tersebut dilakukan oleh masyarakat setempat secara gotong royong
dengan didukung oleh Pemerintah Daerah setempat dan LSM.
Aspek sosial budaya merupakan hal yang penting dalam upaya pengendalian
malaria di suatu daerah. Pengendalian malaria baik upaya pencegahan maupun
pengobatan harus memperhatikan aspek budaya setempat. Hasil penelitian di Kota
Palu, Sulawesi Tengah mendapatkan bahwa kepercayaan masyarakat tentang sakit
dan cara penyembuhannya masih berdasarkan aturan-aturan adat10. Kearifan lokal
tersebut dapat dimanfaatkan dalam upaya pengendalian malaria dengan melakukan
pendekatan terhadap orang yang dipercaya oleh masyarakat tersebut dalam
menentukan penyakit dan pengobatannya. Perlu adanya pendidikan dan penyuluhan
terhadap orang yang disegani oleh masyarakat tentang penyebab dan pengobatan
malaria, sehingga masyarakat dapat menerima dan melakukan pengobatan malaria
yang sesuai dengan standar.
Menurut pendapat Smith (2014), di beberapa daerah terdapat stigma negative
tentang malaria, yaitu bahwa risiko malaria hanya terjadi pada masyarakat
pinggiran dan minoritas, serta etnis tertentu. Stigma tersebut dapat menghambat
kegiatan pengendalian malaria karena kelompok yang tidak berisiko akan sulit
untuk menerima program pengendalian yang dilakukan. Pengendalian malaria
harus disertai dengan advokasi terhadap pengambil kebijakan serta masyarakat
tentang risiko malaria33.
45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Angka kejadian malaria pada penelitian ini sebesar 3% dengan penderita positif
ditemukan pada dua orang ibu hamil dan satu balita. Hasil konfirmasi dengan
pemeriksaan secara mikroskopis tidak ditemukan adanya slide positif
plasmodium.
2. Balita yang diperiksa sebanyak 64 balita dengan umur 0-4 tahun, sedangkan ibu
hamil yang diperiksa sebanyak 36 orang dengan usia termuda 16 tahun dan
tertua 46 tahun.
3. Variabel yang berhubungan dengan malaria adalah riwayat kontak dengan
penderita.
4. Kearifan lokal yang ditemukan dalam penelitian ini adalah adanya kesadaran
masyarakat untuk membersihkan lingkungan, seperti tambak udang agar tidak
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk dan kegiatan reboisasi hutan bakau.
B. Saran
1. Perlu dilakukan upaya pemeriksaan secara dini terhadap ibu hamil dan balita
yang menderita demam agar dapat terdeteksi sedini mungkin bila menderita
malaria serta dapat diberi tindakan pengobatan secara cepat.
2. Bila ditemukan penderita malaria di sekitar ibu hamil atau balita, maka perlu
upaya preventif terhadap ibu hamil dan balita agar tidak tertular malaria dengan
perlindungan terhadap gigitan nyamuk vektor malaria.
3. Perlu penelitian lebih lanjut yang mendalam untuk mengetahui budaya dan
kearifan lokal dalam upaya pencegahan dan pengendalian malaria agar dapat
dikembangkan dan diterapkan di masyarakat sesuai budaya setempat.
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta; 2014:152.
2. Herdiana H, Fuad A, Asih PB, et al. Progress towards malaria elimination in Sabang Municipality, Aceh, Indonesia. Malaria journal. 2013;12(1):42. doi:10.1186/1475-2875-12-42.
3. Dinkes Prov. Lampung. Laporan Bulanan Program Malaria Tahun 2013. Bandar Lampung; 2014.
4. Dinkes Prov. Lampung. Laporan Investigasi Peningkatan Kasus Malaria Di Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung Tahun 2013. Bandar Lampung; 2014.
5. WHO. Methods for Use by Individuals and Communities. (JA R, ed.). Geneva: World Health Organization; 1997.
6. Faradila, Ishak H MH. Penggunaan Kelambu berinsektisida Terhadap Pengendalian Penyakit Malaria di Bonto Bahari. Repiratory.
7. Rahmadiliyani N, Noralisa. Hubungan penggunaan kelambu berinsektisida dan kejadian malaria di Desa Teluk Kepayang Kecamatan Kusan Hulu Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2013. Jurnal Buski. 2013;4(3):128-132.
8. Saikhu A. Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku yang Mempengaruhi Kejadian Kesakitan Malaria di Provinsi Sumatera Selatan (Analisis Lanjut Data Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007). ASPIRATOR. 2011;3(1):8-13.
9. Kasnodiharjo, Manalu HSP. Persepsi dan Pola Kebiasaan Masyarakat Kaitannya dengan Masalah Malaria di Daerah Sihepeng Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Media Penelit Kesehatan. 2008;18(2):69-77.
10. Ningsi, Erlan A P. Aspek Sosial Budaya dan Lingkungan Fisik Masyarakat Suku Da’a dalam Kaitannya dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kota Palu Sulawesi Tengah. Media Litbang Kesehat. 2011;21(1):18-31.
11. Malaria Pada Anak. Mediscus. http://mediskus.com/penyakit/malaria-pada-anak. Published 2016. Accessed October 28, 2016.
12. Indra C. Pengaruh Malaria Selama Kehamilan. USU digital library. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3764/1/fkm-indra c3.pdf. Published 2003. Accessed October 28, 2016.
13. Pusat Promosi Kesehatan. Rencana Operasional Promosi Kesehatan Untuk Eliminasi Malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2010:11-31.
14. Depkes RI. Modul Epidemiologi Malaria. Jakarta: Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1999.
15. Pramono MS, Suharmiati. PENGORGANISASIAN SISTEM SIAGA BERBASIS MASYARAKAT DAN NOEPESU , KECAMATAN MIOMAFFO BARAT ) Organizing Alert System in North Central Timor Regency ( Studies in Noeltoko and Noepesu Village , West Miomaffo District ). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2013;16(1):38-47.
47
16. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 374/MENKES/PER/III.2010. 2010:97.
17. Harmendo. Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka. 2008.
18. Sugiarto. Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2003.
19. Dinkes Prov. Lampung. Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2014. Bandar Lampung; 2014:1-341.
20. Dinkes Prov. Lampung. Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Bandar Lampung; 2015.
21. BPS Pesawaran. Kabupaten Pesawaran Dalam Angka. Gedung Tataan; 2016.
22. Dinkes Kabupaten Pesawaran. Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran. Gedung Tataan; 2015.
23. Dinkes Kabupaten Pesawaran. Laporan Bulanan Penemuan Dan Pengobatan Malaria Di Kabupaten Pesawaran Tahun 2015. Gedung Tataan; 2016.
24. Dinkes Kabupaten Pesawaran. Laporan Bulanan Penemuan Dan Pengobatan Malaria Di Kabupaten Pesawaran Tahun 2014. Gedung Tataan; 2015.
25. Puskesmas Hanura. Laporan Bulanan Malaria Puskemas Hanura, Bulan Mei Tahun 2016. Hanura; 2016.
26. Puskesmas Hanura. Laporan Penemuan Dan Pengobatan Malaria Di Puskesmas Hanura Tahun 2015. Hanura; 2016.
27. Depkes RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal P2PL, Depkes RI; 2009:73.
28. Cohee LM, Kalilani-phiri L, Boudova S, et al. Submicroscopic malaria infection during pregnancy and the impact of intermittent preventive treatment. Malaria journal. 2014;13(1):1-9. doi:10.1186/1475-2875-13-274.
29. Oyakhirome S, Pötschke M, Schwarz NG, et al. Artesunate – amodiaquine combination therapy for falciparum malaria in young Gabonese children. Malaria journal. 2007;7:1-7. doi:10.1186/1475-2875-6-29.
30. Sichande M, Michelo C, Halwindi H, Miller J. Education attainment of head of households associated with insecticide-treated net utilization among five to nineteen-year old individuals : evidence from the malaria indicator survey 2010 in Zambia. Malaria journal. 2014;13(1):1-6. doi:10.1186/1475-2875-13-378.
31. Sulistianingsih E. Hubungan Faktor Lingkungan Fisik dan Perilaku Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Hanura Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun 2010. Jurnal Kesehatan. 2010;I(2):191-196.
32. Suharjo. Pengetahuan Sikap dan Perilaku Masyarakat Tentang Malaria di Daerah Endemis Kalimantan Selatan. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2015;25(1):23-32.
33. Smith C, Whittaker M. Malaria elimination without stigmatization : a note of caution about the use of terminology in elimination settings. Malaria journal. 2014;13(1):1-5. doi:10.1186/1475-2875-13-377.
48
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan selesainya penulisan laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1) Kepala Badan Litbang Penelitian Kesehatan yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini;
2) Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat yang
telah memberikan dukungan dana dan bimbingan dalam kegiatan penulisan
proposal, protokol penelitian, pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan;
3) Kepala Lokalitbang P2B2 Baturaja yang telah memberikan memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian kepada penulis;
4) Drs. Kasnodihardjo, M.Kes. dan Bambang Sungkana, M.Kes sebagai reviewer
yang telah membimbing dalam pembuatan protokol dan penyusunan serta
penulisan laporan penelitian;
5) Dr. Inswiansri, M.Kes., yang telah memberikan pembinaan dalam penyusunan
laporan akhir
6) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Pesawaran, berserta semua staf yang telah membantu selama
pelaksanaan penelitian.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam kegiatan penelitian hingga penulisan laporan ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Akhirnya, semoga segala bantuan dan dukungan dari semua pihak dalam
penyelesaian laporan ini mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
49
LAMPIRAN
50
MATRIK HASIL PENELITIAN TAHUN 2016 SETELAH EFISIENSI
Judul Penelitian : Kearifan Lokal yang Berhubungan dengan Penularan Malaria pada Anak dan Ibu Hamil di Kabupaten Pesawaran,
Provinsi Lampung
Ketua Pelaksana : Santoso, SKM., M.Sc.
Lokasi : Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung
Anggaran : Rp. 274.170.000,-
Jumlah Pemotongan : Rp. 164.408.200,- (60%)
Realisasi Anggaran : Rp. 109.761.800,- (40%)
Tujuan Khusus Tercapai
atau tidak Implementasinya apa? Penyebabnya apa?
Identifikasi angka kejadian malaria pada bayi dan ibu hamil
Tercapai Diperoleh data kejadian malaria pada balita dan ibu hamil hasil pengambilan darah
-
Identifikasi karakteristik subyek Tercapai Diperoleh data karakteristik malaria pada balita dan ibu hamil hasil pengambilan darah dan wawancara singkat
-
Identifikasi perilaku subyek yang berhubungan dengan malaria
Tercapai Diperoleh data perilaku hasil pengambilan wawancara singkat
-
Identifikasi budaya lokal yang menunjang pencegahan penularan malaria
Tercapai sebagian
Diperoleh informasi budaya lokal yang berhubungan dengan malaria dari pengelola program malaria, namun tidak mendalam karena tidak dilakukan wawancara mendalam terhadap masyarakat
Wawancara mendalam terhadap informan yang meliputi masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda serta orang yang memahami budaya lokat yang berkaitan dengan pencegahan malaria tidak dapat dilakukan karena efisiensi anggaran.
51
Laporan Tahunan Kasus Malaria di Provinsi Lampung Tahun 2015
No Puskesmas Jumlah
penduduk Malaria Klinis
AMI (‰)
Metode Diagnosis Positif
Mikroskop RDT Jumlah 0 - 11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn > 15 th Jumlah
Jumlah API Bumil L P L P L P L P L P L P
1 Lampung Selatan
953.957 1.583 1,66 905 658 1563 1 0 2 4 8 12 16 10 115 58 142 84 226 0,24 3
2 Lampung Barat 294.857 961 3,26 449 459 908 1 0 3 0 0 0 4 3 10 17 18 20 38 0,13 0
3 Tanggamus 560.871 2.571 4,58 1.002 1.569 2571 0 0 0 1 0 0 1 4 10 7 11 12 23 0,04 0
4 Way Kanan 430.919 790 1,83 147 643 790 0 0 0 0 0 0 0 0 5 3 0 3 3 0,01 0
5 Tulang Bawang
390.873 862 2,21 612 226 838 0 0 0 0 0 0 0 1 3 2 3 3 6 0,02 0
6 Pesawaran 417.921 6.681 15,99 4.523 2.158 6681 5 2 78 76 206 193 256 196 975 725 1.520 1192 2712 6,49 10
7 Teluk Betung Barat
253.429 1.058 4,17 839 197 1036 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0,00 0
8 Bandar Lampung
938.763 9.430 10,05 9.270 162 9432 0 3 24 12 41 45 37 29 254 186 54 35 89 0,09 0
9 Pringsewu 382.841 1.353 3,53 1.207 146 1353 0 0 0 1 0 0 0 0 6 1 0 2 2 0,01 0
10 Lampung Tengah
1.340.996 12 0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0
11 Lampung Utara
602.990 226 0,37 129 60 189 0 0 0 0 0 3 0 0 7 5 7 8 15 0,02 0
12 Lampung Timur
1.000.098 151 0,15 29 38 67 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 2 1 3 0,00 0
13 Kota Metro 149.697 0 0,00 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2 2 0,01 0
14 Mesuji 194.564 58 0,30 27 13 40 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 3 1 4 0,02 0
15 Pesisir Barat 148.412 758 5,11 809 20 829 6 4 36 21 17 21 14 10 85 114 158 170 328 2,21 5
Total 8.061.188 26.494 3,29 19.948 6.349 26.297 13 9 143 115 272 275 328 254 1.478 1.120 2.234 1.773 3.451 0,43 18
Sumber: Laporan Program Malaria Pasive Case Detection (PCD) Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2016
52
Laporan Tahunan Penemuan Dan Pengobatan Malaria Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
No Puskesmas Jumlah
penduduk Mal
Klinis AMI (‰)
Metode Diagnosis
Positif
Mik RDT 0 - 11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn >15 thn Jumlah
API Ibu
Hamil L P L P L P L P L P L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Pedada 27.732 958 34,54 0 958 0 0 6 2 13 19 22 16 152 90 193 127 11,54 2
2 Padang Cermin 23.620 280 11,85 166 114 0 0 2 0 2 4 5 2 75 26 84 32 4,91 0
3 Bunut 36.589 0 0,00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0
4 Hanura 34.712 5.044 145,31 3.964 1080 5 2 70 74 191 170 229 178 748 609 1.243 1.033 65,57 11
5 Kedondong 61.680 386 6,26 386 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0
6 Kota Dalam 31.474 0 0,00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0
7 Gedong Tataan 49.762 4 0,08 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0
8 Bernung 42.247 0 0,00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0
9 Kalirejo 33.197 0 0,00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0
10 Roworejo 32.186 0 0,00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0
11 Tegineneng 26.701 1 0,04 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0
12 Trimulyo 26.489 8 0,30 2 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0
Total 426.389 6.681 15,67 4.523 2.158 5 2 78 76 206 193 256 196 975 725 1.520 1.192 6,36 13
53
Laporan Tahunan Penemuan Dan Pengobatan Malaria di Puskesmas Hanura, Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
NO DESA Jumlah
Penduduk
Jumlah Malaria Klinis
AMI (‰)
Metode Diagnosis Positif API (‰) B
um
il
Mikroskop RDT 0-11 Bln 1 - 4 Th 5 - 9 Th 10 - 14 Th > 15 Th Jumlah
L P L P L P L P L P L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Sukajaya Lempasing 6.880 2.024 294 1.577 447 3 2 44 46 125 92 118 104 340 294 630 538 170,1 10
2 Muncak 1.440 9 6 7 2 - - - 1 - - - 1 - - - 2 1,4 0
3 Hurun 1.854 246 133 198 48 1 - 5 1 6 5 19 4 51 38 82 48 70,1 0
4 Cilimus 2.206 55 25 50 5 - - - 3 - 2 5 1 3 3 8 9 7,7 0
5 T.Mulya 2.533 1 0 1 - - - - - - - - - - - - - 0,0 0
6 Hanura 6.159 339 55 272 67 - - 2 4 3 3 6 6 41 23 52 36 14,3 0
7 Sidodadi 2.161 557 258 421 136 1 - 8 8 23 15 31 29 116 101 179 153 153,6 0
8 Gebang 5.312 802 151 559 243 - 9 14 29 47 40 27 157 130 235 218 84,9 1
9 B.Menyan 2.463 157 64 107 50 - - 2 2 5 6 10 6 40 20 57 34 36,9 0
10 T.Agung 3.704 3 1 3 - - - - - - - - - - - - - 0,0 0
Puskesmas 34.712 4.193 121 3.195 998 5 2 70 79 191 170 229 178 748 609 1.243 1.038 65,7 11
54
Surat Perintah Pelaksanaan Penelitian (SP3)
55
Rekomendasi penelitian
56
Foto Kegiatan Penelitian
Foto Perijinan dan Koordinasi dengan Kepala Puskesmas Hanura
Foto Persiapan Survei Darah Jari pada Ibu Hamil dan Balita
57
Foto Pengambilan Darah Jari pada Ibu Hamil
Foto Pengambilan Darah Jari pada Balita
58
Foto Hasil Survei Darah Jari Dengan RDT
Foto Kondisi Lingkungan Lokasi Survei
59
Foto Kondisi Perumahan di Lokasi Survei
60
Foto Wawancara Mendalam dengan Petugas Dinkes Provinsi
Foto Wawancara Mendalam dengan Petugas Dinkes Kabupaten
61
Foto Wawancara Mendalam dengan Petugas Puskesmas Hanura
Foto Tim Bersama Kepala Puskesmas Hanura