Lapkas Rm Stroke Edit1

25
BAB I PENDAHULUAN Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. 1 Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga di Amerika dan merupakan penyebab utama disabilitas serius jangka panjang. Delapan puluh lima persen stroke adalah non-hemoragik yang terdiri dari 25% akibat small vessel disease (stroke lakunar), 25% akibat emboli dari jantung (stroke tromboemboli) dan sisanya akibat large vessel disease.Riset kesehatan dasar tahun 2007 mendapatkan prevalensi stroke nasional sebesar 0.8%. Stroke juga menjadi penyebab kematian paling tinggi yaitu mencapai 15.9% pada kelompok umur 45 sampai 54 tahun dan meningkat jadi 26.8% pada kelompok umur 55 sampai 64 tahun. 2 Pengobatan yang tepat dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dan meningkatkan tingkat pemulihan yang dapat diharapkan. Peningkatan pengobatan dari semua jenis stroke telah menghasilkan penurunan drastis dalam tingkat kematian dalam beberapa dekade terakhir. Rehabilitasi diperlukan untuk memperbaiki fungsi akibat gangguan ini. 3,4 Adanya permasalahan akibat gangguan motorik dan sensorik setelah penderita stroke melewati masa kritis 1

description

lapkas

Transcript of Lapkas Rm Stroke Edit1

Page 1: Lapkas Rm Stroke Edit1

BAB I

PENDAHULUAN

Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah adanya tanda-

tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)

dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang dapat

menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.1

Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga di Amerika dan

merupakan penyebab utama disabilitas serius jangka panjang. Delapan puluh lima persen

stroke adalah non-hemoragik yang terdiri dari 25% akibat small vessel disease (stroke

lakunar), 25% akibat emboli dari jantung (stroke tromboemboli) dan sisanya akibat large

vessel disease.Riset kesehatan dasar tahun 2007 mendapatkan prevalensi stroke nasional

sebesar 0.8%. Stroke juga menjadi penyebab kematian paling tinggi yaitu mencapai

15.9% pada kelompok umur 45 sampai 54 tahun dan meningkat jadi 26.8% pada

kelompok umur 55 sampai 64 tahun.2

Pengobatan yang tepat dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dan

meningkatkan tingkat pemulihan yang dapat diharapkan. Peningkatan pengobatan dari

semua jenis stroke telah menghasilkan penurunan drastis dalam tingkat kematian dalam

beberapa dekade terakhir. Rehabilitasi diperlukan untuk memperbaiki fungsi akibat

gangguan ini.3,4

Adanya permasalahan akibat gangguan motorik dan sensorik setelah penderita

stroke melewati masa kritis menyebabkan diperlukannya rehabilitasi medis agar

penderita dapat meningkatkan kemampuan fungsional yang dimilikinya semaksimal

mungkin.5

Rehabilitasi adalah semua upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari

semua keadaan yang menimbulkan disabilitas dan atau handicap serta memungkinkan

penyandang disabiliti dan atau handicap untuk berpartisipasi secara aktif dalam

lingkungan keluarga atau masyarakat.6

Rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim rehabilitasi yang terdiri dari dokter

rehabilitasi medis, fisioterapis, terapis okupasi, perawat rehabilitasi, pekerja sosial medis,

terapis wicara, psikolog, ortotis prostetis, dan lain-lain. Tim rehabilitasi akan menjadi

sangat efektif apabila upaya-upaya tersebut di koordinasikan dan diadakan pertemuan

secara berkala untuk membahas mengenai kemajuan dan kendala tiap pasien serta

1

Page 2: Lapkas Rm Stroke Edit1

ditunjang oleh adanya interaksi yang baik antara penderita dan keluarganya dengan

personil medik.6

Manfaat rehabilitasi pada penderita stroke bukan untuk mengubah defisit

neurologis melainkan menolong penderita untuk mencapai fungsi kemandirian

semaksimal mungkin dalam konteks lingkungannya. Jadi tujuannya adalah lebih ke arah

meningkatkan kemampuan fungsional daripada memperbaiki defisit neurologis atau

mengusahakan agar penderita dapat memanfaatkan kemampuan sisanya untuk mengisi

kehidupan secara fisik, emosional, dan sosial ekonomi dengan baik.6

Berikut ini disampaikan sebuah laporan kasus seorang penderita dengan

hemiparesis dextraet causa stroke iskemik yang dirawat di bagian Rehabilitasi Medik

RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

2

Page 3: Lapkas Rm Stroke Edit1

Stroke menurut WHO didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang

cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian tanpa adanya

penyebab lain yang jelas selain vaskuler.1

2. Epidemiologi

Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di

dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang

berkembang.7,8

Menurut taksiran World Health Organization (WHO), sebanyak 20,5 juta jiwa di

dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal

dunia. Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus

stroke di dunia.9

Di Amerika Serikat, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama yang

menyebabkan kematian. Posisi di atasnya dipegang penyakit jantung dan kanker.Setiap

tahun terdapat laporan 700.000 kasus stroke.Sebanyak 500.000 diantaranya kasus

serangan pertama, sedangkan 200.000 kasus lainnya berupa stroke berulang.Sebanyak

75% penderita stroke menderita lumpuh dan kehilangan pekerjaan.Di Indonesia penyakit

ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak 28,5% penderita

stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya

15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.9

3. Klasifikasi Stroke

A. Berdasarkan Etiologi

1. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik adalah suatu kondisi yang terjadi terutama disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah di otak.Pembuluh darah pecah dan kemudian melepaskan

darah ke otak.Setelah pecahnya arteri, pembuluh darah tidak mampu membawa darah

dan oksigen ke otak dan menyebabkan sel mati. Alasan lain yang dapat menyebabkan

stroke hemoragik adalah darah yang mengalir ke otak akibat pecahnya pembuluh darah

tersebut membentuk gumpalan di dalam otak dan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

Hal ini dapat menyebabkan kerusakan fungsi otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik

3

Page 4: Lapkas Rm Stroke Edit1

terjadi pada penderita hipertensi. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas,

namun juga dapat terjadi pada saat istirahat.Tingkat kesadaran umumnya menurun dan

penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.Stroke

hemoragik terbagi menjadi intracerebral hemorrhage (ICH), subarachnoid hemorrhage

(SAH), dan cerebral venous thrombosis.

2. Stroke Non Hemoragik

Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak

tertentu.Aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada

dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat di sepanjang jalur

pembuluh darah arteri yang menuju ke otak, maka terjadi serangkaian proses patologik

pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi

dan struktur sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel,

selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron. Dapat berupa iskemia, emboli,

spasme ataupun trombus pembuluh darah otak.Umumnya terjadi setelah beristirahat

cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan

terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Hampir sebagian besar

pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.17

Klasifikasi Oxford Community Stroke Project (OCSP) juga dikenal sebagai

Bamford, membaginya berdasarkan gejala awal dan episode stroke yaitu total anterior

circulation infarct (TACI), partial anterior circulation infarct (PACI),

lacunarcirculation infarct (LACI), dan posterior circulation infarct (POCI).

4. Faktor Resiko

Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat seseorang rentan

terhadap serangan stroke. Faktor resiko umumnya dibagi menjadi 2 golongan besar

yaitu: 11,12

a) Tidak dapat dimodifikasi :

Umur

Jenis kelamin

Ras dan faktor genetik.

b) Dapat dimodifikasi :

Diabetes mellitus

Penyakit jantung

4

Page 5: Lapkas Rm Stroke Edit1

Inaktivitas fisik obesitas

Peningkatan kolesterol

Hipertensi.

5. Manifestasi Klinik

Pada stroke hemoragik umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas, namun

juga dapat terjadi pada saat istirahat.Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang

paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol, serta terdapat nyeri kepala

dan terdapat muntah.Sedangkan pada stroke non hemoragik umumnya terjadi setelah

beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, tidak ada muntah

dan tidak terdapat nyeri kepala, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak

oleh karena hipoksia jaringan otak serta sering terdapat gangguan bicara. Hampir

sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.13

6. Diagnosis

Diagnosis klinik stroke dibuat berdasarkan batasan stroke, dilakukan pemeriksaan

klinis yang teliti, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan

pemeriksaan penunjang.7

8. Program Rehabilitasi Medik pada Penderita Stroke

Perhatian utama rehabilitasi adalah evaluasi potensi perkembangan pasien dengan

rehabilitasi yang intensif.Tujuan dari rehabilitasi harus realistis dan fleksibel sebab status

neorologis dari pasien dan derajat kelainan biasanya berubah seiring waktu. Hal terbaik

didapatkan jika pasien dan keluarga berpartisipasi dalam mencapai tujuan rehabilitasi.12

A. Fase awal

Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi

yang tersisa.Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum memungkinkan

dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning,

latihan lingkup gerak sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar dimulai

penanganan masalah emosional.14

B. Fase lanjutan

Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan

aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita secara

5

Page 6: Lapkas Rm Stroke Edit1

medik telah stabil.Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau embolik, biasanya

mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke.Penderita dengan perdarahan

subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini

meliputi :15,16

1. Fisioterapi

a. Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2 kebawah).

b. Diberikan terapi panas superfisial (infra red) untuk melemaskan otot.

c. Latihan lingkup gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif tergantung dari

kekuatan otot.

d. Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.

e. Latihan fasilitasi atau reedukasi otot.

f. Latihan mobilisasi.

2. Okupasi Terapi

Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari (AKS), meskipun pemulihan fungsi neurologis pada

ekstremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat bantu yang disesuaikan, AKS

dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat dikerjakan. Kemandirian

dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan.

3. Terapi Bicara

Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat

ditangani oleh speech therapist dengan cara:

a. Latihan pernapasan ( pre speech training ) berupa latihan napas, menelan, meniup,

latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.

b. Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan mengucapkan kata-

kata.

c. Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi mengucapkan kata-

kata.

d. Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.

4. Ortotik Prostetik

6

Page 7: Lapkas Rm Stroke Edit1

Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam

membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara

lain: arm sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace, cock-up splint,

ankle foot orthotic (AFO), knee ankle foot orthotic (KAFO).

5. Psikologi

Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui

serial fase psikologis, yaitu: fase syok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase

penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan

sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu fase, bahkan kembali

ke fase yang telah lewat.Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai

untuk dapat menerima rehabilitasi.

6. Sosial Medik dan Vokasional

Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga,

keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta

keadaan rumah penderita.

7

Page 8: Lapkas Rm Stroke Edit1

BAB III

LAPORAN KASUS

Identitas

Nama : Ny F.R

Umur : 67 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Winangun

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : IRT

Tanggal pemeriksaan : 15 Juni2015

Anamnesis

Keluhan utama

Kelemahan anggota gerak kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Kelemahan anggota gerak kanan dialami penderita sejak Mei 2015. Kelemahan anggota

gerak kanan dirasakan memberat secara tiba-tiba oleh penderita sejak 2 minggu yang

lalu. Kelemahan anggota gerak kanan terjadi secara tiba- tiba saat penderita sedang

duduk di sofa pada sore hari. Kelemahan anggota gerak kanan disertai dengan mulut mencong

ke kanan dan bicara pelo. Penderita tidak mengalami penurunan kesadaran, gangguan

menelan tidak ada, muntah tidak ada, kejang tidak ada dan sakit kepala tidak ada.

Penderita kemudian segera dibawa ke RSUP Prof Kandou dan dirawat selama 5 hari. Saat pemeriksaan, penderita tampak lemah anggota gerak kanan. Penderita tidak dapat berjalan

sendiri harus dibantu oleh orang lain menggunakan kursi roda,namun dalam beraktivitas seperti

misalnya memakai baju, penderitatetap membutuhkan bantuan orang lain. Saat ini, mulut

mencong ke kanan dan gangguan bicara masih dialami oleh penderita. Menurut keluarga

penderita, sejak sakit penderita tampak seperti biasanya dan tetap berinteraksi dengan keluarga.

Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan.

8

Page 9: Lapkas Rm Stroke Edit1

Riwayat Penyakit Dahulu

Penderita mengalami hipertensi semenjaktahun 2015 ini, tidakterkontrol. Riwayat

penyakit Diabetes Melitus (-).Riwayat penyakit kolesterol (-).Sebelumnya penderita

tidak pernah mengalami stroke. Riwayat asam urat, penyakit ginjal, penyakit paru,

penyakit jantung, dan penyakit hati disangkal penderita.

Riwayat Penyakit Keluarga

Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini.

Riwayat Kebiasaan

Penderita sehari-hari menggunakan tangan kanan sebagai tangan yang

dominan.Penderita biasanya melakukan aktifitas ibu rumah tangga. Penderita tidak

memiliki kebiasaan merokokdan tidak memiliki kebiasaan minum-minuman beralkohol.

Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita seorang pensiunan, mempunyai 3 orang anak dan sudah menikah, tidak ada

tanggungan lagi. Saat ini penderita tinggal bersama suaminya dan 1 orang anak beserta menantu

dan cucunya di sebuah rumah permanen, atap seng, dinding beton, berlantai beton, tidak

bertingkat, dan memiliki 4 buah kamar. Kamar mandi dan Water Closed (WC) berada di dalam

rumah, dengan menggunakan WC duduk. Sumber penerangan menggunakan listrik, dan sumber

air minum menggunakan air bor. Untuk biaya pengobatan penderita saat ini ditanggung oleh

BPJS.

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Glasgow Coma Scale (GCS) : E4M6V5

Tanda Vital : Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 72x/menit

Respirasi : 18x/menit

Suhu : 36,70C

Kepala : Normosefal

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,Pupil bulat isokor

3mm/3mm, refleks cahaya +/+ Normal

9

Page 10: Lapkas Rm Stroke Edit1

Telinga : Sekret tidak ada

Hidung : Septum tidak ada deviasi, sekret tidak ada

Mulut : Bibir tidak sianosis

Leher             : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax : Bentuk simetris, retraksi tidak ada

Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba

Perkusi : batas-batas jantung normal

Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal. bising (-)

Pulmo : Inspeksi : pergerakan simetris

Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi : sonor kanan sama dengan kiri

Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, ronkhi (-/-),

wheezing(-/-)

Abdomen : Inspeksi : datar

Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas     : Akral hangat, edema (-)

Status Neurologis

Pemeriksaan nervus cranialis :

Kesan parese N. VII dan XII (D) Sentral

Status Neuromuskuler :

StatusEkstremitas Superior Ekstremitas Inferior

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Gerakan Menurun Normal Menurun Normal

Kekuatan otot 4/4/4/4 5/5/5/5 4/4/4/4 5/5/5/5

Tonus otot

Atrofi otot

Meningkat

(-)

Normal

(-)

Meningkat

(-)

Normal

(-)

10

Page 11: Lapkas Rm Stroke Edit1

Refleks fisiologis Meningkat Normal Meningkat Normal

Refleks patologis (-) (-) (-) (-)

Sensibilitas :

Protopatik

Propioseptif

(+)Normal

(+)Normal

(+)Normal

(+)Normal

(+)Normal

(+)Normal

(+)Normal

(+)Normal

Status Otonom :

Buang air kecil dan buang air besar biasa.

Alogaritma Gajah Mada:

Penurunan kesadaran(-), nyeri kepala(-), refleks babinsky(-) = stroke infark/iskemik

Indeks Barthel

Aktivitas Tingkat Kemandirian N Nilai

Bladder Kontinensia, tanpa memakai alat bantu.

Kadang-kadang ngompol.

Inkontinensia urin.

10

5

0

10

Bowel/BAB Kontinensia, supositoria memakai alat bantu.

Dibantu.

Inkontinensia alvi.

10

5

0

5

Toileting Tanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan dubur tidak

mengotori baju), boleh berpegangan pada dinding, benda,

memakai bad pan. Dibantu hanya salah satu kegiatan diatas.

Dibantu.

10

5

5

Kebersihan

diri

Tanpa dibantu cuci muka, menyisir rambut, hias, gosok

gigi, termasuk persiapan alat-alat tersebut.

Dibantu.

5

0

5

11

Page 12: Lapkas Rm Stroke Edit1

Aktivitas Tingkat Kemandirian N Nilai

Berpakaian Tanpa dibantu/dibantu sebagian.

Dibantu.

10

510

Makan Tanpa dibantu.

Memakai alat-alat makan dibantu sebagian.

Dibantu.

10

5

0

5

Transfer/

berpindah

Tanpa dibantu berpindah.

Bantuan minor secara fisik atau verbal.

Bantuan mayor secara fisik, tetapi dapat duduk tanpa

dibantu.

Tidak dapat duduk / berpindah.

15

10

5

0

5

Mobilitas Berjalan 16m di tempat datar, boleh dengan alat bantu

kecuali rolling walker, berjalan tanpa dibantu.

Menguasai alat bantunya, memakai kursi roda dengan

dibantu.

Immobile.

15

10

5

15

Naik turun

tangga

Tanpa dibantu.

Dibantu secara fisik / verbal.

Tidak dapat.

10

5

0

5

Mandi Tanpa dibantu.

Dibantu.

5

00

Total 100 90

Nilai Interpretasi

0-20 Disabilitas Total

25-45 Disabilitas Berat

50-75 Disabilitas Sedang

80-90 Disabilitas Ringan

100 Mandiri

Interpretasi : 90 (Disabilitas ringan)

12

Page 13: Lapkas Rm Stroke Edit1

Resume

Seorang Perempuan, 67 tahun dengan kelemahan anggota gerak kanan yang terjadi

secara tiba-tiba sejak 2 minggu yang lalu saat sedang duduk di sofa pada sore hari,

disertai dengan bicara pelo. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah : 130/80

mmHg, nadi 72 kali/menit, respirasi 18 kali/menit, suhu 36,7 ºC. Pada pemeriksaan motorik,

kekuatan otot ekstremitas superior dekstra 4/4/4/4 dan ekstremitas inferior dekstra 4/4/4/4,

tonus otot meningkat pada ekstremitas superior dan inferior dextra. Indeks Barthel :90

(disabilitas ringan).

Diagnosis

Diagnosis Klinik : Hemiperesis dextra

Diagnosis Topis : Lesi subkortikal (S)

Diagnosis Etiologis : Stroke Non-Hemoragik

Diagnosis Fungsional : Impairment : Kelemahan anggota gerak kanan

Disability : Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (berpakaian,

toileting, makan)

Handicap : tidak dapat melakukan kegiatan sosial (bekerja dan beribadah)

Problem Rehabilitasi Medik

Kelemahan anggota gerak kanan.

Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (AKS)

Ganggua dalam kegiatan beribadah

Kecemasan keluarga akan kondisi pasien

Penatalaksanaan

Fisioterapi

Evaluasi :

Kontak dan pemahaman baik.

Kelemahan extremitas superior dan inferior dekstra, dengan kekuatan otot 4/4/4/4

dan 4/4/4/4.

Program :

13

Page 14: Lapkas Rm Stroke Edit1

Infra red ekstremitas superior dan inferior dextra

Latihan lingkup gerak sendi (LGS) aktif untuk ekstremitas superior dan linferior

Latihan peningkatan kekuatan otot-otot aktif ekstremitas superior dan inferior

dextra

Streching ekstremitas superior dan inferior dextra

Terapi Okupasi

Evaluasi :

Kontak dan pemahaman baik.

Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti toileting(memegang gayung),

kebersihan diri (memegang sikat gigi),feeding (memegang sendok serta gelas),

berpakaian (memakai baju, mengancing baju, melepaskan baju), ambulasi dan naik

turun tangga.

Program :

Latihan peningkatan aktivitas sehari-hari dengan ketrampilan.

Terapi Wicara

Evaluasi :

Kontak dan pemahaman baik.

Mulut mencong ada, berbicara pelo

Program :

Terapi wicara

Latihan Oral Motor

Ortotik Prostetik

Evaluasi :

Kontak dan pemahaman baik.

Kelemahan extremitas superior dan inferior dekstra, dengan kekuatan otot 4/4/4/4

dan 4/4/4/4

Saat ini penderita dapat berjalan sendiri tanpa dibantu.

Program :

Walcker.

14

Page 15: Lapkas Rm Stroke Edit1

Psikologi

Evaluasi :

Kontak dan pemahaman baik.

Penderita tidak tampak depresi

Keluarga pasien cemas dengan kondisi pasien

Program :

Memberikan dukungan mental pada penderita dan keluarga tentang penyakit

penderita dan prognosisnya.

Sosial Medik

Evaluasi :

Penderita seorang pensiunan, mempunyai 3 orang anak dan sudah menikah,

tidak ada tanggungan lagi. Tinggal di sebuah rumah permanen bersama istrinya

dan 1 orang anak beserta menantu dan cucunya. Kamar mandi dan water closed

(WC) terletak di dalam rumah, WCduduk. Biaya pengobatan penderita saat ini

ditanggung oleh BPJS.

Program :

Memberikan edukasi dan bimbingan kepada penderita untuk berobat dan berlatih

secara teratur.

Mengadakan edukasi dan evaluasi terhadap lingkungan rumah.

PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

15

Page 16: Lapkas Rm Stroke Edit1

DAFTAR PUSTAKA

1. Karema W. Diagnosis dan klasifikasi stroke; simposium stroke up date 2001.

Bagian SMF Saraf FK UNSRAT/RSUP Manado. 2001: 10-5.

2. Runtuwene Th. Faktor risiko dan pencegahan stroke; Simposium Stroke Up Date

2001. Bagian SMF Saraf FK UNSRAT/RSUP Manado. 2001: 20 - 9.

3. Van Gijn J. Main groups of cerebral and spinal vascular disease: overview. In:

Ginsberg MD, Bogousslavsky J, eds. Cerebrovascular disease: pathophysiology,

diagnosis, and management. 1 ed. Malden: Blackwell Science; 1998:1369-1372

4. Soendoro T, On behalf of RISKESDAS team. Report on result of National Basic

Health Research (RISKESDAS) 2007. Jakarta: The National Institute of Health

Research and Develompment Ministry of Health Republic of Indonesia; 2008.

5. Mardjonjo M, Sidharta P. Neuro klinis dasar. Edisi VI. Jakarta : Dian Rakyat,

1995 ; 269-302.

6. Prawirosumarto K. Rehabilitasi fisik pada pasien stroke; REHABILTASI

MEDIK, Hasil Simposium 1987. Departemen Rehabilitasi Medik.Jakarta. 1987:

121-25.

7. Wirawan RP. Rehabilitasi stroke dalam pelayanan kesehatan primer. SMF

Rehabilitasi Medis RS Fatmawati. Jakarta;2009.p.61-2.

8. Sutrisno, Alfred. Stroke? you must know before you get it!. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama. 2007. Hal: 1-13

9. Feigin, Valery. Stroke Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan

stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006.

10. Misbach J, Wendra A. Stroke In Indonesia. A first large prospective hospital

based study of acute stroke in 28 hospitals in indonesia. Jakarta. 1996

11. Walelang Th. Faktor resiko dan pencegahan stroke. Poceeding symposium stroke

up date. Manado. Perdosi, 2001.

12. Sengkey L, Angliadi LS, Mogi TI. Ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi medik.

Manado: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik; 2006.p.55-9

13. Kotambunan RC. Diagnosis stroke. Bagian Neurologi FK UNSRAT/SMF RSUP

Manado. Manado, 1995 ; 1-12.

16

Page 17: Lapkas Rm Stroke Edit1

14. Angliadi LS. Rehabilitasi medik pada stroke. Proceeding symposium stroke up

date. Manado. Perdosi, 2001.

15. Sinaki M, Dorsher PT. Rehabilitation after stroke. In : basic clinical rehabilitation

medicine. Philadelphia. Mosby, 1993 ; p. 87-8.

16. Kolb, Bryan , Whishaw, Ian Q. 1996. Fundamentals of Human Neuropsychology,

Fourth Edition. New York : W. H. Freeman and Company.

17. Harvey RL, et all. Stroke Syndromes. In: Braddom LR. Physical Medicine and

Rehabilitation. Second Volume. New York :Elsevier Saunders; 2011; p. 1180-

1181.

18. Reding MJ, Potes E. Rehabilitation outcome following initial unilateral

hemispheric stroke. Life table analysis approach. Stroke 1988;19:1354-8

19. The Committee of National Institute of Neurological Disorder and Stroke.

National Institute of Health, Bethesda, Maryand: Classification of

Cerebrovasculer Disease III. In Stroke 1990: 21;4 : 637-76.

17