Lapkas Dr.lili Mila App

35
BAB I STATUS PASIEN No. CM : 589582 IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. K Umur : 66 tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Pekerjaan : Buruh Tani Alamat : Kampung Munjul 04/05, Cibeber Tgl MRS : 6 Agustus 2013, Pukul 21.36 WIB ANAMNESIS Keluhan Utama Kembung dan sakit perut sejak 4 hari SMRS Keluhan Tambahan Muntah-muntah, jantung berdebar-debar, susah tidur. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke RS dengan keluhan kembung dan sakit pada seluruh lapang perut yang terus menerus sejak 4 hari SMRS, pasien muntah setiap kali makan dan minum, tidak ada darah atau lendir, pasien juga mengeluh nafsu makan menurun, dan jantung sering berdebar-debar, pasien mengeluh sering merasa gerah dan sering keluar keringat. Pasien juga mengeluh tidak bisa tidur.

description

bedah

Transcript of Lapkas Dr.lili Mila App

Page 1: Lapkas Dr.lili Mila App

BAB I

STATUS PASIEN

No. CM : 589582

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. K

Umur : 66 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Buruh Tani

Alamat : Kampung Munjul 04/05, Cibeber

Tgl MRS : 6 Agustus 2013, Pukul 21.36 WIB

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Kembung dan sakit perut sejak 4 hari SMRS

Keluhan Tambahan

Muntah-muntah, jantung berdebar-debar, susah tidur.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RS dengan keluhan kembung dan sakit pada seluruh lapang perut

yang terus menerus sejak 4 hari SMRS, pasien muntah setiap kali makan dan

minum, tidak ada darah atau lendir, pasien juga mengeluh nafsu makan menurun, dan

jantung sering berdebar-debar, pasien mengeluh sering merasa gerah dan sering

keluar keringat. Pasien juga mengeluh tidak bisa tidur.

Pasien menyangkal adanya demam, batuk (-), pilek (-), sesak (-).

Pasien mengeluh sulit BAB cair 5 bulan terakhir. Terdapat darah dan lendir. OS tidak

bisa BAB sejak 6 hari SMRS, flatus (-).

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien tidak pernah

menderita penyakit keganasan sebelumnya. Hipertensi disangkal, Diabetes mellitus

disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Page 2: Lapkas Dr.lili Mila App

Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat penyakit

keganasan di keluarga (-), Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-).

Riwayat Pengobatan

Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat. Pasien tidak pernah dirawat di RS

sebelumnya. Pasien tidak pernah minum obat dalam jangka waktu yang lama

Riwayat Psikososial

Pasien merokok (+) 1-2 bungkus/hari

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

Status Gizi : Tampak Kurus

Vital Sign

T : 130/80 mmHg

N : 96x/menit

R : 24x/menit

S : 36.8o C

Status Generalis

Kepala : Normochepal

Mata :

• Pupil : bentuk bulat, diameter 3 mm/3 mm

• Refleks pupil : +/+, isokor

• Konjungtiva : anemis -/-

• Sklera : ikterik -/-

THT : dalam batas normal

Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)

Thorax :

Paru-paru

• Inspeksi : normochest, pergerakan dada simetris

• Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-), vokal fremitus

sama simetris dekstra sinistra

• Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru

Page 3: Lapkas Dr.lili Mila App

• Auskultasi : vesikular (+/+) normal, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung

• Bunyi jantung I dan II murni regular

• Murmur (-), gallops (-)

Abdomen

• Inspeksi : distensi (+), asites (-), scar luka operasi (-)

• Auskultasi : bising usus (+) meningkat

• Palpasi : (-) perut distensi tegang untuk dipalpasi

• Perkusi : hipertimpani seluruh kuadran abdomen

Ekstremitas : akral dingin, RCT < 2 detik, edema (-/-)

RECTAL TOUCHER

• Ampula recti collapse

• Mukosa licin

• Nyeri tekan (-)

• Massa (-)

• Rectum kosong

• Feses (-), darah (+), lendir (+)

RESUME

Laki-laki, 66 tahun datang ke RS dengan keluhan kembung dan sakit pada seluruh lapang

perut yang terus menerus sejak 4 hari SMRS, pasien muntah setiap kali makan dan minum,

nafsu makan menurun, jantung sering berdebar-debar, sering merasa gerah dan sering keluar

keringat. Pasien juga mengeluh tidak bisa tidur. Pasien mengeluh sulit BAB cair sejak 5

bulan terakhir,disertai darah dan lendir. OS tidak bisa BAB sejak 6 hari SMRS, flatus (-).

Pada pemeriksaan fisik ditemukan abdomen distensi, bising usus meningkat, hipertymphani

seluruh kuadran abdomen, dan akral dingin. Pemeriksaan fisik Lainnya dalam batas normal.

Pada rectal toucher ditemukan rectum kosong, feses (-), darah (+), lendir (+).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium Pemeriksaan Darah Rutin (6 Agustus 2013)

Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 13.8 10-16 g/dL

Hematokrit 38.0 44-54 %

Page 4: Lapkas Dr.lili Mila App

Eritrosit 4.23 4.1-6.1 10*6/µL

Leukosit 10.7 6-16 10*3/µL

Trombosit 313 150-450 10*3/µL

Foto Abdomen

ANALISA KASUS

• Laki-Laki, 66 tahun

• Tidak bisa BAB dan kentut sejak 10 hari SMRS

• BAB cair, berlendir dan darah (+) sejak 5 bulan SMRS

• Distensi abdomen (+)

• Bising usus (+) meningkat, metalic sound (+)

• Hipertimpani seluruh kuadran abdomen, pekak hati (-)

• Rectaltouche darah (+), lendir (+), feses (-).

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Ileus Obstruktif e.c tumor colorectal

Volvulus

Perforasi intestinal

Crohn’s Disease

Ileus Parallitik

Page 5: Lapkas Dr.lili Mila App

WD : Ileus Obstruktif e.c tumor colorectal

PENATALAKSANAAN

Resusitasi cairan

NGT

DC

Intervensi operative : Laparotomi Eksplorasi

PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

KOMPLIKASI

Dehidrasi

Perforasi dan iskemia intestinal

Peritonitis dan septikemia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 6: Lapkas Dr.lili Mila App

A. EMBRIOLOGI DAN ANATOMI APPENDIKS

Appendiks berasal dari mid gut, bersama dengan ileum dan kolon ascenden.

Appendiks pertama kali muncul pada minggu ke-8 kehamilan sebagai outpouching dari

sekum dan secara bertahap berputar ke lokasi yang lebih medial menuju katup ileocecal

mengikuti perputaran sekum, dan menjadi tetap di kuadran kanan bawah.1

Appendiks menerima pasokan darah arteri cabang apendikular arteri ileokolika dari

arteri mesenterika superior. Arteri ini berasal dari posterior ileum terminal, memasuki

mesoapendiks dekat dengan dasar apendiks. Cabang arteri kecil berjalan pada arteri

cecal. Drainase limfatik apendiks mengalir ke kelenjar getah bening yang terletak di

sepanjang arteri ileokolika. Persarafan apendiks berasal dari saraf simpatik pleksus

mesenterika (T10-L1), parasimpatis aferen dibawa melalui saraf vagus. Struktur

appendiks mirip dengan usus mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa,

muskularis eksterna/propria (otot longitudinal dan sirkuler), dan serosa. Pemeriksaan

histologi appendiks menunjukkan adanya folikel limfoid pada lapisan submukosa.1,2,4

Appendiks pada dewasa memiliki panjang 2-22 cm dengan rata-rata 9 cm, diameter

luar antara 3-8 mm dan diameter lumen 1-3 mm. Ujung appendiks memiliki berbagai

lokasi. Secara umum lokasinya berada di retrocecal kavum peritoneum (65%). Lokasi

lain berada di pelvis (30%), retroperitoneal (2%) dan bisa juga ditemukan di preileal atau

postileal.1

Page 7: Lapkas Dr.lili Mila App

B. FISIOLOGI APPENDIKS

Selama bertahun-tahun, appendiks dipandang sebagai organ sisa dengan fungsi yang

tidak diketahui. Sekarang telah diakui bahwa appendiks merupakan organ imunologi

yang secara aktif berpartisipasi dalam sekresi imunoglobulin, terutama imunoglobulin A.

Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut associated Lymphoid tissue)

yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin

ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Jaringan limfoid pertama muncul

pada appendiks sekitar 2 minggu setelah kelahiran. Jumlah jaringan limfoid meningkat

pada usia pubertas, tetap stabil untuk dekade berikutnya, kemudian mulai menurun

dengan bertambahnya usia. Setelah usia 60 tahun, hampir tidak ada jaringan limfoid yang

tersisa dalam appendiks.3,4

C. DEFINISI APPENDISITIS

Appendisitis adalah inflamasi pada appendiks vermiformis dan merupakan penyebab

akut abdomen yang paling sering.

Page 8: Lapkas Dr.lili Mila App

D. EPIDEMIOLOGI APPENDISITIS

Appendisitis akut adalah salah satu penyakit bedah terbanyak. Insiden paling sering

terjadi pada usia dekade kedua sampai keempat, dengan usia rata-rata 31,3 tahun dan

median 22 tahun. Frekuensi angka kejadian lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan

dengan perempuan. Rasio laki-laki : perempuan sekitar 1,2 - 1,3 : 1. Appendektomi

adalah prosedur bedah yang paling sering dilakukan (84%).3,4

E. ETIOLOGI APPENDISITIS

1. Obstruksi

Penyebab obtruksi lumen adalah hiperplasia limfoid, fecalith, benda asing, striktur

(tumor), dan parasit.1,4

2. Infeksi Bakteri3

Table 30-1 Common Organisms Seen in Patients with Acute

Appendicitis

Aerobic and Facultative Anaerobic

Gram - negative bacilli

Escherichia coli

Pseudomonas aeruginosa

Klebsiella species

Gram - positive cocci

Streptococcus anginosus

Other Streptococcus species

Enterococcus species

Gram - negative bacilli

Bacteroides fragilis

Other Bacteroides species

Fusobacterium species

Gram - positive cocci

Peptostreptococcus species

Gram - positive bacilli

Clostridium species

Page 9: Lapkas Dr.lili Mila App

F. PATOGENESIS APPENDISITIS3,4

- Appendiks obstruksi

Obstruksi appendiks merupakan kejadian awal yang paling sering pada appendisitis.

Hiperplasia dari folikel limfoid submukosa sekitar 60% penyebab obstruksi (paling

sering pada remaja). Pada orang dewasa yang lebih tua dan anak-anak, fecalith

adalah penyebab paling sering (35%).

- Tekanan intraluminal

Meningkatnya tekanan intraluminal akibat obstruksi lumen appendiks menyebabkan

sekresi mukosa meningkat, pertumbuhan bakteri yang berlebihan, dinding appendiks

menipis karena terjadi distensi dan terjadi obstruksi limfatik dan vena.

- Nekrosis dan Perforasi

Nekrosis dan perforasi terjadi ketika aliran arteri terganggu.

PeritonitisBakteri lolos

Perforasi Gangren Compromise of arterial b.s.

Thrombosis venaInflamasi serosa yang melekat pada peritoneum parietal

Invasi bakterial

Mucosal ulcers Bakterial diapedesis

Edema

Kongesti venaObstruksi limfatik

Tekanan intraluminal

Distensi appendiks

Obstruksi

Page 10: Lapkas Dr.lili Mila App

G. MANIFESTASI KLINIS APPENDISITIS3,4

Symptoms

- Nyeri abdomen diffus di epigastrium bawah atau regio umbilicalis kemudian

terlokalisasi di kuadran kanan bawah (RLQ)

- Mual muntah

- Anoreksia

- Konstipasi atau diare

Signs

- Direct rebound tenderness (Mc.Burney’s point)

- Rovsing’s sign

Nyeri di kuadran kanan bawah ketika tekanan palpatory diberikan pada kuadran kiri

bawah dan juga menunjukkan tempat iritasi peritoneal.

- Iliopsoas sign

Iliopsoas sign positif apabila pelvis nyeri ketika paha kanan di ekstensikan.

- Obturator sign

Obturator sign positif jika hipogastrikus nyeri pada peregangan m. obturatorius

internus dan ini menunjukkan iritasi di panggul. Pemeriksaan ini dilakukan dengan

gerakan rotasi internal pasif dari paha kanan tertekuk dengan posisi pasien terlentang.

Page 11: Lapkas Dr.lili Mila App

- Dunphy sign

Dunphy sign positif jika nyeri abdomen bertambah ketika pasien batuk.

Alvarado Scale for the Diagnosis of Appendicitis

Symptoms

Signs

Laboratory values

Manifestations

Migration of pain

Anorexia

Nausea and/or vomiting

Right lower quadrant tenderness

Rebound

Elevated temperature

Leukocytosis

Left shift in leukocyte counts

Value

1

1

1

2

1

1

2

1

- Skor >8 : Berkemungkinan besar menderita appendisitis. Pasien ini dapat langsung

diambil tindakan pembedahan tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Kemudian perlu

dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan patologi anatomi.

- Skor 2-8 : Tingkat kemungkinan sedang untuk terjadinya apendisitis. Pasien ini

sebaiknya dikerjakan pemeriksaan penunjang seperti foto polos abdomen ataupun CT

scan.

- Skor <2 : Kecil kemungkinan pasien ini menderita apendisitis. Pasien ini tidak perlu

untuk di evaluasi lebih lanjut dan pasien dapat dipulangkan dengan catatan tetap

dilakukan follow up pada pasien ini.

H. DIAGNOSIS APPENDISITIS

Page 12: Lapkas Dr.lili Mila App

Diagnosis apendisitis ditegakkan dengan evaluasi klinis, meskipun tes laboratorium

dan prosedur pencitraan dapat membantu.1,3

- Manifestasi Klinis

Apendisitis biasanya dimulai dengan progresif, ketidaknyamanan

midabdominal persisten yang disebabkan oleh obstruksi dan distensi appendiks

merangsang saraf aferen visceral otonom (tingkat T8-T10). Kadang terjadi anorexia

dan demam ringan (<38,5°C). Distensi appendiks menyebabkan kongesti vena yang

dapat menyebabkan rangsangan gerak peristaltik usus, menyebabkan sensasi kram

yang segera diikuti dengan mual dan muntah. Gejala termasuk anoreksia (90%), mual

dan muntah (70%), dan diare (10%). Setelah peradangan meluas secara transmural ke

peritoneum parietal, serat-serat nyeri somatik dirangsang dan rasa sakit terlokalisasi

di RLQ. Iritasi peritoneal dikaitkan dengan nyeri pada gerakan, demam ringan, dan

takikardi. Timbulnya gejala biasanya kurang dari 24 jam untuk apendisitis akut.

Bila appendiks retrocecal atau di belakang ileum, maka dapat dipisahkan dari

peritoneum perut anterior dan tanda-tanda lokalisasi perut bisa tidak ada. Iritasi

struktur berdekatan dapat menyebabkan diare, frekuensi kencing, pyuria, atau

hematuria mikroskopis tergantung pada lokasi. Bila appendisitis terletak di panggul,

mungkin mensimulasikan gastroenteritis akut, dengan rasa sakit menyebar, mual,

muntah, dan diare. Diagnosis mungkin dicurigai jika pemeriksaan rektal digital

menghasilkan rasa sakit.

- Pemeriksaan Fisik

Assessing the patient's abdomen. Pemeriksaan dimulai dengan memeriksa

perut pasien di daerah lain dari tenderness yang dicurigai. Lokasi appendisitis adalah

variabel. Namun, biasanya ditemukan di tingkat vertebral S1, lateral linea tepat pada

titik McBurney (dua pertiga jarak dari umbilikus ke spina iliaka anterosuperior).

Page 13: Lapkas Dr.lili Mila App

Rovsing sign mengindikasikan iritasi peritoneal. Tenderness kuadran-kanan-bawah

langsung dinilai. Tingkat ketahanan otot untuk palpasi sama dengan beratnya proses

inflamasi. Hyperesthesia cutaneous sering ada di atas regio tenderness maksimal.

Iliopsoas menyiratkan tanda appendisitis retrocecal. Sebuah appendisitis panggul

dapat menghasilkan tanda obturatorius positif.

Rectal Examination dilakukan untuk mengevaluasi keberadaan tenderness

lokal atau massa peradangan di daerah pararectal. Hal ini paling berguna untuk

presentasi atipikal sugestif dari appendisitis panggul atau retrocecal.

Pada wanita, pemeriksaan panggul dilakukan untuk menilai tenderness gerak

rahim dan rasa sakit atau massa pada adnexal. Massa teraba di RLQ menunjukkan

abses periappendiceal atau phlegmon.

I. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS APPENDISITIS

Differensial diagnosis appendisitis akut tergantung pada empat faktor utama yaitu

lokasi anatomi dimana terjadinya peradangan appendiks, tahap proses (sederhana atau

perforasi), umur pasien dan jenis kelamin.3,5

- Gastrointestinal Disease

Gastroenteritis ditandai dengan mual dan emesis sebelum timbulnya sakit

perut, bersama dengan malaise umum, demam tinggi, diare, sakit perut dan nyeri.

Meskipun diare adalah salah satu tanda-tanda kardinal radang lambung, dapat terjadi

pada pasien dengan usus buntu. Selain itu, jumlah WBC seringkali normal pada

pasien dengan gastroenteritis.

Mesenterika Limfadenitis biasanya terjadi pada pasien lebih muda dari 20

tahun dan nyeri RLQ, sakit perut tapi tanpa tenderness rebound atau kekakuan otot.

Nodal histologi dan biakan yang diperoleh pada operasi dapat mengidentifikasi

Page 14: Lapkas Dr.lili Mila App

etiologi, terutama Yersinia dan Shigella spesies dan Mycobacterium tuberculosis.

Mesenterika limfadenitis diketahui terkait dengan infeksi saluran pernapasan atas.

Meckel Diverticulitis hadir dengan gejala dan tanda-tanda tidak bisa

dibedakan dari appendisitis, tapi khas terjadi pada bayi.

Ulkus Peptikum, Diverticulitis, dan Kolesistitis dapat menyajikan gambar

klinis yang mirip dengan appendisistis.

Typhlitis, ditandai dengan peradangan pada dinding sekum atau ileum

terminal, dikelola nonoperatively. Hal ini paling sering terlihat pada pasien

imunosupresi menjalani kemoterapi untuk leukemia dan pada pasien HIV-positif.

Sebelum operasi sulit untuk membedakan antara typhlitis appendisitis.

- Urologic diseases

Pielonefritis menyebabkan demam tinggi, kaku, nyeri costovertebral, dan

tenderness. Diagnosa dikonfirmasi oleh urinalisis dengan cultur.

Kolik saluran kemih. Passage batu ginjal menyebabkan nyeri panggul

menjalar ke selangkangan tapi tenderness lokal sedikit. Hematuria menunjukkan

diagnosis yang dikonfirmasi oleh pyelography intravena atau CT noncontrast. foto

polos sering menunjukkan batu ginjal.

- Gynecologic diseases

Pelvic inflammatory disease dapat hadir dengan gejala dan tanda-tanda tidak

bisa dibedakan dari appendisitis akut, tetapi sering dapat dibedakan berdasarkan

beberapa faktor. Tenderness gerak serviks dan keputihan seperti susu memperkuat

diagnosis PID. Pada pasien dengan PID, rasa sakit biasanya bilateral, dengan intens

menjaga pada pemeriksaan perut dan panggul. USG transvaginal dapat digunakan

untuk memvisualisasikan ovarium dan untuk mengidentifikasi abses Tubo-ovarium.

Page 15: Lapkas Dr.lili Mila App

Kehamilan ektopik. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien

wanita usia subur dengan keluhan perut. Kista ovarium terbaik terdeteksi oleh USG

transvaginal atau transabdominal.

Torsi ovarium. Peradangan mengelilingi ovarium iskemik sering dapat teraba

pada pemeriksaan panggul bimanual. Pasien-pasien ini dapat mengalami demam,

leukositosis, dan nyeri RLQ konsisten dengan appendisitis. Sebuah viskus twisted,

bagaimanapun, berbeda karena memproduksi tiba-tiba, rasa sakit akut dengan emesis

sering dan berlanjut simultan. torsi ovarium dapat dibuktikan dengan Doppler USG.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG2,3,5

- Evaluasi Laboratorium

Complete blood cell count. Jumlah leukosit yang lebih dari 10.000 sel / uL,

dengan dominasi sel polymorphonuclear (> 75%), membawa sensitivitas 77% dan

spesifisitas 63% untuk appendisitis. Jumlah leukosit dan proporsi bentuk mature

meningkat jika ada perforasi appendiks. Pada orang dewasa yang lebih tua, jumlah

leukosit dan diferensial lebih sering normal daripada pada orang dewasa muda.

Wanita hamil biasanya memiliki jumlah WBC yang tinggi dapat mencapai 15.000

hingga 20.000 selama proses kehamilan.

Complete Blood Count (CBC)

• Leukocytosis (10.000-18.000/mm3) dengan polymorphonuclear (PMN)

predominan

• Jika white blood count (WBC) > 18.000/mm3 pikirkan adanya perforasi dengan

atau tanpa abses

Page 16: Lapkas Dr.lili Mila App

Serum elektrolit, nitrogen urea darah, dan kreatinin serum diperoleh

untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kelainan elektrolit yang disebabkan oleh

dehidrasi sekunder untuk muntah atau asupan oral yang buruk.

Urinalysis. Urinalysis abnormal pada 25% sampai 40% dari pasien

appendisitis. Pyuria, albuminuria, dan hematuria sering terjadi. Jumlah bakteri yang

banyak dapat dipikirkan ISK sebagai penyebab sakit perut. Urine menunjukkan lebih

dari 20 leukosit per bidang daya tinggi atau lebih dari 30 sel darah merah per bidang

daya tinggi menunjukkan ISK. Hematuria yang signifikan harus dipikirkan

pertimbangan urolithiasis.

• WBCs atau RBCs mungkin ditemukan jika adanya iritasi VU atau ureter karena

inflamasi appendiks

• Bakteriuria

Evaluasi Radiologi. Diagnosis appendisitis biasanya dapat dibuat tanpa

evaluasi radiologis pada kasus yang kompleks.

X-ray jarang membantu dalam mendiagnosis appendisitis. Pada sebuah studi

menunjukkan bahwa appendicolith atas hanya 1,14% dari sinar-x dilakukan pada

pasien dengan pembedahan terbukti appendisitis. Temuan lain radiologis yang

sugestif termasuk sekum menggelembung dengan tingkat kecil-usus yang berdekatan

udara-cairan, kehilangan bayangan psoas kanan, scoliosis ke kanan, dan gas dalam

lumen apendiks. Sebuah apendiks perforasi jarang menyebabkan pneumoperitoneum.

USG sangat berguna pada wanita usia subur dan pada anak-anak karena penyebab

lain dari keluhan perut dapat didemonstrasikan. Temuan terkait dengan appendisitis

akut termasuk appendiks diameter lebih besar dari 6 mm, kurangnya kompresibilitas

luminal, dan kehadiran sebuah appendicolith. Appendiks diperbesar dilihat pada

USG memiliki sensitivitas 86% dan spesifisitas 81%. appendiks berlubang lebih sulit

Page 17: Lapkas Dr.lili Mila App

untuk didiagnosis dan ditandai oleh hilangnya submucosa echogenic dan kehadiran

koleksi cairan loculated periappendiceal atau panggul. Pada wanita, patologi ovarium

mungkin diidentifikasi atau dikecualikan. Kualitas dan ketepatan sangat bergantung

pada operator.

CT scan, awalnya direkomendasikan hanya dalam kasus-kasus klinis yang kompleks

atau diagnosa tidak pasti, merupakan tes yang paling umum digunakan dalam

diagnostik radiografi. Hal CT scan lebih unggul dalam mendiagnosis appendisitis

dengan sensitivitas 94% dan spesifisitas 95%. Pada CT scan dapat ditemukan

distensi, appendiks berdinding tebal dengan lapisan inflamasi sekitar lemak,

phlegmon pericecal atau abses, appendicolith, atau udara RLQ bebas intra-abdomen

yang merupakan sinyal perforasi. CT scan sangat berguna dalam membedakan antara

abses periappendiceal dan phlegmon.

MRI merupakan alternatif ketika satu kebutuhan pencitraan cross-sectional untuk

menghindari radiasi pengion. Hal ini terutama berguna pada pasien hamil yang

apendiks tidak divisualisasikan.

Imaging

Abdominal X Ray (AXR) terlihat Appendicolith/fecalith

CT scan abdominal

(+) Bila ditemukan dilatasi appendix > 6 mm, penebalan appendix

(+) palsu jika terlihat inflamasi periappendix, dilatasi tuba fallopi, insipissated stool,

overlying fat

(-) palsu jika inflamasi terbatas diatas appendix, retrocecal ceacum, appendix besar,

perforasi (appendix compressible).

Diagnostik Laparoskopi. Laparoskopi diagnostik sangat berguna untuk

mengevaluasi wanita berovulasi dengan tegas untuk pemeriksaan appendisitis. Pada

Page 18: Lapkas Dr.lili Mila App

subkelompok ini, sepertiga perempuan terbukti memiliki patologi ginekologi primer.

appendiks ini juga bisa dihapus melalui pendekatan laparoskopi. Oleh karena itu,

beberapa ahli bedah menganjurkan pendekatan laparoskopi awal pada semua wanita

berovulasi yang diduga appendisitis.

K. PENATALAKSANAAN1,3,4

- Preoperative

Isotonik pengganti cairan intravena harus dimulai untuk mencapai output

kemih cepat dan untuk memperbaiki kelainan elektrolit. Suction nasogastrik sangat

membantu, terutama pada pasien dengan peritonitis. Suhu yang tinggi ditatalaksana

dengan acetaminophen dan selimut pendingin. Anestesi tidak boleh diinduksi pada

pasien dengan suhu yang lebih tinggi dari 39°C.

- Antibiotik

Antibiotik profilaksis umumnya efektif dalam pencegahan komplikasi infeksi

pascabedah (luka infeksi, abses intra-abdomen). Preoperative inisiasi lebih disukai,

meskipun beberapa menyarankan bahwa hal itu dapat ditunda. Untuk appendisitis

akut, cakupan biasanya terdiri dari sefalosporin generasi kedua. Pada pasien dengan

appendisitis nonperforated akut, dosis tunggal antibiotik cukup. Terapi Antibiotik

dalam apendisitis perforasi atau gangren harus dilanjutkan selama 3 sampai 5 hari.

- Appendectomy

Dengan beberapa pengecualian, pengobatan appendisitis adalah

appendektomy. Pasien dengan peritonitis difus atau diagnosis dipertanyakan harus

dieksplorasi melalui insisi garis tengah. Mortalitas setelah appendektomi tinggi pada

pasien usia lanjut. Pada kebanyakan pasien, irisan melintang memberikan

penampilan terbaik kosmetik dan memungkinkan kemudahan perpanjangan secara

Page 19: Lapkas Dr.lili Mila App

medial untuk eksposur yang lebih besar. Lapisan otot transversus abdominis dan

lapisan otot obliqus abdominis eksternal dan internal dapat dibagi dalam arah

seratnya. Setelah masuk ke rongga peritoneal, didapatkan cairan purulent untuk gram

stain dan cultur. Setelah sekum diidentifikasi, taenia anterior dapat diikuti ke dasar

appendiks. appendiks dengan lembut dilepaskan dari luka dan sekitarnya dengan

hati-hati pada setiap perlekatan yang mengganggu. Jika appendiks normal pada

inspeksi (5% sampai 20% dari eksplorasi), tersebut akan dihapus dan diagnosis

alternatif yang sesuai akan dipikirkan. Sekum, kolon sigmoid, dan ileum secara hati-

hati diperiksa untuk perubahan indikasi divertikular (termasuk divertikulum Meckel),

infeksi, iskemik, atau penyakit inflamasi usus (misalnya, penyakit Crohn). Bukti

limfadenopati mesenterika dicari. Pada wanita, ovarium dan saluran tuba diperiksa

untuk bukti PID, pecah kista folikel, kehamilan ektopik, atau patologi lainnya. cairan

peritoneal empedu menunjukkan ulkus peptikum atau perforasi kandung empedu.

- Laparoskopi Appendektomi

Laparoskopi appendektomi merupakan alternatif untuk pendekatan terbuka.

Hal ini paling berguna ketika diagnosis tidak pasti atau bila ukuran pasien akan

memerlukan sayatan besar. Walaupun studi terbaru menunjukkan bahwa panjang

pasca operasi mungkin tinggal sedikit singkat sebagian besar pasien yang menjalani

appendektomi rutin dapat dengan aman keluar dari rumah sakit pada hari pertama

pasca operasi. Terlepas dari pilihan pendekatan, perhatian harus dilakukan untuk

memastikan ligasi aman ujung appendiks.

- Drainage of Periappendiceal Abscess

Pengelolaan abses appendiks masih kontroversial. Pasien yang memiliki abses

periappendiceal baik lokal dan pada awalnya terlihat ketika gejala yang mereda dapat

diobati dengan antibiotik sistemik dan dipertimbangkan untuk drainase kateter

Page 20: Lapkas Dr.lili Mila App

perkutan, diikuti oleh appendektomi elektif 6 sampai 12 minggu kemudian. Strategi

ini berhasil di lebih dari 80% pasien. Appendiks harus dibuang karena pasien

memiliki risiko 60% terkena appendisitis kembali dalam waktu 2 tahun. Antibiotik

sistemik yang diberikan selama minimal 5 hari atau sampai pasien menyelesaikan

afebrile dan leukositosis. Sebuah studi baru-baru ini membandingkan appendektomy

langsung (antibiotik, operasi) dengan manajemen hamil (antibiotik, drainase

perkutan, dan usus buntu interval) pada pasien dengan abses appendiks menemukan

bahwa kelompok langsung-appendektomi memiliki tingkat komplikasi yang lebih

tinggi dan lebih lama tinggal di rumah sakit.

- Incidental Appendectomy

Insidental appendektomi adalah pengangkatan appendiks normal pada

laparotomi untuk kondisi lain. appendiks harus mudah diakses melalui sayatan perut

ini, dan pasien harus secara klinis cukup stabil untuk mentolerir waktu tambahan

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan prosedur. Karena sebagian besar kasus

appendisitis terjadi awal kehidupan, manfaat appendektomi insidental berkurang

secara substansial sekali orang yang lebih tua dari 30 tahun. penyakit Crohn yang

melibatkan sekum itu, radiasi pengobatan hingga ke kekebalan, sekum, dan cangkok

vaskular atau bioprostheses lain merupakan kontraindikasi untuk appendektomi

insidental karena peningkatan risiko komplikasi infeksi atau kebocoran tunggul

appendiks.

Page 21: Lapkas Dr.lili Mila App

L. KOMPLIKASI APENDISITIS AKUT2,4

- Perforasi

Perforasi disertai dengan nyeri hebat dan demam. Hal ini biasa dalam waktu

12 jam pertama dari appendisitis tetapi hadir dalam 50% pasien apendisitis lebih

muda dari 10 tahun dan lebih tua dari 50 tahun. Konsekuensi akut perforasi termasuk

demam, takikardia, peritonitis umum, dan pembentukan abses. Pengobatan

appendisitis, irigasi peritoneal, dan antibiotik spektrum luas intravena selama

Page 22: Lapkas Dr.lili Mila App

beberapa hari. Selama kehamilan, perforasi secara substansial meningkatkan risiko

kematian ibu dari diabaikan sampai 4%. Angka kematian janin naik dari 0% menjadi

1,5% pada appendisitis uncompicated untuk 20% hingga 35% dalam pengaturan

perforasi.

- Risiko Infeksi Luka Pascaoperasi

Resiko infeksi luka pascaoperasi dapat dikurangi dengan antibiotik intravena

yang sesuai diberikan sebelum sayatan kulit. Kejadian luka infeksi meningkat dari

3% pada kasus apendisitis nonperforated menjadi 4,7% pada pasien dengan usus

buntu yang berlubang atau gangren. penutupan primer tidak dianjurkan dalam

pengaturan perforasi (Bedah 2000; 127:136). luka infeksi dikelola dengan membuka,

pengeringan, dan pengemasan luka untuk memungkinkan penyembuha. Antibiotik

intravena yang ditunjukkan untuk selulitis atau sepsis sistemik.

- Intra-abdominal dan abses panggul

Abses Intra-abdominal dan panggul terjadi paling sering dengan perforasi apendiks.

Pascaoperasi abses intra-abdomen dan pelvis yang paling baik ditangani dengan

drainase dengan panduan CT-atau USG perkutan. Jika abses tidak bisa diakses atau

resisten terhadap drainase perkutan, drainase operasi diindikasikan. Terapi antibiotik

dapat menutupi tetapi tidak signifikan untuk mengobati atau mencegah abses.

- Komplikasi Lain

Pyelephlebitis adalah thrombosis septik vein portal disebabkan oleh Escherichia coli

dengan gejala klinis demam tinggi, sakit kuning, dan akhirnya abses hati. CT scan

menunjukkan thrombus dan gas di vena portal. perlakuan Prompt (operasi atau

percutaneous) dari infeksi primer sangat penting, bersama dengan antibiotik

spektrum luas intravena.

Page 23: Lapkas Dr.lili Mila App

Fistula Enterocutaneous dari kebocoran pada penutupan ujung appendiks kadang-

kadang memerlukan penutupan bedah, tetapi sering menutup secara spontan.

Small-Bowel Obstruction. Obstruksi usus kecil adalah empat kali lebih umum

setelah pembedahan pada kasus apendisitis perforasi daripada di appendisitis tanpa

komplikasi.

Page 24: Lapkas Dr.lili Mila App

DAFTAR PUSTAKA

1. Townsend, Courtney M. 2007. Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed. Saunders, An

Imprint of Elsevier.

2. Debas, Haile T. 2003. Gastrointestinal Surgery : Pathofisiology and Management. New

York : Springer. Hal : 311-318

3. Brunicardi, F. Charles. 2010. Schwartz’s Principles of Surgery, ninth edition. The

McGraw-Hill Companies, Inc. United States of America.

4. Stead, G. Latha. 2003. Firts Aid for the Surgery Clerkship. McGraw-Hill Companies,

Inc. United States of America.

5. Klingensmith, Mary E dkk. 2008. Washington Manual of Surgery, 5th Edition.

Lippincott Williams & Wilkins.