LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

43
BAB I STATUS PASIEN A. IDENTITAS PASIEN Nama : An. ZK Jenis Kelamin : Laki-Laki Usia : 5 bulan Alamat : Jl. Sarang Bango Rt 08/05 Marunda Agama : Islam Suku : Betawi Nama Orang Tua : Tn. AF Tanggal Masuk RS : 02 April 2015 B. ANAMNESIS Alloanamnesis tanggal 02 April 2015, Pukul 12.00 WIB Pasien datang dari Poli Anak Keluhan utama Sesak napas sejak 2 hari SMRS Riwayat Penyakit Sekarang 3 hari SMRS pasien mengalami batuk berdahak dan pilek. Batuk berdahak terus menerus, Dahak sulit keluar, kadang pasien muntah ketika batuk, muntah berisi makanan, cairan dan lendir. Anak pilek dengan sekret hidung berwarna kehijauan dan terlihat kental. Pasien juga mengalami demam. Demam terus – menerus. Demam turun sesaat dengan 1

description

LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Transcript of LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Page 1: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. ZK

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 5 bulan

Alamat : Jl. Sarang Bango Rt 08/05 Marunda

Agama : Islam

Suku : Betawi

Nama Orang Tua : Tn. AF

Tanggal Masuk RS : 02 April 2015

B. ANAMNESIS

Alloanamnesis tanggal 02 April 2015, Pukul 12.00 WIB

Pasien datang dari Poli Anak

Keluhan utama

Sesak napas sejak 2 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

3 hari SMRS pasien mengalami batuk berdahak dan pilek. Batuk berdahak

terus menerus, Dahak sulit keluar, kadang pasien muntah ketika batuk,

muntah berisi makanan, cairan dan lendir. Anak pilek dengan sekret

hidung berwarna kehijauan dan terlihat kental. Pasien juga mengalami

demam. Demam terus – menerus. Demam turun sesaat dengan pemberian

obat penurun panas yang diperoleh dari Bidan. Namun beberapa saat

kemudian demam kembali muncul, demam tidak disertai menggigil.

2 hari SMRS pasien terlihat mengalami sesak napas, pasien tampak

kesulitan saat bernafas. Pasien menjadi semakin rewel dan sering

menangis. Saat sesak, pernapasan pasien tidak terdengar suara ‘ngik-ngik’.

1

Page 2: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

1 hari SMRS keluhan sesak semakin berat. Pasien terlihat makin sulit

bernafas dan terligat megap-megap. Kejang (-). Nafsu makan anak turun

semenjak sakit. BAB dan BAK tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Belum pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat asma, kejang, campak

disangkal.

Riwayat Pengobatan

OS diberikan obat penurun panas yaitu paracetamol syrup , demam turun

ketika diberikan obat dan beberapa saat kemudian demam muncul

kembali.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.

Riwayat asma (-). Kakak laki-laki pasien mengalami TB paru dan

melakukan pengobatan selama 6 bulan dan dinyatakan sembuh.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Ibu rutin melakukan ANC di bidan 4-5x, ibu tidak ada hipertensi, diabetes

melitus, perdarahan selama kehamilan dan tidak mengkonsumsi obat-

obatan selain tablet Fe selama masa kehamilan. Anak lahir spontan

pervaginam dibantu oleh bidan. BBL 2800 gram, PBL 47 cm. dan anak

langsung menangis sesaat setelah lahir.

Kesan : riwayat kehamilan dan persalinan baik, tidak ada resiko dalam

kehamilan.

Riwayat Psikososial

OS tinggal dirumah yang beranggotakan 5 orang, Lingkungan sekitar

tempat tinggal cukup bersih, Kondisi lingkungan rumah ramai penduduk,

jarak antar rumah berdekatan. Sumber air bersih dari air tanah, terdapat

2

Page 3: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

jamban keluarga, sumber air minum dari air galon isi ulang. Di lingkungan

rumah tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan OS.

Kesan : Lingkungan rumah , air minum bersih dan jarak antar rumah

berdekatan.

Riwayat Imunisasi

Kesan : Imunisasi Dasar Lengkap kecuali Campak belum waktunya

pemberian.

Pola Makan Anak

Anak diberikan ASI sejak lahir. Diberikan pisang sebanyak 1 buah pisang

setiap 1x/hari sebagai makanan tambahan sejak usia 4 sampai 5 bulan.

Kesan : Anak eksklusif, makanan yang diberikan mencukupi kebutuhan

menurut usia anak.

3

Page 4: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Riwayat Tumbuh Kembang

Penilaian

PerkembanganKemampuan Anak Kesan

SosialMampu tersenyum apabila diajak bermain

usia 3bulanSesuai Usia

Bahasa Mampu berkata AAA,UUU (huruf fokal) Sesuai Usia

4

Page 5: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

usia 3 bulan

Motorik Halus Sudah mampu menggenggam usia 3 bulan Sesuai Usia

Motorik KasarBerdiri sendiri, berjalan dengan baik

Berjalan mundurSesuai Usia

Kesan : Pertumbuhan dan Perkembangan sesuai usia

Riwayat Alergi

Riwayat alergi obat-obatan dan makanan disangkal.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaran Umum : Tampak Sakit Berat

Kesadaran : Komposmentis

Tanda-Tanda Vital

Nadi : 148 kali/menit

Napas : 56 kali/menit

Suhu : 37.8 °C

Antropometri

Berat Badan : 10 kg

Tinggi Badan : 79 cm

Lingkar Kepala : 43 cm

Status Gizi

BB/U : 10 / 10.4 x 100 % = 96.1 % ( Gizi Baik )

TB/U : 79 / 79 x 100 % = 100 % ( Normal )

BB/TB : 10 / 10.4 x 100 % = 96.1 % ( Gizi Baik )

Kesan : Gizi Baik

D. STATUS GENERALIS

Kepala

Kepala

Ubun-ubun Kecil

Normocephal

Menutup Sempurna

5

Page 6: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Mata

Konjungtiva anemis

Sclera icterus

Edema palpebra

Mata cekung

Mata merah dan berair

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Hidung

Pernapasan cuping hidung

Deviasi septum

Sekret

Perdarahan

+

-

(+/+), berwarna kehijauan

(-/-)

Telinga

Normotia

Sekret

+

-

+

-

Mulut

Mukosa bibir

Sianosis

Stomatitis

Tonsil

Faring Hiperemis

Lembab

-

-

T1/T1

+

Kulit : Sianosis (-), kulit terlihat pucat (-)

Leher

Pembesaran KGB - -

Pembesaran Kelenjar Thyroid - -

Thorax

Inspeksi Gerak dada simetris, retraksi dada (+ / +)

Perkusi Sonor/Sonor

Palpasi Vokal fremitus simetris, nyeri tekan (-/-)

6

Page 7: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Auskultasi Bunyi paru vesikular (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)

Bunyi jantung I dan II murni, regular, murmur (-),

gallop (-)

Axilla : Pembesaran KGB (-/-)

Abdomen

Inspeksi Distensi (-), Scar (-)

Auskultasi BU (+) normal

Perkusi Tymphani pada seluruh kuadran abdomen, pekak hati (+)

Palpasi Supel

Turgor Kulit Baik, Kembali dalam waktu < 2 detik

Inguinal : Pembesaran KGB inguinal (-/-)

Ekstremitas

Superior

Akral

Edema

Sianosis

RCT

Hangat

-

-

< 2 detik

Hangat

-

-

< 2 detik

Inferior

Akral

Edema

Sianosis

RCT

Hangat

-

-

< 2 detik

Hangat

-

-

< 2 detik

E. RESUME

An. ZK (Laki-Laki, 5 bulan, BB 10 kg)

Keluhan sesak napas 2 hari SMRS, semakin berat, tangan dan kaki

anak dingin, dada seperti tertarik kedalam. 3 hari SMRS pasien mengalami

batuk berdahak, muntah bercampur dahak berwarna kehijauan. Pilek (+),

7

Page 8: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Demam (+) terus – menerus, demam turun ketika diberikan obat penurun

panas. 2 Hari SMRS pasien terlihat sesak napas dan tampak kesulitan saat

bernafas, pasien menjadi rewel dan sering menangis. 1 hari SMRS keluhan

sesak bertambah tampak megap-megap.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan HR 148 kali/menit, RR 56

kali/menit, pernapasan cuping hidung, sekret hidung kehijauan, retraksi dada,

ronkhi (+/+), hangat, RCT < 2dt.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Nilai Normal Satuan

Hemoglobin 10.9 10.8-12.8 g/dL

Hematokrit 34 35-53 %

Trombosit 362 217-491 ribu/µL

Leukosit 18.14 5.50-15.50 ribu/µL

LED 40

RONTGEN THORAX (PA)

G. DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : Bronkopneumonia

Status Imunisasi : Imunisasi dasar sesuai usia

8

Interpretasi :

Cor CTR normal

Sinuses dan diafragma normal

Pulmo : Hili tebal, corakan vaskular

ramai

Tulang costae normal

Kesan : Cor tidak membesar

Bronkopneumonia dupleks DD/ Proses

spesifik lama

Page 9: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Satatus Tumbuh Kembang : Tumbuh Kembang sesuai dengan usia

Status Gizi : Gizi Baik

H. TATA LAKSANA

IVFD KN3B

BB anak = 10 kg

Kebutuhan cairan = 10 x 100 cc

= 1000 cc

Jumlah tetesan = 1000 cc x 15 = 11 tpm (mikro)

24 x 60

Paracetamol syrup

Dosis = 10-15 mg/kgBB/kali

= 100-150 mg/kali

Pemberian = 3 x 1 cth/hari

Ampicilin IV

Dosis = 50 – 100 mg / kgBB / hari Tiap 6 jam

= 500 – 1000 mg / hari : 3

Pemberian = 3 x 250 mg / 6 jam (IV)

Ambroxol syrup (30 mg/5ml)

Dosis = 1,5 mg/kgBB/hari:3

= 150 mg/hari

= 50 mg/kali

Pemberian = 3 x 1 ½ cth / hari

Domperidone syrup (5 mg / 5 ml)

Dosis = 0.2-0.4 mg/kgBB/hari:3

= 2-4 mg/hari

Pemberian = 3 x ½ cth / hari

Nebulizer : Ventolin dalam NaCl 2 x 1 / hari

9

Page 10: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

I. FOLLOW UP RUANGAN

Tanggal S O A P

03.04.15 Demam (+)

Batuk (+)

Sesak (+)

Ronkhi (+/+)

Nafsu makan

menurun

N : 148 x/mn

R : 56 x/mn

S : 37.8 °C

Bronko-

pneumon

i

IVFD KN3B 11 tpm

mikro

PCT syr 3x1 cth

Ampicilin 4 x 250mg /

6jam

Ambroxol syr 3x1 ½ cth

Domperidone syr 3 x ½

cth

Ventolin dalam NaCl 2 x

1

04.04.15 Demam (+)

Batuk (+)

Sesak (+)

Ronkhi (+/+)

Nafsu makan

menurun

N : 124 x/mn

R : 42 x/mn

S : 37.4 °C

Bronko-

pneumon

i

Lanjut terapi

05.04.15 Demam (-)

Batuk (+)

Sesak (-)

Ronkhi (+/+)

Nafsu makan

menurun

N : 124 x/mn

R : 28 x/mn

S : 36.8 °C

Bronko-

pneumon

i

PCT syr 3x1 cth

Ampicilin syr 250 mg 4

x 1

Ambroxol syr 3x1 ½ cth

J. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad Functionam : dubia ad bonam

10

Page 11: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

BAB II

PENDAHULUAN

Di negara maju, bronkopneumonia pada anak terutama

disebabkan oleh virus, di samping bakteri, atau campuran bakteri dan

virus. Virkki dkk, melakukan penelitian pada pneumonia anak dan

menemukan etiologi virus saja sebanyak 32 %, campuran bakteri dan virus

30 %, dan bakteri saja 22 %. Kelompok anak berusia 2 tahun ke atas

mempunyai etiologi infeksi bakteri yang lebih banyak daripada anak

berusia di bawah 2 tahun.1

Bronkopneumonia sebagai penyakit yang menimbulkan gangguan

pada sistem pernafasan, merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terletak

pada alveoli paru Bronkopneumonia merupakan suatu peradangan paru yang

mulai pada bronkiolus terminalis dan tersumbat oleh eksudat mukopurulen yang

membentuk bercak terkonsolidasi pada lobules sekitar. Bronkopneumonia proses

peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di

alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal. 1

Menurut Respirologi Anak IDAI 2008, anak dengan daya tahan

terganggu akan menderita bronkopneumonia berulang atau bahkan bisa anak

tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor

imunitas, faktor iatrogen juga memacu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma

pada paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna. 1

Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok

walaupun ada berbagai kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal di atas disebabkan

oleh munculnya organisme nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten

terhadap antibiotik. Adanya organisme-organisme baru dan penyakit seperti AIDS

yang semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan terjadinya

bronkopneumonia ini. 1

11

Page 12: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang

melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-

bercak (patchy distribution). 1

Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu

atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak

Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).

Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk

produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi

meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).

Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang

paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing

(Sylvia Anderson, 1994).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau

beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat

yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing. 1

B. ETIOLOGI

Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan

penting pada perbedaan dan kekhasan bronkopneumonia anak, terutama

dalam spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan.

Spektrum mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil

berbeda dengan anak yang lebih besar. Etiologi pada neonatus dan bayi

12

Page 13: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri Gram negatif seperti

E.colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih

besar dan anak balita, bronkopneumonia sering disebabkan oleh infeksi

Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B, dan

Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan

remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi

Mycoplasma pneumonie.3

Daftar etiologi bronkopneumonia pada anak sesuai dengan

kelompok usia yang bersumber dari data di negara maju dapat dilihat

pada table 1.3

Di negara maju, pelayanan kesehatan dan akses ke pelayanan

kesehatan sangat baik. Vaksinasi dengan vaksin konyugat Hib dan

vaksin konyugat Pneumokokus telah mempunyai cakupan yang luas. 3

Secara klinis, umumnya bronkopneumonia bakteri sulit

dibedakan dengan bronkopneumonia virus. Demikian juga dengan

pemeriksaan radiologis dan laboratorium, biasanya tidak dapat

menentukan etiologi. 3

Tabel 1. Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia

dinegara maju

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

Lahir – 20 hari

Bakteri Bakteri

E. colli Bakteri anaerob

Streptococcus group B Streptococcus group D

Listeria monocytogenes Haemophillus influenzae

Streptococcus pneumoniae

Ureaplasma urealyticum

Virus

Virus Sitomegalo

Virus Herpes simpleks

3 minggu – 3

bulan

Bakteri Bakteri

Chlamydia trachomatis Bordetella pertussis

Streptococcus pneumoniae Haemophillus influenzae tipe B

13

Page 14: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Virus Moraxella catharalis

Virus Adeno Staphylococcus aureus

Virus Influenza Ureaplasma urealyticum

Virus Parainfluenza Virus

Respiratory Syncytial virus Virus Sitomegalo

4 bulan – 5

tahun

Bakteri Bakteri

Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae tipe B

Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharalis

Streptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis

Virus Staphylococcus aureus

Virus Adeno Virus

Virus Influenza

Virus Parainfluenza 1, 2, 3

Virus Rino

Respiratory Syncytial virus

5 tahun -

remaja

Bakteri Bakteri

Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae

Mycoplasma pneumoniae Legionella sp

Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus

Virus

Virus Adeno

Virus Epstein-Barr

Virus Influenza

Virus Parainfluenza

Virus Rino

Respiratory Syncytial Virus

Virus Varisela-Zoster

Sumber : Opstapchuk M, Roberts DM, Haddy R. Community-

acquired Pneumonia in infants and children. Am Fam Physician

2004;70 : 899-90.

C. PATOLOGI DAN PATOGENESIS

14

Page 15: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian

perifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat

reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman

ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami

konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan

edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut

stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin

bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi

proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi

kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan

mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang.

Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan

paru yang tidak terkena akan tetap normal. 3

Antibiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong

perjalanan penyakit, sehingga stadium khas yang telah diuraikan

sebelumnya tidak terjadi. Beberapa bakteri tertentu sering

menimbulkan gambaran patologis tertentu bila dibandingkan dengan

bakteri lain. Infeksi Streptococcus pneumoniae biasanya bermanifestasi

sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh lapangan baru

(bronkopneumonia), dan pada anak besar atau remaja dapat berupa

konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Pneumotokel atau

abses-abses kecil sering disebabkan oleh Streptococcus aureus pada

neonatus atau bayi kecil, karena Streptococcus aureus menghasilkan

berbagai toksin dan enzim seperti hemolisin, lekosidin, stafilokinase,

dan koagulase berinteraksi dengan faktor plasma dan menghasilkan

bahan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin, sehingga

terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat korelasi antara produksi

koagulase dan virulensi kuman. Streptococcus yang tidak menghasilkan

koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius. Pneumotokel

dapat menetap hingga berbulan-bulan, tetapi biasanya tidak

memerlukan terapi lebih lanjut. 3

15

Page 16: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

D. MANIFESTASI KLINIS

Sebagian besar gambaran klinis bronkopneumonia pada anak

berkisar antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan

saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan

mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di RS. 5

Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis

bronkopneumonia pada anak adalah imaturitas anatomik dan

imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang

kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan

prosedur diagnostik invasif, etiologi noninfeksi yang relatif lebih

sering, dan faktor patogenesis. Disamping itu, kelompok usia pada

anak merupakan faktor penting yang menyebabkan karakteristik

penyakit berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan dalam

tatalaksananya.5

Gambaran klinis pada bayi dan anak bergantung pada berat-

ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :

1. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,

penurunan napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual,

muntah atau diare ; kadang-kadang ditemukan gejala infeksi

ekstrapulmoner. 5

2. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada,

takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis. 5

Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis seperti

pekak perfusi, suara napas melemah, dan ronki. Akan tetapi pada

neonatus dan bayi kecil, gejala dan tanda bronkopneumonia lebih

beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi

paru umumnya tidak ditemukan kelainan. 5

E. BRONKOPNEUMONIA PADA NEONATUS DAN BAYI KECIL

16

Page 17: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Bronkoneumonia pada neonatus sering terjadi akibat transmisi

vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan proses persalinan. Infeksi

terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya

melalui aspirasi mekonium, cairan amnion, atau dari serviks ibu.

Infeksi dapat berasal dari kontaminasi dengan sumber infeksi dari RS

(hospital-acquired pneumonia), misalnya dari perawat, dokter, atau

pasien lain ; atau dari alat kedokteran, misalnya penggunaan ventilator.

Di samping itu, infeksi dapat terjadi akibat kontaminasi dengan sumber

infeksi dari masyarakat (community-acquired pneumonia).1

Spektrum etiologi bronkopneumonia neonatus meliputi

Streptococcus group B, Chlamydia trachomatis, dan bakteri Gram

negatif seperti bakteri E.colli, Pseudomonas, atau Klebsiela ;

disamping bakteri utama penyebab yaitu Streptococcus pneumoniae,

Haemophillus influenzae tipe B, dan Staphylloccus aureus. Oleh karena

itu, pengobatannya meliputi antibiotik yang sensitif terhadap semua

kelompok bakteri tersebut, misalnya kombinasi antibiotik beta-laktam

dan amikasin, kecuali bila dicurigai adanya infeksi Chlamydia

trachomatis yang tidak responsif terhadap antibiotik beta-laktam. 1

Gambaran klinis bronkopneumonia pada neonatus dan bayi

kecil tidak khas, mencakup serangan apnea, sianosis, merintih, napas

cuping hidung, takipnea, letargi, muntah, tidak mau minum, takikardi

atau bradikardi, retraksi subkosta, dan demam. Pada bayi BBLR sering

terjadi hipotermi. Gambaran klinis tersebut sulit dibedakan dengan

sepsis atau meningitis. Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju,

yaitu dilaporkan 20-50 %.1

F. BRONKOPNEUMONIA PADA BALITA DAN ANAK YANG

LEBIH BESAR

Spektrum etiologi bronkopneumonia pada anak meliputi

Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B,

Staphylococcus aureus, Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia

pneumoniae, disamping berbagai virus respiratori. Pada anak yang

17

Page 18: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

lebih besar dan remaja, Mycoplasma pneumoniae merupakan etiologi

pneumonia atipik yang cukup signifikan. 1

Keluhan meliputi demam, menggigil, batuk, sakit kepala,

anoreksia, dan kadang-kadang keluhan gastrointestinal seperti muntah

dan diare. Secara klinis ditemukan gejala respiratori seperti takipnea,

retraksi subkosta (chest indrawing), napas cuping hidung, ronki, dan

sianosis. Penyakit ini sering ditemukan bersamaan dengan

konjungtivitis, otitis media, faringitis, dan laringitis. Anak yang lebih

besar suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena

nyeri dada. Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveoler. Retraksi

dan takipnea merupakan tanda klinis bronkopneumonia yang bermakna.

Bila terjadi efusi pleura atau empiema, gerakan ekskursi dada

tertinggal di daerah efusi. Gerakan dada juga akan terganggu bila

terdapat nyeri dada akibat iritasi pleura. Bila efusi pleura bertambah,

sesak napas akan semakin bertambah, tetapi nyeri pleura semakin

berkurang dan berubah menjadi nyeri tumpul. 1

G. DARAH PERIFER LENGKAP

Pada penyebab virus dan juga pada mikroplasma umumnya

ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan

tetapi, pada penyebab bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar

antara 15.000-40.000/mm3 dengan predominan PMN. Leukopenia (<

5.000/mm3) menunjukkan prognosis yang buruk. Leukositosis hebat (>

30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering

ditemukan pada keadaan bakteremi, dan resiko terjadinya komplikasi

lebih tinggi. Pada infeksi Chlamydia pneumoniae kadang-kadang

ditemukan eosinofilia. Efusi pleura merupakan cairan eksudat dengan

sel PMN berkisar antara 300-100.000/mm3, protein > 2,5 g/dl, dan

glukosa relatif lebih rendah daripada glukosa darah. Kadang-kadang

terdapat anemia ringan dan laju endap darah (LED) yang meningkat.

Secara umum, hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak

dapat membedakan antara infeksi virus dan infeksi bakteri secara pasti.

18

Page 19: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Dalam penatalaksanaan terapi bronkopneumonia, sulit untuk

melakukan identifikasi mikrobiologis. Dibawah ini dijelaskan

karakteristik bronkopneumnia sesuai etiologinya. 2

1. Pneumococcus

Merupakan bakteri patogen yang paling sering ditemukan yang

bertanggung jawab atas lebih dari 90% kasus bronkopneumonia pada

masa kanak-kanak.

Pneumococcus jarang yang menyebabkan infeksi primer, biasanya

menimbulkan peradangan pada paru setelah adanya infeksi atau kerusakan

oleh virus atau zat kimia pada saluran pernafasan.

Insidens tertinggi pada masa kanak-kanak usia 4 tahun pertama

kehidupan. Hal ini mungkin disebabkan oleh penyebarannya yang

cenderung meningkat di dalam suatu populasi yang relatif tertutup (seperti

taman kanak-kanak, rumah penitipan anak). 5

a. Patofisiologi

Organisme ini teraspirasi ke bagian tepi paru dari saluran

nafas bagian atas atau nasofaring. Awalnya terjadi edema reaktif yang

mendukung multiplikasi organisme-organisme ini serta penyebarannya

ke bagian paru lain yang berdekatan. 5

Umumnya bakteri ini mencapai alveoli melalui percikan

mukus atau saliva dan tersering mengenai lobus bagian bawah paru

karena adanya efek gravitasi. Organisme ini setelah mencapai alveoli

akan menimbulkan respon yang khas yang terdiri dari 4 tahap yang

berurutan, yaitu : 5

Kongesti (4 s/d 12 jam pertama)

Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah

yang berdilatasi dan bocor.5

Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)

Paru-paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel darah

merah, fibrin dan lekosit polimorfonuklear mengisi alveoli. 5

19

Page 20: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Hepatisasi kelabu (3 s/d 8 hari)

Paru-paru tampak kelabu karena lekosit dan fibrin mengalami

konsolidasi di dalam alveoli yang terserang. 5

Resolusi (7 s/d 11 hari)

Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga

jaringan kembali pada strukturnya semula. Bercak-bercak infiltrat

yang terbentuk adalah bercak-bercak yang difus, mengikuti

pembagian dan penyebaran bronkus dan ditandai dengan adanya

daerah-daerah konsolidasi terbatas yang mengelilingi saluran-

saluran nafas yang lebih kecil. 5

b. Gambaran Klinis

Biasanya didahului dengan adanya infeksi saluran nafas

bagian atas selama beberapa hari. Pada bayi bisa disertai dengan

hidung tersumbat, rewel serta nafsu makan yang menurun. Suhu dapat

naik secara mendadak sampai 39°C atau lebih. Anak sangat gelisah,

dispnea. Kesukaran bernafas yang disertai adanya sianosis di sekitar

mulut dan hidung. Tanda kesukaran bernafas ini dapat berupa bentuk

nafas berbunyi (ronki dan friction rub di atas jaringan yang terserang),

pernafasan cuping hidung, retraksi-retraksi pada daerah

supraklavikuler, interkostal dan subkostal. 5

Pada awalnya batuk jarang ditemukan, tapi dapat dijumpai

pada perjalanan penyakit lebih lanjut serta sputum yang berwarna

seperti karat. Lebih lanjut lagi bisa terjadi efusi pleura dan empiema,

sehingga perlu dilakukan torasentesis sesegera mungkin. 5

Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah yang

terkena. Pada perkusi bisa ditemukan adanya suara redup yang

terlokalisasi. Pada auskultasi mungkin ditemukan adanya ronki basah

halus ataupun adanya suara-suara pernafasan yang melemah. Tanpa

pengobatan biasanya penyembuhan dapat terjadi sesudah 2 – 3

minggu. 5

20

Page 21: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

c. Diagnosis

Biasanya jumlah lekosit meningkat mencapai 15.000 –

40.000/mmk dengan jumlah sel polimorfonuklear terbanyak,

sedangkan bila didapatkan jumlah lekosit kurang dari 5.000/mmk

sering berhubungan dengan prognose penyakit yang buruk. Nilai

hemoglobin bisa normal atau sedikit menurun. 4

Pemeriksaan sputum harus didapatkan dari sekresi batuk

dalam dan aspirasi trakea yang dilakukan dengan hati-hati. Jenis

pemeriksaan berupa pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan

biakan. Selain itu biakan juga bisa didapatkan dari darah atau dari

cairan pleura yang didapatkan dengan melakukan torasentesis.

Gambaran radiologis dapat berupa adanya bercak-bercak

infiltrat pada satu atau beberapa kasus. 4

2. Staphylococcus aureus

a. Patofisiologi

Staphylococcus menghasilkan bermacam-macam toksin dan

enzim misalnya hemolisin, lekosidin, stafilokinase dan koagulase.

Koagulase akan mengadakan interaksi dengan suatu faktor plasma

untuk menghasilkan suatu zat aktif yang mengubah fibrinogen menjadi

fibrin dan selanjutnya menyebabkan pembentukan koagulan. 2

Bronkopneumonia akibat organisme ini bersifat unilateral

atau lebih menonjol pada satu sisi dibandingkan dengan sisi yang lain.

Ditandai dengan daerah-daerah luas yang mengalami nekrosis

perdarahan serta daerah-daerah pembentukan rongga-rongga yang

tidak beraturan. Permukaan pleura biasanya diselubungi oleh lapisan

eksudat fibropurulen tebal, sehingga menimbulkan abses yang

mengandung koloni staphylococcus, lekosit, eritrosit dan debris

nekrosis. Bila abses ini pecah maka dapat terbentuk trombus-trombus

sepsis pada daerah-daerah yang mengalami kerusakan dan peradangan

luas. 2

b. Gambaran Klinis

21

Page 22: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Adanya riwayat lesi-lesi kulit penderita atau anggota keluarga

lain yang disebabkan oleh staphylococcus disertai gejala-gejala infeksi

saluran pernafasan bagian atas atau bawah selama beberapa hari

sampau 1 minggu. Penderita mengalami demam bersuhu tinggi, batuk

dan tanda kesukaran pernafasan seperti takipneu, suara pernafasan

yang menungkat, retraksi dada dan subkostal, nafas cuping hidung,

sianosis dan kecemasan. Pada beberapa penderita dapat mengalami

gangguan saluran cerna yang ditandai dengan muntah-muntah,

anoreksia, diare serta distensi abdomen. 2

Pemeriksaan fisik pada awal perjalanan penyakit, suara-suara

pernafasan yang menurun, ronkhi yang tersebar dan suara-suara

pernafasan bronkhial. Bila terjadi efusi atau empiema, pada perkusi

didapatkan suara redup serta getaran-getaran suara yang berkurang

pada auskultasi. 2

c. Diagnosis

Diagnosis pasti dengan didapatkan adanya lekositosis

terutama sel-sel polimorfonuklear, sedangkan bila didapatkan lekopeni

maka prognosisnya buruk. Biakan didapatkan dari aspirasi trakea atau

sadapan pleura. Pada cairan pleura menunjukkan adanya eksudat

dengan jumlah sel-sel polimorfonuklear berkisar dari 300 sampai

100.000/mmk, protein di atas 2,5 g/dl dan kadar glukosa rendah yang

relatif sama dengan kadar glukosa dalam darah. 2

Gambaran radiologis berupa bercak-bercak dan terbatas

dalam perluasannya dan melibatkan seluruh lobus paru. Perkembangan

dari bronkopneumonia menjadi efusi atau empiema sangat

mengarahkan petunjuk pada suatu bronkopneumonia staphylococcus.. 2

3. Streptococcus hemolyticus

Streptococcus grup A paling sering mengakibatkan infeksi traktus

respiratorius bagian atas, tapi kadang juga dapat menimbulkan infeksi ke

daerah-daerah lain tubuh termasuk traktus respiratorius bagian bawah. 2

22

Page 23: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Penyakit ini paling sering ditemukan pada anak berumur 3-5

tahun dan jarang dijumpai pada bayi-bayi. Penyakit ini sering timbul

dengan dipermudah oleh adanya infeksi-infeksi virus terutama eksantema-

eksantema dan influenza epidemis. 2

a. Patofisiologi

Infeksi traktus respiratorius akibat bakteri ini menimbulkan

terjadinya trakeitis, bronkiolitis yang selanjutnya menjadi

bronkopneumonia. Lesi-lesi terjadi pada mukosa trakeobronkial

menjadi nekrosis disertai dengan pembentukan ulkus-ulkus yang tidak

beraturan dan adanya sejumlah besar eksudat, edema dan perdarahan

yang terisolasi. 2

Proses ini kemudian menyebar luas ke sekat-sekat antar

alveolus dan pembuluh-pembuluh limfonodi, yang selanjutnya secara

limfogen menyebar ke mediastinum dan hilus dan mencapai

permukaan pleura dan menjadi pleuritis. Eksudat ini kandungan

fibrinnya lebih sedikit bila dibanding dengan eksudat yang diakibatkan

oleh pneumococcus. 2

b. Gambaran Klinis

Gejala-gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan

bronkopneumonia oleh pneumococcus. Awalnya terjadi secara tiba-

tiba yang ditandai demam tinggi, menggigil, tanda-tanda kesukaran

bernafas serta kadang-kadang adanya kelemahan badan. 2

c. Diagnosis

Adanya lekositosis seperti pada kasus pneumococcus. Selain

itu ditegakkan dari kenaikan titer antistreptolisin serum. Biakan bakteri

ini positif didapatkan dari hapusan tenggorokan, sekresi nasofaring,

tapi yang lebih positif lagi ditemukannya bakteri ini dalam cairan

pleura, darah atau dari cairan aspirasi paru. 2

Pada gambaran radiologis didapatkan bronkopneumonia difus

yang disertai efusi pleura yang luas, kadang bisa terlihat suatu

adenopati di daerah hilus paru-paru. 2

23

Page 24: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

4. Haemophillus influenza

Infeksi yang serius akibat bakteri patogen ini lebih banyak

ditemukan pada anak-anak dan sangat berhubungan dengan adanya

riwayat meningitis, otitis media, infeksi traktus respiratorius dan

epiglotitis. Organisme patogen yang sering ditemukan adalah

Haemophilus influenzae tipe B dan termasuk bakteri gram negatif. 2

a. Patofisiologi

Penyebaran dari infeksi di tempat lain adalah secara

hematogen. Daerah yang terinfeksi memperlihatkan adanya reaksi

peradangan dengan sel-sel lekosit polimorfonuklear ataupun sel-sel

limfosit disertai dengan penghancuran sel-sel epitel bronkiolus secara

meluas. Peradangan ini selanjutnya menimbulkan edema yang disertai

dengan perdarahan. 2

b. Gambaran Klinis

Gejala klinis yang ditimbulkan tidak jauh berbeda dengan

gambaran klinis yang diakibatkan oleh pneumococcus. Batuk hampir

selalu dijumpai tapi mungkin tidak produktif. Pada penderita di sini

juga dijumpai adanya demam serta tanda kesukaran bernafas. 2

Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan suara redup yang

terlokalisasi saat perkusi serta adanya suara pernafasan yang tubuler

saat auskultasi. 2

c. Diagnosis

Adanya biakan bakteri ini yang memberikan arti positif. Kultur

didapatkan dari an pleura maupun dari aspirasi paru yang

memperlihatkan adanya lekositosis sedang disertai dengan limfopenia

relatif. 2

5. Klebsiella pneumonia

Organisme ini termasuk gram negatif yang ditemukan pada

traktus respiratorius dan traktus gastrointestinal pada beberapa anak sehat.

Organisme ini jarang menimbulkan infeksi pada anak-anak. Infeksi akibat

Klebsiella pneumoniae ini bisa timbul sebagai kasus sporadis pada

24

Page 25: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

neonatus. Banyak bayi mengandung organisme ini dalam nasofaring

mereka tanpa memperlihatkan adanya tanda-tanda sakit klinis hanya

sesekali saja seorang bayi mengalami sakit berat. Bahan-bahan yang

menyebarkan infeksi adalah peralatan yang dipakai di dalam ruang

pemeliharaan bayi dan alat pelembab udara sebagai sumber-sumber utama

infeksi nosokomial dengan organisme tersebut. 2

a. Patofisiologi

Infeksi nosokomial yang timbul dari aspirasi orofaringeal.

Bakteri ini memasuki alveoli melalui peralatan yang dipakai dengan

kecenderungan merusak dinding alveolar. Daerah yang terinfeksi

benar-benar mengalami nekrosis disertai dengan adanya sejumlah pus

yang banyak dan bahkan jaringan setempat sudah fibrosis. 2

b. Gambaran Klinis

Keadaan pasien akibat infeksi Klebsiella pneumoniae ini

adalah kekakuan yang multipel pada onset yang mendadak, demam,

batuk yang produktif, nyeri pleuritis dan kelemahan yang tiba-tiba,

serta dapat terjadi hemoptisis. 2

Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan adanya suara redup

saat perkusi dan adanya ronki basah kasar saat auskultasi akibat

banyaknya sekresi pus pada kavitas paru. 2

c. Diagnosis

Ditegakkan dengan pemeriksaan radiologis dengan gambaran

adanya infiltrasi pada lobus paru dan pleura-pleura yang menonjol.

Kultur bakteri yang positif didapatkan dari darah, pus di trakea serta

hasil aspirasi paru. 4

H. PENATALAKSANAAN

Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya

penyakit, misalnya toksis, distres pernapasan, tidak mau

makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi dan

terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil

dengan kemungkinan klinis bronkopneumonia harus dirawat inap. 2

25

Page 26: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Dasar tatalaksana rawat inap adalah pengobatan kausal dengan

antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif

meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap

gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk

nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik.. Penyakit

penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang

mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.

Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama

keberhasilan pengobatan. Identifikasi dini mikroorganisme penyebab

tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat.

Oleh karena itu, antibiotik dipilih berdasarkan pengalaman empiris.

Umumnya pemilihan antibiotik empiris didasarkan pada kemungkinan

etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis

pasien serta faktor epidemiologi. 2

1. Pneumococcus

a. Penatalaksanaan

Penisilin merupakan terapi yang spesifik karena kebanyakan

pneumococcus sangat peka terhadap obat tersebut. Pada bayi dan anak-

anak, pengobatan awal dimulai dengan pemberian penisilin G dengan

dosis 50.000 unit/kgBB/hari secara intramuskular tanpa penyulit.

Terapi ini dilanjutkan sampai 10 hari atau paling tidak sampai 2 hari

setelah suhu badan pasien normal. Bila didapatkan penderita alergi

penisilin maka diberikan sefalosporin dengan dosis 50 mg/kgBB/hari.

Asupan cairan per oral secara bebas dan pemberian aspirin

untuk mengatasi demam tinggi, merupakan tambahan utama untuk

pengobatan penyakit ini. Pemberian oksigen segera untuk penderita

kesukaran bernafas sebelum menjadi sianosis. 2

b. Prognosis

Dengan pemberian antibiotika yang memadai dan dimulai

secara dini pada perjalanan penyakit tersebut, maka mortalitas

bronkopneumonia akibat bakteri pneumococcus selama masa bayi dan

26

Page 27: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

masa kanak-kanak sekarang menjadi kurang dari 1% dan selanjutnya

morbiditas yang berlangsung lama juga menjadi rendah. 2

2. Staphylococcus aureus

a. Penatalaksanaan

Penisilin G dengan dosis 25.000-50.000 unit/kgBB/6 jam

secara intravena. Cefuroxime diberikan sebagai obat tunggal efektif

untuk bronkopneumonia dengan dosis 75 mg/kgBB/hari.

Selain itu bisa pula dilakukan drainase pus yang terkumpul,

pemberian oksigen disertai posisi penderita setengah miring untuk

mengurangi sianosis dan kecemasan. Bila paru sudah mulai

mengembang, maka pipa-pipa drainase bisa dilepaskan. Hal ini

dikarenakan pipa-pipa tersebut tidak boleh berada di dalam rongga

toraks lebih dari 5-7 hari. 2

b. Prognosis

Angka kesembuhan penderita mengalami kemajuan besar

dengan penatalaksanaan sekarang, angka mortalitas berkisar dari 10-

30% dan bervariasi dengan lamanya sakit yang dialami sebelum

penderita dirawat, umur penderita, pengobatan yang memadai serta

adanya penyakit yang menyertai. 2

3. Streptococcus hemolyticus

a. Penatalaksanaan

Obat pilihan yang diberikan adalah penisilin G dengan dosis

100.000 unit/kgBB/hari. Awal pemberiannya secara parenteral,

kemudian disempurnakan dengan pemberian oral selama 2-3 minggu

setelah terlihat adanya kemajuan klinis. Cefuroxime bisa diberikan

sebelum kultur bakteri dilakukan dengan dosis 75 mg/kgBB/hari, ini

merupakan terapi yang efektif dan sebaiknya dilanjutkan selama 10

hari. 2

27

Page 28: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Bila pada penderita sudah terjadi empiema, maka harus

dilakukan torasentesis untuk tujuan penegakan diagnosa dan

mengeluarkan cairan supaya paru-paru dapat kembali mengembang

secara optimal. 2

b. Prognosis

Angka mortalitas dan morbiditas menurun setelah pengobatan

dengan antibiotika yang sesuai segera diberikan. Selebihnya

penyebaran penyakit selanjutnya jarang terjadi. 2

4. Haemophilus influenzae

a. Penatalaksanaan

Obat antibiotika pilihan adalah kloramfenikol dengan dosis 100

mg/kgBB/hari. Pemberian kloramfenikol ini dikatakan efektif karena

obat sangat aktif mengatasi hasil produksi bakteri ini yaitu berupa beta

laktamase dan tidak menimbulkan efek pada cairan serebrospinal serta

memberikan efek bakterisidal yang lebih bagus dibanding dengan

ampicillin. 2

b. Prognosis

Bila respon awal terhadap pengobatan baik maka diharapkan

bakteri penyebab akan melemah dan tidak mampu lagi menyebar

terlalu jauh. Namun apabila terdapat penyakit penyerta seperti

bakteremia, empiema maka hal tersebut akan memperburuk

prognosisnya. 2

5. Klebsiella pneumoniae

Penggunaan antibiotik baru berupa sefalosporin generasi ketiga

sangat dianjurkan karena obat ini terbukti efektif dalam melawan bakteri

ini. Terapi yang diperpanjang diindikasikan untuk penyebaran infeksi pada

kavitas paru.

Bila sudah terdapat empiema, drainase perlu dilakukan untuk

fungsi pengembangan parunya. 2

28

Page 29: LAPKAS BRONKOPNEUMONIA.docx

Tabel 2. karakteristik berdasarkan etiologi 2

Karakte

r

Pneumokokus S.Aureus S.Hemolitikus H.Influenza Klabsiella.P

Batuk Batuk kering

menjadi

produktif

Batuk Batuk Batuk tidak

produktif

Batuk produktif

Demam Naik

mendadak

Tinggi Tinggi Demam Demam

Umur <4tahun <1tahun Jarang pd bayi Jarang terjadi

(Inos)

Neonatus &

bayi kecil (inos)

Radiolog

is

Bercak difus

dgn air

bronchogram

(-)

Bercak difus

dgn efusi/

empiema

Bercak difus

dgn efusi dan

kadang

adenopati hilus

Tidak spesifik infiltrasi lobus

paru

Tata

Laksana

Penicillin G

Klorampenikol

Penicilin G

Ceforoxim

Penicilin Chorampenicol Ceftriakson

29