Bahan Diskusi Abses-Mastoid Randy Untuk Kaka Dila
-
Upload
hammie-shop-palembang -
Category
Documents
-
view
53 -
download
4
Transcript of Bahan Diskusi Abses-Mastoid Randy Untuk Kaka Dila
Randy Januar Ramadhana
04091401030
ABSES MASTOID
PENDAHULUAN
Abses mastoid adalah suatu perjalanan penyakit dari mastoiditis, dimana terjadi
penumpukkan eksudat berupa pus dalam sel mastoid, sebagai bagian proses peradangan
dari mukosa sel-sel mastoid.1,2 Mastoiditis terjadi karena adanya perluasan peradangan
pada telinga tengah (Otitis Media) melalui aditus ad antrum ke dalam sel-sel tulang
mastoid.
Pada zaman sebelum adanya antibiotik mastoidektomi dilakukan pada hampir dari 20%
kasus otitis media akut. Sejak tahun 1948 angka ini semakin menurun menjadi kurang
dari 3% dan sekarang diperkirakan tindakan ini dilakukan pada kurang dari 5 kasus per
100.000 penderita otitis media akut. Namun belakangan ini terjadi peningkatan
komplikasi otitis media yang diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan prevalensi
pneumokokus yang resisten terhadap antibiotic.4
Mastoiditis dianggap juga dapat sebagai komplikasi dari otitis media, baik Otitis Media
Akut (OMA), maupun Otitis Media Suppuratif Kronik (OMSK) yang berbahaya karena
penyebaran proses radang tidak hanya terbatas pada tulang mastoid saja, namun dapat
meluas ke tempat lain; posterior ke sinus sigmoid (yang dapat menyebabkan thrombosis),
penyebaran ke posterior mencapai tulang oksipital yang kemudian menyebabkan
osteomielitis calvaria atau abses Citelli. Penyebaran ke superior dapat mencapai fossa
posterior cranium, subdural,dan meningen. Penyebaran ke anterior pus menyebar melalui
aditus ad antrum ke telinga tengah, ke lateral dapat membentuk subperiosteal abses, ke
inferior dapat terbentuk Bezold abscess; suatu abses pada bagian belakan insertion
muskulus sternocleidomastoideus, dan medial menyebar ke apex petrous menyebabkan
petrositis
Komplikasi mastoiditis intratemporal dapat berupa gangguan pada nervus facialis dan
atau labirinitis.
DEFINISI
1
Abses mastoid adalah suatu proses terkumpulnya nanah (pus) di dalam sel-sel mastoid
tulang temporal, yang merupakan kelanjutan dari mastoiditis4,5,4
Mastoiditis sendiri merupakan salah satu komplikasi yang timbul dari otitis media akut
ataupun otitis media supuratif kronik. Telinga tengah dan tulang mastoid memiliki
hubungan yang langsung, sehingga jika terjadi infeksi pada telinga tengah, akan dapat
menjalar ke tulang mastoid, sehingga terjadi mastoiditis.4,6
HUBUNGAN ANTARA TELINGA TENGAH DAN TULANG MASTOID
Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan enam
sisi. Dinding posteriomya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak tersebut
berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke arah umbo dari
membrana timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah
Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fosa kranii media. Pada bagian
atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan di bawahnya adalah
saraf fasiais. Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan tendonnya menembus
melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf korda timpani timbul dari
saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju inkus tetapi di
medial maleus, untuk keluar da.ri telinga tengah lewat sutura petrotimpanika. Korda
timpani kemudian bergabung dengan saraf lingua1is dan menghantarkan serabut-serabut
sekretomotorik ke ganglion submandibularis dan serabut-serabut pengecap dari dua
pertiga anterior lidah.
Gambar 1. Letak tulang mastoid pada telinga tengah
2
Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang di sebelah superolateral menjadi
sinus sigmodeus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus. Keduanya adalah a1iran
vena utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf vagus masuk ke telinga tengah
dari dasarnya. Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus. Di atas kanalis
ini, muara tuba eustacius dan otot tensor timpani yang menempati daerah superior tuba
kemudian membalik, melingkari prosesus kokleariformis dan berinsersi pada leher
maleus
Gambar 2. Letak Tulang mastoid di antara tulang-tulang sekitarnya
Dinding lateral dari telinga tengah adalah dinding tulang epitimpanum di bagian atas,
membrana timpani, dan dinding tulang hipotimpanum di bagian bawah. Bangunan yang
paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yang menutup lingkaran
koklea yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintas promontorium ini. Fenestra
rotundum terletak di posteroinferior dari promontorium, sedangkan kaki stapes terletak
pada fenestra ovalis pada batas posterosuperior promontorium. Kanalis falopii bertulang
yang dilalui saraf fasialis terletak di atas fenestra ovalis mulai dari prosesus
kokleariformis di anterior hingga piramid stapedius di posterior
Rongga mastoid berbentuk seperti piramid bersisi tiga dengan puncak mengarah ke
kaudal. Atap mastoid adalab fosa kranii media. Dinding medial adalab dinding lateral
fosa kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah duramater pada daerah ini. Pada
dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis semisirkularis
3
lateralis menonjol ke dalam antrum. Di bawah ke dua patokan ini berjalan saraf fasialis
dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen
stilomastoideus di ujung anterior krista yang dibentuk oleb insersio otot digastrikus.
Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi di
posterior aurikula
Dengan demikian, jika terjadi infeksi pada telinga tengah, akan sangat mudah menjalar ke
tulang mastoid, yang disebut mastoiditis. Proses mastoiditis yang berkelanjutan inilah
yang akan menyebabkan terjadinya abses mastoid.2,4
KOMPLIKASI OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS TERHADAP TULANG
MASTOID SEHINGGA TERJADI ABSES MASTOID
Penyebaran Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga terus menerus atau hilang
timbul.1
Otitis Media Akut dengan perforasi membrane timpani menjadi Otitis Media Supuratif
Kronis (OMSK), apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor yang
menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang
tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah, dan higienis yang buruk.1
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad
antrum. Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama
biasanya disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan
mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.
Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi untuk menjadi
serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan
kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan
otore. Siasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi OMSK
tipe benigna pun dapat meyebabkan suatu komplikasi, bila terinfeksi kuman yang virulen.
Dengan tersedianya antibiotika mutahir komplikasi otogenik menjadi semakin jarang,
Pemberian obat-obat itu sering menyebabkan gejala dan tanda klinis komplikasi OMSK
4
menjadi kabur. Hal tersebut menyebabkan pentingnya mengenal pola penyakit yang
berhubungan dengan komplikasi ini
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga tengah yang
normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di sekitamya.
Pertahanan pertama ini ialah mukosa kavum timpani yang juga seperti mukosa saluran
napas, mampu melokalisasi infeksi. bila sawar ini runtuh, masih ada sawar kedua, yaitu
dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid.Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak
di sekitamya akan terkena. Runtuhnya periostium akan menyebabkan terjadinya abses
subperiosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak berbahaya. Tetapi bila infeksi mengarah
ke dalam, ke tulang temporal, maka akan menyebabkan paresis nervus fasialis atau
labirinitis. Bila ke arah kranial, akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus
lateralis, meningitis dan abses otak
Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi
akan terbentuk. Pada otitis media supuratif akut atau suatu eksaserbasi akut penyebaran
biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen). Sedangkan pada kasus, yang kronis,
penyebaran melalui erosi tulang. Cara penyebaran lainnya ialah melalui jalan yang sudah
ada, misalnya melalui fenestra rotundum, meatus akustikus intemus, duktus perilimfatik
dan duktus endolimfatik
Otitis Media Suppuratif Kronik (OMSK) yang berbahaya karena penyebaran proses
radang tidak hanya terbatas pada tulang mastoid saja, namun dapat meluas ke tempat
lain; posterior ke sinus sigmoid (yang dapat menyebabkan thrombosis), penyebaran ke
posterior mencapai tulang oksipital yang kemudian menyababkan osteomielitis calvaria
atau abses Citelli. Penyebaran ke superior dapat mencapai fossa posterior cranium,
subdural, dan meningen. Penyebaran ke anterior pus menyebar melalui aditus ad antrum
ke telinga tengah, ke lateral dapat membentuk subperiosteal abses, ke inferior dapat
terbentuk Bezold abscess; suatu abses pada bagian belakan insertion muskulus
sternocleidomastoideus, dan medial menyebar ke apex petrous menyebabkan petrositis2,3
5
Gambar 3. Penyebaran Otitis Media Suppuratif Kronik (OMSK) ke daerah di sekitarnya
Penyebaran Penyebaran Otitis Media Suppuratif Kronik ke tulang mastoid
Pada waktu lahir mastoid terdiri dari satu sel udara yang disebut antrum, yang
berhubungan dengan kavum' timpani melalui saluran kecil yang disebut aditus ad antrum
Pada mastoid yang normal akan terjadi proses pneuniatisasi, yaitu terbentuknya sel-sel
udara, untuk menggantikan. sumsum tulang yang ada sebelumnya. Proses ini sudah
dimulai sejak lahir, dan akan berkembang sempurna pada usia 4-6 tahun. Derajat
pneumatisasi dipengaruhi oleh faktor keturunan serta adanya infeksi telinga tengah dan
mastoid yang berulang-ulang.
Pada keadaan tertentu, proses pneumatisasi dapat meluas ke bagian lain dari tulang
temporal. Sel-sel udara dapat meluas ke sekitar kalalis fasialis dan disebut sebagai sel-sel
retrofasial. Ke bawah, ke arah m.digastricus, sebagai sel tip, dan sekitar sinus sigmoid
sebagai sel perisinus, bahkan dapat mencapai. ke arah atas, ke daerah zigomatik. Hal ini
dapat menerangkan tentang kemungkinan perluasan infeksi dari kavum timpani ke tulang
mastoid.
6
Gambar 4. Mastoiditis, dimana infeksi dari telinga tengan menjalar ke rongga udara tulang mastoid
Sel udara mastoid dilapisi oleh modifikasi mukosa saluran napas. Infeksi mastoid terjadi
setelah infeksi telinga tengah melalui beberapa stadium, yaitu
1. Terjadi hiperemia dan edema mukosa yang melapisi sel udara mastoid
2. Akumulasi cairan serosa yang kemudian menjadi eksudat purulen
3. Demineralisasi dinding seluler dan nekrosis tulang akibat iskemia dan tekanan
eksudat purulen pada tulang septum yang tipis
4. Terbentuknya rongga abses akibat destruksi dinding sel udara yang berdekatan,
sehingga terjadi penggabungan sel udara mastoid (coalescence). Pada stadium ini
terjadi empyema dalam mastoid.
Pada mastoiditis akut sumbatan pada aditus ad antrum dapat terjadi karena edema
mukosa, hipertrofi mukosa, hiperplasia jaringan granulasi, mukosa polipoid, serpihan
tulang, sehingga menghambat aliran pus dari rongga mastoid ke telinga tengah.
Akibatnya terjadi pengumpulan pus di dalam rongga mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis
media akut pada anak hampir selalu diikuti dengan inflamasi sel udara mastoid, Bila pada
stadium ini tidak terjadi penyembuhan, maka akan terjadi. satu atau lebih keadaan
berikut4,6,7
1. Mastoiditis akut dengan periosteitis
2. Osteitis akut, disebut juga mastoiditis koalesen dengan atau tanpa abses sub
periosteum
7
3. Mastoiditis kronis
4. Mastoiditis akut dengan periosteitis, yaitu infeksi pada sel udara mastoid akan
meluas ke periosteum yang melapisi mastoid dan menimbulkan periosteitis.
Ja1annya infeksi dari sel mastoid ke periosteum melalui vena (tromboflebitis).
biasanya melalui v. emisaria mastoid
Gambar 5 Abses Bezold, yag disebabkan destruksi yang disebabkan oleh OMSK pada sisi medial tip
mastoid ke insisura digastrika
Osteitis akut mastoid, disebut juga mastoiditis koalesen akut atau mastoiditis akut
surgikal. Pada stadium ini terjadi empyema dalam mastoid. Bila pada stadium ini tidak
terjadi penyembuhan, maka pus dapat meluas ke salah satu atau lebih jalan berikut
1. Anterior menuju telinga tengah menuju aditus ad antrum. Biasanya terjadi
penyembuhan spontan
2. Destruksi ke lateral pada korteks mastoid menimbulkan abses subperiosteum
3. Destruksi pada sisi medial tip mastoid ke insisura digastrika menimbulkan abses
Bezold
4. Ke medial sel udara tulang petrosus menimbulkan petrositis
5. Ke posterior ke tulang oksipital menimbulkan osteomielitis tulang tengkorak
6. Yang sangat jarang terjadi ialah apabila perforasi korteks terjadi di dasar posterior
dari zygoma. menirnbulkan abses zygoma
Pada OMSK dengan kolesteatom, sumbatan aditus ad antrum disebabkan oleh adanya
kolesteatom di antrum dan sel mastoid. Hal ini menghambat aliran pus ke telinga tengah
dan liang telinga. Selanjutnya terjadi pengumpulan pus di dalam rongga mastoid sehingga
terbentuk abses mastoid. Kadang abses dapat tembus keluar dan menimbulkan fistel.
8
Gambar 6 Abses Mastoid, dimana terjadi pengumpulan pus di dalam rongga mastoid yang
merupakan kelanjutan dari mastoiditis
GEJALA KLINIS
Gejala Klinis abses mastoid biasanya sulit dibedakan dengan gejala klinis pada Otitis
Media Suppuratif Kronik (OMSK), namun terdapat adanya tambahan gejala di bawah ini
yang dapat mendukung diagnosa abses mastoid
1. Adanya proses inflamasi menambah nyeri tekan tulang mastoid
2. Aurikular terdorong keluar dan kebawah
3. Discharge purulen dapat keluar melalui perforasi membran timpani, liang telinga
terisi pus dan debris
4. Membran timpani dapat terjadi protrusi seperti puting
5. Regio retroaurikular terdapat abses subperiosteal yang berfluktuasi
6. Kadang2 terdapat fistula antara sel-sel mastoid dengan regio retroaurikula
7. Gambaran sistemik radang akut berupa demam
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosa abses mastoid adalah melalui
pemeriksaan mikrobiologi dan pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan Mikrobiologi
9
Pemeriksaan mikrobiologi sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi kuman penyebab,
dimana sediaan diambil langsung dari abses dengan insisi drainase, atau pada operasi
mastoidektomi
Jika merupakan komplikasi Jika mempakan komplikasi mastoiditis akut maka kuman
yang ditemukan sama dengan kuman penyebab Otitis Media Akut yaitu Streptococcus
pneumonia dan Hemophilus influenzae. Sedangkan jika merupakan komplikasi dari
mastoiditis subakut dan kronis, kuman penyebabnya Staphylococcus aureus dan gram
negatif seperti E. coli, Proteus dan Pseudomonas
Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi, mastoiditis ataupun abses mastoid biasanya didapatkan
adanya perselubungan pada tulang mastoid dan sekitarnya
Gambar 7. CT Scan pada wanita berusia 6 tahun dengan mastoiditis akut. Tampak perselubungan
pada sel-sel mastoid disertai edema mukosa
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada mastoiditis dan abses mastoid dapat berupa
Insisi dan drainase abses
Seperti pada semua abses, maka jika terjadi empiema pada subperiosteal mastoid yang
membesar secara progresif, maka sebaiknya dilakukan insisi dan drainase abses. Insisi
sebaiknya dilakukan retroaurikula, dibelakang sulkus retroaurikula agar tidak mengenai
nervus fasialis. Drainase abses bisa menggunakan abbocath ukuran 16 atau 18, dan
ditusukkan searah dengan sulcus retroauricular
Medikamentosa
10
Diberikan sesuai hasil kultur dan resistensi
Cocok dengan strain bakteri yang sering menyebabkan otitis media akut, yaitu S.
pneumoniae, H. influenza dan Streptococcus pyogenes grup A
Dapat melewati sawar darah otak
Mempertimbangkan adanya multi drug resistance
Analgesik, antipiretik, dan kombinasi antibiotik/steroid topical
Untuk antiboitik sistemik dapat diberikan Vancomycin, Cefotaxime (yang efektif
untuk S. Pneumoniae)
Tetes telinga: Neomycin, polymyxin B, dan hidrokortison, Ciprofloxacin dan
hidrokortison
Mastoidektomi
Tindakan yang dilakukan dengan cara membuka sel udara tulang mastoid dengan insisi
pada regio retroaurikular dan membuka korteks mastoid. sel-sel mastoid yang berisi pus
dibuka dan dibersihkan serta membuka kembali akses drainase dan aerasi ke meatus
media, lalu mengangkat jaringan granulasi serta mukosa yang oedem dan polipoid,
kemudian dilakukan irigasi telinga dan pemasangan drain, yang dipertahankan sekurang-
kurangnya 2 hari.
Miringotomi/timpanosentesis
Jika terjadi bulging membran timpani yang masih utuh. Dilakukan untuk mengambil
spesimen dalam kavum telinga tengah dan mengurangi rasa sakit.
Tympanostomy tube placement
Memudahkan drainase pus yang terjebak di dalam kavum timpani dan aerasi, serta
membantu memasukkan antibiotik topikal liang telinga tengah. Dapat dilakukan
bersamaan dengan mastoidektomi.
REFERENSI
1. Soepardi EA, Iskandar NI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-
Tenggorokan. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
1997
11
2. Adams Gl, Boies LR, Higler PA. Alih Bahasa: Wijaya C. Editor: Effendi H,
Santoso K. BOIES: Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 1997
3. Devan PP. Middle ear, Mastoiditis. http://www.emedicine.com/ent/topic740.htm.
Diakses pada tanggal 10 November 2007
4. Parry D, Rolland PS. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Medical Treatment.
http://www.emedicine.com/ent/topic214.htm. Diakses pada tanggal 10 November
2007
12
LAPORAN KASUS
ABSES MASTOID DEKSTRA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. L
Usia : 42 tahun
Alamat : Pasir Balengkong Rt. 17
Tanggal MRS : 17 Oktober 2007
Ruang Perawatan : Ruang Dahlia
ANAMNESA
Diberikan oleh pasien pada tanggal 1 November 2007. Pasien adalah post operasi revisi
mastoidektomi dekstra pada tanggal 24 Oktober 2007.
Keluhan Utama : Nyeri pada bagian belakang daun telinga kanan sejak 5 bulan yang
lalu
Riwayat Sakit Sekarang
Nyeri berdenyut dan dirasakan terus menerus
Dari liang telinga keluar cairan berupa nanah dan kadang-kadang disertai darah
Nyeri akan bertambah jika cairan tertumpuk di dalam telinga dan berkurang jika
cairan dikeluarkan.
Bagian belakang daun telinga dirasakan panas dan bengkak
Muka perot, tertarik ke sisi kanan sejak 4 bulan post operasi
Sejak 1 bulan yang lalu, telinga bagian belakang atas berlubang dan dari lubang
keluar nanah.
Telinga dirasakan gatal dan berdenging tanpa disertai perasaan badan berputar
Telinga kanan tidak bisa mendengar suara
Suara menjadi parau sejak 1 bulan yang lalu.
Tenggorokan penuh dengan dahak pada saat tidur sehingga pada malam hari
pasien sering batuk tanpa disertai sesak
Pasien susah menelan makanan dan minuman
Badan panas dan terasa lemas
13
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada saat umur 2 tahun, pasien pernah sakit telinga dengan disertai
pembengkakan pada daerah belakang telinga, berlubang dan keluar nanah. Diberi
obat (jenis tidak diketajui) dan sakit hilang. Pendengaran pada telinga kanan
berkurang sejak saat itu.
Pada awal bulan Mei 2007, infeksi pada bagian belakang telinga kanan dan
dioperasi pada 23 Mei 2007. Pasien rutin kontrol ke rumah sakit
Tidak ada riwayat diabetes, dan hipertensi
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Tekanan 130/90 mmHg, Suhu 38,2°C
Status Lokalis
Telinga
Kanan Kiri
Aurikula Terdapat lubang pada
bagian tengah atas telinga
yang tembus ke retro
aurikula
Tidak ditemukan kelainan
Discharge Pus dan darah. Tidak ada
Canalis auditorius eksternus Tertutup sekret pus Tidak ditemukan kelainan
Membran timpani dekstruksi Warna putih mutiara,
bombans/retraksi (-), refleks
cahaya baik
Mastoid Nyeri tekan (+), berlubang
dengan otot temporalis
menutupi 1/3 atas,
discharge pus (+)
Nyeri (-)
Tes Rhine Tidak ada respon Positif
Tes Weber Tidak ada respon Lateralisasi (-)
14
Tes Schwabah Tidak ada respon Memendek
Hidung
Kanan Kiri
Discharge Mukosa kering, pus (-) Mukosa kering, pus (-)
Konka nasi Pembesaran (-) Pembesaran (-)
Septum nasi Simetris Simetris
Tumor Tidak ada Tidak ada
Faring
Kanan Kiri
Arcus faring Hiperemi (-), uedema (-) Hiperemi (-), uedema (-)
Palatum durum Terdapat bercak macula
putih
Terdapat bercak macula
putih
Tonsil T1, hiperemi (+), kripta (-),
detritus (-), peritonsil edema
(-)
T1, hiperemi (+), kripta (-),
detritus (-), peritonsil edema
(-)
Lain-lain
Lidah : deviasi ke kanan
Refleks muntah
Kanan : tidak ada
Kiri : ada
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap tanggal 17 Oktober 2007
Leukosit : 19.400/mm3
Eritrosit : 4,99 juta/mm3
Hb : 14,1 mg/dl
HCT : 44,4
Darah Lengkap tanggal 22 Oktober 2007
Leukosit : 14.000 mm3
15
Hb : 13,5
HCT : 40,1
LED 38
LFT
SGOT 11 mg/dl
SGPT : 15 mg/dl
Bilirubin total : 0,5
Bilirubin direk 0,1
Bilirubin indirek : 0,4
RFT
Ureum : 22,9
Kreatinin : 0,9
Elektrolit Darah :
Na+ : 135, Ka+ : 3,4, Cl- : 105
Diagnosa Kerja Sementara
Abses mastoid dekstra post op revisi mastoidetomi dekstra
Diagnosa Komplikasi
Parese Nervus fasialis perifer deksta, parese Nervus Vagus dekstra
Diagnosa lain
Oral candidiasi
Tatalaksana
IVFD Ringer Laktat 20 tpm
Metronidazole tab 3 x 500 mg
Ketoconazole tab 3 x 200 mg
Cimetidine 3 x 1 tab
Paracetamol tab 3 x 500 mg
Dextrometorphan 3 x 1 tab
16
Xanax 0 – 0 – 1
Neurobion inj 1 amp/hari
Tarivid tetes telinga : 2 x 5 gtt aurikula dekstra
Rawat luka pada telinga kanan : H2O2, betadine
Konsul bedah saraf
Konsul fisioterapi : parese fasialis D
Konsul psikiatri
17