Lapkas RM Randy

28
PENDAHULUAN DEFINISI Sindrom “Low Back Pain” (LBP) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan sekitarnya. LBP tidak mengenal perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat pendidikan, semuanya bisa terkena LBP. Lebih dari 80 % umat manusia dalam hidupnya pernah mengalami LBP. 1 INSIDEN LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalensi rata-rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2 untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi. Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi 1

Transcript of Lapkas RM Randy

PENDAHULUAN

DEFINISI

Sindrom “Low Back Pain” (LBP) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan

gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung

bagian bawah dan sekitarnya.

LBP tidak mengenal perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat

pendidikan, semuanya bisa terkena LBP. Lebih dari 80 % umat manusia dalam

hidupnya pernah mengalami LBP.1

INSIDEN

LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri.

Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama

hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalensi rata-

rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling sering

dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2 untuk

alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di rumah sakit,

dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi.

Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40%

penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang,

prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan

pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%. 1

ETIOLOGI

Dalam klinik LBP dibagi dalam 4 kelompok:

1. LBP oleh faktor mekanik.

LBP oleh mekanik akut

Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara mendadak melampaui

batas kemampuan sendi dan otot atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu

terlampau lama.

LBP oleh mekanik kronik (menahun)

1

Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek, yaitu sikap tubuh yang

membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes

mendatar. Sikap tubuh yang demikian mendorong Titik Berat Badan (TBB)

tergeser ke arah depan sebagai kompensasi agar keseimbangan tubuh tetap

terjaga. Disamping akibat sikap tubuh yang jelek, pergeseran TBB ke arah depan

terlihat juga pada wanita-wanita yang gemar memakai sepatu dengan tumit

tinggi

2. LBP oleh faktor organik

LBP osteogenik

Radang

Trauma

Keganasan

Kongenital

LBP diskogenik

Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus invertebra. Bentuk dan

gangguan yang sering dijumpai ialah :

Spondilosis

Adalah suatu proses degenerasi progresif diskus invertebra. Keadaan ini

menimbulkan nyeri yang berasal dari 2 macam sumber:

- Osteoartritis

- Radikulus jebakan, radiks terjebak dalam perjalanannya melewati

foramen invertebra yang menyempit, sebenarnya nyeri tidak

bersumber pada tekanan radiks secara langsung, melainkan dari

tekanan sarung duramater yang mengakibatkan iskemik dan

inflamasi.

Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

- Hernia posterosentral, mengakibatkan LBP oleh penekanan ligamen

longitudinal posterior. Tidak ada kompresi radiks karena tidak ada

iskias.

- Hernia posterolateral, sangat mungkin melibatkan radiks karena ke

arah posterolateral ini tidak ada perlindungan ligamen longitudinal

posterior. Timbul LBP disertai iskias.

2

Spondilitis ankilosa

Biasanya dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke atas daerah

leher. Gejala permulaan bersifat ringan, sering hanya berupa kaku.

Keluhan terutama dirasakan pada waktu pagi bangun tidur, membaik

setelah melakukan pergerakan. Khas ditemukan gambaran ruas-ruas

bambu (bamboo spine) pada pemeriksaan radiologik.

LBP neurogenik

Neoplasma

Arakhnoiditis

Stenosis kanal

3. Nyeri Rujukan

4. Nyeri Psikogenik

FAKTOR RESIKO

Faktor risiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk, masalah

psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura

>80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti

duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh

kerja yang statik), mengangkat dan membawa beban yang berat, menarik beban,

membungkuk, serta kehamilan.

GAMBARAN KLINIK

Pada umumnya para penderita berusia dekade kedua. Keluhan nyeri dapat menjalar dan

tidak menjalar. Pada tahap yang lebih ringan, nyeri biasanya hanya di sekitar daerah

pinggang dan tidak menjalar, bisa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau

hanya pegal pada otot pinggang. Pada tahap yang lain, nyeri dirasakan dari daerah

pinggang dapat menjalar ke arah leher ataupun ke arah bokong, paha, belakang tumit

dan telapak kaki. Jika nyeri menjalar ke arah daerah leher dapat dipikirkan adanya

spondilitis ankilosa, terlebih jika nyeri terutama dirasakan pada waktu bangun pagi dan

menghilang saat melakukan pergerakan. Jika nyeri menjalar ke arah bokong, paha,

belakang tumit hingga telapak kaki, maka dapat dipikirkan adanya gejala iskias yang

khas pada penderita HNP.3

3

DIAGNOSIS

Pendekatan diagnostik dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan khusus,

serta pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Dalam melakukan anamnesis pada pasien dengan kasus LBP, yang utama dijabarkan

ialah mengenai anamnesis nyeri, seperti kapan nyeri terjadi, sifat nyeri, lokasi nyeri,

faktor resiko dan pekerjaan, riwayat trauma serta gejala lainnya yang dapat menyertai.

Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:

1. Nyeri pinggang lokal

Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke

kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia,

otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.

2. Iritasi pada radiks

Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang

bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya

perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang

pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.

3. Nyeri rujukan somatis

Iritasi serabut-serabut sensoris di permukaan dapat dirasakan lebih dalam pada

dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan

di bagian lebih superfisial.

4. Nyeri rujukan viserosomatis

Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan

panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.

5. Nyeri karena iskemia

Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat

dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh

penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.

4

6. Nyeri psikogen

Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom

dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.

Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan

intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler.

Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP menunjukkan adanya radikulopati

dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak daripada

nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga

biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.2

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dimulai pada saat pasien masuk ke dalam ruang periksa. Gaya berjalan

(gait), cara pasien hendak duduk, sikap duduk yang disukainya harus diketahui. Pada

pemeriksaan fisik harus dipehatikan hal-hal pokok seperti status generalis, status lokalis,

status neuromuskular yang meliputi pemeriksaan motorik, pemeriksaan sensorik,

refleks-refleks serta tes provokasi.

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk memastikan penyebab

LBP:

1. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumboskral yang bermanfaat

untuk diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian diskogenik.

2. Pemeriksaan EMG, merupakan diagnosa pasti untuk membuktikan adanya

keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu.

3. Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu)

PENATALAKSANAAN

Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari:

1. Obat-obatan

Berupa golongan analgetika, dimana golongan ini terdiri dari analgetika antipiretik

dan analgetika narkotik. Yang umum digunakan adalah analgetik antipiretik yang

5

bekerja menghambat sintesa dan pelepasan “endogenous pain substance” sehingga

mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Disamping itu dikenal pula obat yang mempunyai

potensi anti-inflamasi disamping analgetik yaitu NSAID.

2. Penanganan Rehabilitasi Medik

Program Rehabilitasi Medik

1. LBP oleh faktor mekanik akut.

Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah, kompres air

hangat, bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari.

2. LBP oleh faktor mekanik kronik.

Pada keadaan ini hiperlordosis mendasari patofisiologi nyeri. Karena itu

tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan hiperlordosis

tersebut. Pada prinsipnya untuk :

- Latihan penguatan dinding perut, otot gluteus maksimus

- Latihan peregangan untuk otot yang memendek, terutama otot punggung dan

hamstring.

3. LBP oleh karena fraktur kompresi

Dikenal 2 macam penanganan :

- Konsevatif : tirah baring 4-6 minggu disusul mobilisasi dengan korset untuk 4-

6 minggu lagi, bila jenis fraktur stabil. Bila tidak stabil, diperlukan tirah baring

yang lebih lama (6-8 minggu)

- Operatif : Tindakan operatif merupakan indikasi bila kedudukan fragmen

fraktur jelek, sedangkan reposisi sulit dilakukan secara konservatif.

4. Osteoporosis

Selain mengakibatkan fraktur spontan, tak jarang mengakibatkan pula

spondilolistesis pada penderita usia lanjut. Penanganannya latihan-latihan,

pemasangan korset, pemanasan dangkal.

5. Keganasan

Terhadap fraktur patologik yang mungkin terjadi atau instabilitas tulang

belakang dapat diberikan korset.

6. Hernia Nukleus Pulposus

Penanganannya : konservatif

6

-Tirah baring selama 3-5 hari dengan alas keras selama fase akut, dengan posisi

semi Fowler

- Terapi fisik, biasanya diberikan diatermi dalam (SWD), asal tidak ada

kontraindikasi berupa : tumor, gangguan sensibilitas, implantasi metal.

- Traksi pelvis, tujuannya untuk relaksasi otot, memperbaiki lordosis, dan

meregangkan diskus yang meyempit. Kontra indikasi traksi : infeksi tulang,

keganasan, fraktur, osteoporosis.

- Latihan-latihan yang pada prinsipnya untuk memperkuat otot-otot tulang

belakang

Tindakan operatif :

- Kegagalan konservatif (kekambuhan sering terjadi)

- Adanya gangguan neurologis yang progresif (kelemahan otot)

Nukleolisis, merupakan metoda alternatif setelah operatif gagal.

Modalitas Fisik

a. Terapi Panas

- Infra Red, mempunyai daya tembus yang superfisial, dapat memberikan rasa

nyaman karena dapat menguruhi hantaran perasaan sakit oleh serabut aferen.

- MWD, prinsip pemanasan melalui elektromagnetik potensial. Daya tembus

dapat mencapai subkutis, lemak, dan otot.

- SWD, prinsip pemanasan melalui elektrikal magnetikal.

- USD, prinsip pemanasan dengan high frequency vibration, memiliki daya

tembus yang paling besar.

b. Terapi Dingin

Cold packs dan masase dengan balok es dapat digunakan sebagai terapi dingin.

c. Stimulasi Listrik (TENS)

Dapat digunakan pada LBP akut atau kronik untuk menurunkan rasa nyeri

d. Latihan

Relaksasi, berbaring di alas yang kaku dengan punggung lurus dan lutut

ditekuk. Atur nafas dalam hitungan dua-dua. Kepalnya tangan lalu biarkan

relaksasi, rasakan menyebar dari lengan ke punggung.

7

Pelvic tilt, tekan punggung ke bawah sehingga datar seluruhnya dan

menempel dasar selama 5-10 hitungan sebelum relaksasi kembali.

Lutut ke dada, tarik lutut kiri bergantian dengan kanan ke dada dengan

kedua tangan.

McKenzie Exercise:

Latihan ini dinamai sesuai dengan ahli terapi fisik dari New Zealand yang

menemukan bahwa ekstensi tulang belakang dapat mengurangi nyeri yang

ditimbulkan dari daerah discus intervertebralis. Secara teori, ekstensi juga

dapat mengurangi discus yang terherniasi dan mengurangi penekanan pada

cabang saraf. Pada pasien-pasien yang menderita nyeri tungkai akibat

herniasi discus (suatu radikulopati), ekstensi tulang belakang dapat

mengurangi nyeri tungkai dengan memusatkan nyeri (memindahkan nyeri

dari tungkai ke arah pinggang). Bagi sebagian besar pasien, nyeri

punggung bawah masih lebih dapat ditolerir dibandingkan dengan nyeri

tungkai, dan apabila pasien dapat memusatkan nyeri maka mereka dapat

meneruskan dengan terapi konservatif serta tidak memerlukan

pembedahan. Apabila nyeri bersifat akut, latihan perlu dilakukan lebih

sering (setiap satu sampai dua jam). Pasien juga sebaiknya menghindari

fleksi tulang belakang (membungkuk ke depan). Latihan McKenzie juga

dapat membantu pasien yang mengalami nyeri punggung bawah akibat

penyakit diskus degeneratif. Saat berada dalam posisi duduk atau

membungkuk ke depan, nyeri punggung bawah dapat menjadi lebih berat

pada pasien dengan penyakit diskus degeneratif, sedangkan ekstensi tulang

belakang dapat mengurangi penekanan pada diskus.

8

William Flexion Exercise :

William Flexion Exercise adalah salah satu bentuk latihan yang bertujuan mengurangi nyeri punggung bawah. Caranya adalah dengan menguatkan ( strengthening ) otot-otot abdomen dan gluteus maksimus, serta mengulur ( stretching ) otot-otot ekstensor

9

punggung. Bentuk latihannya berupa fleksi lumbosakral. Untuk dapat diaplikasikan dengan tepat, maka syaratnya adalah : (1) latihan setiap hari dan (2) tidak melebihi batas nyeri.

Bentuk gerakan intinya adalah :

Pasien tidur terlentang di tempat tidur atau di lantai dengan matras, sebaiknya alas yang dipakai agak keras. Terapis meltakkan tangannya di bawah lumbal. Pasien diminta untuk menekan tangan terapis tersebut dengan mengkontraksikan otot abdomen.

Posisi dan gerakan masih sama seperti yang pertama, hanya saja pasien diminta untuk mengangkat kepalanya ( melihat kakinya

sendiri ).

Posisi masih tidur terlentang. Minta pasien untuk mengangkat kepala dan menekuk salah satu tungkainya ke arah dada dan dipegangi sendiri dengan kedua tangannya. Menekuknya tungkai pasien ke dada harus dengan kontraksi otot abdomen, bukan karena ditarik tangan pasien.

Masih sama dengan gerakan ke-3, hanya saja kali ini dengan kedua tungkai ditekuk ke arah dada bersamaan.

10

Posisi pasien seperti akan melakukan start lari. Di mana dada didekatkan ke paha dengan mengkontraksikan otot abdomen.

Pasien berdiri tegak dengan bersandar pada dinding, di mana salah satu tungkai lebih ke depan dan salah satu lagi di belakang. Minta pasien untuk berjalan, setiap kali melangkah berat badan dipusatkan pada kaki yang di depan.

e. Masase

Efek yang timbul dalam pemberian masase adalah bersifat reflektoris dan

mekanik.

Edukasi

Edukasi penderita (Proper Back Mechanism):

- Waktu berdiri:

11

1. Jangan memakai sepatu dengan tumit yang terlalu tinggi.

2. Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode jongkok sebentar.

3. Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk tapi tekuklah

pada lutut.

- Waktu berjalan:

Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa-gesa.

- Waktu duduk:

1. Busa kursi jangan terlalu lunak.

2. Punggung kursi mempunyai kontur bentuk S, seperti kontur tulang

punggung.

3. Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut lebih rendah dari

paha.

4. Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan

punggung kursi.

- Waktu tidur:

Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar, alas tidur sebaiknya yang

keras.

- Olahraga:

Pada penderita LBP dimana kondisi punggung belum stabil harus

menghindari olahraga yang bersifat beregu. Yang dianjurkan adalah olahraga

perorangan yaitu berenang dan jogging.1

LAPORAN KASUS

Identitas

Nama : Ny. D. M

Umur : 52 tahun

Alamat : Bahu Lingk. II

Agama : Katholik

12

Pekerjaan : Pensiunan (perawat)

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Minahasa

Tanggal Periksa : 23 April 2012

Anamnesis

Keluhan utama : Nyeri punggung bawah

Nyeri pada punggung bawah dialami penderita sejak 1 tahun terakhir yang bersifat

hilang timbul terutama sebelah kiri. Penderita merasa nyeri pada saat sedang

beraktivitas dan berkurang jika beristirahat. Nyeri seperti rasa pegal yang hebat, tidak

dipengaruhi waktu dan tidak menjalar. Nyeri tidak diikuti dengan kelemahan anggota

gerak bawah. Nyeri dirasakan menghilang sementara saat penderita minum obat (asam

mefenamat) dan menggosokkan obat gosok maupun dipijit. Riwayat trauma ( - ) .

BAB / BAK biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu:

- Hipertensi : sejak 3 tahun lalu terkontrol

- Asam urat : sejak 1 tahun yang lalu terkontrol

- Kolesterol : disangkal

Riwayat Kebiasaan:

- Penderita seorang pensiunan, sehari – harinya melakukan pekerjaan Rumah

Tangga yaitu sering mengangkat ember berisi baju yang baru dicuci dari

lantai sampai ke tempat jemuran setiap kali habis mencuci.

- Setiap harinya penderita menyapu halaman menggunakan sapu lidi yang

sudah pendek.

- Penderita juga sering kali menggunakan sepatu hak tinggi saat sedang

bepergian.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.

13

Riwayat sosial dan ekonomi:

Penderita mempunyai seorang suami dengan 4 orang anak. Rumah 1 lantai, WC

jongkok. Biaya pengobatan dibiayai sendiri (umum).

Pemeriksaan Fisik

Status generalis

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Kompos Mentis

GCS : E4M6V5

Tanda vital : Tekanan Darah = 120/80 mmHg

Nadi = 80 x/menit

Respirasi = 20 x/menit

Suhu = 36,3o C

Berat badan : 68 kg

Tinggi badan : 166 cm

Kepala : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)

Pupil bulat isokor ø 3 mm kiri = kanan, RC (+/+), RCTL (+/+)

Leher : Trakhea letak ditengah, pembesaran KGB (-)

Thoraks : Simetris kiri = kanan, retraksi (-)

Cor : SI-II normal, bising (-)

Pulmo : Sp. Vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)

Hepar/Lien : tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-)

Status lokalis (Regio Lumbosakralis)

- Inspeksi : Alignment tulang belakang lurus, tanda radang (-), oedema (-)

- Palpasi : Hangat (-), Nyeri tekan (+) vertebra L3-L4

Tes lipat kulit (+) L3-L4

- ROM Trunkus : Fleksi : 600 (nyeri)

Ekstensi : 100 (nyeri)

Laterofleksi (d / s) : 300 / 300 (tidak nyeri)

Rotasi (d / s) : 200/ 200 (tidak nyeri)

14

Status neuromuskular :

Pemeriksaan Inferior

Dekstra Sinistra

Gerakan Normal Normal

Kekuatan Otot L2:5

L3:5

L4:5

L5:5

S1:5

L2:5

L3:5

L4:5

L5:5

S1:5

Tonus Otot Normal Normal

Trofi Otot Eutrofi Eutrofi

Refleks Fisiologis ++ ++

Refleks Patologis (-) (-)

Sensibilitas L1 : 2

L2: 2

L3: 2

L4: 2

L5:2

S1: 2

L1 : 2

L2: 2

L3: 2

L4: 2

L5:2

S1: 2

Tes Provokasi

TEST DEKSTRA SINISTRA

Naffziger (-) (-)

Patrick (-) (-)

Kontra Patrick (-) (-)

Bragard (-) (-)

15

Sicard (-) (-)

Lasegue (-) (-)

Valsava (-) (-)

Pemeriksaan Penunjang :

X - Foto lumbosakral AP / lateral

Kesan : Spondilosis Vertebrae L3 – L4

Visual Analogue Scale (VAS):

Resume:

Dilaporkan pasien wanita, 52 tahun dengan keluhan utama nyeri punggung bawah. Dari

anamnesis didapatkan nyeri dialami penderita sejak 1 tahun terakhir yang bersifat

hilang timbul terutama sebelah kiri. Penderita merasa nyeri seperti rasa pegal yang

hebat pada saat sedang beraktivitas dan berkurang jika beristirahat. Nyeri dirasakan

menghilang sementara saat penderita minum obat (asam mefenamat) dan

menggosokkan obat gosok maupun dipijit. Riwayat trauma ( - ) . BAB / BAK biasa.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, pada status

lokalis didapatkan nyeri tekan setinggi L3 - L4, VAS : 4. Dari pemeriksaan ROM

Trunkus didapatkan keterbatasan dalam gerakan fleksi 60N dan ekstensi 10°. Status

motorik dan sensorik dalam batas normal, serta pada pemeriksaan tes provokasi tidak

ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan X – foto lumbosakral AP /

lateral dan didapatkan kesan spondilitis vertebrae L3 – L4.

Diagnosis

Diagnosis Klinis : Low Back Pain

16

Diagnosis Topis : Vertebra lumbalis (L3-L4)

Diagnosius Etiologi : Trauma mekanik kronik

Diagnosis Fungsional : Gangguan AKS pada gerakan fleksi hip

Terapi

Medikamentosa : Anti Inflamasi Non Steroid

Rehabilitasi Medik

Problem Rehabilitasi Medik : - Spasme otot-otot paravertebral L3-L4

- Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)

- Keterbatasan LGS pada gerak fleksi hip

Program Rehabilitasi Medik

- Fisioterapi

Evaluasi : - Spasme otot-otot paravertebral L3-L4

- Keterbatasan LGS pada gerak fleksi hip

Program : - Infra Red regio lumbal L3-L4

- TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)

- Massage gentle lumbal L3-L4

- Proper Back Mechanism

- Back Exercise (McKenzie Exercise dan William Flexor Exercise).

- Terapi Okupasi :

Evaluasi : - Gangguan AKS

- Spasme otot-otot paravertebral L3-L4

- Keterbatasan LGS pada gerak fleksi hip

Program :- Memberikan penjelasan untuk menghindari kegiatan

membungkuk saat mengangkat beban atau dalam melakukan

kegiatan harus memperhatikan proper back mechanism.

17

--Latihan penguatan otot punggung dengan aktivitas

keterampilan

- Ortotik prostetik

Evaluasi : Keterbatasan LGS pada gerak fleksi hip

Program : Untuk saat ini belum diperlukan

- Psikologi

Evaluasi : - Motivasi untuk menjalankan terapi atau latihan yang baik dan

teratur

- Pada saat ini penderita tidak ada masalah keluarga, pekerjaan

dan sosial

Program : Konseling dan support mental agar penderita menjalani terapi

secara teratur.

- Sosial medik

Evaluasi : - Saat ini penderita bekerja sebagai pensiunan pegawai negeri

dan untuk kebutuhan berobat dibiayai sendiri (umum)

Program : - Memberikan motivasi pada penderita agar terus melanjutkan

program rehabilitasi medic

- Home visit

Edukasi :

- Proper Back Mechanism

Waktu berdiri : - Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode

jongkok sebentar.

- Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk tapi

tekuklah pada lutut.

Waktu berjalan : - Berjalan dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa-

gesa.

18

Waktu duduk : - Busa kursi jangan terlalu lunak

- Punggung kursi mempunyai kontur bentuk S, seperti kontur

tulang punggung.

- Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut lebih

rendah dari paha.

- Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin

kontak dengan punggung kursi.

Waktu tidur : - Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar, alas tidur

sebaiknya yang keras.

- Saat mengangkat barang, terlebih dahulu tekuk lutut dan berjongkok, jaga

punggung agar tetap lurus dan kepala juga lurus selama mengangkat. Pastikan

benda selalu menempel pada tubuh, selama mengangkat dan membawanya.

Jangan mendadak atau menyentak mengangkat dan jangan memutar atau

menyamping. Ketika membawa suatu benda, gunakan postur yang tepat yaitu

berdiri tegak. Jangan terlalu membungkuk ketika berjalan. Membawa dengan

beban di depan dan menempel ke tubuh.

Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. Sengkey, L, Angliadi, L.S, Dr. Gessal, J, Dr. Mogi, Th. I, Dr. Buku Diktat

Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado : Fak. Kedokteran UNSRAT.

2006.

2. Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.

19

3. Priguna Sidharta. 1996. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta :

Dian Rakyat.

4. Chusid, IG. 1993. Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional,

Yogyakarta : Gajahmada University Press.

5. Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua.Yogyakarta: Gajahmada

University Press.

20