Tutor Ispa

31
LARINGITIS A. Pengertian Laringitis adalah peradangan kotak suara (laring) karena terlalu banyak digunakan, iritasi atau infeksi. Di dalam kotak suara terdapat pita suara – dua lipatan selaput lendir yang membungkus otot dan tulang rawan. Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar. Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius. B. Anatomi Laring Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada struktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago

Transcript of Tutor Ispa

Page 1: Tutor Ispa

LARINGITIS A. PengertianLaringitis adalah peradangan kotak suara (laring) karena terlalu banyak digunakan, iritasi atau infeksi. Di dalam kotak suara terdapat pita suara – dua lipatan selaput lendir yang membungkus otot dan tulang rawan. Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara  akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar. Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius.

B.     Anatomi LaringLaring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada struktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateralis. Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago kornikulata dan kuneiformis. Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk teganagan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis. Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni arteri laringeus

Page 2: Tutor Ispa

superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.

C.    Fisiologi LaringLaring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu, laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.

D. Klasifikasi1.      Laringitis AkutPada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia).a.       Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.b.      Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuacac.       Pemakaian suara yang berlebihand.      Traumae.       Bahan kimiaf.       Merokok dan minum-minum alkoholg.      Alergi

2.      Laringitis KronikKasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring.

Page 3: Tutor Ispa

Laringitis Kronis SpesifikYang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis luetika.

a.      Laringitis tuberkulosisPenyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya dapat berlangsung lama.Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :1)      Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pecah dan terbentuk ulkus2)      Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.3)      Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.4)      Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.

b.      Laringitis luetikaRadang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang paling berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat

 Perbedaan Laringitis Akut dan Kroniklaringitis akut Laringitis kronis

·         Rhinovirus·         Parainfluenza virus·         Adenovirus·         Virus mumps·         Varisella zooster virus·         Penggunaan asma inhaler·         Penggunaan suara berlebih dalam pekerjaan : Menyanyi, Berbicara dimuka umum Mengajar·         Alergi·         Streptococcus grup A·         Moraxella catarrhalis·         Gastroesophageal refluks

·         Infeksi bakteri·         Infeksi tuberkulosis·         Sifilis·         Leprae·         Virus·         Jamur·         Actinomycosis·         Penggunaan suara berlebih·         Alergi·         Faktor lingkungan seperti asap, debu·         Penyakit sistemik : wegener granulomatosis, amiloidosis·         Alkohol·         Gatroesophageal refluks

Page 4: Tutor Ispa

 E. EtiologiInflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemanjaan  terhadap debu, bahan kimiawi , asap rokok, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas.Penyebab inflamsi ini hamper selalu karena virus . Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanya berkaitan dengan ringitis atau nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemanjaan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak adaimunitas.a. Virusb. Bakteric. Perluasan infeksi rhinitisSelain etiologi diatas dapat juga disebapkan oleh :a. Suhu udara yang dinginb. Perubahan temperaturc. Pemajanan terhadap debud. Bahan kimiae. Asap/uapF. Penggunaan pita suara berlebihang. Merokok berlebihan

F.PatofisiologiHampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanyan disertai rinitis atau nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring Dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.

G. Manifestasi KlinikTanda dan gejala laringitis akut termasuk suara serak atau tidak dapat mengeluarkan suara sama sekali dan batuk berat. Laringitis kronis ditandai oleh suara serak yang persisten. Laringitis mungkin sebagai komplikasi sinusitis kronis dan bronkhitis kronis. a. Laringitis Akut : suara serak, tidak dapa mengeluarkan suara (afonia), batuk berat, tenggorokan nyari dan Gatal.b. Laringitis Kronis : suara serak yang persisten, Nyeri tenggorok memburuk pada pagi dan malam hari, batuk kering dan keras.1.      Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan

Page 5: Tutor Ispa

kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).2.      Sesak nafas dan stridor3.      Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.4.      Gejala radang umum seperti demam, malaise5.      Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental6.      Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.7.      Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh .8.      Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru9.      Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.a.       Laringitis AkutDemam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai afoni, nyeri ketika menelan atau berbicara, rasa kering ditenggorokan, batuk kering yang kelamaan disertau dahak kental, gejala sumbatan laring sampai sianosis.Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di atas dan bahwa pita suara. Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang akut dihitung sinus peranasak, atau paru.b.      Laringitis KronikSuara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok sehingga sering mendehem tanpa sekret. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis. Tidak rata, dan menebal. Bila tumor dapat dilakukan biopsi.c.       Laringitis tuberkulosisTerdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat badan, rasa kering, panas, dan tertekan di daerah laring, suara parau beriminggu-minggu dan pada stadium lanjut dapat afoni, bentuk produktif, gemoptisis, nyeri menelan yang lebih hebat bila gejala-gejala proses aktif pada paru. Dapat timbul sumbatan jalan napas karena edema: tumberkuloma, atau paralysis pita suara.Sesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:·         Stadium infiltrasiMukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucar. Terbentuk tuberkel di daerah submukosa, tampak sebagai bintik-bintik kebiruan. Tuberkel membesar, menyatu sehingga mukosa di atasnya meregang. Bila pecah akan timbul ulkus.·         Stadium ulserasiUlkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.·         Stadium perikondritisUlkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid, dan epiglottis/ terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk sekuester. Keadaan umum pasien sangat buruk, dapat fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara, dan subglotik.

Page 6: Tutor Ispa

H. Pemeriksaan Penunjang1.      Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.2.      Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.3.      Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.

Laringitis AkutPemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama atau sering residif.

Laringitis tuberkulosisPemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum atau bilasan lambung, foto toraks menunjukkan tanda proses spesifik baru,

I. Penatalaksanaan MedisPenatalaksanaan laringitis akut termasuk mengistirahatkan suara, menghindari merokok, istirahat di tempat tidur, dan menghirup uap dingin atau aerosol. Jika laringitis merupakan bagian dari infeksi pernafasan yang lebih luas akibat organisme bakteri atau jika lebih parah, terapi antibiotik yang tepat perlu diberikan. Sebagian besar pasien dapat sembuh dengan pengobatan konservatif, namun laringitis cenderung lebih parah pada pasien lansia dan dapat diperburuk oleh pneumonia.Untuk laringitis kronis, pengobatannya termasuk mengistirahatkan suara, menghilangkan setiap infeksi traktus respiratorius primer yang mungkin ada, dan membatasi merokok .

Laringitis AkutTerapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik, menambah kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang menyebabkan kekeringan harus dihindari. Penyayi dan para profesional yang mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses radang mereda sebelum melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung dapat mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan nodul korda vokalis selanjutnya. Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat mengurangi proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu. Pada pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari polutan. Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan antibiotic penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti eritromisin atau basitrasin. Dan diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema. Dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.

Page 7: Tutor Ispa

Laringitis KronikDiminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di hitung, faring, serta bronkus yang mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat tanda infeksi dan ekspektoran. Untuk jangka pendek dapat diberikan steroid.Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.

Laringitis TuberkulosisPengobatan dengan mengistirahatkan pita suara dan dengan pemberian anti nyeri biasanya telah mencukupi. Pemberian obat antituberkulosis primer dan skunder. Pada infeksi bakteri, antibiotik yang tepat harus diberikan.Trakeostomi bila timbul sumbatan jalan napas Penggunaan kortikosteroid topikal, seperti inhalsi beklometason dipropinate ( Vanceril), dapa juga digunakan.Preparat ini tidak mempunyai efek sistemik atau kerja lama dan dapat mengurangi reaksi inflamsi lokal.

J.    PrognosisPrognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik.

A. Konsep Medis1. Pengertian LaringitisLaringitis adalah peradangan membran mukosa yang melapisi laring dan disertai edema pita Suara.

2. Etiologi Laringitisa. Virusb. Bakteric. Perluasan infeksi rhinitisSelain etiologi diatas dapat juga disebapkan oleh :a. Suhu udara yang dinginb. Perubahan temperatus tiba-tibac. Pemajanan terhadap debud. Bahan kimiae. Asap/uapF. Penggunaan pita suara berlebihang. Merokok berlebihan

3. Patofisiologi Laringitis

Virus/Bakteri, Zat iritan (bahan kimia, debu)

Page 8: Tutor Ispa

↓Masuk kedalam tubuh

↓Mekanisme pertahanan tubuh menurun

↓Menginfeksi Laring

↓Laringitis

4. Tanda dan gejala Laringitisa. Laringitis Akut : suara serak, tidak dapa mengeluarkan suara (afonia), batuk berat, tenggorokan nyari dan Gatal.b. Laringitis Kronis : suara serak yang persisten, Nyeri tenggorok memburuk pada pagi dan malam hari, batuk kering dan keras.

5. Komplikasi laringitis ; sinusitis kronik dan bronkhitis kronik.6. Pemeriksaan diagnostik; pada klien laringitis kultur organisme penyebap dari laringitis.7. Penatalaksanaana. Laringitis Akut ; Pemberian zat iritan, menghistrahatkan suara, Hindari merokok, istrahat ditempat tidur, inhalasi uap dan pemberian antibiotik pada klien infeksi dengan bakteri.b. Laringitis Kronik; istrahatkan suara, pengobatan terhadap infeksi, membatasi merokok, inhalasi uap dan pengobatan kortikosteroid topikal.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Obtruksi LaringObstruksi laring adalah keadaan tersumbatnya laring yang dapat disebakan oleh radang akut dan radang kronis, benda asing, trauma, iatrogenik, tumor laring, dan kelumpuhan nervus rekuren bilateral.

2.2 Fisiologi laring Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorok itu dapat di tutup oleh sebuah empang tenggorok yang di sebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring terdiri dari lima tulang rawan antara lain : 1. Kartilago tiroid (satu buah) depan jakun (adam’s apple), sangat jelas terlihat pada pria. 2. Kartilago ariteanoid (dua buah) yang berbentuk beker.3. Kartilago krikoid (satu buah) yang berbentuk cincin. 4. Kartilago epiglotis (satu buah).

Page 9: Tutor Ispa

Laring di lapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang di lapisi oleh sel epitelium berlapis. Pita suara ini berjumlah dua buah : di bagian atas adalah pita suara palsu dan tidak mengeluarkan suara yang di sebut dengan ventrikularis di bagian bawah adalah pita suara yang sejati yang membentuk suara yang di sebut vokalis, terdapat dua otot. Oleh gerakan dua buah otot ini maka pita suara dapt bergetar dengan demikian pita suara (rima glotidis) dapat melebar dan mengecil, sehingga di sini terbentuknya suara.

Fungsi laring sebagai proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing masuk kedalam trakea, dengan jalan menutup auditus laring dan rima glotis secara bersamaan. Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago aritenoid bergerak kedepan akibat kontraksi m.tiroaritenoid dan m.aritenoid. Selanjutnya mariepigloitika berfungsi sebagai sfingter. Penutupan rima glotis karena adduksi plika vokalis. Kartilago ariteniod kiri dan kanan mendekat karena adduksi otot-otot intrinsik.

Proses pembentukan suara Terbentuknya suara merupakan hasil dari hasil kerja sama antara rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Pada pita suara palsu tidak terdapat otot, oleh karena itu pita suara ini tidak dapat bergetar, hanya antara kedua pita suara tadi di masuki oleh aliran udara maka tulang rawan gondok dan tulang bentuk beker tadi di putar. Akibatnya pita suara dapat mengencang dan mengendor dengan demikian sela udara menjadi sempit atau luas.

Pergerakan ini di bantu pula oleh otot-otot laring, udara yang dari paru-paru di hembuskan dan menggetarkan pita suara. Getaran itu di teruskan melalui udara yang keluar masuk. Perbedaan suara seseorang bergantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara pria jauh lebih tebal dari pada pita suara wanita.

2.3 Patofisiologi Obstruksi LaringLaring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara (glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa laring dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian. Abses Peritonial (Quinsy)Proses infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang peritonsil akan mengalami supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri pirogen, lalu menembus kapsul tonsil dan menjalar serta menginfeksi di sekitar gigi, ke spatium parafaringium dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan sepsis).

2.4 EtiologiObstruksi laring disebabkan oleh :

1. Kelainan congenital LaringomalasiaTidak ditemukan gangguan patologi dasar ataupun gangguan yang bersifat progresif pada laringomalasia. Kondisi ini lebih merupakan keadaan laringneonatus yang terlalu lunak dan kendur jika dibandingakan normalnya. Saat bayimenarik nafas, laring yang lunak akan saling menempel,

Page 10: Tutor Ispa

mempersempit aditus dantimbul stridor. Proses menelan tidak terganggu. Proses menangis mestinya normal. Pertambahan berat dan perkembangan bayi biasanya normal. Stridor merupakangejala utama dan dapat berlangsung konstan atau hanya saat bayi tereksitasi.Bersama stridor dapat timbul retraksi sternum dan dada. Biasanya bayi berusia beberapa minggu saat mulainya laringomalasia. Prognosisnya cukup baik karena kartilago akan menjadi kaku.

Laringomalasia

Bila sumbatan laring makin hebat sebaiknya dilakukan intubasi trakea danjangan dilakukan trakeastomi karena biasanya juga diikuti trakeomalsia. Orangtua pasien dinasehatkan supaya lekas datang ke dokter jika ada peradangan saluran nafas atas misalnya pilek.

Stenosis subglotik Pada daerah subglotik 2-3 cm dari pita suara, sering terdapat penyempitan (stenosis). Kelainan yang dapat menyebabkan stenosis subglotis ialah :

1. Penebalan jaringan submukosa dengan hiperplasia kelenjar mukus dan fibrosis2.2. Kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumen yang lebih kecil3.3. Bentuk tulang rawan krikoid normal dengan ukuran lebih kecil4.4. Pergeseran cincin trakea pertama kearah atas belakang ke dalam lumenkrikoid.

Stenosis subglotik

Gejala stenosis subglotik ialah stridor, dispnoe, retraksi di suprasernal, epigastrium,interkostal serta subklavikula. Pada stadium yang lebih berat akan ditemukan sianosisdan apnoe sehingga mungkin terjadi gagal nafas.

2. Trauma laring

Kontusio laringBermanifestasi sebagai hematoma internal dan terkadang sebagai dislokasikartilago aritenoidea. Trauma biasanya disebabkan benda tumpul. Kunci pada terapi adalah dengan diagnosis segera. Kontusio dapat diobservasi sementarapersiapan trakeotomi tetap dilakukan. Biasanya pasien dengan kontusio cukup kooperatif untuk dilakukan visualisasi laring. Hematoma biasanya terlihat.

Stenosis laring dan subglotisJaringan parut yang mempersempit jalan nafas merupakan sekuele dari suatu penyakit atau cedera, dan penatalaksanaannya sering kali sangat sulit. Trauma tumpul atau tembus, trakeotomi tinggi, penelanan zat kaustik, luka tembak, iritasibalon tuba endotrakea merupakan penyebab stenosis laring yang paling sering dijumpai. Biasanya pasien memerlukan intubasi trakea jangka panjang bagi merekayang sangat sakit walaupun ini juga dapat mneyebabkan stenosis laring lagi.

3.Trauma Intubasi

Page 11: Tutor Ispa

Trauma akibat intubasi bisa disebabkan karena trauma langsung saat pemasangan atau pun karena balon yang menekan mukosa terlalu lama sehingga menjadi nekrosis. Trauma sekunder akibat intubasi umumnya karena inflasi balon yang berlebihan walaupun menggunakan cuff volume besar bertekanan rendah. Trauma yang disebabkan oleh cuff ini terjadi pada kira-kira setengah dari pasien yang mengalami trauma saat trakeostomi. Trauma intubasi paling sering menyebabkan sikatrik kronik dengan stenosis, juga dapat menimbulkan fistulatrakeoesofageal, erosi trakea oleh pipa trakeostomi, fistula trakea-arteri inominata,dan ruptur bronkial.

Penggunaan pipa endotrakea dengan cuff yang bertekanan tinggi merupakan etiologi yang paling sering terjadi pada intubasi endotrakea. Penggunaan cuff dengan volume tinggi tekanan rendah telah menurunkan insiden stenosis trakeapada tipe trauma ini, namun trauma intubasi ini masih tetap terjadi dan menjadiindikasi untuk reseksi trakea dan rekonstruksi. Selain faktor diatas ada beberapa faktor resiko yang mempermudah terjadinya laserasi atau trauma intubasi.

Saat ini tersedia cuff plastic bertekanan rendah untuk tuba trakeostomi. Cuff ini dirancang untuk memelihara tekanan pada trakea agar tetap di bawah 25cmHO sehingga mengurangi insiden stenosis akibat cuff trakea.

Tekanan cuff harus dipantau sedikitnya 8 jam dengan menempelkan diameter tekanan genggam pada pilot balon sedang atau melakukan teknik penggunaan volume kebocoran minimal atau volume oklusi minimal. Secara umum dapat dikatakan bahwa intubasi endotrakea jangan melebihi 6 hari dan untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan trakeostomi.

4. Penyakit infeksi pada laring

Laryngitis akutRadang akut laring pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis (common cold).

Pada anak dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas dan padaorang dewasa tidak secepat pada anak. Penyebabnya adalah bakteri yangmenyebabkan radang lokal dan virus yang menyebabkan radang sistemik. Gejaladan tanda-tandanya berupa demam, malaise, suara parau sampai afoni, nyerimenelan atau berbicara, batuk kering yang lama kelamaan disertai dahak kentaldan gejala sumbatan laring.

Laringitis kronik Dapat disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum yang berat, polip hidung atau bronkitis kronis, dan penyalahgunaan suara (ocal abuse ), sinusitis, reflux, dan polusi lingkungan. Gejalanya adalah suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok sehingga pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan sekret karena mukosa yang menebal.

CroupInfeksi menular melalui inhalasi, masuk melalui hidung dan nasofaring. Infeksi menyebar dan akhirnya melibatkan laring dan trakea.

Page 12: Tutor Ispa

Meskipun saluran pernafasan lebih rendah, mungkin akan terpengaruh. Peradangan dan edema pada laring dan trakea subglotik, khususnya yang dekat dengan tulang rawan krikoid, yang paling klinis signifikan. Virus Para influenzae mengaktifkan sekresi klorida dan menghambat penyerapan natrium melintasi epitel trakea, berkontribusi terhadap edema jalan napas. Ini adalah bagian paling sempit dari saluran napas anak. Dengan demikian, pembengkakan dapat secara signifikan mengurangi diameter, membatasi aliran udara. Ini menyebabkan aliran udara turbulen danstridor, retraksi dada, dan batuk. kerusakan endotel dan hilangnya fungsi siliaterjadi.

Eksudat fibrin memenuhi sebagian lumen trakea. Selain itu terdapat penurunan mobilitas dari pita suara karena edema. Pada penyakit yang berat,eksudat fibrinous dan pseudomembran dapat menyebabkan obstruksi jalan napasyang lebih besar. Hipoksemia dapat terjadi karena penyempitan lumen yang progresif, ventilasi alveolar yang terganggu dan ketidak seimbangan ventilasi-perfusi.

Gejalanya yaitu stridor inspirasi atau bifase, demam subfebril, batuk (terutamapada malam hari), suara serak.

5. Tumor laring

Tumor jinak laring dapat berupa papiloma laring, adenoma, kondroma, mioblastoma sel granuler, hemangioma, lipoma, dan neurofibroma.

Tumor laring

Tumor ganas laring diantaranya tumor supraglotik, tumor glotik, tumor subglotik, dan tumor ganas transglotik.

Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok, peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan risiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring yang kuat ialahrokok, alkohol, dan terpajan oleh sinar radioaktif.

6. Benda asing laring

Benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran napas tersebut.

Setiap benda asing dalam laring merupakan keadaan darurat yang perlusegera ditangani. Kejadiannya sering kali berupa seseorang yang menjepit objek didalam mulut di antara giginya dan kemudian tidak sengaja terinhalasi.

Jika pasien tidak dalam keadaan distress pernafasan, tidak perlu dilakukan usaha untuk mengangkat objek di unit gawat darurat. Pengangkatan harus dilakukan di kamar operasi dengan di damping petugas

Page 13: Tutor Ispa

anestesia. tindakan mengeluarkan benda asing itudapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas. Pada anak kecil benda asing dalam esofagus bagian atas dapat menekan jalan nafas dengan jalan mendilatasi esofagus.

Contoh kasus benda asing misalnya sepotong daging tersangkut pada rima glotis. Korban tiba-tiba kolaps setelah memasukkan makanan dalam suapan besar. Benda asing tersebut harus diusahakan untuk dikeluarkan dengan cara menekan dada dari belakang yaitu manufer Heimlich.

Jika tidak berhasil, sebaiknya dilakukankrikotirotomi bukannya trakeostomi.

7. Benda asing pada laring

Paralisis laringTiap lesi sepanjang perjalanan nervus rekuren laryngeal dapat menimbulkan paralisis laring. Pada paralisis korda vokalis bilateral, suara tidak terlalu terpengaruh. Akan tetapi rima glotis tidak cukup lebar untuk kegiatan yang mengerahkan tenaga. Pasien bahkan mengalami sesak nafas saat istirahat. Sehingga pasien memerlukan trakeostomi guna mengurangi obstruksi jalan nafas. Paralisis korda vokalis unilateral pada anak memiliki cirri tambahan. Karena ukuran glotis yang kecil, maka paralisisunilateral pada anak dapat membahayakan jalan nafas, sehingga secara klinis mengakibatkan stridor. Sementara itu pada paralisis lengkap, lesi saraf vagus di atas saraf laringeus superior bilateral, dimana efek lesi serupa dengan paralisis saraf rekurens, namun lebih cendrung untuk mengalami aspirasi

Paralise laring

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda sumbatan laring secara umum ialah :

1. Suara serak (disfonia) sampai afoni2. Sesak nafas (dispnea)3. Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi4. Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium,supraklavikula dan interkostal5. Gelisah karena pasien haus udara (air hunger ).6. Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia

Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium dengan tandadan gejala:

Page 14: Tutor Ispa

o Stadium I : Cekungan tampak pada waktu inspirasi di suprasternal, stridor padawaktu inspirasi dan pasien masih tenang.o Stadium II : Cekungan pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam,ditambah lagi dengan timbulnya cekungan di daerah epigastrium.Pasien sudah mulai gelisah. Stridor terdengar pada waktu inspirasi.o Stadium III : Cekungan selain di daerah suprasternal, epigastrium juga terdapat diinfraklavikula dan sela-sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea.Stridor terdengar pada waktu pada waktu inspirasi dan ekspirasi.o Stadium IV : Cekungan ± cekungan di atas bertambah jelas, pasien sangat gelisahdan tampak sangat ketakutan serta sianosis.Jika keadaan ini berlangsung terus, terjadilah hiperkapnea yang akan menyebabkan paralitik pusat pernafasan. Selain itu pasien akan kehabisan tenaga dan letargi. Pasien lemah dan tertidur dan akhirnya meninggal karena asfiksia.

2.5 Diagnosis

Diagnosis pasien dengan sumbatan jalan nafas memerlukan integrasi anamnesis danpemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi lokasi dan besarnya obstruksi.Skema penilaian obstruksi saluran nafas atas

Selama penilaian, harus selalu diperhatikan keadaan umum pasien,

Kenyamanan bernafas, usaha bernafas, dan oksigenasi perifer. Pasien dengan obstruksi saluran nafas dapat agitasi akibat ketakutan / hipoksia, tetapi pasien tanpa agitasi terutama letargi dapat mengalami obstruksi dan hiperkapnea. Pemeriksaan awal mencakup tanda vital, pulse ximetry

dan identifikasi tanda trauma kepala dan leher. Tulang servikal harus dievaluasi dan distabilisasi.

Pasien dengan kesulitan bernafas akan menghindari berbicara dan mencari posisi yang dapat membantu memperbesar jalan nafas.

Waktu munculnya stridor penting untuk diketahui. Gejala saluran nafas mula-mula muncul pada saat relaksasi neuromuskular, yaitu pada saat tidur. Riwayat infeksi, trauma leher dan kepala, masuknya benda asing harus ditanyakan. Seluruh pasien, harus ditanyakan seluruh gejala kelainan kepala dan leher, seperti turunnyaberat badan, batuk, hemoptisis, disphagia, odinophagia, perubahan suara, otalgia, nyeritenggorok, emesis dan hematemesis.

Selama pemeriksaan, pemeriksa harus mendengarkan dengan seksama nafas pasien. Pada pasien normal, tidak ada usaha bernafas. Stridor, bunyi spontan yang dihasilkan oleh pasien dengan obstruksi saluran nafas yang signifikan, disebabkan turbulensi aliran udarayang melewati daerah yang stenosis.

Page 15: Tutor Ispa

Stridor dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasidan berat obstruksi saluran nafas. Stridor inspirasi terjadi pada obstruksi di supraglotis danglottis. Stridor ekspirasi terjadi pada obstruksi glottis, subglottis, dan tracheal.

Snoring, getaran palatal pada orofaring yang menyempit sering ditemukan pada pasien denganpenyempitan diameter orofaring, pasien obese atau obstruksi nasal. diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan laringoskopi.

Pada orang dewasa dilakukan laringoskopi tidak langsung dan pada anak dilakukan laringoskopi langsung.

Pemeriksaan laboratorium dan radiografik dapat dilakukan padapasien dengan ancaman obstruksi saluran nafas.

2.6 Penanggulangan Obstruksi Laring

Prinsip penangulangan sumbatan laring ialah menghilangkan penyebab sumbatan dengan cepat atau membuat jalan nafas baru yang dapat menjamin ventilasi. Tindakan konservatif dengan pemberian anti inflamasi, anti alergi, antibiotika, serta pemberian oksigen intermiten dilakukan pada sumbatan laring stadium I yang disebabkan peradangan. Tindakan operatif atau resusitasi untuk membebaskan saluran napas ini dapat dengan cara memasukkan pipa endotrakea melalui mulut (intubasi orotrakea) atau melalui hidung (intubasi nasotrakea), membuat trakeostoma atau melakukan krikotirotomi.

Intubasi endotrakea atau resusitasi dapat dilakukan pada pasien dengan sumbatanlaring stadium II dan III, sedangkan krikotirotomi dilakukan pada sumbatan laring stadium IV. Tindakan operatif atau resusitasi dapat dilakukan berdasar analisis gas darah (pemeriksaan Astrup).

Bila fasilitas tersedia maka intubasi endotrakea merupakan pilihan pertama sedangkan jika ruangan perawatan intensif tidak tersedia sebaiknya dilakukan trakeostomi.

Pada sumbatan total laring akibat benda asing, dapat dilakukan perasat dari Heimlich (Heimlich manuever) pada anak dan dewasa, atau dengan memegang anak pada osisiterbalik, kepala di bawah, kemudian daerah punggung/ tengkuk dipukul, sehingga diharapkanbenda asing dapat dibatukkan keluar.

Mengeluarkan benda asing pada anak

2.6.1 Intubasi Endotrakea

Indikasi intubasi endotrakea :

Untuk mengatasi sumbatan saluran nafas bagian atas.

Page 16: Tutor Ispa

1. Membantu ventilasi.2. Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeo-bronkial.3. Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau yang berasal dari lambung

Pipa endotrakea harus dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran trakea pasien dan umumnya untuk orang dewasa dipakai yang diameter dalamnya 7-8,5 mm. Pipa endotrakea yang dimasukkan lewat hidung dapat dipertahankan untuk beberapa hari, dan jangan melebihi 6 hari dan untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan trakeostomi. Komplikasi yang dapat timbul adalah stenosis laring atau trakea.

Intubasi endotrakea

Teknik Intubasi Trakea Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamat dan dapat dilakukandengan atau tanpa analgesia topikal dengan xylocain 10%. Posisi pasien tidur telentang, leher fleksi sedikit, dan kepala ekstensi.

Laringoskop dengan spatel bengkok dipegang dengan tangan kiri, dimasukkan melalui mulut sebelah kanan, sehingga lidah terdorong ke kiri. Spatel diarahkan menelusuri pangkal lidah kevalekula, lalu laringoskop diangkat ke atas, sehingga pita suara dapat terlihat. Dengan tangan kanan pipa endotrakea dimasukkan melalui mulut terus melalui celah antara kedua pita suara ke dalam trakea. Pipa endotrakea juga dapat dimasukkan melalui salah satu lubang hidung sampai rongga mulut dan dengan cunam

Magill ujung pipa endotrakea dimasukkan ke dalam celah antara kedua pita suara sampai ke trakea.

Teknik intubasi trakea

Kemudian balon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan baik. Apabila menggunakan spatel laringoskop yang lurus maka pasien yang tidur telentangitu pundaknya harus diganjal dengan bantal pasir, sehingga kepala mudah diekstensikan maksimal.

Laringoskop dengan spatel yang lurus dipegang dengan tangan kiri dan dimasukkan mengikuti dinding faring posterior dan epiglotis diangkat horizontal keatas bersama-sama sehingga laring jelas terlihat. Pipa endotrakea dipegang dengantangan kanan dan dimasukkan melalui celah pita suara sampai di trakea. Kemudianbalon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan plester. Memasukkan pipa endotrakea ini harus hati-hati karena dapat menyebabkan trauma pita suara, laserasipita suara timbul granuloma dan stenosis laring atau trakea.

2.6.2 Trakeostomi

Trakeostomi merupakan tindakan membuat stoma agar udara dapat masuk keparu-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas. Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dan gangguan non obstruksi yang mengubahventilasi.

Gangguan yang memerlukan trakeostomi :

1. Mengatasi obstruksi laring.

Page 17: Tutor Ispa

2. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas bagian atas seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma makaseluruh oksigen yang masuk kedalam paru, tidak ada yang tertinggal diruangrugi itu. Hal ini berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitasvitalnya berkurang.3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam keadaan koma..4. Untuk memasang respiratoar (alat bantu pernapasan).5. Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi.Alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk melakukan trakeostomi ialah semprit dengan obat analgesia, pisau skalpel, pinset anatomi, gunting panjang yang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea yang ukurannya cocok untuk pasien.

Page 18: Tutor Ispa

Alat-alat trakeostomi

Teknik TrakeostomiPasien tidur telentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atlanto oksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit daerah leher dibersihkan secara dan antisepsis dan ditutup dengan kain steril.

Obat anastetikum disuntikkan di tengah krikoid dengan fosa suprasternalsecara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai di bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira 2jari di bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira 5cm.

Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul, sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin- cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan kulit dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah vena jugularis anterior yangtampak ditarik ke lateral. Ismus tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincintrakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismus tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong di tengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismus tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukanaspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke-3 dengan gunting yang tajam. Kemudian dipasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.

Page 19: Tutor Ispa

Trakeostomi

Perawatan Pasca Trakeostomi

Pada perawatan awal dari stoma perlu dilakukan auskultasi dada dan pada anak memerlukan radiogram dada segera untuk mencek posisi tuba agar tidak melampaui karina sehingga masuk ke bronkus kanan dan menyumbat bronkus kiri,serta untuk memastikan tidak terjadi pneumothoraks.

Perawatan pasca trakeostomi sangat penting karena sekret dapat menyumbat dan menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan kanul harus sering diisap ke luar dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua kali sehari lalu segera dimasukkan lagi ke dalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah di bawah kanul harus diganti untuk menghindari timbulnya dermatitis.

2.7 Komplikasi

Komplikasi bedah sering timbul selama pembedahan, namun komplikasi dapat dikenali, dicegah dan diatasi. Perdarahan dapat dicegah dengan diseksi garis tengah elektif dengan mengikat pembuluh darah dan pemeriksaan dengan cermat pada tiap permukaan dimana darah merembes. Pneumothoraks dapat ditemukan secara dini melalui auskultasi dan radiogram dada. Paralisis saraf rekuren jarang terjadi dan harus dicegah dengan memperhatikan teknik bedah.

Komplikasi lanjut :

Perdarahan lanjut adalah akibat erosi trakea pada pembuluh utama, biasanya arteri inominata.

Infeksi

istula trakeoesofagus

Stenosis trakea

2.7.1 Krikotirotomi

Krikotirotomi merupakan tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan gawat napas. Dengan cara membelah membran krikotiroid. Tindakan ini harus dikerjakan cepat walaupun persiapannya darurat.

Daerah insisi Krikotirotomi

Teknik krikotirotomiPasien tidur telentang dengan kepala ekstensi pada artikulasi atlantooksipitalis. Puncak tulang rawan tiroid (Adams apple) mudah diidentifikasi difiksasi dengan jari tangan kiri. Dengan telunjuk jari tangan kanan tulang rawan tiroid dirabake bawah sampai ditemukan kartilago krikoid.

Page 20: Tutor Ispa

Membran krikotiroid terletak di antara kedua tulang rawan ini. Daerah ini diinfiltrasi dengan anastetikum kemudian dibuatsayatan horizontal pada kulit.

Jaringan di bawah sayatan dipisahkan tepat tepat padagaris tengah. Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat, tusukkan pisau dengan arah ke bawah. Kemudian, masukkan kanul bila tersedia. Jika tidak, dapat dipakai pipa plastik untuk sementara.

Krikotirotomi merupakan kontra indikasi pada anak di bawah 12 tahun, demikian juga pada tumor laring yang sudah meluas ke subglotik dan terdapat laringitis. Stenosis subglotik akan timbul bila kanul dibiarkan terlalu lama karena kanul yang letaknya tinggi akan mengiritasi jaringan-jaringan di sekitar subglotis, sehingga terbentuk jaringan granulasi dan sebaiknya segera diganti dengantrakeostomi dalam waktu 48 jam.

2.7.2 Heimlich Manuver

Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara totalialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan padaanak maupun dewasa.

Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar.

Pada maneuver Heimlich, dilakukan penekanan pada paru. Caranya ialah bilapasien masih dapat berdiri maka penolong berdiri de belakang pasien, kepalan tangan kanan penolong diletakkan diatas prosessus xifoid sedangkan tangan kirinya diletakkan diatas tangan kirinya. Kemudian dilakukan penekanan ke belakang dan keatas ke arah paru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing terlempar keluar dari mulut pasien.

Bila pasien sudah terbaring karena pingsan maka penolong bersetumpu padalututnya dikedua sisi pasien, kepalan tangan diletakkan dibawah prosessus xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah, dan ke arah paru pasien beberapa kali, sehingga benda asing terlempar keluar mulut. Posisi muka pasien harus lurus, leher jangan ditekuk kesamping, supaya jalan nafas merupakan garis lurus.

Komplikasi perasat Heimlich ialah kemungkinan terjadi rupture lambung atauhati dan fraktur iga. Oleh karena itu, pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan.

2.8 Asuhan Keperawatan Pada Pasin Dengan Obstruksi Laring

Obstruksi saluran nafas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstrukksi jalan nafas akut biasanya di sebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah, atau partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakea. Obstruksi saluran nafas juga dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kntal atau pembesaran jaringan pada dinding jalan nafas, seperti : epiglotis, edem laring, karsinoma laring, atau peritonsilar abses.

Page 21: Tutor Ispa

Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunan kesadaran, sangat berisiko mengalami obstruksi jalan nafa. Hal tersebut di sebabkan karena hilangnya refleks proteksi tubuh (batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang menyebabkan lidah jatuh kebelakang sehingga menghambat jalan nafas.

Perawat harus mengobservasi untuk mengakaji tanda dan gejala dari obstruksi jalan nafas tersebut, antara lain :

Inspeksi. apakah pasien sadar ? apakah ada usaha untuk bernafas ? apkah dada bergerak secara simetris ? apakah terdapat retraksi otot bantu nafas ? bagaimana warna kulitnya ? apakah terdapat tandam ekstem ? apakah trakea tegak atau sejajar (midline) ?

Palpasi. Apakah kedua sisi dari dada berkembang secara simetris saat inspirasi ? apakah ada daerah yang fraktur atau krepitus ?

Auskultasi. Apakah terdapat suara pergerakkan udara, stridor (suara inspirasi), atau wheezing (suara ekspirasi)? Apakah suara nafas terdengar pada kedua bagian di seluruh lobus ?

Benda asing yang teraspirasi dan tersangkut di laring dapat menyebabkan sumbatan total atau parsial pada saluran pernafasan. Jenis sumbatan ini bergantung dari ukuran, bentuk, dan posisi benda asing pada rimaglotis. Kadang-kadang sentuhan benda asing pada pita suara bisa menyebabkan spasme laring, sehingga benda asing tersebut terjepit di antara kedua pita suara.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obstruksi laring adalah keadaan tersumbatnya laring oleh bermacam sebab seperti:peradangan pada laring, tumor laring, kelainan kongenital laring, paresis nervus rekurenlaring bilateral, trauma, dan benda asing yang menyumbat laring.Obstruksi laring dapat bersifat total ataupun parsial. Obstruksi total di laring akan menimbulkan keadaan gawat, dan apabila tidak ditatalaksana dalam 4 menit akan menyebabkan kematian akibat asfiksia. Obstruksi parsial di laring dapat menyebabkan gejala suara parau, disfonia sampai afonia, batuk yang disertai sesak, odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa subjektif benda asing. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan laringoskopi.

Pada orang dewasa dilakukan laringoskopi tidak langsung dan pada anak dilakukan laringoskopi langsung. Tindakan pada pasien dengan obstruksi laring dilakukan sesuai dengan derajat obstruksi. Penatalaksanaan dapat bersifat konservatif dengan pemberian obat-obatan, dapat pula dengan tindakan bedah. Tindakan operatif atau resusitasi untuk membebaskan saluran napas ini dapat dengan cara

Page 22: Tutor Ispa

memasukkan pipa endotrakea melalui mulut (intubasiendotrakea) atau melalui hidung (intubasi nasotrakea), membuat trakeostoma atau melakukan krikotirotomi.

3.2 Saran

Setelah membaca dan memahami makalah obstruksi laring, diharapkan kepada mahasiswa/i khususnya dapat melakukan dan melaksanakan perencanaan dengan profesional pada pasien dengan obstruksi laring dan juga bagi setiap orang dapat menghindari penyakit obstruksi laring dengan selalu menjaga dan membiasakan pola hidup sehat.

DAFTAR PUSTAKA

http://books.google.co.id/books?id=C41PKn0SQMwC&pg=PA137&lpg=PA137&dq=askep+obstruksi+laring&source=bl&ots=NIcamBKcT7&sig=h10ygl-7bED6cd4d2uxeuwMd4sg&hl=id&ei=x9iDTrD2BsbsrAfkl53TDA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CB0Q6AEwAQ#v=onepage&q&f=false Di akses pada hari kamis, 29 September 2011, pukul 10.25

http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-obstruksi-jalan-nafas-atas.html Di akses pada hari kamis, 29 September 2011, pukul 10.30