Laporan akhir daniele tegar
-
Upload
daniele-tegar-abadi -
Category
Education
-
view
609 -
download
0
description
Transcript of Laporan akhir daniele tegar
LAPORAN AKHIR
PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL II)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING DENGAN MEDIA KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XII IPA 1 SMA PLUS NEGERI 7 KOTA BENGKULU
(Classroom Action Research)
Oleh :
DANIELE TEGAR ABADI LADY SAPUTRA
A1F010014
UNIT PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR
PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL II)
DI SMA PLUS NEGERI 7 KOTA BENGKULU
Oleh
Nama : Daniele Tegar Abadi Lady Saputra
NPM : A1F010014
Prodi : Pendidikan Kimia
Disetujui dan disahkan oleh :
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan akhir
PPL di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu ini tepat pada waktunya.
Laporan ini merupakan salah satu syarat bagi setiap mahasiswa FKIP prodi
Pendidikan Kimia untuk menyelesaikan studinya sehingga kelak dari pengalaman ini dapat
menambah pengalaman dan wawasan dalam proses pembelajaran didalam kelas.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan seluruh
pihak yang telah mambantu dan memberi dukungan serta bimbingan dalam pelaksanaan
kegiatan yang sudah dilaksanakan, antara lain:
1. Ibu Dra. Yulinarsyah selaku Guru Pamong PPL II Pada program studi Pendidikan
Kimia di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu.
2. Ibu Salastri Rohiat, M.Pd. selaku dosen pembimbing PPL II program Studi
Pendidikan Kimia di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu.
3. Ibu Hj. Nismah, M.Pd selaku Kepala SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu.
4. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.
5. Bapak dan Ibu Guru SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu.
6. Tim Unit PPL FKIP Universitas Bengkulu
7. Teman – teman seperjuangan yang telah bersama-sama
melaksanakan PPL di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu.
8. Seluruh siswa SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu, khususnya seluruh siswa-siswi XII
ipa 5 SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu tahun ajaran 2013/2014. terima kasih atas
dukungan dan kerjasamanya.
InsyaAllah, bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat imbalan pahala setimpal
dari-Nya. Penulis berharap semoga Laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Bengkulu, Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. 1
HALAMAN PENGESAHAN................................................................ 2
KATA PENGANTAR............................................................................ 3
DAFTAR ISI........................................................................................... 4
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………...... 5
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 6
B. Tujuan Pembuatan Laporan......................................................... 7
C. Manfaat........................................................................................ 8
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengenalan Lapangan dan Refleksi ............................................. 9
B. Mengajar Terbimbing dan Refleksi............................................. 20
C. Mengajar Mandiri dan Refleksi................................................... 23
D. Kegiatan Non Akademik dan Refleksi........................................ 24
E. Masalah Pembelajaran yang dipecahkan Praktikan dengan PTK 25
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 36
B. Saran............................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 37
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2. Silabus
3. Visi dan Misi SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu
4. Program Semester
5. Program Tahunan
6. Denah sekolah SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyaraktan dan
kebangsaan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, salah satu usaha perbaikan
proses pembelajaran di sekolah yang dapat dilakukan adalah dengan memahami perilaku
siswa dalam belajar.
Setiap manusia pada hakikatnya membutuhkan pendidikan. Zanti Arbi dan Syahru
(1992: 16-23) berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses interaksi manusiawi antara
pendidik dengan subjek didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses pendidikan
berlangsung dalam lingkungan tertentu dengan menggunakan bermacam- macam tindakan
yang disebut sebagai alat pendidikan. Ada beberapa factor yang berperan dalam pendidikan,
yaitu : (1) tujuan, (2) pendidik, (3) subjek didik, (4) isi/materi, (5) cara/ metode dan alat (6)
situasi lingkungan.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi yang ada pada
manusia yang dikenal dengan SDM dan IMTAQ yakni melalui kegiatan pengajaran.
Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan di semua satuan dan jenjang pendidikan yang
meliputi wajib belajar pendidikan sembilan tahun, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi.
Pendidik harus mempunyai kepercayaan diri bahwa ia mampu memberikan arahan
dan bimbingan kepada para siswanya. Sampai saat ini, masih banyak siswa yang beranggapan
dan berpendapat bahwa pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit.
Sehingga sudah menjadi hal yang biasa jika di dalam kelas ketika mata pelajaran
kimiaberlangsung sebagian besar siswa sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Hal inilah yang
menyebabkan rendahnya motivasi siswa terhadap mata pelajaran kimia. Keadaan ini akan
berdampak pada nilai dan hasil belajar siswa menjadi tidak tuntas. Karena siswa belum
mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran
selanjutnya. Selain itu, siswa juga pada umumnya belum sampai pada tingkat pemahaman.
Siswa baru mampu mempelajari (menghafal) fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan
gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan
menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari. Hal ini terjadi karena
guru belum optimal memberdayakan seluruh potensi siswa. Selain faktor diatas, rendahnya
motivasi siswa juga dapat disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru tidak
menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Usaha untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan proses belajar mengajar dan
pembelajaran di sekolah terus menerus dilaksanakan, salah satunya dengan adanya mata
kuliah lapangan seperti praktik mengajar di sekolah secara langsung yang biasa dikenal
dengan PPL.
Program Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan suatu program dalam pendidikan
prajabatan guru yang dirancang untuk melatih para calon guru agar menguasai kemampuan
keguruan yang utuh dan terpadu sehingga setelah melakukan pendidikan mereka siap secara
mandiri mengemban tugas sebagai guru. Program ini merupakan salah satu program
akademis yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa FKIP Universitas Bengkulu
1.2 Tujuan Pembuatan Laporan
Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk melaporkan rangkaian kegiatan yang telah
praktikan dilaksanakan di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu baik itu kegiatan yang
berkaitan dengan kegiatan akademik, kegiatan administrasi, kegiatan non akademik serta hal-
hal yang diperoleh praktikan selama praktik lapangan. Selain itu juga untuk mengetahui
sejauh mana mahasiswa mampu berinteraksi dengan lingkungan sekolah dimana ia di
tempatkan, baik berkenaan dengan hubungannya dengan sesama perangkat sekolah dan
terutama mengenai kemampuannya dalam manyampaikan materi di kelas. Dalam hal ini juga
mencakup bagaimana kemampuan mahasiswa tersebut dalam menyusun perangkat
pembelajaran, yaitu berupa rencana pelaksanaan pembelajaran, model dan metode
pembelajaran yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Adapun tujuan dari pelaksanan Program Pengalaman Lapangan (PPL) itu sendiri
adalah:
a. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam bidang pembelajaran dan
manajerial di sekolah, dalam rangka melatih dan mengembangkan kompetensi
keguruan atau kependidikan
b. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempelajari, mengenal dan
menghayati permasalahan, lembaga kependidikan baik yang terkait dengan proses
pembelajaran maupun kegiatan administrasi sekolah.
c. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang telah dikuasai ke dalam kehidupan nyata di sekolah
d. Meningkatkan hubungan kemitraan antara FKIP UNIB dengan Dinas Diknas, Depag,
Sekolah, dan lembaga terkait lainnya.
1.3. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a) Menambah pemahaman dan penghayatan mahasiswa tentang proses pengajaran dan
pendidikan di sekolah.
b) Memperoleh pengalaman tentang cara berpikir dan bekerja secara interdisipliner
sehingga dapat memahami adanya keterkaitan ilmu dalam mengatasi permasalahan
pendidikan yang ada di sekolah.
c) Memperoleh daya penalaran dalam melakukan penelaahan, perumusan dan
pemecahan masalah pendidikan yang ada di sekolah.
d) Memperoleh pengalamn dan keterampilan untuk melaksanakan pembelajaran dan
kegiatan manajerial di sekolah.
e) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat berperan sebagai
motivator, dinamisator, dan membantu pemikiran sebagai problem solver.
2. Bagi Sekolah
a) Memperoleh kesempatan untuk dapat andil dalam menyiapkan calon guru atau
tenaga kependidikan yang professional.
b) Mendapatkan bantuan pemikiran, tenaga, ilmu dan teknologi dalam merencanakan
serta melaksanakan pengembangan sekolah.
3. Bagi FKIP Universitas Bengkulu
a) Memperoleh umpan balik dari pelaksanaan PPL di sekolah/ lembaga guna
pengembangan kurikulum dan iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b) Memperoleh berbagai sumber belajar dan menemukan berbagai permasalahan unruk
pengembangkan penelitian dan pendidikan
c) Terjalin kerjasama yang baik dengan pemerontah daerah dan instansi terkait untuk
pengembangan Tri Darma Peguruan Tinggi.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Lapangan dan Refleksi
2.1.1 Pengenalan Lapangan
Pelaksanaan kegiatan pengenalan lapangan dilakukan agara mahasiswa peserta PPL dapat
mengenal serta mengakrabkan diri dengan lingkungan sekolah. Pengenalan lapangan ini
berupa observasi yang meliputi keadaan fisik dan nonfisik. Observasi fisik dilakukan
terhadap fasilitas dan lingkungan sekolah, sedangkan observasi non fisik berupa interaksi
antara mahasiswa dengan guru, siswa, karyawan, dan masyarakat lingkungan sekolah.
Kegiatan orientasi PPL meliputi :
1. Penyerahan mahasiswa calon PPL dari unit PPL dan dosen
pembimbing lapangan kepada sekolah SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu
2. Pengarahan kepala sekolah wakil kepala sekolah SMA Plus
Negeri 7 Kota Bengkulu mengenai tata peraturan yang harus ditaati di SMA tersebut
3. Pengenalan tata letak sekolah dan fasilitas sekolah
4. Informasi mengenai kegiatan akademik
5. Informasi akademis sekolah, misalnya, daftar hadir sekolah,
daftar hadir guru, daftar hadir karyawan-karyawan SMA Plus Negeri 7 Kota
Bengkulu dan lain-lain
6. Informasi mengenai kegiatan ekstrakurikuler sekolah
Adapun tujuan dari observasi tersebut adalah :
1. Mahasiswa mengenal lingkungan
tempat mahasiswa berada
2. Mahasiswa dapat beradaptasi dan
menjalin komunikasi dengan pihak sekolah
3. Mahasiswa dapat informasi yang
berkaitan dengan :
a. Keadaan fisik dan non fisik
sekolah
b. Kegiatan administrasi
c. Kegiatan akademik
d. Kegiatan ekstrakulikuler
e. Hubungan sosial dan
lingkungan sekolah
2.1.2 Refleksi Tentang Pengenalan Lapangan
Hal baru yang kami dapatkan selaku mahasiswa ppl, yaitu lingkungan, dan suasana baru
yang membuat kami semakin sukacita dalam melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan ini.
Selain itu praktikan merasa ada kesan tersendiri sewaktu mengikuti kegiatan PPL di SMA
Plus Negeri 7 Kota Bengkulu, salah satunya adalah keramahtamahan para dewan guru,
karyawan serta sopan santun siswa siswi SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu tersebut. Selain
itu yang menjadi pusat perhatian mahasiswa adalah lingkungan sekolah yang tertata rapi dan
indah serta kedisiplinan seluruh dewan guru, karyawan dan siswa-siswi akan peraturan yang
ada sangat ditaati.
Dari hubungan masyarakat, terlihat bahwa hubungan kekeluargaan masih sangat kental di
SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu, selain itu juga proses dalam pembelajaran siswa-
siswinya mudah dalam memahami materi pelajaran yang mahasiswa sampaikan terutama
kelas yang diajarkan. Kepandaian siswa-siswi ini tidak hanya paham akan materi tapi
keaktifan dan argumen-argumen yang disampaikan secara kritis membuat mahasiswa PPL
bukan berhadapan dengan siswa tetapi teman mahasiswa ketika berdiskusi. Dan siswa-siswi
sangat menghargai dan menghormati kami sebagai guru PPL sebagai mana mereka
menganggap guru mereka sendiri baik itu pada kegiatan pembelajaran maupun diluar
pembelajaran. Secara umum kondisi fisik dan non fisik SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu
sudah baik
Dengan adanya pengenalan lapangan, mahasiswa bisa berpikir bagaimana cara untuk
mengatasi masalah yang akan terjadi. Seperti contoh, dengan adanya jadwal piket maka
setiap mahasiswa diberi jadwal piket untuk membantu guru-guru piket di SMA Plus Negeri 7
Kota Bengkulu. Adapun hasil dari observasi-orientasi di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu
terangkum dalam data-data sebagai berikut:
2.1.3 Kegiatan Akademik
Kegiatan belajar mengajar di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu sudah berjalan dan
berlangsung dengan cukup baik. Dilihat dari output yang dihasilkan bahwa SMA Plus Negeri
7 Kota Bengkulu siap mencetak generasi penerus bangsa yang mampu bersaing baik dalam
masyarakat maupun dalam melanjutkan ke perguruan tinggi. Para lulusan SMA Plus Negeri 7
Kota Bengkulu juga mampu beradaptasi serta bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Konsep pengajaran yang diterapkan oleh guru sesuai dengan kurikulum yang ada
yaitu KTSP, sesuai dengan hasil dari observasi yang dapat dirincikan sebagai berikut:
1. Perangkat Pembelajaran :
a. Satuan pelajaran (SP), disusun berdasarkan konsep/ sub
konsep yang akan disampaikan.
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dirancang
oleh guru berdasarkan konsep/ sub konsep.
c. Silabus berpedoman pada ketentuan Diknas yang
disesuaikan dengan kurikulum KTSP dan nilai Budaya dan Karakter Bangsa
(BKB).
2. Perilaku siswa
a) Perilaku siswa di dalam kelas.
Siswa belajar secara aktif di dalam kelas apabila penyampaian materi
pembelajaran dapat menarik perhatian dan minat. Mereka sering bertanya untuk
hal-hal yang mereka anggap kurang jelas, terutama seusai guru menjelaskan
materi di depan kelas. Suasana mulai ramai dan kurang kondusif terjadi pada
pertengahan pelajaran. Ini disebabkan oleh kejenuhan yang datang atau materi
yang sulit mereka pahami. Mereka cenderung mengalihkan rasa bosan dengan
mengobrol di dalam kelas atau mengerjakan hal-hal lain yang tidak berkaitan
dengan materi pelajaran.
b) Perilaku siswa di luar kelas.
Santun terhadap guru dan orang-orang yang lebih tua di sekolah. Bahkan para
siswa memiliki kebiasaan untuk menyapa dan menyalami guru-guru baik secara
kebetulan atau sengaja mereka temui. Beberapa siswa sudah memanfaatkan waktu
luang dengan kegiatan positif seperti membaca buku diperpustakaan atau
membahas materi pelajaran bersama teman-teman pada saat jam istirahat
berlangsung. Tetapi tidak sedikit juga yang meluangkan waktunya untuk
berkumpul menurut organisasi yang digelutinya, misalnya OSIS dan
ekstrakulikuler lain ataupun sekedar bercengkrama dengan teman-teman yang
lain.
2.1.4 Kegiatan Administrasi
1. Pengelolaan daftar hadir guru
SMA Negeri Plus 7 Kota Bengkulu memiliki tenaga pengajar guru berjumlah 80
orangyang terdiri dari 65 orang guru tetap dan 15 orang guru Bantu. Pengelolaan
daftar hadir guru menjadi tanggung jawab TU dibawah wewenang kepala sekolah.
Informasi guru yang tidak hadir diperoleh dari guru piket.
2. Daftar Hadir Siswa
Jumlah ruang kelas di SMA Negeri Plus 7 Kota Bengkulu adalah 27 dengan 9 ruang
kelas X, 9 ruang kelas XII yang terbagi menjadi 5 ruang kelas IPA dan 4 kelas IPS, 9
ruang kelas XII dengan 5 ruang kelas IPA dan 4 ruang kelas IPS Untuk pengelolaan
daftar hadir siswa diserahkan pada masing-masing kelas melaporkan siswa yang tidak
hadir pada hari itu, kemudian guru piket menatat kedalam buku absensi siswa.
3. Jumlah Guru dan Siswa
Jumlah Guru : 80 Orang
Jumlah Siswa : 827 Orang
2.1.5 Masalah Pembelajaran yang Dihadapi Guru
Masalah Pembelajaran yang dihadapai guru tentunya sudah biasa dihapai oleh guru
tersebut, yaitu masalah pengorganisasian lingkungan siswa. Banyak siswa yang masih
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tidak pernah terlepas dari kendala-kendala.
Kendala-kendala itu timbul dari faktor internal maupun eksternal siswa. Biasanya kendala
yang paling banyak dihadapi oleh seorang guru adalah dalam pengelolaan kelas. Pengelolaan
kelas dirasa cukup sulit karena sebanyak itu jumlah anak maka sebanyak itu juga sikap anak
yang timbul. Keterampilan dalam pengelolaan sangat penting, karena apabila seorang guru
tidak dapat mengelola kelas dengan baik maka berlangsungnya kegiatan belajar
mengajarakan terganggu. Setelah praktikan mengobservasi kegiatan guru pamong mengajar,
praktikan dapat mengambil kesimpulan bahwa pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru
sudah baik, walaupun pada awal ada beberapa siswa yang kurang konsentrasi.Hal ini dapat
diatasi oleh guru dengan caramenarik perhatian siswa tersebut terhadap pelajaran.
2.1.6 Kegiatan Non Akademik
1. Sarana dan Prasarana Sekolah
a) Kondisi Fisik Sekolah
SMA Negeri Plus 7 kota Bengkulu dengan kodisi fisik sekolah dijabarkan sebagai
berikut:
Nama Sekolah : SMA Plus Negeri 7 Kota BengkuluLuas Bangunan : 1.175 M2Luas Pekarangan : 28.603 M2Luas Tanah (Bersertifikat) : 29.778 M2/No. AM. 289381Daya Listrik (Ada/Tidak Ada): Ada Kapasitas : 2200 Watt/220 VoltNo Sarana/Prasarana Kondisi Ket
Urut B RR RMD RB Jlh 1RUANG
a. Ruang Kelas V 21 b. Ruang Guru V 2 c. Ruang Kep.Sekolah V 1 d. Ruang TU V 1 e. Ruang BP V 1 f. Ruang Perpustakaan V 1 g.Ruang Keterampilan V h. WC/KM V 9 I. Ruang Jaga V - j. Gudang V 1
2RUANG LAB a. Lab.Kimia V 1 b. Lab.Biologi V 1 c. Lab Bahasa V 1 d. Lab.Komputer V 1
3Alat Kantor/P.PEND a. Komputer V 11 b. Mesin Tik V 2 c. Mesin Stensil V 2 d. Brangkas V 1 e. OHP V 7 f. Telepon V 2 g. Televisi V 3 h. Tipe Recorder V V 2 I. Alat Kesenian V j. Olah Raga V k. IPS
4Alat Keterampilan a. Elektro
b. Otomotif Keterangan :
B : Baik
RR : Rusak Ringan
RMD : Rusak Masih Dapat Diperbaiki
RB : Rusak Berat
2. Potensi siswa
Jumlah siswa/i di SMA Negeri Plus 7 kota Bengkulu adalah 827 orang, yang terdiri
dari 397 siswa putera dan 430 siswa puteri dengan rincian sebagai berikut:
295 orang siswa/i kelas X
303 orang siswa/i kelas XI
229 orang siswa/i kelas XII
Prestasi Akademik Sekolah yang diperoleh oleh SMA Negeri Plus 7 kota Bengkulu
dalam tiga tahun terakhir, yaitu:
Juara I 1/23/2010 Renang gaya kupu kupu SMA Plus Negeri 7 Propinsi PIagam Renang gaya bebas Renang Gaya Punggung Juara 2 1/23/2010 Renang Gaya Dada SMA Plus N 7 Bengkulu Propinsi PiagamJura 1 1/23/2010 Renang Gaya Dada SMA Plus N 7 BeNGKULU Propinsi PiagamJuara 2 1/23/2010 Renang Gaya Bebas Sma Plus N7 Bengkulu Propinsi Piagam Renang gaya kupu kupu Renang Gaya Punggung Juara 3 1/23/2010 Band SMA Plus N Propinsi PialaJuara 2 2/15/2010 Lomba Paskibra MAN 1 Bengkulu SMA Piala
Juara 3 2/15/2010Kejurnas Gokasi TERBUKA 3 Goya Ryu Karate Nasional Piala
Juara 1 2/15/2010 Hasia Karya Hipa Action Argamakmur Propinsi PialaJuara 1 2/15/2010 LCT Spot Centre Propinsi Piala Juara 2 2/19/2010 Design poster Spot Centre Propinsi Piala Juara 1 2/17/2010 Futsal Unihas Propinsi PialaJuara 2 4/14/2010 Volly Putri Sma N 1 Piagam Juara 1 4/22/2010 LCT Stain Kota Piala
Juara II 4/22/2010 PMR STAIN Kota Piala
Juara III 4/22/2010Praga Pendidikan Remaja STAIN Kota Piala
Juara III 4/22/2010 Desain Kotak Sampah STAIN Kota Piagam Juara III 4/22/2010 Drama Stain Kota PiagamJuara III 4/22/2010 Aksi Bersih Stain Kota PiagamJuara III 4/22/2010 Pensi Stain Kota PiagamJuara III 5/2/2010 Drama Stain Kota PiagamJuara III 4/22/2010 PMR Stain Kota PialaJuara III 10/30/2010 Cerpen Dinas Kota Propinsi PiagamJuara 2 11/15/2010 Yel yel Dinas Kota Propinsi PiagamJuara 2 11/15/2010 Drama Konseling Dinas Kota Propinsi PiagamJuara III 12/5/2010 Water Roket Tingkat SMA SMA Piagam Juara III 12/29/2010 LCC UUD NRI TH 1945 SMA Kota Piala Juara I 12/29/2010 LCC UUD NRI TH 1945 MKKS Kota Piala
Juara Umum 2/19/2012 Pramuka Kuarda Kuarda Bengkulu Kota PialaJuara 1 2/19/2012 Heking Putra Kuarda Bengkulu Kota PialaJuara 1 2/19/2012 Ponering Putra Kuarda Bengkulu Kota PialaJuara 2 2/19/2012 Drama Pramuka Kuarda Bengkulu Kota PialaJuara III 2/19/2012 Tata Upacara Penegak Kuarda Bengkulu Kota PialaJuara II 2/19/2012 Mading SMA 5 Kota Piala Juara III 2/19/2012 Debat SMA 5 Kota Piala Juara III 2/19/2012 Story Telling SMA 5 Kota PialaJuara III 2/19/2012 Putra Basket SMA 3 Kota PialaJuara III 3/12/2012 Pidato Bahasa Inggris SMA 2 Kota PialaJuara I 3/12/2012 Tarko SMA 2 Kota PialaJuara 3 3/23/2011 Pidato Bulan Peduli HIV Dinkes Bengkulu Propinsi PialaJuara 3 3/23/2011 Lomba Mading BDINKES Propinsi Piala Juara 1 5/23/2011 Pik.KRR Juara 1 5/23/2011 miniatur perkemahan HUT SMA n 2 BENGKULU Kota PialaJaara 1 LCT HUT SMA N 1 SMA PialaJuara 3 S.Asemorai HUT SMA N 1 SMA PialaJuara Umum Renang Hut Grace Horizon Hotel SMA PialaJuara 3 10/20/2011 Poster Genre BKKBN kota Juara 3 10/24/2011 Baskrt Putra Jati Cup SMKN.1 Bengkulu SMA PialaJuara 2 11/25/2011 Basket Putra Hut SMA Muh.4 SMA PIalaJuara 3 10/15/2011 Basket Putra SMKN.1 Bengkulu SMA Piala Juara 1 2/13/2012 Storry Telling SMA N 5 SMA PialaJuara 2 13//02/2012 Pasukan 8 SMA N 5 SMA Piala
Juara 2 Futsal SMA N Propinsi PialaJuara 1 2/18/2012 Basket Putra Sma N 5 Propinsi PialaJuara 2 2/24/2012 Pasikan 8 SMA N 2 Bengkulu Propinsi Piala Juara 3 Basket Putra SMAPA FIESTA CUP X Propinsi PialaJuara 3 13/2012 Scrabble Tk.SMA Pgsdexpo Cup Propinsi Piala Juara 2 Pelajar Tangkas Diknas Kota Kota Piala Juara 2 10/22/2012 Olompiade Pasar Modal Diknas Kota Propinsi pialaJuara 3 10/24/2012 Pasukan 8 SMA 6 Kota Piala
Juara 3 10/21/2012 Juara III Basket SMA N 6 Kota PialaJuara 1 10/4/2012 akting monolog UMB kota PialaJuara 1 11/9/2012 Juara I Mading UNIB Kota Piala Juara III Juara III Futsal SMA N Pondok Kelapa Kota Piala Juara III 11/1/2012 Mading Sesumatra UMB Propinsi Piala Juara II 11/1/2012 Futsal Muhhammadiyah 4 Kota Piala
juara II 23-25/08/2013 grafity putri
kwartir daerah provinsi Bengkulu kota Piala
3. Potensi guru
SMA Negeri Plus 7 Kota Bengkulu memiliki tenaga pengajar (guru) berjumlah 80
orang yang terdiri dari 65orang guru tetap dan 15 orang guru bantu.
4. Potensi karyawan
Jumlah Staf TU dan Karyawan di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu adalah 12 Orang
yang terdiri dari
No Nama Jumlah1 Penata Muda Tingkat 1 2 Orang2 Penata Muda 2 Orang3 Pengatur muda 1 Orang4 Satpam 1 Orang5 Penjaga Sekolah 1 Orang6 Kebersihan 1 Orang7 Penjaga malam 1 Orang8 Penjaga perpustakaan 1 Orang9 Penjaga UKS 2 Orang
5. Perpustakaan
Di SMA Negeri Plus 7 kota Bengkulu terdapat satu perpustakaan yang berisi buku
pelajaran, baik IPA, koran, majalah, jurnal, maupun buku – buku pelajaran yang bersifat
umum, serta dilengkapi dengan berbagai meja dan beberapa kursi.
6. LAB IPA
Lab IPA di SMA Negeri Plus 7 kota Bengkulu terbagi menjadi 3 yakni LAB Kimia,
Fisika Dan Biologi. LAB tersebut dalam keadaan baik dengan sarana dan prasarana
yang cukup lengkap.
7. LAB Bahasa
Lab Bahasa di SMA Negeri Plus 7 kota Bengkulu sudah baik dengan sarana dan
prasarana yang cukup lengkap.
8. Bimbingan Konseling (BK)
Ruang BK berada tepat disamping ruang guru piket SMA Plus Negeri 7 kota Bengkulu.
Terdapat ruang BK dengan tiga orang petugas. Bimbingan diberikan 1 JP setiap minggu
untuk setiap kelas. Bimbingan konseling untuk siswa yang bermasllah sudah ditangani
dengan baik oleh guru BK dan guru BK sendiri telah bekerja seoptimal mungkin.
9. Bimbingan Belajar
Di SMA Plus Negeri 7 kota Bengkulu bimbingan belajar telah dilakukan cukup baik
oleh guru per mata pelajaran, khususnya anak kelas XII telah diadakan bimbingan
belajar untuk mempersiapkan UN setelah pulang sekolah.
10. Ekstrakulikuler yang ada di SMK Negeri 2 Kota Bengkulu adalah:
NOJENIS EKSTRAKURIKULER
NAMA PEMBINA NAMA PELATIH
1 Pramuka Aupin, M.Pd. Syafrudin Zulin
2 PaskibraDhani Anggarista,
A.Ma Obie A, Lusi A.
3 Drumband Fatmawati, SH. Agus Hidayat
4 PMR/UKS Ponikem, S.Pd. Rita Sugiarti
5 PIK KRR - Eva Setia Trisilia, SE.
6 Renang - Drs. Samsuari
7 Basket Ball - Helik Firmansyah
8 Bulu Tangkis - Drs. Ali Basyar
9 Sepak Bola/Futsal - King Dedes, S.Pd.
10 Kimia Science Club - Yulinarsyah, S.Pd.
11 Fisika Science Club - Feggy Amriani, M.Pd.Si
12 Biologi Science Club - Haulan, S.Pd.
13 Matematika Science Club - Yarmawati, S.Pd.
14 English Science Club Eva Parnida, S.Pd. Rusli, M.Pd.
15 Komputer - Evan Yulistian, S.Kom.
16 KIR - Gunawan Agung s., S.Pd.
17 Seni Tari - Mely Yanti, S.Pd
18 Seni Musik/Musik Dol - Harmis Lelyaeni, S.Pd.
19 Seni Theater Vina Apriola, M.Pd. Denis
20 Risma Dra. Husnah Muhammad Yepan, S.Pd.I
Widya Y.
Ekstrakulikuler yang terdapat di sekolah sudah berjalan dengan baik dibantu oleh
guru yang membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler tersebut, seperti: Voli,
Sepak Bola, Basket, Paskibra, Seni Tari, Seni Theater, Seni Musik (Musik Dol), Tari
Kreasi, PMR/UKS, SKR, dan English Club.
11. Organisasi dan Fasilitas OSIS
Kegiatan OSIS di SMA Plus Negeri 7 kota Bengkulu aktif, memilki ruangan tersendiri
dengan fasilitas yang cukup memadai di bawah pengawasan guru pembimbing.
12. Organisasi dan Fasilitas UKS
Organisasi dan Fasilitas UKS di SMA Plus Negeri 7 kota Bengkulu Sudah berjalan
dengan baik di bawah pengawasan guru pembimbing dan ruangan UKS dalam keadaaan
baik, memilki ruang perawatan, dan dilengkapi dengan obat-obatan untuk P3K
13. Administrasi ( Karyawan, Sekolah, Siswa, Guru)
Berbagai administrasi yang ada di SMA Plus Negeri 7 kota Bengkulu sudah baik. Baik
itu kinerja karyawan, keadaan fisik dan nonfisik sekolah, dan sebagainya.
14. Koperasi Siswa
Koperasi siswa tidak ada, yang ada hanya KPN. Sehingga untuk berbelanja kebutuhan
siswa seperti Alat tulis, makanan atau minuman siswa harus ke kantin atau keluar dari
sekolah.
15. Tempat Ibadah
Berhubung siswa dominan beragama islam, maka SMA Plus Negeri 7 kota Bengkulu
memiliki tempat ibadah yaitu berupa mushola yang besar dan permanen untuk
melaksanakan kegitan ibadah khususnya sholat dan kegiatan keagamaan yang lain.
16. Kesehatan Lingkungan
Keadaan lingkungan sudah cukup baik, bersih, dan tertata rapi dengan penerapan
kedisiplinan yang tinggi untuk menjaga kebersihan.
17. Kantin
Kantin SMA Plus Negeri 7 kota Bengkulu terletak di belakang kelas X, di dekat LAB
Bahasa dan di dekat ruang BK. Kantin tersusun memanjang dengan berbagai jajanan.
Kantin digunakan tidak hanya oleh siswa, tapi juga oleh guru dan karyawan sekolah.
18. Parkir
SMA Plus Negeri 7 kota Bengkulu memiliki lahan parkir yang cukup luas dan
digunakan untuk lahan parkir guru, staf, dan siswa.
2.2Mengajar Terbimbing dan Refleksi
2.2.1 Mengajar Secara Terbimbing
Setelah selesai kegiatan observasi atau pengenalan lapangan maka memasuki tahap
pelatihan dasar mengajar secara terbimbing yang dimulai tanggal 26 september . Pada tahap
ini praktikan berlatih mengintegrasikan berbagai kemampuan keguruan secara utuh di kelas
dibawah bimbingan guru pamong dan dosen pembimbing dengan pendekatan supervise
klinis. Kemampuan keguruan yang seharusnya dipraktikkan di kelas adalah keterampilan
dasar mengajar yang telah didapat praktikan pada perkuliahan micro teaching (PPL-1).
Keterampilan dasar mengajar tersebut meliputi :
1. Keterampilan bertanya dasar dan bertanya lanjut
2. Keterampilan memberikan penguatan
3. Keterampilan memberikan variasi
4. Keterampilan menjelaskan
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
7. Keterampilan mengelola kelas
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Berhasil atau tidaknya kegiatan mengajar tergantung pada kesiapan seorang guru untuk
mengajar, karena di dalamnya terjadi proses interaksi mentransfer ilmu dan proses
perubahan tingkah laku kearah yang positif sehingga anak didik menjadi lebih baik , dewasa
dan bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan diperlukan persiapan yang
matang. Pada pelatihan keterampilan dasar mengajar inilah akan dilatih segala sesuatu yang
menyangkut hal diatas.
Dengan berpedoman pada silabus yang telah dibuat sekolah sesuai dengan kurikulum
KTSP, praktikan mempersiapkan desain dan perangkat pembelajaran yaitu Rencana
Pelaksanaan Pengajaran yang selanjutnya dikonsultasikan dengan guru pamong dan dosen
pembimbing. Dari hasil konsultasi/bimbingan tersebut praktikan mengetahui desain dan
perangkat pembelajaran yang cocok dan benar sesuai dengan kondisi penalaran siswa serta
praktikan merasa lebih siap untuk praktik mengajar dikelas.
Setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas yangdibimbing langsung oleh
guru pamong dan dan dosen pembimbing, kemudian diadakan balikan guna mengevaluasi
pelaksanaan pengajaran yang baru saja praktikan lakukan di kelas. Dalam kegiatan ini guru
pamong dan dosen pembimbing menyebutkan kekurangan atau kelemahan yang dilakukan
praktikan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung yang tentunya harus diperbaiki agar
proses belajar mengajar selanjutnya menjadi lebih baik, serta mendiskusikan hal-hal yang
harus dipertahankan dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Selain itu praktikan juga
diberikan motivasi dan masukan-masukan oleh guru pamong dan dosen pembimbing guna
meningkatkan kemampuan praktikan dalam mengajar dikelas selanjutnya.
Kendala yang dihadapi pada saat mengajar mandiri ini ialah adanya beberapa siswa
yang masih ribut/mengganggu teman lainnya pada saat proses belajar mengajar berlangsung
dan tidak meperhatikan presentasi teman-teman lainnya.
2.2.2 Refleksi Mengajar secara Terbimbing
Ada delapan keterampilan dasar mengajar yang harus praktikan integerasikan pada
pelaksanaan dasar mengajar di SMA Plus Negeri 7 kota Bengkulu, diantaranya, sebagai
berikut :
1. Keterampilan bertanya dasar dan bertanya lanjut
2. Keterampilan memberikan penguatan
3. Keterampilan memberikan variasi
4. Keterampilan menjelaskan
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
7. Keterampilan mengelola kelas
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Peran guru pamong dan dosen pembimbing sangat dibutuhkan dalam membantu praktikan
merefleksikan keterampilan dasar mengajar tersebut. Guru pamong meminta praktikan
meningkatkan pelaksanaan beberapa keterampilan dasar saja dari delapan ketrampilan dasar
mengajar yang ada, namun harus disesuaikan dengan materi dan metode yang digunakan
dalam setiap pertemuan. Kemudian guru pamong mengamati praktikan dalam menerapkan
keterampilan dasar mengajar ketika praktik mengajar di kelas. Selanjutnya setelah praktikan
selesai mengajar, guru pamong memberikan bimbingan dan perbaikan-perbaikan terhadap
kekurangan yang dilakukan praktikan dalam melaksanakan praktik mengajar di kelas.
Praktikan menyadari sepenuhnya kekurangan-kekurangan yang telah dilakukan ketika praktik
mengajar sehingga praktikan masih banyak membutuhkan bimbingan dari guru pamong.
Pada tahap ini praktikan berlatih mengintegrasikan berbagai kemampuan keguruan secara
utuh di kelas dibawah bimbingan guru pamong dan dosen pembimbing dengan pendekatan
supervise klinis. Adapun bimbingan supervise klinis dari guru pamong dan dosen
pembimbing terhadap praktikan difokuskan dalam hal :
1. Persiapan Mengajar
Dalam hal ini, sebelumnya praktikan diminta menyiapkan desain dan perangkat
pengajaran sesuai dengan materi atau pokok bahasan kimia kelas XII yang akan disampaikan
dengan berpedoman pada silabus mata pelajaran kimia kelas XII yang digunakan di SMA
Plus Negeri 7 kota Bengkulu. Dari perangkat pengajaran yang telah disiapkan tersebut
kemudian dikoreksi oleh guru pamong dan diberikan masukan serta praktikan diajak
berdiskusi membahas kesiapannya tampil dikelas nantinya.
2. Penerapan Keterampilan dasar mengajar secara terintegrasi
Selain itu, praktikan diminta juga menentukan keterampilan dasar yang akan dikontrakkan
di kelas nantinya. Dari keterampilan dasar tersebut kemudian didiskusikan mengenai cocok
tidaknya diintegrasikan dengan materi yang akan disampaikan. Dan pada akhirnya praktikan,
guru pamong dan dosen pembimbing menyepakati keterampilan dasar yang cocok yang akan
dilatihkan dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Pengelolaan proses belajar mengajar dan dampaknya terhadap siswa
Setelah praktikan dinyatakan siap dengan desain dan perangkat pengajarannya serta
menguasai keterampilan dasar mengajar yang akan dilaksanakan, praktikan dipersilahkan
berlatih langsung mengajar dikelas dengan didampingi oleh guru pamong dan dosen
pembimbing. Selesai mengajar, praktikan diberi evaluasi mengenai proses pengajaran
dikelas oleh guru pamong.
Dari evaluasi tersebut, praktikan mendapat masukan yaitu lebih meningkatkan
keterampilan pengelolaan kelas dan volume suara dalam kelas.yang sangat berarti bagi
pengembangan keterampilan mengajar.
Masukan yang disampaikan akan mengungkapkan kelemahan praktikan saat mengajar
disertai alternatif pemecahan masalah. Pada masa terbimbing ini mahasiswa akan dibimbing
untuk melaksanakan kegiatan kegiatan praktikum, yaitu membimbing siswa melaksnakan
praktikum pada mata pelajaran fisika.
Setelah pelaksanaan mengajar secara terbimbing praktikan kemudian melaksanakan
pelatihan mengajar secara mandiri. Tahapan pelatihan mengajar secara mandiri ini ialah
mengajar dan memberikan penilaian kepada siswa melalui tugas-tugas dan ulangan harian
dan remedi.
Kendala yang dihadapi praktikan adalah pada saat proses belajar mengajar
berlangsung dan beberapa siswa yang ribut dan menganggu temannya yang lain sehingga
pada saat praktikan menjelaskan materi tidak tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu,
dapat praktikan refleksikan sebagai calon guru sebaiknya praktikan harus tegas dalam
menegur atau memberi hukuman kepada siswa yang mengganggu tersebut sehingga
kegaduhan dalam kelas dapat cepat teratasi. Kendala lain yang dihadapai praktikan ialah
ketika pemberian penilaian kepada siswa melalui ulangan harian ada beberapa siswa yang
memperoleh nilai rendah tidak mau mengikuti kegiatan remedial yang praktikan adakan.
Untuk itu adanya bimbingan dengan guru pamong dapat memberikan solusi mengatasi
masalah pada pelaksanaan mengajar terbimbing.
2.3 Mengajar Mandiri dan Refleksi
2.3.1 Mengajar Secara Mandiri
Pelatihan dasar mengajar secara mandiri ini, dimulai tanggal 07 Nopember – Desember
2013, dan khusus bagi praktikan difokuskan mengajar di kelas XII IPA 5 dan XII IPA 3. Pada
tahap ini praktikan dituntut dapat berlatih secara mandiri dalam menerapkan dan
mengintegrasikan kemampuan keguruan dalam situasi nyata, pengayaan konteks dan
mengasah kemampuan refleksi.
Kegiatan yang dilaksanaakan pada pelatihan keterampilan mengajar secara mandiri ini,
praktikan diberi kesempatan mengajar di kelas tanpa diawasi secara langsung oleh guru
pamong dan dosen pembimbing. Pada pelatihan keterampilan mengajar mandiri ini praktikan
mencoba memantapkan lagi kegiatan yang dilakukan sebelumnya (pada saat mengajar
terbimbing) dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang praktikan lakukan pada pelatihan
keterampilan mengajar secara terbimbing. Di samping itu praktikan mencoba melakukan
pendekatan persuasif pada siswa sehingga memudahkan praktikan dalam mengelolah kelas
maupun berkomunikasi. Selain mengajar mandiri, praktikan juga diberi kesempatan untuk
membimbing kegiatan praktikum dan merencanakan serta menilai hasil dari proses belajar
mengajarnya yang telah praktikan laksanakan.
Pada tahap ini, guru pamong dan dosen pembimbing hanya memberikan masukan
terhadap hal-hal sangat perlu mendapat perhatian oleh praktikan dalam kegiatan
pembelajaran dan memberikan solusi ketika praktikan menemui hambatan atau masalah.
2.3.2 Refleksi Mengajar Secara Mandiri
Pada tahap pelatihan mandiri ini, praktikan sudah tidak didampingi oleh guru pamong
pada saat mengajar di dalam kelas. Tetapi persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum
mengajar harus tetap di konsultasikan dengan guru pamong. Praktikan tetap membutuhkan
masukan dari guru pamong maupun teman sesama praktikan. Untuk meningkatkan
keterampilan dalam mengajar praktikan juga mendapat masukan dari siswa.
Pada dasarnya tahap ini merupakan tahap akhir kegiatan PPL. Praktikan diberi kesempatan
berlatih secara mandiri untuk menerapkan secara utuh dan terintegrasi segala kemampuan
keguruan dalam situasi nyata di sekolah menengah, pengayaan konteks, dan mengasah
kemampuan refleksi. Fokus materi pembimbingan ditujukan pada pengembangan
kemampuan professional guru, yakni kemampuan membuat persiapan mengajar, penguasaan
keterampilan, pengelolaan proses belajar- mengajar, penampilan diri sendiri dan dampaknya
terhadap siswa.
Kreativitas praktikan sangat dituntut dalam pelaksanaan pelatihan mandiri. Hal ini
dilakukan agar siswa tidak bosan dengan pengajaran yang dilakukan. Dalam pelatihan
mandiri praktikan perlu mengembangkan pengetahuan tentang materi pelajaran dan psikologi
bagi seorang guru, karena setiap kelas tidak terlepas dari permasalahan siswa yang hiper
aktif, non aktif dll.
Pada tahap mandiri ini, mahasiswa praktikan juga diberi kesempatan membuat alat
penilaian berupa test yang di berikan kepada siswa setelah selesainya menyampaikan materi
atau satu pokok bahasan. Hal ini dilakukan selain untuk mengetahui keberhasilan praktikan
dalam mengajar juga untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dalam belajar.
2.4 Kegiatan Non Akademik dan Refleksi
2.4.1 Kegiatan Non Akademik
Dalam kegiatan non akademik banyak dilakukan pada SMA Plus Negeri 7 kota Bengkulu
ini. Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan yaitu kegiatan olahraga rutin setiap 1x dalam
seminggu yang diadakan dihari sabtu. Selain itu masih banyak lagi kegiatan non akademik
yang lain diantaranya Paskibraka, Sepak bola, Bola voli, Bola basket, PMR, dan lain-lainnya.
Dan Seluruh kegiatan ini memiliki dana dan angggaran sendiri dari donatur kesiswaan.
Setiap siswa harus memilih dan mengikuti satu kegiatan non akademik tersebut serta tidak
boleh pindah dipertengahan tahun. Jika siswa memiliki bakat dan kemampuan maka siswa
boleh memilih 2 kegiatan non akademik tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk menyalurkan
bakat dan mengembangkan potensi siswa.
2.4.2 Refleksi Kegiatan Non Akademik
Dalam kegiatan non akademik yang mahasiswa sebutkan diatas, semuanya berjalan
dengan baik dan mempunyai jadwal tersendiri setiap kegiatan dan diluar jam sekolah. Dalam
hal ini siswa juga ikut berperan dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut. Tetapi tidak semua
kegiatan yang bisa mahasiswa ikuti karena keterbatasan waktu.
2.5 Masalah Pembelajaran yang dipecahkan Praktikan dengan PTK
2.5.1Masalah Pembelajaran Yang Dihadapi Guru
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap guru kimia SMA Plus Negeri 7
kota Bengkulu, diketahui bahwa kurikulum yang digunakan di SMA Plus Negeri 7 kota
Bengkulu adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dari hasil observasi
diketahui bahwa secara keseluruhan dalam proses belajar mengajar, guru tidak terlalu
mendapatkan kesulitan yang begitu berarti karena semua permasalahan yang ditemui masih
bisa diatasi. Namun terdapat materi pelajaran yang dirasakan sulit bagi siswa materi kimia
unsur. Hal ini diketahui dengan rendahnya hasil belajar siswa pada materi tersebut.
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena faktor masalah belajar yakni kurangnya
antusias siswa terhadap proses belajar mengajar dikarenakan penggunaan metode dan model
pembelajaran yang monoton. Selain itu juga dikarenakan oleh rendahnya penguasaan materi
pada siswa.
Selain itu, setelah melakukan observasi pada tahap pelatihan mengajar terbimbing dan
tahap pelatihan mengajar mandiri masalah yang di hadapi pratikan pada saat proses
pembelajaran sedang berlangsung adalah adanya sebagian siswa yang mengeluh dan merasa
bosan jika pembelajaran hanya dengan menggunakan metode ceramah yang membuat proses
pembelajaran menjadi kurang efektif.
2.5.2 Pemecahan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut, maka praktikan mencoba menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran CONTEXTUAL TEACHING LEARNING dengan
media Komputer.
1. Landasan teori
a. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antar materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Hal ini
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapnnya dalam kehidupan sehari-hari. Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang
mendasari penerapan pembelajaran kontekstual dikelas. Ketujuh komponen tersebut antara
lain :
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata, yang
intinya bahwa pengetahuan seseorang itu hanya dapat dibangun oleh dirinya sendiri dan
bukannya diberikan oleh orang lain yang siap diambil dan diingat.
2. Bertanya (Questioning)
Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan,
jantung dari pengetahuan, dan aspek penting dari pembelajaran. Bertanya adalah suatu
strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi
gagasan-gagasan. Pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan siswa dapat digunakan
untuk merangsang siswa berfikir, berdiskusi dan berspekulasi.
3. Menemukan (Inquiry)
Inkuiri pada dasarnya adalah suatu ide yang kompleks, yang berarti banyak hal, bagi banyak
orang, dalam banyak konteks. Inkuiri menekankan bahwa mempelajari sesuatu itu dapat
dilakukan lebih efektif melalui tahapan inkuiri sebagai berikut, yaitu: mengamati,
menemukan dan merumuskan masalah, mengajukan dugaan jawaban (hipotesis),
mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar, yang esensinya bahwa belajar itu dapat diperoleh melalui kerjasama
dengan orang lain. Kerja kelompok, diskusi kelompok, dan pengerjaan proyek secara
berkelompok adalah contoh membangun masyarakat belajar.
5. Pemodelan (Modeling)
Komponen pembelajaran kontekstual selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam
sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru.
Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas
belajar. Pemodelan, adalah pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan model/contoh.
Model bisa berupa benda, cara, metoda kerja, cara/prosedur kerja, atau yang lain, yang bisa
ditiru oleh siswa.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang
tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Siswa mendapatkan apa yang baru
dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima (Komalasari, 2013:12).
7. Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Authentic assessment adalah prosedur penilaian pada pembelajaran kontekstual. Assessmen
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan
belajar siswa. Authentic assessment merupakan pengukuran pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki oleh siswa, penilaian produk serta pemberian tugas-tugas yang relevan dan
kontekstual (Aqib, 2013:8).
b. Media Komputer
Pembelajaran berbasis komputer (CAI) merupakan pembelajaran secara langsung
dengan melibatkan komputer untuk mempresentasikan bahan ajar dalam suatu model
pembelajaran yang interaktif. Pemanfaatan komputer dalam proses belajar mengajar di
sekolah diharapkan dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran khususnya pada mata
pelajaran kimia.
Keuntungan pembelajaran berbasis komputer yaitu :
1. Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran.
2. Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan, melakukan kegiatan
laboratorium atau simulasi.
3. Memberi kesempatan lebih baik dalam mendukung pembelajaran individu sesuai
kemampuan siswa.
4. Dapat berhubungan dengan peralatan lain seperti compact disc, video tape dan lain
lain (Arsyad, 2009:55).
2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah hasil belajar kimia siswa di kelas XII IPA 1 SMA Plus Negeri 7 kota
Bengkulu Dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
dengan Media Komputer ?
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah hasil belajar
kimia siswa di kelas XII IPA 1 SMA Plus Negeri 7 kota Bengkulu Dengan menerapkan
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan Media Komputer
4. Manfaat Penelitian
1) Bagi siswa
Untuk meningkatkan keaktifan siswa dan kerja sama dalam kelompok terutama dalam
proses pembelajaran kimia sehingga dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam mesmecahkan masalah dalam
pembelajaran kimia.
2) Bagi Guru
Untuk menambah pengalaman guru untuk menggunakan variasi dari berbagai strategi
pembelajaran dan diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru lain mengenai
penerapan model pembelajaran CTL dengan Media Komputer membantu guru dalam
memecahkan masalah dalam pembelajaran khusunya Kimia.
3) Bagi sekolah
Diharapkan dapat memberikan sumbangan dan gambaran pemikiran dalam hal
perbaikan proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning dengan Media Komputer pada pembelajaran kimia untuk
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah khususnya bagi sekolah tempat penelitian.
4) Bagi peneliti
Sebagai pengalaman dan bekal pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan
Media Komputer
5. Instrumen yang digunakan
Dalam penelitian ini digunakan instrumen sebagai berikut:
a. Lembar tes
Tes digunakan untuk mengukur pemahaman konsep dan kemampuan berfikir kritis
siswa terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan. Tes diberikan setiap akhir
proses pembelajaran setiap siklus.
6. Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan dua siklus dimana
tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) tahap perencanaan tindakan, (2) tahap
pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi dan, (4) tahap refleksi (Arikunto, 2006).
Siklus 1
a. Tahap Perencanaan tindakan
Pada tahap ini perencanaan pembelajaran disusun sebagai berikut:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pokok bahasan hukum
faraday.
2. Menyiapkan Lembar Diskusi Siswa (LDS).
3. Membangun struktur kognitif siswa
4. Menyiapkan soal postest siklus 1
b. Tahap Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan 1 dilakukan dikelas XII IPA 1. Pelaksanaan tindakan dilakukan
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
c. Tahap observasi
Tahap observasi merupakan tahap untuk mengamati pelaksanaan tindakan dalam
proses pembelajaran.
d. Tahap refleksi
Refleksi terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching
and Learning dengan Media Komputer terhadap guru dan kegiatan siswa sehingga
diketahui apa yang belum tercapai pada proses pembelajaran. Berdasarkan hasil
evaluasi yang diperoleh, masalah-masalah atau kelemahan yang muncul selama
proses pembelajaran dapat diperbaiki pada siklus ke II.
Siklus II
Pada pelaksanaan siklus II ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran
pada siklus I, yang urutan kegiatannya ialah sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan tindakan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan perbaikan
kesalahan pada siklus I dengan mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran,
membuat LDS, mempersiapkan alat dan bahan ajar yang dibutuhkan dan
mempersiapkan alat evaluasi yang diperlukan.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah dibuat. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara berkelompok dan lama kegiatan
pembelajaran yang dilakukan adalah 2x45 menit.
c. Tahap observasi
Tahap observasi merupakan tahap untuk mengamati pelaksanaan tindakan dalam
proses pembelajaran.
d. Tahap refleksi
Refleksi terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching
and Learning dengan Media Komputer. dilakukan terhadap guru dan kegiatan siswa
sehingga diketahui apa yang telah tercapai pada proses pembelajaran. Hasil evaluasi
pada siklus II ini dapat digunakan untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya.
7.Teknik analisa data
Data tes dianalisa berdasarkan kriteria ketuntasan belajar klasikal, dimana proses belajar
mengajar secara klasikal dikatakan tuntas apabila 80% siswa memperoleh ≥75. Ketuntasan
belajar dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Rata-rata nilai X=ΣX
N
Keterangan:
ΣX= Jumlah nilai yang diperoleh
X = Nilai rata-rata
N = Jumlah siswa
2. Persentase ketuntasan belajar siswa
KB = NS x 100%
N
Keterangan:
KB = Ketuntasan belajar klasikal
NS = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥67
N = Jumlah siswa
Data kegiatan guru dan siswa dianalisis dengan menggunakan analisa data secara
deskriptif berdasarkan hasil penilaian guru,(Sudjana, 1989).
8. Deskripsi hasil dan pembahasan
a. Deskripsi Hasil
Dari hasil penelitian yang telah digunakan dengan menerapkan pembelajaran dengan
model Contextual Teaching and Learning dengan Media Komputer Siswa Kelas XII IPA
1 di SMAN Plus Negeri 7 Kota Bengkulu, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
SIKLUSI
Pada siklus I pembelajaran Kimia pada materi laju reaksi pokok bahasan menentukan
persamaan laju reaksi menggunakan 2 kategori penilaian, yaitu: nilai post test dan LDS. Dari
kedua penilaian tersebut dianalisis menjadi nilai akhir siswa dan digunakan untuk
memperoleh nilai ketuntasan belajar klasikal berdasarkan jumlah siswa yang memperoleh
nilai 65 keatas.
Nilai post test
Post test dilakukan diakhir pembelajaran dengan jumlah 2 soal berbentuk uraian
(essay). Dari data tersebut diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas
adalah sebanyak 8 siswa dari 28 siswa. Dengan persentase ketuntasan belajar sebesar
30,76 %
b. Nilai laporan
Nilai laporan berupa LDS (Lembar Diskusi Siswa) yang didalamnya terdapat
beberapa permasalahan yang harus dipecahkan siswa secara berkelompok berkenaan
dengan materi ajar. Dari hasil LDS diketahui bahwa jumlah siswa yang memperoleh
nilai 65 ke atas adalah 28 dari 28 siswa. Dengan persentase ketuntasan belajar sebesar
100 %.
c. Nilai akhir
Nilai akhir dihitung berdasarkan nilai post test dan laporan yang masing-masing nilai
dihitung presentasenya (post test dikalikan 75%, laporan dikalikan 25 %). Dari nilai
akhir tersebut dianalisis untuk mendapatkan data rata-rata skor dan ketuntasan belajar
klasikal. Nilai rata-rata skor pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 1 Tabel nilai rata-rata skor
Siklus Jumlah siswa
(N)
Jumlah nilai siswa
(ΣX)
Nilai rata-rata (X)
I 28 1635 62,88
Tabel. 2 Tabel presentase ketuntasan belajar siswa
Siklus Jumlah Jumlah siswa yang Persentase ketuntasan
siswa mendapatkan nilai ≥
75
belajar klasikal
I 28 8 30,76 %
Dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus I belum
mencapai ketuntasan belajar klasikal karena menurut wawancara yang dilakukan terhadap
guru kimia SMA Plus Negeri 7 Bengkulu, diketahui bahwa kurikulum yang digunakan di
SMA Plus Negeri 7 Bengkulu adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimana
kriteria keberhasilan dan ketuntasan belajar di SMA Plus Negeri 7 Bengkulu secara klasikal
dikatakan berhasil jika 85% siswa memperoleh nilai 75 ke atas.
Refleksi siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan lembar tes berupa nilai laporan (LDS)
disimpulkan bahwa pada siklus 1 siswa sudah mulai memperhatikan penjelasan dari
guru tentang materi pelajaran yang akan disampaikan, siswa sudah mulai bekerja
sama dalam mengerjakan lembar kerja yang diberikan. Sedangkan dari nilai posttest
baru 30,76% siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, dimana
kriteria keberhasilan dan ketuntasan belajar di SMA Plus Negeri 7 Bengkulu secara
klasikal dikatakan berhasil jika 85% siswa memperoleh nilai 75 ke atas.
Siklus II
Pada siklus II pembelajaran Kimia pada materi Termokimia pokok bahasan Entalpi
Pembentukan menggunakan 2 kategori penilaian, yaitu: nilai post test dan LDS. Dari kedua
penilaian tersebut dianalisis menjadi nilai akhir siswa dan digunakan untuk memperoleh nilai
ketuntasan belajar klasikal berdasarkan jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 keatas.
a. Nilai post test
Post test dilakukan diakhir pembelajaran dengan jumlah 2 soal berbentuk uraian
(essay). Dari data tersebut diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas
adalah sebanyak 25 siswa dari 28 siswa. Dengan persentase ketuntasan belajar
sebesar 88,46%.
b. Nilai laporan
Nilai laporan berupa LKS (Lembar kerja siswa) yang didalamnya terdapat beberapa
permasalahan yang harus dipecahkan siswa secara berkelompok berkenaan dengan
materi ajar. Dari hasil LKS diketahui bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai 65
ke atas adalah 25 dari 28 siswa. Dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 100 %.
c. Nilai akhir
Nilai akhir dihitung berdasarkan nilai post test dan laporan yang masing-masing nilai
dihitung presentasenya (post test dikalikan 75%, laporan dikalikan 25 %). Dari nilai
akhir tersebut dianalisis untuk mendapatkan data rata-rata skor dan ketuntasan belajar
klasikal. Nilai rata-rata skor pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 3 Tabel nilai rata-rata skor
Siklus Jumlah siswa
(N)
Jumlah nilai siswa
(ΣX)
Nilai rata-
rata (X)
I 28 1899 73,03
Dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus II diketahui
bahwa rata-rata skor siswa meningkat ± 3,22 yakni dari 62,88 pada siklus I menjadi 73,03
pada siklus II. Sedangkan untuk presentase ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada tabel.8
Tabel. 4 Tabel presentase ketuntasan belajar siswa
Siklus Jumlah
siswa
Jumlah siswa yang
mendapatkan nilai ≥ 65
Persentase
ketuntasan belajar
klasikal
I 28 25 88,46 %
Refleksi siklus II
Dari hasil refleksi analisis observasi siswa pada siklus II aspek-aspek observasi siswa
diketahui bahwa aktivitas siswa lebih baik daripada siklus 1 dimana nilai ketuntasan belajar
secara klasikal meningkat dari 71,875% menjadi 88,46%.
9. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan terlihat bahwa penggunaan model
pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dengan Media Komputer di kelas
XII IPA 1 SMA Plus Negeri 7 Bengkulu berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Hal
ini dapat dilihat dari meningkatnya rata-rata skor dan presentase ketuntasan klasikal seperti
yang terlihat pada tabel 5 dan 6.
Tabel 5. Nilai rata-rata skor pada siklus I dan siklus II
Uraian Siklus I Siklus II Keterangan
Rata-rata Skor 62,88 73,03 Meningkat 10,15
Seperti yang terlihat pada hasil tersebut, diketahui bahwa terjadi peningkatan pada rata-
rata skor siswa maupun ketuntasan belajar klasikal antara siklus I dan siklus II. Untuk rata-
rata skor meningkat 10,15point, yakni dari 62,88 menjadi 73,03.
Tabel 6. Presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I dan siklus II
No Siklus Presentase ketuntasan klasikal Keterangan
1 I 30,76 % Meningkat
57,7%2 II 88,46%
Sedangkan untuk presentase ketuntasan belajar klasikal meningkat 57,7%, yaitu dari
30,76% menjadi 88,46%.
Dari data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan
menggunakan model Contextual Teaching and Learning dengan Media Komputer
mempunyai pengaruh yang baik terhadap hasil belajar siswa yakni ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai ketuntasan belajar siswa.
Meningkatnya ketuntasan belajar siswa ini disebabkan oleh model Contextual Teaching
and Learning dengan Media Komputer yang turut mendukung pembelajaran ini. Dimana
guru membentuk kelompok siswa dimana melalui kelompok ini sesama anggota kelompok
dapat berdiskusi antara satu dengan yang lainnya (sharing) yang memberikan kontribusi yang
besar dalam melakukan bimbingan terhadap temannya yang kurang mengerti, hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Nurhadi (2002) bahwa pembagian kelompok yang heterogen,
siswa pandai dapat mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu. Siswa
yang mempunyai kemampuan rendah atau sedang akan lebih cepat mengajukan pertanyaan
kepada temannya sendiri yang memiliki kemampuan lebih dan mngerti. Dengan demikian
proses pembelajaran akan berjalan dengan lebih baik.
Dengan demikian berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMA Plus Negeri 7
Kota Bengkulu kelas XII IPA 1 dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model Contextual Teaching and Learning dengan Media Komputer memberikan hasil belajar
yang lebih baik dari pada dengan metode ceramah. Dengan adanya peningkatan hasil belajar
siswa pada tiap siklus, maka dapat dinyatakan bahwa siswa telah mampu beradaptasi dengan
baik terhadap model Contextual Teaching and Learning dengan Media Komputer. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model Contextual Teaching and Learning
dengan Media Komputer pada materi hukum faraday dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas XII IPA 1 SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu.
.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan PPL di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu, praktikan
menyimpulkan bahwa:
1. Kegiatan PPL merupakan wahana yang sangat tepat dalam menyiapkan tenaga
pendidikan yang professional, khususnya bagi calon guru.
2. Kegiatan PPL merupakan suatu program yang sangat efektif dan efisien bagi
mahasiswa keguruan untuk meningkatkan kualitas sebagai pendidik yang profesional
3. SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu merupakan salah satu sekolah yang bisa dikatakan
unggul yang ada di Kota Bengkulu. Dengan kualitas dan disiplin yang tinggi sehingga
menjadi tempat yang sangat baik bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan teori-teori
yang didapat di perkuliahan.
4. Peran guru pamong dan dosen pembimbing sangat menentukan keberhasilan
praktikan dalam melaksanakan PPL.
5. Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan Media
Komputer dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XII IPA 1 SMA Plus
Negeri 7 Kota Bengkulu. Hal ini terlihat dari peningkatan ketuntasan klasikal pada
siklus I 30,76% dan pada siklus II meningkat menjadi 88,46%.
3.2 Saran1. Tingkatkan komunikasi dan kerja sama antara guru pamong dan dosen pembimbing
secara intensif memberikan bimbingan kepada praktikan sehingga praktikan dapat
mengikuti pelaksanaan PPL ini dengan sebaik- baiknya dan sesuai dengan apa yang
diharapkan
2. Agar praktik pengalaman lapangan (PPL) ini berjalan dengan lancar, sebaiknya
praktikan menyiapkan penguasaan materi yang diajarkan, fisik dan mental secara baik
3. Untuk lebih memperlancar jalannya proses belajar mengajar sebaiknya fasilitas
pendidikan lebih dilengkapi
4. Penggunaan metode dan media pembelajaran sebaiknya lebih bervariatif
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung :
Cv.Yrama Widya
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ( Edisi Revisi ). Jakarta:
Rineka Cipta
Depdiknas. 2003. Kurikulum Kimia 2004 Standar Kompetensi Mata pelajaran Kimia.
Jakarta: Dinas Pendidikan Nasional
Purba, Michael.2006. Kimia untuk SMA kelas XII. Jakarta: Erlangga
Unit Program Pengalaman Lapangan (UPPL). 2010. Buku Panduan Praktik Pengalaman
Lapangan. Bengkulu.Unib