Lapkas RM Stroke Hemoragik
-
Upload
jenly-bonde -
Category
Documents
-
view
44 -
download
5
description
Transcript of Lapkas RM Stroke Hemoragik
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai
tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsional otak baik fokal
atau global, dengan gejala yang berlangsung dalam 24 jam atau lebih atau
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Sebagian besar kasus dijumpai pada orang-orang yang berusia di atas 40 tahun.
Makin tua umur, resiko terkena stroke semakin besar.1
Tapi beberapa kasus terakhir menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
jumlah kejadian pada kasus stroke yang terjadi pada usia remaja dan usia produktif.
Dalam laporan Konferensi Ahli Saraf Internasional di Inggris, diduga terdapat lebih
dari 1.000 penderita stroke yang berusia kurang dari 30 tahun setiap tahunnya.
Dampak yang ditimbulkan oleh stroke yang menimpa usia produktif ini, lebih berat
efek psikologisnya baik untuk penderita maupun orang-orang di sekitarnya. Mereka
sebagian besar adalah pencari nafkah untuk keluarga. Hal ini berakibat terhadap
menurunnya tingkat produktivitas dan terganggunya sosial ekonomi keluarga.2
Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya stroke non-hemoragik, antara lain
usia lanjut, hipertensi, DM, penyakit jantung, hiperkolesterolemia, merokok dan
kelainan pembuluh darah otak. Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia
sudah terkena stroke tahun 2011. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal
dunia. Hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Di Indonesia
penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak 28,5%
penderita meninggal dunia dan sisanya menderita kelumpuhan sebagian atau total.
Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.3
1
Berdasarkan patofisiologi stroke terdiri dari stroke non hemoragik dan stroke
hemoragik. Stroke non hemoragik adalah tipe stroke yang paling sering terjadi,
hampir 80% dari semua stroke. Disebabkan oleh gumpalan atau sumbatan lain pada
arteri yang mengalir ke otak. Pada penderita terdapat kelemahan anggota gerak, dan
parese nervus VII dan XII yang mengarah pada stroke non hemoragik. Sehingga
diperlukan penanganan segera untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.3
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah otak
bergantung pada berat ringannya gangguan dan lokasi. Gejala utama stroke non
hemoragik ialah timbulnya defisit neurologik secara mendadak, didahului gejala
prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun tidur dan kesadaran biasanya tidak
menurun.4
Perlu penanganan yang tepat untuk pasien – pasien dengan stroke. Apalagi
secara khusus untuk mereka yang masih dalam usia produktif dan menjadi tulang
punggung keluarga. Selain penatalaksanaan medikamentosa (fase akut), perlu juga
diperhatikan untuk penanganan melalui rehabilitasi (fase pasca akut).5
Rehabilitasi merupakan lapangan spesialisasi ilmu kedokteran baru, berhubungan
dengan penanganan secara menyeluruh dari pasien yang mengalami gangguan fungsi
atau cedera (impairment), kehilangan fungsi (disability) yang berasal dari susunan
otot tulang (muskuloskletal), susunan saraf (neuromuskular), susunan jantung dan
paru (kardiovaskuler), serta gangguan mental, sosial dan kekaryaan yang menyertai
kecacatan tersebut.6
Dengan pelayanan rehabilitasi yang tepat, maka 80% pasien dapat berjalan tanpa
bantuan, 70% dapat menguasai (melakukan) aktivitas mengurus diri sendiri dan 30%
dapat kembali bekerja.6
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke
1. Definisi Stroke
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal atau global, dengan gejala yang berlangsung dalam 24 jam atau
lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.1
2. Epidemiologi
Berdasarkan data WHO, setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di seluruh
dunia menderita stroke, dimana jumlah kematian ditemukan sebanyak 5 juta orang
dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen.2
Stroke menjadi penyebab utama kecacatan di negara-negara maju. Di
Belanda, stroke menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kecatatan pada usia
produktif. Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics), stroke
menduduki urutan ketiga penyebab kematian di Amerika setelah penyakit jantung dan
kanker.3
Stroke kini tidak hanya menyerang negara-negara maju seperti Amerika dan
Belanda, namun juga menyerang negara berkembang termasuk Indonesia karena
perubahan tingkah laku dan pola hidup masyarakat. Stroke menempati urutan pertama
sebagai penyebab kematian utama semua usia di Indonesia. Diperkirakan setiap tahun
sekitar 500.000 orang penduduk Indonesia terkena serangan stroke, dan sekitar 25%
atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat berat ataupun ringan.
Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam
3
(16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000
penduduk).7
4. Klasifikasi Stroke.8
Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain:
a. Stroke non-hemoragik yaitu tersumbatnya
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah
ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80%
stroke adalah stroke non hemoragik. Stroke non
hemoragik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
i. Transient Ischemic Attack (TIA)
ii. Trombosis serebri
iii. Emboli serebri
b. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi. Stroke hemoragik ada 3 jenis, yaitu:
i. Hemoragik Intraserebral yaitu perdarahan yang terjadi di dalam
jaringan otak
ii. Hemoragik Subaraknoid yaitu perdarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak)
iii. Hemoragik subdural yaitu perdarahan yang terjadi akibat robeknya
araknoidea
5. Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu.9
4
a. Serangan iskemik sepintas atau TIA merupakan bentuk gejala neurologik
yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam
waktu 24 jam
b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) adalah gejala neurologik yang
timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tetapi tidak
lebih dari seminggu
c. Progressing stroke atau stroke in evolution adalah gejala neurologik yang
berat
d. Completed stroke adalah gejala klinis yang telah menetap
6. Berdasarkan sistem pembuluh darah.9
Terdiri dari:
a. Sistem karotis
b. Sistem vertebrobasiler.
Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis yang
terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan
otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah
vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai
sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior
bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu Sirkulus Willisi.
7. Manifestasi klinik.10
Serangan stroke yang tiba-tiba ini, bisa disebabkan penyumbatan ataupun
pecahnya pembuluh darah pada otak. Gangguan inilah yang menyebabkan fungsi
koordinasi dari otak ke tubuh menjadi hilang dan menimbulkan gangguan. Namun
5
manifestasi stroke dapat bervariasi pada masing-masing orang, tergantung daerah
otak mana yang terganggu.
Stroke bisa menyebabkan lumpuh sebagian tubuhnya, kehilangan
keseimbangan, kehilangan penglihatan, kehilangan pendengaran, tidak mampu
memahami kata-kata hingga kesulitan bicara. Ini tergantung sisi otak yang mengalami
gangguan pembuluh darah, apakah sisi otak depan, temporal, samping tengah,
belakang, atau otak kecil.
Jika terjadi pada otak bagian depan, maka dapat menyebabkan gangguan pada
kemampuan berpikir, kebijakan, penalaran dan bahasa. Jika terjadi pada area
temporal, dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan berbicara. Gangguan pada
otak bagian tengah dapat menyebabkan manifestasi gangguan sensorik dan gerak.
Gangguan pada otak bagian belakang dapat mempengaruhi kemampuan penglihatan
dan pendengaran. Dan jika terkena pada bagian otak kecil, menyebabkan gangguan
keseimbangan.
Sering dijumpai penderita tidak dapat menghentikan tangisnya karena
lumpuhnya kontrol otak pada sistem emosinya. Hal itu membuat penderita stroke
berlaku seperti penderita penyakit kejiwaan, padahal bukan. Hal-hal seperti ini yang
perlu dimengerti oleh keluarga penderita.
B. Stroke Non Hemoragik.11
Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak
yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan
darah dan oksigen di jaringan otak.
6
1. Menurut klasifikasi Bamford, stroke iskemik akut digolongkan atas:
a. Lacunar Infarct (LACI)
b. Total Anterior Circulation Infarct (TACI)
c. Partial Cisculation Infarct (PACI)
d. Posterior Circulation Infarct (POCI)
2. Faktor Risiko Terjadinya Stroke Non Hemoragik
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya stroke non-hemoragik, yaitu:
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
- Usia
- Jenis Kelamin
- Ras
- Herediter
- Berat badan rendah
b. Faktor yang dapat dimodifikasi.
- Hipertensi
- Diabetes
- Dislipidemia
- Penyakit jantung
- Stenosis karotis
- TIA
- Homosisteinemia
- Ateroma Aorta
c. Faktor gaya hidup dan pola perilaku.
- Merokok
- Obesitas
7
- Aktivitas Fisik
- Diet
- Alkohol
- Kontrasepsi oral
- Drug Abuse
3. Gejala Stroke Non-Hemoragik.12
Sebagian besar kasus terjadi secara mendadak, sangat cepat dan
menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Biasanya,
gejala muncul tiba-tiba dan sering paling parah pada beberapa menit setelah terjadi
stroke non hemoragik, berkembang dengan cepat, dan menyebabkan kematian
jaringan otak dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Kemudian, stroke
menjadi stabil menyebabkan kerusakan lebih sedikit atau tidak ada. Stroke yang
tetap stabil selama 2 sampai 3 hari disebut stroke komplit. Penyumbatan mendadak
oleh suatu embolus paling mungkin menyebabkan stroke jenis ini.
Pada umumnya, gejala berkembang perlahan, oleh karena stroke yang terus
memburuk selama beberapa jam dalam satu atau dua hari, menyebabkan perluasan
jaringan otak yang mati. Stroke semacam ini disebut stroke berkembang.
Perkembangan gejala dan kerusakan biasanya agak terganggu dengan periode stabil,
dimana daerah tersebut untuk sementara waktu berhenti pembesaran atau terjadi
beberapa perbaikan. Stroke seperti ini biasanya karena pembentukan gumpalan di
arteri menyempit.
Bermacam-macam gejala yang dapat terjadi, tergantung pada arteri mana yang
tersumbat dan bagian mana dari otak kekurangan darah dan oksigen. Ketika arteri
yang cabang dari arteri karotid internal (yang membawa darah di sepanjang bagian
8
depan leher ke otak) yang terkena, gejala yang timbul; kebutaan pada satu mata,
ketidakmampuan untuk melihat dari sisi yang sama pada kedua mata, sensasi
abnormal, kelemahan, atau kelumpuhan di salah satu lengan atau kaki atau pada satu
sisi tubuh. Ketika arteri yang cabang dari arteri vertebralis (yang membawa darah di
sepanjang bagian belakang leher ke otak) yang terkena, gejala yang timbul; pusing
dan vertigo, penglihatan menjadi ganda, kelemahan di kedua sisi tubuh.
Banyak gejala lain, seperti kesulitan berbicara (misalnya, berbicara melantur),
kesadaran terganggu (misalnya kebingungan), kehilangan koordinasi, dan
inkontinensia urin dapat terjadi. Stroke berat dapat menyebabkan pingsan atau koma.
Selain itu, stroke bahkan yang lebih ringan, dapat menyebabkan depresi atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi. Jika gejala, terutama gangguan
kesadaran, semakin buruk selama 2 sampai 3 hari pertama, penyebabnya paling
sering adalah bengkak karena kelebihan cairan (oedema) di otak. Gejala biasanya
berkurang dalam beberapa hari, oleh penyerapan cairan. Namun, pembengkakan
sangat berbahaya karena tengkorak tidak berkembang.
Kenaikan tekanan dapat menyebabkan otak bergeser, lebih jauh
mempengaruhi fungsi otak, meskipun daerah tersebut langsung rusak akibat stroke
tidak semakin besar. Jika tekanan menjadi sangat tinggi, otak terdorong ke bawah
dalam tengkorak, melalui struktur-struktur kaku yang memisahkan otak ke dalam
kompartemen. Gangguan yang dihasilkan disebut herniasi. Stroke dapat
menyebabkan masalah lain. Jika sulit menelan, orang mungkin tidak cukup makan
dan menjadi kurang gizi. Makanan, air liur, atau muntah dapat terhirup (disedot) ke
paru-paru, menyebabkan pneumonia aspirasi. Berada dalam satu posisi terlalu lama
dapat mengakibatkan luka tekanan dan mengakibatkan hilangnya otot. Tidak dapat
memindahkan kaki dapat menyebabkan pembentukan gumpalan darah di pembuluh
9
darah dalam kaki dan pangkal paha (trombosis vena). Gumpalan dapat terlepas,
masuk melalui aliran darah, dan blok arteri ke paru-paru (emboli paru). Orang
mungkin mengalami kesulitan tidur. Kerugian dan masalah akibat stroke bisa
membuat orang depresi.
C. Rehabilitasi Medik.6
Tujuan rehabilitasi medik adalah tercapainya sasaran fungsional yang realistik
dan untuk menyusun suatu program rehabilitasi yang sesuai dengan sasaran tersebut.
Rehabilitasi merupakan lapangan spesialisasi ilmu kedokteran baru,
berhubungan dengan penanganan secara menyeluruh dari pasien yang mengalami
gangguan fungsi atau cedera (impairment), kehilangan fungsi (disability) yang
berasal dari susunan otot tulang (muskuloskeletal), susunan saraf (neuromuskular),
susunan jantung dan paru (kardiovaskuler), serta gangguan mental, sosial dan
kekaryaan yang menyertai kecacatan tersebut.
1. Fase Awal.13
Tujuannya adalah mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang
tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaaan umum memungkinkan
dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning,
latihan luas gerak sendi, stimulasi elektrikal dan setelah penderita sadar dimulai
penanganan emosional.
2. Fase Lanjutan.14,15
Tujuannya untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan
aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita secara
medik telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau emboli
10
mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan perdarahan
subaraknoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini
meliputi:
a. Fisioterapi
i. Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2 ke
bawah).
ii. Diberikan terapi panas superfisial (infrared) untuk melemaskan otot.
iii. Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif tergantung dari
kekuatan otot.
iv. Latihan untuk meningkatakan kekuatan otot.
v. Latihan mobilisasi, transfer dan ambulasi
b. Okupasi Terapi.
Sebagian besar penderita stroke mencapai kemandirian dalam AKS,
meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ektremitas yang terkena belum
tentu baik. Dengan alat bantu yang disesuaikan, AKS dengan
menggunakan satu tangan secara mandiri dapat dikerjakan, kemandirian
dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan.
c. Terapi Wicara
Penderita stroke sering menagalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini
dapat ditangani oleh speech therapist dengan cara:
i. Latihan pernapasan (pre speech training) berupa latihan napas, menelan,
meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.
ii. Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan
mengucapkan kata-kata.
11
iii. Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi
mengucapkan kata-kata.
iv. Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.
d. Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam
membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan
antara lain: wheel chair, tripod, walker.
e. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui
serial fase psikologis, yaitu: fase shok, fase penolakan, fase penyesuaian
dan fase penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut
secara cepat, sedangkan sebagian lain mengalami secara lambat, berhenti
pada satu fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus
berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.
f. Sosial Medik
Pekerjaan sosial medik dapat memulai pekerjaan dengan wawancara
keluarga, keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan
lingkungan hidup serta keadaan rumah penderita.
3. Problem Rehabilitasi.15
a. Kesukaran atau tidak dapat transfer ambulasi
b. Kesukaran atau tidak dapat berkomunikasi
c. Kesukaran atau tidak dapat merawat diri sendiri
d. Kesukaran atau tidak dapat melakukan gerak
12
4. Problem Psikis.15
a. Rasa malu
b. Rasa rendah diri
c. Tidak dapat menerima kenyataan
d. Tidak mau menyesuaikan diri dengan kecacatannya
e. Beberapa mengalami penurunan intelegensia
5. Prognosis.15
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis:
1. Saat mulainya rehabilitasi medik, program dimulai kurang dari 24 jam maka
pengembalian fungsi lebih cepat. Bila dimulai kurang dari 14 jam maka
kemampuan memelihara diri akan kembali lebih dahulu.
2. Saat dimulainya pemulihan klinis, prognosis akan lebih buruk bila ditemukan
adanya: 1-4 minggu gerak aktif masih nol (negatif); 4-6 minggu fungsi tangan
belum kembali dan adanya hipotonia dan arefleksia yang menetap.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. M. S.
Umur : 71 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Noongan, Minahasa Tenggara.
Agama : Kristen Protestan
13
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
MRS : 15 – 03 – 2014
Tanggal periksa : 18 – 03 – 2014
II. ANAMNESIS
- Keluhan utama : Kelemahan anggota gerak sebelah kanan
- Riwayat penyakit sekarang :
Penderita masuk rumah sakit (MRS) dengan kelemahan tangan dan kaki
kanan yang dialami secara tiba – tiba sejak hari selasa (2 hari yang lalu) saat
penderita baru bangun tidur. Waktu bangun tidur, penderita hendak mencuci muka
dan tiba – tiba tangan dan kaki penderita terasa kram dan berat disertai sakit kepala
sehingga penderita kembali berbaring di tempat tidur. Setelah itu, penderita sudah
tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki kanan.
Bicara pelo kemudian dialami oleh penderita setelah kejadian tersebut
dengan mulut mencong ke kiri dan lidah penderita yang bengkok ke kanan.
Penderita kemudian dibawa ke RS Noongan untuk dirawat selama 2 hari dan
kemudian dirujuk ke RS Prof. Dr. R. D. Kandou. Riwayat trauma kepala,
penurunan kesadaran, mual, muntah, gangguan menelan, kejang, demam dan
penglihatan ganda disangkal penderita, dan bila makan atau minum penderita tidak
tersedak hanya saja mengalami kesulitan saat minum air dimana air selalu meler
keluar. Gangguan aktivitas kehidupan sehari – hari yang sekarang terasa adalah
susah berjalan. Penderita tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Tidak ada
gangguan BAB dan BAK.
- Riwayat penyakit dahulu :
14
Riwayat hipertensi (+) sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu, tidak terkontrol.
Riwayat DM, kolesterol, asam urat, penyakit jantung, penyakit ginjal disangkal
penderita.
- Riwayat keluarga :
Hanya penderita yang menderita sakit seperti ini dalam keluarga.
- Riwayat kebiasaan :
Penderita tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol dan penderita suka makan
makanan berlemak. Penderita adalah seorang ibu rumah tangga, suka berkebun
dan dominan menggunakan tangan kanan. Selama dirawat, penderita hanya dalam
posisi tidur/berbaring.
- Riwayat sosial ekonomi :
Penderita tinggal di rumah permanen 2 lantai dengan 4 kamar tidur yang dihuni
oleh 4 orang dewasa dan 1 orang anak. Penderita memiliki seorang suami dan 6
orang anak yang sudah berkeluaga. Saat ini, penderita tinggal dengan suami, anak
nomor 2 beserta suaminya dan dengan 1 orang cucu. Lantai rumah penderita
adalah lantai tegel, dinding beton, dan atap seng. Kamar tidur penderita berada di
lantai bawah. Sumber listrik PLN dan sumber air sumur. Kamar mandi di dalam
rumah (WC duduk), jarak dari tempat tidur ke WC dekat, kurang lebih 3 meter.
Biaya kehidupan sehari – hari cukup dibantu anak – anak penderita dan biaya
pengobatan di rumah sakit ditanggung oleh BPJS.
- Riwayat Psikologik :
15
Penderita tampak cemas dengan sakit yang dideritanya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : E4M6V5
Tanda vital : Tekanan darah = 160/90 mmHg
Nadi = 80 x/menit
Respirasi = 20 x/menit
Suhu = 36,5° C
Kepala : Mata : Pupil bulat isokor Ǿ 3 mm, RC +/+, RCTL +/+
Conjungtiva anemis (-), Sklera Ikteris (-)
Leher : Trakhea letak di tengah, pembesaran KGB (-)
Thorax : Cor/Pulmo = dalam batas normal. Rhonki -/- Wheezing -/-
Abdomen : Datar, lemas BU (+) Normal
Ekstremitas : Akral hangat, oedema (-)
TB : 160 cm
BB : 60 kg
IMT : BB (kg ) / TB (m ) 2 = 60(kg)/2,56(m) = 23,4 (normal)
Status Neurologis
Tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk (-), Laseque (-), Kernig (-), Brudzinsky (-)
Pemeriksaan Nervus cranialis :
- N. Olfaktorius : Tidak ada kelainan.
- N. Optikus : Tidak ada kelainan.
16
- N. Okulomotorius : Tidak ada kelainan.
- N. Troklearis : Tidak ada kelainan.
- N. Trigeminus : Tidak ada kelainan.
- N. Abdusens : Tidak ada kelainan.
- N. Facialis : Paresis N.VII Dextra (sentral).
- N. Vestibulokoklearis : Tidak ada kelainan.
- N. Glosofaringeus : Tidak ada keainan.
- N. Vagus : Tidak ada kelainan.
- N. Accesorius : Tidak ada kelainan.
- N. Hipoglossus : Paresis N.XII Dextra (sentral).
Status Motorik
PemeriksaanEkstremitas Superior Ekstremitas Inferior
D S D S
Gerakan hemiparesis N hemiparesis N
Kekuatan
Otot0/0/0/0
Kesan
3/3/3/30/0/0/0
Kesan
3/3/3/3
Tonus otot ↓ N ↓ N
Atrofi - - - -
Refleks
Fisiologis+ ++ + ++
Refleks
Patologis- - - -
Sensibilitas
Protopatik
Proprioseptik
hemihipestesi
hemihipestesi
2
2
hemihipestesi
hemihipestesi
2
2
17
Status Otonom
Tidak ada gangguan BAB dan BAK.
Lab Darah (17/0/2014)
No. Parameter Hasil Satuan Normal
1 MCV 79,2 80-100
2 MCH 28,9 po 27-35
3 MCHC 36,5 g/dl 30-40
4 Leukosit 6.800 /uL 4.000-10.000
5 Eritrosit 4,99 10ˆ6/uL 4,25-5,40
6 Hemoglobin 14,4 g/dL 12,0-16,0
7 Hematokrit 39,5 % 37,0-47,0
8 Trombosit 135 103/uL 150-450
9 Natrium 141 mmol/L 135-153
10 Kalium 3,27 mmol/L 3-5
11 Chlorida 106,1 mmol/L 98-109
12 GDP 92 mg/dL 70-125
13 Ureum 25 mg/dL 20-40
14 Creatinin 0,9 mg/dL 1,6-1,1
17 Kolesterol Tot 271 mg/dL 160-200
18 HDL/LDL 35/200 mg/dL 0-40/0-150
19 Trigliserida 182 mg/dL 30-190
Indeks Barthel
18
Aktivitas Tingkat Kemandirian N = Nilai
ABladder
Kontinensia, tanpa memakai alat bantu 1010Kadang-kadang ngompol 5
Inkontinensia urin 0
BBowel
Kontinensia, memasang enema, suppositoria tanpa dibantu 1010Dibantu 5
Inkontinensia alvi 0
CToileting
Tanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan dubur tidak mencemari baju). Boleh berpegangan pada bar dinding benda, memakai bad pen, dapat meletakkan di kursi & membersihkan, dibantu hanya salah satu kegiatan di atas.
105
Dibantu 5
DGrooming
Tanpa dibantu cuci muka, menyisir, hias, gosok gigi termasuk persiapan alat2 tersebut.
105
Dibantu 5
EDressing
Tanpa dibantu buka/pakai, resleting, ikat tali sepatu, termasuk pakaian khusus, boleh pakaian yang disesuaikan keadaan, mis. Kancing depan. Dibantu sebagian minimal, setangah tidak dibantu.
105
Dibantu 5
FFeeding
Tanpa dibantu memakan makanan normal lengkap 10
10Memakai alat-alat makanan. Dibantu sebagian hasil memotong, memoles mentega.
5
Dibantu 0
GTransfer
Dari kursi roda ke tempat duduk/sebaliknya termasuk duduk dan berbaring tanpa dibantu.
15
15Bantuan minor secara fisik atau verbal pada langkah2 diatas. 10Bantuan mayor secara fisik (1/2 org terlatih), tetapi dapat duduk/dgn tanpadibantu.
5
Tidak dapat duduk berpindah (sitting balance) 0
HMobility
Berjalan 16 m (50 yard) ditempat datar, boleh dengan alat bantu kecuali rolling walker. Mengayuh kursi roda 16 m, berkeliling, berputar, berjalan tanpa dibantu.
15
15Menguasai alat bantuannya, berjalan dengan bantuan minor fisik/verbal. Memakai kursi roda dengan di bantu.
10
Imobile 5
IStairs
Tanpa dibantu 105Dibantu secara fisik/verbal 5
Tidak dibantu 0
JBathing
Tanpa dibantu berendam, memakai pancuran 50
Dibantu 0
Total 100 80
Nilai Interpretasi :
0-20 disabilitas total
25-45 disabilitas berat
50-75 disabilitas sedang
19
80-90 disabilitas ringan
100 mandiri
Pemeriksaan Status Mini Mental State
Aspek Pemeriksaan Normal = Nilai
Kognitif Sekarang ini (tahun, musim, bulan, tanggal, hari) apa ? 5 5
Kita dimana ? (negara, propinsi, kota, rumah) 5 5
Registrasi Sebutkan 3 objek. Tiap 1 objek 1 detik, pasien disuruh
mengulang nama objek tadi. Nilai satu untuk tiap nama objek
yang benar.
3 3
Perhatian dan
kalkulasi
Pengurangan 100 dengan 7 terus menerus. Nilai 1 untuk tiap
jawaban yang benar, hentikan setelah 5 jawaban. Atau eja
terbalik kata “WAHYU”. Nilai diberikan pada huruf yang benar
sebelum kesalahan, mis. “UYAHW” (nilai 2), bila dieja secara
terbalik benar semua “UYHAW” nlai (5)
5 4
Mengenal
kembaliPasien disuruh menyebut lagi 3 objek diatas 3 3
Bahasa Pasien disuruh menyebut pensil, arloji 2 2
Pasien disuruh untuk mengulang; tanpa bila dan atau tetapi 1 1
Pasien mengikuti perintah “ambil kertas itu dengan tangan kanan
Anda, lipatlah menjadi dua, letakkan di lantai”3 0
Pasien disuruh membaca dan mengikuti perintah “PEJAMKAN
MATA ANDA”1 1
Pasien disuruh menulis secara spontan dibawah ini 1 0
Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini
1 0
Total 30 2 4
Penilaian :
<24 dianggap terdapat gangguan kognitif
>24 dianggap tidak terdapat gangguan kognitif
20
IV. RESUME
Wanita, 71 tahun datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah
kanan, bicara pelo (+). Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah = 160/90
mmHg, nadi = 80 x/menit, respirasi = 20 x/menit, suhu badan = 36,50C. Status
generalis: dalam batas normal, status neurologis didapatkan paresis N. VII dekstra
dan paresis N. XII dekstra. Pemeriksaan status motorik didapatkan gerakan
hemiparesis pada ekstremitas superior dekstra dan ekstremitas inferior dektra,
kekuatan otot ekstremitas superior dekstra dan ekstremitas inferior dekstra adalah
0/0/0/0 sedangkan kekuatan otot ekstremitas superior sinistra dan ekstremitas inferior
sinistra adalah kesan 3/3/3/3, tonus otot menurun pada ekstremitas superior dekstra
dan ekstremitas inferior sinistra, reflex fisiologis yang menurun pada ekstremitas
superior dekstra dan ekstremitas inferior sinistra, serta pada pemeriksaan sensibilitas
protopatik dan proprioseptik didapatkan hemihipestesi pada ekstremitas superior
dekstra dan ekstremitas inferior dekstra. Pada indeks Barthel didapatkan nilai 40
(disabilitas berat) dan pada pemeriksaan status Mini Mental Stage Examination
(MMSE) didapatkan nilai 24 (dianggap tidak terdapat gangguan kognitif)
V. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Hemiparesis dekstra + paresis N. VII dekstra + paresis
N. XII ec Stroke Iskemik, Hipertensi Grade II
Diagnosis topis : Lesi kortikal
Diagnosis etiologi : Stroke Iskemik
Diagnosis fungsional :
Impairment : kelemahan anggota gerak kanan dan gangguan
bicara
Disabilitas : gangguan AKS (grooming, dressing, toileting, dll).
21
Handicap : penderita tidak bisa pergi ke gereja
VI. PROBLEM REHABILITASI MEDIK
Kelemahan anggota gerak dekstra
Gangguan disabilitas AKS
Gangguan transfer dan ambulasi
Abnormal gait dan mobility
Gangguan bicara dan komunikasi
Gangguan vokasional
Gangguan kecemasan
VII. PENATALAKSANAAN
1. Terapi medikamentosa (dari bagian Neurologi)
Brain Act inj 500mg 2x1 amp.
Ranitidin 150 mg 2x1 amp.
Paracetamol 500mg 3x1 tab k/p.
Simvastatin 10 mg tab (0-0-1)
Amlodipin 10 mg tab (1-0-0)
2. Terapi Non-Medikamentosa
A. Fisioterapi
Evaluasi:
Kelemahan anggota gerak kanan, dengan kekuatan otot ektremitas
superior dan inferior sinistra 0/0/0/0
Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
22
Disabilitas
Program:
Breathing Exercise
Positioning (alih baring tiap 2 jam ke kiri dan ke kanan)
Proper Bed Positioning
Latihan mobilisasi bertahap (transfer ambulasi)
Latihan peningkatan LGS pasif pada ekstremitas superior dan
inferior dekstra
Infra-red pada ekstremitas superior dekstra dan ekstremitas inferior
dekstra (direncanakan)
B. Okupasi Terapi
Evaluasi:
Kelemahan anggota gerak dengan kekuatan otot ektremitas
superior dan inferior dekstra 0/0/0/0
Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (mandi,
berjalan, berpakaian)
Program:
Latihan peningkatan AKS (mandi, perawatan diri, berpakaian)
C. Ortotik Prostetik
Evaluasi: Penderita belum mampu untuk berjalan sendiri
Program: Rencana penggunaan kursi roda
D. Terapi Wicara
Evaluasi : Mulut mencong ke kanan, bicara pelo (+)
Program : Latihan bicara dan artikulasi
23
E. Psikologi
Evaluasi: Penderita merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya
Program:
Memberi dukungan mental pada penderita dan keluarga,
memberikan motivasi untuk berobat dan latihan
Memberi bimbingan dan konseling pada penderita dan keluarga
untuk kesiapan dalam menjalani program rehabilitasi medik agar
lebih percaya diri
F. Sosial medik
Evaluasi :
Biaya perawatan : BPJS Kesehatan
Rumah tinggal permanen, ada tangga kurang lebih 10 anak tangga,
lantai tegel, dinding tembok dan WC duduk
Program :
Memberikan edukasi dan bimbingan kepada penderita untuk
berobat dan berlatih secara teratur
Mengadakan edukasi dan evaluasi terhadap lingkungan rumah
VIII. PROGNOSIS
Prognosis vitam : dubia ad bonam
Prognosis functionam : dubia ad bonam
Prognosis ad sunationam : dubia ad bonam
24