Luka Bakar Fix Mila

23
PORTOFOLIO Topik : Luka Bakar Tanggal (kasus) : 8 Januari 2013 Presenter : dr. Quamila Fahrizani Afdi Tanggal Presentasi : 16 Januari 2013 Pendamping : dr. Aan Widi Aningrum Tempat Presentasi : RSUD H. Damanhuri Barabai Obyektif Presentasi : Keilmuan Keterampi lan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatu s Bayi Anak Remaj a Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Laki-laki, 8 bulan, datang dengan Luka bakar hampir seluruh tubuh satu jam SMRS Tujuan : mengetahui diagnosis pasien dengan Luka Bakar Bahan bahasan Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas Diskusi Present asi dan dikusi Email Pos Data Pasien : Nama : By. M.Y Nomor Registrasi : - Nama Wahana : RSUD H. Damanhuri Telp : - Terdaftar sejak : 8 Januari 2013 Data utama untuk bahan diskusi : 1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Luka Bakar grade II b 33 % Kulit wajah, kedua tangan, kedua kaki tampak kemerahan dan

description

portofolio luka bakar

Transcript of Luka Bakar Fix Mila

Page 1: Luka Bakar Fix Mila

PORTOFOLIO

Topik : Luka Bakar

Tanggal (kasus) : 8 Januari 2013 Presenter : dr. Quamila Fahrizani Afdi

Tanggal Presentasi : 16 Januari 2013 Pendamping : dr. Aan Widi Aningrum

Tempat Presentasi : RSUD H. Damanhuri Barabai

Obyektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Laki-laki, 8 bulan, datang dengan Luka bakar hampir seluruh tubuh satu jam

SMRS

Tujuan : mengetahui diagnosis pasien dengan Luka Bakar

Bahan bahasan Tinjauan

pustaka

Riset Kasus Audit

Cara membahas Diskusi Presentasi

dan dikusi

Email Pos

Data Pasien : Nama : By. M.Y Nomor Registrasi : -

Nama Wahana : RSUD H.

Damanhuri

Telp : - Terdaftar sejak : 8 Januari 2013

Data utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

Luka Bakar grade II b 33 %

Kulit wajah, kedua tangan, kedua kaki tampak kemerahan dan melepuh terkena api sejak

satu jam SMRS

ASI (+)

2. Riwayat pengobatan :

Pasien sebelumnya belum pernah berobat untuk mengatasi keluhan ini.

3. Riwayat kesehatan / penyakit :

Pasien tidak pernah mengeluhkan keluhan seperti ini sebelumnya.

4. Riwayat keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan keluhan yang sama dengan pasien.

5. Riwayat pekerjaan : -

Page 2: Luka Bakar Fix Mila

Pasien belum bekerja.

6. Pemeriksaan Fisik :

Primary survey

A : Bebas, bulu hidung tidak terbakar

B : Spontan, frekuensi nafas 22x/menit, reguler

C : Akral hangat, CRT < 2”, frekuensi nadi 110x/menit, suhu 38,60 C

D : GCS 15

Secondary survey

Kepala&wajah: status lokalis

Mata : edema (-), konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

Leher : status lokalis

THT : sekret (-)

Dada : status lokalis, simetris dalam diam dan pergerakan

Ekstrimitas : status lokalis

Abdomen : status lokalis

Genitalia : status lokalis

Status Lokalis : Rule of Nine

Kepala : 2%

Lengan kanan : 4%

Lengan kiri : 2%

Badan depan : 10%

Badan Belakang : 0%

Kaki Kanan : 10%

Kaki kiri : 4%

Genitalia : 1% +

33%

7. Penatalaksanaan IGD

Pasang DC

Metode Bexter: Cairan IVFD RL 4 x 33% x 8,5 = 1122 cc

1122 cc : 2 = 561 ml selama 8 jam pertama 70 tpm (mikro)

561 ml 16 jam berikutnya 35 tpm (mikro)

Page 3: Luka Bakar Fix Mila

Inj Ranitidin 2 x 8 mg

Inj Cefotaxim 2 x 450 mg (skin test)

Drip ketorolac 10 mg / cairan

Salep Burnazin Sufratul kassa Lembab kassa kering

8. Prognosis

Quo ad vitam : dubia at bonam

Quo ad sanam : dubia at bonam

Hasil Pembelajaran :

Diagnosis dan tatalaksana luka bakar pada anak

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :

1. Subjektif :

Kulit wajah,kedua tangan,kedua kaki tampak kemerahan dan melepuh terkena api sejak

satu jam SMRS

ASI (+)

2. Objektif :

Primary survey

A : Bebas, bulu hidung tidak terbakar

B : Spontan, frekuensi nafas 22x/menit, reguler

C : Akral hangat, CRT < 2”, frekuensi nadi 110x/menit, suhu 38,60 C

D : GCS 15

Secondary survey

Kepala&wajah: status lokalis

Mata : edema (-), konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

Leher : status lokalis

THT : sekret (-)

Dada : status lokalis, simetris dalam diam dan pergerakan

Ekstrimitas : status lokalis

Abdomen : status lokalis

Page 4: Luka Bakar Fix Mila

Genitalia : status lokalis

Status lokalis

Kepala dan leher : 5 %

Trunkus anterior : 20 %

Trunkus posterior : 0 %

Esktremitas atas kanan : 10 %

Ekstremitas atas kiri : 5 %

Ekstremitas bawah kanan : 10 %

Ekstremitas bawah kiri : 3 % +

Total : 53 %

3. Assesment (Penalaran Klinis)

Definisi dan Etiologi

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan

kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka

bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang

memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.

Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak

langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.

Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat

menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi

menjadi:

Paparan api

o Flame

o Benda panas (kontak)

Scalds (air panas)

Uap panas

Gas panas

Aliran listrik

Zat kimia (asam atau basa)

Radiasi

edema

bula

Page 5: Luka Bakar Fix Mila

Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

Klasifikasi Luka Bakar

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu tinggi,

adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung menjilat tubuh,

baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah

yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah

terbakar juga mudah meleleh oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat

kedalaman luka bakar.

Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar

derajat I, II, atau III:

Derajat I

Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan untuk

dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan

dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul

dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I

adalah sunburn.

Derajat II

Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat

epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut

misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut.

Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3

minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat

Page 6: Luka Bakar Fix Mila

dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri.

Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul

edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi

full-thickness burn atau luka bakar derajat III.

• Derajat II dangkal/superficial (IIA)

Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari dermis. Organ-organ kulit

seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea masih banyak.

Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatriks.

• Derajat II dalam/deep (IIB)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel tinggal

sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar

sebasea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi.

Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

Derajat III

Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan yang

lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat menjadi dasar

regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit harus

dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula,

karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak

intak.

Page 7: Luka Bakar Fix Mila

Berat dan Luas Luka Bakar

Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan kesehatan

pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya trauma inhalasi juga akan

mempengaruhi berat luka bakar.

Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46oC. Luasnya

kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak. Luka bakar

menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak,

permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan viskositas plasma

meningkat dengan resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan

hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi.

Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.

Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya meningkat,

dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen

terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar,

yaitu:

Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak

tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung

pada pasien dengan derajat luka II atau III.

Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa (Wallace’s rule of nines)

Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,

pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha

kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya

Page 8: Luka Bakar Fix Mila

1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh

yang terbakar pada orang dewasa.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak

jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas

permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus

10-15-20 untuk anak.

Page 9: Luka Bakar Fix Mila

Metode Lund dan Browder

Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala

pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan pada anak.

Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat

menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia:

o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan

lengan persentasenya sama dengan dewasa.

o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan

turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.

Page 10: Luka Bakar Fix Mila

Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of body

surface area affected by burns in children.

Pembagian Luka Bakar

1. Luka bakar berat (major burn)

a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun

b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama

c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum

d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka

bakar

e. Luka bakar listrik tegangan tinggi

f. Disertai trauma lainnya

g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi

Page 11: Luka Bakar Fix Mila

2. Luka bakar sedang (moderate burn)

a. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang

dari 10 %

b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun,

dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %

c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai

muka, tangan, kaki, dan perineum

3. Luka bakar ringan

a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki,

dan perineum

Fase Pada Luka Bakar

Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu:

1. Fase awal, fase akut, fase syok

Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas

yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar melingkar di dada

atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi seperti keseimbangan

cairan elektrolit, syok hipovolemia. Yang bisa dilakukan pada fase ini adalah:

menghindarkan pasien dari sumber penyebab luka bakar, evaluasi ABC, periksa apakah

terdapat trauma lain, resusitasi cairan, pemasangan kateter urine, pemsangan NGT,

pemeriksaan tanda vital dan laboratorium, manajemen nyeri, profilaksis tetanus,

pemberian antibiotik dan perawatan luka.

2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut

Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)

dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan

dampak dan atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah

yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka)

3. Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan. Masalah

yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik, kontraktur dan

deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses

Page 12: Luka Bakar Fix Mila

inflamasi yang hebat dan berlangsung lama

Pembagian zona kerusakan jaringan:

1. Zona koagulasi, zona nekrosis

Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat

pengaruh cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini mengalami nekrosis

beberapa saat setelah kontak. Oleh karena itulah disebut juga sebagai zona nekrosis.

2. Zona statis

Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona koagulasi. Di daerah

ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan

leukosit, sehingga terjadi gangguam perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan

permeabilitas kapilar dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24

jam pasca cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.

3. Zona hiperemi

Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa

banyak melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan umum dan terapi yang

diberikan, zona ketiga dapat mengalami penyembuhan spontan, atau berubah menjadi

zona kedua bahkan zona pertama.

Indikasi Rawat Inap Pada Pasien Luka Bakar

Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk dirawat inap

bila:

1. Luka bakar derajat III > 5%

2. Luka bakar derajat II > 10%

3. Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan, kaki,

genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama) risiko signifikan untuk masalah

kosmetik dan kecacatan fungsi

4. Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas

5. Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma mayor lainnya,

atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada sebelumnya

6. Adanya trauma inhalasi

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan:

Page 13: Luka Bakar Fix Mila

1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah

2. Urinalisis

3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit

4. Analisis gas darah

5. Radiologi – jika ada indikasi ARDS

6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan MODS

Penatalaksanaan Luka Bakar

Pasien luka bakar harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama adalah

mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan mendukung sirkulasi

sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang menderita luka bakar berat atau

kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar di jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak

dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau

banyak. Pada pasien luka bakar, intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada

trakeostomi.

Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal yang tidak

dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada pasien luka bakar

menimbulkan kecurigaan adanya jejas ‘tersembunyi’. Oleh karena itu, setelah

mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah mendiagnosis dan menata laksana jejas

lain (trauma tumpul atau tajam) yang mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka bermanfaat

untuk mencari trauma terkait dan kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat

penyakit dahulu, penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.

Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai. Pemeriksaan radiologik

pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat membantu mengevaluasi adanya

kemungkinan trauma tumpul.

Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi. Terlepas dari

luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum dilakukan transfer pasien adalah

mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika diindikasikan, melepas dari eskar yang

mengkonstriksi.

Tatalaksana resusitasi luka bakar

a. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:

1. Intubasi

2. Krikotiroidotomi

Page 14: Luka Bakar Fix Mila

3. Pemberian oksigen 100%

4. Perawatan jalan nafas

5. Penghisapan sekret (secara berkala)

6. Pemberian terapi inhalasi

7. Bilasan bronkoalveolar

8. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi

9. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki kompliansi paru

b. Tatalaksana resusitasi cairan

Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat dan

seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia jaringan tidak

terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar dapat meminimalisasi

dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan, optimalisasi status volume dan

komposisi intravaskular untuk menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta

meminimalisasi respons inflamasi dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan

keuntungan dari berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan

sebagainya pada waktu yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat

mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam

persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.

Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa cara

untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

Cara Evans

1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam

2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam

3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam

16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama.

Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

Cara Baxter

Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam

16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama.

Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

Page 15: Luka Bakar Fix Mila

c. Resusitasi nutrisi

Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan sejak

dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka pemberian nutrisi

dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-

15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini

dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus.

Dengan demikian diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah

terjadinya SIRS dan MODS.

Perawatan Luka Bakar

Pertama luka bakar harus dicuci dengan menggunakan larutan detergent encer (baby

soap), kemudian bersihkan bagian kulit yang telah rusak. Luka dikeringkan dan dapat

dioleskan mecurochrom atau silver sulfa diazine. Dalam penanganan luka diperlukan material

protektif untuk menciptakan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka, melindungi

luka dari bakteri, dari gesekan, dan menyerap eksudat yang keluar, inilah yang disebut dengan

dressing. Terdapat berbagai macam jenis dressing, dimulai dari tradisional (madu),

konvensional/ passive occlusive dressing (terbuka: krim mebo, krim silver sulfa diazine,

tertutup: kasa basah, kasa kering, pembebatan), dan modern/ active occlusive dressing

(absorbent cellulosic material, tulle grass dressing, dan film dressing).

Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar digunakan morfin dalam

dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan ‘maintenance’ 5-20

mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis anak-anak 0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada

juga yang menyatakan pemberian methadone (5-10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam merupakan

terapi penghilang nyeri kronik yang bagus untuk semua pasien luka bakar dewasa. Jika pasien

masih merasakan nyeri walau dengan pemberian morfin atau methadone, dapat juga diberikan

benzodiazepine sebagai tambahan.

Prognosis

Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya

permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor

letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan

kecepatan penyembuhan.

Page 16: Luka Bakar Fix Mila

Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar

antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan

kontraktur.

4. Plan

1. Diagnosis : Luka bakar derajat II a-b dengan luas 53%

2. Penatalaksanaan :

Pasang DC

Metode Bexter:

Cairan IVFD RL 4 x 53% x 8,5 = 1802 cc

1802 cc : 2 = 901 ml selama 8 jam pertama 28 tpm (makro)

901 ml 16 jam berikutnya 14 tpm (makro)

Inj Ranitidin 2 x 8,5 mg

Inj Cefotaxim 2 x 425 mg

Inj Gentamisin 1 x 42 mg

Drip morphine 0,5 mg / jam drip

3. Cuci luka Salep Burnazin Sufratul Kassa Lembab Kassa Kering

4. Konsultasi : jika keadaan memburuk (terjadi infeksi luas), segera rujuk pasien ke

spesialis bedah.

Daftar Pustaka:

1. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, De Jong W, editor. Buku

ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 73-5.

2. Naradzay JFX, Alson R. Thermal burns. Dalam: Slapper D, Talavera F, Hirshon JM,

Halamka J, Adler J, editors. Diunduh dari: http://www.emedicine health .com . 13 Januari

2013.

3. Noor BA, Putra DA, dkk. Luka Bakar. Departemen Ilmu Bedah FKUI/ RSCM, Jakarta.

Diunduh dari: www.generalsurgery-fkui.blogspot.com 13 Januari 2013.