Laporan Praktikum Bengkel 5 Mila

27
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan bagianyang penting dalam suatuproses industri dan kebutuhan akan pengelasan sangat tinggi oleh karenaitu teknologi pengelasan semakin lama semakin berkembang. Penggunaan teknologi las biasanyadipakaidalam bidang konstruksi, otomotif, perkapalan, pesawat terbang, dan bidang lainnya. Dalam proses pengelasan terdapat berbagai permasalahan yang terja karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil pengelasan. Berbag harus diperhitungkan sebelum melakukan pengelasan, untuk mendapa hasil pengelasan yang baik seperti sifat mekanik, sifat fisik, komposi dimensi. Menentukan prosedur pengelasan yang benar adalah langk harus dilakukan agar hasil yang didapatkan akan optimal dan m terjadinya cacat. Mutu dari pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pela pengelasan, karenapengelasan adalah proses penyambunganantara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas, secar pengelasan dapat diartikan sebagai suatu ikatan metalurgi pada sambung logam atau logam paduan yang dilaksanakan saat logam dalam keadaan cai Pada penelitian ini pengelasan yang digunakan adalah las busur listrik Berdasarkan uraian diatas sehingga dilakukan praktikum peng untuk mengetahui teknik mengelas dengan berbagai metode pada b logam untuk menyambung, memotong, dan mengisi bahan.

Transcript of Laporan Praktikum Bengkel 5 Mila

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan bagian yang penting dalam suatu proses industri dan kebutuhan akan pengelasan sangat tinggi oleh karena itu teknologi pengelasan semakin lama semakin berkembang. Penggunaan teknologi las biasanya dipakai dalam bidang konstruksi, otomotif, perkapalan, pesawat terbang, dan bidang lainnya. Dalam proses pengelasan terdapat berbagai permasalahan yang terjadi, karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil pengelasan. Berbagai hal harus diperhitungkan sebelum melakukan pengelasan, untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik seperti sifat mekanik, sifat fisik, komposisi, dan dimensi. Menentukan prosedur pengelasan yang benar adalah langkah yang harus dilakukan agar hasil yang didapatkan akan optimal dan mencegah terjadinya cacat. Mutu dari pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan pengelasan, karena pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas, secara umum pengelasan dapat diartikan sebagai suatu ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan saat logam dalam keadaan cair. Pada penelitian ini pengelasan yang digunakan adalah las busur listrik. Berdasarkan uraian diatas sehingga dilakukan praktikum pengelasan untuk mengetahui teknik mengelas dengan berbagai metode pada bahan logam untuk menyambung, memotong, dan mengisi bahan.

1.2 Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan praktikum pengelasan adalah untuk mengetahui teknik mengelas dengan berbagai metode pada bahan logam untuk menyambung, memotong, dan mengisi bahan. Kegunaan praktikum pengelasan adalah mampu mengaplikasikan kemampuan mengelas pada kegiatan memotong, menyambung, dan mengisi bahan pada logam.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cara Pengelasan yang baik Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagain. Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus,

dan macam-macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat las dengan kegunaan kontruksi serta kegunaan

disekitarnya (Anonim II, 2010). Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya didalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana

pemecahannya memerlukan bermacam-macam penngetahuan. Karena itu didalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta mendampingi praktek, secara lebih bterperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan (Anonim II, 2010).

Cara ini pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang. Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan

menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang disambungkan.klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih lanjut (Anonim III, 2011). Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan pengerjaan yang amat penting dalam teknologi produksi dengan bahan logam. Dari pertama perkembangannya sangat pesat telah banyak teknologi baru yang ditemukan. Sehingga boleh dikatakan hamper tidak ada logam yang dapat dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut pada waktu ini dapat dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan. Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan lain-lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya. Bila diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi tersebut diatas dibaur dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak sekali. Diantara kedua cara

klasifikasi tersebut diatas kelihatannya klasifikasi cara kerja lebih banyak digunakan karena itu pengklasifikasian yang diterangkan dalam bab ini juga berdasarkan cara kerja (Anonim III, 2011). Berdasarkan Anonim III (2011), klasifikasi ini pengelasan dapat

dibagi dalam tiga kelas utama yaitu : pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian. 1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar. 2. Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu. 3. Pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan denngan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair. 2.2 Kelebihan Dan Kekurangan 2.2.1 Las Listrik Busur listrik yang terjadi di antara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagaian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan

menghasilkan gas yang melindungi ujung elekroda kawah las, busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan memutupi permukaan las yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Perbedaan suhu busur listrik tergantung pada tempat titik pengukuran (Anonim III, 2011).

Menurut Daryanto (1987), berikut ini adalah jenis-jenis las listrik yaitu las listrik TIG, las listrik submerged, dan las listrik MIG. 1. Las Listrik TIG Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia) menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar merupakan sumber panas, untuk pengelasan. Titik cair elektroda wolfram sedemikian tingginya sampai 3410 C, sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik. Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung yang melindungi daerah las dari luar pada saat pengelasan. Sebagian bahan tambah dipakai elektroda selaput yang digerakkan dan didekatkan ke busur yang terjadi antara elektroda wolffram dengan bahan dasar. Sebagian gas pelindung dipakai angin, helium atau campuran dari kedua gas tersebut yang pemakaiannya tergantung dari jenis logam yang akan di las. Tangkai las TIG biasanya didinginkan dengan air bersikulasi. 2. Las Listrik Submerged Las listrik submerged yang umumnya otomatis atau semi otomatis menggunakan fluksi serbuk untuk pelindung dari pengaruh udara luar. Busur listrik di antara ujung elektroda dan bahan dasar di dalam timnunan fluksi sehingga tidak terjadi sinar las keluar seperti biasanya pada las listrik lainya. Operator las

tidak perlu menggunakan kaca pelindung mata (helm las). Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencir dan membeku dan menutup lapian las. Sebagian fluksi serbuk yang tidak mencair dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari terak-terak las. Elektroda yang merupakan kawat selaput berbentuk gulungan (roll) digerakan maju oleh pasangan roda gigi yang diputar oleh motor listrik ean dapat diatur kecepatannya sesuai dengan kebutuhan pengelasan. 3. Las Listrik MIG Seperti halnya pad alas listrik TIG, pada las listrik MIG juga panas ditimbulkan oleh busur listrik antara dua electron dan bahan dasar. Elektroda merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang geraknya diatur oleh pasangan roda gigi yang digerakkan oleh motor listrik. Gerakan dapat diatur sesuai dengan keperluan. Tangkai las dilengkapi dengan nosel logam untuk

menghubungkan gas pelindung yang dialirkan dari botol gas melalui slang gas. Gas yang dipakai adalah CO2 untuk pengelasan baja lunak dan baja. Argon atau campuran argon dan helium untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Proses pengelasan MIG ini dadpat secara semi otomatik atau otomatik. Semi otomatik dimaksudkan pengelasan secara manual, sedangkan otomatik adalah pengelasan yang seluruhnya dilaksanakan secara otomatik. Elektroda keluar melalui tangkai bersama-sama dengan gas pelindung.

2.3 Bagian-Bagian Alat Las 2.3.1 Las Listrik Proses pengelasan merupakan ikatan metalurgi antara bahan dasar yang di las dengan elektroda las yang digunakan, melalui energi panas. Energi masukan panas ini bersumber dari beberapa alternative diantaranya energi dari panas pembakaran gas, atau energi listrik. Panas yang ditimbulkan dari hasil proses pengelasan ini melebihi dari titik lebur bahan dasar dan elektroda yang di las. Kisaran temperature yang dapat dicapai pada proses pengelasan ini mencapai

2000 sampai 3000 C. Pada temperatur ini daerah yang mengalami pengelasanmelebur secara bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi logam lasan ( Rahmat 2007) . Menurut Rahmat (2007), Skema Pengelasan Skema pengelasan ini terdiri dari : Inti elektroda (electrode wire) Fluks (electrode coating ) Percikan logam lasan (metal droplets) Busur nyala (arcus) Gas pelindung (protective gas from electrode coating ) Logam Lasan (mixten weld metal ) Slag (terak) Jalur las yang terbentuk (soldered weld metal)

Mengelas

adalah

salah

satu

bidang

keterampilan

teknik

penyambungan logam yang sangat banyak dibutuhkan di industri. Kebutuhan di industri ini dapat dilihat pada berbagai macam keperluan seperti pada pembuatan : Konstruksi rangka baja, konstruksi bangunan kapal, konstruksi kereta api dan sebagainya.Contoh sederhana dapat dilihat pada proses pembuatan kapal dengan bobot mati 20.000 DWT diperkirakan panjang jalur pengelasan mencapai 40 Km.Kebutuhan akan juru las di masa mendatang juga akan mengalami peningkatan yang signifikan.Keterampilan teknik mengelas dapat diperoleh dengan latihan terstruktur mulai dari grade dasar sampai mencapai grade yang lebih tinggi (Rahmat, 2007). Beberapa pendekatan penelitian juga merekomendasikan bahwa seorang juru las akan dapat terampil melakukan proses pengelasan dengan melakukan latihan yang terprogram, di samping itu faktor bakat dari dalam diri juru las juga sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Keberhasilan seorang juru las dapatdicapai apabila juru las sudah dapat mensinergikan apa yang ada dalam pikiran dengan apa yang harus digerakan oleh tangan sewaktu proses

pengelasan berlangsung. Pada prinsipnya beberapa teknik yang harus diketahui dan dilakukan seorang juru las dalam melakukan proses pengelasan adalah: Teknik Menghidupkan Busur Nyala, teknik ayunan elektroda, Posisi-posisi pengelasan, teknik dan prosedur pengelasan pada berbagai Konstruksi sambungan. Bagian-bagian Utama Mesin

Las terdiri dari Trafo Las Pengatur arus pengelasan Handel On Off

(supply arus) Kabel elektroda, Tang massa dan Meja Las. Perlengkapan keselamatan kerja pada pengelasan las busur listrik ini meliputi: Pakaian Kerja, Sepatu Kerja Apron, Kulit/Jaket las, Sarung Tangan Kulit, Helm/Kedok las, Topi kerja, Masker Las,

dan Respirator (Rahmat, 2007). Menurut Setiawan (2009), Alat utama las busur manual dalam pengoperasiannya harus sesuai SOP yang berlaku. 1. Kabel tenaga Pemilihan kabel tenaga yang digunakan untuk menginstal disesuaikan dengan bebannya (trafo las nya) berupa ampere dan tegangan input trafo las. Hal ini menyangkut ukuran kawat, panjang kabel, dan jenis kawatnya (serabut/tidak). Selanjutnya dalam

menginstall harus kuat dan tidak mudah lepas, sehingga aliran listrik dapat mengalir maksimal dan tidak panas. 2. Trafo las Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus

dipertimbangkan tentang kebutuhan maksimal (beban pekerjaan yang akan dikenakan kepada trafo las tersebut. Apabila beban pekerjaannya besar maka langkah pemilihannya adalah dapat dipertimbangkan tentang tegangan input: 3PH, 2PH atau 1PH; Ampere output, dipertimbangkan dari diameter elektroda yang akan digunakan. dan yang paling penting adalah duty cycle dari trafo tersebut. dalam hal ini pilihlah trafo las yang memiliki duty cycle yang tinggi untuk ampere yang tinggi, misal duty cycle 100% untuk arus sampai dengan 200 A.

langkah berikutnya gunakan tang ampere untuk mengecek kesesuaian out put arus pengelasan pada indikator dengan kenyataannya yang terlihat pada tang ampere. Jenis trafo las juga perlu dipertimbangkan apakah trafi AC atau DC. hal ini terkait dengan jenis elektroda yang akan digunakan. jika menggunakan multi electrode, pilihlah trafo DC. Cara mengoperasikan trafo las terlebih dahulu harus dilihat instalasinya. kabel tenaga ke trafo las, kabel massa, kabel elektroda dan kondisi trafo sendiri, apakah pada tempat yang kering atau basah. setelah diketahui instalasinya baik, maka saklar utama pada kabel tenaga di on kan, selanjutnya saklar pada trafo las di on kan. pastikan kabel massa dan kabel elektroda tidak dalam kondisi saling berhubungan. atur arus pengelasan yang dibutuhkan dan selanjutnya gunakan untuk mengelas. Apabila proses pengelasan telah selesai, trafo las dimatikan kembali. 3. Kabel elektroda dan kabel massa Kabel elektroda dan kabel massa harus menggunakan kabel serabut sehingga lentur dengan ukuran disesuaikan dengan ampere maksimum trafo las (lihat ketentuan pada tabel) kabel las. Kabel elektroda dan kabel massa harus terkoneksi )terinstall dengan kuat dengan trafo las agar aliran arus pengelasan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam indikator ampere pada trafo las. Penggunaan kabel elektroda dan kabel massa pada saat pengelasan harus disiapkan dengan benar, yaitu dalam kondisi terurai, tidak tertekuk dan saling berlilitan. Dengan kondisi semacam ini maka aliran arus pengelasan akan maksimal.

4. Pemegang elektroda dan penjepit massa Penjepit elektroda dan penjepit massa dibuat dari bahan yang mudah menghantarkan arus listrik. bahan yang biasa digunakan adalah tembaha. Pada pemegang elektroda pada mulutnya sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan tukang las memasang/menjepit pada pemegang elektroda. Dalam penggunaannya elektroda harus ditempat pada sela-sela yang ada, dapat diposisikan dengan sudut 180 derajat, 90 derajat atau 45 derajat terhadap pemegang elektroda. Sedang pada penjepit massa dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mencengkeram dengan kuat pada benda kerja. Penjepit elektroda maupun penjepit massa tidak diperkenankan terkena busur las. Pada penjepit elektroda, penggunaan elektroda disisakan 1 inch sehingga tidak sampai habis menyentuh pemegang elektroda. Sedangkan pemegang massa tidak diperkenankan untuk menjadi tempat mencopa elektroda/menyalaka elektroda agar tidak rusak. Penjepit benda kerja ditempatkan pada dekat benda kerja atau meja las dengan kuat agar aliran listrik dapat maksimal/tidak banyak arus yang terbuang. Alat-alat bantu las Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar sesuai fungsinya dan dengan teknik yang benar pula. Di samping itu cara penyimpanannya harulah ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak saling bertumpukan dan saling bergesekan satu sama lain (Setiawan,2009).

Menurut Setiawan (2009), Alat-alat bantu las adalah sebagai berikut: 1. Meja las Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi yang dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak mudah bergerak saat tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan. Gunakan benda kerja lain saat mencoba penyalaan elektroda dan jangan dilakukan di meja las. 2. Palu terak Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil pengelasan. Dalam menggunakan palu terak ini jangan sampai membuat luka pada hasil pengelasan maupun pada base metalnya. karena luka bekas pukulan adalah merupakan cacat pengelasan. Palu terak sebelum digunakan dicek ketajamannya dan kondisinya. apabila sudah tumpul, maka harus ditajamkan dengan menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya, tempatkan palu terak pada tempatnya secara rapi. 3. Palu konde Palu konde secara standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg. penggunaan palu konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan permukaan benda kerja yang berkelok atau melengkung, untuk membentuk sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau meniadakan distorsi. atau ditunakan untuk tujuan membantu persiapan pengelasan.

4. Gerinda tangan Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di las berupa penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk membantu dalam proses pengelasan khususnya dalam pembersihan lasan sebelum di sambung atau sebelum ditumpuki dengan lasan lapis berikutnya. gerinda tangan ini juga digunakan untuk membantu dalam memperbaiki cacat las yang memerlukan penggerindaan dalam persiapannya sebelum diperbaiki cacat pengelasan tadi. 2.3.2 Las Karbit Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan membakar bahan bakar gasC2 H2 dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapatmencair logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakangas-gas asetilen, propan atau hidrogen. Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah asetilen, sehingga las pada umumnya diartikansebagai las oksiasetilen. Karena tidak memerlukan tenaga listrik, maka lasoksiasetilen banyak dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus. Proses Las Oksi-AsetilenPada skema las oksi asetilen diperlihatkan sudut brander las berskisar antara 60 70 dan sudut bahan tambah (filler) berkisar 30 45. Arah pengelasan dari kirikekanan dan posisi pengelasan di bawah tangan. Peralatan utama pada pengelasan Oxy-Asetilen (Maran, 2007).

Menurut Maran (2007), Bagian-bagian dari las karbit adalah sebagai berikut: 1. Generator Asetilen Generator asetilen merupakan alat yang digunakan untuk memproduksi asetilen melalui proses reaksi kalsium karbida dengan air. Proses kerja generator relatif sederhana, yaitu dengan jalan mempertemukan kalsium karbida dengan air secara proporsional yang selanjutnya akan diikuti dengan terjadinya reaksi sehingga menghasilkan gas asetilen. Pemakaian generator dalam

memproduksi asetilen masih terbilang banyak,terutama di daerah yang jauh dari industry asetilen atau daerah terpencil.Keuntungan penggunaan generator dapat menekan biaya operasional

biladibandingkan dengan pemakaian asetilen dalam botol. Namun kelemahan yang dimiliki ialah tekanan asetilen lebih labil dibandingkan dengan asetilen dalam botol. Generator asetilen dapat dikelompokkan atas beberapa jenis sesuaimenurut kapasitas, pelayanan, cara kerja, dan tekanan. Berdasarkan Kapasitas (Daya) Menurut kapasitas, yaitu jumlah (liter atau m3) gas yang dapat diproduksi setiap jam, generator dapat digolongkan kedalam beberapa tingkat, seperti; 0,8; 1,25; 2;3,2; 5; 10; 20; 40; dan 80 m3/jam. Berdasarkan pelayanan, generator asetilen dapat dibedakan atas: Generator portable (yang dapat dipindah-pindahkan), biasanya yang berukurankecil dan berkapasitas antara 30 s/d 600 Cu.ft/jam (1 Cu.Ft = 0,028 m3).

Generator stasioner (tetap), ialah generator yang digunakan untuk industri-industri besar. Berdasarkan Proses/Cara KerjaYang

dimaksud dengan cara kerja di sini adalah system pembentukan asetilen didalam generator. Berdasarkan cara kerja generator asetilen ini dapat dibedakan atas dua jenis utama yaitu pesawat pencampur yang menggunakan sistem: Sistem tetes (air ke karbid), Sistem lempar (karbid ke air)Pesawat kontak, dimana karbid dan air dibuat bereaksi pada waktu tertentu.Sistem ini dikenal dengan Sistem celup, dan Sistem desak. 2. Pembakar (Brander) Las. Brander las merupakan suatu alat yang berfungsi

sebagai pencampur asetilen dengan oksigen, pengatur pengeluaran gas, pembangkit nyala api, Brander las asetilen. Bagian utama brander las terdiri dari tiga komponen yaitu; badan pemegang, katup pengatur nyala, serta batang nozzle. Pemegang brander

sesuaidengan namanya digunakan sebagai tempat pegangan. Selain itu juga merupakandudukan katup pengatur dan penyalur gas ke batang nozel. Katup pengatur padaalat ini terdapat dua buah, yaitu katup penyaluran oksigen dan katup penyaluranasetilen. Melalui kedua katup ini jumlah pengeluaran gas dapat diatur sesuaidengan proporsi yang dibutuhkan. Semakin lebar dibuka saluran gas, semakin banyak gas yang lewat dan pada akhirnya semakin besar/keras pula api yangdihasilkan. Batang nozzle memiliki dua fungsi yaitu sebagai ruang pencampur gas dansebagai nyala melalui

orifisnya. Batang nozzle ini biasanya memiliki ukuran lubang yang berbeda-beda, yang pemakaiannya dapat disesuaikan dengan ketebalan bahan yang akan di las. 3. Regulator gas umumnya disimpan di dalam botol pada tekanan lebih tinggi di atas tekanan kerja atau nyala. Karena itu diperlukan perlengkapan untuk mengurangi tekanan atau dengan kata lain untuk mengatur tekanan menurut keperluan. Alat ini disebut dengan regulator. Regulator dapat juga disebut katup pengurang(pereduksi) tekanan, yang dipasang pada katup botol oksigen, asetilen dan botol- botol lain atau pada pipa saluran. Regulator yang dipasang pada botol, pada dasarnya memiliki dua fungsi yaitu: Menurunkan tekanan isi botol menjadi tekanan kerja.Mengatur agar tekanan kerja pada pembakar selalu tetap, meskipun tekanan isi botol berubah Pada regulator juga dilengkapi dengan dua buah alat pengukur yangdisebut dengan monometer tekanan tinggi (isi) dan monometer tekanan rendah(kerja). Fungsi monometer pada regulator tersebut adalah:Monometer gauge) berfungsi tekanan untuk tinggi (the high gas pressure dalam

menunjukkan

tekanan

botol.Monometer tekanan rendah (the low pressure gauge) berfungsi untuk menunjukkan besarnya tekanan kerja yang sedang digunakan. Oleh karena dalam satu unit pesawat las asetilen digunakan dua buah botol gas,yaitu botol gas oksigen dan botol gas asetilen.

4. Selang Gas Selang gas digunakan untuk penyaluran gas dari silinder/botol atau generator melalui regulator ke pembakar (brander las). Selang ini dibuat dari bahan karet yang berlapis-lapis. Setiap lapisan ditenun dan dipasang berlainanmisalnya dari bahan serat, nilon, kapas, lenen dan sebagainya. Pada bagian dalamdi buat karet yang bermutu tinggi, tahan panas dan tekanan. Sedangkan pada bagian luar dibuat dari karet bercampur belerang (vulcanized rubber) dan diberi warna. Kadang-kadang pada karet lapisan luar, juga dilapisi dengan lenen atau asbes guna menghindari kerusakan. Periksa keadaan ulir pada regulator dansambungkan ke katup botol, mur regulator seharusnya dengan mudah dapat dipasangkan pada katup botol. 2.4 Alat Keselamatan Kerja Alat keselamatan kerja las adalah sangat fital untuk digunakan. Penggunaan alat keselamatan kerja las ini akan memberikan jamiman keselamatan kepada juru las maupun lingkungan. Pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan kwalitas hasil lasan ( Anonim, 2009). Berdasarkan Anonim (2009), macam-macam alat keselamatan kerja las antara lain: 1. Pakaian kerja Dengan menggunakan pakaian kerja, juru las akan merasa nyaman dalam bekerja karena tidak berfikir tentang lingkungan yang dapat mengotori pakaiannya. di samping itu pula dengan menggunakan pakaian

kerja juru las memiliki keleluasaan untuk bergerak mengahadapi pekerjaannya. pakaian kerja dapat terbuat dari bahan katoon, kulit atau levis. pakaian kerja jurulas dibuat lengan panjang dan bercelana panjang. 2. Helm las/topeng las Helm las/topeng las digunakan untuk melindungi muka dari sinar las (sinar ultraviolet, infra red), radiasi panas las serta percikan bunga api las. apabila muka juru las tidak dilindungi maka kulit muka akan terbakar dan sel-sel kulit maupun daging akan rusak. Pada helm las tertentu didesain dilengkapi dengan masker hidung, yang fungsinya adalah melindungi diri dari asap las dan debu pengelasan. asap las dan debu ini akan mengganggu pernapasan dan dapat mengakipatkan penyakit paru-paru (pernapasan) serta ginjal. 3. Kaca las Kaca las akan melindungi mata dari sinar las yang menyilaukan, sinar ultra violet, dan infra red. nyala-nyala ini akan mampu merusak penglihatan mata juru las, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan. pemilihan kaca las disesuaikan dengan besar kecilnya arus pengelasan. 4. Apron (pelindung dada) Apron berfungsi untuk melindungi dada dari sinar ultra violet, infra red, percikan bunga api las dan panas pengelasan. pelindung dada ini terbuat dari kulit yang lentur.

5. Sarung tangan Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari sengatan listrik, panas lasan, dan bend-benda yang tajam. 6. Sepatu kulit kapasitas 2 ton sepatu ini terbuat dari kulit yang pada ujungnya terjadap logam pelindung dengan kapasitas 2ton. sepatu ini akan melindungi juru las dari sengatan listrik, kejatuhan benda, benda-benda yang panas

dan benda-benda yang tajam.

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Pengelasan dilaksanakan pada hari Jumat , 6 April 2012, pukul 15.00 sampai dengan 17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Perbengkelan Pertanian, Program Studi Keteknikan Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam Praktikum Pengelasan yaitu las listrik dan las karbit. Bahan yang digunakan dalam Praktikum Pengeboran yaitu elektroda, oksigen, dan air. 3.3 Prosedur Praktikum Prosedur Praktikum Pengelasan adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. alat dan bahan disiapkan sebelum memulai pengelasan. Bahan yang akan di las dibersihkan terlebih dahulu. Elektroda dipasang pada tang penjepit elektroda. Mesin las dinyalakan, kemudian pengelasan dimulai. Bahan tersebut di las sampai tersambung. Hasil pengelasan kemudian dibersihkan kembali.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Fungsi Alat Memotong dan menyambung logam dengan menggunakan elektroda. Gambar Bagian-bagian 1. meja las 2. penjepit elektroda 3. kabel tenaga 4. kabel elektroda 5. trafo las 6. kabel massa Fungsi 1. tempat untuk meletakkan benda kerja. 2. untuk menjepit elektroda 3. tempat mengalirnya arus listrik. 4. tempat mengalirnya arus listrik. 5. tempat menyimpan arus. 6. tempat mengalirnya arus listrik. 1. memproduksi asetilen melalui proses reaksi kalsium karbida dengan air. 2. untuk mengatur tekanan gas menurut keperluan 3. sebagai pencampur asetilen dengan

Nama Alat 1. Las listrik

2. Las karbit

Memotong dan menyambung logam dengan menggunakan karbit dengan campuran oksigen dan air.

1. generator asitelin. 2. regulator 3. pembakar asitelin 4. selang gas

oksigen, pengatur pengeluaran gas, pembangkit nyala api. 4. untuk penyaluran gas dari silinder/botol atau generator melalui regulator ke pembakar (brander las). Sumber: Laboratorium Perbengkelan Pertanian, 2012. 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil praktikum pengelasan sehingga dapat dibedakan bahwa mesin las di bagi menjadi dua yaitu las listrik dan las karbit atau las asitelin. Hal ini sesuai dengan Daryanto (1987), yang menyatakan bahwa Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia) menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar merupakan sumber panas, untuk pengelasan. Titik cair elektroda wolfram sedemikian tingginya sampai 3410 C, sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik. Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung yang melindungi daerah las dari luar pada saat pengelasan. Sebagian bahan tambah dipakai elektroda selaput yang digerakkan dan didekatkan ke busur yang terjadi antara elektroda wolffram dengan bahan dasar.

Las karbit adalah salah satu jenis mesin las yang menggunakan karbit dalam proses pengelasan selain itu juga menggunakan oksigen dan air untuk memperlancar proses pengelasan. Hal ini sesuai dengan Maran (2007), yaitu Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan membakar bahan bakar gasC2 H2 dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapatmencair logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakangas-gas asetilen, propan atau hidrogen. Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah asetilen, sehingga las pada umumnya diartikansebagai las oksiasetilen. Karena tidak memerlukan tenaga listrik, maka lasoksiasetilen banyak dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus. Proses Las Oksi-AsetilenPada skema las oksi asetilen diperlihatkan sudut brander las berskisar antara 60 70 dan sudut bahan tambah (filler) berkisar 30 45. Arah pengelasan dari kirikekanan dan posisi pengelasan di bawah tangan. Peralatan utama pada pengelasan Oxy-Asetilen. Dalam kegiatan pengelasan sebaiknya orang yang melakukan pengelasan harus memakai alat keselamatan kerja agar terhindar dari bahaya pada saat melakukan pengelasan. Hal ini berdasarkan Anonim (2009), yaitu Alat keselamatan kerja las adalah sangat fital untuk digunakan. Penggunaan alat keselamatan kerja las ini akan memberikan jamiman keselamatan kepada juru las maupun lingkungan. Pada produktivitas dan kwalitas hasil lasan. gilirannya akan meningkatkan

Cara pengelasan yang baik dan menghasilkan hasil lasan yang baik dan rapi maka perlu memperhatikan cara pengelasan yang baik serta mengikuti teknik pengelasan dengan teratur. Hal ini berdasarkan Anonim ( 2010), yaitu Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya didalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana

pemecahannya memerlukan bermacam-macam penngetahuan. Karena itu didalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta mendampingi praktek, secara lebih bterperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum pengelasan sehingga dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. 2. Mesin las dibagi menjadi dua jenis yaitu mesin las listrik dan mesin las karbit (las asitelin). 3. Cara pengelasan yang baik adalah pengelasan yang dilakukan dengan mengikuti prosedur dan teknik pengelasan. 4. Alat keselamatan kerja dalam pengelasan sangat pengting agar dalam melakukan pengelasan bias lebih hati-hati. 5.2 Saran Sebaiknya dalam praktikum pengelasan semua jenis mesin las dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat diuji coba dan dapat dibandingkan antara mesin las karbit dan mesin las listrik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim I. 2009. Alat Keselamatan kerja. http://gurulas.wordpress.com/materismaw-lanjut/. Diakses pada tanggal 5 april 2012, pukul 20.00 WITA. Makassar. Anonim II. 2010. Cara Pengelasan. http://www.mesinlas.com/artikel/3/teknik pengelasan-bag.1. Diakses pada tanggal 5 april 2012, pukul 20.00 WITA. Makassar. Anonim III. 2011. Kelebihan dan kekurangan Mesin Las. http://www. Mesinlas .com/artikel/3/ teknik- pengelasan. Diakses pada tanggal 5 april 2012, pukul 20.00 WITA. Makassar. Daryanto. 1987. Mesin Perkakas Bengkel. PT Rineka Cipta : Jakarta Maran, Zevy D. 2007. Peralatan Bengkel Otomotif . CV Andi Ofset : Yogyakarrta. Rahmat. 2007. Las listrik. Universitas Semarang. Semarang. Setiawan. 2009. Alat Bantu Pengelasan. Universitas Sumatera Utara. Medan.