BAB I
PENDAHULUAN
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah adanya tanda-
tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang dapat
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.1
Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga di Amerika dan
merupakan penyebab utama disabilitas serius jangka panjang. Delapan puluh lima persen
stroke adalah non-hemoragik yang terdiri dari 25% akibat small vessel disease (stroke
lakunar), 25% akibat emboli dari jantung (stroke tromboemboli) dan sisanya akibat large
vessel disease.Riset kesehatan dasar tahun 2007 mendapatkan prevalensi stroke nasional
sebesar 0.8%. Stroke juga menjadi penyebab kematian paling tinggi yaitu mencapai
15.9% pada kelompok umur 45 sampai 54 tahun dan meningkat jadi 26.8% pada
kelompok umur 55 sampai 64 tahun.2
Pengobatan yang tepat dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dan
meningkatkan tingkat pemulihan yang dapat diharapkan. Peningkatan pengobatan dari
semua jenis stroke telah menghasilkan penurunan drastis dalam tingkat kematian dalam
beberapa dekade terakhir. Rehabilitasi diperlukan untuk memperbaiki fungsi akibat
gangguan ini.3,4
Adanya permasalahan akibat gangguan motorik dan sensorik setelah penderita
stroke melewati masa kritis menyebabkan diperlukannya rehabilitasi medis agar
penderita dapat meningkatkan kemampuan fungsional yang dimilikinya semaksimal
mungkin.5
Rehabilitasi adalah semua upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari
semua keadaan yang menimbulkan disabilitas dan atau handicap serta memungkinkan
penyandang disabiliti dan atau handicap untuk berpartisipasi secara aktif dalam
lingkungan keluarga atau masyarakat.6
Rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim rehabilitasi yang terdiri dari dokter
rehabilitasi medis, fisioterapis, terapis okupasi, perawat rehabilitasi, pekerja sosial medis,
terapis wicara, psikolog, ortotis prostetis, dan lain-lain. Tim rehabilitasi akan menjadi
sangat efektif apabila upaya-upaya tersebut di koordinasikan dan diadakan pertemuan
secara berkala untuk membahas mengenai kemajuan dan kendala tiap pasien serta
1
ditunjang oleh adanya interaksi yang baik antara penderita dan keluarganya dengan
personil medik.6
Manfaat rehabilitasi pada penderita stroke bukan untuk mengubah defisit
neurologis melainkan menolong penderita untuk mencapai fungsi kemandirian
semaksimal mungkin dalam konteks lingkungannya. Jadi tujuannya adalah lebih ke arah
meningkatkan kemampuan fungsional daripada memperbaiki defisit neurologis atau
mengusahakan agar penderita dapat memanfaatkan kemampuan sisanya untuk mengisi
kehidupan secara fisik, emosional, dan sosial ekonomi dengan baik.6
Berikut ini disampaikan sebuah laporan kasus seorang penderita dengan
hemiparesis dextraet causa stroke iskemik yang dirawat di bagian Rehabilitasi Medik
RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
2
Stroke menurut WHO didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler.1
2. Epidemiologi
Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di
dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin
penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang
berkembang.7,8
Menurut taksiran World Health Organization (WHO), sebanyak 20,5 juta jiwa di
dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal
dunia. Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus
stroke di dunia.9
Di Amerika Serikat, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama yang
menyebabkan kematian. Posisi di atasnya dipegang penyakit jantung dan kanker.Setiap
tahun terdapat laporan 700.000 kasus stroke.Sebanyak 500.000 diantaranya kasus
serangan pertama, sedangkan 200.000 kasus lainnya berupa stroke berulang.Sebanyak
75% penderita stroke menderita lumpuh dan kehilangan pekerjaan.Di Indonesia penyakit
ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak 28,5% penderita
stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya
15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.9
3. Klasifikasi Stroke
A. Berdasarkan Etiologi
1. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah suatu kondisi yang terjadi terutama disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah di otak.Pembuluh darah pecah dan kemudian melepaskan
darah ke otak.Setelah pecahnya arteri, pembuluh darah tidak mampu membawa darah
dan oksigen ke otak dan menyebabkan sel mati. Alasan lain yang dapat menyebabkan
stroke hemoragik adalah darah yang mengalir ke otak akibat pecahnya pembuluh darah
tersebut membentuk gumpalan di dalam otak dan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan fungsi otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik
3
terjadi pada penderita hipertensi. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas,
namun juga dapat terjadi pada saat istirahat.Tingkat kesadaran umumnya menurun dan
penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.Stroke
hemoragik terbagi menjadi intracerebral hemorrhage (ICH), subarachnoid hemorrhage
(SAH), dan cerebral venous thrombosis.
2. Stroke Non Hemoragik
Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak
tertentu.Aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada
dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat di sepanjang jalur
pembuluh darah arteri yang menuju ke otak, maka terjadi serangkaian proses patologik
pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi
dan struktur sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel,
selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron. Dapat berupa iskemia, emboli,
spasme ataupun trombus pembuluh darah otak.Umumnya terjadi setelah beristirahat
cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan
terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Hampir sebagian besar
pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.17
Klasifikasi Oxford Community Stroke Project (OCSP) juga dikenal sebagai
Bamford, membaginya berdasarkan gejala awal dan episode stroke yaitu total anterior
circulation infarct (TACI), partial anterior circulation infarct (PACI),
lacunarcirculation infarct (LACI), dan posterior circulation infarct (POCI).
4. Faktor Resiko
Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat seseorang rentan
terhadap serangan stroke. Faktor resiko umumnya dibagi menjadi 2 golongan besar
yaitu: 11,12
a) Tidak dapat dimodifikasi :
Umur
Jenis kelamin
Ras dan faktor genetik.
b) Dapat dimodifikasi :
Diabetes mellitus
Penyakit jantung
4
Inaktivitas fisik obesitas
Peningkatan kolesterol
Hipertensi.
5. Manifestasi Klinik
Pada stroke hemoragik umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas, namun
juga dapat terjadi pada saat istirahat.Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang
paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol, serta terdapat nyeri kepala
dan terdapat muntah.Sedangkan pada stroke non hemoragik umumnya terjadi setelah
beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, tidak ada muntah
dan tidak terdapat nyeri kepala, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak
oleh karena hipoksia jaringan otak serta sering terdapat gangguan bicara. Hampir
sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.13
6. Diagnosis
Diagnosis klinik stroke dibuat berdasarkan batasan stroke, dilakukan pemeriksaan
klinis yang teliti, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan
pemeriksaan penunjang.7
8. Program Rehabilitasi Medik pada Penderita Stroke
Perhatian utama rehabilitasi adalah evaluasi potensi perkembangan pasien dengan
rehabilitasi yang intensif.Tujuan dari rehabilitasi harus realistis dan fleksibel sebab status
neorologis dari pasien dan derajat kelainan biasanya berubah seiring waktu. Hal terbaik
didapatkan jika pasien dan keluarga berpartisipasi dalam mencapai tujuan rehabilitasi.12
A. Fase awal
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi
yang tersisa.Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum memungkinkan
dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning,
latihan lingkup gerak sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar dimulai
penanganan masalah emosional.14
B. Fase lanjutan
Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan
aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita secara
5
medik telah stabil.Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau embolik, biasanya
mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke.Penderita dengan perdarahan
subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini
meliputi :15,16
1. Fisioterapi
a. Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2 kebawah).
b. Diberikan terapi panas superfisial (infra red) untuk melemaskan otot.
c. Latihan lingkup gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif tergantung dari
kekuatan otot.
d. Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.
e. Latihan fasilitasi atau reedukasi otot.
f. Latihan mobilisasi.
2. Okupasi Terapi
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS), meskipun pemulihan fungsi neurologis pada
ekstremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat bantu yang disesuaikan, AKS
dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat dikerjakan. Kemandirian
dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan.
3. Terapi Bicara
Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat
ditangani oleh speech therapist dengan cara:
a. Latihan pernapasan ( pre speech training ) berupa latihan napas, menelan, meniup,
latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.
b. Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan mengucapkan kata-
kata.
c. Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi mengucapkan kata-
kata.
d. Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.
4. Ortotik Prostetik
6
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam
membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara
lain: arm sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace, cock-up splint,
ankle foot orthotic (AFO), knee ankle foot orthotic (KAFO).
5. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui
serial fase psikologis, yaitu: fase syok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase
penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan
sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu fase, bahkan kembali
ke fase yang telah lewat.Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai
untuk dapat menerima rehabilitasi.
6. Sosial Medik dan Vokasional
Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga,
keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta
keadaan rumah penderita.
7
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Ny F.R
Umur : 67 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Winangun
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : IRT
Tanggal pemeriksaan : 15 Juni2015
Anamnesis
Keluhan utama
Kelemahan anggota gerak kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Kelemahan anggota gerak kanan dialami penderita sejak Mei 2015. Kelemahan anggota
gerak kanan dirasakan memberat secara tiba-tiba oleh penderita sejak 2 minggu yang
lalu. Kelemahan anggota gerak kanan terjadi secara tiba- tiba saat penderita sedang
duduk di sofa pada sore hari. Kelemahan anggota gerak kanan disertai dengan mulut mencong
ke kanan dan bicara pelo. Penderita tidak mengalami penurunan kesadaran, gangguan
menelan tidak ada, muntah tidak ada, kejang tidak ada dan sakit kepala tidak ada.
Penderita kemudian segera dibawa ke RSUP Prof Kandou dan dirawat selama 5 hari. Saat pemeriksaan, penderita tampak lemah anggota gerak kanan. Penderita tidak dapat berjalan
sendiri harus dibantu oleh orang lain menggunakan kursi roda,namun dalam beraktivitas seperti
misalnya memakai baju, penderitatetap membutuhkan bantuan orang lain. Saat ini, mulut
mencong ke kanan dan gangguan bicara masih dialami oleh penderita. Menurut keluarga
penderita, sejak sakit penderita tampak seperti biasanya dan tetap berinteraksi dengan keluarga.
Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan.
8
Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita mengalami hipertensi semenjaktahun 2015 ini, tidakterkontrol. Riwayat
penyakit Diabetes Melitus (-).Riwayat penyakit kolesterol (-).Sebelumnya penderita
tidak pernah mengalami stroke. Riwayat asam urat, penyakit ginjal, penyakit paru,
penyakit jantung, dan penyakit hati disangkal penderita.
Riwayat Penyakit Keluarga
Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini.
Riwayat Kebiasaan
Penderita sehari-hari menggunakan tangan kanan sebagai tangan yang
dominan.Penderita biasanya melakukan aktifitas ibu rumah tangga. Penderita tidak
memiliki kebiasaan merokokdan tidak memiliki kebiasaan minum-minuman beralkohol.
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita seorang pensiunan, mempunyai 3 orang anak dan sudah menikah, tidak ada
tanggungan lagi. Saat ini penderita tinggal bersama suaminya dan 1 orang anak beserta menantu
dan cucunya di sebuah rumah permanen, atap seng, dinding beton, berlantai beton, tidak
bertingkat, dan memiliki 4 buah kamar. Kamar mandi dan Water Closed (WC) berada di dalam
rumah, dengan menggunakan WC duduk. Sumber penerangan menggunakan listrik, dan sumber
air minum menggunakan air bor. Untuk biaya pengobatan penderita saat ini ditanggung oleh
BPJS.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Glasgow Coma Scale (GCS) : E4M6V5
Tanda Vital : Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 72x/menit
Respirasi : 18x/menit
Suhu : 36,70C
Kepala : Normosefal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,Pupil bulat isokor
3mm/3mm, refleks cahaya +/+ Normal
9
Telinga : Sekret tidak ada
Hidung : Septum tidak ada deviasi, sekret tidak ada
Mulut : Bibir tidak sianosis
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : Bentuk simetris, retraksi tidak ada
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas-batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal. bising (-)
Pulmo : Inspeksi : pergerakan simetris
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor kanan sama dengan kiri
Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing(-/-)
Abdomen : Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Status Neurologis
Pemeriksaan nervus cranialis :
Kesan parese N. VII dan XII (D) Sentral
Status Neuromuskuler :
StatusEkstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Gerakan Menurun Normal Menurun Normal
Kekuatan otot 4/4/4/4 5/5/5/5 4/4/4/4 5/5/5/5
Tonus otot
Atrofi otot
Meningkat
(-)
Normal
(-)
Meningkat
(-)
Normal
(-)
10
Refleks fisiologis Meningkat Normal Meningkat Normal
Refleks patologis (-) (-) (-) (-)
Sensibilitas :
Protopatik
Propioseptif
(+)Normal
(+)Normal
(+)Normal
(+)Normal
(+)Normal
(+)Normal
(+)Normal
(+)Normal
Status Otonom :
Buang air kecil dan buang air besar biasa.
Alogaritma Gajah Mada:
Penurunan kesadaran(-), nyeri kepala(-), refleks babinsky(-) = stroke infark/iskemik
Indeks Barthel
Aktivitas Tingkat Kemandirian N Nilai
Bladder Kontinensia, tanpa memakai alat bantu.
Kadang-kadang ngompol.
Inkontinensia urin.
10
5
0
10
Bowel/BAB Kontinensia, supositoria memakai alat bantu.
Dibantu.
Inkontinensia alvi.
10
5
0
5
Toileting Tanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan dubur tidak
mengotori baju), boleh berpegangan pada dinding, benda,
memakai bad pan. Dibantu hanya salah satu kegiatan diatas.
Dibantu.
10
5
5
Kebersihan
diri
Tanpa dibantu cuci muka, menyisir rambut, hias, gosok
gigi, termasuk persiapan alat-alat tersebut.
Dibantu.
5
0
5
11
Aktivitas Tingkat Kemandirian N Nilai
Berpakaian Tanpa dibantu/dibantu sebagian.
Dibantu.
10
510
Makan Tanpa dibantu.
Memakai alat-alat makan dibantu sebagian.
Dibantu.
10
5
0
5
Transfer/
berpindah
Tanpa dibantu berpindah.
Bantuan minor secara fisik atau verbal.
Bantuan mayor secara fisik, tetapi dapat duduk tanpa
dibantu.
Tidak dapat duduk / berpindah.
15
10
5
0
5
Mobilitas Berjalan 16m di tempat datar, boleh dengan alat bantu
kecuali rolling walker, berjalan tanpa dibantu.
Menguasai alat bantunya, memakai kursi roda dengan
dibantu.
Immobile.
15
10
5
15
Naik turun
tangga
Tanpa dibantu.
Dibantu secara fisik / verbal.
Tidak dapat.
10
5
0
5
Mandi Tanpa dibantu.
Dibantu.
5
00
Total 100 90
Nilai Interpretasi
0-20 Disabilitas Total
25-45 Disabilitas Berat
50-75 Disabilitas Sedang
80-90 Disabilitas Ringan
100 Mandiri
Interpretasi : 90 (Disabilitas ringan)
12
Resume
Seorang Perempuan, 67 tahun dengan kelemahan anggota gerak kanan yang terjadi
secara tiba-tiba sejak 2 minggu yang lalu saat sedang duduk di sofa pada sore hari,
disertai dengan bicara pelo. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah : 130/80
mmHg, nadi 72 kali/menit, respirasi 18 kali/menit, suhu 36,7 ºC. Pada pemeriksaan motorik,
kekuatan otot ekstremitas superior dekstra 4/4/4/4 dan ekstremitas inferior dekstra 4/4/4/4,
tonus otot meningkat pada ekstremitas superior dan inferior dextra. Indeks Barthel :90
(disabilitas ringan).
Diagnosis
Diagnosis Klinik : Hemiperesis dextra
Diagnosis Topis : Lesi subkortikal (S)
Diagnosis Etiologis : Stroke Non-Hemoragik
Diagnosis Fungsional : Impairment : Kelemahan anggota gerak kanan
Disability : Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (berpakaian,
toileting, makan)
Handicap : tidak dapat melakukan kegiatan sosial (bekerja dan beribadah)
Problem Rehabilitasi Medik
Kelemahan anggota gerak kanan.
Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (AKS)
Ganggua dalam kegiatan beribadah
Kecemasan keluarga akan kondisi pasien
Penatalaksanaan
Fisioterapi
Evaluasi :
Kontak dan pemahaman baik.
Kelemahan extremitas superior dan inferior dekstra, dengan kekuatan otot 4/4/4/4
dan 4/4/4/4.
Program :
13
Infra red ekstremitas superior dan inferior dextra
Latihan lingkup gerak sendi (LGS) aktif untuk ekstremitas superior dan linferior
Latihan peningkatan kekuatan otot-otot aktif ekstremitas superior dan inferior
dextra
Streching ekstremitas superior dan inferior dextra
Terapi Okupasi
Evaluasi :
Kontak dan pemahaman baik.
Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti toileting(memegang gayung),
kebersihan diri (memegang sikat gigi),feeding (memegang sendok serta gelas),
berpakaian (memakai baju, mengancing baju, melepaskan baju), ambulasi dan naik
turun tangga.
Program :
Latihan peningkatan aktivitas sehari-hari dengan ketrampilan.
Terapi Wicara
Evaluasi :
Kontak dan pemahaman baik.
Mulut mencong ada, berbicara pelo
Program :
Terapi wicara
Latihan Oral Motor
Ortotik Prostetik
Evaluasi :
Kontak dan pemahaman baik.
Kelemahan extremitas superior dan inferior dekstra, dengan kekuatan otot 4/4/4/4
dan 4/4/4/4
Saat ini penderita dapat berjalan sendiri tanpa dibantu.
Program :
Walcker.
14
Psikologi
Evaluasi :
Kontak dan pemahaman baik.
Penderita tidak tampak depresi
Keluarga pasien cemas dengan kondisi pasien
Program :
Memberikan dukungan mental pada penderita dan keluarga tentang penyakit
penderita dan prognosisnya.
Sosial Medik
Evaluasi :
Penderita seorang pensiunan, mempunyai 3 orang anak dan sudah menikah,
tidak ada tanggungan lagi. Tinggal di sebuah rumah permanen bersama istrinya
dan 1 orang anak beserta menantu dan cucunya. Kamar mandi dan water closed
(WC) terletak di dalam rumah, WCduduk. Biaya pengobatan penderita saat ini
ditanggung oleh BPJS.
Program :
Memberikan edukasi dan bimbingan kepada penderita untuk berobat dan berlatih
secara teratur.
Mengadakan edukasi dan evaluasi terhadap lingkungan rumah.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Karema W. Diagnosis dan klasifikasi stroke; simposium stroke up date 2001.
Bagian SMF Saraf FK UNSRAT/RSUP Manado. 2001: 10-5.
2. Runtuwene Th. Faktor risiko dan pencegahan stroke; Simposium Stroke Up Date
2001. Bagian SMF Saraf FK UNSRAT/RSUP Manado. 2001: 20 - 9.
3. Van Gijn J. Main groups of cerebral and spinal vascular disease: overview. In:
Ginsberg MD, Bogousslavsky J, eds. Cerebrovascular disease: pathophysiology,
diagnosis, and management. 1 ed. Malden: Blackwell Science; 1998:1369-1372
4. Soendoro T, On behalf of RISKESDAS team. Report on result of National Basic
Health Research (RISKESDAS) 2007. Jakarta: The National Institute of Health
Research and Develompment Ministry of Health Republic of Indonesia; 2008.
5. Mardjonjo M, Sidharta P. Neuro klinis dasar. Edisi VI. Jakarta : Dian Rakyat,
1995 ; 269-302.
6. Prawirosumarto K. Rehabilitasi fisik pada pasien stroke; REHABILTASI
MEDIK, Hasil Simposium 1987. Departemen Rehabilitasi Medik.Jakarta. 1987:
121-25.
7. Wirawan RP. Rehabilitasi stroke dalam pelayanan kesehatan primer. SMF
Rehabilitasi Medis RS Fatmawati. Jakarta;2009.p.61-2.
8. Sutrisno, Alfred. Stroke? you must know before you get it!. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. 2007. Hal: 1-13
9. Feigin, Valery. Stroke Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan
stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006.
10. Misbach J, Wendra A. Stroke In Indonesia. A first large prospective hospital
based study of acute stroke in 28 hospitals in indonesia. Jakarta. 1996
11. Walelang Th. Faktor resiko dan pencegahan stroke. Poceeding symposium stroke
up date. Manado. Perdosi, 2001.
12. Sengkey L, Angliadi LS, Mogi TI. Ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi medik.
Manado: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik; 2006.p.55-9
13. Kotambunan RC. Diagnosis stroke. Bagian Neurologi FK UNSRAT/SMF RSUP
Manado. Manado, 1995 ; 1-12.
16
14. Angliadi LS. Rehabilitasi medik pada stroke. Proceeding symposium stroke up
date. Manado. Perdosi, 2001.
15. Sinaki M, Dorsher PT. Rehabilitation after stroke. In : basic clinical rehabilitation
medicine. Philadelphia. Mosby, 1993 ; p. 87-8.
16. Kolb, Bryan , Whishaw, Ian Q. 1996. Fundamentals of Human Neuropsychology,
Fourth Edition. New York : W. H. Freeman and Company.
17. Harvey RL, et all. Stroke Syndromes. In: Braddom LR. Physical Medicine and
Rehabilitation. Second Volume. New York :Elsevier Saunders; 2011; p. 1180-
1181.
18. Reding MJ, Potes E. Rehabilitation outcome following initial unilateral
hemispheric stroke. Life table analysis approach. Stroke 1988;19:1354-8
19. The Committee of National Institute of Neurological Disorder and Stroke.
National Institute of Health, Bethesda, Maryand: Classification of
Cerebrovasculer Disease III. In Stroke 1990: 21;4 : 637-76.
17
Top Related