Lap Tutor Sken.D
-
Upload
karina-attaya-suwanto -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
description
Transcript of Lap Tutor Sken.D
LAPORAN TUTORIALSkenario D Blok 15
Kelompok 3
Dosen Pembimbing: dr. Sarah Diba, Sp.KK
Disusun oleh:
1. Ardianto 04101401032
2. Cinthya Farah Diba 04101401099
3. Daniela Selvam 04101401027
4. Endy Prima Syaputra 04101401052
5. Irawati Eka Putri 04101401079
6. Khusnul Dwinita 04101401063
7. Nabila Khairunisah 04101401076
8. Nadila Ayu Putri 04101401100
9. Ramadita Utami 04101401051
10. Sariyani 04101401094
11. Sonia Loviarny 04101401080
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR
Penulis sangat berterima kasih kepada Dosen pembimbing atas bimbingan
beliau selama proses tutorial skenario D di Blok 15 ini berlangsung.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada
kedua orang tua, yang telah bekarja keras selama ini untuk memenuhi kebutuhan
moril maupun materil penulis dalam menjalani pendidikan.
Terima kasih juga kepada para teman-teman sejawat dan seperjuagan di
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya atas semua dorongan dan semangatnya
sehingga segala yang berat terasa begitu ringan dan yang sulit menjadi mudah.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
di masa mendatang. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan sumbangan
pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.
Palembang, 5 Desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Sistem Sensori Khusus merupakan blok 15 pada semester 5 dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran
untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis
memaparkan kasus yang diberikan mengenai seorang laki-laki berusia 40 tahun datang
dengan keluhan nyeri punggung bawah yang persisten setelah berusaha mengangkat
beban berat 4 bulan yang lalu. Didapatkan berbagai pemeriksaan lainnya sehingga bisa
ditentukan diagnosis penyakit serta penatalaksanaan yang tepat untuk kasus ini.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutorial Skenario D
Tutor : dr. Sarah Diba, Sp.KK
Moderator : Endy Prima
Sekretaris papan : Sariyani
Sekretaris meja : Khusnul Dwinita
Waktu : Senin, 3 Desember 2012
Rabu, 5 Desember 2012
Peraturan tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
dengan cara mengacungkan tangan terlebih dahulu dan
apabila telah dipersilahkan oleh moderator.
3. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan selama proses
tutorial berlangsung.
4. Tidak diperbolehkan makan dan minum.
2.2 Skenario D Blok 15
Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang dengan keluhan nyeri punggung bawah yang persisten setelah berusaha mengangkat beban berat 4 bulan yang lalu. Pasien dalam keadaan sehat seperti biasa hingga kira-kira 4 bulan yang lalu dia merasakan gejala yang akut nyeri punggung bawah. Pasien sedang mengangkat beban berat dengan membungkuk ke depan ketika tiba-tiba ia merasakan nyeri yang tajam, seperti terbakar dan menyebar di punggung bagian bawah dan kaki kanan. Upaya pengobatan awal seperti penggunaan analgetik, kompres panas, dan pijatan hanya sedikit manfaatnya. Sejak saat itu pasien mengonsumsi asetaminofen oral, dan menggunakan krim analgesik topikal secara rutin. Nyeri dirasakan di daerah punggung bagian bawah dan sebagian dari kaki, pinggul, dan bokong kanan dan terkadang disertai rasa lemah di tungkai bawah sebelah kanan. Nyeri bertambah buruk dengan aktivitas seperti duduk, membungkuk ke depan, berjalan, dan bersin. Keluhan-keluhan tersebut menyebabkan hambatan bagi kehidupan rutinnya yang aktif. Rasa nyerinya dirasakan berkurang sampai batas waktu tertentu bila ia berdiri, berbaring lurus dan setelah beriistirahat beberapa saat. Pasien menyangkal akan adanya riwayat cedera punggung, sesak nafas, palpitasi, nyeri dada, penurunan berat badan yang abnormal, penyakit lain, atau tindakan pembedahan di masa lalu.
Tambahan Informasi Pasien:- Daftar obat yang sedang digunakan : asetaminofen, krim analgesik topikal, tidak ada
riwayat penggunaan antiepilepsi, kortikosteroid, obat asma atau obat lain, tidak mengkonsumsi suplemen kalsium, besi, atau vitamin.
- Aktivitas dan olahraga: bermain tenis secara teratur sejak remaja, berolahraga di pusat kebugaran secara teratur dan melakukan latihan beban setidaknya 2 kali seminggu.
- Riwayat pekerjaan: eksekutif bisnis, sering bepergian.
Pemeriksaan Fisik:Vital sign: Nadi = 80x/menit , RR = 20x/menit , Suhu = 36.7oC , TD = 130/80 mmHg.
Pemeriksaan Neurologis Ekstremitas:- Tidak ada deformitas atau nyeri tekan, tidak ada varisesedem kaki bilateral- Lasseque’s sign (+) pada pengangkatan kaki kanan dengan sudut 45o
- Kekuatan dan fleksibilitas lutut dan pergelangan kaki normal- Range of Movement (ROM) penuh disemua sendi- Otot-otot bilateral simetris dan kekuatan otot +4/5 semua kelompok otot, tidak ada
penurunan ukuran otot- Refleks tendon dalam +2/4 daerah atas dan bawah bilateral- Sensorik utuh terhadap sentuhan ringan / tusukan jarum diseluruh dermatom- Cara berjalan normal
Pemeriksaan Penunjang:- Lab: Darah rutin dan urin rutin dalam batas normal, BSN = 100 mg/dl , BSPP = 160
mg/dl , hs-CRP < 0.1 mg/dl- Foto X-ray vertebra lumbalis/sakralis (AP/lateral) : berkurangnya ketebalan diskus
intervertebralis dan adanya osteofit di lapisan vertebra lumbosakral. Penonjolan isi diskus nonfokal yang minimal, broad-based, simetris dan sirkumferensial pada ketinggian L4-L5, tidak terlihat adanya ekstrusi
- MRI vertebra lumbosakral: herniasi dan degenerasi diskus lumbalis
- CT scan vertebra lumbosakral: herniasi diskus setinggi L4-L5
2.3. Klarifikasi Istilah
1. Nyeri punggung bawah : sensasi tidak nyaman dan menderita yang disebabkan oleh
rangsangan ujung-ujung saraf dermatom lumbal
2. Persisten : terus menerus / bersifat menetap
3. Analgetik : bahan yang mengurangi rasa nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran
4. Asetaminofen : analgesik dan antipiretik yang mempunyai efek serupa dengan aspirin,
namun efek antiradang lemah
5. Varisesedem : pelebaran pembuluh darah vena, arteri, atau limfe disertai pengumpulan
cairan secara abnormal di ruang interseluler
6. Lasseque's sign (+) : sensasi nyeri yang dirasakan saat panggul difleksikan dengan posisi
lutut diekstensikan
7. Deformitas : jenis defek struktural yang ditandai dengan bentuk atau posisi yang
abnormal dari suatu bagian tubuh
8. Dermatom : terganggunya segmen kulit yang mempunyai persarafan sensorik melalui
saraf spinal
9. Osteofit : penonjolan tulang yang terbentuk di sepanjang sendi akibat kerusakan
permukaan sendi
10. Ekstrusi : mendesak keluar secara paksa
11. Broad based : herniasi material diskus yang memgalami perluasan hingga ke tepi luar
apofise vertebra >25% dan <50% dari lingkaran diskus
2.4. Identifikasi Masalah
1. Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang dengan keluhan nyeri punggung bawah yang
persisten, tajam seperti terbakar dan menyebar ke punggung bawah dan kaki kanan setelah
berusaha mengangkat beban berat dan membungkuk ke depan 4 bulan yang lalu.
2. Riwayat pengobatan: analgetik, kompresi panas, pijatan hanya sedikit bermanfaat, sejak
saat itu dia mengonsumsi asetaminofen oral dan krim analgetik topikal secara rutin.
3. Nyeri dirasakan di daerah punggung bagian bawah dan sebagian di kaki, pinggul, dan
bokong kanan dan terkadang disertai rasa lemah di tungkai bawah sebelah kanan. Nyeri
bertambah buruk dengan aktivitas seperti duduk, membungkuk ke depan, berjalan, dan
bersin. Rasa nyeri berkurang sampai batas waktu tertentu bila berdiri, berbaring lurus, dan
setelah istirahat beberapa saat.
4. Tambahan informasi pasien:
- Daftar obat yang sedang digunakan : asetaminofen, krim analgesik topikal, tidak ada
riwayat penggunaan antiepilepsi, kortikosteroid, obat asma atau obat lain, tidak
mengkonsumsi suplemen kalsium, besi, atau vitamin.
- Aktivitas dan olahraga: bermain tenis secara teratur sejak remaja, berolahraga di pusat
kebugaran secara teratur dan melakukan latihan beban setidaknya 2 kali seminggu.
- Riwayat pekerjaan: eksekutif bisnis, sering bepergian.
5. Pemeriksaan Fisik:
Vital sign: Nadi = 80x/menit , RR = 20x/menit , Suhu = 36.7oC , TD = 130/80 mmHg.
Pemeriksaan Neurologis Ekstremitas:
- Tidak ada deformitas atau nyeri tekan, tidak ada varisesedem kaki bilateral
- Lasseque’s sign (+) pada pengangkatan kaki kanan dengan sudut 45o
- Kekuatan dan fleksibilitas lutut dan pergelangan kaki normal
- Range of Movement (ROM) penuh disemua sendi
- Otot-otot bilateral simetris dan kekuatan otot +4/5 semua kelompok otot, tidak ada
penurunan ukuran otot
- Refleks tendon dalam +2/4 daerah atas dan bawah bilateral
- Sensorik utuh terhadap sentuhan ringan / tusukan jarum diseluruh dermatom
- Cara berjalan normal
6. Pemeriksaan Penunjang:
- Lab: Darah rutin dan urin rutin dalam batas normal, BSN = 100 mg/dl , BSPP = 160
mg/dl , hs-CRP < 0.1 mg/dl
- Foto X-ray vertebra lumbalis/sakralis (AP/lateral) : berkurangnya ketebalan diskus
intervertebralis dan adanya osteofit di lapisan vertebra lumbosakral. Penonjolan isi
diskus nonfokal yang minimal, broad-based, simetris dan sirkumferensial pada
ketinggian L4-L5, tidak terlihat adanya ekstrusi
- MRI vertebra lumbosakral: herniasi dan degenerasi diskus lumbalis
- CT scan vertebra lumbosakral: herniasi diskus setinggi L4-L5
2.5. Analisis Masalah
1. a) Bagaimana anatomi vertebra (lumbal dan sakral) dan persarafannya?
Sintesis
1. b) Bagaimana etiologi dan mekanisme nyeri punggung bawah pada kasus?
Etiologi
1. Kelainan kongenital
Spondilolisis
Spondilolistesis
Spina bifida
Spondylitis
2. Trauma / gangguan mekanis
Postur tubuh yang salah
Peregangan otot / kejang otot
Patah tulang
Stenosis tulang belakang
Skoliosis, kifosis
Hernia nukleus pulposus (HNP)
3. Radang (inflamasi)
Artritis rematoid
Marie-Strumpen
4. Tumor (neoplasma)
5. Psikis
1. c) Mengapa nyeri terjadi ketika mengangkat beban berat dengan membungkuk ke
depan?
Karena pada saat membungkuk ke depan diskus intervertebralis akan terhimpit pada
bagian anterior dan teregang pada bagian posterior, sehingga nucleus pulposus yang
bersifat semi solid akan menjadi gepeng dan menonjol kearah posterior. Bila gaya
pegas dari annulus fibrosus sudah berkurang (faktor degenerasi), maka akan terjadi
penonjolan diskus intervertebralis. Dan peningkatan beban kompresi atau tekanan
yang mendadak pada saat mengangkat beban berat dengan cara yang salah, dapat
menyebabkan dorongan keluar dari nucleus ini tidak dapat ditahan oleh anulus
fibrosus di sekelilingnya. Kadang-kadang dorongan keluar ini terlalu kuat bagi anulus,
sehingga anulus menjadi robek dan nucleus pulposus keluar dan menonjol kedalam
canalis vertebralis, tempat nucleus pulposus ini dapat menekan radix nervus spinalis,
nervus spinalis, bahkan medulla spinalis.
2. a) Mengapa pengobatan awal kurang efektif?
Karena pengobatan awal berupa analgetik, kompres panas dan pijatan hanya
mengurangi rasa nyeri yang ringan dan bersifat sementara. Nyeri pada kasus ini lebih
disebabkan oleh adanya radiks saraf yang tertekan sedangkan obat-obat analgesik
biasanya bekerja dengan menghambat sitokin-sitokin anti inflamasi dimana pada saat
gejala akut pertama inflamasi mungkin masih belum terjadi sehingga obat analgesik
kurang efektif, kompres panas dan pijatan digunakan untuk mengurangi kejang otot-
otot punggung akibat penekanan dari radiks saraf spinalis, tetapi radiks sarafnya
sendiri masih dalam keadaan tertekan sehingga pengobatan cara ini juga kurang
efektif dan masih terasa nyeri.
2. b) Bagaimana cara kerja obat asetaminofen oral dan krim analgetik topikal?
Asetaminofen adalah metabolit aktif phenacetin dan bertanggung jawab untuk efek
analgesik. Obat ini adalah inhibitor COX-1 dan COX-2 lemah dalam jaringan perifer
dan tidak ada efek anti-inflamasi yang signifikan. Siklooksigenase (COX) adalah jalur
metabolisme arakidonat menghasilkan prostaglandin, yang memiliki berbagai efek
pada pembuluh darah, pada ujung saraf, dan sel-sel yang terlibat dalam peradangan.
Prostaglandin ini memiliki efek merangsang adanya rasa nyeri pada ujung saraf. Krim
analgesik topikal biasanya memiliki komposisi obat yang juga bekerja pada jalur
COX-1 dan COX-2 yang pada akhirnya akan menghambat sintesis prostaglandin serta
sitokin-sitokin inflamasi lainnya.
2. c) Bagaimana efek samping obat asetaminofen oral dan krim analgetik topika secara
rutin?
1. Efek samping mengkonsumsi asetaminofen oral secara rutin:
- Pada anak-anak dapat menyebabkan peningkatan gejala asma, rhinoconjunctivitis,
eksim
- Hepatotoksik dan kerusakan ginjal, karena toksik berasal dari salah satu
metabolitnya N-Asetil-P-Benzoquinoneimine (NAPQI)
- Tingkat ketahanan seseorang untuk merespon rasa sakit berkurang
Dosis dewasa 500-1000mg tiap 4 jam, tidak boleh dikomsumsi > 10 hari
2. Efek samping mengkonsumsi krim analgesik topikal secara rutin:
- Iritasi lokal ringan sampai sedang
- Eritema
- Pruritus
- Dermatitis
- Perubahan warna kulit
3. a) Bagaimana penjalaran nyeri pada kasus ini?
Nyeri merupakan manifestasi klinis utama pada hernia nucleus pulposus dan
penjalaran nyeri ditentukan sesuai dengan lesi pada diskus vertebra yang terkena.
Dalam kasus ini, lesi mengarah pada diskus intervertebral lumbalis setinggi L4-L5.
Berikut sindrom lesi pada radiks lumbalis L4-L5 :
a. L4 : parese m. quadriceps femoris, m. tibialis anterior, m. tibialis posterior.
b. L5 : parese m. ekstensor halusis longusdan digitorum breves, disertai reflex
tibialis posterior yang berkurang atau bahkan menghilang
Letak lesi yang lebih banyak pada L4-L5 dan L5-S1, di tempat ini terdapat syaraf
sciatica, berdasarkan perjalanan syaraf sciatica, terjepitnya syaraf ini akan
menimbulkan manifestasi klinisberupa nyeri seperti tertusuk, tajam, terbakar
sepanjang pinggang bawah, panggul, paha depan lalu ke betis belakang dan ibu jari
kaki.
3. b) Mengapa terkadang disertai rasa lemah pada tungkai bawah sebelah kanan?
Penekanan Radix motorik L5 mengakibatkan Kelemahan otot yang terjadi pada
persarafan otot yang dominan diinervasi saraf L5 yaitu M. Extensor Hallucis Longus
dan M. Extensor Digitorum Longus sehingga tungkai bawah akan sedikit berkurang
kekuatan ototnya.
3. c) Mengapa nyeri bertambah parah ketika aktivitas, seperti duduk, membungkuk,
berjalan, dan bersin?
Bersin, membungkuk, duduk, dan berjalan menyebabkan penekanan pada bagian
anterior discus intervertebralis sehingga mendorong nucleus pulposus ke bagian
posterior yang lebih rentan terjadi prolaps kembali dan semakin menekan radiks saraf
di L 5 sehingga nyeri bertambah parah. Selain itu nyeri juga meningkat pada posisi
tubuh yang menyebabkan peregangan dari nervi dan radiks nervi. Pada saat duduk,
nervus sciatica lebih teregang (streching) karena nervus ini melewati bagian posterior
ke pinggul sehingga rasa nyeri bertambah ketika duduk.
3. d) Mengapa nyeri berkurang sampai batas waktu tertentu bila berdiri, berbaring lurus,
dan istirahat?
Jika berdiri terlalu lama maka beban tubuh akan ditopang oleh tulang vertebra dan
tekanan discus pun meningkat. Namun saat berbaring dan istirahat, beban pada tulang
vertebra atau tekanan pada discus akan berkurang sehingga nyeri juga berkurang.
4. a) Bagaimana hubungan riwayat tambahan pasien, usia, dan jenis kelamin dengan
keluhan pasien?
- Usia. Semakin tinggi usia semakin beresiko untuk menderita HNP dikarenakan
adanya proses degenerative dari tulang vertebrae maupun diskus intervertebralis.
- Jenis kelamin. Pria lebih rentan menderita nyeri punggung bawah akibat HNP
dikarenakan factor aktivitas yang berat.
- Riwayat pekerjaan. Pekerjaan yang berat, sering bepergian dan menuntut kerja aktif
seperti eksekutif bisnis membuat lebih rentan menderita HNP.
- Aktivitas olahraga dapat menjadi factor resiko karena dua kemungkinan yaitu
dilakukan terlalu sering atau dilakukan tidak teratur. Factor pekerjaan seperti
eksekutif bisnis dan kebiasaan sering bepergian membuat keseimbangan aktivitas
yang dilakukan pria ini tidak sepadan dengan olahraga berat yang dilakukannya
selama ini. Kemungkinan yang terjadi adalah tekanan mendadak yang diberikan pada
diskus intervertebralis tidak seimbang > herniasi
- Pengobatan seperti asetaminophen dan anlagesik topical yang selama ini diberikan
hanya meredakan nyeri yang bersifat simptomatis dan sementara tanpa memperbaiki
causa HNP yang ada. Kebiasaan jarang mengonsumsi kalsium, besi dan vitamin
berpengaruh pada proses degenerative tulang.
5. a) Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
No. Pemeriksaan Nilai Normal Pada Kasus Interpretasi
1. Nadi 60-100x/menit 80 x/menit Normal
2. RR 16-20x/menit 20 x/menit Normal
3. Suhu 36.5-37.2 0C 36.7 0C Normal
4. BP 120/80 mmHg 130/80 mmHg Prehipertensi
5. b) Bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan neurologis (ekstremitas)?
Ekstremitas
- Tidak ada deformitas atau nyeri tekan, tidak ada varises edem kaki bilateral : Normal
- Lasseque’s sign (+) pada pengangkatan kaki kanan dengan sudut 45° : Abnormal,
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf
ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi pasa saraf ini
maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari
punggung bawah, menjalar ke belakang glutea sampai ujung kaki.
- Kekuatan dan fleksibilitas lutut dan pergelangan kaki normal : Normal
- Range of Movement (ROM) penuh di semua sendi : Normal, tidak ada gangguan pada
sendi
- Otot-otot bilateral simetris dan kekuatan otot kaki kanan +4 : Kaki bisa melawan
gravitasi, dan dengan tahanan ringan. Otot-otot bilateral simetris dan kekuatan otot
kaki kiri +5 : Kaki bisa melawan gravitasi, dan dengan tahanan kuat.
- Refleks tendon dalam kaki kanan +2 : Normal. Refleks tendon dalam kaki kiri +4 :
Hipersensitif
- Sensasi sensorik kaki kanan utuh terhadap sentuhan ringan : Normal
- Sensasi sensorik kaki kiri tusukan jarum di seluruh dermatom : Normal, sensasi
sensoris masih baik
- Cara berjalan normal : Normal
6. Bagaimana intrpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan penunjang?
No Jenis Pemeriksaan Normal Kasus Interpretasi Mekanisme
1. Darah rutin dan urin
rutinNormal Normal Normal -
BSN70 - 125
mg/dL100 mg/dl Normal
Untuk menyingkirkan
DD diabetic neuropati BSPP100 – 140
mg/dL160 mg/dl
Normal
tinggi
Hs-CRP <0,1 mg/dl <0,1 mg/dl Normal -
2.
X-Ray :
Vertebrae
lumbalis/sakralis
(AP/Lateral)
Tidak ada
kelainan
Berkurangnya
ketebalan
diskus
intervertebralis
Abnormal
Penekanan yang
terlalu berlebihan pada
vertbrae > diskus
padat dan terlihat tipis
Osteofit Tidak adaAda di lapisan
vertebraeAbnormal Proses degenerasi
Penonjolan isi
diskusTidak ada
Non fokal
minimalAbnormal
Tekanan pada
vertebrae lumbalis
yang diterima
merata ke segala
arah > Penonjolan
minimal isi diskus
secara menyebar
Broad based,
simetris dan
sirkumferensial
pada L4-L5
Tidak ada
kelainanBroad based Abnormal
Tekanan yang
diberikan pada
diskus merata
3.
MRI dan CT scan
vertebra
lumbosacral
Tidak ada
kelainan
Herniasi dan
degenarasi
discus lumbalis
setinggi L4-L5
Abnormal
Tekanan berlebihan
pada discus
sehingga nucleus
pulposus
mengalami herniasi
dan degenerasi
7. Apa saja diagnosis banding pada kasus ini?
- Tumor tulang spinalis yang berproses cepat, cairan serebrospinalis yang berprotein
tinggi. Hal ini dapat dibedakan dengan menggunakan myelografi.
- Spondylolisthesis adalah kelainan yang disebabkan perpindahan ke depan (masuk;
tergelincir) satu bodi vertebra terhadap vertebra di bawahnya. Tersering L4-L5.
- Spondylosis adalah kelainan degeneratif yang menyebabkan hilangnya suktur dan
fungsi normal spinal. Walaupun peran proses penuaan adalah penyebab utama, lokasi
dan percepatan degenerasi bersifat individual. Proses degeneratif pada regio cervical,
thorak, atau lumbal dapat mempengaruhi discus intervertebral dan sendi facet.
- Arthiritis.
- Anomali colum spinal.
8. Bagaimana penegakkan diagnosis dan diagnosis kerja pada kasus ini?
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, gambaran klinis dan gambaran
radiologis. Ada adanya riwayat mengangkat beban yang berat dan berualangkali,
timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.
1. Anamnesis
Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan dan bagaimana mulai timbulnya, lokasi
nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan fisik,
faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya dan
apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Adanya riwayat mengangkat
beban yang berat dan berulangkali, timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya
berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
- Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
- Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai
bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu
diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer
effect).
- Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke
depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang
meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi
yang sama.
Palpasi :
- Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu
keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
- Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke
kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Penekanan dengan jari jempol
pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.
Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
- Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang
dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
- Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia
yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari
pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau
LMN.
Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan
kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan
memperhatikan miotom yang mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena
membutuhkan perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti
diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom
yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi
lokalisasi dibanding motoris.
3. Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED),
kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
4. Pemeriksaan Radiologis :
- Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai
penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan
tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan
dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot
paravertebral.
- CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah
jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
- MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap
memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.
MRI sangat berguna bila:
- vertebra dan level neurologis belum jelas
- kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
- untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
- kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Diagnosa pada hernia intervertebral , kebocoran lumbal dapat ditemukan secepat
mungkin. Pada kasus yang lain, pasien menunjukkan perkembangan cepat dengan
penanganan konservatif dan ketika tanda-tanda menghilang, testnya tidak dibutuhkan
lagi. Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam menentukan suatu lokalisasi
yang akurat yang akurat.
9. Bagaimana epidemiologi kasus ini?
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada C5-C6 dan paling
jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja
tetapi kejadiannya meningkat setelah umur 20 tahun. Dengan insidens hernia
lumbosakral lebih dari 90% sedangkan hernia servikalis sekitar 5-10%
10. Apa etiologi dan faktor resiko pada kasus ini?
1. Etiologi:
- Riwayat trauma
- Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban benda berat
- Sering membungkuk
- Posisi tubuh saat berjalan
- Proses degeneratif (usia 30-50 tahun)
- Struktur tulang belakang
- Kelemahan otot-otot perut tulang belakang
2. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah:
- Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi.
- Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita.
- Riwayat cidera punggung atau HNP sebelumnya.
3. Faktor risiko yang dapat dirubah:
- Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-
barang serta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik
yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
- Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang
berat dalam jangka waktu yang lama.
- Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
- Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan
strain pada punggung bawah.
- Batuk lama dan berulang.
11. Bagaimana patogenesis pada kasus ini?
Herniasi diskus intervertebralis ke segala arah dapat terjadi akibat trauma atau
stress fisik. Kebanyakan herniasi terjadi pada arah posterolateral sehubungan dengan
faktor-faktor nukleus pulposus yang cenderung terletak lebih diposterior dan adanya
ligamentum longitudinalis posterior yang cenderung memperkuat annulus fibrosus di
posterior tengah. Mula-mula nukleus pulposus mengalami herniasi melalui cincin
konsentrik annulus fibrosus yang robek, dan menyebabkan cincin lain dibagian luar
yang masih intak menonjol setempat (fokal). Keadaan seperti ini dinamakan
protrusion diskus. Bila proses tersebut berlanjut, sebagian materi nukleus kemudian
akan menyusup keluar dari diskus (diskus ekstrusi) ke anterior ligament longitudinalis
posterior (herniasi diskus fragmen bebas).
Biasanya protrusion atau ekstrusi diskusi posterolateral akan menekan
(menjepit) akar saraf ipsilateral pada tempat keluarnya saraf dari kantong dura
(misalnya herniasi discus L4-L5 kiri akan menjepit akar saraf L5 kiri). Jepitan saraf
akan menampilkan gejala dan tanda radikuler sesuai dengan distribusi persarafannya.
Herniasi diskus sentral yang signifikan dapat melibatkan beberapa elemen kauda
equine pada kedua sisi, sehingga radikulopatia bilateral atau bahkan juga gangguan
sfingter seperti retensi urin.
12. Bagaimana manifestasi klimis pada kasus ini?
- nyeri punggung bawah dengan onset perlahan, tumpul, dan intermitten atau bahkan
bisa mendadak, nyeri tajam dan persisten sesuai tingkat keparahan hernia.
- otot-otot punggung menegang, terutama pada sisi hernia
- sering spasme refleks otot paravertebre yang menimbulkan nyeri dan pasien tidak
dapat berdiri secara penuh
- nyeri yang menjalar mulai dari pinggul, sisi posterior dan posterolateral paha, dan
sampai ke tungkai (iskialgia)
- biasanya juga ditemukan deficit sensorik, kelemahan otot, gangguan refleks juga
dapat terjadi
- scoliosis juga dapat timbul karena penekanan radix saraf spinal.
13. Bagaimana tatalaksana yang tepat pada kasus ini?
a. Edukasi
i. Tirah baring untuk mengurangi rasa nyeri mekanik dan tekanan
intradiskus
ii. Menurunkan berat badan ke yang ideal dan berhenti merokok
iii. Gunakan teknik mengangkat dan bergerak dengan benar dan minta
bantuan apabila terlalu berat
iv. Pertahankan postur yang benar saat duduk dan berdiri
v. Hindari situasi yang menegangkan sebisa mungkin karena dapat
menyebabkan tegang otot
b. Medikamentosa
i. Mengkonsumsi Obat-obat Analgesik/NSAID
Tidak ada NSAID spesifik untuk HNP
Meloksikam. Dosis 7,5mg/hari dan maksimal 15 mg/hari. Dipilih
karena selektif menghambat COX-2 daripada COX-1 yang
mengurangi respon peradangan
Krim analgesik Na-Diclofenac
ii. Rehabilitasi medik
Dilakukan apabila nyeri punggung sudah mereda. Program
olahraga untuk memperkuat otot punggung dan abdomen
Traksi pelvis. Jenis traksi yang digunakan adalah manual atau
intermiten. Beban kira-kira ¼-1/3 BB total selama 20 menit,
mula-mula 5x/minggu untuk selama 2 minggu kemudian
dievaluasi
Conditioning exercise. Untuk memperkuat otot-otot punggung,
dimulai setelah 2 minggu terapi konservatif.
iii. Operasi
Berupa discectomy
Indikasi
o Terapi konservatif gagal dalam mengatasi rasa nyeri hebat
yang mengakibatkan terbatasnya aktivitas penderita
o Kompresi radiks disertai gangguan motorik progresif
o Serangan berulang yang mengganggu pekerjaan
o Tanda-tanda kompresi kauda ekuina
o Defisit neurologi dan gangguan otonom
14. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada kasus ini?
- Herniasi diskus sentral yang signifikan dapat melibatkan beberapa elemen kauda
equine pada kedua sisi, sehingga radikulopatia bilateral atau bahkan juga gangguan
sfingter seperti retensi urin.
- Kelemahan dan atrofi otot
- Trauma serabut syaraf dan jaringan lain
- Kehilangan kontrol otot sphinter
- Paralis / ketidakmampuan pergerakan
- Perdarahan
- Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
15. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Terapi konservatif yang dilakukan dengan traksi merupakan suatu perawatan yang
praktis dengan kesembuhan maksimal. Kelemahan fungsi motorik dapat
menyebabkan atrofi otot dan dapat juga terjadi pergantian kulit. Sebagian besar pasien
membaik dalam waktu 6 minggu dengan terapi konservatif. Sebagian kecil akan
berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi. Sekitlar 10-20% penderita HNP
lumbalis memerlukan tindakan operatif. Pada pasien yang dioperasi, 90% akan
membaik terutama nyeri tungkai. Kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%
dan bisa pada level diskus yang sama.
16. Apa KDU pada kasus ini?
3A: Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana
atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat). Pada kasus ini rujuk
ke Neurologist dan Ortopedist.
2.6. Hipotesis
Seorang laki-laki 40 tahun mengalami nyeri punggung bawah yang persisten dan menjalar
hingga ke kaki kanan karena menderita HNP (Hernia Nucleus Pulposus) pada L4-L5
2.7. Kerangka Konsep
2.8. Learning Issues dan Keterbatasan Pengetahuan
Pokok Bahasan What I know What I don’t know What I have to prove
How I will learn
Seorang lelaki, 40 tahun
Anamnesis:
- Nyeri
punggung bawah
persisten, tajam,
seperti terbakar,
menyebar ke
punggung dan
kaki kanan
bawah
Pemeriksaan fisik:- Nadi : 80x/menit
- BP : 130/80 mmHg
- RR : 20x/m
- Temp : 36.7 oC
Pemeriksaan Lab:
- Darah rutin dan urin rutin
dalam batas normal
- BSN = 100 mg/dl
- BSPP = 160 mg/dl
- hs-CRP < 0.1 mg/dl
Pemeriksaan Tambahan:- Foto X-ray: berkurangnya ketebalan diskus intervertebralis dan adanya osteofit di lapisan vertebra lumbosakral. Penonjolan isi diskus nonfokal yang minimal, broad-based, simetris dan sirkumferensial pada ketinggian L4-L5, tidak terlihat adanya ekstrusi- MRI dan CT scan vertebra lumbosakral: herniasi dan degenerasi diskus lumbalis L4-L5
Hernia Nucleus Pulposus
Anatomi Vertebra dan persarafannya
Fisiologi Vertebra
Persarafan Vertebra
Vertebra yang terlibat dalam
kasus Textbook
Jurnal
Internet
Hernia Nucleus Pulposus
Definisi dan manifestasi
klinis
Patogenesis dan penatalaksanaan
Diagnosis dan etiologi
Penatalaksanaan Hernia Nucleus
Pulposus Pencegahan
Penatalaksanaan konservatif dan
pembedahanIndikasi
BAB III
SINTESIS
3.1. Anatomi Vertebra dan Persarafannya
Anatomi Vertebra
Columna vertebralis merupakan poros tulang rangka tubuh yang memungkinkan
untuk bergerak. Terdapat 33 columna vertebralis, meliputi 7 columna vertebra cervical, 12
columna vertebra thoracal, 5 columna vertebra lumbal, 5 columna vertebra sacral dan 4
columna vertebra coccygeal. Vertebra sacral dan cocygeal menyatu menjadi sacrum-coccyx
pada umur 20 sampai 25 tahun. Columna vertebrales juga membentuk saluran untuk spinal
cord. Spinal cord merupakan struktur yang Sangat sensitif dan penting karena
menghubungkan otak dan sistem saraf perifer.
Canalis spinalis dibentuk di bagian anterior oleh discus intervertebralis atau corpus
vertebra, di lateral oleh pediculus, di posterolateral oleh facet joint dan di posterior oleh
lamina atau ligament kuning. Canalis spinalis mempunyai dua bagian yang terbuka di lateral
di tiap segmen, yaitu foramina intervertebralis. Recessus lateralis adalah bagian lateral dari
canalis spinalis. Dimulai di pinggir processus articularis superior dari vertebra inferior, yang
merupakan bagian dari facet joint. Di bagian recessus inilah yang merupakan bagian
tersempit. Setelah melengkung secara lateral mengelilingi pediculus, lalu berakhir di caudal
di bagian terbuka yang lebih lebar dari canalis spinalis di lateral, yaitu foramen
intervertebralis. Dinding anterior dari recessus lateralis dibatasi oleh discus intervertebralis di
bagian superior, dan corpus verterbralis di bagian inferior.
Dinding lateral dibentuk oleh pediculus vertebralis. Dinding dorsal dibatasi oleh
processus articularis superior dari vertebra bagian bawah, sampai ke bagian kecil dari lamina
dan juga oleh ligamen kuning (lamina). Di bagian sempit recessus lateralis, dinding dorsalnya
hanya dibentuk oleh hanya processus lateralis, dan perubahan degeneratif di daerah inilah
mengakibatkan kebanyakan penekanan akar saraf pada stenosis spinalis lumbalis. Akar saraf
yang berhubungan dengan tiap segmen dipisahkan dari kantong dura setinggi ruang
intervertebra lalu melintasi recessus lateralis dan keluar dari canalis spinalis satu tingkat
dibawahnya melalui foramina intervertebralis. Di tiap-tiap titik ini dapat terjadi penekanan.
Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari servikal
sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut.
Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu :
1. Anulus fibrosus, terbagi menjadi tiga lapis :
- Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang konsentris
mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan
per.
- Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagneus
- Daerah transisi
Serat annulus dibagian anterior diperkuat oleh ligament longitudinal anterior yang kuat
sehingga discus interertebralis tidak mudah menerobos daerah ini. Pada bagian posterior
serat-serat annulus paling luar dan tengah sedikit dan ligamentum ongitudinal posterior
kurang kuat sehingga mudah rusak. Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior
makin mengecil sehingga pada ruang intervertebra L5-S1 tinggal separuh dari lebar semula
sehingga mengakibatkan mudah terjadinya kelainan didaerah ini (1,5)
2. Nukleus pulposus
Suatu gel yang viskus terdri dari proteoglycan (hyaluronic long chain) mengandung kadar air
yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis. Nukelus pulposus berfungsi
sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan/beban. Kemampuan menahan air dan dari
nukleus pulposus berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia 20 tahun terjadi
perubahan degenerasi yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskusi disertai
berkurangnya kadar air dalam nukleus sehingga diskus mengkerut, sebagai akibatnya nukelus
menjadi kurang elastis. Pada diskus yang sehat, bila mendapat tekanan maka nukleus
pulposus menyalurkan gaya tekan kesegala arah dengan sama besar. Kemampuan menahan
air mempengaruhi sifat fisik dari nukleus. Penurunan kadar air nukleus mengurangi fungsinya
sebagai bantalan, sehingga bila ada gaya tekan maka akan disalurkan ke annulus secara
asimetris akibatnya bias terjadi cedera atau robekan pada annulus.
Nervus Spinalis
Tiap saraf spinal mempunyai radiks dorsalis dan radiks ventralis
1. Radiks Dorsalis (Sensorik)
• Terdiri dari serabut aferen/sensorik yang meneruskan rangsang (input) dari reseptor
sensorik dalam tubuh ke medulla spinalis
• Mengandung ganglion spinal (akar dorsal sensorik) yang terletak didalam foramen
intervertebralis.
Saraf yang keluar dari medulla spinalis melalui foramen intervertebralis saraf spinal. Tiap
saraf spinal didistribusikan ke segmen ataupun daerah spesifik pada tubuh. Akar dorsal pada
tiap saraf spinal yang mengurus persarafan sensorik pada segmen tubuh (dermatom)
2. Radiks ventralis (motorik)
• Terdiri dari serabut saraf eferen (motorik) yang badan selnya terletak didalam subst.grisea
melalui radiks motorik dan saraf spinal menuju
otot dan kelenjar tubuh.
• Pada bagian distal terdiri dari empat ramus
- ramus dorsal : otot-otot intrinsik punggung
- ramus ventral : otot leher, dada, abdomen, ekstremitas (Ramus ventral saraf spinal akan
membentuk pleksus yang akan menjadi tempat asal saraf perifer)
- ramus komunikans : truncus sympaticus
- ramus mening rekuren : selaput menings
3.2. Hernia Nucleus Pulposus
I. PENGERTIAN
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter vertabralis dengan piotusi
dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan penekanan pada radiks atau
cauda equina. HNP adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf spinal akibat dari
herniasi dan nucleus hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral (Barbara C.Long,
1996).
II. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
- Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.
- Spinal stenosis.
- Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
- Pembentukan osteophyte.
- Degenerasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan
berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga
annulus.
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah
- Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
- Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
- Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
Faktor risiko yang dapat dirubah
- Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-
barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik
yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
- Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang
berat dalam jangka waktu yang lama.
- Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
- Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan
strain pada punggung bawah.
- Batuk lama dan berulang
III. TANDA DAN GEJALA
- Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas.
- Nyeri tulang belakang
- Kelemahan satu atau lebih ekstremitas
- Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.
Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang
mengalami herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis
yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah
tersebut, matu rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain
yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan
meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk,
bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring. Sebagian besar
HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1.
2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi.
Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi
L5-S1
3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah herniasi
yang paling sering adalah postero lateral.
IV. PATOFISIOLOGI
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus, kandungan
air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor
dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus
purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada umumnya harniassi
paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil
(Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249). Sebagian besar dari
HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. arah herniasi yang
paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah
sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein
yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat,
menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil. Sedang M. Istiati (1986)
mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak langsung pada diskus inter
vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nukleus pulposus (HNP).
Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus
mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboraturium
a. Daerah rutin
b. Cairan cerebrospimal
- Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping sendi
- CT scan lumbosakral : dapat memperlihatkan letak disk protusion.
- MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta
herniasi.
- Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaskan pemeriksaan fisik
sebelum pembedahan
- Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal.
- Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi
- Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro spinal.
VI. KOMPLIKASI
- Kelemahan dan atrofi otot
- Trauma serabut syaraf dan jaringan lain
- Kehilangan kontrol otot sphinter
- Paralis / ketidakmampuan pergerakan
- Perdarahan
- Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
VII. PROGNOSIS (Mansjoer, Arif et all, 2007)
- Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.
- Sebagian kecil berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
- Pada pasien yang dioperasi : 90% membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan
terjadinya kekambuhan adalah 5%.
3.3. Penatalaksanaan Hernia Nucleus Pulposus
A. Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik pasien
dan melindungi serta meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. Perawatan
utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri
dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95% penderita akan
sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk
terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan. Terapi
konservatif meliputi ;
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal,lama yang
dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah.
Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa. Posisi tirah baring yang
dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung,lutut dan punggung bawah pada posisi
sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan
memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
2. Medikamentosa
- Analgetik dan NSAID.
- Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot.
- Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka panjang
dapat menyebabkan ketergantungan.
- Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
- Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis
3. Terapi Fisik
- Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti
bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan
tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan
penyembuhan.
- Diatermi atau kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot.
keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat
edema.Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
- Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan
untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis. Sebagai
penyangga korsetdapat mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi spasme.
- Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung seperti jalan
kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan.
Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas
sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan
tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.
- Proper Body Mechanics
Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk mencegah
terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga posisipunggung
adalah sebagai berikut:
Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak
danlurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke
pinggir tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul
danberubah ke posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada
pahauntuk membantu posisi berdiri.
Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser
posisipanggul.
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan
diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak
jongkok,punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot
perut. Dengan punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki.
Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan
kakiharus berubah posisi secara bersamaan.
Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan
wc duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung
saat bangkit.
B. Pembedahan
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf sehingga nyeri dan
gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP harus berdasarkanalasan yang kuat
yaitu berupa:
- Defisit neurologik memburuk.
- Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
- Paresis otot tungkai bawah
d.1. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral
d.2. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis
spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi
dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.
d.3. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
d.4. Disektomi dengan peleburan.
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk mengurangi
tekanan terhadap nervus. Discectomy dilakukan untuk memindahkan bagian yang
menonjol dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal dirumah sakit. Akan
diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko
pengumpulan darah. Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih dari
satu diskus yang harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang
lebih ekstensif mungkin diperlukan dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama
untuk sembuh (recovery).
d.5. Microdisectomy
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan fragmen of
nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan raydan
chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain) ke
dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang menonjol. Prosedur ini
merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasus-kasus tertentu.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN...............................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Maksud dan Tujuan...................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................................4
2.1 Data Tutorial................................................................................................4
2.2 Skenario D Blok 15…….............................................................................5
2.3 Klarifikasi Istilah......................................................................................6-7
2.4 Identifikasi Masalah.................................................................................7-8
2.5 Analisis Masalah……………………………………………….………8-21
2.6 Hipotesis....................................................................................................21
2.7 Kerangka Konsep......................................................................................21
2.8 Learning Issues dan Keterbatasan Pengetahuan.......................................22
BAB III
SINTESIS............................................................................................................22
3.1 Anatomi Vertebra dan Persarafan .......................................................22-24
3.2 Hernia Nucleus Pulposus ………………………………....................25-27
3.3 Penatalaksanaan Hernia Nucleus Pulposus………..............................27-30
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A. Newman.2002. Dorland’s illustrated medical dictionary : kamus
kedokteran Dorland edisi 29. terjemahan oleh : Hurniawati Hartanto dkk..EGC, Jakarta,
Indonesia.
Hall, Guyton. 1997. Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta, Indonesia
Price, Sylvia ,M. Wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit. ed : Hartanto, Huriawati, dkk. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Snell, R Richard. 2006. Anatomi Klinik . EGC: Jakarta, Indonesia