Lapkas Mata
description
Transcript of Lapkas Mata
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan
Katarak merupakan penyakit mata yang dikenal masyarakat saat ini. Hal ini
akibat mulai terdapat kesadaran pada lansia bahwa katarak adalah kelainan mata pada
usia lanjut. Terdapat beberapa kelainan yang sering dihubungkan dengan usia lanjut
seperti katarak, glaucoma, degenerasi makula, dan proses yang sering terjadi seperti
pengaruh penyakit kencing manis (diabetes mellitus).1
Katarak adalah setiap keeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya yang
disebabkan oleh berbagai keadaan. Katarak dapat menyebabkan berbagai komplikasi
bahkan sampai menyebabkan kebutaan.2 Prevalensi kebutaan di dunia sebesar 0,7%
dengan penyebab katarak 39%, kelainan refraksi 18% dan glaukoma 10%. WHO
memperkirakan terdapat 38 juta orang buta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh
katarak. Katarak yang berhubungan dengan usia menyebabkan kira-kira 48%
kebutaan didunia, yaitu sekitar 18 juta orang. Sekitar 85% dari penderita katarak
adalah orang lanjut usia (senile).2,3 Di Indonesia, prevalensi kebutaan lebih tinggi
mencapai 0,9%. Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0,78%), glaukoma
(0,20%), kelainan refraksi (0,14%), dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan
dengan lanjut usia (0,38%).2
Jenis katarak yang paling sering terjadi adalah katarak senilis. Katarak senilis
merupakan kekeruhan lensa yang terjadi pada usia diatas 40 tahun. Prevalensi
nasional katarak pada penduduk usia 45-54 tahun adalah sebesar 1,4%, usia 55-64
tahun sebesar 3,2%, usia 65-74 tahun sebesar 5,5% dan usia 75 tahun keatas sebesar
7,6%. Pada usia lanjut banyak terjadi perubahan pada lensa mata, antara lain
peningkatan massa dan ketebalan lensa serta penurunan daya akomodasi. Hal tersebut
yang mengakibatkan semakin tingginya kejadian katarak pada usia lanjut.2
Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, perubahan
proliferasi dan kerusakan kontinuitas serat serat lensa. Secara umum udema lensa
bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak. Katarak imatur (insupien) hanya
sedikit opak. Katarak matur yang keruh total mengalami sedikit edema. Apabila
kandungan air maksimum dan kapsul meregang, katarak disebut intumesensi
1 | P a g e
(membengkak). Pada katarak hipermatur relative mengalami dehidrasi dan kapsul
mengkerut akibat air keluar dari lensa dan meninggalkan kekeruhan.4
Terapi definitif katarak pada dasarnya adalah melalui tindakan pembedahan
yang bertujuan untuk memperbaiki tajam penglihatan pasien. Teknik pembedahan
katarak antara lain ekstraksi katarak intra kapsuler (EKIK), ekstraksi katarak ekstra
kapsuler (EKEK), dan yang sering digunakan adalah fakoemulsifikasi. Namun, dalam
pelaksanaannya perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempersulit tindakan,
mempengaruhi hasil operasi maupun faktor yang dapat meningkatkan risiko
timbulnya komplikasi. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah adanya
kelainan refraksi, yaitu miopia.5
2 | P a g e
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Anatomi lensa mata
Pembentukan lensa dimulai di bagian akhir dari trimester pertama sebagai sel
permukaan ektodermal, segera melapisi vesikel optik yang berkembang, diinduksi
untuk menebal dan membentuk placode lensa. Permukaan anterior lensa manusia
dewasa normal adalah setara dengan satu setengah dari 15 derajat spheroid,
sedangkan permukaan posterior adalah setara dengan satu setengah dari 30 derajat
spheroid. Ketebalan lensa adalah ukuran lensa dari anterior ke posterior tiang
sepanjang sumbu visual, sedangkan lebar lensa adalah rentang antara tegak lurus
terhadap sumbu visual.6
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan.
Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 10 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh
zonula ( zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah
anterior lensa terdapat humor aquaeus dan disebelah posterior terdapat vitreus.
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di
lensa dari pada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat
dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah
ataupun saraf di lensa.7
Gambar 1 : Anatomi lensa mata8
3 | P a g e
Lensa bentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata
belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di
dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga
membentuk nucleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan bagian yang paling
dahulu dibentuk atau serat lensa tertua didalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat
dibedakan nucleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nucleus lensa ini
terdapat serat lensa yang lebih mudah dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks
yang terletak disebelah depan nucleus lensa disebut sebagai korteks anterior,
sedangkan dibelakangnya disebut korteks posterior. Nukleus lensa memiliki
konsistensi lebih keras dibandingkan korteks lensa yang lebih mudah.7,8
Lensa terdiri dari :8
a. Kapsul lensa
b. Epitel lensa
c. Korteks lensa
d. Nukleus lensa.
Gambar 2. Struktur lensa mata7
Lensa adalah suatu struktur berbentuk bikonveks,avaskuler, transparan,terletak
di belakang iris dan di depan corpus vitreous.
Fungsi Lensa :
1. membiaskan cahaya
2. memelihara transparansinya
3. proses akomodasi.
4 | P a g e
Lapisan epitel hanya terdapat pada bagian anterior lensa yang terdiri dari
selapis sel epitel kuboid yang tersusun ireguler. Di sinilah terjadinya aktivitas
metabolisme dan transport aktif yang membawa keluar seluruh hasil aktivitas sel
normal termasuk Deoxyribonucleic Acid (DNA), Ribonucleic Acid (RNA), protein
dan sintesis lipid. Di sini pula terbentuk Adenosine Triphosphate (ATP) yang
dibutuhkan oleh lensa untuk transport nutrisi karena lensa merupakan organ
avascular.
Korteks lensa merupakan bagian yang lebih lunak dari pada nukleus lensa.
Nukleus merupakan serat massa lensa yang terbentuk sejak lahir dan korteks
merupakan serat baru yang terbentuk setelah lahir. Sesuai dengan bertambahnya
usia, serat-serat lamelar sub epitel terus berproduksi, sehingga lama kelamaan lensa
menjadi lebih besar dan kurang elastis.9
B. Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai
ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya
paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot
siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang
elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris,
zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-
lahan berkurang.
Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium
dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar
kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar
natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan
keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke
bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.
Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur
5 | P a g e
HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga
untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah
enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi
fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.10
C. Defenisi Katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-
duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun
dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.10
D. Klasifikasi Katarak11
Klasifikasi katarak diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria
berbeda, yakni :
1. Klasifikasi Morfologik
a. Katarak Kapsular
b. Katarak Subkapsular
c. Katarak Nuclear
d. Katarak Kortikal
e. Katarak Lamellar
f. Katarak Sutural
2. Klasifikasi berdasarkan etiologinya
a. Katarak yang berhubungan dengan usia
b. Trauma
Pembedahan Intraoculer sebelumnya seperti Vitrectomy pars plana,
pembedahan glukoma (trabeculoctomy atau iridotomy).
c. Metabolik
- Diabetes mellitus sering dihubungkan dengan katarak senilis.
- Galactosemia
-Toxic pada obat-obatan steroid yang dapat menyebabkan katarak
subcapsular.
3. Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasi dalam12
a. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun.
b. .Katarak Juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun sampai 20 tahun.
c. Katarak senil, Katarak setelah usia 50 tahun.
6 | P a g e
d. Katarak presenil, yaitu katarak sebelum usia 50 tahun.
E. Grade Katarak13
Gambar 3 : Grade dari tipe-tipe katarak..
F. KATARAK PRE SENILIS
Katarak presenilis merupakan kekeruhan lensa yang terjadi pada usia kurang
dari 50 tahun.12 Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Kekeruhan
lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga mengganggu fungsi
penglihatan Pada usia 70 tahun, lebih dair 90% individu mengalami katarak senilis.
Umumnya mengenai kedua mata dengan salah satu mata terkena lebih dulu..
Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi katarak senilis antara
lain:
7 | P a g e
1. Herediter
2. Radiasi sinar UV
3. Faktor makanan
4. Krisis dehidrasional
5. Merokok .14
F. Etiologi
Peyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Namun, diduga
katarak senilis terjadi karena:
1) Proses pada nukleus Oleh karena serabut-serabut lensa yang terbentuk
lebih dahulu selalu terdorong ke arah tengah maka serabut-serabut lensa
bagian tengah akan menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi,
penimbunan ion kalsium (Ca) dan sklerosis. Pada nukleus ini kemudian
terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi kurang
hipermetropi.
2) Proses pada korteks Timbul celah-celah diantara serabut serat lensa, yang
berisi air dan penimbunan ion Ca sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih
cembung dan membengkak menjadi lebih miopi.
3) Etiologi katarak bersifat multifaktorial dan sampai saat ini belum
sepenuhnya diketahui secara pasti. Beberapa faktor yang diduga
berpengaruh terhadap terjadinya katarak antara lain umur, genetik,
diabetes melitus, kekurangan gizi antara lain defisiensi vitamin A,C,E,
pemakaian obat-obatan tertentu serta faktor lingkungan seperti paparan
sinar ultraviolet dan merokok.15
G. Patofisiologi
Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi, ditandai dengan adanya perubahan pada serabut halus multiple
(zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa
Misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan
Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga terjadinya
pengkabutan pandangan /kekeruhan lensa sehingga dapat menghambat
jalannya cahaya ke retina. Hal ini diakibatkan karena protein pada lensa
menjadi water insoluble dan membentuk partikel yang lebih besar. Dimana
diketahui dalam struktur lensa terdapat dua jenis protein yaitu protein yang
8 | P a g e
larut dalam lemak (soluble) dan tidak larut dalam lemak (insolube) dan pada
keadaan normal protein yang larut dalam lemak lebih tinggi kadarnya dari
pada yang larut dalam lemak. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi karena disertai adanya influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.16,17
Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan
menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi
lebih padat. Adapun lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga
kemampuan fokus untuk melihat benda dekat berkurang. Pada usia tua akan
terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa yang
mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis nuklear). Pada
saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein dengan
berat molekul yang tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa
sehingga memantulkan sinar masuk dan mengurangi transparansi lensa.
Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan pigmen pada nuklear
lensa. Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan
pertambahan usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi
kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan
penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang. Sebagaimana lensa
berkembang seiring usia, berat dan ketebalan terus meningkat sedangkan daya
akomodasi terus menurun. Bermacam mekanisme memberikan kontribusi
pada hilangnya kejernihan lensa. Epitelium lensa dipercaya mengalami
perubahan seiring dengan pertambahan usia, secara khusus melalui penurunan
densitas epitelial dan differensiasi abberan dari sel-sel serat lensa. Sekali pun
epitel dari lensa katarak mengalami kematian apoptotik yang rendah di mana
menyebabkan penurunan secara nyata pada densitas sel, akumulasi dari
serpihan-serpihan kecil epitelial dapat menyebabkan gangguan pembentukan
serat lensa dan homeostasis dan akhirnya mengakibatkan hilangnya kejernihan
lensa. Lebih jauh lagi, dengan bertambahnya usia lensa, penurunan ratio air
dan mungkin metabolit larut air dengan berat molekul rendah dapat memasuki
9 | P a g e
sel pada nukleus lensa melalui epitelium dan korteks yang terjadi dengan
penurunan transport air, nutrien dan antioksidan. Kemudian, kerusakan
oksidatif pada lensa pada pertambahan usia terjadi yang mengarahkan pada
perkembangan katarak senilis. Berbagai macam studi menunjukkan
peningkatan produk oksidasi (contohnya glutation teroksidasi) dan penurunan
vitamin antioksidan serta enzim superoksida dismutase yang menggaris-
bawahi peranan yang penting dari proses oksidatif pada kataraktogenesis.
Patogenesis katarak berhubungan dengan usia merupakan
multifactorial dan tidak seluruhnya dipahami. Saat lensa menua, lensa
bertambah berat dan tebal serta menurun kekuatan akomodasinya. Karena
lapisan baru serabut-serabut korteks dibentuk secara konsentris, nukleus lensa
mengalami kompresi dan menjadi protein dengan berat molekul tinggi. Hasil
agregasi protein menyebabkan fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks refraksi
lensa, menghamburkan sinar cahaya, dan mengurangi transparansi lensa.
Modifikasi kimia protein lensa nukleus juga menghasilkan pigmentasi yang
progresif. Lensa menjadi berwarna kuning atau kecoklatan dengan
bertambahnya usia (brown sclerotic nucleus). Hal ini terjadi karena paparan
sinar ultraviolet yang lama kelamaan merubah protein nucleus lensa.
Perubahan yang berhubungan dengan usia lainnya dalam lensa adalah
penurunan konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium
dan kalsium, dan peningkatan hidrasi.17
Patofisiologi terjadinta katarak akibat penggubaan steroid masih belum
pasti dan banyak pendapat untuk menjelaskannya. Menurut coltier,
terbentuknya katarak akibat terapi kortikosteroid ini karena reaksi spesifik
dengan asam amino dari lensa sehingga menyebabkan agregasi protein dan
kekeruhan lensa. Katarak subkapsuler posterior khas terbentuk pada katarak
akibat kortikosteroid, hal ini disebabkan oleh migrasi abnormal dari sel epitel
lensa. Aktivasi reseptor glukokortikoid pada sel epitel lensa yang berakibat
proliferasi sel, penurunan apoptosis dan menghambat diferensial sel.18
H. Klasifikasi Katarak Senilis19,20
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:
1. Katarak senilis kortikal
10 | P a g e
Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan
penurunan asam amino dan kalium, yang mengakibatkan kadar natrium
meningkat. Hal ini menyebabkan lensa memasuki keadaan hidrasi yang
diikuti oleh koagulasi protein.
2. Katarak Senilis nuclear
Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa
menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi. Maturasi pada katarak
senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa kehilangan
daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan
akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa
mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi
akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus berwarna
coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen
dan jarang berwarna merah (katarak rubra).
3. Katarak senilis subcapsuler posterior
Katarak subkapsular posterior atau katarak cupuliformis, terdapat pada
korteks di dekat kapsul posterior bagian sentral dan biasanya di aksial. Pada
awal perkembangannya, katarak ini cenderung menimbulkan gangguan
penglihatan karena adanya keterlibatan sumbu penglihatan. Gejala yang
timbul adalah fotofobia dan penglihatan buruk dibawah kondisi cahaya
terang, akomodasi, atau miotikum. Ketajaman penglihatan dekat menjadi
lebih berkurang daripada penglihatan jauh. Beberapa pasien mengalami
diplopia monokular. Katarak subkapsular posterior sering terlihat pada
pasien yang lebih muda dibandingkan dengan pasien yang menderita
katarak nuklear atau kortikal. Selain itu sering ditemukan pada pasien
diabetes mellitus, miopia tinggi dan retinitis pigmentosa serta dapat juga
terjadi akibat trauma, penggunaan kortikosteroid sistemik atau topikal,
inflamasi, dan paparan radiasi ion.
11 | P a g e
Gambar 4. Tipe katarak senilis.19
Pada katarak senilis terjadi derajat maturasi sebagai berikut :
- Katarak insipien
Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan
adanya area yang jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari
ekuator ke arah sentral (kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral
(kupuliform).
- Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa.
Volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik,
bahan lensa yang degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.
- Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa.
Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat
maturasi ini. Bila terus berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.
- Katarak hipermatur
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair.
Cairan keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.
12 | P a g e
- Katarak Morgagni
Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa
menggenang bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan
terus dan menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.
I. Manifestasi klinis katarak senilis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi
secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan
bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monocular
5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata
Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp.17
J. Diagnosa
Diagnosa katarak presenilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi
adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan
kelainan jantung.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak
subcapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan
13 | P a g e
adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap
penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas
lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris,
bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati,
gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian
dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa
sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata
sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Pemeriksaan
shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain
itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari
intergritas bagian belakang harus dinilai.17
Gambar 5 : Jenis Katarak dengan pemeriksann slip lamp19
K. Tatalaksana Katarak19,20
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu
intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi
(ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur
operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
14 | P a g e
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan dipindahkan dari mata melalui insisi korneal superior
yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama
populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui
robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit
yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.
3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang
sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan
digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah
lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan
tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan
pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan
15 | P a g e
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat
pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.
LENSA TANAM INTRAOKULER
Lensa intraokuler memiliki banyak jenis, tetapi sebagian besar desain
terdiri atas sebuah optic bikonveks di sentral dan dua buah kaki (atau heptik)
untuk mempertahankan optik di posisinya. Posisi lensa intraokuler yang
optimal adalah di dalam kantung kapsuler setelah dilakukannya prosedur
ekstrakapsuler. Ini berhubungan dengan rendahnya insiden komplikasi pasca
operasi seperti glaucoma, kerusakan iris, hifema dan desentrasi lensa.15,18
Pembagian besar dari lensa intraokuler berdasarkan metode fiksasi pada mata :
IOL COA : Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA
Lensa yang disangga iris : lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat
komplikasi yang tinggi.
Lensa bilik mata belakang : Lensa diletakkan di belakang iris, disangga
oleh sulkus siliaris atau kapsula posterior lensa.18
16 | P a g e
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E.A
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Base-G
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Tanggal Pemeriksaan : 13-April-2015
No. Rekam Medik : 27 33 20
3.2. Anamnesa
Keluhan Utama : Pengelihatan kabur pada kedua mata
Riwayat penyakit sekarang : ± 2 bulan sebelum pasien datang berobat di poliklinik
mata RS. Dok 2 pasien mengaku penglihatan mulai kabur pada kedua mata pasien.
Pasien mengaku tidak bisa melihat orang dengan jelas dan sulit untuk membaca
tulisan. Dalam kesehariannya pasien sering mengeluhkan seperti melihat kabut
berasap di depan matanya. Pasien mulai susah membaca ± 1 bulan sebelum datang
berkunjung ke poli mata. Pasien kesehariannya tinggal di rumah berlabuh dekat
pantai base-G. Karena tempat tinggalnya yang dekat pantai, pasien sering
mengeluhkan susah untuk melihat cahaya matahari. Pasien sebelumnya ± 4 tahun
yang lalu sudah perna mencari pengobatan di poliklinik mata RS dok 2 jayapura
karena pasien merasakan mata pasien mulai kabur dalam melihat barang dan pasien
juga pasien mengeluhkan merah dan perih pada matanya. Setelah diperiksa, pasien
mengaku hanya diberikan obat saja. Setelah berobat pasien mengaku mata pasien
masih tetap kabur tapi tidak terlalu mengganggu aktifitas fisik sehingga pasien tidak
kembali lagi untuk mencari pengobatan. Dari medical record yang ada pasien
diberikan terapi c.xitrol 4-6 tetes/hari. Pasien juga mengaku sering menggunakan
obat tetes mata yang dibeli di apotik. Dari anamnesa yang didapat juga pasien
mengaku dulu waktu masi berumur 30 tahun pasien sempat menderita alergi
17 | P a g e
terhadap ikan. Karena alergi tersebut badan pasien luka-luka, bahkan sampai luka
bernanah. Akhirnya pasien sempat mencari pengobatan di poli kulit dok 2 dan diberi
terapi untuk luka-luka tersebut. Menurut pasien obat yang diberikan adalah obat
prednison, CTM dan antibiotic amoksisilin, da nada obat salep yang menurut pasien
itu berupa obat racik. Sehingga apabila pasien merasa alergi kambu kembali pasien
sering mengkonsumsi obat-obat tersebut.
Riwayat penyakit dahulu : - Diabetes Melitus disangkal.
- Hipertensi disangkal.
- Kolesterol disangkal.
- Riwayat trauma pada mata disangkal.
- Riwayat penggunaan obat yang mengandung
kortikosteroid (c.xitrol dan prednisone).
3.3. Pemeriksaan Fisik Umum
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 78x/m
Respirasi : 21x/m
Suhu Badan : Afebris
Jantung dan paru : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Status Neurologis
Motoris : Kesan Baik
Sensoris : Kesan Baik
Refleks : Kesan Baik
Status Psikiatri
Penampilan : Personal hygine cukup
Perilaku : Kooperatif
Mood : Kesan baik
Afek : Kesan baik.
18 | P a g e
3.4. PEMERIKSAAN KHUSUS / STATUS OPHTALMOLOGI
1. Pemeriksaan Subjektif
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Form Sence Sentral Distance Vision
(Snellen Cart)
1/60 Ph(tidak
terkoreksi)
1/60 Ph(tidak
terkoreksi)
Near Vision
(Jaegger Test)
Perifer
Colour Sence
Light Sence
Light Projection
2. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Bagian luar
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Inspeksi
Umum
Edeme - -
Hiperemi - -
Sekret - -
Lakrimasi - -
Fotofobia + +
Blefarospasme - -
Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia
Benjolan/Tonjolan - -
Supersilia Normal Normal
Inspeksi
Khusus
Palpebra
Posisi Normal Normal
Warna Normal Normal
Bentuk Normal Normal
Edema - -
Pergerakan Normal Normal
Ulkus - -
Tumor - -
Lain-lain - -
19 | P a g e
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Inspeksi Khusus
Margo Palpebra
Posisi Normal Normal
Ulkus - -
Krusta - -
Silia - -
Skuama - -
PalpebraWarna Normal Normal
Sekret - -
Edema - -
BulbiWarna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Benjolan - -
Pembuluh Darah
Normal Normal
Injeksi - -
Forniks Normal Normal
Posisi Normal Normal
Gerakan Normal Normal
Bulbus Okuli
SkleraWarna Putih Putih
Perdarahan - -
Benjolan - -
Lain-Lain - -
Kornea
Kekeruhan - -
Ulkus - -
Sikatriks - -
Panus - -
Arkus Senilis
- -
Permukaan Licin Licin
Refleks Kornea
+ +
Lain-lain - -
20 | P a g e
COA Cukup dalam Cukup dalam
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Inspeksi
Khusus
Bulbus Okuli
IrisPerlekatan - -
Warna cokelat Cokelat
Lain-lain - -
Pupil Bentuk Bulat Bulat
Refleks + +
Lensa kekeruhan + +
PalpasiNyeri Tekan - -Tumor - -
TIO Digital N/palpasi N/palpasi
Pemeriksaan Kamar Gelap
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
1. Obigus
Ilumination
Kornea Infiltrat (-) Infiltrat (-)
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Perlengketan (-) Perlengketan (-)
Lensa (kekeruhan) + +
2. Direct
Opthalmoscope
Kornea Infiltrat (-) Infiltrat (-)
COA Cukup dalam Cukup dalam
Lensa Keruh sebagian Keruh sebagian
Badan Kaca t.d.e t.d.e
Refleks Fundus + +
Pembuluh darah t.d.e t.d.e
Makula Lutea t.d.e t.d.e
3. Slit
Lam
Kornea Infiltrat (-) Infiltrat (-)
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Perlengketan (-) Perlengketan (-)
21 | P a g e
p Lensa Keruh sebagian
(+)
Keruh sebagian
(+)
Konjungtiva Bulbi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Tensi Okuli Schiotz t.d.e t.d.e
Placido Test t.d.e t.d.e
Pupil Distance t.d.e t.d.e
3.5. Resume
Pasien umur 41 tahun datang ke poli mata dengan keluhan penglihatan kabur
pada kedua mata (+), Fotofobia (+), penurunan visus (+), pengelihatan asap di depan
mata (+), riwayat penggunaan obat tetes mata yang mengandung kortikosteroid (+),
penggunaan obat oral kortikosteroid (+), merah (-), nyeri pada mata (-), riwayat
trauma (-).Pada pemeriksaan fisis umum keadaan pasien dalam datas normal,
sedangkan pada pemeriksaan subjektif menggunakan Snellen card didapati visus
okulus dekstra = 1/60 Ph tidak terkoreksi, dan visus okulus sinistra = 1/60 Ph tidak
terkoreksi. Pada pemeriksaan khusus reflex fundus (+) dan Tio N/palpasi. Pada
pemeriksaan Slit Lamp didapati hasil okuli dektstra : kekeruhan lensa sebagian (+)
dan okuli sinistra : kekeruhan lensa sebagian (+).
3.6. Diagnosis
Katarak Presenilis stadium imatur ODS
3.7 Diagnosis Banding
Katarak senilis stadium matur.
3.8. Penatalaksanaan
Pro ECCE + IOL OD
3.9. Anjuran
Pro Foto thorax PA
Pro EKG.
Pro. Lab darah.
3.10. Prognosa
Ad vitam : bonam
Ad fungctionam : dubia ad bonam
22 | P a g e
Ad sanationam : bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan ofthalmoskopi ditemukan penurunan tajam
penglihatan yang terjadi perlahan sejak dua bulan yang lalu. Keluhan tidak disertai adanya
merah dan nyeri pada mata, oleh karena itu maka pasien ini dapat digoongkan kedalam mata
tenang visus menurun.
Pada kasus ini, ditemukan gangguan penurunan tajam pengelihatan, pasien merasakan
silau dan pandangan seperti berasap tanpa disertai nyeri dan merah pada mata. Pada
pemeriksaan fisik yang didapat tidak ditemukan keadaan klinis yang bermakna. Namun pada
pemeriksaan visus didapatkan hasil visus OD=1/60 (tidak dapat dikoreksi) dan visus
OS=1/60 (tidak dapat dikoreksi). Pada pemeriksaan slip lamp ditemukan kekeruhan pada
lensa mata ODS dimana pada lensa OD tampak katarak hampir matur dan lensa OS tampak
katarak sub capsuler posterior. Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan oftalmologi,
dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien menderita katarak pre senil stadium imatur ODS.
Katarak pre senil adalah penyakit gangguan penelihatan yang dicirikan oleh
kekeruhan pada lensa yang berlangsung secara lambat dan progresif. Penyakit kekeruhan
lensa ini dapat terjadi pada usia dibawah 50 tahun. Pada katarak stadium imatur terjadi
kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh bagian lensa sehingga
masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks
karena meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif, mengakibatkan lensa
menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indek
refraksi dimana mata akan cenderung menjadi lebih miopia dan juga mengakibatkan
pendorongan iris ke depan sehingga sudut bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada pasien ini yang berumur 41 tahun masuk dalam kategori katarak presenilis. Dari
hasil anamnesa yang didapat terdapat faktor resiko yan dapat menyebabkan maturitas karena
proses degenerasi dari lensa seperti ada riwayatnya pemakaian obat tetes mata yang
mengandung kortikosteroid, dan penggunaan obat oral kortikosteroid dalam waktu jangka
panjang (prednison). Terbentuknya katarak akibat terapi kortikosteroid ini karena reaksi
spesifik dengan asam amino dari lensa sehingga menyebabkan agregasi protein dan
23 | P a g e
kekeruhan lensa. Katarak subkapsuler posterior khas terbentuk pada katarak akibat
kortikosteroid, hal ini disebabkan oleh migrasi abnormal dari sel epitel lensa. Aktivasi
reseptor glukokortikoid pada sel epitel lensa yang berakibat proliferasi sel, penurunan
apoptosis dan menghambat diferensial sel.
Penatalaksanaan pada katarak adalah ekstraksi lensa untuk mencegah penurunan
pengelihatan yang lebih lanjut agar tidak mengganggu aktivitas normal pasien. Terdapat tiga
jenis ekstraksi lensa : fakoemulsification, Ekstracapsuler cataract extraction (ECCE),
Intracapsuler cataract extraction (ICCE).
Pada pasien ini disarankan untuk dilakukan ekstraksi katarak dengan teknik
ekstracapsuler cataract extraction (ECCE) + IOL OD oleh karena teknik ini bagian besar dari
kapsula anterior dan epitel, nucleus dan korteks diangkat; kapsula posterior ditinggalkan
sebagai penyangga lensa implant. Pada pasien ini tidak dilakukan teknik ICCE berkaitan
dengan umur pasien yang masih berkisar 40-50 tahun. Dimana pada umur tersebut zonula
yang masih kuat. Namun sebelum dilakukannya ekstraksi katarak, terlebih dahulu pasien
dilakukan pemeriksaan persiapan operasi seperti cek laboratorium, foto radiologi, EKG
jantung, guna mencari tahu penyulit terhadap berjalannya operasi.
24 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidarta, I. 2006. “ Katarak Lensa Mata Keruh Sinopsis”. Edisi kedua balai penerbit
FK UI. Hal 1.
2. Atika, N. 2014. “Latar belakang Katarak”. eprints.undip.ac .id/.../2/Atika_Nithasari.
pdf. Diakses pada 18 April 2015.
3. Vicente, V. Foster, S. 2014. “Catarat Senile”. emedicine.medscape.com. Diakses pada 18 April 205.
4. Amindtya. 2013. “Katarak Senilis Imatur”. juke.kedokteran.nunila. ac.id
/index.php /medulla /article/view/149. Diakses pada 18 April 2015.
5. Said, A. 2010. “Patologi dan penatalaksanaan pada katarak senilis”.
https://alfinzone.files.wordpress.com/2010/12/patologi-pada-katarak1.pdf. Diakses
pada 18 Maret 2015.
6. Kusjcak,J.R, Castelo. 2010. “Embryology and Anatomy of Human Lenses”.Chapter
71A. http://www.eyecalcs.com/DWAN/pages/v1/v1c071a.html. Diakses pada 18
April 2015.
7. Hamzah. 2011. “Anatomi dan Fisiologi Lensa”. Perdamisulsel .org /Sari % 20
Pustaka %20- %20 Anatomi%20 Lensa,%20A. Diakses pada 18 April 2015.
8. Bruce, J. Anthony, B. 2011. “Ofthalmology lecture elevent edition”. ISBN-10: 1-
4443-3558-8 (pbk.: alk. paper). Diakses pada 18 April 2015.
9. Sjamsu, B. “Cataract and refractive surgery”. Bahan Ajar kuliah dari bagian ilmu
penyakit mata RS dr.Soetomo
10. Sidarta, I. 2014. “ILMU PENYAKIT MATA”. edisi kelima hal 210..Badan penerbit
FKUI, Jakarta.
11. Diah, M. Fitria, H. 2011. “Katarak Jouvenil”.
jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/INSP /2804/1898. Diakses pada 17 April 2015.
12. Nana Wijana, 1989. “Ilmu Penyakit Mata”.edisi kelima hal no197.
13. American Opthometric Association. 2010. “Opthometric clinical practice guideline”.
Care of the adult patient with cataract, hal 11.
14. Sidarta, I. 2014. “ILMU PENYAKIT MATA”. edisi ketiga cetakan kedua hal
128..Badan penerbit FKUI, Jakarta.
15. Atika. 2014. “Tajam pengelihatan katarak senilis”. eprints.undip.ac.id/.../3/
Atika_Nithasari_ 22010110130174_.pdf. Diakses pada 18 April 2015.
25 | P a g e
16. Bondan, M. 2013. “Makalah Katarak Senilis”. ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA.
xa.yimg.com/.../MAKALAH+ KASUS+KATARAK SENILIS+Jody+Felizio.doc.
Diakses pada 19 April 2015.
17. Putu, N. 2013. “Kadar Malondialdyhide Serum Pasien Katarak Senilis Matur Lebih
Tinggi dari pada Katarak Senilis Imatur”. Tesis program biomedik pasca sarjana
Udayana.
18. Leliliana. 2012. Hubungan antara terapi kortikosteroid terhadap katarak.
Download .portalgaruda.org /article.php =73591&val=4695.
19. Vaughan & Asbury’s. 2007. “Oftalmologi umum”. Edisi 17 hal 169.
20. AccessLange. 2004. “General Ophthalmology”. Chapter 8 Lens. McGraw-Hill
Companies. accesslange.accessmedicine.com. diakses pada 20 April 2015.
26 | P a g e