Lap. Farkin Oral

23
Parameter Farmakokinetik Obat Setelah Pemberian Oral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang farmasis tidak akan lepas dari obat – obatan. Dimana kita harus mengetahui hal – hal yang berhubungan dengan obat – obatan yang selalu dikonsumsi masyarakat bila mengalami gangguan dalam kesehatan ataupun hanya untuk menjaga kesehatan tubuh. Obat tidak akan terlepas dari yang dinamakan biofarmasi dan farmakokinetik. Sebab kedua ilmu tersebut merupakan suatu ilmu yang saling berkaitan satu sama lain. Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang nasib obat terhadap tubuh yang meliputi ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Eliminasi) dari obat. Pada umumnya terdapat banyak rute pemberian obat yaitu rute oral, rute parenteral dan rute IMELYANI AMBA TULAK ARFIANI ABDUL KADIR 150 2012 0214

description

vbvnv

Transcript of Lap. Farkin Oral

Parameter Farmakokinetik Obat Setelah Pemberian Oral

Parameter Farmakokinetik Obat Setelah Pemberian Oral

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangSeorang farmasis tidak akan lepas dari obat obatan. Dimana kita harus mengetahui hal hal yang berhubungan dengan obat obatan yang selalu dikonsumsi masyarakat bila mengalami gangguan dalam kesehatan ataupun hanya untuk menjaga kesehatan tubuh. Obat tidak akan terlepas dari yang dinamakan biofarmasi dan farmakokinetik. Sebab kedua ilmu tersebut merupakan suatu ilmu yang saling berkaitan satu sama lain.Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang nasib obat terhadap tubuh yang meliputi ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Eliminasi) dari obat.Pada umumnya terdapat banyak rute pemberian obat yaitu rute oral, rute parenteral dan rute subkutan, tetapi yang dibahas disini hanyalah rute oral.Di sini kita akan membahas tentang farmakokinetik suatu obat yang dikonsumsi secara oral dengan menggunakan sampel berupa plasma darah yang diambil sebelum dan setelah pemberian obat dengan durasi waktu yang ditentukan. Pemberian secara oral sering dipilih oleh pasien yang tidak terlalu sulit menelan obat. Kebanyakan dalam bentuk tablet maupun sirup atau suspensi. Seorang farmasis dituntut untuk melakukan praktikum penetapan parameter farmakokinetik obat dosis tunggal. Untuk mengetahui parameter farmakokinetik obat secara oral yang diujikan pada tikus(Rattus norvegicus).B. Maksud PercobaanMenganalisis dan mempelajari parameter parameter farmakokinetik obat paracetamol yang diberikan secara oral.C. Tujuan PercobaanUntuk menentukan parameter-parameter farmakokinetik dari obat paracetamol didalam tubuh.D. Prinsip PercobaanPenentuan parameter farmakokinetik dari obat paracetamol yang diberikan dengan rute oral dalam tubuh yang mana blankonya adalah darah yang diambil dari tikus yang belum diberi perlakuan, kemudian diambil lagi darah pada menit ke 30, 60, dan 120 dari ekor tikus, yang mana tikusnya telah diberi paracetamol secara oral. Kemudian darahnya kita sentrifuge dengan kecepatan 10000 Rpm selama 10 menit yang kemudian diukur di spektrofotometer untuk didapatkan datanya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Teori UmumSebelum obat yang diberikan pada pasien yang tiba di dalam tubuh obat mengalami banyak proses obat yang dapat dibagi dalam tiga tingkatan yaitu fase biofarmasi, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik (Ganiswarna, 2005).Obat dapat diberikan secara oral atau parenteral (yakni melalui jaur nongastrointestinal) (Neal, 2006).Oral, berkenaan dengan mulut, dimasukkan lewat atau dipakai pada mulut (Dorland, 2011).Untuk pendosisan oral, faktor-faktor seperti luas aliran saluran cerna, laju pengokosan lambung, motilitas saluran cerna, dan aliran darah ke site absorpsi semua mempengaruhi laju dan jumlah absorpsi obat (Shargel, 2012).Absorpsi, distribusi, biofarmasi (metabolisme) dan eliminasi suatu obat dari tubuh merupakan proses yang dinamis yang kontinyu dari suatu obat dimakan dan sampai semua obat tersebut hilang dari tubuh. Laju dari terjadi proses-proses ini merupakan onset, serta intensitasnya dan lama kerjanya obat dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut proses farmakokinetik (Ganiswarna, 2005).

Ilmu biofarmasetik dan farmakokinetik obat dan produk obat bermanfaat untuk memahami hubungan antara sifat-sifat fisikokimia dari produk obat dan efek farmakologik atau efek klinik (Shargel, 2005).Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (Ganiswara, 2005).Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahui bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna :2005).1. Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas obat di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC berbanding lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC merupakan salahsatu parameter untuk menentukan bioavabilitas. Cara yang paling sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan metode trapezoid.2. Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh. Volume distribusi bukan merupakan vilume yang sesungguhnya dari ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh. Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai gambaran, tingkat distribusi obat dalam darah.3. Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obat maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum pemberian dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam batasan konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari darah, serum dan plasma.4. Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan unsure untuk mencapai level obat maksimum dalam darah (tmax). serta parameter ini menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat, menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakolpgis yang dikendaki. 5. Waktu paruh obat (t) adah gambaran waktu yang dibutuhkan untuk suatu level aktivitas obat dan emnjadi separuh dari leval asli atau level yang dikendaki6. Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula obat harus larut dalam cairan.7. Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang gambarkan laju eliminasi suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat dan metabolit obat, aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat dikatakan berakhir.Ada banyak cara pengiriman obat atau memasukannya kedalam tubuh. Ada beragam rute mulai menelan melalui mulut (oral), ke kulit melalui permukaan tubuh (topical), disuntikkan kebawah kulit (subkutan), disuntikkan langsung ke pembuluh darah (Intravena), atau disuntikkan pada otot (Intramuskular) (Parker, 2007).Metabolisme obat biasanya terjadi dalam hati melalui satu atau dua jenis reaksi. Tahap 1 reaksi umumnya membuat molekul obat lebih polar dan larut dalamair sehingga mudah dieliminasi oleh ginjal. Tahap modifikasi termasuk oksidasi, hidrolisis dan reduksi.Tahap II reaksi melibatkan konjugasi untuk membentuk glucuronides, asetat atau sulfat (Dipiro, 2008).Reaksi ini umumnya menonaktivkan aktivitas farmakologi obat dan membuatnya lebih cepat dieliminasi oleh ginjal. Organ lain yang memiliki kemampuan untuk mengeliminasi obat atau metabolit dari badan. Ginjal bisa mengekskresi obat dengan filtrasi glomerulus atau proses aktif seperti sekresi tubular proksimal. Obat juga dapat dieliminasi melalui empedu yang diproduksi oleh hati atau pengeluaran udara oleh paru-paru (Dipiro, 2008).Metode pemberian obat yang paling dikenal, paling tidak di UK, adalah secara oral.Tablet, kapsul, atau cairan oral ditelan, dan begitu berada didalam lambung, tablet atau kapsul tersebut hancur dan melepaskan zat aktif obat.Menariknya, suatu obat dianggap tidak berada di dalam tubuh sampai obat tersebut diabsorpsi melintasi dinding usus dan masuk kedalam aliran darah. Usus data dianggap sebagai suatu tabung cekung yang melalui tubuh, terbuka pada kedua ujungnya (sangat diharapkan tidak terbuka pada saat yang bersamaan), dan sama halnya, isi usus dianggap berada di luar tubuh. Pelintasan obat kedalam tubuh harus dicapai melalui absorpsi melewati membrane bioogi, untuk rute pemberian obat secara oral, membrane biologi yang dimaksud adalah membrane sel yang melapisi dinding lambung dan usus (Cairns, 2008).Obat sering digunakan secara oral.Kebanyakan obat ditelan dan jarang yang larut didalam mulut.Tujuan penggunaan obat melalui oral adalah untuk memperoleh efek sistemik, yaitu obat masuk kedalam pembuluh darah dan beredar keseluruh tubuh setelah terjadi pada bermacam-macam permukaan sepanjang saluran pencernaan. Akan tetapi, ada obat yang ditelan dengan tujuan memperoleh efek local karena obat tidak larut atau tidak diabsorpsi dalam rute ini, misalnya obat-obat cacing dan obat-obat antasida untuk menetralkan kelebihan asam lambung ( Syamsuni, 2006).Pemberian obat melalui mulut memberi banyak keuntungan bagi pasien, obat oral mudah diberikan dan dapat membatasi jumlah infeksi sistemis yang dapat mempersulit tata laksana.Selain itu, toksisitas atau overdosis karena pemberian oral dapat diatasi dengan pemberian antidot, seperti arang aktif. Dipihak lain, jaras yang terlibat dalam absorpsi obat adalah yang terumit, dan obat terpapar dengan kondisi pencernaan saluran cerna yang kasar sehingga absorpsi terbatas. Beberapa obat diabsorpsi mulai dari lambung, namun, duodenum merupakan pintu masuk utama menuju sirkulasi sistemis karena permukaan absorpsinya lebih besar (Harvey, 2013).B. Uraian Obat1. Air suling (Ditjen POM,1979)Nama resmi: Aqua DestillataSinonim: Air suling/ AquadesRM/BM: H2O/18,02Pemerian:Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapatKegunaan: Sebagai pelarut2. Alkohol (Ditjen POM, 1979)Nama resmi: AethanolumSinonim: AlkoholRM/BM:C2H6OH/46,07Pemerian:Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.Kelarutan:Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan eter P.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.Kegunaan: Sebagai vasodilator.3. Parasetamol (Ditjen POM, 1979)Nama Resmi : ACETAMINOPHENUMNama Lain: Asetaminofen, paracetamolRM/BM:C8H9NO2/ 151,16Pemerian: Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau rasa pahitKelarutan : Larut dalam 27 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)P, dalam 13 bagian bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserolPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.Kegunaan: Sebagai sampelC. Uraian Obat (Depkes RI, 2007)Indikasi: Nyeri ringan sampai dengan sedang dan demam, sakit kepalaEfek samping:Efek samping dalam dosis jarang; kecuali rekasi hematologi, kulit, dan alergi lainnya.D. Uraian Hewan Cobaa. Klasifikasi (Ningsih,2009)Kingdom: AnimaliaDivisio: VertebrataClass: MamaliaOrdo: RodentiaFamili: MuridaeGenus: OrytolagusSpesies: Rattus norvegicusb. Karakteristik Hewan Coba (Ningsih, 2009)Pubertas: 4 bulanMasa beranak: Mei SeptemberMasa hamil: 28-36 hariJumlah sekali lahir: 5-6 ekorLama hidup: 8 tahunMasa tumbuh: 4-6 bulanMasa laktasi: 3 -4Frekuensi kelahiran: 38,5-39,5PertahunSuhu tubuh (C): 50 - 60

BAB IIIMETODE KERJAA. Alat yang digunakanAdapun Alat-alat yang digunakan pada penetapan parameter farmakokinetik ialah kanula, spektrofotometri, spoit 1 mL, tabung effendorf, timbangan,vial.B. Bahan yang digunakanAdapun bahan-bahan yang digunakan pada penetapan parameter penetapan farmakokinetik ialah alkohol, aquades, paracetamol.C. Cara kerja1. Penyiapan hewan cobaDipilih hewan coba tikus (Rattus norvegicus) yang terlebih lalu ditimbang berat badannya.2. Penyiapan bahana. Penyiapan larutan obat Paracetamol Disiapkan obat Paracetamol Digerus tablet Paracetamol dengan seksama Ditimbang tablet Paracetamol dan dihitung rata ratanya Ditimbang paracetamol yg akan dipakai sebanyak mg Disuspensikan dengan Na-cmc sedikit demi sedikit hingga larut lalu dicukupkan volumenya hingga 20 ml. 3. Perlakuan hewan ujia. Disiapkan bahan, alat dan hewan uji tikusb. Diambil darah awal pada ekor tikus sebagai darah blanko atau pembanding.c. Dimasukkan dalam tabung effendrofd. Diberikan obat paracetamol secara orale. Dibiarkan 30 menitf. Diambil darah tikus sebanyak 0,5ml, pada interval waktu 30, 60, 90 menitg. Disentrifuge 10 menit pada 1000 ppmh. Dihitung absorbannya pada spektrofotometrii. Dicatat data dan hitung parameter parameter farmakokinetiknya

B. PembahasanFarmakokinetik adalah perjalanan obat didalam tubuh, melalui rute oral maupun intravena serta rute yang lainnya. Perjalanan ini meliputi ADME, adapun ADME dapat ditentukan dengan perhitungan menggunakan rumus-rumus yang telah diturunkan.Untuk percobaan ini, tikus dibersihkan bagian ekornya agar mudah pada saat pengambilan. Setelah itu, sebelum tikus diberikan obat secara oral, diambil sampel darah awal sebagai blangko. Blangko ini untuk spektrofotometer mengenali sampel yang akan diuji. Kemudian Setelah pengambilan blangko hewan coba diberi obat paracetamol secaraoral. Dan setelah itu sampel darah mulai diambil pada menit 30 , 60 , 120 yang ditampung ditabung efendorf. Setelah selesai pengambilan darah selanjutnya sampel dimasukkan kedalam sentrifuge. Setelah selesai di sentrifugasi diambil serumnya kemudian diukur dispektrofotometer, kemudian dicatat serta dihitung.Dalam percobaan ini, obat yang kita gunakan adalah paracetamol dengan hewan uji tikus. Untuk absorbsi hasil yang kita peroleh adalah 0,262 jam-1 artinya selama 2,675 jam obat diabsorbsi dalam tubuh, kemudian volume distribusi 160,848 ml artinya sebanyak 160,848 ml obat terdistribusi didalam darah serta eliminasi obat ini 0,259 Jam-1. Artinya selama 0,259 Jam-1 obat paracetaol ini dieliminasi dari tubuh.

BAB VPENUTUPA. Kesimpulan Dari data yang diperoleh, persentase ekstrapolasi adalah 2,086%. Dinyatakan valid karena nilai tersebut 20%B. Saran Diharapkan asisten memberi kritik dan saran laporan guna untuk perbaikan laporan kedepannnya.

DAFTAR PUSTAKACairns, Donald, 2008. Intisari Kimia Farmasi Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta.

Dipiro, Joseph T. 2008.Pharmacoteraphy ed. 7th. The MC Graw Hill Companies:New York.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. : Jakarta.

Dorland, W.A. Newman, 2011. Kamus saku Kedokteran Dorland, Penerbit buku kedokteran, EGC. Jakarta.

Ganiswara,Gan Sulistia, 2005, Farmakologi dan Terapi Edisi 5,Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia : Jakarta.

Harvey, A Richard, 2013 Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 4EGC : Jakarta

Neal, M.J., 2006. At a Glance FARMAKOLOGI MEDIS Edisi kelima. Erlangga: Jakarta.

Ningsih, Rahmawati, 2008 Metode Farmakologi, Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

Parker, Steve, 2007.Jendela Optik Seri 16 Ilmu Kedokteran Penerbit Balai Pustaka, Jakarta.

Shargel, L. 2012. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga University Press, Surabaya.

Syamsuni, H, 2006. Farmasetika dasar dan Hitungan Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta.

LAMPIRANA. Skema KerjaTikusMasukkan dalam alat destrener

Diambil darah tikus(sebagai darah awal)

Masukkan dalam tabung effendorf(Diberi etiket menit 0)

Induksikan dengan obat Paracetamol yang telah dilarutkan dengan Na-CMC

Oral (melalui mulut)Intra Vena (IV) melalui ekor

Diambil darah selanjutnya pada(Menit 30 60 90)

Beri etiketCentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 10000 rpm

Diukur nilai absorban pada alat spektro

Dihitung (Sesuai perhitungan)IMELYANI AMBA TULAKARFIANI ABDUL KADIR150 2012 0214