Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

29
BAB I KONSEP MEDIS A. Defenisi Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen (gangguan multi sistem) yang disebabkan oleh defesiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. B. Etiologi Diabetes Mellitus terjadi karena organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh. Di bawah ini beberapa etiologi/sebab sehingga organ pankreas tidak mampu memproduksi insulin berdasarkan tipe/klasifikasi penyakit diabetes mellitus tersebut: a. Diabetes Mellitus Tipe I 1. Faktor Genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic ke arah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leococite antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. 2. Faktor Imunologi Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah- Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 1

Transcript of Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

Page 1: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Defenisi

Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen (gangguan multi sistem) yang

disebabkan oleh defesiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat yang ditandai dengan

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

B. Etiologi

Diabetes Mellitus terjadi karena organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin

sesuai dengan kebutuhan tubuh. Di bawah ini beberapa etiologi/sebab sehingga organ pankreas

tidak mampu memproduksi insulin berdasarkan tipe/klasifikasi penyakit diabetes mellitus tersebut:

a. Diabetes Mellitus Tipe I

1. Faktor Genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri; tetapi mewarisi suatu

predisposisi atau kecenderungan genetic ke arah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan

genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leococite

antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen

transplantasi dan proses imun lainnya.

2. Faktor Imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada

jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya

seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan

insulin endogen

3. Faktor Lingkungan

Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor esternal yang dapat

memicu dekstruksi sel beta. Sebagai contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa

virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan dekstruksi

(hilangnya) sel beta. Virus penyebab DM adalah Rubela, Mumps, dan Human

coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini

mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi

otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun (aktivasi limfosit T reaktif terhadap

antigen sel pulau kecil) dalam sel beta.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 1

Page 2: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

b. Diabetes Mellitus Tipe II

Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada

diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam

proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu tedapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang

berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2.

Faktor-faktor ini adalah :

a. Usia

Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.

b. Obesitas

Orang yang mengalami obesitas,tubuhnya memiliki kadar lemak yang tinggi atau

berlebihan sehingga jumlah cadangan energy dalam tubuhnya banyak begitupun dengan

yang tersimpan dalam hati dalam bentuk glikogen. Insulin merupakan hormon yang

bertugas untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah mengalami penurunan fungsi

akibat dari kerja kerasnya dalam melakukan tugas sebagai pendistribusian glukosa

sekaligus pengkompensasi dari peningkatan glukosa darah, sehingga menyebabkan

resistensi insulin dan berdampak terjadinya DM tipe 2.

c. Riwayat keluarga

c. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan

karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa (Hiperglikemia akibat sekresi hormone-

hormon plasenta). Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai

“unmasked” atau baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri

gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati, dan

riwayat abortus berulang.

C. Patofisiologi

1. Diabetes mellitus Tipe I

Diabetes tipe I disebabkan oleh beberapa faktor antara lain

a. Faktor genetik

Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan. Anggota

keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit

ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli

kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 2

Page 3: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum

perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya

b. Faktor Imunologi.

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah

pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau

Langerhans dan insulin endogen),

c. Faktor lingkungan

Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui

mekanisme infeks sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan

sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya

otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi.

Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.

Dimana faktor ini berdampak pada kerusakan sel beta pada pangkreas. Ini terjadi ketika

sel beta pangkreas melakukan suatu aktivitas biokimia dalam hal ini proses peningkatan

kadar insulin untuk menurunkan kadar glukosa dalam tubuh, oleh sistem imun

membaca/menterjemahkannya sebagai virus (benda asing) sehingga terjadilah proses

autoimunitas (pengrusakan) terhadap sel beta pangkreas tersebut yang mengakibatkan

terjadinya defesiensi insulin (ketidakmampuan menghasilkan insulin).

Akibat hal tersebut maka pengkompensasian terhadap peningkatan glukosa dalam

sirkulasi darah terganggu hasilnnya terjadilah hiperglikemia (glukosa dalam darah tinggi).

Jika konsentrasi gukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali

semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine yang

disebut dengan glukosuria. Ketika glukosa diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan

disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dengan

diuresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan

mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)

Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein lemak yang menyebabkan

penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifaglia)

akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.

Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang

disimpan) dan glukoneogenesis (pemecahan glukosa baru dari asam–asam amino serta

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 3

Page 4: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

substansi lain), namun pada penderita defiisiensi insulin proses ini akan terjadi tanpa

hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Di samping itu akan terjadi

pemecahan lemak yang mengakibatkan produksi badan keton yang merupakan produk

samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggaanggu

keseimbangan asam–basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.

Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala

seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak

ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.

2. Diabetes mellitus Tipe II

Diabetes tipe II disebabkan oleh beberapa faktor juga antara lain Usia, Obesitas,dan

Riwayat Keluarga. Dimana faktor tersebut akan mempengaruhi proses peningkatan kadar

glukosa dalam tubuh. Peningkatan kadar glukosa dalam darah secara terus-menerus

menyebabkan penurunan fungsi terhadap hormon insulin dimana tugas dari insulin ini

berfungsi untuk mengedarkan glukosa kepermukaan sel untuk metabolisme sel tersebut.

Sehingga yang seharusnya glukosa tersebut diedarkan kesetiap sel malah berkurang akibat

penurunan fungsi insulin sebagai akibatnya kadar glukosa secara terus-menerus mengalami

penigkatan.

Ginjal merupakan tempat penyaring hasil dari sekresi dalam tubuh tidak mampu lagi

menyerap glukosa akibat dari hiperglikemia tersebut dan akibatnya glukosa tersebut

terekskresi bersama dengan urine ( glukosuria). Untuk meringankan kerja dari dari ginjal

dalam pengeluaran glukosa maka terjadi penyerapan air dan elektrolik dalam ginjal untuk

mengencerkan glukosa, sehingga urine keluar secara encer bersama air, elektronik dan zat-

zat yang lainnya. Karena urine keluar secara terus menerus bersama dengan air dan

elektrolik maka tubuh mengalami kekurangan cairan akibatnya terjadi dehidrasi. Efek dari

dehidrasi tersebut menyebabkan volume cairan dalam vaskuler berkurang sehingga darah

bersifat lebih kental sehingga mempengaruhi proses sirkulasi darah dalam tubuh.

Gangguan fungsi insulin itu juga mengakibatkan gangguan metabolisme lemak

(dislipidemia). Hal tersebut dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar kolesterol total,

kolesterol-kolesterol jahat (LDL), trigliserida, namun disertai penurunan kolesterol HDL

(kolesterol baik). Akibat dari peningkatan kolesterol jahat tersebut mengakibatkan

terdapatnya plak-plak berupa lemak yang mengendap dalam pembuluh darah arteri yang

berefek pada gangguan pada sirkulasi darah atau yang biasa disebut dengan aterosklerosis.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 4

Page 5: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

Akibat dari aterosklerosis tersebut berdampak pada perubahan dan gangguan pada daerah

makrovaskuler dan microvaskuler. Untuk daerah makrovaskuler (pembuluh darah besar)

yang berpengaruh adalah organ jantung, serebral dan daerah ekstremitas (pergerakan).

Khusus untuk organ jantung, aterosklerosis menyebabkan penyakit arteri koroner dalam

hal ini infark miokard (gagal jantung) ini disebabkan karena kurangnya suplai oksigen

terhadap sel-sel jantung akibat dari sumbatan pada daerah pembuluh darah arteri koronaria.

Dan untuk daerah cerebral, akan berdampak pada penyakit stroke. Ini disebabkan karena

perubahan aterosklerosis dalam pembuluh darah serebral atau pembentukan embolus di

tempat lain dalam sistem pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga

terjepit dalam pembuluh darah serebral yang menimbulkan serangan iskemia sepintas

(tidaknya adanya aliran darah) dan menyebabkan stroke.

Sedangkan untuk daerah ekstremitas (pergerakan), akan berdampak pada pembentukan

gangren yang disebabkan oleh sirkulasi yang buruk akibat dari sumbatan pada saluran

peredaran darah yang mengarah pada daerah ekstremitas khususnya bagian bawah (distal)

selain itu pula adanya gangguan kemampuan leukosit terhadap penghancuran bakteri yang

berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka yang lama dan akibatnya akan terjadi

gangren serta berpotensi untuk diamputasi.

Untuk daerah mikrovaskuler yang berpengaruh adalah daerah retina (penglihatan) dan

daerah ginjal. Khusus untuk daerah retina (penglihatan), akan berdampak pada penyakit

retinopati ini disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina

mata di mana retina merupakan bagian mata yang menerima bayangan dan mengirimkan

informasi tentang bayangan tersebut ke otak. Bagian ini mengandung banyak sekali

pembuluh darah dari berbagai jenis seperti pembuluh darah arteri serta vena yang kecil,

arteriol, venula dan kapiler. Dan pembuluh darah inilah yang merupakan pusat sumbatan

sehingga berpengaruh terhadap gangguan penglihatan dan jika ini berlangsung lama tanpa

ada tindakan yang progresif maka akan berpotensi terhadap kebutaan. Sedangkan untuk

daerah ginjal, akan berdampak pada penyakit nefropati ini disebabkan oleh glukosuria yang

terus menerus sehingga mekanisme filtrasi ginjal mengalami stress yang menyebabkan

kebocoran protein darah ke dalam urine. Sebagai akibatnya, tekanan dalam pembuluh darah

ginjal meningkat. Kenaikan tekanan tersebut diperkirakan diperkirakan berperan sebagai

stimulus untuk terjadinya nefropati. Jika tubuh membentuk zat keton lalu terjadi nefropati

maka ginjal akan berdampak pada penurunan fungsi yang berpotensi pada gagal ginjal.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 5

Page 6: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

D. Tanda dan Gejala

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak

semua dialami oleh penderita :

1. Polyuria

2. Polydipsia

3. Polyphagia

4. Glykosuria

5. Penurunan berat badan

6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki (parestesia).

7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu

8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

E. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

Tujuan pemeriksaan laboratorium pada DM adalah : menetapkan diagnosa, mengikuti

perjalanan penyakit, kontrol terapi dan deteksi dini adanya kelainan akibat DM.

1. Pemeriksaan kadar gula darah

Cara yang dianjurkan adalah cara enzimatik, dan yang banyak digunakan dalam

laboratorium adalah cara glukosa oksidase. Cara lain adalah cara o-toluidine. Kedua cara ini

dianggap memberi hasil yang mendekati kadar glukosa sesungguhnya.

Interpretasi Hasil Tes

Tes Sampel

Bukan DM(mg/dl)

Belum pastiDM (mg/dl)

DM(mg/dl)

GDSPlasma Vena < 110 110-199 ≥ 200

Darah Kapiler < 90 90-199 ≥ 200

GDPPlasma Vena < 110 110-125 ≥ 126

Darah Kapiler < 90 90-199 ≥ 110

GD2PPPlasma Vena < 140 140-200 > 200

Darah Kapiler <200 120-200 > 200

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 6

Page 7: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

2. Tes toleransi glukosa (TTG)3. Pemeriksaan gula urin.

4. Penetapan albumin urin

F. Komplikasi

1. Akut :

ketoasidosis diabetik

Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar non ketotis

Hipoglikemia

2. Kronik:

Umumnya terjadi pada 10-15 tahun setelah awitan.

a. Makrovaskuler (penyakit pembuluh darah besar):

Pembuluh coroner

Vaskilar perifer

Vaskular otak

b. Mikrovaskuler (penyakit pembuluh darah kecil) :

Mengenai mata (Retinopati)

Mengenai ginjal (Nefropati)

Penyakit Neuropati (merupakan saraf sensorik-motorik) yang anatomi serta

menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.

G. Penatalaksanaan

Diabetes Melitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai penyakit dan

diperlukan kerja sama semua pihak di tingkat pelayanan kesehatan.

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut :

a. Perencanaan makan.

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang dalam hal

karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi yang baik yaitu :

1.) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %.

2.) Protein sebanyak 10 – 15 %.

3.) Lemak sebanyak 20 – 25 %.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 7

Page 8: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan

jasmani.

b. Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3 – 4 kali seminggu) selama kurang lebih 30

menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.

Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olahraga

sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat misalnya jogging.

c. Pengelolaan farmakologis

Sarana pengelolaan farmakologis Diabetes berupa :

1.) Obat hipoglikemia oral (OHO).

a.) Golongan sulfonilurea.

Obat golongan ini sudah dipakai sejak tahun 1957 dan tidak dipakai pada tipe

Diabetes Melitus tipe I. Mekanisme kerja obat golongan sulfoniluera :

- Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan.

- Menurunkan ambang sekresi insulin.

- Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

b.) Golongan biguanid

Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah Metformin. Metformin ini

menurunkan kadar glukosa darah pengaruhnya terhadap kerja insulin pada

tingkat selular, distal dari reseptor insulin serta efeknya juga berefek menurunkan

kadar glukosa hati. Metformin mencapai kadar puncak dalam darah setelah 2

jam.

c.) Alga glukosidase inhibitor – acarbose.

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat enzim alfa glukodosidase di

dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan

menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan

tidak menyebabkan hiperglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.

d.) Insulin sensitizing agent.

Thiazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek

farmakologis meningkatkan sensitivitas insulin. Golongan ini bekerja

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 8

Page 9: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

meningkatkan glukosa disposal pada sel dan mengurangi produksi glukosa di

hati.

Tetapi baru mulai dicoba dan belum beredar di pasaran Indonesia.

2.) Insulin

Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan

perlahan-lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfoniluera atau

metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapit dak tercapai sasaran glukosa

darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi sulfoniluera dengan metformin. Dan

bila masih belum berhasil, dipakai kombinasi sulfoniluera dan insulin.

Tabel I. Kategori Insulin

Perjalanan

WaktuPreparat Awitan Puncak Durasi Indikasi

Kerja singkat

Kerja sedang

Reguler

NPH (ne

utral Pro-

½ - 1 jam

3-4 jam

2-3 jam

4-12 jam

4-6 jam

16-20

jam

Biasanya diberikan

20-30 menit sebelum

makan ; dapat diguna-

kan sendiri atau di-

campur dengan insu-

lin kerja lama.

Biasanya diberikan

setelah makan.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 9

Page 10: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

Kerja lama

tamin Ha-

gedorn) ;

Lente (L)

Ultratelente

(UL)

6-8 jam 12-16 jam

20-30

jam

Digunakan terutama

untuk mengontrol

kadar glukosa puasa.

H. Pencegahan

Adapun yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit Diabetes mellitus adalah sebagai

berikut :

Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang dikeluarkan seimbang disesuiakan dengan

aktifitas fisik dan kondisi tubuh, dengan menghindari makanan yang mengandung tinggi

lemak karena bisa menyebabkan penyusutan konsumsi energi. Mengkonsusmsi makanan

dengan kandungan karbohidrat yang berserat tinggi dan bukan olahan.

Meningkatkan kegiatan olah raga yang berpengaruh pada sensitifitas insulin dan menjaga

berat badan agar tetap ideal.

Kerjasama dan tanggung jawab antara instansi kesehatan, masyarakat, swasta dan

pemerintah, untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat

BAB II

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 10

Page 11: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien?

2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis

apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien

untuk menanggulangi penyakitnya.

3. Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

4. Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada

kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah

5. Integritas Ego

Stress, ansietas

6. Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

7. Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan

diuretik.

8. Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan

penglihatan.

9. Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

10. Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi/tidak)

11. Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

B. Diagnosa Kperawatan

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 11

Page 12: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

Adapun masalah keperawatan yang muncul pada penyakit DM adalah:

1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah  ke

daerah gangren akibat adanya  obstruksi pembuluh darah.

3. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.

4. Gangguan intoleransi fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan yang kurang.

6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya kadar gula

darah.

7. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

8. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan

C. Rencana/Intervensi Keperawatan

Adapun rencana keperawatan yang dapat dilaksanakan adalah:

1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan :

Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat

diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan

kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

Pantau tanda-tanda vital.

Rasional: Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

Rasional: Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang

adekuat.

Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.

Rasional: Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan

keefektifan dari terapi yang diberikan.

Timbang berat badan setiap hari.

Rasional: Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang

berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.

Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 12

Page 13: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

Rasional: Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan

respons pasien secara individual.

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya atau menurunnya aliran darah 

ke daerah gangren akibat adanya  obstruksi pembuluh darah.

Tujuan: mempertahankan sirkulasi  perifer tetap normal.

Rencana tindakan :

Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi

Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.

Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah:Tinggikan kaki

sedikit lebih rendah  dari jantung  ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari

penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut

dan sebagainya.

Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.

Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa: Hindari diet tinggi kolestrol,

teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.

Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat

menyebabkan terjadinya  vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi

efek dari stres.

Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula

darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).

Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga

perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat

mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi

daerah ulkus/gangren.

2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.

Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.

Rencana tindakan :

Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan

membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 13

Page 14: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

Rawat luka dengan baik dan benar  : membersihkan luka secara abseptik menggunakan

larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi

jaringan yang mati.

Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan

larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan

nekrosis dapat menghambat proses granulasi.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan  kultur pus 

pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.

Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk

mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar

gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.

3. Gangguan intoleransi fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang

Rencana tindakan :

Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi

ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan

tindakan.

Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.

Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan

pasien.

Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk

relaksasi seoptimal mungkin.

Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.

Rasional :  massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan

BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 14

Page 15: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

Rasional : Obat–obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan yang kurang.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Rencana Tindakan :

Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga

dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.

Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya

hipoglikemia/hiperglikemia.

Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah

satu indikasi untuk menentukan diet).

Identifikasi perubahan pola makan.

Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.

Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.

Rasional: Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan

sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan

gula darah dan mencegah komplikasi.

5. Resiko terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya kadar gula

darah.

Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).

Rencana tindakan :

Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.

Rasional: Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat

membantu menentukan tindakan selanjutnya.

Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama

perawatan.

Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi

kuman.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 15

Page 16: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

Lakukan perawatan luka secara aseptik.

Rasional  : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.

Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.

Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan

tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil

kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.

6. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar

positif.

Rencana tindakan :

Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan

keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.

Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.

Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.

Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.

Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.

Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.

Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang

lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.

Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.

Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.

7. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan

Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury

Intervensi :

Hindarkan lantai yang licin.

Rasional: Menghindari terjadinya kecelakaan

Gunakan bed yang rendah.

Rasional: Memudahkan pasien untuk naik-turun bed

Orientasikan klien tentang ruang perawatan

Rasional: Agar pasien mampu mengetahui situasi dalam ruang perawatan

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 16

Page 17: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Rasional: Memudahkan mobilitas pasien

Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

Rasional: Mencegah terjadinya dekubitus.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 17

Page 18: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

LAMPIRAN

PENYIMPANGAN KDM

Diabetes Mellitus

Tipe 1 tipe 2

defesiensi insulin resistensi insulin

Hiperglikemia

glykosuria

diuresis osmotik

Osmotic diuresis

Dehidrasi P3(poliuria,polidipsi,polfagia)

Hemokonsentrasi ketoasidosis

Ateroskerosis ph menurun

Mual dan muntah

makrovaskuler mikrovaskuker

jantung cerebral ekstremitas retina ginjal

infark stroke gangrene retinopati nefropati diabetik miokard nyeri gangguan penglihatan

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 18

Resiko ggn nutrisi (-) dr kbuthn

Ggn vol. cairan (-)

Ggn. Perfusi jaringan

resiko injury (sekarat)Ggn integritas jar.

Ggn gambaran diri

Gangrene

Ggn intoleransi fisik

Potensial penyb. infeksi

Page 19: Laporan Pendahuluan Diabetes Mellitus.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner,Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 th vol 2 Kedokteran

EGC: Jakarta. 2001.

2. Sylvia, Wilson. Patofisiologi, edisi 6 th vol 2. Kedokteran EGC : Jakarta.

3. 2005.

4. Anonymous. Diabetes Mellitus. http://diabetes-mellitus-

dm.blogspot.com/2008/02.

5. Anonymous. Patofisiologi Diabetes Mellitus. http://www.medicastor.diabetes.

2008.com.

6. Hidayat. Askep Diabetes mellitus. http://www.bloghidayat.com.

7. Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I

Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

8. Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa

YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus Page 19